Negara: Republik Rakyat Cina

  • ASEAN Pilih Negosiasi dan Tolak Ajakan China

    ASEAN Pilih Negosiasi dan Tolak Ajakan China

    PIKIRAN RAKYAT – Dalam pertemuan di Malaysia 10 April 2025, ASEAN memutuskan untuk tak membalas tarif impor Donald Trump, Organisasi kawasan ini akan menempuh jalur negosiasi.

    “Kami menyatakan niat bersama untuk terlibat dalam dialog yang jujur dan konstruktif dengan AS untuk mengatasi masalah terkait perdagangan,” demikian pernyataan resmi organisasi yang beranggotakan 10 negara tersebut.

    Sebelum pertemuan tersebut, para pemimpin ASEAN berdiskusi seputar hal tersebut melalui sambungan telepon. Diskusi ini dihadiri juga oleh Presiden Prabowo.

    Malaysia saat ini menjadi ketua. Anggotanya mencakup Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam.

    Sebelumnya, pada Kamis 10 April 2025, Pemerintah China mengajak Malaysia dan ASEAN untuk bergabung dengan blok yang membalas tarif Trump. China secara tegas telah menyatakan sikap tersebut.

    Karena Negeri Tirai Bambu ini membalas, Trump menaikan tarif impor produk China menjadi 125%. Lalu negara yang dipimpin Xi Jinping ini menaikkan tarif impor produk AS menjadi 84%.

    Saat ini, sejak 9 April 2025. Trump menunda penerapan tarif yang sudah ditetapkan ke banyak negara tersebut dalam waktunya 30 hari. Namun, penetapan ‘pungutan’ dasar 10% tetap berlaku. Meski demikian, tetap menetapkan tarif impor 125% untuk produk China.

    AS jadi mitra dagang terbesar kedua

    Pada 2024, perdagangan ASEAN dengan AS mencapai $305,98 miliar. AS menjadi mitra dagang terbesar kedua bagi ASEAN. Sedangkan mitra dagang terbesar diisi oleh China.

    Produk terbanyak yang diekspor organisasi regional kawasan ini yaitu perangkat IC. Sedangkan sejumlah produk terbanyak yang diimpor ASEAN dari negara adidaya ini yaitu mesin turbojet.

    Terlepas dari negosiasi bersama organisasi regional ini, Indonesia telah menyiapkan 4 tawaran yang akan diajukan kepada AS. Yaitu, Investment Framework Agreement. Proposal deregulasi Non-Tariff, meningkatkan impor dan investasi dari AS melalui pembelian migas, dan nsentif fiskal maupun non-fiskal.

    Patut ditunggu hasil negosiasi ASEAN dengan AS. Apakah akan meringankan atau bahkan menghapus tarif Trump? Hasil pertemuan ini berdampak terhadap perekonomian Indonesia.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Geely EX5 Diuji Tabrak, Ini Hasilnya

    Geely EX5 Diuji Tabrak, Ini Hasilnya

    Jakarta

    Geely EX5 baru saja melakoni uji tabrak ASEAN NCAP. Begini hasil uji tabrak SUV listrik kembaran Proton eMas7 itu.

    Geely EX5 mendapat hasil sangat bagus saat melakoni uji tabrak. Diketahui, Geely EX5 sudah menjalani uji tabrak di tiga lembaga pemeringkat yaitu European New Car Assessment Programme (Euro NCAP) untuk pasar Eropa dan Australasian New Car Assessment Programme (ANCAP) di Australia. Terbaru, Geely EX5 menyelesaikan uji tabrak ASEAN NCAP. Tapi yang diuji di ASEAN NCAP itu adalah kembarannya, Proton eMas7.

    Dalam keterangan resmi ASEAN NCAP disebutkan, Proton eMas7 yang diuji itu merupakan buatan Malaysia dan dijual untuk pasar Brunei Darussalam, Malaysia, dan Singapura. Varian yang dites adalah Premium keluaran tahun 2024. Mobil ini dibekali dengan kapasitas 160 kW dan memiliki enam airbag. Lalu bagaimana hasil pengujiannya?

    Proton eMas7 ini meraih hasil sempurna. Untuk perlindungan penumpang dewasa, total nilai yang diraih adalah 31,20. Sementara untuk perlindungan anak-anak, nilainya 44,17. Selanjutnya, pengujian fitur keselamatan mendapatkan total nilai 21. Kemudian untuk perlindungan pemotor total nilainya 13. Berkat torehan tersebut, Proton eMas7 diganjar bintang lima dengan bobot skor (bukan total nilai) sebesar 92,57.

    Hasil ASEAN NCAP untuk Proton eMas7 itu sebenarnya tidak jauh dengan pengujian Geely EX5 di Eropa maupun ANCAP. Di kedua pengujian itu, Geely EX5 juga mendapat lima bintang dengan skor perlindungan serta fitur yang memuaskan.

    Meski terhitung sebagai pendatang baru, Proton eMas7 boleh dibilang cukup mencuri perhatian. Dari sisi penjualan mobil listrik di Malaysia, eMas7 ini menduduki posisi puncak penjualan EV terlaris. Sementara di Indonesia, yang dijual bukanlah Proton eMas7 melainkan Geely EX5.

    Kehadiran EX5 sekaligus menandakan kembalinya Geely ke pasar otomotif Indonesia. SUV ramah lingkungan ini dibangun di atas platform GEA (Geely Electric Architecture) yang dikembangkan oleh pabrikan yang berkantor pusat di Hangzhou, Zhejiang.

    Beralih ke spesifikasi, Geely Indonesia memang belum mengumumkannya secara detail. Tapi berkaca dari model yang sudah dijual di China, mobil ini memiliki panjang 4.615 mm, lebar 1.901 mm, dan tinggi 1.670 mm. Jarak sumbu rodanya 2.750 mm. Mobil ini diklaim punya koefisien drag 0.269.

    Mobil ini dibekali motor listrik tunggal yang memiliki tenaga 218 PS dan torsi 320 Nm. Akselerasi 0-100 km/jam diklaim bisa dilahap dalam waktu 6,9 detik.

    Baterainya yang disematkan merupakan pengembangan dari pabrikan. Baterai bernama Aegis ini diklaim lebih aman dan memiliki masa pakai lebih lama, serta kemampuan pengisian daya cepat, dan kinerja suhu rendah.

    (dry/din)

  • BPKS paparkan potensi Investasi strategis ke Komisi IV DPR

    BPKS paparkan potensi Investasi strategis ke Komisi IV DPR

    Banda Aceh (ANTARA) – Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS) di Provinsi Aceh memaparkan peluang investasi strategis yang dimiliki dan dapat dikembangkan secara maksimal untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi kepada Komisi IV DPR RI.

    “Komisi IV DPR memang bukan mitra kerja BPKS, tapi kami tetap memanfaatkan kesempatan itu untuk menyampaikan bahwa Sabang memiliki kekayaan sumber daya dan posisi geografis yang sangat potensial untuk dikembangkan melalui kerja sama investasi yang tepat sasaran,” kata Kepala BPKS, Iskandar Zulkarnaen di Banda Aceh, Jumat.

    Di sela mendampingi kunjungan kerja Ketua Komisi IV DPR, Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto bersama anggota komisi dan Menteri Kehutanan (Menhut) RI, Raja Juli Antoni, ia menjelaskan Sabang bukan hanya gerbang barat Indonesia secara geografis, tetapi juga bisa menjadi pintu masuk investasi yang menghubungkan potensi lokal dengan pasar global.

    Sabang, merupakan gerbang pelayaran dunia karena letaknya yang strategis di Selat Malaka dan kawasan itu dapat menjadi titik singgah kapal-kapal dari berbagai negara seperti India, China, dan Malaysia.

    Ia mengatakan dalam kesempatan tersebut pihaknya juga ikut membahas beberapa sektor untuk dapat dikembangkan yakni pengembangan pariwisata bahari berbasis konservasi, pemanfaatan potensi kelautan dan perikanan dan pembangunan fasilitas shorebase untuk mendukung aktivitas logistik dan energi di wilayah Aceh dan sekitarnya.

    BPKS juga menyampaikan kesiapan untuk menjalin kemitraan strategis dengan investor dalam dan luar negeri dengan tetap mengedepankan kepentingan masyarakat dan pelestarian lingkungan.

    Pihaknya berharap dengan potensi yang besar tersebut mendapat dukungan dari Pemerintah Pusat melalui Komisi IV DPR RI sehingga Sabang dapat semakin memperkuat posisinya sebagai kawasan unggulan investasi di barat Indonesia.

    Ia menambahkan pemaparan berbagai potensi yang dimiliki Sabang kepada Komisi IV juga bagian agar kawasan tersebut mendapat perhatian semua pihak sehingga daerah itu benar-benar menjadi penopang ekonomi di ujung barat Indonesia

    Pewarta: M Ifdhal
    Editor: Zaenal Abidin
    Copyright © ANTARA 2025

  • Kronologi Perang Tarif Trump vs China dari 10% hingga Kini 145%

    Kronologi Perang Tarif Trump vs China dari 10% hingga Kini 145%

    Bisnis.com, JAKARTA — Tensi perang tarif impor antara China dan Amerika Serikat (AS) semakin panas menyusul langkah China yang kembali menaikkan tarif impor untuk barang dari AS menjadi 125%.

    Tarif balasan tersebut merupakan respons Negeri Tirai Bambu setelah Presiden AS Donald Trump menaikkan tarif impor AS terhadap China menjadi 145%.

    Mengutip Bloomberg pada Jumat (11/4/2025) Kementerian Keuangan China menjelaskan bahwa negaranya akan mengabaikan tarif lebih lanjut dari AS terhadap produk-produk China.

    “Mengingat tidak ada lagi kemungkinan penerimaan pasar untuk barang-barang AS yang diekspor ke China berdasarkan tingkat tarif saat ini, jika pihak AS kemudian terus mengenakan tarif pada barang-barang China yang diekspor ke AS, pihak China tidak akan memperhatikannya,” tertulis dalam keterangan resmi Kementerian Keuangan China. 

    Tarif terbaru tersebut juga menjadi babak terbaru perang dagang antara China-AS sejak Trump kembali menjabat sebagai Presiden AS mulai Januari 2025 lalu. 

    Melansir berbagai sumber, aksi saling balas melalui tarif ini dimulai pada Februari 2025 lalu. Kala itu, Trump mengenakan tarif impor sebesar 10% untuk barang-barang China. 

    China kemudian menanggapi kebijakan tersebut dengan mengenakan tarif sebesar 15% pada batu bara dan produk gas alam cair. China juga menetapkan tarif sebesar 10% pada minyak mentah, mesin pertanian, dan mobil berkapasitas besar.

    Pada 3 Maret 2025, Trump menaikkan tarif impor barang-barang China sebesar 10% menjadi 20%. Dia juga menerapkan tarif baru sebesar 25% terhadap impor dari Meksiko dan Kanada, yang memicu sengketa dagang baru dengan tiga mitra dagang utama AS.

    Sehari setelah tarif baru tersebut, China langsung membalas dengan mengenakan tarif sebesar 15% pada produk ayam, gandum, jagung, dan kapas yang berasal dari Amerika Serikat. 

    China juga memberikan tarif sebesar 10% pada sorgum, kedelai, daging babi, daging sapi, produk perairan, buah-buahan, sayur-sayuran, dan produk susu yang berasal dari AS. Kebijakan tarif itu mulai berlaku pada 10 Maret 2025.

    Sebulan berselang, Trump kembali menaikkan tarif terhadap China sebesar 34%. Trump menuduh China mengenakan tarif dan hambatan perdagangan non-tarif sebesar 67% terhadap AS.

    Gedung Putih mengonfirmasi bahwa tarif baru itu akan diterapkan di atas tarif yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga menghasilkan tarif efektif sebesar 54% terhadap semua impor China ke AS.

    Merespons tarif tersebut, China kemudian mengumumkan akan mengenakan tarif tambahan sebesar 34% pada semua barang AS yang berlaku mulai 10 April 2025.

    Trump kemudian mengancam akan mengenakan tarif tambahan sebesar 50% pada barang-barang China pada 9 April lalu jika China tidak menarik tindakan balasan tersebut paling lambat pada 8 April 2025. 

    Setelah China tidak mengindahkan ancaman tersebut, AS resmi meningkatkan tarif efektif impor barang-barang China sebesar 54% menjadi 104%.

    China kemudian menanggapinya dengan tarif balasan sebesar 84% atas barang-barang AS. Sebagai tanggapan balik, Trump meningkatkan tarif atas barang-barang China menjadi 125% pada hari yang sama. 

    Namun, Gedung Putih mengklarifikasi keesokan harinya bahwa tarif telah meningkat menjadi 145%. 

    Kemudian, pada 11 April 2025, China pun kembali menanggapi tarif terbaru AS itu dengan meningkatkan tarif atas barang-barang AS menjadi 125%.

  • Jalur kereta China-Laos jadi moda pilihan jelang Tahun Baru Laos

    Jalur kereta China-Laos jadi moda pilihan jelang Tahun Baru Laos

    Vientiane (ANTARA) – Jalur Kereta China-Laos telah menjadi moda transportasi pilihan di kalangan penduduk setempat yang hendak mudik dan wisatawan yang ingin berkunjung ke sejumlah objek wisata terbaik di Laos untuk menyambut Tahun Baru Laos.

    Semua itu berkat kenyamanan, keterjangkauan, dan kecepatannya.

    “Saya dan teman-teman saya sangat beruntung karena Jalur Kereta China-Laos mulai beroperasi sebelum kami datang ke Vientiane, ibu kota Laos, untuk menempuh pendidikan. Jalur ini membuat perjalanan ke kampus dan pulang ke rumah menjadi jauh lebih mudah dan nyaman dari sebelumnya,” kata Khammy, yang berasal dari Vangvieng dan kini sedang belajar dan bekerja di Vientiane, kepada Xinhua.

    Khammy mengatakan dia rutin melakukan perjalanan pulang ke rumah dengan kereta karena dia merasa jalur kereta tersebut nyaman, terjangkau, dan lebih cepat daripada moda transportasi lainnya.

    Bagi para wisatawan, Jalur Kereta China-Laos juga merupakan opsi yang populer, menyediakan cara yang nyaman untuk bepergian dan menjelajahi berbagai destinasi wisata.

    Laos-China Railway Co., Ltd. (LCRC) akan mengoperasikan layanan kereta tambahan pada 11 hingga 20 April untuk mengakomodasi meningkatnya jumlah pelancong selama liburan Tahun Baru Laos. Selain itu, penumpang dapat membeli tiket hingga tujuh hari sebelum keberangkatan untuk perjalanan selama periode tersebut.

    Seorang penduduk Vientiane, Nilavanh, berencana untuk merayakan Tahun Baru Laos di Provinsi Luang Prabang, Laos utara, bersama teman-temannya. Mereka memilih melakukan perjalanan dengan Jalur Kereta China-Laos karena kenyamanan dan kecepatannya.

    Sun Yiwei (tengah), penumpang ke-50 juta yang menaiki kereta api China-Laos Railway, berswafoto dengan orang tuanya di stasiun kereta api Yuxi di sepanjang jalur kereta China-Laos di Provinsi Yunnan, China barat daya, 28 Maret 2025. (ANTARA/Xinhua/Chen Xinbo)

    “Saya sangat antusias untuk menikmati perayaan Tahun Baru Laos yang meriah di Luang Prabang. Saya sudah sering mendengar tentang suasana yang menyenangkan dan kaya akan budaya di sana selama liburan. Tahun ini, saya dan teman-teman memutuskan untuk merasakannya sendiri.”

    “Dengan jalur kereta ini, perjalanan menjadi lebih mudah, membuat liburan kami menjadi bebas stres. Saya yakin semakin banyak wisatawan yang juga akan memilih kereta untuk mengunjungi Luang Prabang, karena kereta merupakan pilihan terbaik untuk liburan yang hemat biaya namun tetap menawarkan kenyamanan selama perjalanan,” tambahnya.

    Chintana, seorang pekerja kantoran berusia 27 tahun, mengatakan jalur kereta tersebut telah mempermudah perjalanan ke berbagai destinasi populer, sehingga mendatangkan lebih banyak pengunjung dan menguntungkan bisnis lokal. Jalur kereta itu juga membantu berbagai toko, restoran, dan pedagang kecil menjangkau pasar yang lebih besar dengan mendatangkan lebih banyak wisatawan.

    Tahun Baru Laos merupakan festival terpenting dalam kalender Laos. Tahun ini, festival itu akan dirayakan pada 14-16 April.

    Jalur Kereta China-Laos menghubungkan Kunming di Provinsi Yunnan, China barat daya, dengan Vientiane. Jalur kereta sepanjang 1.035 kilometer ini, yang merupakan proyek penting dalam kerja sama Sabuk dan Jalur Sutra yang berkualitas tinggi, mulai beroperasi pada 3 Desember 2021. Selesai

    Pewarta: Xinhua
    Editor: Indra Arief Pribadi
    Copyright © ANTARA 2025

  • Konglomerat RI Ramai-Ramai Pindahkan Aset ke Luar Negeri, Ada Apa?

    Konglomerat RI Ramai-Ramai Pindahkan Aset ke Luar Negeri, Ada Apa?

    Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah konglomerat atau orang kaya Indonesia diketahui mulai memindahkan kekayaannya ke luar negeri. Tren itu mencuat disinyalir karena adanya kekhawatiran akan kebijakan fiskal Presiden Prabowo Subianto dan ketidakpastian stabilitas ekonomi Indonesia.

    Melansir laporan Bloomberg, orang kaya di Indonesia banyak mengalihkan asetnya ke emas dan real estate di luar negeri. Di samping itu, kripto hingga stablecoin USDT menjadi salah satu instrumen investasi yang banyak dilirik orang kelas menengah atas Indonesia.

    “Emas dan real estate adalah dua tempat penyimpanan yang populer, meskipun tempat penyimpanan ketiga yang kurang tradisional telah muncul: mata uang kripto – khususnya stablecoin USDT dari Tether Holdings SA, yang dirancang untuk mempertahankan nilai tukar 1:1 terhadap dolar AS,” demikian bunyi laporan tersebut.

    Semua aset tersebut menawarkan cara bagi orang kaya di negara ini untuk menghindari pengawasan dalam memindahkan uang dalam jumlah besar.

    Sebagai contoh, mata uang kripto USDT mulai digemari di Indonesia sebagai cara untuk menghindari deteksi konversi mata uang dan memindahkan uang di atas $100.000 ke luar negeri.

    Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh para bankir hingga manager investasi yang enggan disebutkan namanya, mengatakan bahwa sejumlah klien asal Indonesia dengan kekayaan bersih antara US$100 juta (Rp1,6 triliun) hingga US$400 juta (Rp6,7 triliun) telah mengubah hingga 10% dari aset mereka menjadi kripto.

    Adapun, tren pergeseran aset tersebut dimulai pada Oktober 2024 ketika Prabowo berkuasa, tetapi meningkat secara substansial setelah rupiah jatuh pada bulan Maret.

    Alhasil, meningkatnya arus keluar itu dinyalir kuat menjadi biang kerok penurunan tajam mata uang Indonesia dalam beberapa waktu belakangan.

    Pasalnya, Rupiah pada Selasa (8/4/2025), mata uang rupiah kembali ditutup melemah dengan menyentuh level Rp16.891 per dolar Amerika Serikat (AS).

    Di samping itu, mata uang dan pasar saham Indonesia juga mengalami penurunan karena kekhawatiran bahwa kebijakan belanja Prabowo dapat menggerogoti disiplin fiskal negara yang telah dibangun di bawah pemerintahan sebelumnya.

    Bloomberg menjelaskan kekhawatiran utama para orang kaya Indonesia didorong oleh volatilitas saham dan mata uang yang terjadi usai berbagai Prabowo meneken sejumlah kebijakan. Mulai dari perluasan peran angkatan bersenjata, meningkatnya pengeluaran negara menjadi salah satu momok bagi para investor.

    Bahkan, Bloomberg mempertanyakan keinginan Prabowo yang membidik pertumbuhan ekonomi dapat tembus di level 8% per tahun, sesuatu yang bahkan tidak dapat dicapai oleh China.

    Jika pemerintah terus melakukan ekspansi demi mewujudkan program populis Prabowo, para investor khawatir hal ini dapat menyebabkan defisit fiskal yang lebih besar, peningkatan utang dan kenaikan pajak, belum lagi tekanan inflasi yang lebih luas.

    Meskipun gelombang arus keluar saat ini tidak sebanding dengan eksodus pada tahun 1998 ketika Indonesia dilanda krisis ekonomi Asia, arus keluar ini semakin meningkat.

    Sejak Februari, klien-klien dari sebuah perusahaan penasihat telah memindahkan sekitar US$50 juta (Rp838,45 miliar) uang mereka ke Dubai dan Abu Dhabi, ujar sumber lain. Pada kuartal Desember, arus keluar serupa hanya mencapai US$10 juta (Rp167,69 miliar).

    Selain properti hingga pasar kripto, emas menjadi alternatif yang dipilih para orang kaya mengamankan asetnya. Penjualan emas batangan di PT Hartadinata Abadi, peritel emas non-pemerintah terbesar di Indonesia, melonjak sekitar 30% dalam tiga bulan pertama tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2024, kenaikan kuartalan tertajam dari tahun ke tahun sejak perusahaan tersebut go public pada tahun 2017, kata juru bicara Thendra Crisnanda.

    Analis utama Indonesia di Global Counsel LLP, Dedi Dinarto, menilai arus deras keluar tersebut perlu segera menjadi perhatian Presiden Prabowo. Salah satu langkah yang bisa diambil yakni dengan memberikan jaminan seputar disiplin fiskal dan berkomitmen pada investasi-investasi utama di bidang-bidang seperti infrastruktur.

    “Baik investor asing maupun lokal memiliki kekhawatiran yang sama mengenai kebijakan-kebijakan Prabowo,” ujar Dedi.

  • RI Enggak Ikut Perang Dagang, Harga iPhone Naik Atau Tidak?

    RI Enggak Ikut Perang Dagang, Harga iPhone Naik Atau Tidak?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Harga iPhone di pasar global diprediksi naik menyusul kebijakan tarif kontroversial yang diterapkan Presiden AS, Donald Trump.

    Tarif baru sebesar 145% terhadap barang-barang impor dari China, yang merupakan tempat sebagian besar iPhone dirakit, diperkirakan memicu kenaikan harga hingga ratusan dolar, tak hanya di AS tetapi juga di luar negeri.

    Menurut analis, Apple kemungkinan besar akan menaikkan harga iPhone secara global untuk menghindari disparitas harga antarnegara, yang bisa mendorong perdagangan lintas batas secara ilegal. Artinya, konsumen di Inggris, Eropa, dan negara lainnya ikut terdampak, meskipun tidak terlibat langsung dalam perang dagang.

    “Kecil kemungkinan perusahaan membedakan harga secara global,” kata Ben Wood analis dari CCS Insight, dikutip dari BBC, Jumat (11/4/2025).

    Karena menurutnya, raksasa teknologi asal AS ini ingin menghindari orang membeli perangkat dengan harga murah di Inggris dan menjualnya untuk mendapatkan keuntungan di AS.

    Peningkatan harga juga bisa diperparah jika tarif ini berdampak negatif pada nilai tukar dolar AS, yang akan membuat impor iPhone ke berbagai negara jadi lebih mahal.

    Di Inggris, harga iPhone 16 Pro yang saat ini dibanderol 999 euro bisa melonjak hingga 1.400 euro, menurut prediksi beberapa pakar. Bahkan di AS, beberapa analis memprediksi harga iPhone bisa naik hingga tiga kali lipat.

    Apple memiliki salah satu rantai pasokan paling rumit karena komponen iPhone berasal dari sekitar 50 negara, dengan berbagai komponen yang bersumber dari berbagai perusahaan terutama di Asia Timur. Dan banyak di antara negara tersebut terkena kebijakan tarif Trump

    Ketidakpastian ini telah membuat saham Apple anjlok, bahkan membuat perusahaan tersebut kehilangan status sebagai perusahaan paling bernilai di dunia, disalip oleh Microsoft.

    China merupakan pusat utama perakitan iPhone (80 persen) yang dijual dengan India menyumbangkan 10-15 persen dan sisanya berasal dari Vietnam.

    Pembuat chip Taiwan yang sangat penting, TSMC, memproduksi prosesor yang dirancang Apple untuk iPhone, sementara perusahaan Korea Selatan, Samsung dan LG, menyediakan sebagian besar layarnya.

    Komponen kamera berasal dari Jepang, Korea Selatan dan Taiwan, sementara sensor dan baterai berasal dari Timur Jauh, Amerika Serikat, Prancis dan Jerman.

    Meski Trump sempat mengumumkan penangguhan tarif selama 90 hari bagi sebagian negara, China tetap menjadi pengecualian. Hal ini memperkeruh situasi, mengingat 9 dari 10 iPhone dirakit di China.

    Di tengah gejolak ini, Apple berusaha mempercepat produksi iPhone di India, yang selama ini hanya menyumbang sekitar 20% dari total produksi iPhone untuk pasar AS.

    Mengutip Daily Mail, Apple bahkan dilaporkan menyewa penerbangan kargo khusus untuk mengirim lebih dari 600 ton iPhone dari India ke AS dalam beberapa hari terakhir.

    (dem/dem)

  • China Tak Gentar Hadapi Ancaman Tarif Tambahan Trump

    China Tak Gentar Hadapi Ancaman Tarif Tambahan Trump

    Jakarta

    Perang dagang antara Amerika Serikat dan China tidak menunjukkan tanda-tanda akan mereda, dengan Presiden China Xi Jinping menyerukan Uni Eropa bergabung dengan Beijing menentang “intimidasi” dari AS terkait tarif.

    Beijing mengumumkan tarif sebesar 125% terhadap barang-barang AS pada Jumat (11/04). Jumlah ini naik dari 84% yang diumumkan pada Rabu (09/04) silam.

    Tarif baru China terhadap barang-barang AS ini sama dengan tarif AS saat ini terhadap barang-barang China.

    Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengatakan bahwa ia masih berharap untuk mendapatkan kesepakatan dengan Beijing, dengan mengatakan bahwa kesepakatan itu akan “berakhir dengan hasil yang sangat baik bagi kedua negara”.

    Ketika Trump pertama kali mengumumkan skema pajak impornya, China dikenai tarif resiprokal sebesar 34%. Beijing membalas dengan mengenakan tarif sebesar 34% terhadap barang-barang Amerika.

    AS menanggapi dengan menaikkan tarif mereka hingga total 104%, sehingga China menaikkan tarif mereka menjadi 84%. AS merespons lagi, dan sebagaimana keadaannya saat ini, tarif AS terhadap barang-barang China adalah sebesar 125%.

    Namun tarif AS terhadap Beijing dapat meningkat lebih jauh, hingga 145% untuk beberapa produk karena pungutan sebelumnya telah dikenakan pada perusahaan yang memproduksi fentanil.

    Beijing “dengan tegas menentang dan tidak akan pernah menerima praktik hegemonik dan intimidasi seperti itu,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Lin Jian kepada wartawan.

    Kementerian Perdagangan China sebelumnya menyebut pungutan tambahan AS tersebut sebagai “kesalahan di atas kesalahan” dan mengatakan bahwa mereka tidak akan pernah menerima “aksi pemerasan” AS.

    Sementara itu, Presiden AS menuduh China tidak menghormati AS dan “merampok” AS.

    Dengan kedua negara yang saling membalas pengenaan tarif ini, siapa yang akan mengalah terlebih dahulu?

    “Salah jika berpikir bahwa China akan mundur dan menghapus tarif secara sepihak,” kata Alfredo Montufar-Helu, penasihat senior di China Center di lembaga kajian The Conference Board.

    Baca juga:

    “Langkah seperti itu tidak hanya akan membuat China tampak lemah, tetapi juga akan mendorong AS untuk meminta lebih banyak. Kita sekarang telah mencapai jalan buntu yang kemungkinan akan menyebabkan kesengsaraan ekonomi jangka panjang,” tambahnya.

    Sebagian besar tarif ini akan menghantam ekonomi Asia: tarif untuk Tiongkok akan naik menjadi 54%, tarif untuk Vietnam akan melonjak menjadi 46%, tarif untuk Kamboja mencapai 49%, dan tarif untuk Indonesia menyentuh 32%.

    Para ahli khawatir pemerintah, dunia bisnis, dan investor tidak punya banyak waktu untuk menyesuaikan diri atau bersiap menghadapi ekonomi global yang sangat berbeda.

    Pasar global telah merosot sejak pekan lalu ketika tarif baru yang dikenakan Trump terhadap hampir setiap negara, mulai berlaku.

    Bagaimana China merespons tarif Trump?

    “Tidak ada pemenang dalam perang tarif,” kata Presiden China Xi Jinping setelah pertemuan dengan Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez Jumat (11/04).

    Ia menyerukan China dan Uni Eropa untuk bersama-sama “menentang praktik intimidasi sepihak”, merujuk pada tarif global besar-besaran yang diberlakukan AS.

    Dia juga menganjurkan agar kedua kekuatan internasional tersebut melanjutkan globalisasi ekonomi.

    “Melawan dunia hanya akan menyebabkan isolasi,” tambahnya.

    Getty Images

    China telah merespons putaran pertama tarif Trump dengan mengenakan tarif balasan pada impor tertentu dari AS, kontrol ekspor pada logam langka, dan penyelidikan antimonopoli terhadap perusahaan-perusahaan AS, termasuk Google.

    China juga telah mengumumkan tarif balasan, tetapi tampaknya juga bersiap menghadapi rasa sakit akibat perang dagang dengan AS.

    China telah membiarkan mata uangnya, yuan, melemah, yang membuat ekspor China lebih menarik. Dan perusahaan-perusahaan yang terkait dengan negara telah membeli saham yang dinilai sejumlah ekonom sebagai langkah menstabilkan pasar.

    Namun, pertikaian antara China dan AS tetap menjadi perhatian utama.

    Getty ImagesKaryawan bekerja di produksi topi yang diekspor ke Amerika Serikat di sebuah pabrik di Suqian, provinsi Jiangsu, Tiongkok timur, pada 7 April 2025. Pasar saham Asia anjlok pada Senin yang suram pada 7 April setelah Tiongkok menghantam Amerika Serikat dengan tarifnya yang tinggi, meningkatkan perang dagang yang ditakutkan banyak orang dapat memicu resesi.

    “Apa yang kita lihat adalah permainan siapa yang dapat menanggung lebih banyak rasa sakit. Kita telah berhenti berbicara tentang rasa untung,” kata Mary Lovely, seorang pakar perdagangan AS-China di Peterson Institute di Washington DC, kepada program Newshour BBC.

    Meskipun ekonominya melambat, China mungkin “sangat bersedia menanggung rasa sakit untuk menghindari menyerah pada tindakan yang mereka yakini sebagai agresi AS”, tambahnya.

    Terguncang oleh krisis pasar properti yang berkepanjangan dan meningkatnya pengangguran, masyarakat Tiongkok tidak banyak berbelanja. Pemerintah daerah yang terlilit utang di China juga telah berjuang untuk meningkatkan investasi atau memperluas jaring pengaman sosial.

    “Tarif memperburuk masalah ini,” kata Andrew Collier, Peneliti Senior di Mossavar-Rahmani Center for Business and Government di Harvard Kennedy School.

    Baca juga:

    Jika ekspor China terpukul, pemasukan negara akan kena dampak yang menyakitkan.

    Ekspor telah lama menjadi faktor utama dalam pertumbuhan eksplosif Tiongkok. Ekspor juga menjadi pendorong signifikan, meskipun negara tersebut mencoba untuk mendiversifikasi ekonominya dengan manufaktur teknologi canggih dan konsumsi domestik yang lebih besar.

    Sulit untuk mengatakan kapan tepatnya tarif “akan berdampak tetapi kemungkinan besar segera,” kata Collier, seraya menambahkan bahwa “[Presiden Xi] menghadapi pilihan yang semakin sulit karena ekonomi yang melambat dan sumber daya yang semakin menipis”.

    Bagaimana dampaknya terhadap AS dan negara lain?

    Namun, bukan hanya China yang akan merasakan dampaknya.

    Menurut Kantor Perwakilan Dagang AS, AS mengimpor barang senilai US$438 miliar dari China pada 2024. Adapun ekspor AS ke China senilai US$143 miliar, sehingga terjadi defisit perdagangan sebesar US$295 miliar.

    Belum jelas bagaimana AS akan menemukan pengganti barang-barang China dalam waktu sesingkat itu.

    Selain pajak atas barang fisik, kedua negara “saling terkait secara ekonomi dalam banyak halada sejumlah besar investasi di kedua belah pihak, banyak perdagangan digital dan aliran data”, kata Deborah Elms, Kepala Kebijakan Perdagangan di Hinrich Foundation di Singapura.

    BBC

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    “Suatu negara hanya dapat mengenakan tarif dalam jumlah tertentu untuk jangka waktu tertentu. Namun, ada cara lain yang dapat dilakukan kedua negara untuk saling menyerang.”

    “Jadi, mungkin situasinya tidak mungkin menjadi lebih buruk, tetapi ada banyak cara yang dapat dilakukan.”

    Seluruh dunia juga mengamati, untuk melihat ke mana barang-barang impor China yang tidak masuk ke pasar AS akan mengarah.

    Mereka akan berakhir di pasar lain seperti di Asia Tenggara, tambah Elms.

    “Negara-negara ini [berurusan] dengan tarif mereka sendiri dan harus memikirkan di mana lagi kami dapat menjual produk kami?”

    “Jadi kita berada di dunia yang sangat berbeda, dunia yang benar-benar tidak jelas.”

    Bagaimana peluang negosiasi AS-China?

    Dalam sebuah postingan di Truth Social, platform media sosial yang dibuat perusahaan milik Trump, Trump memperingatkan bahwa “semua pembicaraan dengan China mengenai permintaan pertemuan mereka dengan kami [soal tarif] akan dihentikan!”

    Trump mengomentari tindakan balasan China dengan berkata “meskipun saya sudah memperingatkan bahwa negara mana pun yang membalas AS dengan mengenakan tarif tambahan… akan segera dikenai tarif baru yang jauh lebih tinggi”.

    Beijing mengatakan bahwa “menekan atau mengancam China bukanlah cara yang tepat”.

    “Langkah hegemonik AS atas nama ‘timbal balik’ adalah pemenuhan kepentingan egois dengan mengorbankan kepentingan negara lain dan mengutamakan ‘Amerika’ daripada aturan internasional,” kata juru bicara Kedutaan Besar China, Liu Pengyu, dalam sebuah pernyataan.

    Baca juga:

    “Ini adalah langkah khas unilateralisme, proteksionisme, dan intimidasi ekonomi.”

    Dari Gedung Putih, Trump berbicara soal kemungkinan tarif bersifat permanen dan peluang negosiasi.

    “Kita punya utang US$36 triliun [sekitar Rp608 kuadriliun] karena suatu alasan,” katanya, seraya menambahkan bahwa AS akan berbicara dengan China dan negara-negara lain untuk membuat “kesepakatan yang adil dan kesepakatan yang baik”.

    “Sekarang Amerika yang utama,” kata Trump.

    Apa sebenarnya tujuan Trump?

    Ketika Trump memberlakukan tarif kepada sejumlah negara, dua pertanyaan mengemuka: Apa sebenarnya tujuan akhir Trump? Apakah itu sepadan dengan kehancuran ekonomi global?

    Satu teori mencuat bahwa Trump memiliki rencana dengan beberapa penasihat utamanya yang disebut “kesepakatan Mar-a-Lago”.

    Kesepakatan ini bertujuan memaksa mitra dagang Amerika melemahkan dolar AS di bursa mata uang internasional.

    Langkah ini dinilai dapat membuat ekspor Amerika lebih terjangkau bagi pasar luar negeri sekaligus mengurangi nilai cadangan mata uang AS di China.

    Penasihat ekonomi Trump, Stephen Miran, disebut-sebut mendorong rencana ini. Mirran telah membantah bahwa itu adalah kebijakan pemerintahan Trump.

    Teori ini hanya salah satu kemungkinan penjelasan atas kekacauan pasar saham yang sengaja dipicu Trump yang sangat berisiko menurut banyak ekonom terkemuka. Itu bukanlah satu-satunya.

    Sejak Trump mengejutkan dunia dengan rencana tarifnya, pejabat-pejabat Gedung Putih telah berbicara ke media dengan penjelasan yang terkadang bertentangan.

    Trump disebut menerapkan tarif untuk meningkatkan pendapatan dan melindungi industri Amerika atau sebagai alat negosiasi.

    Tarif itu disebut bersifat permanen atau sementara. Tarif itu disebut akan mendorong kesepakatan individual dengan negara lain atau memaksakan beberapa perjanjian multilateral yang besar.

    Saat Trump meneken tarif pada Rabu (09/04) , ia tampak ingin membuat khalayak dunia terus menduga-duga.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Pakar: Relaksasi TKDN jadikan RI pemain utama di rantai pasok global

    Pakar: Relaksasi TKDN jadikan RI pemain utama di rantai pasok global

    Jakarta (ANTARA) – Pakar Investasi Harryadin Mahardika menilai Relaksasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) akan menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dalam rantai pasok global melalui kebijakan yang pro-investasi tetapi tetap menjaga kepentingan nasional.

    “Relaksasi TKDN bukan pelemahan komitmen terhadap industri dalam negeri, tetapi langkah korektif untuk memastikan tujuan besarnya tercapai menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dalam rantai pasok global melalui kebijakan yang pro-investasi tetapi tetap menjaga kepentingan nasional,” ujar Harryadin di Jakarta, Jumat.

    Dia mengungkapkan bahwa keputusan Presiden RI Prabowo Subianto untuk menggodok kembali regulasi mengenai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sudah tepat.

    “Perubahan TKDN menjadi hal penting untuk dilakukan secepatnya, karena banyak perusahaan asing yang ingin berinvestasi di Indonesia,” katanya.

    Menurut dia, kewajiban TKDN dalam praktiknya sering disalahgunakan. Beberapa produk luar negeri hanya dirakit secara sederhana di dalam negeri untuk memenuhi ambang batas komponen lokal, tanpa menciptakan nilai tambah nyata malah konsekuensinya konsumen Indonesia harus membayar dengan harga lebih tinggi.

    “Stigma ini yang tampaknya ingin diberantas pemerintah dengan menyederhanakan birokrasi dan menciptakan iklim investasi yang lebih sehat, efisien, dan kompetitif guna mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Sebagai kepala pemerintahan, memang perlu segera menghapus hambatan-hambatan birokratis yang bahkan berpotensi membuka ruang praktik rente,” kata Harryadin.

    Tidak heran, lanjutnya, Presiden RI Prabowo Subianto yang memiliki pengalaman panjang sebagai pengusaha, memahami berbagai tantangan regulasi yang dihadapi dunia usaha.

    Sebenarnya sejumlah negara berhasil mendorong investasi dan pertumbuhan industri tanpa aturan TKDN, tetapi lebih mendorong pendekatan baru berupa insentif langsung bagi produksi di dalam negeri. Negara seperti Vietnam dan Tiongkok telah membuktikan keberhasilan model ini, dengan menjadi pusat manufaktur global tanpa kebijakan TKDN.

    Sebagai informasi, dalam forum Sarasehan Ekonomi yang Presiden RI Prabowo meminta agar TKDN dibuat dengan fleksibel dan realistis.

    Pewarta: Aji Cakti
    Editor: Zaenal Abidin
    Copyright © ANTARA 2025

  • Tarif Trump Bikin China dan Eropa Panik Pindahkan Lapak

    Tarif Trump Bikin China dan Eropa Panik Pindahkan Lapak

    Jakarta

    “Pengurangan risiko, diversifikasi, dan mengarahkan ulang lokasi perdagangan” adalah sebuah mantra yang dahulu ditujukan untuk melawan cengkeraman Cina yang semakin kuat dalam perdagangan global.. Namun kini mantra itu justru digunakan untuk menghadapi Amerika Serikat.

    Kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump, yang kini mencapai angka mencengangkan sebesar 125% terhadap barang-barang buatan Cina, telah mengguncang pasar keuangan, mulai dari Sydney, Australia, hingga Sao Paolo, Brasil.

    Karena banyak barang Cina diproduksi khusus untuk pasar Amerika Serikat, para ekonom khawatir bahwa Cina akan kesulitan untuk menjual barang-barang tersebut ke konsumen domestik.

    Sebagai gantinya, Beijing tengah menata ulang strategi ekspornya, mengutamakan mitra dagang global lain demi meredam pukulan akibat menurunnya ekspor ke Amerika Serikat.

    Diana Choyleva, pendiri sekaligus kepala ekonom di Enodo Economics, sebuah lembaga riset berbasis di London, Inggris, yang berfokus pada Cina, meyakini bahwa Beijing akan berupaya meningkatkan ekspor ke negara-negara tetangganya di kawasan, termasuk mereka yang secara historis pernah berselisih.

    Cina mencoba merajut kembali hubungan dengan musuh lama

    “Pemulihan dialog ekonomi Beijing dengan Jepang baru-baru ini — yang pertama kali setelah enam tahun — dan Korea Selatan menunjukkan bahwa kekuatan-kekuatan regional tengah menilai ulang hubungan mereka sebagai respons terhadap ketidakpastian yang disebabkan oleh kebijakan perdagangan Amerika Serikat,” ujar Choyleva kepada DW.

    “Meskipun Seoul membantah klaim media negara Cina tentang ‘respons bersama’ terhadap tarif AS, dimulainya kembali kerja sama ekonomi trilateral setelah bertahun-tahun hubungan yang tegang menunjukkan titik balik yang strategis,” imbuhnya.

    “[Para produsen Cina] akan mencari celah-celah kesempatan di Asia Tenggara yang sebelumnya mungkin tidak mereka investasikan waktu, tenaga dan uang di masa lalu karena mereka memiliki pasar Amerika yang menguntungkan yang menyerap semua yang mereka produksi,” ujar Kepala Kebijakan Perdagangan Hinrich Foundation yang bermarkas di Singapura, Deborah Elms.

    Eropa pun perlu mendiversifikasi perdagangan

    Meskipun diberi jeda selama 90 hari, Uni Eropa menghadapi ancaman tarif baru sebesar 20% terhadap ekspor senilai hingga €380 miliar ke Amerika Serikat.

    Para pengambil kebijakan di Brussels. Belgia, kini tengah menimbang langkah serupa seperti yang dilakukan Cina. Uni Eropa menyatakan rencananya untuk menjalin kerja sama dengan negara-negara di kawasan Indo-Pasifik dan Selatan Global sebagai upaya menghadapi proteksionisme Amerika.

    Dalam kunjungan tiga harinya ke Vietnam pekan ini, Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez menegaskan bahwa Eropa harus menjelajahi pasar-pasar baru dan menyatakan bahwa pemerintahnya “sangat berkomitmen” untuk membuka Spanyol dan Eropa bagi lebih banyak perdagangan dengan Asia Tenggara.

    Namun analis kebijakan dari European Policy Centre (EPC), Varg Folkman, memperingatkan bahwa Eropa akan kesulitan menggantikan pasar ekspor lintas-Atlantik dengan pasar lain, karena ekonomi Amerika Serikat “lebih besar dan lebih makmur.”

    Folkman mencatat adanya “perlawanan kuat” di antara negara-negara anggota Uni Eropa terhadap perjanjian dagang baru, dan menyoroti kewaspadaan Prancis dalam membuka sektor pertaniannya terhadap Brasil dan Argentina dalam kesepakatan dagang Uni Eropa dengan Mercosur, blok regional Amerika Selatan.

    Kesepakatan tersebut memakan waktu 25 tahun untuk dinegosiasikan, namun hingga kini belum juga diratifikasi.

    “Perjanjian perdagangan memang kontroversial,” katanya kepada DW. “Mungkin akan sangat sulit untuk menerapkan yang baru, meskipun dengan urgensi yang kita saksikan saat ini.”

    Walau Uni Eropa dan Cina dapat saling meningkatkan perdagangan bilateral, para ekonom dan pembuat kebijakan juga khawatir Eropa akan kesulitan menghadapi pukulan ganda berupa lonjakan tarif AS dan persaingan dagang baru dengan Cina — ekonomi terbesar kedua di dunia.

    Kelebihan pasokan Cina mengancam pesaing di Eropa

    Dalam sebuah komentar yang dipublikasikan pekan ini, Center for Strategic and International Studies (CSIS), sebuah lembaga pemikir di Washington, menulis bahwa “Tarif AS terhadap Cina kemungkinan besar akan mengarah pada pengalihan barang ekspor Cina ke Uni Eropa, yang akan memberikan tekanan tambahan pada produsen Eropa dan kemungkinan besar akan memicu tuntutan untuk respons proteksionis dari Brussels.”

    Uni Eropa telah lama menyuarakan keprihatinan atas besarnya subsidi negara yang diberikan kepada produsen Cina, yang memungkinkan mereka “membuang” barang dengan harga yang sangat murah ke pasar Eropa. Subsidi ini, bersama dengan biaya tenaga kerja yang rendah dan skala ekonomi yang besar, telah menekan para pesaing di Eropa, menyebabkan kebangkrutan dan pemutusan hubungan kerja yang signifikan.

    Kendaraan listrik (EV) adalah contoh terbaru. Berkat subsidi pemerintah, insentif pajak, dan pinjaman murah, merek-merek EV Cina seperti BYD, Nio, dan XPeng kini menyerbu pasar Uni Eropa dengan harga jauh lebih rendah dari pesaing lokalnya.

    Industri otomotif Eropa kini tengah menjalani restrukturisasi besar-besaran, mengancam penutupan pabrik, pengurangan kapasitas produksi, dan hilangnya puluhan ribu lapangan kerja — terutama di Jerman.

    Sementara Washington memberlakukan tarif 100% terhadap kendaraan listrik buatan Cina, yang secara efektif menutup pasar Amerika bagi para pembuat mobil Cina, tarif Uni Eropa bervariasi menurut produsen. Maksimalnya 35,3%, dan hanya 17% untuk BYD.

    Elms, dari Hinrich Foundation, meyakini akan terjadi “ledakan awal” barang-barang murah dari Asia ke berbagai penjuru dunia karena para produsen saat ini sedang “duduk di atas gunungan produk.”

    “Tapi mereka tidak akan terus memproduksi barang-barang yang tidak menghasilkan untung, jadi perusahaan-perusahaan Cina akan segera beralih untuk membuat produk lain. Kalau tidak, mereka akan gulung tikar,” tambahnya.

    Sistem peringatan dini baru dapat mencegah ‘dumping’

    Jörg Wuttke, mantan kepala raksasa industri Jerman BASF di Cina, memperingatkan akan datangnya “tsunami kapasitas berlebih” dari Cina ke Eropa — yang ia harapkan takkan memicu penghalang dagang baru dari Uni Eropa. Ia menyerukan perbaikan “komunikasi dan kepercayaan” antara Brussels dan Beijing guna menghindari gelombang dumping barang yang baru.

    Volkman, pakar kebijakan industri Eropa, meragukan bahwa Uni Eropa akan menerima distorsi perdagangan lebih lanjut tanpa perlawanan, dan mengatakan kepada DW: “Komisi Eropa telah memberi isyarat bahwa mereka akan mengawasi dengan ketat arus impor dan akan mengambil tindakan jika terjadi lonjakan dari Cina atau dari mana pun, yang memaksa mereka untuk bertindak.”

    Pada tahun 2023, Uni Eropa mengumumkan rencana pembentukan satuan tugas pengawasan impor guna memantau lonjakan tiba-tiba dalam arus barang masuk yang dapat mengancam industri dalam negeri. Sistem peringatan dini ini diciptakan sebagai bagian dari upaya Uni Eropa untuk derisk dari Cina di tengah ketegangan geopolitik dan kekhawatiran atas praktik dumping.

    Namun demikian, ada pula kekhawatiran bahwa eksportir Asia lain — bahkan Amerika Serikat — bisa ikut membanjiri pasar Eropa dengan barang murah. Satuan tugas tersebut diharapkan mampu membuat Brussels bergerak lebih sigap dalam menghadapi ancaman dari berbagai penjuru, melalui penyelidikan antidumping, tarif, dan pembatasan sementara terhadap impor.

    Namun, langkah semacam itu kemungkinan akan memicu kritik, karena dianggap meniru kebijakan proteksionis Trump — suatu penyimpangan dari komitmen lama Uni Eropa terhadap perdagangan bebas, sekaligus memperlemah norma-norma Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dan berisiko memperuncing ketegangan dagang global.

    *Artikel ini diterbitkan pertama kali dalam bahasa Inggris.

    Diadaptasi oleh: Ayu Purwaningsih

    Editor: Yuniman Farid

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini