Negara: Rusia

  • Trump Ikut Pertemuan Virtual dengan Zelensky Sebelum Jumpa Putin

    Trump Ikut Pertemuan Virtual dengan Zelensky Sebelum Jumpa Putin

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan menghadiri pertemuan virtual dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan para pemimpin Eropa lainnya. Pertemuan tersebut dilakukan menjelang pertemuan Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska, AS.

    Pertemuan virtual tersebut diagendakan pada Rabu atau 2 hari sebelum Trump bertemu Putin, hal itu disampaikan seorang pejabat Gedung Putih kepada Anadolu. Pejabat tersebut mengonfirmasi keikutsertaan Trump dengan syarat anonim, sehari setelah Kanselir Jerman Friedrich Merz mengumumkan bahwa ia telah mengundang presiden AS, Zelensky, dan pejabat Eropa lainnya.

    Juru bicara pemerintah Jerman Stefan Kornelius mengatakan pertemuan virtual tersebut akan fokus untuk memberi tekanan pada Rusia. Pertemuan itu juga akan membahas tentang permintaan jaminan keamanan.

    “Akan berfokus pada opsi lebih lanjut untuk menekan Rusia dan persiapan untuk kemungkinan negosiasi perdamaian dan pertanyaan terkait klaim teritorial dan jaminan keamanan,” kata Kornelius, dilansir Anadolu, Rabu (13/8/2025)

    Pertemuan tersebut akan menyediakan berbagai format diskusi dengan partisipasi dari kepala negara dan pemerintahan Jerman, Finlandia, Prancis, Italia, Polandia, Inggris, dan Ukraina. Presiden Komisi Eropa, kepala Dewan Eropa, sekretaris jenderal NATO, dan wakil presiden AS juga diperkirakan akan bergabung dalam pembicaraan tersebut.

    Sementara itu, Gedung Putih sebelumnya menyebut pertemuan Trump dan Putin sebagai “latihan mendengarkan” bagi pemimpin Amerika tersebut.

    Juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt mengonfirmasi bahwa pertemuan puncak Putin dan Trump tersebut akan diadakan di Anchorage, kota terbesar di Alaska, pada hari Jumat. Di saat Presiden Trump akan menetapkan “tujuan” untuk dapat “mencapai pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana kita dapat mengakhiri perang ini.”

    “Hanya satu pihak yang terlibat dalam perang ini yang akan hadir, jadi ini adalah tugas presiden untuk pergi dan mendapatkan pemahaman yang lebih tegas dan lebih baik tentang bagaimana kita diharapkan dapat mengakhiri perang ini,” ujarnya kepada para wartawan di Gedung Putih.

    Leavitt menyinggung terkait Zelensky yang tidak akan hadir selama pertemuan tersebut. Ia menekankan bahwa pertemuan tersebut berlangsung atas permintaan Putin.

    Pembicaraan mendatang akan menjadi pertemuan tatap muka pertama antara presiden Rusia dan AS yang sedang menjabat sejak Juni 2021, ketika Putin bertemu dengan Presiden AS saat itu, Joe Biden, di Jenewa, Swiss. Pertemuan ini juga akan menandai pertama kalinya seorang presiden Rusia menginjakkan kaki di tanah Alaska sejak Kekaisaran Rusia menjual wilayah tersebut kepada AS pada tahun 1867.

    (yld/zap)

  • OPEC Ramal Permintaan Minyak Dunia Meningkat pada 2026

    OPEC Ramal Permintaan Minyak Dunia Meningkat pada 2026

    Bisnis.com, JAKARTA — Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memperkirakan permintaan global terhadap minyak akan meningkat pada 2026 di tengah percepatan pertumbuhan permintaan dan melambatnya ekspansi pasokan dari produsen pesaing.

    Melansir Bloomberg pada Rabu (13/6/2025), OPEC menaikkan estimasi pertumbuhan permintaan minyak dunia pada 2026 sebesar 100.000 barel per hari (bph) menjadi 1,4 juta bph, sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun ini, seiring prospek ekonomi yang lebih kuat. Sementara itu, proyeksi pertumbuhan pasokan dari luar OPEC dipangkas dengan jumlah yang sama.

    Data dari sekretariat OPEC di Wina menunjukkan persediaan minyak global akan terkuras signifikan tahun depan—hampir 1,2 juta bph—kecuali kelompok tersebut dan sekutunya mengaktifkan kembali sebagian produksi yang masih tertahan.

    Meski demikian, proyeksi OPEC dalam beberapa tahun terakhir kerap dinilai terlalu optimistis, bahkan tahun lalu organisasi ini memangkas proyeksi permintaan hingga 32% dalam enam kali revisi bulanan.

    Kebijakan terbaru menunjukkan bahwa Arab Saudi sebagai pemimpin OPEC turut merasakan optimisme tersebut. Keputusan awal bulan ini mempercepat penuh pengaktifan kembali produksi 2,2 juta bph, satu tahun lebih cepat dari jadwal.

    Harga minyak justru melemah di tengah percepatan pasokan tersebut, seiring memburuknya prospek ekonomi akibat perang dagang Presiden Amerika Serikat Donald Trump. 

    Harga minyak mentah di London sudah turun 11% sepanjang tahun menjadi sekitar US$66 per barel. OPEC dan sekutunya mengisyaratkan langkah berikutnya dapat berupa kenaikan, jeda, atau bahkan pengurangan produksi.

    Perubahan Data

    Dalam laporan bulanan OPEC yang dirilis Selasa (12/8/2025), data pasokan dari OPEC+ menunjukkan gambaran yang bercampur, diperumit oleh perubahan metode pelaporan yang mulai diterapkan bulan lalu.

    Produksi minyak mentah dari 22 anggota OPEC+ naik 335.000 bph pada Juli, dengan sekitar separuh kenaikan berasal dari Arab Saudi. Namun, untuk bulan kedua berturut-turut, data tersebut menampilkan angka “supply-to-market” dari Saudi—yang mengecualikan pergerakan ke dan dari persediaan—alih-alih ukuran tradisional berupa volume produksi.

    Laporan mencatat pasokan ke pasar dari Saudi naik 165.000 bph menjadi 9,525 juta bph, tetapi dalam catatan kaki disebutkan bahwa kerajaan itu melaporkan penurunan produksi aktual sebesar 551.000 bph menjadi 9,2 juta bph.

    Bulan lalu, Arab Saudi menyatakan telah menaikkan produksi pada Juni untuk mengamankan pasokan di tengah konflik Israel-Iran, tanpa menjual tambahan pasokan tersebut kepada pembeli.

    Sejumlah perusahaan yang memverifikasi produksi atas nama OPEC menyebut diminta untuk melaporkan angka supply-to-market pada Juni, yang lebih rendah dibanding estimasi produksi mereka sehingga menunjukkan kepatuhan Saudi terhadap kuota OPEC+.

    OPEC tidak menjelaskan alasan mulai memasukkan data alternatif ini untuk anggota terkuatnya.

    Para anggota kunci OPEC+ yang dipimpin Saudi dan Rusia akan menggelar konferensi video pada 7 September untuk membahas langkah selanjutnya.

  • Macron Sampai Sewa Detektif Swasta Buntut Istri Dituduh Dulunya Pria

    Macron Sampai Sewa Detektif Swasta Buntut Istri Dituduh Dulunya Pria

    Paris

    Presiden Prancis Emmanuel Macron menanggapi serius tuduhan istrinya, Brigitte, terlahir sebagai seorang pria. Macron bahkan menyewa investigator atau detektif swasta untuk menyelidiki tuduhan tersebut.

    Berdasarkan catatan detikcom, Selasa (12/8), isu Brigitte dulunya seorang pria mulai mencuat ke publik setelah kejadian Macron ditoyor usai turun dari pesawat. Kala itu, Macron tengah berkunjung ke Vietnam.

    Kemudian, video Brigitte mendorong wajah Macron saat mereka turun dari pesawat kenegaraan viral di media sosial. Setelah tindakan Brigitte tersebut lalu beredar kabar bahwa istri Macron merupakan seorang pria.

    Macron sebetulnya sudah buka suara terkait kejadian wajahnya ditoyor oleh Brigitte. Namun, isu Briggete dulunya seorang pria semakin liar.

    Merespons isu liar itu, Macron pun mengambil langkah lanjutan. Ia bahkan sampai menyewa detekfit swasta untuk mengusut tuduhan tersebut.

    Macron Sewa Detekfit Swasta

    Investigator atau detektif swasta itu disewa untuk menyelidiki seorang influencer Amerika Serikat (AS), Candace Owens, yang mereka gugat terkait tuduhan Brigitte terlahir sebagai pria.

    Penyelidikan yang dilakukan oleh detektif swasta itu, seperti dilansir Financial Times, Selasa (12/8/2025), disebut menghasilkan sejumlah informasi detail mengenai Owens, termasuk soal hubungannya dengan tokoh-tokoh sayap kanan di Prancis dan popularitasnya di media pemerintah Rusia.

    Macron dan istrinya menggugat Owens, seorang influencer sayap kanan terkenal di AS, atas apa yang mereka sebut sebagai “fiksi yang aneh, memfitnah, dan mengada-ada” dalam rentetan podcast berseri yang menarik jutaan pendengar. Tuduhan utama dalam podcast itu adalah Brigitte terlahir sebagai laki-laki.

    Penyelidikan terhadap Owens itu dilakukan oleh firma hukum Nardello & Co yang berkantor di AS, sebelum Macron dan istrinya mengajukan gugatan hukum terhadap Owens bulan lalu.

    Sejumlah informasi yang didapat dari investigasi itu tidak hanya menjelaskan soal hubungan Owens dengan para tokoh sayap kanan di Prancis, tetapi juga keterkaitannya dengan tokoh populis sayap kanan di AS dan Inggris, serta interaksi onlinenya dengan seorang nasionalis di Rusia.

    “Keluarga Macron mengajukan gugatan hukum ini dengan pengetahuan penuh tentang siapa yang bersekutu dengan Owens,” kata pemimpin eksekutif Nardello & Co, Dan Nardello, yang merupakan mantan jaksa federal New York.

    Keputusan untuk menyewa investigator menyoroti keseriusan Macron dan istrinya dalam gugatan hukum mereka terhadap Owens. Ini menjadi contoh langka seorang pemimpin dunia, yang masih aktif menjabat, dalam menggugat seorang influencer online terkait konten mereka.

    Menurut salah satu pengacara Macron, Tom Clare, dari firma hukum Clare Locke — spesialis kasus pencemaran nama baik, keputusan mengajukan gugatan itu sebagian didorong oleh keinginan Macron dan istrinya untuk memahami mengapa seorang influencer AS tertarik pada mereka.

    Macron dan istrinya mengajukan gugatan hukum atas tuduhan pencemaran nama baik terhadap Owens pada Juli lalu. Gugatan yang diajukan ke pengadilan tinggi Delaware, AS, itu menuduh Owens telah menyebarkan “kebohongan”, termasuk tuduhan soal Brigitte terlahir sebagai laki-laki dengan nama Jean-Michel Trogneux.

    Gugatan itu, seperti dilansir AFP, diajukan setelah Owens berulang kali mengabaikan permintaan untuk mencabut pernyataan palsu dan pencemaran nama baik yang dibuat dalam rentetan video YouTube dan podcast delapan episode berjudul “Becoming Brigitte.”

    Clare menambahkan bahwa Macron dan istrinya bersedia hadir di pengadilan Delaware untuk menghadiri persidangan secara langsung.

    Halaman 2 dari 3

    (maa/maa)

  • Beijing Tembak Kapal Perang Jepang, Laut China Timur Memanas

    Beijing Tembak Kapal Perang Jepang, Laut China Timur Memanas

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ketegangan maritim di Asia Timur kembali meningkat. China dilaporkan menembakkan peluru peringatan ke kapal perang Jepang di Laut China Timur pada Juli 2024, insiden yang disebut pengamat sebagai eskalasi serius hubungan kedua negara.

    Menurut laporan Kyodo News, insiden terjadi pada 4 Juli 2024 ketika kapal perusak kelas Akizuki milik Pasukan Bela Diri Maritim Jepang (JMSDF), JS Suzutsuki, memantau latihan tembak langsung Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) di lepas pantai Provinsi Zhejiang, utara Selat Taiwan.

    Otoritas maritim Zhejiang telah menetapkan zona larangan berlayar pada 3-4 Juli. Namun, JS Suzutsuki justru berlayar memasuki perairan teritorial China sejauh 12 mil laut dari garis pantai, setelah beberapa kali peringatan radio diabaikan.

    Pasukan China kemudian menembakkan sedikitnya dua peluru peringatan, di mana satu sebelum kapal melintasi batas, dan satu lagi setelah berada di dalam perairan teritorial.

    Kyodo News menyebut, penyelidikan awal menemukan insiden itu dipicu oleh kesalahan awak kapal yang gagal mengaktifkan peta navigasi penanda batas perairan. Kapal tersebut bertahan sekitar 20 menit di perairan teritorial China sebelum keluar tanpa kerusakan.

    Beijing mengecam tindakan itu sebagai “ilegal dan tidak pantas” serta meminta Tokyo menyelidiki insiden tersebut.

    “Sesuai dengan ketentuan hukum China, kapal militer asing harus mendapatkan persetujuan sebelum memasuki perairan teritorial China. Jika tidak, akan kami tangani sesuai hukum,” tegas juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian pada Senin (11/8/2024).

    Kapten JS Suzutsuki kemudian dicopot pada bulan yang sama, meski Menteri Pertahanan Jepang saat itu, Minoru Kihara, enggan membeberkan alasan pergantian tersebut.

    Pengamat pertahanan Collin Koh menilai insiden ini sebagai peningkatan risiko konflik. “Kapal-kapal China melepaskan tembakan peringatan ke JS Suzutsuki, termasuk sebelum kapal JMSDF memasuki laut teritorial China. Ini jelas eskalasi,” tulisnya di X.

    Konvensi PBB tentang Hukum Laut mengizinkan kapal perang asing melintas di perairan teritorial negara lain dengan prinsip lintas damai. Namun, China menegaskan kapal perang asing harus memiliki izin resmi.

    Insiden ini terjadi di tengah meningkatnya manuver militer China di sekitar Kepulauan Senkaku/Diaoyu yang diperebutkan dengan Jepang. Buku Putih Pertahanan Jepang 2025 bahkan menyebut Beijing sebagai “tantangan strategis terbesar” bagi Tokyo, menyoroti kerja sama militer China-Rusia dan melebar­nya kesenjangan kekuatan dengan Taiwan, yang diklaim China sebagai wilayahnya.

    (tfa/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Putra Mahkota Saudi MBS Beli Yacht Mewah, Harganya Tembus Rp 8,9 T

    Putra Mahkota Saudi MBS Beli Yacht Mewah, Harganya Tembus Rp 8,9 T

    Jakarta, CNBC Indonesia – Putra Mahkota Arab Saudi, Mohamed Bin Salman (MBS), dilaporkan telah membeli sebuah yacht mewah berharga US$ 550 juta (Rp 8,9 triliun). Hal ini terungkap dari sebuah pesan transfer uang yang diungkap Supercar Blondie, Sabtu.

    Yacht yang dibeli bernama Serene. Yacht ini sejatinya dimiliki pengusaha vodka Rusia Yuri Shefler. Yacht ini seringkali disewa dengan harga US$ 5 juta (Rp 81 miliar) per minggu.

    “Dalam 24 hingga 48 jam, transaksi selesai, Shefler diminta untuk mengosongkan kapal,” ujar media yang berbasis di Dubai itu, dikutip Selasa (12/8/2025).

    Serene sendiri adalah sebuah istana terapung: dibangun oleh galangan kapal Italia Fincantieri dan dikirim pada 2011, kapal ini awalnya dibeli oleh Yuri Shefler dengan harga sekitar US$ 330 juta (sekitar Rp5,3 triliun).

    Dengan panjang 439 kaki, dengan ruang untuk 24 tamu dan 52 awak, kapal ini memiliki banyak fitur standar superyacht, seperti helipad, beberapa kolam, dinding panjat tebing, fasilitas spa, dan banyak lagi. Meskipun bukan megayacht terbesar di luar sana, kapal ini masih menjadi salah satu kapal pesiar terbesar di dunia.

    Saat ini, Serene adalah bagian dari armada kerajaan Saudi dan dilaporkan pernah menampung lukisan Salvator Mundi karya Leonardo da Vinci, yang dibeli oleh MBS pada 2017.

    Langkahi Bill Gates

    Pengusaha kondang Bill Gates dilaporkan juga sempat membidik yacht mewah ini. Gates dilaporkan memulai setiap hari dengan penerbangan helikopter ke Sardinia untuk bermain tenis, sebelum kembali ke kapal pesiar untuk snorkeling, jet ski, dan berjemur.

    Ia begitu terkesan dengan pengalamannya sehingga ia mulai menjajaki kemungkinan untuk membeli kapal itu secara langsung. Namun pada 2015, MBS muncul, dan menjadikan putra mahkota Saudi itu sebagai pesaing Gates untuk mendapatkannya.

    Dan bagi Bill Gates, kesempatan yang hilang ini mungkin telah memicu keinginan kuat untuk memiliki superyacht sendiri.

    Beberapa tahun setelah insiden ini, ia memesan superyacht bertenaga hidrogen seharga US$ 645 juta (sekitar Rp10,5 triliun), yang bahkan lebih mahal dari Serene. Namun, dalam perkembangannta, ia tidak pernah menginjakkan kaki di superyacht besar itu sebelum ia menjualnya.

    (tps/tps)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Pertemuan Trump-Putin di Alaska, Siapa yang Diuntungkan?

    Pertemuan Trump-Putin di Alaska, Siapa yang Diuntungkan?

    Jakarta

    Vladimir Putin dan Donald Trump akan melakukan pertemuan pada 15 Agustus di Alaska. Hal ini diumumkan jelang akhir dari Ultimatum-Perang-Ukraina yang diajukan Presiden AS kepada pemimpin Rusia. Meski para pakar tidak melihat adanya terobosan baru dari pertemuan ini, namun beberapa hal dapat mendesak Putin untuk melakukan gencatan senjata.

    Siapa yang diuntungkan dari pertemuan yang ini?

    Pertemuan mendatang antara Putin dan Trump adalah pertemuan langsung pertama sejak Trump kembali terpilih sebagai Presiden AS. Pada pertengahan Juli, Trump menyatakan kekecewaannya kepada Putin, setelah melancarkan serangan udara terhadap Kyiv, dan menegaskan AS tidak diam atas tindakan Rusia.

    Setelah utusan khusus AS, Steve Witkoff, mengunjungi Putin di Kremlin pada 6 Agustus lalu, Gedung Putih mengumumkan saksi sekunder terhadap Rusia masih akan diberlakukan, dan juga memberikan sanksi tambahan terhadap negara-negara yang membeli minyak Rusia.

    Apa yang akan dibahas secara spesifik dalam pertemuan di Alaska masih belum jelas. Namun, pertemuan tersebut dipastikan akan membahas Ukraina, yang tidak hadir di sana. Baik Washington dan Moskow tidak berencana mengundang Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy.

    Para pengamat yang diwawancarai oleh DW meyakini, pertemuan tersebut akan menguntungkan Rusia. “Putin selalu berupaya agar dia dan Presiden AS – siapa pun yang menjabat posisi tersebut – menentukan nasib dunia. Citra ini diharapkan dapat menyebar ke seluruh dunia,” kata Mikhail Kasyanov, mantan Perdana Menteri Rusia tahun 2000 hingga 2004.

    Politikus oposisi Rusia Dmitry Gudkov, yang kini hidup sebagai eksil mengatakan, pertemuan di Alaska juga akan menjadi kesempatan langka bagi Putin untuk dapat berjabat tangan dengan salah satu pemimpin dunia Barat. Putin tidak ingin melewatkan kesempatan itu.

    “Bagi Putin, kesempatan untuk bertemu Trump sudah merupakan keuntungan besar. Trump pada dasarnya melegitimasi seorang penjahat perang dan memberinya hak untuk bernegosiasi dengan negara barat,” kata Gudkov. Jika Trump tidak ada, tambahnya, tidak akan ada yang bernegosiasi dengan Putin.

    Apa yang membuat Putin ingin menemui Trump?

    Kirill Rogov, ilmuwan politik dan juga pendiri media daring berbahasa Rusia “Re: Russia” yang menerbitkan analisis para ilmuwan Rusia, menyorot kian memburuknya kondisi ekonomi Rusia, melambatnya pergerakan pasukan Rusia di Ukraina, dan sanksi sekunder AS yang berpotensi membahayakan Rusia. Mengingat hal tersebut, Putin memiliki kepentingan untuk mengupayakan akhir dari perang.

    “Putin juga berharap, dapat menjual persetujuannya dengan harga yang jauh lebih tinggi daripada yang ia peroleh nantinya. Sebab hingga akhir tahun, posisi Putin akan makin memburuk jika serangan tidak berdampak dan tidak berubahnya situasi di medan perang,” kata Rogov. Pada saat yang sama, Rusia akan kehilangan India sebagai pembeli minyak mentah akibat sanksi lanjutan AS, dan terpaksa mempersiapkan serangan ofensif untuk tahun ketiga secara berturut-turut.

    Siapa diuntungkan gencatan senjata di ruang udara?

    Kremlin menyadari, kunjungan Steve Witkoff adalah kesempatan terakhir yang menghantarnya untuk bernegosiasi dengan Trump, menurut sumber anonim yang dikutip Bloomberg. Untuk hal tersebut, Putin mungkin memilih untuk ‘mengorbankan’ gencatan senjata di ruang udara.

    Menurut Dmitry Gudkow, langkah yang dikoordinasikan dengan administrasi Trump ini menguntungkan Moskow, bukan Kyiv. Pasalnya, Ukraina telah melakukan serangan balasan yang “efektif”, yang dalam beberapa waktu terakhir sering mengakibatkan penutupan bandara-bandara Rusia.

    Selain itu, gudang senjata, peralatan militer, dan kilang minyak di Rusia juga menjadi sasaran. Hal ini penting dari sudut pandang psikologis membuat warga Rusia menyadari bahwa perang juga terjadi di sekitar mereka, bukan hanya di televisi, kata Gudkov. “Jika serangan udara ini berhenti, Putin akan dengan tenang melanjutkan serangannya melalui darat, di mana Rusia memiliki keunggulan,” kata politisi oposisi tersebut.

    “Sikap Istimewa Trump Terhadap Putin”

    “Bahkan jika Trump dan Putin tidak mencapai kemajuan yang signifikan dalam pembicaraan mereka, Presiden Rusia mungkin dapat terhindar dari konsekuensi serius,” kata ilmuwan politik, Rogov.

    “Sikap Trump terhadap Putin selalu istimewa, hal ini lah yang diandalkan Putin. Trump selalu menghindari situasi yang menekan Putin secara langsung. Dan saat tekanan tidak terhindarkan, Trump memberikan peluang baru untuk mencapai kesepakatan, sehingga tekanan tidak benar benar diberikan,” jelas Rogov. Contohnya saja negosiasi antara kedua pemimpin negara yang dilakukan lewat dari tenggat waktu ultimatum.

    Apa yang dapat menekan Kremlin?

    Dmitrij Gudkow berpendapat, tidak ada lagi cara nyata yang efektif untuk menekan Rusia. Meskipun ada sanksi, ratusan tanker masih mengangkut minyak Rusia melintasi lautan dunia.

    Gudkow mengaitkan harapan akan gencatan senjata cepat, lebih dengan faktor internal daripada eksternal yang dapat menekan Kremlin.

    Semakin lama perang berlangsung, kata Gudkow, semakin sulit bagi Putin menjual perang dengan ‘kemenangan Rusia’. “Pada akhirnya, orang Rusia tidak akan peduli apakah Ukraina bergabung dengan NATO atau bagaimana perang ini berakhir – yang penting perang ini dapat berakhir,” kata politisi tersebut.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman

    Diadaptasi oleh Sorta Caroline

    Editor Agus Setiawan

    Tonton juga video “Trump Ambil Alih Kendali Polisi Washington-Kerahkan Garda Nasional” di sini:

    (ita/ita)

  • Pertemuan Trump-Putin di Alaska, Siapa yang Diuntungkan?

    Pertemuan Trump-Putin di Alaska, Siapa yang Diuntungkan?

    Jakarta

    Vladimir Putin dan Donald Trump akan melakukan pertemuan pada 15 Agustus di Alaska. Hal ini diumumkan jelang akhir dari Ultimatum-Perang-Ukraina yang diajukan Presiden AS kepada pemimpin Rusia. Meski para pakar tidak melihat adanya terobosan baru dari pertemuan ini, namun beberapa hal dapat mendesak Putin untuk melakukan gencatan senjata.

    Siapa yang diuntungkan dari pertemuan yang ini?

    Pertemuan mendatang antara Putin dan Trump adalah pertemuan langsung pertama sejak Trump kembali terpilih sebagai Presiden AS. Pada pertengahan Juli, Trump menyatakan kekecewaannya kepada Putin, setelah melancarkan serangan udara terhadap Kyiv, dan menegaskan AS tidak diam atas tindakan Rusia.

    Setelah utusan khusus AS, Steve Witkoff, mengunjungi Putin di Kremlin pada 6 Agustus lalu, Gedung Putih mengumumkan saksi sekunder terhadap Rusia masih akan diberlakukan, dan juga memberikan sanksi tambahan terhadap negara-negara yang membeli minyak Rusia.

    Apa yang akan dibahas secara spesifik dalam pertemuan di Alaska masih belum jelas. Namun, pertemuan tersebut dipastikan akan membahas Ukraina, yang tidak hadir di sana. Baik Washington dan Moskow tidak berencana mengundang Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy.

    Para pengamat yang diwawancarai oleh DW meyakini, pertemuan tersebut akan menguntungkan Rusia. “Putin selalu berupaya agar dia dan Presiden AS – siapa pun yang menjabat posisi tersebut – menentukan nasib dunia. Citra ini diharapkan dapat menyebar ke seluruh dunia,” kata Mikhail Kasyanov, mantan Perdana Menteri Rusia tahun 2000 hingga 2004.

    Politikus oposisi Rusia Dmitry Gudkov, yang kini hidup sebagai eksil mengatakan, pertemuan di Alaska juga akan menjadi kesempatan langka bagi Putin untuk dapat berjabat tangan dengan salah satu pemimpin dunia Barat. Putin tidak ingin melewatkan kesempatan itu.

    “Bagi Putin, kesempatan untuk bertemu Trump sudah merupakan keuntungan besar. Trump pada dasarnya melegitimasi seorang penjahat perang dan memberinya hak untuk bernegosiasi dengan negara barat,” kata Gudkov. Jika Trump tidak ada, tambahnya, tidak akan ada yang bernegosiasi dengan Putin.

    Apa yang membuat Putin ingin menemui Trump?

    Kirill Rogov, ilmuwan politik dan juga pendiri media daring berbahasa Rusia “Re: Russia” yang menerbitkan analisis para ilmuwan Rusia, menyorot kian memburuknya kondisi ekonomi Rusia, melambatnya pergerakan pasukan Rusia di Ukraina, dan sanksi sekunder AS yang berpotensi membahayakan Rusia. Mengingat hal tersebut, Putin memiliki kepentingan untuk mengupayakan akhir dari perang.

    “Putin juga berharap, dapat menjual persetujuannya dengan harga yang jauh lebih tinggi daripada yang ia peroleh nantinya. Sebab hingga akhir tahun, posisi Putin akan makin memburuk jika serangan tidak berdampak dan tidak berubahnya situasi di medan perang,” kata Rogov. Pada saat yang sama, Rusia akan kehilangan India sebagai pembeli minyak mentah akibat sanksi lanjutan AS, dan terpaksa mempersiapkan serangan ofensif untuk tahun ketiga secara berturut-turut.

    Siapa diuntungkan gencatan senjata di ruang udara?

    Kremlin menyadari, kunjungan Steve Witkoff adalah kesempatan terakhir yang menghantarnya untuk bernegosiasi dengan Trump, menurut sumber anonim yang dikutip Bloomberg. Untuk hal tersebut, Putin mungkin memilih untuk ‘mengorbankan’ gencatan senjata di ruang udara.

    Menurut Dmitry Gudkow, langkah yang dikoordinasikan dengan administrasi Trump ini menguntungkan Moskow, bukan Kyiv. Pasalnya, Ukraina telah melakukan serangan balasan yang “efektif”, yang dalam beberapa waktu terakhir sering mengakibatkan penutupan bandara-bandara Rusia.

    Selain itu, gudang senjata, peralatan militer, dan kilang minyak di Rusia juga menjadi sasaran. Hal ini penting dari sudut pandang psikologis membuat warga Rusia menyadari bahwa perang juga terjadi di sekitar mereka, bukan hanya di televisi, kata Gudkov. “Jika serangan udara ini berhenti, Putin akan dengan tenang melanjutkan serangannya melalui darat, di mana Rusia memiliki keunggulan,” kata politisi oposisi tersebut.

    “Sikap Istimewa Trump Terhadap Putin”

    “Bahkan jika Trump dan Putin tidak mencapai kemajuan yang signifikan dalam pembicaraan mereka, Presiden Rusia mungkin dapat terhindar dari konsekuensi serius,” kata ilmuwan politik, Rogov.

    “Sikap Trump terhadap Putin selalu istimewa, hal ini lah yang diandalkan Putin. Trump selalu menghindari situasi yang menekan Putin secara langsung. Dan saat tekanan tidak terhindarkan, Trump memberikan peluang baru untuk mencapai kesepakatan, sehingga tekanan tidak benar benar diberikan,” jelas Rogov. Contohnya saja negosiasi antara kedua pemimpin negara yang dilakukan lewat dari tenggat waktu ultimatum.

    Apa yang dapat menekan Kremlin?

    Dmitrij Gudkow berpendapat, tidak ada lagi cara nyata yang efektif untuk menekan Rusia. Meskipun ada sanksi, ratusan tanker masih mengangkut minyak Rusia melintasi lautan dunia.

    Gudkow mengaitkan harapan akan gencatan senjata cepat, lebih dengan faktor internal daripada eksternal yang dapat menekan Kremlin.

    Semakin lama perang berlangsung, kata Gudkow, semakin sulit bagi Putin menjual perang dengan ‘kemenangan Rusia’. “Pada akhirnya, orang Rusia tidak akan peduli apakah Ukraina bergabung dengan NATO atau bagaimana perang ini berakhir – yang penting perang ini dapat berakhir,” kata politisi tersebut.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman

    Diadaptasi oleh Sorta Caroline

    Editor Agus Setiawan

    Tonton juga video “Trump Ambil Alih Kendali Polisi Washington-Kerahkan Garda Nasional” di sini:

    (ita/ita)

  • Hartanya Rp 278 Triliun, Pendiri Telegram Anti Godaan Dunia

    Hartanya Rp 278 Triliun, Pendiri Telegram Anti Godaan Dunia

    Jakarta

    Pendiri dan CEO Telegram Pavel Durov, berlimpah hartanya. Forbes mencatat, kekayaannya saat ini adalah USD 17,1 miliar atau lebih dari Rp 278 triliun. Namun pria asal Rusia ini dikenal sederhana, bahkan memakai smartphone yang sangat murah.

    Durov dikenal tak pernah menggembar-gemborkan gaya hidup mewah. Jika diperhatikan, penampilannya pun simpel dan hampir selalu mengenakan kaus berwarna gelap.

    Pada tahun 2017, di ulang tahunnya yang ke-33, Durov membagikan di halaman pribadinya daftar semua hal yang telah ia tinggalkan demi kesehatan dan kesejahteraan fisik, mental, dan spiritualnya.

    Ia sepertinya sudah tidak tertarik pada godaan dunia. Hal-hal yang telah ia tinggalkan termasuk alkohol, nikotin, narkoba, kafein, makanan cepat saji, gula, dan televisi.

    Dalam postingan di akun Telegram resminya beberapa waktu silam, diketahui pula bahwa dia memakai ponsel murah meriah. Durov memamerkan ponselnya yang rusak di mana casingnya terlepas dari bodi lantaran terpapar cuaca sangat panas di Dubai. Telegram memang kini kantor pusatnya di Uni Emirat Arab.

    Menariknya, HP yang dipakainya itu adalah Galaxy A52, ponsel kelas menengah besutan Samsung. Smartphone ini meluncur beberapa tahun silam dan harga barunya sekitar Rp 5 juta, namun tampaknya saat ini sudah tidak diproduksi yang baru. Durov mengaku sudah cukup lama menggunakannya sebagai HP utama.

    “Aku telah menggunakan Samsung seharga USD 180 ini sebagai perangkat utamaku selama dua tahun terakhir. Aku memilihnya karena ini adalah salah satu ponsel yang paling banyak digunakan di kalangan pengguna Telegram,” tulisnya di Telegram.

    “Aku ingin memahami pengalaman mereka untuk melayani mereka dengan lebih baik. Tapi sepertinya aku akan segera mengganti ponselku,” imbuh pria berusia 40 tahun itu, dikutip detikINET dari Gagadget.

    Sebelumnya, Durov mengklaim meninggalkan Rusia karena tak mau menerima perintah pemerintah mana pun. Ia menyebut klaim Telegram dikendalikan Rusia sebagai rumor palsu yang disebar pesaing yang mengkhawatirkan pertumbuhan Telegram.

    “Aku lebih suka bebas daripada menerima perintah dari siapa pun,” kata Durov tentang kepergiannya dari Rusia. Dia pernah coba ke Amerika Serikat tapi menurutnya, terutama dalam merekrut talenta global, birokrasi di sana terlalu berat dan dia diserang di jalanan San Francisco oleh orang yang coba mencuri ponselnya.

    Yang lebih mengkhawatirkan, katanya, ia mendapat terlalu banyak perhatian dari badan keamanan AS termasuk FBI. Durov mengklaim lembaga-lembaga AS mencoba mempekerjakan pegawainya untuk menemukan backdoor Telegram. FBI belum menanggapi tudingan Durov ini.

    Durov pun memilih Uni Emirat Arab karena negara itu adalah netral yang ingin berteman dengan semua dan tidak bersekutu dengan negara adidaya mana pun. Jadi dia merasa Uni Emirat Arab adalah tempat terbaik untuk Telegram.

    Durov yang tahun lalu sempat ditahan otoritas Perancis terkait tudingan Telegram disalahgunakan kaum kriminal itu juga baru-baru ini mengatakan anak-anaknya akan berbagi seluruh harta kekayaannya. Ia dilaporkan memiliki lebih dari 100 anak lewat donasi sperma.

    “Mereka semua adalah anak saya dan akan memiliki hak yang sama! Saya tidak ingin mereka bertengkar setelah saya meninggal dunia,” ujar Durov seperti dikutip dari BBC.

    (fyk/fay)

  • RI Bakal Teken 3 Perjanjian Dagang Tahun Ini

    RI Bakal Teken 3 Perjanjian Dagang Tahun Ini

    Jakarta

    Pemerintah memastikan ada tiga perjanjian dagang yang akan ditandatangani tahun ini. Pertama, Perundingan Indonesia-Eurasian Economic Union Free Trade Agreement (I-EAEU FTA), kedua

    Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership/ICA-CEPA, dan ketiga Perundingan Indonesia-Tunisia Preferential Trade Agreement (IT-PTA).

    “Ini yang sudah selesai tapi belum ditandatangan, tapi akan ditandatangan tahun ini adalah Kanada, Eurasia atau EA-EU, Eurasian Economic Union, itu gabungan antara Rusia, Belarus, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Armenia, kemudian ada Tunisia PTA dengan kawasan Afrika Utara. Nah ini tiga ini menunggu untuk ditandatangani,” kata Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag Djatmiko Bris Witjaksono dalam konferensi pers di Kementerian Perdagangan, Selasa (12/8/2025).

    Sementara untuk Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement/I-EU CEPA), masih dalam proses penyelesaian.

    Perjanjian dagang itu dipastikan akan selesai tahun ini. Dia meyakini Presiden Prabowo Subianto telah melakukan kesepakatan politisi untuk menyelesaikan perjanjian dagang itu.

    “Nanti EU akan berikutnya, belum selesai, jadi kita akan coba selesaikan. Pak Presiden sudah mengumumkan ada kesepakatan politis untuk menyelesaikan segera di tahun ini,” terangnya.

    Sebelumnya, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan Indonesia dan kawasan Ekonomi Eurasia telah melakukan penyelesaian secara substantif Perundingan Indonesia-Eurasian Economic Union Free Trade Agreement (I-EAEU FTA). Konklusi atau materi perjanjian dagang tersebut sudah disepakati kedua belah pihak.

    Penandatangan resmi perjanjian dagang ini bakal resmi diteken pada bulan Desember 2025 mendatang. Airlangga bilang peresmian perjanjian dagang ini akan dilakukan bersamaan dengan EAEU Summit 2025.

    “Perjanjian dengan Eurasia sudah selesai konklusinya, sudah selesai materinya. Tinggal nanti penandatanganannya direncanakan pada saat EUEA Summit di bulan Desember, di sini juga (Rusia),” beber Airlangga saat mendampingi Presiden Prabowo Subianto kunjungan resmi ke Rusia, ditulis Sabtu (21/6/2025).

    Sementara I-EU CEPA penandatanganan peresmian perjanjian dagang ini bakal dilakukan pada kuartal III tahun ini. Diharapkan dalam waktu dekat ekspor produk Indonesia ke Benua Biru tarifnya bisa sangat rendah hingga 0%, dengan begitu produk Indonesia bisa makin dilirik pasar karena makin murah dan mudah untuk diakses publik Eropa.

    “Berarti antara Indonesia dan EU itu akan produk kita bisa masuk ke Eropa dengan tarif nol,” sebut Airlangga.

    (kil/kil)

  • Macron Sewa Detektif Terkait Tuduhan Istrinya Terlahir sebagai Pria

    Macron Sewa Detektif Terkait Tuduhan Istrinya Terlahir sebagai Pria

    Paris

    Pengacara untuk Presiden Prancis Emmanuel Macron dan istrinya, Brigitte, menyewa investigator atau detektif swasta untuk menyelidiki seorang influencer Amerika Serikat (AS), Candace Owens, yang mereka gugat terkait tuduhan Brigitte terlahir sebagai laki-laki.

    Penyelidikan yang dilakukan oleh detektif swasta itu, seperti dilansir Financial Times, Selasa (12/8/2025), disebut menghasilkan sejumlah informasi detail mengenai Owens, termasuk soal hubungannya dengan tokoh-tokoh sayap kanan di Prancis dan popularitasnya di media pemerintah Rusia.

    Macron dan istrinya menggugat Owens, seorang influencer sayap kanan terkenal di AS, atas apa yang mereka sebut sebagai “fiksi yang aneh, memfitnah, dan mengada-ada” dalam rentetan podcast berseri yang menarik jutaan pendengar. Tuduhan utama dalam podcast itu adalah Brigitte terlahir sebagai laki-laki.

    Penyelidikan terhadap Owens itu dilakukan oleh firma hukum Nardello & Co yang berkantor di AS, sebelum Macron dan istrinya mengajukan gugatan hukum terhadap Owens bulan lalu.

    Sejumlah informasi yang didapat dari investigasi itu tidak hanya menjelaskan soal hubungan Owens dengan para tokoh sayap kanan di Prancis, tetapi juga keterkaitannya dengan tokoh populis sayap kanan di AS dan Inggris, serta interaksi onlinenya dengan seorang nasionalis di Rusia.

    “Keluarga Macron mengajukan gugatan hukum ini dengan pengetahuan penuh tentang siapa yang bersekutu dengan Owens,” kata pemimpin eksekutif Nardello & Co, Dan Nardello, yang merupakan mantan jaksa federal New York.

    Keputusan untuk menyewa investigator menyoroti keseriusan Macron dan istrinya dalam gugatan hukum mereka terhadap Owens. Ini menjadi contoh langka seorang pemimpin dunia, yang masih aktif menjabat, dalam menggugat seorang influencer online terkait konten mereka.

    Menurut salah satu pengacara Macron, Tom Clare, dari firma hukum Clare Locke — spesialis kasus pencemaran nama baik, keputusan mengajukan gugatan itu sebagian didorong oleh keinginan Macron dan istrinya untuk memahami mengapa seorang influencer AS tertarik pada mereka.

    Macron dan istrinya mengajukan gugatan hukum atas tuduhan pencemaran nama baik terhadap Owens pada Juli lalu. Gugatan yang diajukan ke pengadilan tinggi Delaware, AS, itu menuduh Owens telah menyebarkan “kebohongan”, termasuk tuduhan soal Brigitte terlahir sebagai laki-laki dengan nama Jean-Michel Trogneux.

    Gugatan itu, seperti dilansir AFP, diajukan setelah Owens berulang kali mengabaikan permintaan untuk mencabut pernyataan palsu dan pencemaran nama baik yang dibuat dalam rentetan video YouTube dan podcast delapan episode berjudul “Becoming Brigitte.”

    Clare menambahkan bahwa Macron dan istrinya bersedia hadir di pengadilan Delaware untuk menghadiri persidangan secara langsung.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)