Negara: Republik Rakyat Cina

  • Industri Indonesia Rentan Serbuan Impor Jika Aturan TKDN Diperlonggar – Halaman all

    Industri Indonesia Rentan Serbuan Impor Jika Aturan TKDN Diperlonggar – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Industri Indonesia berisiko mengalami lonjakan impor produk asing jika pemerintah melonggarkan kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

    Kebijakan TKDN yang diterapkan selama ini dianggap efektif untuk melindungi industri lokal, khususnya di sektor otomotif, plastik, dan keramik. Namun, jika kebijakan ini dilonggarkan, pintu terbuka bagi produk impor yang dapat merugikan industri domestik.

    Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (INAPLAS), Fajar Budiono, menyatakan bahwa relaksasi TKDN harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan selektif.

    “Relaksasi TKDN harus dilakukan secara selektif sebagai langkah antisipatif terhadap dampak tidak langsung dari penerapan tarif perdagangan oleh Amerika Serikat,” kata Fajar, Jumat (11/4/2025).

    Fajar menegaskan bahwa tanpa pertimbangan matang, kebijakan ini dapat memicu penutupan banyak pabrik lokal, terutama untuk produk jadi.

    “Kalau aturan TKDN dilonggarkan, banyak pabrik dalam negeri yang berisiko tutup. Terutama untuk produk jadi, seharusnya tidak diberikan kelonggaran, justru harus diperketat melalui SNI Wajib. Kalau tidak, barang-barang impor bisa dengan mudah masuk dan membanjiri pasar domestik,” ungkapnya.

    Potensi Lonjakan Impor dari China dan Negara Lain

    Ketua Umum Asosiasi Produsen Peralatan Listrik Indonesia (APPI), Yohanes P Widjaja, turut mengingatkan tentang dampak lonjakan impor yang dapat terjadi jika TKDN dilonggarkan.

    “Indonesia akan menjadi secondary market, serbuan produk-produk asing dari China dan banyak negara yang tidak bisa masuk ke AS akan beralih dan menyerbu Indonesia. Ini harus diantisipasi betul, salah satunya dengan TKDN. Kalau TKDN secara umum dihapus, habis kita,” kata Yohanes.

    Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki), Edy Suyanto, menekankan bahwa kebijakan TKDN harus tetap konsisten untuk melindungi pasar domestik.

    “TKDN telah terbukti efektif membantu penyerapan produk dalam negeri atau menciptakan demand bagi industri keramik nasional,” kata Edy.

    Pentingnya Kebijakan TKDN untuk Melindungi Industri Lokal

    Industri keramik Indonesia, yang selama ini sangat bergantung pada kebijakan TKDN, merasa dampak langsung dari persaingan global yang semakin ketat.

    Edy juga menekankan bahwa pemerintah perlu terus mendukung program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) untuk menjaga daya saing industri lokal.

    Kebijakan TKDN terbukti penting dalam menstabilkan pasar domestik dengan mendorong industri lokal, khususnya di sektor otomotif dan proyek-proyek pemerintah.

    Dengan mempertahankan kebijakan TKDN yang ketat, Indonesia dapat memastikan produk lokal tetap menjadi pilihan utama bagi konsumen domestik.

    CAPAIAN TKDN – Pabrik peralatan penanggulangan tumpahan minyak RoClean Indonesia di Kawasan Industri Delta Silicon V, Lippo Cikarang, Jawa Barat. Perusahaan ini meraih sertifikat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dari Kementerian Perindustrian dengan capaian di atas 55 persen untuk salah satu produknya. (handout)

    Risiko Terhadap Industri Nasional Jika Tidak Ada Perlindungan

    Para pelaku industri khawatir jika kebijakan proteksionisme ini dilonggarkan tanpa perhitungan matang. Fajar Budiono menegaskan bahwa tanpa perlindungan yang tepat, Indonesia akan kehilangan daya saing pasar domestiknya dan industri dalam negeri akan kesulitan bertahan.

    “Dengan kebijakan TKDN yang tepat, kita bisa melindungi pasar domestik dan memperkuat daya saing produk lokal di tengah gempuran produk impor yang murah,” ungkap Fajar.

    Jumhur Hidayat: Pengaturan TKDN untuk Barang Modal dan Konsumsi

    Aktivis dan Ketua Umum KSPSI, Moh Jumhur Hidayat, menanggapi pemberitaan terkait rencana relaksasi TKDN oleh pemerintah. Dalam sarasehan ekonomi yang diadakan di Jakarta, Jumhur menegaskan bahwa relaksasi TKDN hanya perlu dilakukan untuk barang modal yang dapat memberikan nilai tambah dan menyerap tenaga kerja.

    “Kalau perlu 100 persen buatan luar negeri tidak masalah, sepanjang mesin itu bisa menyerap banyak tenaga kerja, dan produksinya bisa dijual untuk mendapatkan keuntungan,” ujarnya.

    Namun, Jumhur menegaskan bahwa untuk barang konsumsi yang sudah bisa diproduksi di dalam negeri, harus tetap mengikuti aturan TKDN.

    “Untuk barang konsumsi atau barang yang dipakai untuk kegiatan rutin, apalagi dalam jumlah besar, sejauh mungkin harus mengikuti aturan TKDN,” tegas Jumhur.

    Gabungan Industri Elektronik: Tidak Setuju Relaksasi TKDN

    Gabungan Industri Elektronik Indonesia (GABEL) juga menanggapi wacana relaksasi TKDN dengan ketidaksetujuan. Sekretaris Jenderal GABEL, Daniel Suhardiman, menilai bahwa aturan TKDN seharusnya diperkuat, bukan dilonggarkan.

    “Menurut kami kebijakan harusnya diperkuat dan tidak dilonggarkan. Jika dilonggarkan, negara atau komoditas lain juga akan meminta pelonggaran,” kata Daniel.

    Daniel menjelaskan bahwa belanja pemerintah untuk produk dalam negeri akan membawa dampak positif bagi perekonomian Indonesia, dengan meningkatkan PDB dan menciptakan lapangan pekerjaan.

    “Jika uang negara dibelanjakan untuk produk dalam negeri, maka nilai tambah berupa peningkatan PDB dan penyerapan tenaga kerja ada di dalam negeri,” ujar Daniel.

    Pemerintah Indonesia Mengkaji Penyesuaian TKDN untuk Produk AS

    Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, menyatakan akan mengkaji penyesuaian kebijakan TKDN, khususnya untuk produk asal Amerika Serikat (AS), setelah kebijakan tarif impor baru diumumkan oleh Presiden AS, Donald Trump.

    Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan bahwa penyesuaian aturan TKDN akan dibahas dalam negosiasi dengan AS yang dijadwalkan pekan depan.

    “Untuk produk-produk ICT dari AS, kami sedang melakukan kajian dan respons,” ujar Airlangga dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (7/4/2025).

     Kementerian Perindustrian juga menyatakan bahwa kajian ini masih dalam proses dan akan disampaikan setelah dilakukan negosiasi dengan pihak AS.

    Seiring dengan peningkatan proteksionisme global, kebijakan TKDN menjadi isu penting yang harus diperhatikan dengan seksama.

    Pelaku industri dalam negeri mengingatkan agar pemerintah tetap menjaga kebijakan ini dengan hati-hati untuk memastikan daya saing produk lokal tetap terjaga, sementara negara tetap berkomitmen untuk memperkuat sektor-sektor strategis melalui penyesuaian yang tepat.

  • Prabowo tegaskan RI tetap netral, berharap AS-China capai kesepakatan

    Prabowo tegaskan RI tetap netral, berharap AS-China capai kesepakatan

    Saya harap pada akhirnya mereka akan mencapai semacam kesepakatan, saya harap,

    Jakarta (ANTARA) – Presiden RI Prabowo Subianto menegaskan posisi pemerintah Indonesia yang tetap netral atau tidak berpihak dalam menyikapi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China di mana kedua negara saling mengenakan kenaikan tarif impor.

    Usai menjadi pembicara dalam forum diskusi Antalya Diplomacy Forum (ADF) yang diselenggarakan di Kota Antalya, Turki, pada Jumat (11/4) sore waktu setempat, Presiden Prabowo berharap kedua negara dapat mencapai kesepakatan.

    “Saya harap pada akhirnya mereka akan mencapai semacam kesepakatan, saya harap,” kata Presiden Prabowo dalam wawancara singkat kepada media di Antalya, Turki, Jumat (11/4) waktu setempat.

    Prabowo menegaskan bahwa Indonesia tidak akan memihak antara AS maupun China, serta menganggap kedua negara merupakan mitra dagang yang baik.

    Kepala Negara bahkan ingin Indonesia menjadi jembatan kedua negara yang saling menaikkan tarif impor tersebut.

    “Tidak, tidak (memihak). Kami menghormati semua negara. Kami menganggap China sebagai teman baik kami, kami juga menganggap AS sebagai teman baik. Kami ingin menjadi jembatan,” kata Presiden.

    Saat ditanya lebih lanjut soal kemungkinan Indonesia akan memutus kerja sama dengan China, dan beralih ke Amerika Serikat, Presiden menegaskan bahwa hal itu tidak akan terjadi.

    Presiden menekankan hubungan bilateral Indonesia dan China, termasuk sebagai mitra dagang sudah terlalu dekat.

    “Tidak, tidak mungkin (memutus kerja sama). Tidak mungkin. China sudah terlalu dekat dengan Indonesia,” kata Prabowo.

    Adapun berdasarkan informasi yang dihimpun, perang dagang antara AS dan China semakin memanas. Presiden AS Donald Trump mengumumkan pengenaan tarif resiprokal terhadap barang impor dari China dengan kenaikan tarif hingga menjadi 145 persen.

    China pun tak tinggal diam dan turut menaikkan tarif impor barang asal AS dari 84 persen menjadi 125 persen.

    Trump juga sebelumnya mengumumkan penundaan selama 90 hari atas tarif resiprokal ke berbagai negara mitra dagang, kecuali terhadap China.

    Pewarta: Mentari Dwi Gayati
    Editor: Abdul Hakim Muhiddin
    Copyright © ANTARA 2025

  • Perang Tarif Trump Vs China Memanas, Bagaimana Nasib Ekonomi Global? – Page 3

    Perang Tarif Trump Vs China Memanas, Bagaimana Nasib Ekonomi Global? – Page 3

    Meski Donald Trump menjeda penerapan tarif kepada sejumlah negara, tetapi langkah ini disebut masih berdampak terhadap ekonomi global. 

    Sebagian besar ekonom menilai, apapun kebijakan AS, merupakan perubahan besar dalam kebijakan perdagangan AS yang akan mempengaruhi ekonomi global.

    Mengutip BBC, jeda penerapan tarif resiprokal terhadap sejumlah negara bisa menjadi suatu kelegaan, terutama negara-negara berkembang yang sangat bergantung pada ekspor barang manufaktur ke AS.

    Misalkan Vietnam. Ekspor ke AS setara dengan 30 persen dari Vietnam dan ada kekhawatiran tarif 46 persen akan menjerumuskan Vietnam ke dalam resesi. Namun, Vietnam dan negara lain akan tetap membayar tarif minimum baru sebesar 10 persen, sedangkan sebelumnya banyak negara yang hadapi tarif jauh lebih rendah.

    Bebani Ekonomi Global

    Perang dagang AS dengan China akan menimbulkan beban ke depan. Hal ini mengingat kontribusi dua negara raksasa itu terhadap ekonomi global.

    Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) memprediksi China dan AS akan menyumbang sekitar 43 persen ekonomi global pada 2025. Perlambatan ekonomi di China dan AS akan berdampak negatif pada sebagian besar negara lain.

    Ekonom memperingatkan dampak ketidakpastian tambahan yang diciptakan Donald Trump akan semakin merusak ekonomi dunia dengan menahan investasi perusahaan.

    Ekonom Indonesia Strategic and Economic Action Institution (ISEAI) Ronny P Sasmita mengatakan perang dagang, antara China dan AS telah terjadi sejak lama. Namun, skalanya masih dalam perang dingin yang memuncak usai Presiden AS menerapkan tarif resiprokal secara drastis.

    “Cold trade war istilahnya. Itu saja sudah membuat pertumbuhan ekonomi global terganggu sekitar 1 persen. Kalau ini dilebarkan sampai ke seluruh dunia itu bisa sampai lebih dari 3 persen, pertumbuhan ekonomi global akan terdisrupsi,” kata Ronny dihubungi Liputan6.com, Jumat (11/4/2025).

    Dia mengatakan, ekonomi global tetap akan terdampak meski tarif resiprokal itu ditunda selama 90 hari ke depan. Lantaran, AS dan China sama-sama sebagai negara kunci perdagangan internasional. Negara lain yang bergantung pada ekspor juga akan ikut menanggung dampaknya, termasuk Indonesia. 

    “Sehingga sekalipun ditunda ke negara-negara lain selain Cina, tetap pertumbuhan ekonomi global akan terdisrupsi, yang akan berpengaruh kepada negara-negara yang memang sangat bergantung kepada international trade, perdagangan internasional. Negara-negara terutama negara-negara yang punya orientasi ekspor atau export oriented countries, termasuk Indonesia,” tutur dia.

    Senada, Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah menyampaikan maju-mundur kebijakan tarif resiprokal Donald Trump menimbulkan ketidakpastian ekonomi global. Hal ini terlihat pada skema perdagangan internasional berbagai negara.

    “Jadi saya kira belum ada perubahan dari yang kemarin dengan sekarang, walaupun Trump mengatakan mereka akan mengubah atau menunda penerapan tarif selama 3 bulan ke depan, tapi landscape dari perdagangan global itu akan, saya kira ini tetap akan terjadi perubahan dan ketidakpastian itu masih sangat tinggi,” jelas Piter kepada Liputan6.com.

  • Perang Tarif Trump Vs China Memanas, Bagaimana Nasib Ekonomi Global? – Page 3

    Perang Tarif Trump Vs China Memanas, Bagaimana Nasib Ekonomi Global dan Indonesia? – Page 3

    Mengutip laman DW, Jumat (11/4/2025), pekan lalu, JPMorgan memprediksi peluang terjadinya resesi global mencapai 60 persen pada akhir tahun. Angka ini lebih tinggi dari sebelum pengumuman tarif Trump yang mencapai 40 persen.

    “Kenaikan tarif sejak dimulainya pemerintahan Trump kini merupakan kenaikan pajak AS terbesar dalam hampir 60 tahun,” kata ekonom bank tersebut dalam sebuah catatan minggu lalu.

    “Hal ini akan berdampak langsung pada pengeluaran rumah tangga dan bisnis serta efek berantai melalui pembalasan, penurunan sentimen bisnis, dan gangguan rantai pasokan.”

    Dalam catatan riset Deutsche Bank memperingatkan kalau Trump menggandakan kebijakan tarif baru akan berdampak yang sangat besar pada 2025 dan tahun berikutnya.

    Asia dinilai terpukul jauh lebih keras daripada Eropa. Hal ini seiring pungutan lebih dari 40% pada beberapa negara utama yang mendorong negara antara lain Vietnam, Taiwan, dan Indonesia bernegosiasi untuk capai kesepakatan perdagangan baru dengan AS.

    Adapun India yang sekarang menghadapi pungutan sebesar 26% atas ekspor ke AS tidak berencana membalas tarif Trump. India dengan cepat memangkas beberapa tarif atas impor AS.

    Sementara itu, impor dari Uni Eropa ke AS menghadapi pungutan sebesar 20%. Komisi Eropa menuturkan, bea masuk terhadap barang dari AS akan mulai dipungut pada tahap pertama tarif impor berlaku mulai 15 April dengan serangkaian tindakan kedua menyusul pada 15 Mei.

    ABN Amro, salah satu bank Belanda memangkas prospek ekonomi untuk negara anggota Uni Eropa. ABN Ambro perkirakan, pertumbuhan kuartalan blok itu akan berkisar di sekitar nol dengan kemungkinan besar kuartal tersebut negatif.

    Kondisi Indonesia

    Prediksi serupa juga datang dari dalam negeri. Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengakui jika ekonomi global saat ini menunjukkan kecenderungan yang tidak seragam atau divergent.

    Data ekonomi dari AS menunjukkan performa yang berada di bawah ekspektasi pasar, sementara Eropa dan China justru mencatatkan kinerja ekonomi yang melampaui ekspektasi sebelumnya.

    “Perekonomian global cenderung divergent seiring rilis data perekonomian Amerika Serikat yang berada di bawah ekspektasi, sementara di Eropa dan Tiongkok justru di atas ekspektasi sebelumnya,” kata dia.

    Namun demikian, volatilitas di pasar keuangan global masih tinggi. Ketidakpastian kebijakan ekonomi yang terus berlanjut, ditambah dengan meningkatnya risiko geopolitik, menjadi pendorong utama dari fluktuasi pasar yang terus berlangsung hingga awal 2025.

    Mahendra menuturkan, OECD merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk 2025 menjadi 3,1%, dan lebih rendah lagi menjadi 3% pada 2026.

    Revisi ini disebabkan oleh peningkatan hambatan perdagangan global serta kebijakan ekonomi yang tidak pasti di berbagai negara utama.

    Tidak hanya itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia pun turut direvisi oleh OECD menjadi 4,9% pada 2025, seiring dengan tren perlambatan global.

    Meski demikian, Mahendra menegaskan, penurunan tersebut masih tergolong wajar dan sejalan dengan kinerja ekonomi negara-negara berkembang lainnya, baik di kawasan Asia maupun luar kawasan.

    “Namun penurunan itu masih sejalan dengan perbandingan peer countries ataupun negara-negara berkembang di kawasan dan di luar kawasan kita,” ujarnya.

  • Ekspor Mebel Dibidik Rp 100 T, Tarif AS Bisa Menghambat?

    Ekspor Mebel Dibidik Rp 100 T, Tarif AS Bisa Menghambat?

    Jakarta, Beritasatu.com – Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) menargetkan nilai ekspor produk mebel dan kerajinan dapat menembus angka US$ 6 miliar pada 2030 saat ekonomi global tertekan imbas tarif Amerika Serikat (AS). Jika dikonversi ke dalam rupiah, angka tersebut setara Rp 100,9 triliun (asumsi kurs Rp 16.821 per dolar AS).

    Ketua Umum HIMKI Abdul Sobur mengungkapkan, dirinya masih optimistis dapat mencapai target tersebut, meskipun banyak tantangan yang terjadi dalam beberapa waktu belakangan. Salah satunya adanya tarif resiprokal AS kepada sejumlah negara mitranya.

    Namun, Abdul Sobur mengungkapkan, kebijakan tarif resiprokal AS harus dapat dilihat dari sisi positifnya. Fenomena tersebut harus dijadikan peluang para pelaku usaha industri mebel dan kerajinan.

    Diketahui, AS telah menetapkan tarif resiprokal sebesar 145% terhadap China. Padahal, China merupakan eksportir produk mebel dan kerajinan terbesar bagi AS.

    Hal ini tentunya akan membuat China mengalihkan penjualannya ke AS. Dengan demikian, pengusaha Indonesia harus memaksimalkan pasar yang ditinggalkan oleh China.

    “Ada ceruk pasar yang ditinggalkan oleh China. Kita bisa memberikan upaya untuk bisa mendorong percepatan atau pertumbuhan ekspor ke sana,” kata Abdul Sobur dalam acara bincang Corporate Insight, Jumat (11/4/2025).

    Dirinya mengungkapkan, mebel dan produk kerajinan merupakan produk yang paling laris di AS. Terutama produk yang berbahan baku dasar kayu-kayu khusus, seperti jati serta mahoni.

    Indonesia mempunyai potensi sumber daya alam berupa bahan baku, serta industri yang cukup baik, sehingga tren kinerja sektor tersebut sangat cerah ke depannya.

    Jika dikembangkan dengan baik, Abdul Sobur meyakini ekspor produk mebel dan kerajinan dapat menembus Rp 100 triliun pada 2030.

    “Kita punya kemampuan itu meski ada tarif AS dan bisa menjadi satu peluang yang besar untuk menaikkan potensi ekspor. Kami punya planning sampai 2030 bisa mencapai US$ 5 miliar hingga US$ 6 miliar,” pungkasnya. 

  • Video: China Vs AS Kian Panas, Tiktok Diujung Tanduk?

    Video: China Vs AS Kian Panas, Tiktok Diujung Tanduk?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Di tengah panasnya hubugan China dan Amerika Serikat, raksasa media sosial Tiktok tengah berjuang agar bisa tetap beroperasi di Amerika. Lalu bagaimana perjuangan Tiktok hingga saat ini?

    Selengkapnya saksikan di Program Nation Hub CNBC Indonesia, Jumat (11/04/2025).

  • Kenapa iPhone Made in China? Ini Penjelasan Steve Jobs dan Tim Cook

    Kenapa iPhone Made in China? Ini Penjelasan Steve Jobs dan Tim Cook

    Jakarta

    Gedung Putih bersikeras visi Donald Trump tentang iPhone bisa diproduksi di Amerika Serikat akan berhasil. Namun pernyataan dari analis dan bahkan Apple sendiri pernah mengatakan bahwa hal itu tidak akan mungkin.

    Jubir Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengatakan Trump percaya investasi USD 500 miliar yang baru-baru ini diumumkan Apple serta penerapan tarif akan mendorong perusahaan meningkatkan manufaktur di AS.

    “Dia percaya kita punya tenaga kerja, kita memiliki sumber daya untuk melakukannya. Jika Apple tidak berpikir AS dapat melakukannya, mereka mungkin takkan mengeluarkan uang sebanyak itu,” katanya.

    Trump sendiri membujuk perusahaan segera ke AS dalam postingan di jejaring sosial Truth Social. “Ini adalah waktu yang tepat memindahkan perusahaan Anda ke AS, seperti Apple, dan banyak lainnya, dalam jumlah yang sangat banyak, yang sedang melakukannya,” tulisnya.

    Namun CEO Apple Tim Cook dan pendahulunya, mendiang Steve Jobs pernah mengatakan bahwa AS tak memiliki tenaga kerja seperti negara tempat sebagian besar barang elektroniknya saat ini diproduksi yaitu China yang membuat sekitar 85% iPhone. Demikian juga India dan Vietnam.

    Steve Jobs di tahun 2010 saat percakapan dengan Barack Obama pernah mengatakan bahwa AS kekurangan jumlah SDM yang sangat terlatih yang dibutuhkan perusahaan.

    Apple saat itu memiliki 700.000 pekerja pabrik yang dipekerjakan di China dan membutuhkan 30.000 teknisi di lokasi untuk mendukung para pekerja tersebut. “Anda tidak dapat menemukan banyak orang di Amerika untuk dipekerjakan,” katanya.

    Tim Cook juga mengatakan kepada Fortune pada tahun 2017 bahwa perusahaan seperti Apple mengandalkan negara-negara seperti China bukan untuk tenaga kerja murah, tapi kualitas karyawan yang terlatih. “Alasannya adalah karena keterampilan dan kuantitas keterampilan di satu lokasi, dan jenis keterampilan,” katanya.

    “Produk kami memerlukan perkakas yang sangat canggih. Ketepatan yang harus dimiliki dalam perkakas, dan pengerjaan dengan material yang kami lakukan, adalah yang tercanggih, dan keterampilan perkakas sangat mendalam di sini (China),” paparnya.

    “Di AS, Anda dapat mengadakan pertemuan teknisi dan saya tidak yakin kami dapat memenuhi ruangan. Di China, Anda dapat memenuhi beberapa lapangan sepak bola,” demikian ia mengibaratkan.

    (fyk/fay)

  • Timeline AS-China Saling Serang Tarif: Trump Kena 125%-Xi Jiping 145%

    Timeline AS-China Saling Serang Tarif: Trump Kena 125%-Xi Jiping 145%

    Jakarta, CNBC Indonesia – Hubungan Amerika Serikat (AS) dan China semakin tegang. Perang dagang keduanya, dengan saling balas tarif impor semakin  panas.

    Terbaru, negeri pemerintah Presiden Xi Jinping melakukan manuver signifikan dalam menanggapi perang tarif Presiden Donald Trump dengan menaikkan tarif atas impor AS menjadi 125% pada Jumat (11/4/2025). Tarif ini akan mulai berlaku pada Sabtu, 12 April 2025.

    Ini menjadi balasan karena AS menaikkan tarif untuk impor China menjadi 145%. Berikut timeline (linimasa) perang tarif antara AS dan China, seperti dikutip CNBC Indonesia dari berbagai sumber.

    20 Januari 2025

    Trump menandatangani Kebijakan Perdagangan America First pada 20 Januari lalu. Ia Menyerukan penyelidikan atas defisit perdagangan tahunan AS dalam hal barang dan merekomendasikan langkah-langkah seperti tarif tambahan global.

    1 Februari 2025

    Trump menandatangani perintah eksekutif yang mengenakan tarif 10% atas impor China. Tarif tambahan tersebut ditambahkan sebagai maksud untuk mengekang impor fentanil dan zat terlarang lainnya dari China.

    Perintah eksekutif juga menghentikan pengecualian de minimis. Ini membebaskan paket senilai di bawah US$800 dari pemeriksaan dan tarif bea cukai.

    4 Februari 2025

    Tarif 10% atas barang China mulai berlaku. China kemudian mengenakan tarif atas impor AS dan menerapkan kontrol ekspor atas tanah jarang.

    China mengenakan tarif 15% atas batu bara dan gas alam cair Amerika; tarif 10% atas minyak mentah Amerika, mesin pertanian, mobil berkapasitas besar, dan truk pikap; dan kontrol ekspor pada 25 jenis logam tanah jarang, termasuk bahan penting untuk industri seperti elektronik, kedirgantaraan, dan energi terbarukan.

    7 Februari 2025

    Trump menghentikan sementara tindakan eksekutif yang mengakhiri pengecualian de minimis.

    10 Februari 2025

    Trump mengumumkan tarif 25% untuk impor baja dan aluminium dari semua negara “tanpa pengecualian”.

    Sementara tarif China untuk barang-barang Amerika mulai berlaku, yang terdiri dari tarif ad valorem 25% diumumkan untuk semua impor baja ke AS; dan tarif impor aluminium dari 10% menjadi 25%.

    13 Februari 2025

    Trump menandatangani rencana untuk mengenakan tarif timbal balik pada semua mitra dagang negaranya.

    “Rencana Adil dan Timbal Balik” akan memeriksa hubungan perdagangan non-timbal balik dengan semua mitra dagang, termasuk tarif pada produk AS; pajak yang tidak adil, diskriminatif, atau ekstrateritorial pada bisnis, pekerja, dan konsumen AS; hambatan atau tindakan nontarif; dan kebijakan serta praktik yang menyebabkan nilai tukar menyimpang dari nilai pasarnya.

    21 Februari 2025

    Trump menandatangani memorandum yang membatasi investasi China di AS dengan alasan keamanan nasional:

    AS juga membatasi investor yang berafiliasi dengan China untuk berinvestasi dalam teknologi, infrastruktur penting, perawatan kesehatan, pertanian, energi, bahan mentah, dan sektor strategis lainnya di AS.

    3 Maret 2025

    Trump menaikkan tarif barang-barang China menjadi 20%, berlaku mulai 4 Maret.

    4 Maret 2025

    China membalas kenaikan tarif Trump dengan bea masuk atas produk pertanian AS. Ini terdiri dari tarif 15% untuk ayam, gandum, jagung, dan kapas; dan tarif 10% untuk sorgum, kedelai, daging babi, daging sapi, produk akuatik, buah-buahan, sayuran, dan produk susu.

    26 Maret 2025

    Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer mengadakan panggilan video dengan Wakil Perdana Menteri China He Lifeng. Kedua belah pihak menyuarakan minat dalam perjanjian perdagangan tetapi tidak memberikan indikasi bahwa negosiasi telah dimulai.

    Sementara Trump mengisyaratkan bahwa ia mungkin mempertimbangkan untuk menurunkan tarif atas China sebagai imbalan atas kesepakatan mengenai TikTok.

    Di hari yang sama, Trump mengumumkan tarif 25% untuk impor mobil dan suku cadang di seluruh dunia. Tarif berlaku untuk kendaraan penumpang impor, truk ringan, dan suku cadang mobil utama, seperti mesin, transmisi, suku cadang mesin, dan komponen listrik.

    Rencana tersebut memungkinkan proses untuk memperluas tarif pada suku cadang tambahan.

    2 April 2025

    Trump mengenakan tarif “timbal balik” sebesar 34% pada China dan memberlakukan kembali berakhirnya pengecualian de minimis

    Tarif timbal balik dikenakan sebagai tambahan dari bea masuk 20% yang ada, menaikkan tarif akhir menjadi 54%. Selain itu tarif universal minimum 10% juga diumumkan untuk semua barang yang masuk ke AS.

    Pengakhiran pengecualian de minimis untuk semua paket dari China daratan dan Hong Kong yang nilainya di bawah US$800, yang akan dikenakan pajak bea masuk ad valorem sebesar 30% atau US$25 per item mulai 2 Mei, naik menjadi US$50 per item mulai 1 Juni.

    3 April 2025

    Pada apa yang disebut “Hari Pembebasan” tarif Trump, ia mengumumkan bea masuk tambahan 34% untuk semua impor China, bersamaan dengan tarif untuk barang-barang dari negara-negara di seluruh dunia. Tarif yang diberlakukan secara luas ini akan mulai berlaku pada tanggal 9 April.

    Di tanggal ini, tarif AS 25% untuk mobil juga mulai berlaku.

    4 April 2025

    China membalas dengan tarif 34% atas barang-barang AS. Beijing juga menerapkan pembatasan ekspor atas 7 produk tanah jarang dan memberikan sanksi kepada hampir 30 perusahaan Amerika.

    5 April 2025

    Tarif universal AS 10% mulai berlaku.

    8 April 2025

    Trump menaikkan tarif timbal balik atas China menjadi 84%. AS juga menaikkan bea ad valorem de minimis menjadi 90% dan biaya per barang menjadi US$75 mulai 1 Mei (US$150 mulai 1 Juni).

    9 April 2025

    Tarif tambahan 84% atas China mulai berlaku dan Beijing menaikkan tarif atas barang-barang AS menjadi 84%. Akibatnya tarif AS atas China mencapai 104%.

    Di hari yang sama, Trump menaikkan bea timbal balik AS atas impor China menjadi 125%, berlaku segera. Ia juga memberlakukan jeda 90 hari atas tarif timbal balik atas negara dan kawasan lain.

    Trump juga menaikkan bea masuk ad valorem de minimis menjadi 120% dan biaya per item menjadi US$100 mulai 1 Mei (US$200 mulai 1 Juni).

    10 April 2025

    Tarif 84% China untuk barang-barang AS mulai berlaku. Terkait ini, Gedung Putih mengklarifikasi bahwa tarif timbal balik 125% akan dikenakan sebagai tambahan atas tarif 20% yang telah dikenakan pada Chinam sehingga tarif tarif akhir mencapai 145%.

    11 April 2025

    China menaikkan tarif pada AS menjadi 125%, berlaku mulai 12 April. Beijing kemudian mengatakan tidak akan lagi menanggapi kenaikan tarif AS.

    (sef/sef)

  • Ekonom: Situasi krisis kali ini berbeda dengan era moneter 1998

    Ekonom: Situasi krisis kali ini berbeda dengan era moneter 1998

    Kalau kita mengandaikan yang akan terjadi ke depan adalah skenario krisis 1998, ada banyak perbedaan.

    Jakarta (ANTARA) – Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin berpendapat situasi ekonomi yang dihadapi Indonesia saat ini berbeda dengan era krisis moneter pada 1998.

    Pernyataan itu merespons spekulasi publik mengenai pelemahan rupiah dan pasar saham akibat kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) oleh Presiden Donald Trump.

    “Kalau kita mengandaikan yang akan terjadi ke depan adalah skenario krisis 1998, ada banyak perbedaan,” kata Wijayanto dalam diskusi bertajuk Trump Trade War: Menyelamatkan Pasar Modal, Menyehatkan Ekonomi Indonesia, di Jakarta, Jumat.

    Perbedaan pertama terkait sumber masalah. Dia menjelaskan masalah kali ini lebih disebabkan oleh faktor eksternal, alih-alih internal.

    Persoalan itu berlanjut ke perbedaan berikutnya, dengan problem kali ini berasal dari kebijakan AS yang berdampak kepada seluruh dunia. Bila pada 1998 masyarakat memiliki pilihan untuk menyelamatkan diri ke negara lain, kali ini negara-negara lainnya mengalami kondisi yang serupa.

    Perbedaan selanjutnya yaitu kondisi politik dalam negeri yang dianggap relatif lebih baik dibandingkan dengan akhir pemerintahan Presiden Soeharto.

    Sektor keuangan dan perbankan saat ini pun masih dalam kondisi yang cukup solid.

    Wijayanto juga menilai krisis kali ini juga berbeda dengan pandemi COVID-19. Saat itu, insentif ekonomi kurang efektif akibat keterbatasan orang untuk saling bertemu.

    Sementara, krisis yang mungkin terjadi, menurut Wijayanto, yaitu krisis subprime mortgage atau kredit macet perumahan, di mana ekonomi masih tumbuh namun dengan pertumbuhan yang cenderung lambat.

    Dia menyarankan pemerintah untuk segera mengambil langkah kebijakan yang mengarah pada perbaikan ekonomi, yakni dengan mengkalibrasi program-program besar pemerintah yang penting untuk dilakukan.

    Sebelumnya, Pemerintah Indonesia mempersiapkan sejumlah paket negosiasi yang akan dibawa ke perundingan untuk menghadapi kebijakan tarif timbal balik atau resiprokal AS di Washington DC.

    Pada 2 April lalu, Presiden AS Donald Trump mengumumkan kenaikan tarif ke banyak negara.

    Indonesia berada pada urutan kedelapan di daftar negara-negara yang terkena kenaikan tarif AS, dengan besaran 32 persen.

    Pada Rabu (10/4), Trump mengumumkan penundaan kebijakan tarif impor hingga 90 hari ke berbagai mitra dagang, kecuali untuk China sebesar 125 persen.

    Negara yang rencananya akan dikenakan tarif resiprokal lebih tinggi, hanya dikenakan tarif dasar sebesar 10 persen, untuk baja, aluminium, dan mobil akan sama.

    Namun memasuki Kamis (11/4), Trump merevisi tarif impor ke China menjadi 145 persen, yang merupakan batas bawah atau masih berpotensi meningkat ke depan.

    Pewarta: Imamatul Silfia
    Editor: Budisantoso Budiman
    Copyright © ANTARA 2025

  • Miliarder Kelahiran RI Beli Ruko Termahal di Singapura, Tembus Rp1,2 T

    Miliarder Kelahiran RI Beli Ruko Termahal di Singapura, Tembus Rp1,2 T

    Jakarta, CNBC Indonesia – Seorang miliarder kelahiran Indonesia dilaporkan telah membeli sebuah hotel dengan 48 kamar di area Boat Quay dekat pusat kota Singapura. Sebuah sumber mengonfirmasi bahwa harga transaksi sebesar SG$100 juta atau sekitar Rp1,2 triliun.

    Melansir Mingtiandi pada Jumat (11/4/2025), pembeli tersebut bernama Leo KoGuan. Ia merupakan seorang maestro perangkat lunak dan salah satu pemegang saham individu terbesar di Tesla milik Elon Musk.

    Leo dilaporkan membeli 21 Carpenter. Ini merupakan sebuah wisma yang dibangun dari empat ruko bekas, dari pemain lokal 8M Real Estate.

    Spesialis ruko 8M membeli properti tahun 1936 itu tujuh tahun lalu seharga SG$37 juta dan mengubahnya dari penggunaan ritel dan kantor menjadi hotel butik dengan merek Marriott Design. Bagi Leo, pembelian 21 Carpenter merupakan bagian dari misi untuk memberikan kontribusi yang berarti bagi masyarakat.

    “Sebagai anggota baru masyarakat, saya berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan, budaya, dan warisan Singapura,” katanya.

    “Hotel butik ini memainkan peran penting dalam memperkaya lanskap budaya Singapura, menghormati warisannya, dan merayakan warisan imigran China,” tambahnya.

    Menurut penasihat transaksi JLL, jumlah SG$100 juta tersebut merupakan transaksi ruko terbesar yang pernah ada di Singapura. Harga per kunci lebih dari SG$2 juta juga merupakan salah satu yang terbesar untuk properti perhotelan negara-kota, melampaui SG$1,8 juta yang dibayarkan Viva Land Vietnam tiga tahun lalu untuk So/ Singapore di Robinson Road.

    Leo, yang berusia sekitar 70 tahun, telah mengidentifikasi sumber kekayaannya sebagai investasi sukses yang ia lakukan di real estat New York saat kuliah di Universitas Columbia dan Sekolah Hukum New York. Ia memanfaatkan kemenangan properti tersebut untuk mengambil alih SHI International Corp yang berkantor pusat di New Jersey, sebuah perusahaan perangkat lunak perusahaan yang ia beli dari kebangkrutan dan masih ia kendalikan bersama mantan istrinya, Thai Lee, seorang pengusaha Korea-Amerika kelahiran Bangkok, Thailand.

    Kepemilikannya di perusahaan teknologi senilai US$15 miliar berdasarkan penjualan dan taruhan awal pada raksasa mobil listrik Tesla membantu meningkatkan kekayaan bersih Leo menjadi US$7,7 miliar, menurut perkiraan Forbes. Pada tahun 2020, ia menjadi berita utama dengan pembeliannya hunian tertinggi di Singapura- sebuah kondominium tiga tingkat di Guoco Tower setinggi 64 lantai- dari keluarga Dyson di balik perusahaan gadget Inggris senilai SG$62 juta.

    (sef/sef)