Negara: Republik Rakyat Cina

  • Reaksi Negara-Negara Asia usai Trump Tunda Tarif Impor 90 Hari

    Reaksi Negara-Negara Asia usai Trump Tunda Tarif Impor 90 Hari

    Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah negara-negara di seluruh Asia bereaksi terhadap penangguhan tarif yang lebih tinggi selama 90 hari oleh Presiden AS Donald Trump untuk puluhan mitra dagang. Reaksi dari negara-negara tersebut merupakan campuran kelegaan, kehati-hatian, dan sedikit ejekan.

    Melansir Bloomberg pada Senin (10/4/2025), beberapa negara — seperti Vietnam yang menghadapi pungutan sebesar 46%, dan Jepang dengan pajak tambahan sebesar 24% — terus maju dengan upaya untuk memastikan penangguhan tersebut menjadi permanen bagi ekonomi mereka.

    People’s Daily, surat kabar utama Partai Komunis China, memuat komentar yang menyerukan AS untuk membatalkan tarif sepihaknya dan menggembar-gemborkan manfaat dari hubungan ekonomi dan perdagangan yang “saling menguntungkan”. 

    Trump menaikkan pungutannya atas impor dari China sekali lagi menjadi 125% setelah Beijing mengumumkan rencana untuk membalas dengan bea masuk sebesar 84% atas barang-barang Amerika yang akan dimulai pada hari Kamis.

    Wakil Perdana Menteri Vietnam Ho Duc Phoc bertemu dengan Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer di Washington dan setuju untuk memulai negosiasi tentang perjanjian perdagangan “timbal balik”, menurut sebuah posting di situs web pemerintah. Saham-saham negara itu melonjak pada perdagangan awal hari Kamis.

    Sementara itu, Jepang akan terus mendesak Trump untuk meninjau kembali langkah-langkah tarifnya, menurut Ryosei Akazawa, perwakilan perdagangan utama negara itu. 

    “Tidak ada perubahan dalam kebijakan Jepang,” kata Menteri Revitalisasi Ekonomi Akazawa pada Kamis.

    Adapun, Perdana Menteri Australia berhaluan kiri-tengah Anthony Albanese, yang berada di tengah-tengah kampanye pemilihan yang ketat menjelang pemungutan suara pada tanggal 3 Mei, mengatakan bahwa rezim tarif pemerintahan Trump adalah “tindakan merugikan diri sendiri” yang merusak ekonomi AS dan itulah sebabnya presiden memilih untuk menunda.

    Tarif Penguin

    Albanese juga mengejek beberapa langkah tarif pemerintahan AS, termasuk pengenaan bea masuk pada Pulau Heard dan Kepulauan McDonald, wilayah luar Australia yang sebagian besar tandus yang dihuni oleh penguin.

    “Saya tidak yakin apa yang mereka perdagangkan,” katanya tentang pulau-pulau Antartika, sambil menambahkan dengan lebih serius “ini adalah dunia yang sangat tidak pasti tempat kita tinggal.” Albanese, dalam sebuah wawancara radio.

    Albanese juga menegaskan bahwa Australia tidak mengenakan tarif kepada AS dan bahwa Washington tidak boleh melakukannya terhadap produk-produk Australia 

    “Karena itulah yang tercantum dalam perjanjian perdagangan bebas kami,” ujarnya.

    Perubahan Sikap

    Perubahan sikap Trump terjadi sekitar 13 jam setelah bea masuk tinggi terhadap 56 negara dan Uni Eropa mulai berlaku, yang memicu kekacauan pasar dan ketakutan akan resesi. Trump menghadapi tekanan besar dari para pemimpin bisnis dan investor untuk mengubah arahnya. 

    Negara-negara yang terkena bea masuk timbal balik yang lebih tinggi yang mulai berlaku Rabu sekarang akan dikenakan pajak pada tarif dasar 10% sebelumnya yang diterapkan untuk negara-negara lain, kecuali China, menurut seorang pejabat Gedung Putih. 

    Jepang diperkirakan akan menjadi salah satu negara yang diprioritaskan dalam negosiasi perdagangan dengan Washington. Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan dia akan berbicara dengan pejabat dari Jepang, Vietnam, India, dan Korea Selatan dalam beberapa hari mendatang. 

    Jepang masih menghadapi tarif 25% untuk mobil, suku cadang mobil, baja, dan aluminium, sementara barang-barang lainnya tetap dikenakan tarif pajak tetap 10% yang diterapkan untuk semua negara. 

    Akazawa menyebut, Jepang melihat jeda pada beberapa tarif timbal balik sebagai perkembangan positif sementara akan terus menyerukan peninjauan ulang tarif yang masih berlaku.

    Perdana Menteri Selandia Baru Christopher Luxon mengusulkan pembentukan blok perdagangan berbasis aturan sebagai tanggapan terhadap tarif Trump. 

    Luxon mengatakan Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik, perjanjian perdagangan bebas antara 12 negara termasuk Selandia Baru, Jepang, Kanada, dan Inggris, dapat menjadi dasar untuk perjanjian yang lebih luas dengan Uni Eropa yang berupaya untuk mempromosikan perdagangan bebas sebagai jalan menuju kemakmuran.

  • Buyback Tanpa RUPS, 19 Emiten Serbu Pasar Saham Triliunan Rupiah

    Buyback Tanpa RUPS, 19 Emiten Serbu Pasar Saham Triliunan Rupiah

    Jakarta, Beritasatu.com – Sejak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menetapkan relaksasi kebijakan buyback tanpa melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada 19 Maret 2025, gelombang pembelian kembali saham oleh emiten terus mengalir deras.

    Hingga awal April 2025, tercatat 19 emiten telah memanfaatkan kebijakan ini untuk melakukan aksi buyback dengan nilai total mencapai triliunan rupiah.

    Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menyatakan, langkah ini diambil sebagai respons atas gejolak pasar saham yang terjadi belakangan ini.

    “Buyback kini dapat dilakukan tanpa perlu melalui RUPS. Ini memberikan fleksibilitas bagi emiten dalam menjaga kestabilan harga sahamnya,” ujar Inarno dalam konferensi pers di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (9/4/2025).

    Relaksasi ini memberikan batas maksimum buyback saham sebesar 20% dari modal disetor dan berlaku selama enam bulan sejak 18 Maret 2025. Emiten juga diwajibkan untuk menyampaikan laporan pelaksanaan buyback secara berkala.

    “Kami tetap melakukan pengawasan agar pelaksanaan buyback berjalan sesuai regulasi. Apabila kondisi pasar membaik, emiten boleh menghentikan aksi buyback saham, tetapi fleksibilitas ini penting dalam situasi seperti sekarang,” tambah Inarno.

    Beberapa emiten papan atas langsung merespons kebijakan ini dengan mengumumkan rencana buyback besar-besaran. Grup Barito milik konglomerat Prajogo Pangestu menjadi salah satu yang paling agresif.

    PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menetapkan nilai buyback sebesar Rp2 triliun, yang berlangsung dari 24 Maret hingga 23 Juni 2025. PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) juga melaksanakan aksi serupa senilai Rp2 triliun dari 21 Maret hingga 20 Juni 2025, dengan batas harga maksimal Rp10.000 per saham.

    Sementara itu, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) mengalokasikan Rp500 miliar untuk buyback dalam periode yang sama. Di luar Grup Barito, PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP) milik Jusuf Hamka, ikut serta dengan nilai buyback mencapai Rp815,61 miliar yang akan dimulai pada 2 Mei hingga 2 Juni 2025.

    Langkah buyback ini dinilai bukan sekadar upaya menjaga harga saham, tetapi juga mencerminkan kepercayaan diri manajemen terhadap kinerja perusahaan.

    Pendiri Stocknow.id Hendra Wardana menyebut, kebijakan ini sebagai penyangga IHSG di tengah volatilitas.

    “Ketika saham-saham mengalami tekanan berlebih, aksi buyback memberi sinyal kuat bahwa saham tersebut undervalued dan manajemen mengambil langkah konkret,” ujarnya.

    Ia menambahkan, mekanisme buyback tanpa RUPS memungkinkan emiten bertindak cepat tanpa terhambat proses birokrasi yang bertele-tele. 

    Selain itu, kebijakan ini juga mampu menstabilkan psikologi pasar, mencegah kepanikan, serta menarik kembali minat investor.

    VP, Head of Marketing, Strategy & Planning PT Kiwoom Sekuritas Indonesia menyatakan, aksi buyback menjadi instrumen penting di tengah tekanan eksternal, seperti kebijakan tarif impor Presiden AS Donald Trump terhadap produk Tiongkok dan Indonesia.

    “Aksi buyback menjadi sinyal bahwa harga saham mulai menyimpang dari nilai intrinsiknya. Jika dilakukan oleh emiten dengan fundamental kuat dan valuasi rendah, ini bisa jadi penopang signifikan untuk harga saham maupun indeks secara keseluruhan,” jelasnya.

    Namun, ia juga mengingatkan bahwa dampak buyback akan sangat bergantung pada kekuatan neraca keuangan emiten dan dinamika pelaku institusi. Emiten dengan modal dan likuiditas kuat akan lebih mudah menahan tekanan dan menjadi incaran investor institusi kembali.

    Hendra menambahkan, dalam kondisi pasar yang oversold, buyback secara masif dapat mengurangi tekanan jual, menambah permintaan, dan memperkecil jumlah saham beredar. Hal ini berpotensi memperbaiki struktur harga dan menjaga indeks dari penurunan yang lebih tajam.

    “Buyback memang bukan satu-satunya alat untuk menahan IHSG, tetapi bisa sangat membantu menjaga psikologi pasar. Investor akan merasa bahwa perusahaan tidak tinggal diam menghadapi gejolak,” imbuhnya.

    Menurut data OJK, hingga awal April 2025, terdapat 16 emiten yang telah menyampaikan keterbukaan informasi terkait rencana pembelian kembali saham. Jumlah ini kemungkinan masih akan bertambah, seiring respons dunia usaha terhadap dinamika pasar yang belum stabil.

    “Jumlahnya terus bergerak dan kami prediksi akan bertambah, karena fleksibilitas ini berlaku hingga enam bulan sejak 18 Maret,” tutur Inarno.

    Kebijakan ini mengacu pada Peraturan OJK (POJK) Nomor 13 Tahun 2023 yang memberikan keleluasaan bagi perusahaan terbuka melakukan buyback tanpa harus menggelar RUPS dalam situasi pasar bergejolak.

    Dengan semakin banyak emiten yang terlibat, buyback saham berpotensi menjadi katalis positif jangka pendek untuk pasar modal Indonesia, sekaligus menjaga kepercayaan investor di tengah tekanan eksternal dan ketidakpastian global.

  • Trump Mendadak Berubah Pikiran Hapus Blokir China, Ini Alasannya

    Trump Mendadak Berubah Pikiran Hapus Blokir China, Ini Alasannya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden AS Donald Trump tiba-tiba berubah pikiran setelah makan malam bersama CEO Nvidia Jensen Huang di kediaman mewah Mar-a-Lago, Florida, Amerika Serikat (AS).

    Sebelumnya, pemerintahan Trump berencana melarang ekspor chip AI Nvidia H20 ke China. Padahal, Nvidia sengaja merancang chip H20 yang khusus untuk China.

    Pasalnya, pemerintah AS sudah berbulan-bulan melarang chip AI paling canggih ke China. Namun, H20 dikembangkan sedemikian rupa sehingga tak termasuk chip canggih dan bisa disalurkan ke China.

    Jika chip H20 juga dilarang ke China, hal ini akan berdampak besar pada bisnis Nvidia yang cukup bergantung dengan pasar China.

    Namun, setelah makan malam di Mar-a-Lago, pemerintahan Trump melunak dan tak jadi melarang ekspor chip H20 ke China.

    Perubahan tersebut terjadi setelah Nvidia berjanji akan menggelontorkan lebih banyak investasi data center di AS, dikutip dari Reuters, Kamis (10/4/2025).

    Gedung Putih dan Nvidia tak segera merespons permintaan komentar dari Reuters.

    Rencana untuk melarang ekspor chip H20 ke China sebenarnya sudah mencuat sejak Januari 2025, ketika AS masih di bawah kepemimpinan Joe Biden.

    Lalu, pada Februari 2025, Reuters melaporkan permintaan chip H20 yang membludak di China, menyusul kemunculan startup AI canggih dan murah seperti DeepSeek.

    Perusahaan China lainnya seperti ByteDance, Alibaba, dan Tencent, telah memesan chip H20 senilai US$16 miliar dalam 3 bulan pertama di 2025, menurut laporan The Information pada pekan lalu.

    Alhasil, pemangku kebijakan di AS merekomendasikan pelarangan ekspor chip Nvidia lebih lanjut ke China.

    Menurut laporan The Register, Huang rela mengeluarkan uang US$1 juta (Rp16 miliar) demi bisa makan malam dengan Trump.

    (fab/fab)

  • Donald Trump Tunda Tarif Impor, Rupiah Perkasa terhadap Dolar AS – Page 3

    Donald Trump Tunda Tarif Impor, Rupiah Perkasa terhadap Dolar AS – Page 3

    Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penguatan pada Rabu, 9 April 2025. Rupiah ditutup menguat 18 poin terhadap Dolar AS (USD), setelah sebelumnya sempat melemah 85 poin di level Rp 16.872 dari penutupan sebelumnya di level Rp 16.890.

    “Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp 16.860 – Rp 16.900,” ungkap pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi, dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (9/3/2025).

    Rupiah menguat meski Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) inflasi 1,65% secara bulanan atau month to month (MtM) pada Maret 2025.

    Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah mengungkapkan bahwa erjadi kenaikan IHK dari 105,48 pada Februari 2025 menjadi 107,22 pada Maret 2025. Secara year on year (YoY), Indonesia mengalami inflasi sebesar 1,03% dan secara tahun kalender atau year to date (YtD) terjadi inflasi sebesar 0,39%.

    “Hari ini pasar sedikit goyah setelah Presiden AS Donald Trump menambah tarif baru yang juga ditujukan pada beberapa ekonomi utama di luar Tiongkok salah satunya Indonesia yang terkena dampak tarif 32%,” kata Ibrahim.

    Pada Selasa (8/4), Trump menandatangani perintah yang mengenakan tarif tambahan sebesar 50% pada Tiongkok, sehingga tarif kumulatif AS terhadap negara tersebut menjadi 104%.

    Angka tersebut jauh di atas 60% yang diumumkan Trump selama kampanye Pilpres AS di 2024 lalu.

     

  • China Balas Tarif Impor Amerika Serikat, Mengapa Indonesia Tak Lakukan Hal Serupa?

    China Balas Tarif Impor Amerika Serikat, Mengapa Indonesia Tak Lakukan Hal Serupa?

    FAJAR.CO.ID,MAKASSAR — Perang dagang terus berlangsung. Setelah Amerika Serikat (AS) menetapkan tarif tambahan barang-barang impor.

    Sejumlah negara melakukan negosiasi dengan AS setelah tarif itu diumumkan oleh Presiden Donald Trump. Namun China melakukan hal berbeda, mereka melawan.

    Pada Kamis. 3 April 2025 Trump mengumumkan China mendapat tarif impor 35 persen.  Sementara Indonesia 32 persen.

    Itu dibalas China dengan mengumumkan tarif 34 persen untuk barang yang masuk ke Negara Tirai Bambu. Tak tinggal diam, AS pada 9 April 2025 mengumumkan kenaikan tarif 104 persen untuk China.

    Perang dagang dua negara itu tak berhenti di situ. China membalasnya dengan menaikkan tarif impor untuk barang AS sebesar 84 persen, yang berlaku hari ini, Kamis 10 April 2025.

    Lalu, hanya China berani melawan AS? Sementara Indonesia tidak. Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar), Arief R Pabettingi menilai itu bukan tanpa alasan.

    “China wajar, karena dia bersaing dengan Amerika secara langsung dari kekuatan ekonomi dan militernya,” kata Arief kepada fajar.co.id, Kamis (10/4/2025).

    Arief mengatakan China saat ini punya kedaulatan ekonomi besar.  Apalagi, merupakan salah satu negara dengan penduduk terbesar di dunia.

    “Satu, dia punya kekuatan ekonomi yang besar. Sudah mau melampaui Amerika Serikat. Kedua, dia punya penduduk banyak dunia. Secara tidak langsung, itu merupakan market yang besar,” ujarnya.

    Karena kekuatan itu,  China tak ingin diatur. Sementara Indonesia, menurutnya tidak bisa melakukan hal itu.

  • Ekonom: Indonesia Perlu Bentuk Poros Ketiga Sikapi Perang Dagang AS-China – Halaman all

    Ekonom: Indonesia Perlu Bentuk Poros Ketiga Sikapi Perang Dagang AS-China – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ekonom senior Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Didik J Rachbini, melihat Indonesia perlu melakukan konsolidasi politik dengan membuat poros ketiga.

    Poros tersebut dinilai penting untuk menyikapi kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menetapkan tarif impor barang asal Indonesia sebesar 32 persen.

    “Pemerintah dalam hal ini presiden harus mengambil jalan politik juga karena akar masalah dari masalah ini adalah politik,” ujar Didik saat dikonfirmasi wartawan, Kamis (10/4/2025).

    Ekspor Indonesia ke  Amerika Serikat sekitar 11-13 persen dari total ekspor ke seluruh dunia. Menurut Didik, bagian ini yang akan terkena dampak langsung.

    Jika ke depan ekspor ke AS ini terkena dampak penurunan sekitar 30 persen, maka dampaknya terhadap total ekspor Indonesia sekira 3-4 persen.

    “Porsi inilah yang harus segera digantikan dengan pasar baru dan kesepakatan baru dengan negara-negara lain, yang juga terkena dampaknya,” tutur Didik.

    Karena itu, ucap Didik, Indonesia sebagai negara besar perlu melakukan konsolidasi politik membuat poros ketiga, yakni bersama negara yang tergabung di Asean, Asia Timur dengan Jepang, Korea Selatan, Taiwan, India. Lalu juga dengan Amerika Latin, yakni Brazil dan Meksiko.

    “Sejatinya dan secara politik kesintingan Trump ini adalah head to head dengan China, kita tidak perlu masuk ke dalam kutub tersebut,” kata Didik.

    Didik mengatakan, penampilan dan langkah politik, diplomasi, diplomasi ekonomi dalam situasi ekonomi terguncang seperti ini perlu dilakukan mengingat akar masalah dari tarif Trump yang muncul tidak lain adalah langkah politik murni.

    “Jadi, sangat naif jika kita hanya merespon dengan kebijakan ekonomi dimana menurut Menteri Keuangan asas hukum dan teori ekonomi sudah tidak berlaku lagi,” sambungnya.

    Politik luar negeri ini, lanjutnya, juga mutlak harus ditumpangi dengan politik perdagangan, yang berorientasi di luar Amerika serikat dimana ada 88 persen ekspor Indonesia.  

    Diplomasi politik ke kawasan-kawasan Asean, Asia Timur, India, Amerika latin adalah peluang baru dalam era baru ketika AS sudah kalah bersaing dengan Cgina.

    “Kepanikan Trump hanyalah krisis transisi sejarah dimana kekuatan ekonomi yang bergeser dari Atlantik ke Pasifik,” ucapnya.

    Pemerintah di dalam negeri harus menata kebijakan ekonomi dengan menjaga ketenangan makro ekonomi, menjaga tingkat inflasi agar kesejahteraan rakyat tidak tergerus, menjaga nilai tukar yang menjadi tanggung jawab Bank Indonesia (BI) agar tidak merosot.

    “Rencana industrialisasi dan hilirisasi tetap dijalankan sesuai rencana untuk memperkuat ekonomi dalam negeri,” imbuh Didik.

  • Bursa Asia Ikut Rebound, Investor Tarik Napas Lega

    Bursa Asia Ikut Rebound, Investor Tarik Napas Lega

    PIKIRAN RAKYAT – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) melesat tajam pada Kamis pagi, 10 April 2025. IHSG dibuka menguat 302,62 poin atau 5,07 persen ke level 6.270,61.

    Kenaikan ini menjadi salah satu lonjakan terbesar yang tercatat sejak awal tahun, mencerminkan sentimen pasar yang sangat positif terhadap perkembangan geopolitik global, khususnya kebijakan perdagangan Amerika Serikat.

    Selain IHSG, indeks LQ45 yang mencerminkan kinerja 45 saham unggulan juga melonjak signifikan. LQ45 dibuka naik 44,78 poin atau 6,69 persen ke posisi 714,15, menandai kepercayaan tinggi investor terhadap saham-saham berkapitalisasi besar dan likuid.

    Pemicu Rebound: Penundaan Tarif Trump

    Kenaikan ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan penundaan implementasi tarif impor selama 90 hari terhadap berbagai negara. Meski tidak berlaku untuk China, kebijakan ini tetap dipandang sebagai langkah meredakan ketegangan dagang global.

    “IHSG hari ini berpotensi rebound mengikuti pergerakan bursa AS karena melemahnya tensi perang dagang setelah Presiden Trump menunda pengenaan tarif 90 hari, kecuali untuk China,” ujar Head of Retail Research BNI Sekuritas, Fanny Suherman di Jakarta, Kamis 10 April 2025.

    Trump memang memberikan ruang jeda bagi beberapa negara dari beban tarif berat, namun tetap mengenakan bea masuk sebesar 10 persen secara luas terhadap hampir semua impor AS. Sementara untuk China, tarif justru dinaikkan menjadi 125 persen.

    Ini disebut sebagai respons atas kebijakan China yang menetapkan bea masuk 84 persen terhadap barang-barang dari AS mulai 10 April 2025.

    Bursa AS dan Asia Ikut Menguat

    Langkah AS ini memberi efek domino ke berbagai bursa global. Pada perdagangan Rabu 9 April 2025, Wall Street mengalami rebound tajam. Indeks S&P 500 naik 9,5 persen, Dow Jones melonjak 7,69 persen, Nasdaq terbang 12,16 persen, dan Russell 2000 menguat 8,66 persen.

    Sektor teknologi memimpin reli dengan kenaikan 14,15 persen, sementara sektor utilitas naik 3,91 persen. Saham Nvidia meroket 18,7 persen dan Apple melonjak 15,3 persen.

    Dampaknya juga terasa hingga Asia. Berikut adalah pergerakan indeks saham utama di kawasan:

    Nikkei (Jepang): Naik 2.630,18 poin atau 4,46% ke 34.344,21 Kuala Lumpur (Malaysia): Naik 62,41 poin atau 4,46% ke 1.463,00 Shanghai (Tiongkok): Naik 47,38 poin atau 1,49% ke 3.234,19 Strait Times (Singapura): Terkoreksi 203,86 poin atau turun 6,01% ke 3.597,55

    Lonjakan indeks ini biasanya turut memengaruhi penguatan nilai tukar rupiah, karena aliran modal asing cenderung masuk kembali ke pasar negara berkembang ketika sentimen global membaik. Investor kini akan mencermati arah kebijakan lanjutan dari Washington dan Beijing serta rilis data ekonomi berikutnya.

    Dengan tensi global yang sedikit mereda, pasar domestik mendapat momentum untuk bangkit. Namun demikian, pelaku pasar tetap perlu berhati-hati terhadap ketidakpastian yang mungkin muncul kembali apabila konflik dagang kembali memanas, khususnya jika jeda tarif AS bersifat sementara.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Perang Dagang AS dan China Kian Memanas, Investor Harus Bagaimana?

    Perang Dagang AS dan China Kian Memanas, Investor Harus Bagaimana?

    Jakarta, Beritasatu.com – Perang dagang AS dan China kian memanas setelah Presiden Donald Trump menaikkan tarif impor menjadi 125% kepada negeri Tirai Bambu itu.

    Kebijakan tarif itu dikeluarkan hanya berselang beberapa jam seusai China menaikkan bea masuk menjadi 84% atas barang-barang AS.

    Perang dagang kedua negara adidaya itu kini tengah menjadi perhatian semua pihak, khususnya investor domestik maupun luar negeri.

    Lantas, apa yang perlu dilakukan investor dalam menghadapi perang dagang antara AS dan China yang kian memanas?

    Founder dan CEO Finvesol Consulting Fendi Suiyanto menyarankan investor untuk mengambil kebijakan investasi yang bersifat jangka pendek. Hal ini dilihat dari potensi, fluktuasi dan votalitas perang dagang kedua negara tersebut ke depannya.

    “Votalitas ke depan potensinya akan sangat tinggi dan besar, sehingga akan sangat bijak bagi investor ataupun trader untuk memanfaatkan momentum jangka pendek,” kata Fendi dalam Investor Market Opening di Beritasatu TV, Jakarta, Kamis (10/4/2025).

    Fendi menambahkan, investor bisa melakukan aksi buy on weakness untuk tujuan jangka pendek ketika sentimen positif sudah mulai bermunculan.

    Menurutnya, investor bisa melakukan aksi buy on weakness seperti pada saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 9% secara intraday pada Selasa (8/4/2025) lalu.

    Investor dapat menjual kembali saham tersebut pada saat IHSG mengalami penguatan atau rebound.

    Selain itu, ia juga mengimbau para investor untuk memperhatikan level support IHSG untuk mengambil posisi berikutnya.

    Lebih lanjut, Fendi mengatakan, sektor perbankan menjadi salah satu sektor yang menarik untuk dicermati dalam jangka pendek. Pada saat sektor perbankan melemah, maka investor disarankan untuk melakukan buy on weakness.

    Sementara itu, ketika posisinya menguat pada level support dan resistance, maka investor bisa melakukan sell on strength.

    Selain perbankan, sektor pertambangan atau mineral, seperti ANTAM dan saham-saham di sektor basic industry juga menarik untuk dikoleksi saat eskalasi perang dagang AS dan China.

  • iPhone Made in USA? Pakar Sebut Hal yang Mustahil

    iPhone Made in USA? Pakar Sebut Hal yang Mustahil

    Jakarta

    Apple memproduksi gadget andalannya seperti iPhone di kawasan Asia, terutama China, India, sampai Vietnam. Kini dengan ancaman tarif mencekik dari Donald Trump, Apple seperti didesak untuk membuat iPhone di negaranya sendiri, Amerika Serikat.

    Jubir Gedung Putih Karoline Leavitt ditanya soal jenis pekerjaan yang ingin diciptakan Trump setelah tarif berlaku. Ia menjawab pekerjaan di manufaktur dan teknologi canggih, dan ia yakin teknologi produksi iPhone bisa dibawa ke AS. “(Trump) yakin kita punya tenaga kerja, punya sumber daya untuk melakukannya,” kata Leavitt.

    Terlebih Apple berjanji investasi sampai USD 500 miliar di AS. Namun demikian, beberapa pakar berpendapat nyaris mustahil atau sangat sulit bagi Apple membuat iPhone di AS, setidaknya untuk saat ini.

    Pertama, hampir semua komponen di dalam iPhone masih dibuat di luar AS. Misalnya, chip A18 iPhone dibuat oleh TSMC di Taiwan. Kemudian, sensor kamera iPhone 16 Pro IMC903 adalah buatan Jepang. Teknologinya tidak bisa begitu saja dipindahkan ke AS.

    Analis Wedbush Securities, Dan Ives, menyebut iPhone terbaru mungkin harganya tembus USD 3.500 jika dibuat di AS versus USD 1.000 saat ini. Itu karena biaya pembuatan iPhone di AS diprediksi sangat mahal.

    “Mengubah manufaktur dan susunan rantai pasokan sangat mahal dan butuh waktu lama. Anda tidak ingin melakukannya kecuali sudah benar-benar tepat,” cetus analis Forrester Research, Dipanjan Chatterjee.

    Gil Luria, analis di D.A Davidson, meyakini Apple bisa memindahkan manufaktur ke AS, tapi butuh waktu 5 sampai 10 tahun. “Dalam 5 sampai 10 tahun, sangat mungkin Apple bisa membuat beberapa produknya di AS dan hanya ada sedikit kenaikan harga,” kata dia seperti dikutip detikINET dari Market Watch.

    Menurutnya, kelebihan China dari AS sebenarnya lebih dalam soal skill karyawan. Jika AS bisa melatih skill spesifik dalam pembuatan iPhone atau mengandalkan robotika di pabrik, maka bisa saja meniru kapabilitas yang ada di China atau Taiwan. “Kemajuan robotika akan signifikan dalam beberapa tahun lagi,” ujarnya.

    Ada pula yang menilai iPhone made in America untuk saat ini adalah fantasi. “Merupakan fantasi total. Tak ada alam semesta di mana Apple menjentikkan jari dan mulai membuat iPhone di AS dalam semalam. Secara teori, Apple dapat mulai merakitnya di sini, tapi itu pun merupakan proses yang berlangsung bertahun-tahun,” sebut 404media.

    (fyk/fay)

  • Teror Tarif Trump, 5 Pesawat Serbu Amerika dari China Ini Isinya

    Teror Tarif Trump, 5 Pesawat Serbu Amerika dari China Ini Isinya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Salah satu pihak yang terdampak dengan kebijakan tarif timbal balik dari presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump adalah Apple. Untuk menghindari dampak tersebut, perusahaan dikabarkan menerbangkan 5 pesawat memboyong iPhone dari India dan China menuju AS.

    Sebagian besar iPhone diketahui diproduksi di pabrik yang ada di India dan China. Kedua negara dikenakan tarif baru oleh AS, yang artinya bisa menaikkan harga jual lebih tinggi nantinya.

    Lima pesawat itu penuh dengan iPhone dan produk Apple lainnya diterbangkan ke AS dalam tiga hari selama minggu terakhir bulan Maret. Seorang pejabat senior India mengonfirmasi laporan tersebut.

    “Pabrik-pabrik di India dan China serta lokasi lainnya telah mengirimkan produk ke AS untuk mengantisipasi tarif yang lebih tinggi,” kata seorang sumber dikutip dari Times of India, Kamis (10/4/2025).

    Menurut laporan, langkah ini dilakukan untuk mempertahankan harga produk untuk sementara. Apple mengangkut iPhone tersebut sebelum harga dengan tarif baru ditetapkan.

    Apple telah menganalisa struktur tarif yang berbeda pada tiap pabrik akan berdampak pada rantai pasoknya. Sumber itu juga mengatakan tiap kenaikan harga tidak hanya berdampak pada pasar AS, namun berlaku juga pada seluruh kawasan global.

    “Setiap kenaikan harga mengimbangi dampak tidak bisa terbatas hanya pada pasar AS, namun harus dilakukan untuk seluruh kawasan global termasuk India,” kata sumber itu.

    Sejak pengumuman tarif Trump, spekulasi bermunculan akan adanya kenaikan harga iPhone di AS. Salah satunya diungkapkan dari hasil perhitungan analis UBS, yakni harga iPhone produksi China akan naik 30% untuk ritel.

    Misalnya iPhone 16 Pro Max kemungkinan naik hingga US$350 atau sekitar Rp 5,84 juta. Dengan kenaikan itu artinya harga iPhone termahal setelah penerapan tarif Trump bisa mencapai Rp 26 juta. Sebelumnya iPhone 16 Pro Max dijual di AS senilai US$1199 atau sekitar Rp 20 juta.

    Sementara iPhone 16 Pro diperkirakan naik US$120 atau sekitar Rp 2 juta. Menjadi sekitar US$1199 jika diproduksi dari India.

    (fab/fab)