Negara: Republik Rakyat Cina

  • Apple Dikabarkan Timbun Stock iPhone di AS untuk Antipasi Tarif Trump

    Apple Dikabarkan Timbun Stock iPhone di AS untuk Antipasi Tarif Trump

    Bisnis.com, JAKARTA – Apple dikabarkan melakukan inisiatif sebagai langkah antisipasi tarif Trump yang diberlakukan untuk sejumlah negara di dunia.

    Inisiatif tersebut membuat Apple menimbun stock iPhone dan Mac selama berbulan-bulan. Hal ini disampaikan oleh Mark Gurman dari Bloomberg, dikutip dari GSMArena.

    “Apple secara teoritis bisa menunda kenaikan harga iPhone hingga peluncuran seri iPhone 17 pada September nanti,” tulis sang jurnalis Bloomberg, dikutip Jumat (11/4/2025).

    Terbaru, Apple dilaporkan menyewa pesawat kargo untuk mengangkut 600 ton iPhone (1,5 juta ponsel) dari India ke Amerika Serikat (AS).

    Langkah ini dilakukan sebagai antisipasi tarif Trump, menurut sumber Reuters. Pengiriman ini juga menjadi strategi untuk membangun kestabilan pasar.

    Ancaman tarif Trump sebesar 26% atas impor India ditangguhkan selama sekitar tiga bulan setelah presiden AS menyerukan jeda 90 hari.

    Namun AS telah mengumumkan bahwa tarif atas barang-barang dari China–tempat Apple merakit sebagian besar iPhone-nya–akan dikenakan pungutan setidaknya 145%.

    Adapun Reuters melaporkan bahwa Apple telah menargetkan peningkatan produksi sebesar 20% di pabrik iPhone di India. Hal ini dilakukan dengan menambah jumlah pekerja dan untuk sementara memperpanjang operasi di pabrik Foxconn India terbesar di Chennai hingga hari Minggu.

    Pabrik Chennai memproduksi 20 juta iPhone tahun lalu, termasuk model iPhone 15 dan 16 terbaru. Apple memiliki tiga pabrik di India yang dioperasikan oleh Foxconn dan Tata.

    Diketahui, sekitar enam jet kargo dengan kapasitas masing-masing 100 ton telah terbang sejak Maret, salah satunya minggu ini tepat saat tarif baru diberlakukan, kata sumber tersebut dan seorang pejabat pemerintah India.

    Sayangnya hingga saat ini Apple dan kementerian penerbangan India belum memberikan komentar mengenai masalah ini.

    Apple pun telah menjual lebih dari 220 juta iPhone dalam satu tahun di seluruh dunia, dengan Counterpoint Research memperkirakan seperlima dari total impor iPhone ke Amerika Serikat sekarang berasal dari India dan sisanya dari China.

    The Wall Street Journal melaporkan minggu ini bahwa Apple berencana untuk mengirim lebih banyak iPhone ke AS dari India sebagai “solusi sementara” sementara perusahaan tersebut berupaya untuk mendapatkan pengecualian dari tarif China.

    Apabila Apple mengalihkan semua iPhone buatan India ke AS, maka akan mencapai sekitar 50% dari permintaan Amerika tahun ini, menurut analis Bank of America Wamsi Mohan.

    Analis telah memperingatkan bahwa pemindahan produksi iPhone ke AS akan sangat mahal karena faktor-faktor seperti biaya untuk membayar ratusan ribu pekerja.

    Sejalan dengan itu, analis di Wedbush Securities, sebuah perusahaan jasa keuangan AS, mengatakan iPhone buatan AS akan berharga US$3.500 imbas penerapan tarif Trump.

  • Perang Dagang AS dan China Memanas, IHSG Hari Ini Diprediksi Melemah

    Perang Dagang AS dan China Memanas, IHSG Hari Ini Diprediksi Melemah

    Jakarta, Beritasatu.com – Indeks Harga Saham Gabungan diprediksi melemah hari ini. Hal tersebut imbas dari perang dagang AS dan China yang semakin memanas.

    Menurut Head of Retail Research BNI Sekuritas Fanny Suherman, IHSG hari ini berpotensi melemah kembali seiring dengan menguatnya tensi perang dagang AS dan China.

    “IHSG hari ini berpotensi melemah di rentang support 6150-6200 dan resistance 6300-6400,” kata Fanny dalam riset hariannya di Jakarta, Jumat (11/4/2025).

    Indeks-indeks utama Wall Street jatuh signifikan pada perdagangan Kamis (10/4/2025), menghapus sebagian besar kenaikan tajam pada sehari sebelumnya.

    Hal tersebut karena investor kembali diliputi kekhawatiran meskipun Presiden AS Donald Trump telah mengumumkan penundaan sementara tarif impor untuk sejumlah negara, kecuali China.

    Sementara itu, pada hari yang sama, bursa saham Asia justru menunjukkan penguatan di tengah eskalasi perang dagang AS dan China.

    Perang dagang AS dan China membuat investor terus mencermati saham di negeri Tirai Bambu itu setelah Trump menaikkan bea masuk impor menjadi 125%, hanya berselang beberapa jam setelah China memberikan tarif bea masuk 84% atas barang-barang dari AS.

  • IHSG melemah ikuti bursa saham kawasan Asia

    IHSG melemah ikuti bursa saham kawasan Asia

    Jakarta (ANTARA) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat pagi bergerak turun mengikuti pelemahan bursa saham kawasan Asia.

    IHSG dibuka melemah 58,45 poin atau 0,93 persen ke posisi 6.195,57. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 10,94 poin atau 1,55 persen ke posisi 696,17.

    “IHSG hari ini (11/4) diprediksi bergerak melemah dalam range 6.100 sampai 6.280,” ujar Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih di Jakarta, Jumat .

    Dari mancanegara, pelaku pasar khawatir seiring meningkatnya perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China.

    Presiden Donald Trump kembali mengklarifikasi bahwa total tarif yang dikenakan AS kepada China sebesar 145 persen, rinciannya yaitu 125 persen tarif resiprokal dan 20 persen “tarif fentanyl”.

    Di sisi lain, Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Wakil Perdana Menteri Vietnam Ho Duc Phoc sepakat untuk melakukan diskusi formal demi membahas tarif resiprokal Vietnam sebesar 46 persen.

    Pasalnya, Vietnam menyumbang defisit neraca dagang AS sebesar 123,4 miliar dolar AS pada 2024, atau terbesar ketiga setelah Meksiko.

    Selain itu, pelaku pasar menantikan rilis kinerja keuangan kuartalan bank investasi, seperti JPMorgan (JPM), Morgan Stanley (MS), dan BlackRock (BLK).

    Pada perdagangan Kamis (10/04), bursa saham AS Wall Street kompak ditutup melemah seiring pelaku pasar merespon sikap Trump yang menaikkan kembali tarif impor terhadap China.

    Indeks Dow Jones ditutup turun 1.014,79 poin atau 2,50 persen ke level 39.593,66, indeks S&P 500 kehilangan 188,85 poin atau 3,46 persen menjadi 5.268,05, dan Nasdaq Composite anjlok 737,66 poin atau 4,31 persen ke 16.387,31.

    Bursa saham regional Asia pagi ini, antara lain indeks Nikkei melemah 1.548,99 poin atau 4,48 persen ke 33.060,01, indeks Kuala Lumpur melemah 23,71 poin atau 1,62 persen ke 1.439,42, indeks Shanghai menguat 2,55 poin atau 0,08 persen ke 1.226,19, dan indeks Strait Times melemah 86,04 poin atau 2,40 persen ke 3.491,79.

    Pewarta: Muhammad Heriyanto
    Editor: Evi Ratnawati
    Copyright © ANTARA 2025

  • Rekor Lagi, Harga Emas Antam Hari Ini Dekati Rp 2 Juta Per Gram

    Rekor Lagi, Harga Emas Antam Hari Ini Dekati Rp 2 Juta Per Gram

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga emas Antam hari ini, Jumat (11/4/2025), kembali melonjak tinggi sebesar Rp 43.000 mendekati level Rp 2 juta per gram. 

    Harga emas Antam hari ini menjadi Rp 1,889 juta per gram dari sebelumnya Rp 1,846 juta per gram.

    Sementara itu, harga buyback emas Antam juga naik Rp 43.000 menjadi Rp 1,739 juta per gram.

    Sebelumnya, harga emas Antam mencatat rekor tertinggi sepanjang masa pada Kamis (10/4/2025) mencapai Rp 1,846 juta per gram.

    Berikut harga emas Antam pada Jumat pagi hari ini:

    Harga emas 0,5 gram: Rp 994.500
    Harga emas 1 gram: Rp 1.889.000
    Harga emas 2 gram: Rp 3.722.000
    Harga emas 3 gram: Rp 5.563.000
    Harga emas 5 gram: Rp  9.249.000
    Harga emas 10 gram: Rp 18.420.000
    Harga emas 25 gram: Rp 45.887.500
    Harga emas 50 gram: Rp 91.655.500
    Harga emas 100 gram: Rp 183.190.000
    Harga emas 250 gram: Rp 457.587.500
    Harga emas 500 gram: Rp 914.875.000
    Harga emas 1.000 gram: Rp 1.829.600.000

    Sebelum harga emas Antam hari ini melonjak, harga emas dunia juga kembali mencetak rekor tertinggi pada Kamis (10/4/2025), didorong oleh  meningkatnya ketegangan perang dagang antara Ametika Serikat (AS) dan China, serta pelemahan dolar AS. Harga emas spot sempat menyentuh level  US$ 3.171,49 per troy ons pada perdagangan Kamis. Sedangkan emas berjangka AS naik 3,2% ke level US$ 3.177,5 per troy ons.

  • Pengamat ingatkan ketidakpastian berlanjut seiring tensi AS-China

    Pengamat ingatkan ketidakpastian berlanjut seiring tensi AS-China

    Jakarta (ANTARA) – Direktur PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk Reza Priyambada mengingatkan ketidakpastian ekonomi global masih berlanjut seiring terus memanasnya tensi perang tarif impor antara Amerika Serikat (AS) dan China.

    Terbaru, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menaikkan tarif impor AS terhadap China menjadi sebesar 145 persen dari sebelumnya 125 persen.

    “Kami melihat bahwa bukan serta merta risiko ketidakpastian hilang begitu saja karena kebijakan Trump. Jadi, bisa saja sewaktu-waktu berubah,” ujar Reza saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.

    Gayung bersambut, Presiden China Xi Jinping pun merespons sikap Trump dengan akan memimpin konferensi kerja pusat mengenai diplomasi dengan negara negara tetangga seperti Vietnam, Malaysia, dan Kamboja.

    Selain itu, Perdana Menteri China Li Qiang juga meminta adanya perluasan domestik di China demi menjaga daya beli dan konsumsi kembali meningkat.

    “Nantinya, pun dari China bisa jadi sudah mempersiapkan kebijakannya untuk menghadapi hal ini yang bisa saja akan merubah peta perdagangan global ke depannya,” ujar Reza.

    Dari dalam negeri, Reza menyebut pelaku pasar menantikan kebijakan konkret dari Pemerintah Indonesia untuk dapat menjaga perekonomian domestik.

    Menurutnya, kebijakan konkret itu tidak hanya untuk mengantisipasi perang dagang, namun, secara keseluruhan juga dapat menopang makro ekonomi, sehingga target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8 persen year on year (yoy) ke depan tercapai.

    “Pemberantasan korupsi dan ekonomi biaya tinggi, kemudahan berinvestasi, keamanan, maupun kemudahan birokrasi paling tidak dapat membantu tumbuhnya ekonomi Indonesia dan ini yang tentunya akan disambut positif pelaku pasar,” ujar Reza.

    Sementara itu, VP Marketing, Strategy & Planning Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menjelaskan efek negatif memanasnya AS dengan China, di antaranya potensi berkurangnya permintaan komoditas domestik, seperti batu bara dan nikel seiring penurunan aktivitas produksi di China.

    Selain itu, potensi terjadinya dumping produk dari China ke Indonesia, khususnya tekstil dan elektronik.

    Pada awalnya, Trump menaikkan tarif impor ke China menjadi sebesar 104 persen, yang dibalas oleh Xi Jinping dengan penetapan tarif impor sebesar 84 persen terhadap produk AS.

    Kemudian, pada Rabu (10/4/2025), Trump kembali menaikkan tarif impor dari China menjadi sebesar 125 persen di tengah penundaan tarif resiprokal terhadap berbagai negara.

    Tidak berhenti di situ, pada Kamis (11/4/2025), Trump merevisi tarif impor ke China menjadi 145 persen, yang merupakan batas bawah atau masih berpotensi meningkat ke depan.

    Pewarta: Muhammad Heriyanto
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

  • MIND ID targetkan pasok energi untuk elektrifikasi seluruh Sumatera

    MIND ID targetkan pasok energi untuk elektrifikasi seluruh Sumatera

    Jakarta (ANTARA) – BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia MIND ID menargetkan pasokan listrik untuk seluruh Pulau Sumatera sebagai komitmen untuk mewujudkan swasembada energi nasional.

    Direktur Utama MIND ID Maroef Sjamsoeddin mengatakan PLTU Tanjung Lalang, Sumatera Selatan kelolaan PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP), anak perusahaan hasil kerja sama strategis antara PT Bukit Asam Tbk dan China Huadian Group, memiliki kapasitas 2×660 MW, dan saat ini masih beroperasi pada tingkat utilisasi sekitar 50 persen.

    Maroef menegaskan, dengan kapasitas besar dan teknologi yang unggul, Grup MIND ID menargetkan agar HBAP menjadi garda terdepan untuk mampu memasok kebutuhan listrik seluruh Sumatera.

    “Kita harus punya target yang besar, dan kami percaya Bukit Asam bersama Huadian Group mampu mewujudkannya,” ujar Maroef dalam keterangan di Jakarta, Jumat.

    Maroef menyampaikan pembangkit listrik ini juga mencerminkan standar tinggi dalam pengelolaan lingkungan.

    PLTU Tanjung Lalang telah dilengkapi dengan teknologi Flue Gas Desulfurization (FGD) yang mampu menekan emisi gas buang di bawah ambang batas yang ditetapkan pemerintah, dan menjadikannya salah satu pembangkit listrik berbasis batu bara paling ramah lingkungan di kawasan.

    “PLTU MT Sumsel-8 ini adalah salah satu pembangkit listrik mulut tambang terbesar di Asia Tenggara. Kami bangga bahwa operasionalnya telah menggunakan teknologi rendah emisi yang mendukung prinsip keberlanjutan,” ucapnya.

    Lebih lanjut, Maroef menegaskan bahwa upaya ini merupakan bagian dari strategi besar MIND ID dalam mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam nasional.

    Melalui Bukit Asam, Grup MIND ID saat ini mengelola total sumber daya batu bara sebesar 5,8 miliar ton, dengan cadangan sebesar 2,9 miliar ton.

    Seluruh inisiatif pengembangan energi dijalankan untuk memberi manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat dan mendukung arah pembangunan nasional.

    Cadangan ini juga dioptimalkan untuk dapat memasok kebutuhan energi yang digunakan agar menjalankan program hilirisasi dalam upaya meningkatkan nilai tambah mineral dan batu bara Indonesia.

    “Langkah ini sejalan dengan Asta Cita Presiden Republik Indonesia, Bapak Prabowo Subianto, dalam mewujudkan kemandirian energi sebagai fondasi kedaulatan bangsa,” tegas Maroef.

    Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
    Editor: Evi Ratnawati
    Copyright © ANTARA 2025

  • Apple Terbangkan 600 Ton iPhone dari India ke AS untuk Lawan Tarif Trump

    Apple Terbangkan 600 Ton iPhone dari India ke AS untuk Lawan Tarif Trump

    Bisnis.com, JAKARTA – Apple dikabarkan menyewa pesawat kargo untuk mengangkut 600 ton iPhone (1,5 juta ponsel) dari India ke Amerika Serikat (AS).

    Langkah ini dilakukan sebagai antisipasi tarif Trump, menurut sumber Reuters. Pengiriman ini juga menjadi strategi untuk membangun kestabilan pasar.

    Ancaman tarif Trump sebesar 26% atas impor India ditangguhkan selama sekitar tiga bulan setelah presiden AS menyerukan jeda 90 hari.

    Namun AS telah mengumumkan bahwa tarif atas barang-barang dari China–tempat Apple merakit sebagian besar iPhone-nya–akan dikenakan pungutan setidaknya 145%.

    Adapun Reuters melaporkan bahwa Apple telah menargetkan peningkatan produksi sebesar 20% di pabrik iPhone di India. Hal ini dilakukan dengan menambah jumlah pekerja dan untuk sementara memperpanjang operasi di pabrik Foxconn India terbesar di Chennai hingga hari Minggu.

    Pabrik Chennai memproduksi 20 juta iPhone tahun lalu, termasuk model iPhone 15 dan 16 terbaru. Apple memiliki tiga pabrik di India yang dioperasikan oleh Foxconn dan Tata.

    Diketahui, sekitar enam jet kargo dengan kapasitas masing-masing 100 ton telah terbang sejak Maret, salah satunya minggu ini tepat saat tarif baru diberlakukan, kata sumber tersebut dan seorang pejabat pemerintah India.

    Sayangnya hingga saat ini Apple dan kementerian penerbangan India belum memberikan komentar mengenai masalah ini.

    Apple pun telah menjual lebih dari 220 juta iPhone dalam satu tahun di seluruh dunia, dengan Counterpoint Research memperkirakan seperlima dari total impor iPhone ke Amerika Serikat sekarang berasal dari India dan sisanya dari China.

    The Wall Street Journal melaporkan minggu ini bahwa Apple berencana untuk mengirim lebih banyak iPhone ke AS dari India sebagai “solusi sementara” sementara perusahaan tersebut berupaya untuk mendapatkan pengecualian dari tarif China.

    Apabila Apple mengalihkan semua iPhone buatan India ke AS, maka akan mencapai sekitar 50% dari permintaan Amerika tahun ini, menurut analis Bank of America Wamsi Mohan.

    Analis telah memperingatkan bahwa pemindahan produksi iPhone ke AS akan sangat mahal karena faktor-faktor seperti biaya untuk membayar ratusan ribu pekerja.

    Sejalan dengan itu, analis di Wedbush Securities, sebuah perusahaan jasa keuangan AS, mengatakan iPhone buatan AS akan berharga US$3.500 imbas penerapan tarif Trump.

  • Perang Dagang Memanas, Harga Emas Kembali Cetak Rekor Tertinggi

    Perang Dagang Memanas, Harga Emas Kembali Cetak Rekor Tertinggi

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga emas dunia melonjak hampir 3% dan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa pada Kamis (10/4/2025), didorong oleh pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) dan meningkatnya ketegangan perdagangan antara AS dan China.

    Lonjakan harga emas dunia yang mencetak rekor tertinggi ini menegaskan kembali daya tarik emas sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian global.

    Dikutip dari Reuters, harga emas spot sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa sebesar US$ 3.171,49 per troy ons pada perdagangan Kamis. Sementara itu, emas berjangka AS melonjak 3,2% dan ditutup di level US$ 3.177,5 per troy ons.

    Kenaikan ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan akan menurunkan sementara bea masuk untuk puluhan negara, tetapi secara signifikan menaikkan tarif terhadap China dari 104% menjadi 125%. Kebijakan ini dinilai akan memicu eskalasi baru dalam konflik dagang antara dua raksasa ekonomi dunia tersebut.

    “Emas kembali menunjukkan daya tariknya sebagai aset aman dan kembali ke jalur untuk mencetak rekor baru,” ujar Nikos Tzabouras, analis pasar di Tradu.com.

    Namun, potensi kesepakatan dagang dengan sejumlah mitra dagang AS menurutnya bisa menghambat kenaikan harga emas, apalagi jika ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed berkurang, yang bisa memperkuat dolar.

    Indeks dolar AS turun lebih dari 1% terhadap sejumlah mata uang utama, membuat emas menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang asing lainnya. Berbagai faktor tersebut membuat harga emas kembali mencetak rekor tertinggi. 

  • Akhir dari Era Perdagangan Bebas?

    Akhir dari Era Perdagangan Bebas?

    Bisnis.com, JAKARTA – Perdagangan global yang dibangun di atas sistem berbasis aturan (rules-based system) yang dipelopori antara lain oleh Amerika Serikat sejak tahun 1947 (GATT-General Agreement on Tariffs and Trade) dan dilanjutkan dengan pembentukan organisasi perdagangan dunia WTO (World Trade Organization) tahun 1995 nampak bermasa depan suram.

    Pada tanggal 2 April 2025, dalam sebuah acara dramatis di Gedung Putih, Presiden Donald Trump mengumumkan tarif bea masuk baru untuk beberapa negara mitra dagang sebagai bagian dari upayanya untuk meningkatkan ekonomi Amerika dan melindungi industri dalam negeri. Sekaligus Trump juga mengumumkan tarif timbal balik untuk sejumlah 92 negara yang memiliki defisit perdagangan terbesar dengan AS, termasuk Indonesia.

    Tarif timbal balik ini akan diterapkan mulai tanggal 9 April 2025. Kebijakan ini seharusnya bukan suatu kejutan karena sejak menjabat di periode pertama, Presiden Trump telah menerapkan kebijakan tarifikasi sebagai bagian dari kebijakan “America First” untuk membuat Amerika hebat kembali. Namun, tetap saja skala dan cakupan tarif tersebut mengkonfirmasi bahwa dalam satu gebrakan hari pembebasan (“Liberation Day”), Washington telah membatasi laju arus perdagangan internasional secara signifikan.

    Apa Dasar Penetapan Tarif Timbal Balik AS?

    Trump nampaknya melakukan penilaian kebijakan perdagangan negara mitra–baik tarif, non-tarif, dan manipulasi mata uang yang dianggap menghambat ekspor AS–untuk menetapkan tarif timbal balik tersebut. Satu sumber mengungkapkan bahwa Washington mendasarkan diri kepada ‘bad math’ (matematika yang buruk) karena menggunakan rasio perbandingan antara defisit perdagangan AS dengan Tiongkok, sebagai contoh, dengan nilai ekspor negara dimaksud ke AS. Trump juga disebutkan telah bermurah hati memberikan diskon sebesar 50% kepada Tiongkok.

    Konkritnya, pada tahun 2024 defisit perdagangan AS dengan Tiongkok mencapai USD 295,4 miliar. Impor AS dari Tiongkok sendiri tercatat sebesar USD 438,9 miliar. Dari rasio dimaksud didapatkan angka 67%, yang kemudian didiskon 50% sehingga diperoleh tarif timbal balik sebesar 34%. Tarif ini merupakan tarif tambahan di atas tarif 20% yang sudah diberlakukan sebelumnya atas Tiongkok sehingga total tarif impor mencapai 54%. (https://www.foreignaffairs.com/united-states/age-tariffs-trump-global-economy).

    Lalu bagaimana dengan tarif 34% yang dikenakan terhadap Indonesia yang memiliki suplus sebesar USD 16,8 milyar pada tahun 2024 dengan AS? Dasar pengenaan ini perlu dimintakan klarifikasi ke pihak AS. Bagaimana pula nasib sejumlah 111 negara di mana AS mencatatkan posisi surplus pada neraca perdagangan bilateralnya? Negara-negara tersebut, di antaranya Australia dan Inggris, tetap dikenakan tarif dasar sebesar 10 persen. Bagaimana pula halnya dengan perdagangan jasa–seperti pariwisata, pendidikan, asuransi dan keuangan, jasa komputer dan informasi dan jasa bisnis–di mana AS mengalami surplus dengan sebagian besar mitra dagangnya? Washington dengan mudahnya menafikan faktor perdagangan jasa ini.

    Langkah Strategis Indonesia

    Respons cepat Presiden Prabowo untuk mengirim delegasi tingkat tinggi ke Washington guna melakukan negosiasi patut diapresiasi. Meski neraca perdagangan bilateral Indonesia-AS tidak dapat diseimbangkan dalam waktu semalam, tetapi dalam engagement dimaksud kedua negara dapat menyepakati langkah awal untuk mencari solusi saling menguntungkan.

    Untuk keperluan tersebut Indonesia (pemerintah dan pelaku usaha) perlu mempersiapkan posisi trade-off yang spesifik dan terukur dengan memperhatikan kepentingan nasional dan skala prioritas pembangunan ekonomi di dalam negeri. Posisi trade-off dimaksud tentunya mempertimbangkan elemen penting surplus neraca perdagangan yang dinikmati Indonesia dan kebijakan Indonesia yang ditengarai oleh pihak AS sebagai hambatan non-tarif dalam dokumen National Trade Estimate Report on Foreign Trade Barriers tahun 2025.

    Meskipun demikian perlu diantisipasi juga pelajaran dari kebijakan Trump periode pertama yaitu kesepakatan perjanjian sektoral pengecualian tarif impor besi baja dan alumunium sebesar 25% dan 10% antara AS dengan antara lain Australia, Brazil, Canada, Mexico, Korea Selatan, Uni Eropa, Jepang, dan Inggris. Perjanjian-perjanjian dimaksud dibatalkan secara sepihak oleh Trump pada tanggal 12 Maret 2025 lalu karena terbukti pengecualian itu menyebabkan impor dari negara-negara dimaksud meningkat dari 74% pada tahun 2018 menjadi 82% pada tahun 2024.

    Langkah strategis berikutnya adalah Indonesia perlu segera mengoptimalisasikan kerjasama kemitraan dagang dengan negara-negara partner FTA baik bilateral (Australia, Jepang, Korea, Chile, Uni Emirat Arab) maupun regional (ASEAN, ASEAN-China, ASEAN-Korea FTA, ASEAN-India, ASEAN-Australia-New Zealand, RCEP) untuk secara kolektif mengurangi dampak negatip tarif AS. Namun, perlu diwaspadai juga fenomena over capacity negara tertentu dan permintaan domestik maupun impor dunia yang lemah sehingga Indonesia tidak menjadi tempat pembuangan bagi ekspor negara lain, atau sebagai negara ‘fasilitas produksi sementara’ guna menghindari tarif AS (circumvention) apabila Indonesia nantinya mendapatkan pengecualian.

    Akhirnya, sangat disayangkan bahwa Amerika Serikat telah mencederai kepemimpinannya selama ini dalam perdagangan bebas dan sebaliknya memimpin kebangkitan proteksionisme yang justru akan lebih membebani konsumen dan bisnis Amerika sendiri karena tarif tinggi akan meningkatkan harga barang impor dan mendorong inflasi. Hari-hari ini, karena tekanan publik di dalam negeri dan lobby negara mitra dagang, kita akan menyaksikan Gedung Putih menyepakati perjanjian-perjanjian bilateral yang bersifat transaksional.

    Karena perlakuan tersebut tidak bersifat MFN (Most-Favored Nation) sesuai dengan prinsip dasar WTO maka seluruh aturan dan ketentuan perdagangan internasional berbasis WTO akan terancam. Sementara itu, apabila negara mitra menempuh jalur gugatan melalui WTO (seperti Tiongkok dan Kanada) dan Panel memutuskan bahwa AS bersalah, putusan Panel itu tetap sulit memiliki kekuatan hukum yang tetap karena AS tidak akan menerima hasil Panel begitu saja, sementara badan banding WTO diblokir oleh AS. Trump juga dengan mudah dapat memutuskan untuk meninggalkan WTO—sama seperti AS meninggalkan WHO dan Perjanjian Paris.

    Apapun keputusan yang akan diambil Pemerintah Trump, era perdagangan bebas yang ditandai dengan upaya mengurangi hambatan perdagangan dan menciptakan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi nampaknya sulit untuk dikembalikan ke jalur semula.

  • Harga Minyak Anjlok Usai Ketegangan Perang Dagang AS-China Meningkat – Page 3

    Harga Minyak Anjlok Usai Ketegangan Perang Dagang AS-China Meningkat – Page 3

    Sebelumnya, harga minyak mentah Amerika Serikat melonjak lebih dari 4% pada Rabu (9/4), mencatat kenaikan harian tertinggi sejak Oktober 2024. Kenaikan harga minyak ini terjadi setelah Presiden Donald Trump mengumumkan penurunan tarif impor untuk negara-negara selain China.

    Dikutip dari CNBC, kamis (10/4/2025), harga minyak mentah acuan AS (WTI) naik sebesar USD 2,77 atau 4,65%, dan ditutup pada level USD 62,35 per barel. Sementara itu, harga minyak Brent sebagai acuan global turut menguat USD 2,66 atau 4,23% ke posisi USD 65,48 per barel.

    Sebelumnya, harga WTI sempat anjlok hingga USD 55,12 per barel setelah China mengumumkan tarif sebesar 84% atas barang-barang asal AS sebagai balasan atas kebijakan tarif Trump. Tarif impor dari China ini mulai berlaku pada 10 April.

    Namun, pasar minyak berbalik arah setelah Trump secara tiba-tiba melunakkan kebijakan perdagangannya. Presiden AS tersebut menyatakan bahwa tarif impor sebesar 10% akan diberlakukan selama 90 hari untuk semua negara, kecuali China. Untuk China, tarif dinaikkan secara langsung menjadi 125%.

    Kekhawatiran Dunia

    Ketegangan perang dagang yang dikhawatirkan memicu resesi global menjadi kekhawatiran utama pelaku pasar, karena dapat menurunkan permintaan minyak dunia.