Negara: Rusia

  • Harga Indeks Batu Bara Diproyeksi Rebound Semester II/2025, Pengusaha Pacu Ekspor

    Harga Indeks Batu Bara Diproyeksi Rebound Semester II/2025, Pengusaha Pacu Ekspor

    Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Pemasok Energi, Mineral, dan Batu bara Indonesia (Aspebindo) optimistis terjadi pemulihan ekspor setelah harga indeks komoditas ini bergerak turun pada periode kedua Juli 2025. 

    Wakil Ketua Umum Aspebindo Fathul Nugroho mengatakan, pihaknya melihat penurunan volume ekspor batu bara pada Semester I/2025 secara tahunan dibandingkan periode yang sama 2024. 

    Data MODI Minerba ESDM menunjukkan bahwa, volume ekspor batu bara mengalami penurunan sebesar 6,13%, dari 198,13 juta ton pada Semester I / 2024 menjadi 185,98 juta ton pada Semester I/2025. 

    “Apabila mengacu kepada data ESDM tersebut persentase penurunan volume ekspor batubara pada semester I/2025 sebenarnya tidak sampai 21%. Memang terjadi penurunan volume permintaan dari pasar global saat ini,” ujar Fathul dalam keterangan tertulis, Minggu (10/8/2025). 

    Dia menerangkan faktor utama yang menyebabkan penurunan ekspor batu bara Indonesia yakni melemahnya permintaan dari importir utama seperti China dan India. Menurut Fathul, penurunan permintaan tersebut didorong oleh peningkatan produksi batu bara domestik di China dan India. 

    Dalam laporan International Energy Agency (IEA) menyebutkan bahwa China telah meningkatkan produksi batu bara mereka secara masif sebagai bagian dari strategi ketahanan energi nasional. 

    Demikian pula di India, Kementerian Batu bara India mengumumkan bahwa produksi batu bara domestik mencapai rekor tertinggi pada tahun fiskal 2024-2025, mengurangi ketergantungan mereka pada impor.

    Untuk diketahui, harga batu bara acuan internasional, termasuk Indonesian Coal Index (ICI) telah turun sekitar 20% year-to-date hingga minggu 1 Juli 2025. “Sebagai ilustrasi, ICI 4 yang mewakili batu bara 4.200 GAR, juga mengalami tren penurunan yang signifikan,” jelasnya. 

    Sementara itu, berdasarkan data dari Argus Coalindo, harga ICI 4 tercatat di kisaran US$40.68 per ton pada awal Juli 2025. Adapun, penurunan tersebut membuat banyak eksportir menahan volume penjualan mereka untuk menghindari kerugian. 

    Kendati demikian, dia melihat dalam empat minggu terakhir ini, harga ICI 4 mulai melandai dan menunjukkan tanda-tanda rebound tipis, yaitu berada di sekitar US$41.92 per ton pada awal Agustus 2025. 

    “Pergerakan ini mengindikasikan bahwa harga telah mencapai garis support, yang diduga kuat adalah harga pokok produksi bagi sebagian besar produsen,” jelas Fathul.

    Pasar batu bara global saat ini menghadapi tantangan besar karena kelebihan pasokan, yang utamanya didorong oleh peningkatan produksi dari negara-negara seperti China, India, dan Mongolia. 

    Di sisi lain, Rusia juga sering kali menawarkan harga yang lebih kompetitif di pasar Asia. Sementara itu, Australia, sebagai produsen utama, juga terus berupaya merebut pangsa pasar yang ada.

    “Meskipun terjadi penurunan harga di semester pertama 2025, kami optimis mengenai prospek ekspor batu bara nasional di semester kedua 2025,” tuturnya.

    Pihaknya berharap tren peningkatan harga batu bara Internasional terus berlanjut dengan ICI 4 hingga akhir 2025 diharapkan dapat naik sekitar 10-20% dari harga awal Agustus ini mencapai kisaran US$45-US$48 per ton 

    “Tentunya ini akan memberikan sinyal harga yang positif bagi para eksportir. Dengan harga yang lebih stabil dan menguntungkan, produsen akan termotivasi untuk meningkatkan kembali volume ekspornya,” tambahnya.

    Jika kondisi pasar global tidak berubah signifikan dan tren kenaikan harga terus berlanjut, pihaknya menargetkan volume ekspor batu bara akan kembali meningkat. “Ke depannya, kami tetap memantau situasi dengan cermat dan berharap adanya stabilitas harga yang lebih baik,” katanya. 

  • Trump-Putin Akan Bertemu, Pemimpin Eropa Desak Tekanan Lebih Besar ke Rusia

    Trump-Putin Akan Bertemu, Pemimpin Eropa Desak Tekanan Lebih Besar ke Rusia

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska, AS pada Jumat pekan depan. Para pemimpin Eropa mendesak ‘tekanan’ yang lebih besar ke Rusia untuk mengakhiri perang Ukraina-Rusia.

    “Hanya pendekatan yang menggabungkan diplomasi aktif, dukungan untuk Ukraina, dan tekanan pada Federasi Rusia untuk mengakhiri perang ilegal yang dapat berhasil,” demikian kata pemimpin Eropa dalam pernyataan bersama, Minggu (10/8/2025).

    Pernyataan pemimpin Eropa itu ditandatangani oleh Prancis, Jerman, Italia, Polandia, Inggris, Finlandia, dan Ketua Komisi Uni Eropa Ursula Von Der Leyen.

    Para pemimpin negara Eropa sejatinya menyambut baik upaya Trump dan mengaku siap membantu secara diplomatis, dengan mempertahankan dukungan untuk Ukraina, serta dengan menegakkan dan memberlakukan langkah-langkah pembatasan terhadap Rusia.

    “Jalur kontak saat ini harus menjadi titik awal negosiasi”, demikian pernyataan bersama pemimpin Eropa tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

    Para pemimpin Eropa itu juga mengatakan, sebuah resolusi “harus melindungi kepentingan keamanan vital Ukraina dan Eropa”. Mereka juga menegaskan perlunya jaminan keamanan yang kuat dan kredibel yang memungkinkan Ukraina untuk secara efektif mempertahankan kedaulatan dan integritas teritorial.

    Para penasihat keamanan nasional dari sekutu Kyiv termasuk Amerika Serikat, negara-negara Uni Eropa, dan Inggris sebelumnya berkumpul di Inggris pada hari Sabtu untuk menyelaraskan pandangan mereka menjelang KTT Putin-Trump.

    Presiden Prancis Emmanuel Macron, setelah panggilan telepon dengan Zelensky, Starmer, dan Kanselir Jerman Friedrich Merz, mengatakan “masa depan Ukraina tidak dapat diputuskan tanpa Ukraina” dan bahwa Eropa juga harus dilibatkan dalam negosiasi.

    Sebelumnya, pada Jumat (8/8) waktu setempat, Trump mengumumkan akan menggelar pertemuan dengan Putin pada hari Jumat (15/9) mendatang di Alaska. Trump mengatakan bahwa “akan ada pertukaran wilayah demi kebaikan Ukraina dan Rusia”, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

    KTT Alaska pada 15 Agustus nanti akan menjadi yang pertama antara presiden AS dan Rusia yang sedang menjabat sejak mantan presiden AS Joe Biden bertemu Putin di Jenewa, Swiss pada Juni 2021.

    Trump dan Putin terakhir kali bertemu pada tahun 2019 di sebuah pertemuan puncak G20 di Jepang selama masa jabatan pertama Trump. Kedua pemimpin telah berbicara melalui telepon beberapa kali sejak Januari lalu.

    Sementara itu, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengingatkan bahwa “keputusan tanpa Ukraina” tidak akan membawa perdamaian. Dia juga menolak menyerahkan wilayah kepada Rusia.

    “Rakyat Ukraina tidak akan menyerahkan tanah mereka kepada penjajah,” tulisnya di media sosial, dilansir kantor berita AFP, Sabtu (9/8/2025). Hal ini disampaikannya seiring Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin bersiap untuk mengadakan pertemuan minggu depan di Alaska, AS guna membahas perdamaian di Ukraina.

    (yld/gbr)

  • Sukhoi Su-57 Rusia Dibekali Rudal Hipersonik dan Jelajah, Jangkauan Tembaknya Terjauh di Dunia

    Sukhoi Su-57 Rusia Dibekali Rudal Hipersonik dan Jelajah, Jangkauan Tembaknya Terjauh di Dunia

    JAKARTA – Jet tempur generasi kelima Rusia Sukhoi Su-57 akan menjadi jet tempur dengan kemampuan jangkauan tembak terjauh di dunia, termasuk mengungguli jet-jet tempur Barat, seiring penambahan dua persenjataan baru.

    Chief of the Main Staff and First Deputy Commander in Chief of the Russian Aerospace Forces Letnan Jenderal Alexander Maksimtsev mengatakan, Su-57 telah dilengkapi dengan rudal hipersonik

    “Sesuai dengan perintah pertahanan negara, Angkatan Udara Rusia setiap tahun menerima sistem persenjataan canggih dan modern. Laju pengiriman pesawat Su-57 generasi kelima terus meningkat, seiring dengan sistem serangan udara modern dan senjata hipersonik,” jelasnya dalam sebuah wawancara, dilansir dari TASS 5 Agustus.

    Majalah Military Watch menyatakan, kelas rudal hipersonik yang dimaksud masih sangat belum pasti, meskipun telah dikonfirmasi turunan rudal jelajah hipersonik Zircon yang diluncurkan dari udara yang saat ini digunakan oleh kapal permukaan dan kapal selam Angkatan Laut Rusia sedang dalam pengembangan.

    Mengintegrasikan Zircon ke dalam Su-57, yang menggabungkan jangkauan yang sangat jauh dengan kemampuan siluman canggih, dapat secara signifikan meningkatkan ancaman terhadap sasaran musuh.

    Sukhoi Su-57 Rusia. (Wikimedia Commons/Anna Zvereva)

    Sejumlah kelas rudal baru yang canggih telah dikembangkan untuk Su-57. Media pemerintah melaporkan pada Oktober 2023, kelas baru rudal jelajah jarak sangat jauh berbasis Kh-101/102 yang diperlengkapi untuk pesawat pengebom strategis telah diintegrasikan ke dalam pesawat tempur tersebut. Rudal tersebut lebih kecil dari Kh-101/102, tetapi tetap mempertahankan jangkauan yang sama, yang diperkirakan sekitar 3.500 kilometer.

    Hal ini akan memberikan Su-57 jangkauan tempur terjauh di antara semua kelas pesawat tempur di dunia, dan dicapai melalui “pengurangan signifikan ukuran amunisi baru berkat desain sayap lipat dan tata letak internal yang disempurnakan, serta penggunaan mesin turbojet bypass berukuran kecil yang baru,” demikian menurut Majalah Military Watch.

    Rudal hipersonik 3M22 Zircon (NATO: SS-N-33) merupakan rudal bertenaga scramjet yang dapat terbang dengan kecepatan Mach 9—atau hampir 9.600 kilometer per jam, dikutip dari Defence Security Asia.

    Rudal Zircon, yang awalnya ditujukan untuk platform angkatan laut seperti fregat kelas Admiral Gorshkov dan kapal selam kelas Oscar, kini telah diadaptasi menjadi varian peluncuran udara yang mampu ditembakkan dari pesawat berkecepatan tinggi di ketinggian tinggi, sehingga intersepsi hampir mustahil dilakukan.

    Kecepatan Mach 9-nya memampatkan waktu respons sistem pertahanan udara musuh menjadi hanya beberapa detik, dan lapisan plasmanya membuatnya hampir tak terlihat oleh sistem radar.

    Tingkat kecepatan, kemampuan siluman, dan akurasi ini secara fundamental mengubah keseimbangan di setiap teater operasi, baik di Eropa, Indo-Pasifik, maupun Arktik.

    Selain varian Zircon, Su-57 juga dilengkapi dengan keluarga rudal jelajah jarak jauh Kh-101/102, dengan Kh-102 sebagai versi berkemampuan nuklir yang menawarkan jangkauan antarbenua hingga 3.500 kilometer.

    Ilustrasi militer Rusia uji coba penembakan rudal hipersonik Zircon dari Fregat Admiral Gorshkov. (Russian Ministry of Defense Press Office via TASS)

    Sementara itu, Kh-102 menghadirkan lapisan kedua pencegahan strategis pada persenjataan Su-57.

    Dirancang untuk menghindari radar dan terbang di ketinggian rendah untuk menembus jauh ke dalam wilayah musuh, Kh-102 dapat membawa hulu ledak termonuklir dan beroperasi di lingkungan tanpa GPS.

    Rudal-rudal ini, yang sebelumnya hanya digunakan oleh pesawat pengebom strategis berat Rusia seperti Tu-95MS Bear dan Tu-160 Blackjack, kini diadaptasi untuk dibawa secara eksternal dan internal oleh Su-57, perubahan yang mengubah dinamika postur nuklir global.

    Hal ini menjadikan Su-57 satu-satunya pesawat tempur siluman yang beroperasi di seluruh dunia yang mampu membawa muatan hipersonik dan nuklir, sekaligus menjadi preseden baru dalam evolusi peperangan jet tempur.

    Saat ini, baik jet tempur F-22 Raptor maupun F-35 Lightning II Amerika Serikat belum memiliki kemampuan rudal hipersonik operasional, dan tidak ada pesawat tempur siluman Barat yang tersertifikasi untuk pengiriman rudal jelajah nuklir.

    Angkatan Udara AS telah mengumumkan rencana untuk meningkatkan pesawat pengebom B-1B Lancer-nya dengan tiang eksternal untuk senjata hipersonik masa depan, tetapi rencana ini masih dalam tahap pengembangan dan masih jauh dari siap tempur.

    Sedangkan J-20 Mighty Dragon Tiongkok telah diusulkan sebagai platform senjata hipersonik masa depan, tetapi belum ada konfirmasi resmi pesawat tersebut telah mencapai kemampuan serangan hipersonik operasional, terutama dengan senjata seperti DF-17 atau varian potensial yang diluncurkan dari udara.

    Bomber Rusia Tupolev Tu-95MSM membawa rudal Kh-101. (Wikimedia Commons/Dmitry Terekhov)

    Kemampuan Rusia mengintegrasikan teknologi rudal revolusioner langsung ke dalam badan pesawat siluman dikatakan memberikan implikasi sangat besar bagi teater regional.

    Di Eropa, pangkalan udara NATO yang beroperasi di garis depan, pusat komando penting, dan pusat logistik di Polandia, Jerman, dan negara-negara Baltik semuanya berada dalam jangkauan serangan Su-57 dari dalam wilayah udara Rusia.

    Sementara di Indo-Pasifik, Su-57 yang dipersenjatai dengan Zircon dapat memproyeksikan kekuatan melintasi zona maritim yang luas – termasuk Laut China Selatan, Laut Jepang, dan berpotensi hingga Guam atau Diego Garcia – tanpa pernah menembus perimeter pertahanan udara sekutu.

    Sedangkan di Timur Tengah, Su-57 yang dioperasikan Rusia yang berbasis di Suriah atau dipasok ke sekutu seperti Iran dapat membawa kepentingan Israel, Teluk, atau AS ke dalam jangkauan hipersonik langsung.

    Para ahli strategi militer percaya hal ini membuat kelompok penyerang kapal induk atau infrastruktur komando yang dikerahkan di garis depan rentan dengan cara yang sebelumnya hanya terancam oleh sistem rudal balistik.

    Yang membuat hal ini semakin ampuh adalah metode pengirimannya: sebuah pesawat tempur siluman yang menghindari radar terbang di bawah ambang batas deteksi hingga peluncuran senjata.

    Kombinasi kemampuan siluman, kecepatan, jangkauan, dan multi-muatan menandai paradigma baru dalam pencegahan strategis dan peperangan serangan presisi.

    Para analis di komando NATO dan STRATCOM AS telah mulai merevisi pemodelan skenario untuk memperhitungkan perluasan cakupan ancaman operasional Su-57, terutama di wilayah-wilayah yang diperebutkan seperti Baltik, Laut Hitam dan Lingkaran Arktik.

  • Trump Bertemu Putin di Alaska pada 15 Agustus Pekan Depan

    Trump Bertemu Putin di Alaska pada 15 Agustus Pekan Depan

    JAKARTA – Presiden AS Donald Trump akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk merundingkan akhir perang di Ukraina pada Jumat, 15 Agustus di Alaska.

    Trump membuat pengumuman tersebut di media sosial setelah mengatakan kedua belah pihak, termasuk Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, hampir mencapai kesepakatan gencatan senjata yang dapat menyelesaikan konflik tiga setengah tahun tersebut, yang dapat mengharuskan Ukraina menyerahkan sebagian besar wilayahnya.

    Berbicara kepada wartawan di Gedung Putih pada Jumat, 8 Agustus, Trump mengisyaratkan kesepakatan akan melibatkan pertukaran wilayah.

    “Akan ada pertukaran wilayah untuk kebaikan keduanya,” kata presiden dari Partai Republik tersebut dilansir Reuters.

    Dalam pidato malamnya kepada rakyat, Zelenskyy mengatakan gencatan senjata dapat dicapai selama tekanan yang memadai diberikan kepada Rusia.

    Presiden Ukraina mengatakan telah melakukan lebih dari belasan percakapan dengan para pemimpin berbagai negara dan timnya terus berkomunikasi dengan Amerika Serikat.

    Sementara Putin mengklaim empat wilayah Ukraina – Luhansk, Donetsk, Zaporizhzhia, dan Kherson – serta semenanjung Laut Hitam Krimea, yang dianeksasinya pada tahun 2014. Pasukannya tidak sepenuhnya menguasai seluruh wilayah di keempat wilayah tersebut.

    Sebelumnya, Bloomberg News melaporkan para pejabat AS dan Rusia sedang mengupayakan kesepakatan yang akan mengunci pendudukan Moskow atas wilayah yang direbut selama invasi militernya.

    Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan berita Bloomberg tersebut hanyalah spekulasi. Seorang juru bicara Kremlin tidak menanggapi permintaan komentar.

    Ukraina sebelumnya telah mengisyaratkan kesediaan untuk bersikap fleksibel dalam upaya mengakhiri perang yang telah menghancurkan kota-kotanya dan menewaskan banyak tentara dan warganya.

    Namun, menerima hilangnya sekitar seperlima wilayah Ukraina akan menyakitkan dan menantang secara politis bagi Zelenskiy dan pemerintahannya.

    Tyson Barker, mantan wakil khusus Departemen Luar Negeri AS untuk pemulihan ekonomi Ukraina, mengatakan proposal perdamaian sebagaimana diuraikan dalam laporan Bloomberg akan segera ditolak oleh Ukraina.

    “Yang terbaik yang bisa dilakukan Ukraina adalah tetap teguh pada keberatan dan persyaratan mereka untuk penyelesaian yang dinegosiasikan, sambil menunjukkan rasa terima kasih mereka atas dukungan Amerika,” kata Barker, seorang peneliti senior di Atlantic Council.

    Berdasarkan kesepakatan yang diusulkan, menurut Bloomberg, Rusia akan menghentikan serangannya di wilayah Kherson dan Zaporizhzhia di sepanjang garis pertempuran saat ini.

  • 6 Fakta Petemuan Trump dan Putin, Nasib Ukraina Bakal Ditentukan

    6 Fakta Petemuan Trump dan Putin, Nasib Ukraina Bakal Ditentukan

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin akan menggelar pertemuan puncak di Alaska pada 15 Agustus. KTT ini diharapkan menjadi langkah besar menuju penghentian perang Ukraina yang telah berlangsung sejak Februari 2022.

    Trump sebelumnya telah menghabiskan bulan-bulan pertamanya menjabat untuk mencoba menengahi perdamaian, setelah sesumbar bahwa ia dapat mengakhiri perang dalam 24 jam. Namun beberapa putaran perundingan damai, panggilan telepon, dan kunjungan diplomatik gagal menghasilkan terobosan.

    Berikut fakta-fakta terkait rencana pertemuan kedua kepala negara tersebut:

    Lokasi Pertemuan

    Trump mengumumkan KTT akan digelar di Alaska pada 15 Agustus melalui Truth Social, yang kemudian dikonfirmasi Kremlin.

    “Mereka ingin bertemu dengan saya, saya akan melakukan apa pun untuk menghentikan pembunuhan itu,” kata Trump.

    Ia juga menyebut akan ada “pertukaran wilayah untuk kebaikan” Ukraina dan Rusia, namun tanpa merinci lebih lanjut. Kremlin menilai lokasi ini “cukup logis” untuk pertemuan kedua pemimpin.

    Mengapa Alaska?

    Alaska adalah wilayah yang dibeli AS dari Rusia pada 1867 dan terletak dekat dengan Rusia, hanya dipisahkan oleh Selat Bering. Ajudan Kremlin Yuri Ushakov mengatakan wilayah ini memiliki potensi kerja sama ekonomi besar.

    “Namun, tentu saja, para presiden akan fokus membahas opsi penyelesaian damai jangka panjang atas krisis Ukraina,” ujarnya. Ushakov menambahkan, Putin berharap pertemuan berikutnya dapat digelar di Rusia.

    Hambatan Lokasi

    Rencana KTT ini dibatasi oleh surat perintah penangkapan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) terhadap Putin, yang membuatnya sulit bepergian ke negara anggota ICC. Sebelumnya, muncul kandidat lokasi lain seperti Uni Emirat Arab, Turki, China, atau India, namun akhirnya Alaska dipilih.

    Keterlibatan Zelensky

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mendorong agar KTT ini menjadi pertemuan tiga pihak. Utusan khusus Trump, Steve Witkoff, mengusulkan format tersebut saat bertemu Putin pekan ini, namun Moskow menolak.

    Dalam perundingan di Istanbul pada Juni lalu, Rusia menegaskan pertemuan Putin-Zelensky hanya bisa dilakukan pada tahap akhir negosiasi setelah ada kesepakatan prinsip perdamaian.

    Sejarah Pertemuan Putin-Trump

    Trump dan Putin terakhir kali bertemu pada KTT G20 di Jepang pada 2019. Pertemuan sebelumnya di Helsinki pada 2018 menuai kritik karena Trump dinilai membela Putin terkait temuan intelijen AS mengenai campur tangan Rusia dalam Pemilu AS.

    Terakhir kali Putin bertemu presiden AS di wilayah AS adalah saat berunding dengan Barack Obama pada Sidang Umum PBB 2015.

    Posisi Negosiasi Saat Ini

    Rusia menuntut Ukraina menarik pasukan dari empat wilayah yang dianeksasi, bersikap netral, tidak bergabung dengan NATO, dan menolak bantuan militer Barat. Sementara Ukraina menegaskan tidak akan mengakui klaim Rusia atas wilayahnya, namun siap mengembalikan wilayah tersebut melalui diplomasi. Kyiv uga meminta jaminan keamanan dari Barat, termasuk pengerahan pasukan penjaga perdamaian.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Perang Dunia 3 Sudah Mulai, Banyak Orang Tak Sadar

    Perang Dunia 3 Sudah Mulai, Banyak Orang Tak Sadar

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perang terjadi di mana-mana, baik dalam bentuk bersenjata maupun konflik dagang. Tanpa disadari, dunia sebenarnya sudah berada dalam bayang-bayang Perang Dunia 3.

    Setidaknya begitu menurut pandangan Dmitry Trenin, peneliti utama di Institut Ekonomi Dunia dan Hubungan Internasional Rusia, yang juga anggota Dewan Urusan Internasional Rusia (RIAC).

    Ia mengatakan Perang Dunia 3 yang mengintai saat ini berbeda dari invasi konvensional seperti di era Perang Dunia 2. Kali ini bentuknya lebih tersembunyi dan menyebar.

    “Perang dunia telah dimulai. Hanya saja, tidak semua orang menyadarinya,” ujar Trenin dalam analisis terbarunya yang pertama kali diterbitkan oleh majalah Profile, beberapa saat lalu.

    Dalam pandangannya, sejak saat itu dunia telah memasuki babak konflik baru yang semakin intensif. Bentuknya bukan sekadar adu kekuatan militer, melainkan konflik menyeluruh yang mencakup sabotase ekonomi, agitasi sosial, serta destabilisasi internal negara-negara lawan.

    Trenin juga menyoroti keterlibatan langsung negara-negara NATO, seperti Inggris dan Prancis, dalam serangan terhadap target Rusia melalui dukungan mereka kepada Ukraina. “Ukraina hanyalah alat. Brussels sedang mempersiapkan perang yang lebih luas,” katanya.

    Ia menilai perang global ini dipicu oleh ketakutan Barat terhadap kebangkitan kekuatan baru seperti Rusia dan China, yang dianggap sebagai ancaman terhadap dominasi geopolitik dan ideologi Barat.

    “Ini bukan sekadar pertarungan geopolitik, ini adalah perang eksistensial bagi Barat. Globalisme tidak mentolerir alternatif,” ujarnya.

    Trenin mendorong Rusia untuk tidak lagi bersikap defensif. Ia menekankan pentingnya mobilisasi nasional yang cerdas, penguatan sektor teknologi, ekonomi, hingga demografi, serta konsolidasi dengan mitra strategis seperti Belarus dan Korea Utara. Dalam analisisnya, kerapuhan dalam kesatuan Uni Eropa harus menjadi celah taktis bagi Rusia.

    Ia juga menyebut bahwa kembalinya Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ke Gedung Putih memberi ruang taktis untuk mengurangi tekanan militer AS terhadap Rusia, namun mengingatkan bahwa kebijakan luar negeri AS tetap pada dasarnya bersifat konfrontatif.

    Dalam pernyataan yang lebih tajam, Trenin bahkan menyebut bahwa jika eskalasi tak dapat dihindari, maka Rusia harus siap melakukan serangan preemptif, termasuk dengan senjata nuklir jika diperlukan.

    “Pencegahan harus aktif. Jika perlu, kita harus siap menggunakan cara khusus dengan kesadaran penuh akan konsekuensinya,” kata dia.

    Menurutnya, kemenangan dalam konflik ini tidak diukur dari pendudukan wilayah, melainkan dari keberhasilan menggagalkan rencana musuh. Ia menutup pernyataannya dengan menegaskan bahwa perang saat ini mencakup seluruh lini: dari militer hingga narasi informasi.

    “Waktu untuk ilusi telah berakhir. Kita berada dalam perang dunia. Satu-satunya jalan ke depan adalah melalui tindakan yang berani dan strategis,” Trenin memungkasi.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Trump-Putin Akan Ketemuan Bahas Ukraina, Zelensky Ingatkan Ini!

    Trump-Putin Akan Ketemuan Bahas Ukraina, Zelensky Ingatkan Ini!

    Jakarta

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengingatkan bahwa “keputusan tanpa Ukraina” tidak akan membawa perdamaian. Dia juga menolak menyerahkan wilayah kepada Rusia.

    “Rakyat Ukraina tidak akan menyerahkan tanah mereka kepada penjajah,” tulisnya di media sosial, dilansir kantor berita AFP, Sabtu (9/8/2025). Hal ini disampaikannya seiring Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin bersiap untuk mengadakan pertemuan minggu depan di Alaska, AS guna membahas perdamaian di Ukraina.

    “Keputusan apa pun yang berlawanan dengan kami, keputusan apa pun tanpa Ukraina, juga merupakan keputusan yang menentang perdamaian. Keputusan itu tidak akan mencapai apa pun,” tegas Zelensky, seraya menambahkan bahwa perang “tidak dapat diakhiri tanpa kami, tanpa Ukraina”.

    Zelensky mengatakan Ukraina “siap untuk keputusan nyata yang dapat membawa perdamaian”, tetapi mengatakan itu harus menjadi “perdamaian yang bermartabat”, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

    Puluhan ribu orang telah tewas sejak Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada Februari 2022, dengan jutaan orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka.

    Tiga putaran negosiasi antara Rusia dan Ukraina tahun ini gagal membuahkan hasil, dan masih belum jelas apakah pertemuan Trump dan Putin pekan depan akan membawa perdamaian lebih dekat.

    Putin sebelumnya telah menolak berbagai seruan dari Amerika Serikat, Eropa, dan Ukraina untuk gencatan senjata.

    Ia juga mengesampingkan kemungkinan mengadakan pembicaraan dengan Zelensky pada tahap ini, sebuah pertemuan yang menurut presiden Ukraina tersebut diperlukan untuk mencapai kemajuan dalam kesepakatan.

    Pada Jumat (8/8) waktu setempat, Trump mengumumkan akan menggelar pertemuan dengan Putin pada hari Jumat (15/9) mendatang di Alaska. Trump mengatakan bahwa “akan ada pertukaran wilayah demi kebaikan Ukraina dan Rusia”, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

    KTT Alaska pada 15 Agustus nanti akan menjadi yang pertama antara presiden AS dan Rusia yang sedang menjabat sejak mantan presiden AS Joe Biden bertemu Putin di Jenewa, Swiss pada Juni 2021.

    Trump dan Putin terakhir kali bertemu pada tahun 2019 di sebuah pertemuan puncak G20 di Jepang selama masa jabatan pertama Trump. Kedua pemimpin telah berbicara melalui telepon beberapa kali sejak Januari lalu.

    Lihat juga Video ‘Drone Ukraina Hantam Stasiun Kereta Api Rusia’:

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Wajib Tahu! Ini Gaya & Modus Terbaru Kuras Rekening Pakai OTP

    Wajib Tahu! Ini Gaya & Modus Terbaru Kuras Rekening Pakai OTP

    Jakarta, CNBC Indonesia – One Time Password (OTP) kerap digunakan sebagai gerbang masuk modus terbaru Malware. Lewat cara ini, pelaku kejahatan dengan mudah masuk ke rekening bank dan mengurasnya hingga habis.

    Laporan dari peneliti ZLabs dari perusahaan keamanan Zimperium menjelaskan terdapat kampanye pencuri SMS besar-besaran. Jumlahnya mencapai lebih dari 107 ribu sampel malware yang terhubung dengan tindakan kejahatan tersebut.

    Para pelaku akan mencoba mengakses ke perangkat pengguna Android. Berikutnya adalah mencuri informasi sensitif para korbannya.

    Modusnya dengan membuat laman download aplikasi palsu atau lewat bot Telegram. Para pelaku akan menyebar iklan aplikasi palsu dan korban yang tertipu akan masuk ke link tersebut.

    Berikutnya, malware akan melakukan tugasnya membuat pengguna ponsel memberikan izin membaca pesan SMS mereka, dikutip dari Mashable, Sabtu (9/8/2025).

    Sementara di Telegram, peneliti menemukan ada 2.600 bot yang melakukan kejahatan. para bot itu akan membuat seakan pengguna tengah ditawari aplikasi Android bajakan gratis.

    Setelah akses di tangan para pelaku, mereka akan menggunakan data pribadi untuk keuntungan finansial. Salah satunya adalah OTP yang digunakan bank dan lembaga keuangan lain sebagai alat verifikasi untuk mengakses platform.

    Tim peneliti menyebutkan 113 negara menjadi korban pencurian tersebut. Mayoritas berada di India dan Rusia, namun korban berjumlah besar juga datang dari Brasil, Meksiko, Amerika Serikat (AS), Ukraina, dan Spanyol.

    Untuk menghindari kejahatan ini, pengguna harus berhati-hati pada link yang diterimanya. Sementara itu Google meminta pengguna memanfaatkan fitur Google Play Protect untuk menghindari infeksi malware pada perangkat.

    (pgr/pgr)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Fix! Trump-Putin Akan Ketemuan di Alaska Bahas Ukraina

    Fix! Trump-Putin Akan Ketemuan di Alaska Bahas Ukraina

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyampaikan bahwa ia akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska, AS. Trump mengisyaratkan bahwa kesepakatan antara Moskow dan Kyiv untuk mengakhiri perang di Ukraina dapat melibatkan pertukaran wilayah.

    Kremlin kemudian mengonfirmasi pertemuan puncak tersebut, menyebut lokasi tersebut “cukup logis.”

    “Para presiden sendiri pasti akan fokus membahas opsi-opsi untuk mencapai penyelesaian damai jangka panjang atas krisis Ukraina,” kata pejabat Kremlin, Yuri Ushakov, dalam sebuah pernyataan yang diunggah di Telegram pada Jumat (8/8) waktu setempat, dilansir kantor berita AFP, Sabtu (9/8/2025).

    Puluhan ribu orang telah tewas sejak Rusia melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina pada Februari 2022, dengan jutaan orang terpaksa meninggalkan rumah mereka.

    “Pertemuan yang sangat dinantikan antara saya, sebagai Presiden Amerika Serikat, dan Presiden Vladimir Putin dari Rusia, akan berlangsung Jumat depan, 15 Agustus 2025, di Negara Bagian Alaska,” tulis Trump di platform Truth Social miliknya.

    Sebelumnya, ia mengatakan di Gedung Putih bahwa “akan ada pertukaran wilayah demi kebaikan” Ukraina dan Rusia, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

    “Pertemuan yang sangat dinantikan antara saya, sebagai Presiden Amerika Serikat, dan Presiden Vladimir Putin dari Rusia, akan berlangsung Jumat depan, 15 Agustus 2025, di Negara Bagian Alaska,” tulis Trump di platform Truth Social miliknya.

    Sebelumnya, ia mengatakan di Gedung Putih bahwa “akan ada pertukaran wilayah demi kebaikan” Ukraina dan Rusia, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

    Putin mengadakan konsultasi pada hari Jumat (8/8) waktu setempat dengan para pemimpin China dan India menjelang pertemuan puncak dengan Trump.

    Sebelumnya, tiga putaran negosiasi antara Rusia dan Ukraina gagal membuahkan hasil, dan masih belum jelas apakah pertemuan puncak akan membawa perdamaian lebih dekat.

    Putin telah menolak berbagai seruan dari Amerika Serikat, Eropa, dan Ukraina untuk gencatan senjata.

    Ia juga mengesampingkan kemungkinan mengadakan perundingan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada tahap ini, sebuah pertemuan yang menurut Zelensky diperlukan untuk mencapai kemajuan dalam kesepakatan.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Begini Kondisi Harga Minyak Menanti Pertemuan Trump dan Putin – Page 3

    Begini Kondisi Harga Minyak Menanti Pertemuan Trump dan Putin – Page 3

    Minggu ini, Trump mengancam akan menaikkan tarif terhadap India jika terus membeli minyak Rusia. Trump juga mengatakan Tiongkok, pembeli minyak mentah Rusia terbesar, dapat dikenakan tarif serupa dengan yang dikenakan terhadap impor India.

    “Berbagai pertimbangan non-minyak sedang dipertimbangkan, termasuk kekhawatiran atas dampak tarif dan berita utama yang beredar selama beberapa hari terakhir mengenai pertemuan Trump dan Putin dalam waktu dekat,” kata Analis Pasar Energi Sparta Commodities, Neil Crosby.

    “Risiko utama saat ini sangat kuat, terutama karena adanya perubahan sikap mengenai siapa yang akan hadir dalam pertemuan mengenai Ukraina dan dalam situasi apa,” ungkap dia.

    Analis ANZ Bank mengatakan, Tarif AS yang lebih tinggi atas impor dari sejumlah mitra dagang mulai berlaku pada hari Kamis, meningkatkan kekhawatiran atas aktivitas ekonomi dan permintaan minyak mentah.

    OPEC+ pada hari Minggu sepakat untuk meningkatkan produksi minyak sebesar 547.000 barel per hari untuk bulan September, yang terbaru dalam serangkaian kenaikan produksi yang dipercepat untuk mendapatkan kembali pangsa pasar dan menambah pasokan.