Negara: Republik Rakyat Cina

  • Video: Tarif Impor CPO India Naik, Gimana Nasib 40% Ekspor Sawit RI?

    Video: Tarif Impor CPO India Naik, Gimana Nasib 40% Ekspor Sawit RI?

    Jakarta, CNBC Indonesia- Agrifood Analyst CNBC Indonesia Research, Emanuella Bungasmara Ega Tirta menyoroti dampak kenaikan tarif impor CPO India menjadi 27,5%.

    Kebijakan India yang dimaksudkan untuk memperkuat daya tahan petani lokal akan menekan ekspor CPO Indonesia ke India yang mencapai 40% dari total ekspor sawit RI. Sehingga ekspor CPO RI harus mencari pasar lain termasuk meningkatkan serapan ke China hingga Afrika.

    Di sisi lain, pemerintah RI dapat menekan penerapan tarif impor CPO yang tinggi melalui negosiasi perjanjian Dagang RI-India.

    Seperti apa upaya RI menghadapi dampak kenaikan tarif impor CPO India? Selengkapnya simak dialog Bramudya Prabowo dengan Agrifood Analyst CNBC Indonesia Research, Emanuella Bungasmara Ega Tirta dalam Squawk Box, CNBC Indonesia (Kamis, 27/02/2025)

  • Soal Budaya Kerja, Jusuf Kalla Ajak Anak Muda Tiru India, China dan Jepang

    Soal Budaya Kerja, Jusuf Kalla Ajak Anak Muda Tiru India, China dan Jepang

    Liputan6.com, Yogyakarta – Muhammad Jusuf Kalla Wakil Presiden ke-10 dan 12 Indonesia mengatakan cara pandang individu berpengaruh pada kelekatan budaya. Menurut JK panggilan akrabnya, bagi yang tidak pernah melihat budaya lain maka akan merasa selalu besar tanpa tahu kalau dunia ini sangatlah luas terutama budaya kerja.

    Menurut pandangannya bangsa Indonesia jauh tertinggal dengan Jepang dan Tiongkok karena kedua negara tersebut memiliki budaya kerja keras yang belum dimiliki oleh bangsa ini. Bahkan beberapa waktu terakhir tengah diperbincangkan di media sosial soal tagline #kaburajadulu ia melihat ini justru bermakna positif.

    “Kalau kita hanya tinggal di Indonesia, kita jadi tidak tahu kalau dunia ini berubah,” tuturnya Jusuf Kalla dalam Orasi Ilmiah dan Kuliah Umum bertajuk Diplomasi Budaya dan Perdamaian di Auditorium Soeganda, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM Senin 24 Februari 2025.

    Oleh karena itu JK mengajak generasi muda untuk memajukan negeri ini melalui diplomasi budaya positif seperti budaya kerja keras, kecerdasan, keberanian, serta sopan dan berakhlak untuk mendorong perubahan, kemajuan dan kesejahteraan yang lebih berkeadilan.

    “Di tengah globalisasi yang terjadi saat ini, anak muda harus memiliki pengalaman bertukar budaya dengan mengeksplorasi peluang kerja di negara lain, karena akan mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku,” katanya.

    JK memberikan contoh dari pekerja India yang mau meningkatkan kapasitasnya dengan belajar budaya kerja Amerika yang kemudian diterapkan untuk membangun negerinya. Terbukti, saat ini banyak warga India yang menguasai perusahaan teknologi di Amerika, seperti Twitter (X), Microsoft, hingga Meta.

    Menurutnya, dengan meniru nilai positif dari budaya negara lain, JK yakin generasi muda Indonesia dapat mempercepat pembangunan dan meningkatkan daya saingnya di tingkat global. JK juga menekankan pentingnya diplomasi budaya sebagai sarana efektif dalam membangun perdamaian saat ia turut berperan dalam meresolusi konflik di Afghanistan. “Pemahaman dan penghargaan terhadap budaya lain merupakan kunci dalam menciptakan harmoni dan mencegah konflik antar bangsa.”

    JK berpesan, soal konteks resolusi konflik, pentingnya peran diplomasi budaya dalam menciptakan dialog yang konstruktif, mengurangi ketegangan, serta membangun kepercayaan di antara pihak-pihak yang bertikai. Dengan menekankan pentingnya dialog, peran ulama, serta pendekatan inklusif, Jusuf Kalla terus berkontribusi dalam misi perdamaian global, sejalan dengan amanat konstitusi Indonesia untuk turut serta dalam menciptakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

    Namun yang paling penting JK berpesan kepada anak muda agar meniru budaya kerja keras di Jepang, India dan China. Hal ini agar bangsa Indonesia tidak kalah persaingan global.

    Dekan FIB UGM, Setiadi, dalam pidato sambutannya, menyampaikan perjalanan FIB UGM selama 79 tahun dalam menjalankan pengabdian terhadap negara telah melakukan kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi yang memiliki kontribusi signifikan bagi kemajuan bangsa dan negara dalam mewujudkan tagline UGM, mengakar kuat menjulang tinggi. Program INCULS (Indonesian Language and Culture Learning Service) yang merupakan pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing menjadi salah satu program unggulan untuk mempromosikan Indonesia ke seluruh dunia.

    “Ada 27 negara yang sudah kami sasar, dan di dua bulan pertama tahun ini sudah ada 238 mahasiswa asing yang belajar bahasa di FIB. Kami kira ini akan terus bertambah dan mungkin tahun ini bisa dua atau tiga kali lipat dari tahun sebelumnya,” jelas Dekan.

    Karyawan Jepang terkenal sebagai pekerja keras. Terdapat budaya yang berbeda dengan negara lain, salah satunya soal keputusan dalam memanfaatkan cuti kerja.

  • Mulai dari Rp 425 Jutaan

    Mulai dari Rp 425 Jutaan

    Jakarta

    PT Chery Sales Indonesia (CSI) telah meluncurkan mobil listrik Chery Omoda E5 di Tanah Air pada Maret 2024. Kemudian disusul dengan Chery Omoda E5 Pure dalam ajang GIIAS 2024 lalu. Bagaimana harga dan spesifikasi SUV listrik tersebut?

    Kehadiran Chery Omoda E5 di Indonesia diyakini akan menambah persaingan ketat di segmen SUV listrik. Sebab, pabrikan asal China itu mengusung spesifikasi mumpuni dan dilengkapi fitur canggih, tetapi dijual dengan harga yang cukup murah.

    Penasaran dengan spesifikasi dan harga Chery Omoda E5 di 2025? Simak selengkapnya dalam artikel ini.

    Harga Chery Omoda E5 per Maret 2025

    Mengutip laman resminya, berikut harga Chery Omoda E5 per Maret 2025:

    Chery Omoda E5 Pure: Rp 425.500.000Chery Omoda E5: Rp 505.500.000.

    Sebagai catatan, harga di atas merupakan On the Road (OTR) Jakarta. Harga juga bisa berubah sewaktu-waktu.

    Spesifikasi Chery Omoda E5

    Baik Chery Omoda E5 ataupun Omoda E5 Pure sebenarnya memiliki spesifikasi yang sama. Hanya saja, ada sejumlah fitur yang dipangkas pada Omoda E5 Pure, seperti dihilangkannya electric sunroof, roof rail, privacy glass, electric tailgate, fashion light, dan kamera 540 derajat HD panoramic image.

    Perbedaan juga terdapat pada varian warna. Untuk tipe reguler ada lima pilihan warna, yakni Green Jade Two-Tone, White Howlite Two-Tone, White Howlite, Black Platinum, dan Grey Morganite. Sedangkan pada tipe Omoda E5 Pure hanya tersedia pilihan White Howlite dan Black Platinum.

    Soal spesifikasi, Omoda E5 menggunakan Permanent Magnet Synchronous dan baterai berkapasitas 61,06 kWh yang diklaim bisa menempuh jarak sejauh 430 km (WLTP test).

    Mobil listrik ini juga memiliki fitur pengisian Max DC charging power 150 kW dengan fast charging selama 28 menit untuk mengisi daya dari 30-80 persen.

    Motor listrik yang tertanam pada Omoda E5 diklaim mampu menghasilkan tenaga 204 dk dan torsi 340 Nm. Sementara untuk berakselerasi dari nol ke 100 km/jam hanya memerlukan waktu 7,2 detik saja.

    Dari segi dimensi, Chery Omoda E5 memiliki panjang 4.424 mm, lebar 1.830 mm, tinggi 1.588 mm, dan jarak sumbu roda 2.630 mm. Bagian luar mobil ini mengusung velg ukuran 18 inci desain yang sporty.

    Tak lupa, Chery juga menyematkan fitur keamanan pasif dan aktif pada Omoda E5 dan E5 Pure, mulai dari rem cakram di semua roda dengan sistem ABS (Anti-lock Braking System), 4-door window anti-pinch system, safety belt with pretensioner and load limiter, dan child safety door locks.

    Omoda E5 juga dibekali bodi kuat high strength anticorrosive body, anti-theft alarm, 6 ring-type airbags, serta tire pressure monitoring system untuk memantau ban.

    Demikian harga Chery Omoda E5 per Maret 2025. Tertarik untuk membelinya?

    (ilf/fds)

  • Analis nilai perang dagang Trump picu gejolak pasar kripto

    Analis nilai perang dagang Trump picu gejolak pasar kripto

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Analis nilai perang dagang Trump picu gejolak pasar kripto
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Jumat, 28 Februari 2025 – 20:32 WIB

    Elshinta.com – Analis Tokocrypto Fyqieh Fachrur menilai perang dagang yang diumumkan Presiden AS Donald Trump pada 20 Januari 2025 memicu gejolak pasar kripto hingga terkoreksi kian dalam.

    Per hari ini, harga Bitcoin anjlok ke bawah 80.000 dolar AS atau tepatnya 79.700 dolar AS setelah serangkaian sentimen negatif mengguncang pasar kripto. Altcoin utama seperti Ethereum (ETH), XRP, Solana (SOL) dan Dogecoin (DOGE) turut terkoreksi hingga 9 persen, memperpanjang tren penurunan selama sebulan terakhir.

    “Sejak Presiden AS Donald Trump mengumumkan perang dagang pada 20 Januari, kapitalisasi pasar kripto merosot dari 3,7 triliun dolar AS menjadi 2,6 triliun dolar AS, mencatat kerugian lebih dari 900 miliar dolar AS,” kata Fyqieh dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.

    Pukulan terbesar datang ketika Trump memberlakukan tarif 25 persen terhadap Kanada dan Meksiko, diikuti ancaman tarif tambahan 10 persen untuk China.

    Fyqieh memandang sentimen ini menciptakan ketidakpastian ekonomi global, menyeret Bitcoin jatuh lebih dalam.

    Menurut Farside Investors, penerbit ETF Bitcoin melaporkan arus keluar bersih sebesar 754,6 juta dolar AS pada 26 Februari.

    Arus keluar pada hari Rabu memperpanjang rangkaian arus keluar menjadi delapan hari berturut-turuti.

    Penerbit menghadapi prospek arus keluar selama 9 hari berturut-turut pada 27 Februari, yang selanjutnya menekan Bitcoin.

    Fyqieh menjelaskan sentimen bearish semakin menguat dengan Crypto Fear & Greed Index mencapai level “Extreme Fear”, yang merupakan titik terendah sejak jatuhnya FTX pada tahun 2022.

    Lonjakan arus keluar dari ETF Bitcoin, ketidakpastian tarif Trump, serta gejolak ekonomi global menjadi faktor utama yang menekan harga Bitcoin.

    “Beberapa faktor turut memperparah situasi, seperti maraknya skandal penipuan di sektor koin meme yang merusak kepercayaan investor. Selain itu, perusahaan besar yang berinvestasi dalam Bitcoin, seperti Strategy, mengalami kerugian besar, meskipun telah menghabiskan 2 miliar dolar untuk Bitcoin. Tarif yang diusulkan oleh Trump terhadap Uni Eropa sebesar 25 persen juga semakin menambah tekanan pada pasar kripto,” jelasnya.

    Pemegang Bitcoin besar (whales) juga turut mencairkan asetnya. Sejak minggu lalu, mereka menjual sekitar 6.813 Bitcoin, senilai sekitar 540 juta dolar AS, yang menjadi aksi jual terbesar sejak Juli lalu. Tekanan jual ini memperburuk kejatuhan harga dan meningkatkan ketidakpastian investor.

    Lebih lanjut, Fyqieh menerangkan kemungkinan pergerakan Bitcoin selanjutnya.

    Laporan data inflasi Personal Consumption Expenditures (PCE) AS yang akan datang dapat mengubah narasi pada hari Jumat (28/2) malam.

    Inflasi AS yang lebih rendah dan pendapatan serta pengeluaran pribadi yang lebih rendah dapat meningkatkan taruhan pada beberapa pemotongan suku bunga The Fed pada tahun 2025. 

    Sikap The Fed yang lebih dovish dapat memicu permintaan untuk aset berisiko, termasuk Bitcoin.

    Saat ini, Bitcoin diperdagangkan di sekitar 79.700 dolar AS setelah kehilangan level support penting di 80.313 dolar AS.

    Jika tekanan jual berlanjut, Bitcoin kemungkinan akan menguji support berikutnya di 76.741 dolar AS.

    “Jika level ini gagal bertahan, harga bisa merosot lebih jauh ke 71.529 dolar AS, memperpanjang tren bearish yang sedang berlangsung,” ucapnya.

    Untuk membatalkan skenario bearish ini, lanjut Fyqieh, Bitcoin perlu kembali ke atas 80.313 dolar AS dan mencoba menembus kembali ke level 85.000 dolar AS.

    Jika ini terjadi, ada kemungkinan bahwa pasar akan memulai pemulihan yang lebih stabil menjelang pertengahan tahun 2025.

    Meskipun kondisi pasar saat ini menunjukkan tren penurunan yang tajam, para analis masih melihat peluang bagi pasar kripto untuk bangkit lebih kuat di masa mendatang.

    “Namun, ketidakpastian ekonomi global tetap menjadi faktor utama yang perlu diperhatikan oleh para investor,” tuturnya.

    Adapun Fyqieh memaparkan adanya dua skenario. Pertama, dalam skenario bearish: Kekhawatiran perang dagang, data ekonomi AS yang lebih kuat, sikap agresif Fed, dan resistensi terhadap Cadangan Bitcoin Strategis AS (SBR) dapat menyebabkan Bitcoin akan terus di bawah 80.000 dolar AS.

    Kedua, skenario bullish: Meredanya ketegangan perdagangan, inflasi AS yang lebih rendah, sinyal Fed yang dovish, dan kemajuan SBR dapat mendorong Bitcoin menuju level resistensi kuatnya 90.000 dolar AS.

    Sumber : Antara

  • Sritex Milik Siapa? Bangkrut akibat Utang Rp25 Triliun, Salah Satunya ke Indo Bharat Rayon

    Sritex Milik Siapa? Bangkrut akibat Utang Rp25 Triliun, Salah Satunya ke Indo Bharat Rayon

    PIKIRAN RAKYAT – Info Sritex milik siapa bisa diketahui di artikel ini. Perusahaan itu resmi bangkrut dan menutup pabriknya pada hari ini, Sabtu 1 Maret 2025. Ternyata perusahaan itu memiliki total utang mencapai Rp25 triliun, salah satunya adalah ke PT Indo Bharat Rayon.

    Meski begitu, utang ke Indo Bharat Rayon hanya Rp100 miliar atau 0,38 persen dari total utangnya selama ini. Sritex digugat perusahaan tersebut di Pengadilan Niaga Semarang dan putusan perkara 2/Pdt. Sus-Homologasi/2024/PN Niaga Smg menyatakan Sritex telah pailit akibat gagal dalam membayar utangnya.

    Sritex milik siapa?

    Ternyata Sritex dimiliki keluarga Lukminto melalui PT Huddleston Indonesia. Perusahaan itu adalah pemilik saham mayoritas dengan 59,03 persen. Lukminto merupakan pendirinya pada 1966 sebagai perusahaan perdagangan tradisional di Pasar Klewer, Solo, Jawa Tengah. Pada 22 Mei 1978, perusahaan ini resmi terdaftar sebagai PT.

    Berikut daftar kepemilikan terhadap perusahaan yang dipimpin putra Lukminto, Iwan Kurniawan Lukminto, tersebut:

    PT Huddleston Indonesia

    Punya 59,03 persen saham.

    Masyarakat publik

    Punya 39,89 persen saham.

    Iwan Setiawan Lukminto

    Komisaris Sritex ini tercatat punya 0,53 persen saham.

    Iwan Kurniawan Lukminto

    Direktur Utama mempunyai 0,52 persen saham.

    Vonny Imelda Lukminto

    Ia punya 0,01 persen saham.

    Margaret Imelda Lukminto

    Punya 0,01 persen saham.

    Lenny Imelda Lukminto

    Punya 0,01 persen saham.

    Sritex Tutup, Direktur Utama Menangis di Depan Ribuan Karyawan: Kita Semua Aset Berharga

    PT Sritex Tutup 1 Maret 2025 Imbas Pailit, Kemnaker Jamin Hak 8.400 Buruh Dapat Pesangon PHK dan JKP

    Daftar utang bank yang dimiliki Sritex

    Simak selengkapnya:

    PT Bank Central Asia Tbk – US$ 71,309,857 State Bank of India, Singapore Branch – US$ 43,881,272 PT Bank QNB Indonesia Tbk – US$ 36,939,779 Citibank N.A., Indonesia – US$ 35,828,895 PT Bank Mizuho Indonesia – US$ 33,709,712 PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk – US$ 33,270,249 PT Bank Muamalat Indonesia – US$ 25,450,735 PT Bank CIMB Niaga Tbk – US$ 25,339,757 PT Bank Maybank Indonesia Tbk – US$ 25,164,698 PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah – US$ 24,802,906 PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk – US$ 23,807,151 Bank of China (Hong Kong) Limited – US$ 21,775,703 PT Bank KEB Hana Indonesia – US$ 21,531,858 Taipei Fubon Commercial Bank Co., Ltd. – US$ 20,000,000 Woori Bank Singapore Branch – US$ 19,870,570 Standard Chartered Bank – US$ 19,570,364 PT Bank DBS Indonesia – US$ 18,238,799 PT Bank Permata Tbk – US$ 16,707,799 PT Bank China Construction Indonesia Tbk – US$ 14,912,907 PT Bank DKI – US$ 9,130,551 Bank Emirates NBD – US$ 9,614,459 ICICI Bank Ltd., Singapore Branch – US$ 6,959,350 PT Bank CTBC Indonesia – US$ 6,950,110 Deutsche Bank AG – US$ 6,821,159 PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk – US$ 4,970,990 PT Bank Danamon Indonesia Tbk – US$ 4,519,552 PT Bank SBI Indonesia – US$ 4,380,882 MUFG Bank, Ltd. – US$ 23,777,384

    Demikian kepemilikan Sritex yang sudah dinyatakan pailit dan bangkrut pada Sabtu, 1 Maret 2025. Saham mayoritas ternyata dimiliki keluarga Lukminto dengan 59 persen.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Pejabat Wanita China Punya 58 Pria Selingkuhan di Kantornya, Dipenjara 13 Tahun Karena Terima Suap – Halaman all

    Pejabat Wanita China Punya 58 Pria Selingkuhan di Kantornya, Dipenjara 13 Tahun Karena Terima Suap – Halaman all

    Sebuah film dokumenter yang diproduksi oleh Guizhou Radio dan Televisi (Tiongkok) pada bulan Januari 2024 mengungkap sisi gelap karier Zhong Yang.

    TRIBUNNEWS.COM, CHINA –  Pada tahun 2023, seorang pejabat wanita terkenal di China barat daya dijatuhi hukuman 13 tahun penjara dan denda 1 juta yuan (Rp 2 miliar).

    Dia didakwa menerima suap hampir 60 juta RMB (Rp 136 miliar), demikian  South China Morning Post (SCMP) melaporkan.

    Yang lebih parah lagi dia berselingkuh dengan 58 bawahannya di kantor.

    Jejak sang pejabat

    Zhong Yang, lahir pada tahun 1972 dalam keluarga biasa-biasa saja.

    Dia mengambil jurusan sejarah di universitas dan bergabung dengan Partai Komunis Tiongkok pada usia 22 tahun.

    Pada puncak kekuasaannya, Zhong Yang menjabat sebagai kepala prefektur dan wakil sekretaris partai di Prefektur Otonomi Qiannan Buyei dan Miao di provinsi Guizhou, Tiongkok.

    Dikenal karena penampilannya yang mencolok, Chung Duong sering disebut sebagai “Gubernur Cantik” selama masa jabatannya.

    Dia tidak pernah menikah dan tidak memiliki anak.

    Chung Duong dikenal karena mendirikan asosiasi buah dan pertanian untuk mendukung para petani, dan karena menghabiskan uangnya sendiri untuk mendukung para lansia yang menghadapi keadaan sulit.

    Punya 58 selingkuhan di kantor

    Namun, sebuah film dokumenter yang diproduksi oleh Guizhou Radio dan Televisi (Tiongkok) pada bulan Januari 2024 mengungkap sisi gelap karier Zhong Yang.

    Laporan menunjukkan bahwa Chung menerima suap dan menggunakan jabatannya untuk memastikan bahwa perusahaan yang disukainya menerima kontrak menguntungkan yang didanai oleh investasi negara China.

    Misalnya, Chung Duong menyetujui hak eksploitasi 170.000 meter persegi tanah di kawasan industri berteknologi tinggi untuk seorang pengusaha yang memiliki hubungan dekat dengannya.

    Pengusaha itu kemudian mengalihfungsikan lahan tersebut menjadi pengembangan real estate.

    Hasilnya, Chung disebut-sebut memperoleh keuntungan besar.

    Seorang pemilik bisnis swasta juga menuduh bahwa Chung Duong tidak tertarik pada perusahaan yang tidak memiliki hubungan pribadi dengannya, yang telah menghambat perkembangan bisnis swasta di daerah tersebut.

    Menurut laporan dari NetEase News (Tiongkok), selain mengejar kekuasaan dan kekayaan, Chung Duong juga memiliki banyak hubungan terlarang dengan bawahan prianya.

    Dengan menggunakan alasan seperti “bekerja lembur” dan “melakukan perjalanan bisnis” untuk menghabiskan waktu dengan kekasih prianya di kantor.

    Menurut sumber itu, sebagian orang dengan sukarela menjadi simpanan Chung Duong karena manfaat yang dibawanya, sementara sebagian lainnya enggan karena takut akan kekuasaannya.

    Chung dikatakan memiliki hingga 58 kekasih dan sering muncul di kelab malam pribadi.

    Katanya dia selalu membawa kondom di tasnya.

    Sebuah klip dengan judul mirip film porno “Dia butuh 10 pria untuk bergiliran menidurinya setiap kali” juga menjadi viral di internet.

    Menurut media Tiongkok, beberapa dari 58 bawahan pria itu tidur dengan Zhong Yang karena mereka percaya hal itu akan membantu karier mereka.

    Dicopot dari jabatannya

    Pada bulan April 2023, pemerintah provinsi Guizhou meluncurkan penyelidikan terhadap Zhong Yang, yang mengakibatkan ia dijatuhi hukuman 13 tahun penjara dan denda 1 juta yuan karena korupsi.

    Pada bulan September 2023, Zhong Yang dicopot dari jabatannya dan dikeluarkan dari Partai Komunis Tiongkok – salah satu hukuman politik terberat bagi pejabat di Tiongkok.

    Makan sayur hijau dan tahu rebus di Tahun Baru Imlek

    Dalam sebuah film dokumenter oleh Radio dan Televisi Guizhou, Zhong Yang menyatakan penyesalannya, dengan mengatakan, “Perilaku korup saya berasal dari keyakinan keliru bahwa saya perlu membina sejumlah pengusaha yang dapat dipercaya untuk membantu saya memecahkan masalah politik.”

    Chung mengenang masa kecilnya, dan menyadari bahwa setelah menjadi pejabat, orang tuanya selalu menyiapkan hidangan sederhana berupa sayuran hijau dan tahu rebus setiap Tahun Baru Imlek.

    “Mereka mengatakan kepada saya bahwa pekerjaan dan kehidupan saya harus mencerminkan kebersihan dan kemurnian hidangan itu. Saya makan hidangan itu, tetapi saran mereka tidak pernah berhasil bagi saya,” kata Chung.

    Sebagai seorang pejabat, Chung Duong mengakui tugasnya untuk mendorong lingkungan yang adil dan jujur ​​untuk pengembangan pasar.

    “Saya malu dengan tindakan saya,” kata Chung.

    “Ketika kamu mengambil sesuatu yang bukan milikmu, pada akhirnya hal itu akan menghancurkanmu.”

     

     

  • Harga Emas Antam Lebih Murah Rp 6.000 pada 1 Maret 2025, Cek Daftar Lengkapnya – Page 3

    Harga Emas Antam Lebih Murah Rp 6.000 pada 1 Maret 2025, Cek Daftar Lengkapnya – Page 3

    Sementara itu, indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi atau the Personal Consumption Expenditures (PCE) meningkat 0,3 persen pada Januari, sesuai dengan harapan. Hal ini setelah naik 0,3 persen tanpa revisi pada Desember.

    “Harga untuk ekspektasi the Fed secara keseluruhan tidak benar-benar berubah secara material. Pada akhirnya, itu tidak terlalu menjadi pendorong harga emas,” ujar Commodity Strategist TD Securities, Daniel Ghali.

    Selain itu, pelaku pasar juga mempertahankan taruhan pada Jumat kalau bank sentral AS akan melanjutkan pemotongan suku bunga pinjaman jangka pendek pada Juni.

    Suku bunga yang lebih tinggi meredam daya tarik emas batangan yang tidak memberikan imbal hasl. Namun, emas sebagai aset safe haven ditetapkan untuk kenaikan bulanan kedua berturut-turut, didorong oleh kekhawatiran rencana tarif Donald Trump.

    Donald Trump menuturkan, tarif yang diusulkannya sebesar 25 persen untuk barang-barang Meksiko dan Kanada akan mulai berlaku pada 4 Maret, dengan bea tambahan sebesar 10 persen untuk impor dari China.

    Di sisi lain, harga perak di pasar spot turun 0,6 persen menjadi USD 31,1, platinimum susut 1 persen menjadi USD 938,95 dan paladium susut 0,2 persen menjadi USD 917,60. Harga ketiga logam itu alami penurunan bulanan.

  • Resep Menjadi Negara Adikuasa Regional dan Macan Asia yang Disegani

    Resep Menjadi Negara Adikuasa Regional dan Macan Asia yang Disegani

    Resep Menjadi Negara Adikuasa Regional dan Macan Asia yang Disegani
    Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.
    KEINGINAN
    Presiden
    Prabowo Subianto
    untuk menjadikan
    Indonesia
    sebagai negara kuat di banyak bidang agar disegani negara-negara lain cukup bisa dipahami.
    Toh nyatanya Indonesia secara umum dan simbolik memang besar, setidaknya untuk ukuran regional.
    Dari sisi demografis, sisi ekonomi, dan sisi karakteristik negara kepulauan yang melekat (archipelago), mengindikasikan bahwa Indonesia sebenarnya dan semestinya telah lama menjadi “regional great power”, setidaknya untuk level Asia Tenggara.
    Sehingga cukup bisa dimaklumi mengapa Prabowo sangat berambisi untuk menyesuaikan potensi besar tersebut dengan kenyataan di lapangan di dalam waktu yang diasumsikan relatif singkat, maksimum dua periode pemerintahan beliau.
    Memang selama ini, secara simbolik Indonesia ditahbiskan oleh publik global sebagai “negara senior” di kawasan Asia tenggara, khususnya di dalam Organisasi seperti
    ASEAN

    Namun secara faktual, nyatanya “gelar simbolik” tersebut belum didukung oleh fakta yang ada, karena itulah ditahbiskan hanya secara simbolik.
    Dari sisi militer, boleh jadi jumlah dan kekuatan pertahanan Indonesia terbilang besar. Namun dari sisi kecanggihan teknologi pertahanan, misalnya, dibanding Singapura, tentu Indonesia harus rela berada di bawahnya.
    Dari sisi demografis pun demikian, jumlah penduduk Indonesia terbesar di Asia Tenggara. Namun lagi-lagi dari sisi kualitas SDM, Indonesia masih jauh di bawah Malaysia atau Vietnam, bahkan Filipina, alih-alih Singapura.
    Pun secara geopolitis, di level Asia Tenggara saja, Indonesia bukanlah negara dan kekuatan yang benar-benar bisa dikategorikan “leader”.
    Tidak ada negara anggota ASEAN yang benar-benar bergantung kepada Indonesia secara geopolitis di satu sisi dan tak ada negara di ASEAN yang benar-benar berada di bawah “sphere of influence” Indonesia di sisi lain.
    Sebut saja, misalnya, ketika kudeta terjadi di Myanmar beberapa tahun lalu. Terbukti Indonesia sebagai “pemimpin simbolik” ASEAN tidak bisa berbuat apa-apa untuk memengaruhinya.
    Bahkan, China yang dianggap berada di belakang kudeta tersebut tak berkomunikasi sedikitpun dengan Indonesia.
    Mengapa bisa demikian? Karena memang Myanmar, sekalipun secara kategoris dari berbagai sisi terbilang berada di bawah Indonesia, tidak berada di dalam “ruang lingkup pengaruh” Indonesia di satu sisi dan karena Indonesia secara faktual memang dianggap bukan “Regional Great Power” di sisi lain.
    Apalagi dari sisi
    soft power
    , secara ekonomi, budaya, pendidikan,
    governance
    , dan SDM, misalnya, Indonesia boleh jadi masih setara atau bahkan berada di bawah Filipina.
    Di level ASEAN, secara agregate memang ekonomi Indonesia paling besar, sama dengan aspek demografi. Namun, secara ekonomi, finansial Singapura sangat jelas memiliki “soft power” ketimbang Indonesia.
    Singapura memiliki layanan finansial berkelas dunia, sistem perdagangan yang juga tak kalah mendunianya, pun sistem pendidikan berkualitas global, tata kelola pemerintahan yang diakui semua pihak, budaya disiplin plus budaya antikorupsi kelas wahid, dan SDM-SDM yang memiliki
    skill
    yang setara dengan di negara-negara maju.
    Semua itu membuat negeri Singa itu menjadi “role model” di banyak bidang, bukan saja untuk negara-negara Asia Tenggara, tapi juga dunia.
    Ambil contoh lain, misalnya, tentang pengaruh
    soft power
    negara lain terhadap generasi muda Indonesia.
    Secara faktual budaya K-Pop terbukti lebih berhasil menjadi kiblat gaya hidup anak muda di Indonesia hari ini, setelah generasi sebelumnya juga sangat dipengaruhi oleh budaya “Hollywood” dari Paman Sam dan “Bollywood” dari India, plus budaya “anime” dari Jepang.
    Hanya sinteron yang sangat dramatis-artifisial yang mampu memengaruhi “emak-emak” Indonesia, itupun dalam konotasi negatif.
    Bahkan dalam perkembangan mutakhirnya, dengan viralnya tagar “Kabur Saja Dulu”, semakin memperjelas fakta orientasi psikologis dan kultural generasi muda kita yang sudah jauh berada di luar sana, tidak lagi ada di sini di negerinya sendiri, Indonesia.
    Jadi kembali kepada ambisi Prabowo Subianto untuk menempatkan Indonesia di tengah-tengah radar internasional sebagai “regional great power”, ambisi tersebut tentu sangat bisa dipahami dan semestinya juga didukung semua pihak di Indonesia.
    Selama dilakukan dengan cara dan jalan yang bisa diterima oleh semua pihak, bukan dengan jalan melemahkan demokrasi atau dengan jalan menciptakan oligarki-oligarki baru yang berada di bawah lindungan pemimpin baru, sekaligus menikmati berbagai fasilitas serta kemudahan dari pemerintah, misalnya.
    Karena dengan cara dan strategi yang tidak tepat, Indonesia berpotensi stagnan alias tak bergerak ke atas dalam konteks dan hierarki status geopolitik internasional.
    Misalnya, semakin bersemi korupsi dan nepotisme di Indonesia, maka serta merta akan mendegradasi Indonesia secara geopolitik di tingkat global dan stempel sebagai kepala negara koruptor akan melekat di jidat para pimpinannya sekaligus.
    Oleh karena itu, ambisi regional Prabowo tersebut cukup sejalan dengan semangat antikorupsi yang memang sudah sejak dulu beliau suarakan.
    Namun, apakah sudah didukung oleh fakta yang ada setelah selama beberapa bulan beliau menjadi presiden?
    Nampaknya masih jauh “panggang dari api”. Semoga beberapa kasus korupsi yang mulai diproses belakangan bukanlah bagian dari perang politik, tapi murni proses penegakan “law enforcement”. Sehingga masih tersisa harapan baik untuk waktu mendatang.
    Selain masalah korupsi, masalah demokrasi juga semestinya bisa menjadi “nilai unggul” Indonesia di tataran regional.
    Indonesia adalah negara yang paling demokratis di Asia Tenggara, dengan tatanan dinasti politik (
    dynastic politics
    ) yang lebih rendah dibanding Filipina, yakni negara demokratis lainnya di Asia Tenggara.
    Untuk menjadi kiblat budaya politik demokratis di kawasan Asia Tenggara, sangat jelas sekali Indonesia berpotensi besar.
    Selama Prabowo mewujudkan ambisi antikorupsinya di satu sisi dan melestarikan demokrasi yang substansial di sisi lain, maka Indonesia akan menjadi negara yang memiliki
    soft power
    politik di tingkat Asia Tenggara.
    Penduduk dari negara-negara yang setengah hati menjalankan demokrasi di Asia Tenggara tentu akan menjadikan Indonesia sebagai patokan demokrasi yang ingin mereka dapatkan.
    Namun, jika Indonesia justru mengesampingkan “political comparative advantage” tersebut, risikonya Indonesia justru akan menjadi “follower” di Asia dan Asia Tenggara, karena menganggap bahwa
    political comparative advantage
    dari status negara paling demokratis di Asia Tenggara bukanlah sebagai “soft power” dan justru dikesampingkan.
    Yang terjadi kemudian adalah bahwa Indonesia akan ditertawakan di pentas internasional karena mencatumkan demokrasi di dalam konstitusinya, tapi yang dijalankan justru bentuk politik yang sama sekali tidak demokratis.
    Lalu secara geopolitik, langkah yang dituju oleh Prabowo untuk mencoba bersanding dengan para pemimpin dari negara “Regional Great Power” lainnya, seperti Vladimir Putin, Xi Jinping, Recep Tayyip Erdo?an, Narendra Modi, dan memasukkan Indonesia ke dalam BRICS, pun segera akan memasuki OECD, sejatinya baru setengah jalan.
    Karena setengah jalan lagi ada di kawasan di mana Indonesia berada, yakni Asia Tenggara.
    Rusia berusaha terus mempertahankan pengaruhnya di negara-negara bekas bagian Uni Soviet dulu, sebagai infrastruktur geopolitik Rusia menjadi
    Great Power
    .
    China pun sama, hampir semua negara saat ini sangat bergantung kepada China dalam satu dan lain hal, terutama Asia dan Afrika.
    India pun tak berbeda, negara-negara yang dianggap satu rumpun budaya dan religius dengan India masih sangat bergantung kepada India secara geopolitis, seperti Bangladesh dan Sri Langka, misalnya.
    Pun apa yang dilakukan Erdogan di Suriah baru-baru ini serta peran Turkiye di Libya juga adalah bagian dari upaya geopolitik Turkiye untuk menunjukkan ototnya (
    sphere of influence
    ) sebagai negara regional
    great power
    di kawasan Asia Minor, persis seperti apa yang dilakukan Iran di Suriah dan Lebanon, misalnya, karena Iran juga mencandra dirinya sebagai regional
    Great Power.
    Tak terkecuali dengan Arab Saudi yang terus menunjukkan pengaruhnya di Afghanistan dan Yaman, misalnya, sebagai simbol dari upaya Arab Saudi dalam mempertahankan statusnya sebagai salah satu
    the great power
    di wilayah Timur Tengah dalam rangka menyaingi Iran.
    Dengan kata lain, berusaha menyejajarkan diri dengan pemimpin-pemimpin negara regional
    great power
    lain adalah salah satu strategi penting, tapi menentukan kawasan yang menjadi domain di mana pengaruh sebuah “regional great power” direalisasikan adalah hal penting lainnya.
    Karena itu, sangat penting bagi pemerintahan yang baru di sini untuk merangkul negara-negara Asia Tenggara lainnya secara halus (secara geopolitik), menebar dan memperlihatkan otot yang ada (
    sphere of influence
    ), dan mendapatkan pengakuan dari mereka atas status Indonesia sebagai
    great power
    di Asia Tenggara, adalah langkah strategis lanjutan yang harus diambil oleh Presiden Prabowo Subianto.
    Namun, masalahnya tentu tak semudah membalik telapak tangan. Secara ekonomi, misalnya, perekonomian Indonesia harus benar-benar bisa tumbuh tinggi sekaligus progresif alias membesar secara signifikan, di mana perekonomian negara-negara Asia Tenggara lainnya menjadi sangat terpengaruh dengan apapun perkembangan yang terjadi di Indonesia.
    Celakanya, faktanya hari ini ekonomi Indonesia bergerak cukup positif, tapi negara-negara lain di Asia Tenggara tidak terlalu bergantung kepada Indonesia.
    Mitra dagang utama Indonesia secara regional bukanlah ASEAN, tapi negara lain, seperti China, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
    Bandingkan dengan Amerika Serikat, misalnya, meskipun defisitnya sangat besar dengan China, tapi mitra dagang utamanya tetap Kanada dan Meksiko, sebagai dua negara besar yang dianggap berada di bawah “sphere of influence” negeri Paman Sam.
    Ketegasan Presiden Donald Trump kepada dua negara ini sejak terpilih kembali menjadi presiden adalah bagian dari pertunjukan taring Amerika Serikat sebagai negara
    Great Power.
    Lebih dari itu, secara geopolitik, Indonesia harus bisa bertindak bahwa Indonesia adalah protektor Asia Tenggara dalam segala urusan.
    Sehingga apapun yang ingin dilakukan oleh negara besar dan
    great power/super power
    lain di Asia Tenggara, seharusnya menjadikan Indonesia sebagai negara pertama yang akan diajak untuk berbicara.
    Sayangnya hal itu pun masih jauh dari harapan. Bung Karno mengampanyekan “ganyang Malaysia” pada awalnya adalah karena ketersinggungan beliau terhadap rencana Inggris yang ingin memerdekakan Malaysia (termasuk Singapura kala itu), tanpa terlebih dahulu berkonsultasi dengan Indonesia yang di mata Bung Karno kala itu adalah “Regional Great Power” di Asia Tenggara.
    Hari ini, Presiden Prabowo Subianto yang kerap mereferensikan dirinya kepada kepemimpinan nasionalistik Sukarno tentu harus belajar banyak dari kegagalan-kegagalan di masa lalu bahwa untuk menjadi negara besar dan “great power regional” tidak bisa sekadar didukung oleh narasi-narasi perlawanan terhadap negara adikuasa, tapi juga harus membangun Indonesia dari dalam di satu sisi dan membangun “ruang pengaruh/sphere of influence” tersendiri di kawasan Asia tenggara di sisi lain, agar Indonesia benar-benar secara defacto dianggap sebagai
    great power
    di tingkat regional.
    Faktanya, karena Indonesia belum mampu bertindak sebagai “great power” di Asia Tenggara, maka hampir semua anggota ASEAN justru berada dalam pengaruh dua kekuatan besar dunia, yakni Amerika Serikat dan China.
    Apalagi, ketika Prabowo bertemu dengan Xi Jinping tempo hari dan memberikan pernyataan bahwa penyelesaian masalah Laut China Selatan di Laut Natuna antara Indonesia dengan China bisa diselesaikan dengan jalur bilateral, serta merta membuat negara-negara anggota ASEAN justru mencurigai Indonesia dan semakin pesimistis bahwa Indonesia layak dianggap sebagai
    Great Power
    kawasan Asia Tenggara.
    Pasalnya, apa yang disampaikan oleh Presiden Prabowo melenceng dari “soliditas keserumpunan ASEAN” yang selama ini telah dibangun di satu sisi dan melenceng dari komitmen awal ASEAN untuk penyelesaian masalah Laut China Selatan dengan China harus melalui jalur multilateral dan jalur ASEAN.
    Dengan kata lain, yang disampaikan Prabowo justru membuat Indonesia berpotensi dikucilkan di Asia Tenggara, alih-alih dianggap sebagai “senior” di Asia Tenggara.
    Jadi secara geopolitik di Asia Tenggara, Indonesia harus mulai bersuara lantang dan menggandeng negara-negara yang bisa mengambil keuntungan ekonomi dan politik dari Indonesia, dalam makna positif tentunya, di mana Indonesia melebarkan sayap-sayap ekonominya ke negara-negara seperti Timor Leste, Brunei Darussalam, Myanmar, Filipina, dan bahkan Malaysia, sebelum Indonesia bisa menggandeng Singapura dan Vietnam, misalnya, yang dalam banyak hal tercandra lebih progresif dari Indonesia.
    Bahkan catatan khusus harus diberikan untuk Timor Leste, misalnya. Sekalipun pernah lepas dari Indonesia, tapi karena langsung bersebelahan dengan Indonesia, Indonesia semestinya harus bisa merebut kembali Timor Leste dalam makna geopolitis.
    Jangan biarkan pihak lain “cawe-cawe” di negara kecil yang berbatasan langsung dengan Indonesia itu.
    Bahkan Indonesia harus mendorong BUMN dan para oligar-oligar dalam negeri untuk mencari peluang investasi dan berekspansi ke negara tetangga, termasuk Timor Leste, agar tidak hanya menjadi raja kandang yang terus-menerus disusui oleh ibu pertiwi.
    Hal ini sangat strategis dan urgen dilakukan, mengingat dari berbagai sisi, Indonesia bisa menjadi mitra strategis bagi negara-negara tersebut di satu sisi dan bisa memberikan “sesuatu”, baik secara ekonomi maupun geopolitik dan pertahanan, di sisi lain.
    Gunanya tentu untuk menapaki jalan dalam mendapatkan pengakuan dari negara-negara tetangga terdekat sebagai negara regional
    great power.
    Pun langkah tersebut bisa dijadikan bagian dari bidak catur geopolitik Indonesia untuk mengunci pengakuan dari negara-negara terdekat atas kedaulatan teritorial Indonesia, terutama di daerah-daerah yang sedang berkonflik dengan pemerintahan pusat, seperti Papua.
    Tujuan teknisnya tentu seperti yang dilakukan China di lembaga-lembaga internasional di mana mayoritas negara di dunia tak lagi mempersoalkan kebijakan-kebijakan China di Xinjiang dan Tibet, misalnya, karena mayoritas negara di dunia kini sudah semakin bergantung kepada China, terutama dari sisi ekonomi, teknologi, dan militer.
    Dan tentu saja langkah-langkah strategis yang “outward looking” ini harus dijalankan bersamaan dengan pembenahan dan penguatan kapasitas internal Indonesia dari segala sisi secara “superserius” dan “superfokus”, terutama dari sisi ekonomi, pertahanan, SDM, dan ilmu pengetahuan serta teknologi. Semoga!
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pabrik BYD di Subang Sesuai Rencana, Siap ‘Ngebul’ Tahun Depan

    Pabrik BYD di Subang Sesuai Rencana, Siap ‘Ngebul’ Tahun Depan

    Bandung

    PT BYD Motor Indonesia menegaskan bahwa pembangunan pabrik mereka di Subang, Jawa Barat, masih berjalan sesuai rencana. Pabrikan asal China itu menargetkan pabrik tersebut beroperasi awal 2026.

    “Sampai saat ini semuanya berjalan dengan baik. Tak ada perubahan. Kami terus mengejar prosesnya agar (berjalan) sesuai dengan yang kami sampaikan sebelumnya,” ujar Head of PR & Government Relations PT BYD Motor Indonesia, Luther Panjaitan, kepada awak media di Lanud Husein Sastranegara, Bandung, Rabu (26/2/2025).

    Kendati belum mengungkapkan detailnya, BYD tetap optimistis pabrik tersebut bisa mulai beroperasi sesuai jadwal. Sekadar informasi, proyek ini jadi bagian strategi ekspansi BYD di Indonesia, sekaligus mendukung upaya pengembangan kendaraan elektrifikasi beserta ekosistemnya di Tanah Air.

    BYD bangun pabrik di Subang, Jawa Barat Foto: Luthfi Anshori/detikOto

    Sejauh ini BYD telah menjual beberapa produk mobil listriknya di Indonesia, seperti Dolphin, M6, Atto 3, Seal, dan yang paling baru Sealion 7. Tidak hanya itu, BYD juga sudah membawa brand mobil premiumnya, Denza, ke Indonesia, yang memasarkan MPV mewah D9.

    Sebagai informasi, fasilitas produksi mobil listrik BYD dibangun di area Fase 2 Subang Smartpolitan, Jawa Barat. BYD akan menggunakan lahan terbesar seluas lebih dari 108 hektare.

    Investasi BYD ini diyakini tidak hanya akan menciptakan ribuan lapangan kerja baru dan membangkitkan perekonomian komunitas sekitar, tetapi juga meningkatkan transfer teknologi dan keahlian dalam pembuatan mobil listrik.

    Hal ini bisa mendorong pertumbuhan industri pendukung di sektor EV, juga membuka peluang baru bagi perusahaan lokal untuk terlibat dalam rantai pasok global, sehingga juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang signifikan di Indonesia.

    Sebelumnya BYD menjelaskan bahwa mereka merencanakan operasional pembangunan secara bertahap dan diperkirakan pabrik ini mulai beroperasi pada bulan Januari 2026.

    (lua/dry)

  • Jatuh Bangun Hubungan Pertahanan dan Keamanan Indonesia-China

    Jatuh Bangun Hubungan Pertahanan dan Keamanan Indonesia-China

    loading…

    Seminar publik berjudul Jatuh Bangun Hubungan Pertahanan dan Keamanan Indonesia-China. Foto/Istimewa

    JAKARTA – Seminar publik berjudul Jatuh Bangun Hubungan Pertahanan dan Keamanan Indonesia-China digelar Prodi Keamanan Maritim Universitas Pertahanan Republik Indonesia ( Unhan RI ), Forum Sinologi Indonesia (FSI), dan Indonesian Maritime Initiative (Indomasive) di Jakarta, Rabu, 26 Februari 2025. Indonesia diimbau untuk menjaga keseimbangan dalam diplomasi pertahanan baik dengan Republik Rakyat China maupun dengan pihak-pihak lain, termasuk dengan negara-negara Barat.

    Hubungan baik dalam aspek pertahanan dengan China agar dilaksanakan secara hati-hati tanpa mengorbankan kemitraan strategis dengan negara lain. Hal tersebut titik temu dari beberapa pembicara dan penanggap dalam seminar tersebut.

    Diskusi dimoderatori oleh Direktur Penelitian Indo-Pacific Strategic Intelligence (ISI) Indonesia Aisha Rasyidila Kusumasomantri, M.Sc tersebut dibuka oleh Ketua Prodi KM Unhan RI Kolonel Laut (E) Dr. Lukman Yudho Prakoso., S.IP., M.AP., CIQaR, yang mewakili Dekan Fakultas Keamanan Nasional UnHan RI Mayor Jenderal TNI Dr. Rachmat Setiawibawa, S.I.P., M.M., M.Tr (Han).

    Wakil Ketua Komisi I DPR Dave A. F. Laksono yang hadir sebagai salah satu pembicara seminar itu memaparkan bahwa kerja sama pertahanan masih menjadi aspek paling lemah dalam hubungan bilateral Indonesia-China. “Indonesia memang menyambut baik kerja sama dalam bidang-bidang seperti pendidikan, kesehatan, atau pembangunan infastruktur, tetapi menjadi berbeda ketika menyangkut isu pertahanan,” ujar politikus Partai Golkar tersebut.

    Dave mengungkapkan beberapa hal yang menjadi hambatan bagi hubungan kerja sama pertahanan antara Indonesia dan China. Yang pertama adalah sikap konfrontatif China di Laut China Selatan (LCS) dan tindakan tegas Indonesia terhadap kapal-kapal ikan ilegal China dan sub-marine drone (kapal tanpa awak bahwa laut) China.

    Dave berpendapat, ketegangan di Laut China Selatan, menjadi alasan bagi Indonesia untuk menghentikan latihan militer Sharp Knife antara Indonesia China pada 2015. Kedua, Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan (Alpalhankam) Indonesia lebih banyak berasal dari negara Barat yang berkiblat pada NATO, padahal China bersama Rusia bersikap anti terhadap NATO.

    Ketiga adalah adanya warisan sejarah yang masih membentuk persepsi yang anti terhadap kehadiran China. Peraih doktor di bidang ilmu pertahanan dari Unhan RI tersebut juga memaparkan potensi risiko bagi Indonesia dalam menjalin hubungan kerja sama pertahanan dengan China.

    Menurutnya, salah satu risiko yang timbul adalah ketegangan dengan negara lain, khususnya dengan negara Barat yang selalu menganggap China sebagai potensi ancaman bagi mereka. Risiko kedua terkait dengan kontrol dan pengaruh.