Negara: Rusia

  • Hartanya Rp 278 Triliun, Pendiri Telegram Anti Godaan Dunia

    Hartanya Rp 278 Triliun, Pendiri Telegram Anti Godaan Dunia

    Jakarta

    Pendiri dan CEO Telegram Pavel Durov, berlimpah hartanya. Forbes mencatat, kekayaannya saat ini adalah USD 17,1 miliar atau lebih dari Rp 278 triliun. Namun pria asal Rusia ini dikenal sederhana, bahkan memakai smartphone yang sangat murah.

    Durov dikenal tak pernah menggembar-gemborkan gaya hidup mewah. Jika diperhatikan, penampilannya pun simpel dan hampir selalu mengenakan kaus berwarna gelap.

    Pada tahun 2017, di ulang tahunnya yang ke-33, Durov membagikan di halaman pribadinya daftar semua hal yang telah ia tinggalkan demi kesehatan dan kesejahteraan fisik, mental, dan spiritualnya.

    Ia sepertinya sudah tidak tertarik pada godaan dunia. Hal-hal yang telah ia tinggalkan termasuk alkohol, nikotin, narkoba, kafein, makanan cepat saji, gula, dan televisi.

    Dalam postingan di akun Telegram resminya beberapa waktu silam, diketahui pula bahwa dia memakai ponsel murah meriah. Durov memamerkan ponselnya yang rusak di mana casingnya terlepas dari bodi lantaran terpapar cuaca sangat panas di Dubai. Telegram memang kini kantor pusatnya di Uni Emirat Arab.

    Menariknya, HP yang dipakainya itu adalah Galaxy A52, ponsel kelas menengah besutan Samsung. Smartphone ini meluncur beberapa tahun silam dan harga barunya sekitar Rp 5 juta, namun tampaknya saat ini sudah tidak diproduksi yang baru. Durov mengaku sudah cukup lama menggunakannya sebagai HP utama.

    “Aku telah menggunakan Samsung seharga USD 180 ini sebagai perangkat utamaku selama dua tahun terakhir. Aku memilihnya karena ini adalah salah satu ponsel yang paling banyak digunakan di kalangan pengguna Telegram,” tulisnya di Telegram.

    “Aku ingin memahami pengalaman mereka untuk melayani mereka dengan lebih baik. Tapi sepertinya aku akan segera mengganti ponselku,” imbuh pria berusia 40 tahun itu, dikutip detikINET dari Gagadget.

    Sebelumnya, Durov mengklaim meninggalkan Rusia karena tak mau menerima perintah pemerintah mana pun. Ia menyebut klaim Telegram dikendalikan Rusia sebagai rumor palsu yang disebar pesaing yang mengkhawatirkan pertumbuhan Telegram.

    “Aku lebih suka bebas daripada menerima perintah dari siapa pun,” kata Durov tentang kepergiannya dari Rusia. Dia pernah coba ke Amerika Serikat tapi menurutnya, terutama dalam merekrut talenta global, birokrasi di sana terlalu berat dan dia diserang di jalanan San Francisco oleh orang yang coba mencuri ponselnya.

    Yang lebih mengkhawatirkan, katanya, ia mendapat terlalu banyak perhatian dari badan keamanan AS termasuk FBI. Durov mengklaim lembaga-lembaga AS mencoba mempekerjakan pegawainya untuk menemukan backdoor Telegram. FBI belum menanggapi tudingan Durov ini.

    Durov pun memilih Uni Emirat Arab karena negara itu adalah netral yang ingin berteman dengan semua dan tidak bersekutu dengan negara adidaya mana pun. Jadi dia merasa Uni Emirat Arab adalah tempat terbaik untuk Telegram.

    Durov yang tahun lalu sempat ditahan otoritas Perancis terkait tudingan Telegram disalahgunakan kaum kriminal itu juga baru-baru ini mengatakan anak-anaknya akan berbagi seluruh harta kekayaannya. Ia dilaporkan memiliki lebih dari 100 anak lewat donasi sperma.

    “Mereka semua adalah anak saya dan akan memiliki hak yang sama! Saya tidak ingin mereka bertengkar setelah saya meninggal dunia,” ujar Durov seperti dikutip dari BBC.

    (fyk/fay)

  • RI Bakal Teken 3 Perjanjian Dagang Tahun Ini

    RI Bakal Teken 3 Perjanjian Dagang Tahun Ini

    Jakarta

    Pemerintah memastikan ada tiga perjanjian dagang yang akan ditandatangani tahun ini. Pertama, Perundingan Indonesia-Eurasian Economic Union Free Trade Agreement (I-EAEU FTA), kedua

    Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership/ICA-CEPA, dan ketiga Perundingan Indonesia-Tunisia Preferential Trade Agreement (IT-PTA).

    “Ini yang sudah selesai tapi belum ditandatangan, tapi akan ditandatangan tahun ini adalah Kanada, Eurasia atau EA-EU, Eurasian Economic Union, itu gabungan antara Rusia, Belarus, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Armenia, kemudian ada Tunisia PTA dengan kawasan Afrika Utara. Nah ini tiga ini menunggu untuk ditandatangani,” kata Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag Djatmiko Bris Witjaksono dalam konferensi pers di Kementerian Perdagangan, Selasa (12/8/2025).

    Sementara untuk Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement/I-EU CEPA), masih dalam proses penyelesaian.

    Perjanjian dagang itu dipastikan akan selesai tahun ini. Dia meyakini Presiden Prabowo Subianto telah melakukan kesepakatan politisi untuk menyelesaikan perjanjian dagang itu.

    “Nanti EU akan berikutnya, belum selesai, jadi kita akan coba selesaikan. Pak Presiden sudah mengumumkan ada kesepakatan politis untuk menyelesaikan segera di tahun ini,” terangnya.

    Sebelumnya, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan Indonesia dan kawasan Ekonomi Eurasia telah melakukan penyelesaian secara substantif Perundingan Indonesia-Eurasian Economic Union Free Trade Agreement (I-EAEU FTA). Konklusi atau materi perjanjian dagang tersebut sudah disepakati kedua belah pihak.

    Penandatangan resmi perjanjian dagang ini bakal resmi diteken pada bulan Desember 2025 mendatang. Airlangga bilang peresmian perjanjian dagang ini akan dilakukan bersamaan dengan EAEU Summit 2025.

    “Perjanjian dengan Eurasia sudah selesai konklusinya, sudah selesai materinya. Tinggal nanti penandatanganannya direncanakan pada saat EUEA Summit di bulan Desember, di sini juga (Rusia),” beber Airlangga saat mendampingi Presiden Prabowo Subianto kunjungan resmi ke Rusia, ditulis Sabtu (21/6/2025).

    Sementara I-EU CEPA penandatanganan peresmian perjanjian dagang ini bakal dilakukan pada kuartal III tahun ini. Diharapkan dalam waktu dekat ekspor produk Indonesia ke Benua Biru tarifnya bisa sangat rendah hingga 0%, dengan begitu produk Indonesia bisa makin dilirik pasar karena makin murah dan mudah untuk diakses publik Eropa.

    “Berarti antara Indonesia dan EU itu akan produk kita bisa masuk ke Eropa dengan tarif nol,” sebut Airlangga.

    (kil/kil)

  • Macron Sewa Detektif Terkait Tuduhan Istrinya Terlahir sebagai Pria

    Macron Sewa Detektif Terkait Tuduhan Istrinya Terlahir sebagai Pria

    Paris

    Pengacara untuk Presiden Prancis Emmanuel Macron dan istrinya, Brigitte, menyewa investigator atau detektif swasta untuk menyelidiki seorang influencer Amerika Serikat (AS), Candace Owens, yang mereka gugat terkait tuduhan Brigitte terlahir sebagai laki-laki.

    Penyelidikan yang dilakukan oleh detektif swasta itu, seperti dilansir Financial Times, Selasa (12/8/2025), disebut menghasilkan sejumlah informasi detail mengenai Owens, termasuk soal hubungannya dengan tokoh-tokoh sayap kanan di Prancis dan popularitasnya di media pemerintah Rusia.

    Macron dan istrinya menggugat Owens, seorang influencer sayap kanan terkenal di AS, atas apa yang mereka sebut sebagai “fiksi yang aneh, memfitnah, dan mengada-ada” dalam rentetan podcast berseri yang menarik jutaan pendengar. Tuduhan utama dalam podcast itu adalah Brigitte terlahir sebagai laki-laki.

    Penyelidikan terhadap Owens itu dilakukan oleh firma hukum Nardello & Co yang berkantor di AS, sebelum Macron dan istrinya mengajukan gugatan hukum terhadap Owens bulan lalu.

    Sejumlah informasi yang didapat dari investigasi itu tidak hanya menjelaskan soal hubungan Owens dengan para tokoh sayap kanan di Prancis, tetapi juga keterkaitannya dengan tokoh populis sayap kanan di AS dan Inggris, serta interaksi onlinenya dengan seorang nasionalis di Rusia.

    “Keluarga Macron mengajukan gugatan hukum ini dengan pengetahuan penuh tentang siapa yang bersekutu dengan Owens,” kata pemimpin eksekutif Nardello & Co, Dan Nardello, yang merupakan mantan jaksa federal New York.

    Keputusan untuk menyewa investigator menyoroti keseriusan Macron dan istrinya dalam gugatan hukum mereka terhadap Owens. Ini menjadi contoh langka seorang pemimpin dunia, yang masih aktif menjabat, dalam menggugat seorang influencer online terkait konten mereka.

    Menurut salah satu pengacara Macron, Tom Clare, dari firma hukum Clare Locke — spesialis kasus pencemaran nama baik, keputusan mengajukan gugatan itu sebagian didorong oleh keinginan Macron dan istrinya untuk memahami mengapa seorang influencer AS tertarik pada mereka.

    Macron dan istrinya mengajukan gugatan hukum atas tuduhan pencemaran nama baik terhadap Owens pada Juli lalu. Gugatan yang diajukan ke pengadilan tinggi Delaware, AS, itu menuduh Owens telah menyebarkan “kebohongan”, termasuk tuduhan soal Brigitte terlahir sebagai laki-laki dengan nama Jean-Michel Trogneux.

    Gugatan itu, seperti dilansir AFP, diajukan setelah Owens berulang kali mengabaikan permintaan untuk mencabut pernyataan palsu dan pencemaran nama baik yang dibuat dalam rentetan video YouTube dan podcast delapan episode berjudul “Becoming Brigitte.”

    Clare menambahkan bahwa Macron dan istrinya bersedia hadir di pengadilan Delaware untuk menghadiri persidangan secara langsung.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Telepon India-Arab Saudi, Zelenskyy Galang Dukungan Jelang Pertemuan Trump-Putin

    Telepon India-Arab Saudi, Zelenskyy Galang Dukungan Jelang Pertemuan Trump-Putin

    JAKARTA – Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berbicara dengan pemimpin India dan Arab Saudi pada Senin, dalam upaya memobilisasi dukungan bagi Kyiv di luar Eropa menjelang pertemuan yang direncanakan minggu ini antara Donald Trump dan Vladimir Putin.

    Zelenskyy memperoleh dukungan diplomatik dari Eropa dan aliansi NATO di tengah kekhawatira pemimpin AS dan Rusia mungkin mencoba mendikte persyaratan untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama 3,5 tahun.

    Dalam pernyataan terpisah pada Senin, 11 Agustus, Zelenskiy mengatakan ia telah berbicara dengan Perdana Menteri India Narendra Modi dan Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman.

    Posisi keduanya mengambil posisi diplomatik yang hati-hati terkait invasi Rusia ke negara tetangganya.

    India adalah pembeli utama minyak Rusia dan Arab Saudi telah menempatkan diri sebagai mediator dalam konflik tersebut.

    Zelenskyy mengatakan dirinya berbicara dengan kedua pemimpin tersebut tentang penguatan posisi Ukraina dalam proses perdamaian apa pun.

    “Komunikasi dengan para pemimpin berlangsung hampir sepanjang waktu – kami terus berkomunikasi,” tulisnya di X.

    “Sekaranglah saatnya ada peluang nyata untuk mencapai perdamaian,” sambung Zelenskyy dilansir Reuters.

    Dalam percakapan panjang dengan Modi, Zelenskyy menerangkan dia juga membahas sanksi terhadap minyak Rusia.

    Trump pekan lalu mengenakan tarif tambahan sebesar 25% untuk barang-barang India, dengan alasan New Delhi terus mengimpor produk tersebut.

    “Saya mencatat bahwa perlu untuk membatasi ekspor energi Rusia, khususnya minyak, untuk mengurangi potensi dan kemampuannya dalam membiayai kelanjutan perang ini,” ujarnya.

    Menurut Presiden Ukraina, para pemimpin yang memiliki “pengaruh nyata terhadap Rusia” harus bertindak.

    Putin juga telah melakukan serangkaian panggilan telepon dalam beberapa hari terakhir, berbicara dengan para pemimpin China, India, Brasil, dan tiga negara bekas Uni Soviet untuk memberi pengarahan tentang kontaknya dengan Amerika Serikat terkait perang di Ukraina.

    Pada Rabu, Jerman akan mengadakan pertemuan virtual para pemimpin Eropa untuk membahas cara menekan Rusia agar mengakhiri perang di Ukraina menjelang panggilan telepon Eropa dengan Trump.

    Zelenskyy dan para pejabat Uni Eropa serta NATO diperkirakan akan menghadiri pertemuan tersebut.

    Presiden Ukraina sebelumnya memperingatkan konsesi apa pun kepada Rusia tidak akan meyakinkannya untuk menghentikan pertempuran di Ukraina. Tekanan terhadap Kremlin perlu ditingkatkan, kata Zelenskyy.

    “Rusia menolak untuk menghentikan pembunuhan, dan oleh karena itu tidak boleh menerima imbalan atau keuntungan apa pun,” tulisnya di X.

    “Konsesi tidak meyakinkan seorang pembunuh,” tegas dia.

  • 5 Negara G7 Akan Akui Kedaulatan Palestina, Bisakah Ubah Situasi Gaza?

    5 Negara G7 Akan Akui Kedaulatan Palestina, Bisakah Ubah Situasi Gaza?

    Jakarta

    Lima negara yakni Prancis, Kanada, Jepang, Kerajaan Bersatu (UK), dan Australia akan mengakui kedaulatan Palestina dengan beberapa syarat pada Sidang Umum PBB pada September nanti.

    Apabila Prancis dan Kerajaan Bersatu menepati pengakuan kedaulatan ini, maka Palestina akan didukung oleh empat dari lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB.

    Dua negara yang sudah mengakui kedaulatan Palestina adalah Rusia dan China. Hanya tersisa Amerika Serikat yang menolak dan diketahui merupakan sekutu terkuat Israel.

    Saat ini, negara Palestina sudah diakui oleh 147 dari 193 negara anggota PBB. Indonesia termasuk di dalamnya.

    Selain lima negara yang akan mengakui kedaulatan Palestina, Selandia Baru juga tengah mempertimbangkan langkahnya untuk memberikan pengakuan sebelum Sidang Umum PBB digelar.

    Pengakuan ini akan keluar dengan “menghidupkan kembali prospek solusi dua negara” dan “melihat komitmen Israel untuk menyetujui gencatan senjata”, kata Perdana Menteri Kerajaan Bersatu (UK) Sir Keir Starmer.

    Tapi jika pengakuan ini benar-benar terwujud, apa dampaknya?

    Apa arti pengakuan kedaulatan terhadap Palestina?

    Dengan status Palestina sebagai negara yang tak bisa berdaulat secara penuh saat ini, pengakuan yang dilakukan negara-negara tersebut bersifat simbolis. Namun, simbolisme ini bernilai kuat.

    Sebab, hal itu mewakili pernyataan moral dan politik yang berpotensi mengubah sedikit situasi di lapangan.

    Menteri Luar Negeri UK, David Lammy, menyatakan Britania Raya memiliki tanggung jawab khusus untuk mendukung solusi dua negara dalam pidatonya di PBB sekitar dua pekan lalu.

    Ini merujuk pada Deklarasi Balfour 1917 yang ditandatangani Arthur Balfour ketika menjabat sebagai Menteri Luar Negeri.

    Dalam deklarasi tersebut, ada pernyataan terkait dukungan Britania Raya terhadap “pembentukan sebuah rumah nasional bagi bangsa Yahudi di Palestina”.

    Menurut Lammy, deklarasi ini juga memuat janji yang serius mengenai “tidak akan dilakukan apa pun yang dapat merugikan hak-hak sipil dan agama komunitas non-Yahudi yang sudah ada di Palestina”.

    Pasukan Inggris menurunkan Bendera untuk secara resmi mengakhiri kekuasaan Inggris di Palestina pada 1948. (Bettmann via Getty Images)

    Sayangnya, para pendukung Israel berdalih Balfour tidak merujuk secara jelas pada Palestina apalagi menyebutkan hak nasional warga Palestina.

    Wilayah yang sebelumnya secara keseluruhan dikenal sebagai Palestina pernah dikuasai Britania Raya sesuai mandat Liga Bangsa-bangsa dari 1922-1948 dan dianggap sebagai urusan internasional yang belum tuntas.

    Kendati demikian, Israel didirikan pada 1948. Alih-alih terwujud solusi dua negara, sengketa berkepanjangan Palestina dan Israel terus bergejolak.

    Akibat sengketa ini, Palestina menjadi tidak memiliki batas wilayah yang disepakati secara internasional, ibu kota, bahkan tentara.

    Meski sempat terjadi perjanjian damai pada 1990-an, Israel masih melakukan pendudukan militer di Tepi Barat. Akibat ini, otoritas Palestina yang dibentuk setelah perjanjian damai tidak sepenuhnya mengendalikan wilayah atau penduduknya.

    Kini, Gaza menjadi wilayah pendudukan Israel yang terus-menerus dihancurkan.

    Seperti yang dikatakan Lammy, ‘solusi dua negara’ selalu muncul sebagai jalan keluar dari para politisi di berbagai negara jika berbicara kedaulatan Palestina.

    Solusi dua negara merujuk pada pembentukan negara Palestina, berdampingan dengan Israel, di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur dan Jalur Gaza, secara umum mengikuti garis batas yang ada sebelum Perang Arab-Israel 1967.

    Namun, langkah internasional untuk mewujudkan solusi dua negara telah gagal. Kolonisasi Israel atas sebagian besar Tepi Barat, yang ilegal menurut hukum internasional, telah mengubah konsep tersebut menjadi slogan yang kosong.

    Upaya untuk menciptakan negara Palestina yang sejajar pun tak membuahkan hasil, karena berbagai alasan.

    Apakah dukungan UK dan negara lain berpengaruh?

    Britania Raya pada 2025 ini berbeda dengan 1917 ketika Deklarasi Balfour ditandatangani. Kemampuannya untuk memaksa negara lain mengikuti kehendaknya cukup terbatas.

    Akan tetapi, berbagai peristiwa yang terjadi belakangan ini mempengaruhi keputusan yang diambil pemerintah. Selain desakan yang makin keras dari para anggota parlemen dan kabinet, beberapa hal menjadi pertimbangan dari pemerintah.

    Antara lain, pemandangan kelaparan yang semakin parah di Gaza, kemarahan yang meningkat atas kampanye militer Israel, dan pergeseran besar dalam opini warga Inggris.

    Dalam debat di parlemen Inggris pekan lalu, Lammy diserang dari segala arah dengan pertanyaan mengapa UK masih belum mengakui negara Palestina.

    Menteri Kesehatan, Wes Streeting, mewakili pandangan banyak anggota parlemen ketika ia mendesak pemerintah untuk mengakui Palestina “selama masih ada negara Palestina yang bisa diakui”.

    Perdana Menteri UK, Sir Keir Starmer, pun memilih sejumlah syarat berkaitan dengan pengakuan kedaulatan Palestina.

    Syarat tersebut: Britania Raya akan bertindak kecuali pemerintah Israel mengambil langkah-langkah tegas untuk mengakhiri penderitaan di Gaza, mencapai gencatan senjata, menahan diri dari aneksasi wilayah di Tepi Baratlangkah yang secara simbolis diancam oleh parlemen Israel, Knesset, pekan lalu, dan berkomitmen pada proses perdamaian yang menghasilkan solusi dua negara.

    Starmer paham syarat tersebut hampir tidak mungkin dipenuhi hingga tenggat waktu September nanti mengingat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menentang pembentukan negara Palestina.

    Bahkan Netanyahu mengatakan keputusan Kerajaan Bersatu itu menghargai “terorisme keji Hamas”.

    Melihat situasi ini, pengakuan Kerajaan Bersatu terhadap Palestina pasti akan terjadi.

    “Skenario terburuk kelaparan saat ini sedang terjadi” di Jalur Gaza, para ahli keamanan pangan global yang didukung PBB memperingatkan (Reuters)

    Secara terpisah, Wakil Presiden AS JD Vance telah menegaskan kembali bahwa AS tidak memiliki rencana untuk mengakui negara Palestina, dengan alasan kurang berfungsinya pemerintahan di sana.

    Washington telah mengakui Otoritas Palestina, yang saat ini dipimpin oleh Mahmoud Abbas, sejak pertengahan 1990-an, tetapi belum mengakui negara Palestina secara resmi.

    Beberapa presiden AS telah menyatakan dukungan mereka terhadap pembentukan negara Palestina di masa depan, kecuali Donald Trump yang kini menjabat.

    Selama dua periode pemerintahan Trump, kebijakan AS sangat condong mendukung Israel.

    Tanpa dukungan dari sekutu terdekat dan paling kuat Israel yakni AS, sepertinya tidak mungkin melihat proses perdamaian yang mengarah pada solusi dua negara di masa depan.

    (ita/ita)

  • 148 Negara Kini Akui Palestina, Siapa Saja & Manapula yang Tidak?

    148 Negara Kini Akui Palestina, Siapa Saja & Manapula yang Tidak?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sebanyak 148 negara kini mengaku kedaulatan negara Palestina. Ini menjadi update terbaru, dari total 193 negara yang tergabung dalam PBB.

    Ke-148 negara itu merepresentasikan 75% dari total negara di dunia. Lalu apa saja negara itu?

    Berikut daftarnya dari yang terbaru mengakui hingga yang paling awal, dikutip dari beragam sumber seperti Al-Jazeera dan CNN International, Selasa (12/8/2025).

    1.Meksiko: 20 Maret 2025

    2.Armenia: 21 Juni 2024

    3.Slovenia: 4 Juni 2024

    4.Irlandia: 22 Mei 2024

    5.Norwegia: 22 Mei 2024

    6.Spanyol: 22 Mei 2024

    7.Bahama: 8 Mei 2024

    8.Trinidad dan Tobago: 3 Mei 2024

    9.Jamaika: 24 April 2024

    10.Barbados: 20 April 2024

    11.Saint Kitts dan Nevis: 29 Juli 2019

    12.Kolombia: 3 Agustus 2018

    13.Saint Lucia: 14 September 2015

    14.Takhta Suci: 26 Juni 2015

    15.Swedia: 30 Oktober 2014

    16.Haiti: 27 September 2013

    17.Guatemala: 9 April 2013

    18.Thailand: 18 Januari 2012

    19.Islandia: 15 Desember 2011

    20.Brasil: 3 Desember 2011

    21.Grenada: 25 September 2011

    22.Antigua dan Barbuda: 22 September 2011

    23.Dominika: 19 September 2011

    24.Belize: 9 September 2011

    25.Saint Vincent dan Grenadines: 29 Agustus 2011

    26.Honduras: 26 Agustus 2011

    27.El Salvador: 25 Agustus 2011

    28.Suriah: 18 Juli 2011

    29.Sudan Selatan: 14 Juli 2011

    30.Liberia: 1 Juli 2011

    31.Lesotho: 3 Mei 2011

    32.Uruguay: 16 Maret 2011

    33.Paraguay: 29 Januari 2011

    34.Suriname: 26 Januari 2011

    35.Peru: 24 Januari 2011

    36.Guyana: 13 Januari 2011

    37.Chile: 7 Januari 2011

    38.Ekuador: 27 Desember 2010

    39.Bolivia: 17 Desember 2010

    40.Argentina: 6 Desember 2010

    41.Republik Dominika: 15 Juli 2009

    42.Venezuela: 27 April 2009

    43.Pantai Gading: 1 Desember 2008

    45.Lebanon: 30 November 2008

    46.Kosta Rika: 5 Februari 2008

    47.Montenegro: 24 Juli 2006

    48.Timor Leste: 1 Maret 2004

    49.Malawi: 23 Oktober 1998

    50.Kirgistan: 1 November 1995

    51.Afrika Selatan: 15 Februari 1995

    52.Papua Nugini: 13 Januari 1995

    53.Uzbekistan: 25 September 1994

    54.Tajikistan: 2 April 1994

    55.Bosnia dan Herzegovina: 27 Mei 1992

    56.Georgia: 25 April 1992

    57.Turkmenistan: 17 April 1992

    58.Azerbaijan: 15 April 1992

    59.Kazakstan: 6 April 1992

    60.Eswatini: 1 Juli 1991

    61.Filipina: 1 September 1989

    62.Vanuatu: 21 Agustus 1989

    63.Benin: 1 Mei 1989

    64.Guinea Khatulistiwa: 1 Mei 1989

    65.Kenya: 1 Mei 1989 Etiopia: 4 Februari 1989

    66.Rwanda: 2 Januari 1989

    67.Bhutan: 25 Desember 1988

    68.Afrika Tengah: 23 Desember 1988

    69.Burundi: 22 Desember 1988

    70.Botswana: 19 Desember 1988

    71.Nepal: 19 Desember 1988

    72.Kongo: 18 Desember 1988

    73.Polandia: 14 Desember 1988

    74.Oman: 13 Desember 1988

    75.Gabon: 12 Desember 1988

    76.Sao Tome dan Principe: 10 Desember, 1988

    77.Mozambik: 8 Desember 1988

    78.Angola: 6 Desember 1988

    79.Kongo: 5 Desember 1988

    80.Sierra Leone: 3 Desember 1988

    81.Uganda: 3 Desember 1988

    82.Laos: 2 Desember 1988

    83.Chad: 1 Desember 1988

    84.Ghana: 29 November 1988

    85.Togo: 29 November 1988

    86.Zimbabwe: 29 November 1988

    87.Maladewa: 28 November 1988

    88.Bulgaria: 25 November 1988

    89.Tanjung Verde: 24 November 1988

    90.Korea Utara: 24 November 1988

    91.Niger: 24 November 1988

    92.Rumania: 24 November 1988

    93.Tanzania: 24 November 1988

    94.Hongaria: 23 November 1988

    95.Mongolia: 22 November 1988

    96.Senegal: 22 November 1988

    97.Burkina Faso: 21 November 1988

    98.Kamboja: 21 November 1988

    99.Komoro: 21 November 1988

    100.Guinea: 21 November 1988

    101.Guinea-Bissau: 21 November 1988

    102.Mali: 21 November 1988

    103.China: 20 November 1988

    104.Belarus: 19 November 1988

    105.Namibia: 19 November 1988

    106.Rusia: 19 November 1988

    107.Ukraina: 19 November 1988

    108.Vietnam: 19 November 1988

    109.Siprus: 18 November 1988

    110.Republik Ceko: 18 November 1988

    111.Mesir: 18 November 1988

    112.Gambia: 18 November 1988

    113.India: 18 November 1988

    114.Nigeria: 18 November 1988

    115.Seychelles: 18 November 1988

    116.Slowakia: 18 November 1988

    117.Sri Lanka: 18 November 1988

    118.Albania: 17 November 1988

    119.Brunei Darussalam: 17 November 1988

    120.Djibouti: 17 November 1988

    121.Mauritius: 17 November 1988

    122.Sudan: 17 November 1988

    123.Afghanistan: 16 November 1988

    124.Bangladesh: 16 November 1988

    125.Kuba: 16 November 1988

    126.Yordania: 16 November 1988

    127.Madagaskar: 16 November 1988

    128.Nikaragua: 16 November 1988

    129.Pakistan: 16 November 1988

    130.Qatar: 16 November 1988

    131. Arab Saudi: 16 November 1988

    132.Serbia: 16 November 1988

    133.Uni Emirat Arab: 16 November 1988

    134.Zambia: 16 November 1988

    135.Aljazair: 15 November 1988

    136.Bahrain: 15 November 1988

    137.Indonesia: 15 November 1988

    138.Irak: 15 November 1988

    139.Kuwait: 15 November 1988

    140.Libya: 15 November 1988

    141.Malaysia: 15 November 1988

    142.Mauritania: 15 November 1988

    143.Maroko: 15 November 1988

    144.Somalia: 15 November 1988

    145.Tunisia: 15 November 1988

    146.Turki: 15 November 1988

    147.Yaman: 15 November 1988

    148.Iran: 4 Februari 1988

    Sementara beberapa negara akan mengakui di sidang PBB September nanti. Berikut antara lain:

    Australia

    Kanada

    Prancis

    Malta

    Portugal

    Inggris

    Lalu negara mana saja yang belum sama sekali mengakui?

    Amerika Serikat

    Panama

    Jerman

    Italia

    Austria

    Denmark

    Lithuania

    Moldova

    Kroasia

    Latvia

    Yunani

    Eritrea

    Kamerun

    Myanmar

    Korea Selatan

    Jepang

    Israel

    Selandia Baru (masih akan diputuskan melalui sidang parlemen bulan ini)

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Trump & Putin Mau Bertemu di Alaska, Ekonomi Rusia Diprediksi Berotot Lagi

    Trump & Putin Mau Bertemu di Alaska, Ekonomi Rusia Diprediksi Berotot Lagi

    Jakarta

    Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dijadwalkan bertemu di Alaska pada Jumat (15/8/2025). Pertemuan ini dinilai menjadi kemenangan diplomatik besar bagi Rusia sekaligus peluang memperbaiki ekonomi yang tengah terpuruk.

    Kepala Fakultas Ekonomi di London Business School, Richard Portes, mengatakan pertemuan tersebut akan menjadi momen bersejarah karena baru pertama kali sejak 2007 Putin diundang ke AS.

    “Ini sudah merupakan kemenangan besar bagi Putin, tanpa syarat apa pun, tanpa Ukraina, tanpa perwakilan Eropa,” ujarnya Portes, dikutip CNBC, Senin (11/8/2025).

    Pertemuan itu berlangsung tanpa melibatkan Ukraina maupun negara Eropa. Rusia disebut berpeluang mendorong pencabutan sanksi internasional sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata, sekaligus memperoleh konsesi teritorial Ukraina.

    Meski begitu, Portes mengingatkan ekonomi Rusia masih tertekan sanksi dan inflasi yang menembus 9,4% pada Juni 2025.

    Di sisi lain, Penasihat Urusan Luar Negeri Presiden Putin, Yuri Ushakov, menyebut pertemuan ini juga membuka peluang investasi besar.

    “Kepentingan ekonomi kedua negara bersinggungan di Alaska dan Arktik, dengan prospek proyek-proyek besar yang saling menguntungkan,” kata Portes.

    Pengumuman pertemuan ini langsung menggairahkan pasar global. Bursa saham di Eropa dan AS kompak menguat, namun saham-saham pertahanan di Eropa justru tertekan karena pelaku pasar melihat peluang perdamaian bisa mengurangi kontrak besar NATO.

    Harga emas spot yang kerap jadi aset lindung nilai juga ikut turun 1% menjadi US$ 3.364 per ons pada Senin pagi waktu London. Saham Rheinmetall Jerman merosot hampir 4%, Hensoldt turun 1,5%, dan Renk melemah 3,3%. Saham Leonardo Italia dan Thales Prancis masing-masing turun 1,9% dan 1,7%. Di London, BAE Systems dan Babcock juga terkoreksi 1,1% dan 1,3%.

    (rrd/rrd)

  • Awas! Windows Anda Bisa Terinfeksi Malware dari WinRAR

    Awas! Windows Anda Bisa Terinfeksi Malware dari WinRAR

    Jakarta

    Sebuah celah keamanan berbahaya baru ditemukan di software populer WinRAR, dan pembuatnya langsung meminta pengguna langsung memperbarui aplikasi tersebut.

    Celah dengan kode CVE-2025-8088 itu saat ini sudah pernah dieksploitasi dalam serangan phishing. Yaitu membuat penjahat bisa menyusupkan berkas berbahaya ke dalam sistem operasi Windows, termasuk folder Windows yang otomatis dieksekusi saat PC dinyalakan.

    Dalam kondisi normal, semestinya WinRAR hanya akan mengekstrak file ke dalam folder tujuan yang dipilih oleh pengguna. Namun celah keamanan ini bisa menipu software untuk memasukkan file tersebut ke lokasi-lokasi yang sensitif, misalnya folder startup Windows, baik untuk satu pengguna atau ke semua pengguna PC tersebut.

    Jika itu terjadi, malwarenya akan otomatis aktif setelah komputer di-restart atau dinyalakan. Artinya si pembuat malware akan bisa terus-terusan mengontrol perangkat si korban.

    Celah keamanan ini ditemukan di WinRAR versi Windows dan berbagai software terkait lainnya, termasuk RAR, UnRAR, dan source code Portable UnRAR, demikian dikutip detikINET dari Techspot, Senin (11/8/2025).

    Celah ini ditemukan oleh peneliti keamanan ESET bernama Anton Cherepanov, Peter Kosinar, dan Peter Strycek. Dalam investigasinya terungkap kalau ada geng hacker yang sudah berulang kali mengeksploitasi celah ini dalam berbagai aksi spear-phishing. Geng hacker itu dikenal dengan nama RomCom.

    Dalam serangan siber itu, korban menerima email berisi file RAR yang sudah terinfeksi. Saat dibuka menggunakan WinRAR yang belum diperbarui, file RAR tersebut menyusupkan malware RomCom yang bisa mencuri data sensitif, menginstal malware lain, dan mempertahankan akses tersembunyi untuk jangka panjang.

    RomCom adalah geng hacker yang terafiliasi dengan operasi mata-mata siber berbahasa Rusia dan dikenal sering memanfaatkan celah keamanan yang belum ditemukan, baik untuk memata-matai korban ataupun melakukan serangan ransomware.

    Malware RomCom juga seringkali menggunakan komunikasi terenkripsi yang disembunyikan dalam sistem korban dan didesain untuk menghindari deteksi keamanan.

    Untuk mengatasi masalah ini pengembang WinRAR merilis WinRAR versi 7.13 Final pada 30 Juli 2025. Namun WinRAR versi baru ini tidak bisa di-update secara otomatis, jadi pengguna harus mengunduhnya secara manual dan menginstal versi barunya itu dari situs resmi WinRAR.

    (asj/fay)

  • Rusia Terus Mengembangkan Rudal Selama Moratorium, Bukan Cuma Punya Oreshnik

    Rusia Terus Mengembangkan Rudal Selama Moratorium, Bukan Cuma Punya Oreshnik

    JAKARTA – Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov mengatakan negara terus mengembangkan rudal selama masa berlakunya Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) Treaty, dengan Moskow memiliki senjata canggih lainnya selain Oreshnik.

    “Ketika moratorium diumumkan, kami menegaskan moratorium tersebut hanya berlaku untuk penempatan, dan tidak menyebutkan penghentian kegiatan (riset dan pengembangan),” kantor berita RIA mengutip Ryabkov dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi pemerintah Rossiya-1, seperti melansir Reuters 11 Agustus.

    “Jadi, waktu ini digunakan untuk mengembangkan sistem yang tepat dan membangun persenjataan yang cukup besar di area ini. Sejauh yang saya pahami, kami sekarang memilikinya,” ujar Ryabkov seperti dikutip RIA.

    Ditanya mengenai senjata canggih selain Oreshnik, Wamenlu Ryabkov mengatakan Rusia memiliki senjata canggih lainnya.

    “Oreshnik, ya, tetapi kami memiliki (senjata) lain. Kami tidak membuang waktu,” ujarnya dikutip dari TASS.

    “Saya tidak bisa membahas apa yang tidak seharusnya saya bahas, tetapi kami memiliki senjata semacam itu,” tambahnya ketika diminta untuk memberikan detail.

    Awal bulan ini, Rusia menyatakan akan mencabut apa yang disebutnya moratorium sepihak atas penempatan rudal jarak menengah, INF Treaty, dengan mengatakan hal ini merupakan respons yang dipaksakan terhadap langkah-langkah yang diambil oleh Amerika Serikat dan sekutunya.

    Diketahui, perjanjian INF yang ditandatangani pada tahun 1987 oleh pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev dan Presiden AS Ronald Reagan, menghapuskan seluruh kelas senjata rudal yang diluncurkan dari darat dengan jangkauan 500 hingga 5.500 kilometer (311 hingga 3.418 mil).

    Pada saat itu, perjanjian tersebut dipandang sebagai tanda meredanya ketegangan antara kedua negara adidaya yang bertikai. Namun seiring waktu, perjanjian tersebut terurai seiring memburuknya hubungan.

    Amerika Serikat menarik diri dari perjanjian tersebut pada tahun 2019 di masa kepresidenan pertama Donald Trump, dengan alasan dugaan pelanggaran yang dibantah Rusia.

    November tahun lalu, Presiden Vladimir Putin mengumumkan Rusia telah menembakan Rusia menembakan rudal balistik ke Dnipro, menghantam target militer Ukraina pada Hari Kamis, usai Amerika Serikat dan Inggris mengizinkan Ukraina menyerang Rusia dengan senjata Barat.

    Presiden Rusia Vladimir Putin, dalam pidato yang disiarkan di televisi, mengatakan Moskow menyerang fasilitas militer Ukraina dengan rudal balistik hipersonik jarak menengah baru yang dikenal sebagai “Oreshnik”, memperingatkan lebih banyak lagi yang akan menyusul.

    “Rusia menghantam sebuah pabrik kedirgantaraan Ukraina bernama Yuzhmash dengan rudal balistik hipersonik yang membawa hulu ledak non-nuklir,” kata Presiden Putin.

    Presiden Putin mengatakan, rudal baru yang diluncurkan Rusia ke Ukraina memiliki kecepatan hingga Mach 10, sesuatu yang dinilainya mustahil untuk dicegat oleh sistem pertahanan Amerika Serikat di Eropa.

    “Tidak ada cara untuk melawan rudal itu pada saat ini,” klaim Presiden Putin.

    “Oreshnik menyerang target dengan kecepatan Mach 10, atau 2,5 hingga 3 kilometer per detik,” ungkap Presiden Putin.

    “Sistem pertahanan udara modern dan sistem pertahanan rudal yang dikerahkan oleh Amerika di Eropa tidak dapat mencegat rudal semacam itu. Itu mustahil,” tandasnya.

    Pemimpin Kremlin menegaskan rudal balistik hipersonik baru yang ditembakan ke Ukraina pekan ini, Oreshnik, merupakan inovasi Rusia, bukan modernisasi peninggalan Soviet dan segera diproduksi massal.

  • Trump-Putin Bertemu Pekan Ini, Rusia-Ukraina Masih Saling Serang

    Trump-Putin Bertemu Pekan Ini, Rusia-Ukraina Masih Saling Serang

    JAKARTA – Militer Rusia dan militer Ukraina masih saling serang jelang pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Kedua pemimpin negara bertemu di Alaska pada Jumat pekan ini membahas upaya perdamaian Kyiv-Moskow.

    Dilansir Reuters, Senin, 11 Agustus, sistem pertahanan udara Rusia menembak jatuh tujuh pesawat nirawak (drone) Ukraina yang sedang menuju ibu kota Rusia pada Minggu malam dan Senin, 11 Agustus pagi, kata Wali Kota Moskow Sergei Sobyanin.

    Sementara itu, serangan udara Rusia melukai 12 orang di wilayah Zaporizhzhia, Ukraina.

    Rusia menyerang Zaporizhzhia dengan bom udara berpemandu, menghantam permukiman, terminal bus, dan klinik.

    “Setidaknya 12 orang terluka, salah satunya diselamatkan oleh petugas darurat dari bawah reruntuhan bangunan yang hancur,” kata Kementerian Luar Negeri Ukraina.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan para petugas

    gabungan memberikan pertolongan setelah serangan bom Rusia di Zaporizhzhia.

    “Sayangnya, ada korban jiwa,” kata Zelenskyy.

    “Itulah mengapa sanksi dan tekanan diperlukan. Kekuatan dibutuhkan – dari Amerika Serikat, Eropa, dan semua negara di dunia yang menginginkan perdamaian dan stabilitas dalam hubungan internasional,” sambung Zelenskyy.

    Zaporizhzhia berada di garis depan perang yang dilancarkan Rusia terhadap tetangganya yang lebih kecil pada Februari 2022.