Negara: Republik Rakyat Cina

  • Kerja Sama China-Indonesia Kian Penting Saat Dunia Bergolak

    Kerja Sama China-Indonesia Kian Penting Saat Dunia Bergolak

    JAKARTA – Kementerian Luar Negeri China menyebut kerja sama antara Tiongkok dan Indonesia makin penting dan diperlukan saat dunia sedang bergejolak.

    “Kemarin menandai peringatan 75 tahun hubungan diplomatik antara China dan Indonesia. Di tengah meningkatnya gejolak dalam lanskap internasional, kerja sama strategis menyeluruh antara China dan Indonesia menjadi semakin penting,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing pada Senin, 14 April dilansir ANTARA.

    Hubungan diplomatik resmi antara Indonesia dan China dimulai pada 13 April 1950, tidak lama setelah Indonesia merdeka dan China dipimpin oleh Partai Komunis di bawah pimpinan Mao Zedong. Indonesia juga merupakan salah satu negara pertama di Asia Tenggara yang mengakui China secara diplomatik.

    “China dan Indonesia adalah negara berkembang utama dan kekuatan penting dalam kelompok ‘Global South’. Kerja sama antara kedua negara memiliki signifikansi strategis dan pengaruh global,” kata Lin Jian.

    Presiden Xi Jinping dan Presiden Prabowo Subianto, menurut Lin Jian, juga sudah bertukar pesan ucapan selamat, memuji perkembangan hubungan bilateral, dan menekankan keduanya akan saling mendukung prospek pembangunan nasional masing-masing negara.

    “Kedua pemimpin juga ingin agar dapat bersama-sama maju dalam jalur modernisasi masing-masing, dan memimpin hubungan bilateral lebih erat lagi. Kami memiliki keyakinan penuh pada masa depan yang lebih baik dari pertumbuhan hubungan China-Indonesia,” ujar Lin Jian.

    Dalam perayaan ke-75 tahun hubungan diplomatik China-Indonesia, Lin Jian mengatakan China siap bekerja sama dengan Indonesia untuk bersama-sama mewujudkan pembangunan, kemakmuran, dan stabilitas regional.

    “China juga siap untuk berkoordinasi lebih erat dengan negara-negara besar dalam menanggapi tantangan global, menjaga sistem perdagangan multilateral dan rantai industri dan pasokan tetap stabil dan lancar serta menunjukkan pengaruh komunitas China-Indonesia dengan masa depan bersama di kawasan dan dunia pada umumnya,” ujar Lin Jian.

    Dunia internasional saat ini menghadapi sejumlah tantangan, mulai dari persoalan keamanan seperti konflik di Ukraina karena serangan Rusia, perang di Palestina hingga meruncingnya perang dagang antara China dan Amerika Serikat usai Presiden Donald Trump mengumumkan pemberlakuan tarif impor senilai 145 persen atas barang-barang asal China. China pun membalas dengan pemberlakuan pungutan impor senilai 125 persen.

    Hubungan Indonesia-China erat terjalin di bawah Presiden Soekarno sejalan dengan kesamaan ideologi anti-imperialisme dan semangat non-blok.

    Konferensi Asia Afrika tahun 1955 menjadi bentuk penguatan kerja sama, Indonesia dan China karena keduanya sama-sama menjadi pemrakarsa acara tersebut.

    Namun setelah peristiwa G30S/PKI pada 1965, hubungan diplomatik putus karena muncul tuduhan keterlibatan China dalam mendukung Partai Komunis Indonesia (PKI). Di bawah Pemerintahan Presiden Soeharto pada 1967, Indonesia membekukan hubungan diplomatik dengan China.

    Selama periode ini, hubungan hanya berlangsung sangat terbatas dan informal. Indonesia pun menjalin hubungan dengan Taiwan.

    Kemudian pada 1990, masih di bawah Pemerintahan Presiden Soeharto, Indonesia memulihkan hubungan diplomatik dengan China pada 8 Agustus 1990 dan mengakui prinsip “Satu China”, sehingga hanya mengakui Republik Rakyat China sebagai negara China satu-satunya di dunia.

    Sejak era reformasi di Indonesia, hubungan Indonesia dan China pun semakin erat. Pada 2005, kedua negara mendeklarasikan hubungan “Strategic Partnership” (Kemitraan Strategis) dan pada 2013 status hubungan tersebut ditingkatkan menjadi “Comprehensive Strategic Partnership”/”Kemitraan Strategis Komprehensif” yang mencakup bidan perdagangan, investasi, dan pertahanan.

    Di bawah Pemerintahan Presiden Joko Widodo, Indonesia ikut bergabung dalam “Belt and Road Initiative” dengan salah satu proyek infrastruktur yang berhasil dilakukan adalah Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

    Berdasarkan catatan Bea Cukai China, perdagangan bilateral Indonesia-China pada 2024 mencapai 147,78 miliar dolar AS. Ekspor Indonesia mencapai 71,09 miliar dolar AS, sedangkan impor dari China sebesar 76,69 miliar dolar AS. China menjadi yang terbesar di atas Amerika Serikat dan Jepang.

    Sementara Investasi Asing Langsung (FDI) China di Indonesia pada 2024 tercatat sebesar 8,1 miliar dolar AS (ketiga terbesar) atau meningkat 9,4 persen dibanding 2023. Nilai tersebut masih di bawah nilai investasi dari Hong Kong (8,2 miliar dolar AS) dan Singapura (20,1 miliar dolar AS).

  • Pemerintah Harus Perkuat Komunikasi Politik dan Diplomasi Presiden Prabowo Subianto

    Pemerintah Harus Perkuat Komunikasi Politik dan Diplomasi Presiden Prabowo Subianto

    JAKARTA – Pemerintah dinilai perlu memperkuat komunikasi politik untuk mendukung arah diplomasi Presiden Prabowo Subianto, terutama di kawasan Global South. Kunjungan Presiden ke Uni Emirat Arab (UEA), Turki, Mesir, Qatar, dan Yordania menunjukkan komitmen kuat membangun solidaritas global sekaligus memperkuat posisi Indonesia di panggung internasional.

    Ketua Dewan Direktur GREAT Institute, Syahganda Nainggolan, menilai upaya Prabowo membawa agenda politik dan ekonomi ke berbagai negara mendapat respons positif. Namun, menurutnya, komunikasi politik pemerintah masih harus diperbaiki agar kebijakan luar negeri Indonesia tidak disalahpahami atau menimbulkan persepsi negatif di dalam dan luar negeri.

    Pernyataan itu disampaikan Syahganda dalam diskusi bertema “Mencermati Arah Politik dan Diplomasi Prabowo di Timur Tengah dan Turki” yang digelar GREAT Institute, Senin, 14 April 2025, di Jakarta.

    Tiga pembicara utama dalam forum tersebut adalah Dr. Nurhayati Assegaf, Dr. Hilmy Bakar Almascaty, dan Dr. Teguh Santosa. Diskusi juga diperkuat oleh tanggapan dari sejumlah ilmuwan dan pemerhati, seperti Dr. Rizal Darmaputra, Dr. Zarmansyah, Prof. Iswandi Syahputra, dan Dr. Rahmi Fitrianti.

    Direktur Geopolitik GREAT Institute, Dr. Teguh Santosa, menyoroti pentingnya membangun relasi antarnegara yang bebas dari ketergantungan atau absence of dependency. Menurutnya, kebijakan luar negeri tidak boleh jatuh pada pilihan antara satu negara hegemonik dengan yang lain.

    “Kesalahan besar bila kita berpikir mengganti satu ketergantungan dengan ketergantungan baru. Justru kita harus meniadakan ketergantungan sama sekali, membangun kemitraan yang setara dan saling menghormati kedaulatan,” kata Teguh.

    Ia menilai, dinamika global yang ditandai perang tarif antara Amerika Serikat di bawah Trump dan Tiongkok di bawah Xi Jinping, seharusnya jadi momentum untuk memperluas jejaring strategis Indonesia. Diplomasi Prabowo di berbagai negara, menurutnya, sejalan dengan prinsip tersebut.

    Sementara itu, Dr. Zarmansyah mengingatkan pentingnya konsistensi dalam diplomasi perdamaian yang telah lama dijalankan Indonesia. Ia menekankan, investasi besar Indonesia dalam misi perdamaian harus dibarengi dengan langkah lanjut berupa kerja sama ekonomi.

    “Sudah saatnya investasi perdamaian itu difollow up dengan kemitraan ekonomi konkret, agar Indonesia punya lebih banyak mitra strategis,” ujarnya.

  • Meta Hadapi Ancaman Serius di Pengadilan atas Akuisisi Instagram dan WhatsApp

    Meta Hadapi Ancaman Serius di Pengadilan atas Akuisisi Instagram dan WhatsApp

    JAKARTA — Meta Platforms, perusahaan induk Facebook, menghadapi sidang penting di Washington mulai Senin ini 14 April  dalam kasus yang menuduh perusahaan membentuk monopoli ilegal di sektor media sosial dengan mengakuisisi Instagram dan WhatsApp. Gugatan ini diajukan oleh Komisi Perdagangan Federal AS (FTC) dan berpotensi memaksa Meta untuk membubarkan atau menjual bagian-bagian bisnisnya.

    Akuisisi Instagram pada 2012 dan WhatsApp pada 2014 dinilai FTC sebagai upaya Meta untuk menyingkirkan pesaing yang berpotensi mengancam dominasi Facebook dalam menghubungkan pengguna dengan keluarga dan teman. Kasus ini diajukan pertama kali pada 2020 saat masa pemerintahan pertama Presiden AS, Donald Trump.

    Sidang ini diperkirakan berlangsung hingga Juli dan dinilai sebagai ujian besar terhadap komitmen pemerintahan Trump saat ini dalam menindak dominasi raksasa teknologi. Jika FTC menang, akan ada sidang lanjutan untuk menentukan apakah tindakan seperti penjualan Instagram atau WhatsApp akan efektif memulihkan persaingan.

    Ancaman Investasi Teknologi

    Kepala Divisi Hukum Meta, Jennifer Newstead, menyebut kasus ini lemah dan dapat menghambat investasi di sektor teknologi. Dalam blog-nya, ia menulis, “Sungguh absurd bahwa FTC ingin membubarkan perusahaan besar Amerika saat pemerintah justru sedang mencoba menyelamatkan TikTok yang dimiliki China.”

    Meta disebut menghasilkan sekitar setengah dari pendapatan iklan di AS dari Instagram. Menurut firma riset eMarketer, Instagram diperkirakan menghasilkan pendapatan sebesar 37,13 miliar dolar AS pada 2025, menjadikannya aplikasi dengan pendapatan per pengguna tertinggi dibanding platform lain.

    CEO Meta, Mark Zuckerberg, dijadwalkan akan memberikan kesaksian dalam persidangan ini. Ia akan ditanyai soal email lama yang menunjukkan niatnya mengakuisisi Instagram demi “menetralkan” ancaman terhadap Facebook, serta kekhawatiran bahwa WhatsApp bisa tumbuh menjadi jejaring sosial pesaing.

    Meta berdalih bahwa akuisisi tersebut justru memberi manfaat bagi pengguna dan kini menghadapi persaingan ketat dari TikTok milik ByteDance, YouTube milik Google, dan aplikasi pesan Apple.

    FTC Klaim Meta Kuasai Platform Sosial Privat

    FTC berpendapat Meta memonopoli platform berbagi dengan teman dan keluarga, di mana pesaing utamanya hanyalah Snapchat dan MeWe, aplikasi kecil berbasis privasi. Platform seperti X (Twitter), TikTok, YouTube, dan Reddit dinilai tidak sebanding karena fokusnya adalah siaran publik ke audiens luas berdasarkan minat.

    Hakim Distrik AS, James Boasberg, sebelumnya mengatakan FTC memiliki cukup bukti untuk melanjutkan kasus ini, namun tetap menghadapi “pertanyaan sulit” apakah klaim tersebut akan bertahan dalam proses persidangan.

    Meski WhatsApp belum menghasilkan banyak pendapatan, aplikasi ini memiliki jumlah pengguna harian terbanyak. Meta saat ini sedang meningkatkan monetisasi melalui layanan seperti chatbot bisnis. Zuckerberg menegaskan bahwa “business messaging” bisa menjadi pendorong utama pertumbuhan berikutnya bagi perusahaan.

    Kasus ini adalah satu dari lima gugatan besar yang menargetkan raksasa teknologi. Amazon dan Apple juga sedang digugat, sementara Google menghadapi dua kasus besar, termasuk sidang yang akan dimulai pekan depan terkait upaya pemerintah memaksa Google menjual browser Chrome-nya.

  • Perang Dagang Jilid Baru, Trump Targetkan Cip dan Elektronik, China Naikkan Bea 125 Persen – Halaman all

    Perang Dagang Jilid Baru, Trump Targetkan Cip dan Elektronik, China Naikkan Bea 125 Persen – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali memanas.

    Presiden AS Donald Trump menegaskan bahwa tak ada satu pun negara yang akan lolos dari kebijakan tarif baru yang sedang disiapkan pemerintahannya.

    Melalui unggahan di platform Truth Social, Trump secara terang-terangan menyebut China sebagai negara yang paling buruk memperlakukan produk-produk Amerika.

    “TIDAK ADA satu pun yang bisa lolos dari tarif … terutama China yang sejauh ini memperlakukan kita dengan paling buruk!” tulisnya, dikutip dari AFP.

    Pernyataan ini muncul setelah China meminta AS mencabut tarif tinggi atas barang-barang mereka.

    Namun, pemerintahan Trump hanya memberikan pengecualian sementara terhadap produk teknologi seperti ponsel, laptop, dan perangkat elektronik lain—yang ironisnya sebagian besar diproduksi di China oleh perusahaan-perusahaan AS seperti Apple, Nvidia, dan Dell.

    Pada Minggu (13/4/2025), Trump menyatakan bahwa pengecualian itu tidak akan bertahan lama.

    Ia mengumumkan sedang meninjau seluruh rantai pasok elektronik dan akan menetapkan tarif baru dalam waktu dekat.

    “Kami sedang meninjau semikonduktor dan SELURUH RANTAI PASOK ELEKTRONIK,” ujarnya.

    Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick menambahkan bahwa tarif terhadap cip dan semikonduktor kemungkinan akan diberlakukan dalam satu hingga dua bulan.

    Menurut Trump, produk seperti ponsel dan komputer juga tidak akan sepenuhnya dikecualikan, karena nantinya akan dikenai tarif yang lebih spesifik.

    “Kami ingin membuat cip, semikonduktor, dan produk lainnya di negeri kami sendiri,” katanya kepada wartawan di Air Force One.

    Kebijakan baru ini langsung mengguncang pasar. Indeks S&P 500 dilaporkan turun lebih dari 10 persen sejak Trump kembali menjabat pada Januari lalu.

    Sektor teknologi sempat berharap akan selamat dari tekanan tarif, terutama setelah Gedung Putih mengumumkan pengecualian untuk produk-produk elektronik pada Jumat (11/4/2025).

    Namun harapan itu pupus setelah Lutnick menyatakan bahwa barang-barang tersebut tetap akan dikenakan tarif khusus dalam kebijakan lanjutan.

    Tarif baru ini akan difokuskan pada barang strategis seperti cip semikonduktor, produk farmasi, dan elektronik konsumen.

    Pemerintah AS bahkan telah menerbitkan daftar 20 kategori produk yang untuk sementara dikecualikan, termasuk komputer, cip memori, dan layar datar.

    Namun, Lutnick memastikan sektor-sektor ini tetap akan masuk dalam skema tarif khusus yang tengah disusun.

    Di sisi lain, China tidak tinggal diam. Beijing membalas dengan menaikkan bea masuk atas barang-barang AS hingga 125 persen.

    Kementerian Perdagangan China menyebut AS sebagai pihak yang harus bertanggung jawab meredakan ketegangan.

    “Lonceng yang tergantung di leher harimau hanya dapat dilepaskan oleh tangan yang pernah mengikatnya,” ujar juru bicara kementerian, menyinggung bahwa AS harus menjadi pihak yang menyelesaikan konflik ini.

    Di tengah ketegangan, sejumlah tokoh dan pengamat menyerukan agar kebijakan ini dikaji ulang.

    Investor kawakan Bill Ackman meminta Trump menunda penerapan tarif selama 90 hari dan menurunkan besaran tarif sementara menjadi 10 persen agar pasar tidak makin terguncang.

    Sementara itu, analis pasar Sven Henrich menyindir inkonsistensi kebijakan ekonomi Trump.

    “Sentimen pasar hari ini: Reli saham terbesar tahun ini akan terjadi pada hari Lutnick dipecat,” tulisnya di platform X.

    Dari sisi politik, Senator Elizabeth Warren menyebut kebijakan tarif Trump sebagai bentuk kekacauan dan korupsi ekonomi.

    “Ini bukan kebijakan tarif, melainkan kekacauan dan korupsi,” katanya di acara This Week (ABC).

    Dalam wawancara terpisah di Meet the Press, penasihat perdagangan Gedung Putih, Peter Navarro menyatakan AS telah mengundang China untuk bernegosiasi, tetapi juga menuding Beijing terlibat dalam rantai pasok fentanil yang mematikan.

    Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer menegaskan belum ada rencana pembicaraan langsung antara Trump dan Presiden Xi Jinping.

    Ia menuding China sebagai pihak yang memicu konflik lewat tarif balasan, namun tetap membuka kemungkinan kesepakatan dagang dengan negara lain.

    “Tujuan saya adalah mencapai kesepakatan yang berarti sebelum 90 hari berakhir dan saya yakin kita akan mencapainya,” ujarnya dalam program Face the Nation di CBS.

    Meski begitu, kekhawatiran terhadap dampak ekonomi makin menguat.

    Pendiri hedge fund Bridgewater Associates, Ray Dalio, memperingatkan bahwa AS kini berada di ambang resesi.

    “Saat ini kita berada pada titik pengambilan keputusan yang krusial. Bila tidak ditangani dengan tepat, akibatnya bisa lebih buruk dari sekadar resesi,” ungkapnya kepada NBC.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Belanda, China, dan Korsel Lirik Proyek Tanggul Laut Raksasa Indonesia

    Belanda, China, dan Korsel Lirik Proyek Tanggul Laut Raksasa Indonesia

    Jakarta, Beritasatu.com – Proyek strategis nasional (PSN) tanggul laut raksasa atau Giant Sea Wall (GSW) rupanya bukan cuma menarik perhatian Belanda, dua raksasa Asia, yakni China dan Korea Selatan juga menunjukkan minat untuk ikut andil dalam megaproyek ini.

    Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo menyebutkan, ketertarikan kedua negara tersebut telah disampaikan dalam rapat bersama Menko Infrastruktur Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Namun, sebelum menggandeng investor asing, pemerintah tengah merampungkan detail engineering design (DED) yang ditarget selesai pada akhir 2025.

    “Kemarin disampaikan oleh Pak Menko Infrastruktur, China dan Korea Selatan juga tertarik. Sebenarnya cukup banyak yang berminat, tetapi kita perlu merampungkan format kerja sama dan teknisnya dahulu,” ujar Dody, Senin (14/3/2025).

    Tak hanya soal investasi, Indonesia juga menggandeng Belanda yang sudah lebih dahulu dikenal sebagai negara ahli pengelolaan air terkait proyek tanggul laut raksasa. Negeri Kincir Angin tersebut telah menyiapkan pinjaman lunak sebesar €300 juta atau sekitar Rp 5,7 triliun untuk mendukung pembangunan tanggul laut.

    Dody menjelaskan, proyek tanggul raksasa ini merupakan salah satu proyek prioritas Presiden Prabowo Subianto untuk melindungi pesisir Pantai Utara Jawa dari ancaman rob, abrasi, dan penurunan muka tanah.

    Di sisi lain, Duta Besar Belanda untuk Indonesia Marc Gerritsen mengungkapkan, Invest International juga siap menggelontorkan dana untuk mendanai proyek-proyek air, energi terbarukan, dan pengelolaan sampah di Indonesia. Termasuk di dalamnya perlindungan pesisir Demak dan Cirebon lewat program Giant Sea Wall.

    Kerja sama Indonesia dan Belanda di bidang pengelolaan air sendiri sudah berjalan sejak 2000 dan saat ini telah memasuki fase kelima yang berlaku hingga 2027.

    Dengan ketertarikan dari berbagai negara besar, pemerintah optimis proyek tanggul laut raksasa ini bisa menjadi langkah penting dalam penguatan pertahanan pesisir sekaligus mendorong investasi strategis di Indonesia.

  • Kunjungan Prabowo ke Timur Tengah Dinilai akan Perkuat Posisi Indonesia di Panggung Internasional – Halaman all

    Kunjungan Prabowo ke Timur Tengah Dinilai akan Perkuat Posisi Indonesia di Panggung Internasional – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Uni Emirat Arab (UEA), Turki, Mesir, Qatar, dan Yordania dilakukan dalam rangka membangun hubungan politik dan memperkuat posisi Indonesia di panggung internasional khususnya di Global South.

    Sejauh ini agenda politik dan ekonomi yang dibawa Prabowo dalam kunjungan itu mendapatkan sambutan di setiap negara yang disinggahi.

    Melihat komitmennya membangun solidaritas global, Prabowo berpeluang besar menjadi pemimpin baru dunia.

    Demikian antara lain disampaikan Ketua Dewan Direktur GREAT Institute, Syahganda Nainggolan, merangkum Focus Groupd Discussion (FGD) bertema “Mencermati Arah Politik dan Diplomasi Prabowo di Timur Tengah dan Turki” yang diselenggarakan di kantor GREAT Institute, Jalan Taman Gunawarman, Jakarta Selatan, Senin (14/4/2025).

    Namun di sisi lain, Syahganda menilai, pemerintah perlu membangun komunikasi politik yang lebih baik sehingga kebijakan luar negeri Indonesia tidak mendapatkan persepsi negatif.

    Tiga pembicara pemantik dalam FGD itu adalah Dr. Nurhayati Assegaf, Dr. Hilmy Bakar Almascaty, dan Dr.Teguh Santosa.

    Sementara sejumlah ilmuwan dan pemerhati yang memberikan respons dan menajamkan pokok-pokok pikiran adalah Dr. Rizal Darmaputra, Dr. Zarmansyah, Dr. Indra Kusuma Wardhani, Dr. Rahmi Fitrianti, Prof. Iswandi Syahputra, dan Dr. Sudarto.

    Juga Smith Alhadar, Omar Thalib, Dr (Cand.) Turino, Ir. Abdullah Rasyid, Ir. Wahyono, dan Ir. Hanief Adrian.

    Sejalan dengan yang disampaikan Syahganda, Direktur Geopolitik GREAT Institute Dr. Teguh Santosa menguraikan dilema setiap negara di arena internasional yang anarkis.

    Hubungan dengan negara lain haruslah dibangun tanpa menciptakan ketergantungan atau the absence of dependency.

    “Salah besar bila kita mengatakan bahwa antitesa dari ketergantungan pada satu negara hegemonik adalah dengan dengan bersandar pada negara hegemonik lain. Antitesa dari ketergantungan pada satu negara adalah meniadakan ketergantungan pada negara itu, dan pada negara lain,” ujarnya.

    Dengan demikian, dinamika yang terjadi di arena internasional saat ini, yang dipicu oleh perang tarif yang dilancarkan pemerintahan Donald Trump di Amerika Serikat dan direspons dengan sangat keras oleh pemerintahan Xi Jinping di Tiongkok, harus dijadikan momentum untuk membangun kemitraan dengan negara-negara lain berdasarkan prinsip saling menghormati kedaulatan.

    Teguh yakin kunjungan Prabowo ke sejumlah negara dan komunikasinya dengan pemimpin-pemimpin dunia dilakukan dalam kerangka itu.

    Pada bagian lain, Dr. Zarmansyah mengingatkan bahwa Indonesia memiliki investasi yang sangat besar pada proses perdamaian di banyak kawasan dunia.

    Sayangnya, investasi perdamaian itu seringkali ditinggalkan begitu saja. 

    “Saya berharap, Presiden Prabowo juga memberikan perhatian pada investasi perdamaian yang sudah kita lakukan di banyak negara. Kehadiran Indonesia dalam menjaga perdamaian di banyak negara dan kawasan harus difollow up dengan kerja sama ekonomi sehingga Indonesia memiliki mitra alternatif yang lebih luas,” tutur Zarmansyah.

  • Trump Selamatkan Tiktok, Meta Terancam Diobrak-abrik

    Trump Selamatkan Tiktok, Meta Terancam Diobrak-abrik

    Jakarta, CNBC Indonesia – Meta masih menghadapi ancaman melepas Instagram dan WhatsApp. Perusahaan diketahui tengah menghadapi persidangan mulai hari Senin ini (14/4/2025) di Washington, AS.

    Instagram dan WhatsApp diakuisisi oleh induk perusahaan Facebook lebih dari satu dekade lalu. Namun Komisi Perdagangan Federal AS (FTC) mengatakan aksi tersebut menjadi cara Meta menyingkirkan pesaing untuk Facebook sebagai platform media sosial utama.

    Seperti dilansir Reuters, FTC berupaya Meta melakukan restrukturisasi atau menjual bisnisnya termasuk Instagram dan WhatsApp.

    CEO Meta Mark Zuckerberg diharapkan untuk bersaksi di persidangan tersebut. Reuters melaporkan kemungkinan Mark Zuckerberg akan ditanya soal email usulan akuisisi Instagram sebagai cara menghapuskan pesaing Facebook dan juga khawatir soal perkembangan WhatsApp.

    Sebelumnya Meta juga telah berpendapatan ucapan Zuckerberg di masa lalu tidak lagi relevan. Mengingat sekarang muncul persaingan ketat pada industri media sosial, seperti Tiktok, Youtube, hingga aplikasi pesan dari Apple.

    Persidangan ini terjadi saat presiden AS Donald Trump justru disebut-sebut berupaya menyelamatkan Tiktok, media sosial asal China, agar bisa beroperasi di negara tersebut. Dia diketahui beberapa kali menunda waktu penjualan platform oleh induk usahanya Bytedance.

    Ini juga yang diucapkan oleh kepala bagian hukum Meta, Jennifer Newstead. Dia juga menyebut kasus ini lemah dan menghalangi untuk investasi teknologi.

    “Tidak masuk akal FTC mencoba memecah perusahaan Amerika yang hebat, namun saat bersamaan pemerintah berusaha menyelamatkan Tiktok milik China,” tulisnya dalam unggahan di blog, dikutip dari Reuters, Senin (14/4/2025).

    Meta diketahui terus menerus berupaya mendekati Trump sejak terpilih kembali menjadi presiden AS kedua kalinya. Misalnya menolak moderasi konten dan menyumbang US$1 juta untuk pelantikan Trump.

    Mark Zuckerberg selaku CEO Meta juga diketahui mengunjungi Gedung Putih dalam beberapa minggu terakhir.

    Kasus ini merupakan satu dari lima kasus di mana FTC dan Departemen Kehakiman AS menuduh perusahaan Big Tech melakukan praktik monopoli ilegal. Amazon dan Apple adalah 2 perusahaan lain yang sedang berurusan dengan FTC. Lalu ada Alphabet yang menaungi Google.

    (dce)

  • China Tidak Takut Lawan Trump Habis-habisan: “Langit Tak Akan Runtuh”

    China Tidak Takut Lawan Trump Habis-habisan: “Langit Tak Akan Runtuh”

    Jakarta, CNBC Indonesia – China telah meremehkan risiko ‘kerusakan’ ekspornya akibat tarif yang dikeluarkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Pasalnya, Beijing telah memiliki cara sendiri untuk menguatkan perekonomiannya.

    Melansir The Guardian, Juru Bicara Administrasi Bea Cukai Lyu Daliang, dalam komentar yang dilaporkan oleh badan milik negara Xinhua, mengatakan negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu telah mendiversifikasi perdagangannya dari AS dalam beberapa tahun terakhir.

    Laporan bea cukai menyoroti “pasar domestik China yang luas”, dan mengatakan “negara itu akan mengubah kepastian domestik menjadi penyangga terhadap volatilitas global”. China pun makin berupaya untuk merangsang konsumsi swasta.

    “Langit tidak akan runtuh” untuk ekspor China,” kata Lyu. “Upaya-upaya ini tidak hanya mendukung pembangunan mitra kami tetapi juga meningkatkan ketahanan kami sendiri”.

    Presiden China Xi Jinping sempat mengkritik tarif AS selama kunjungan ke Vietnam. Vietnam dalam beberapa dekade terakhir telah tumbuh menjadi sumber barang terbesar kedelapan bagi konsumen AS, tetapi menghadapi ancaman tarif 46% ketika jeda 90 hari Trump berakhir.

    Dalam sebuah laporan di surat kabar Vietnam, Xi mengatakan bahwa “perang dagang dan perang tarif tidak akan menghasilkan pemenang, dan proteksionisme tidak akan menghasilkan apa-apa”.

    China sebelumnya telah membalas dengan tegas tarif Washington untuk Beijing sebesar 145%, dengan pungutan 125% atas impor AS.

    Perang dagang telah memicu kekacauan di pasar keuangan sejak Trump pertama kali mengungkapkan tarif pada setiap negara di dunia pada tanggal 2 April. Sejak saat itu, ia telah menarik sebagian pungutan tertinggi pada sebagian besar mitra dagang selama setidaknya 90 hari, tetapi telah menggandakan pertengkarannya dengan China.

    Gedung Putih menawarkan keringanan lebih lanjut selama akhir pekan dengan pengecualian dari tarif tertinggi untuk barang elektronik termasuk telepon pintar, laptop, dan semikonduktor.

    Pejabat Trump kemudian tampaknya menarik kembali pernyataan tersebut melalui menteri perdagangan, Howard Lutnick, yang mengatakan bahwa perangkat tersebut akan “dimasukkan dalam tarif semikonduktor yang mungkin akan berlaku dalam waktu satu atau dua bulan”.

    Trump mengatakan pada Minggu malam di jejaring sosialnya, Truth Social, bahwa “TIDAK ADA YANG ‘lepas dari tanggung jawab’”, dengan menekankan bahwa telepon pintar masih dikenakan pungutan sebesar 20% dan mengisyaratkan harganya masih bisa naik lebih tinggi.

    (luc/luc)

  • Iran Ngadu ke Rusia dan Italia ke AS, Intrik Dua Mitra sebelum Perundingan Kedua Bahas Nuklir – Halaman all

    Iran Ngadu ke Rusia dan Italia ke AS, Intrik Dua Mitra sebelum Perundingan Kedua Bahas Nuklir – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi akan mengunjungi Rusia minggu ini, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri pada Senin (14/4/2025).

    Iran akan berkonsultasi dengan Moskow berdasarkan pembicaraan terbaru antara Iran dan Amerika Serikat di Oman, Reuters melaporkan.

    Iran sedang meningkatkan upaya diplomatiknya untuk menyelesaikan sengketa nuklirnya dengan Barat serta melepaskan tekanan dari ekonominya yang terkena sanksi, dan akan menerima kepala pengawas nuklir PBB Rafael Grossi minggu ini, menurut Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Esmaeil Baghaei.

    Iran dan AS mengatakan mereka mengadakan pembicaraan “positif” dan “konstruktif” di Oman minggu lalu dan sepakat untuk kembali bersidang pada hari Sabtu (19/4/2025) dalam sebuah dialog yang dimaksudkan untuk mengatasi meningkatnya program nuklir Teheran.

    Perjalanan menteri luar negeri ke Moskow akan dilakukan pada akhir minggu ini, kata Baghaei.

    Di Iran, minggu ini berakhir pada hari Jumat.

    Perjalanan tersebut “telah direncanakan sebelumnya, tetapi akan ada konsultasi mengenai pembicaraan dengan AS,” kata Baghaei.

    Amerika Serikat menuduh Iran tengah berupaya mengembangkan senjata nuklir. Teheran mengatakan program nuklirnya semata-mata untuk tujuan sipil.

    Presiden AS Donald Trump telah mengancam tindakan militer jika tidak ada kesepakatan yang dicapai untuk menghentikan program nuklir Iran, dan mengatakan kemarin bahwa ia bertemu dengan para penasihat di Iran dan mengharapkan keputusan yang cepat.

    Rusia telah memainkan peran dalam negosiasi nuklir antara Barat dan Iran sebagai sekutu Teheran dan penandatangan perjanjian nuklir 2015 yang  ditinggalkan AS  pada 2018.

    Moskow telah menyerukan fokus pada kontak diplomatik alih-alih tindakan yang dapat menyebabkan eskalasi.

    Minggu lalu, Rusia, Cina, dan Iran mengadakan konsultasi tingkat ahli mengenai program nuklir Iran di Moskow.

    Italia ke AS

    Seperti langkah Iran ke Rusia, justru tuan rumah perundingan selanjutnya yakni PM Italia berencana melakukan kunjungan ke AS.

    Hal ini diberitakan oleh decode39 pada Senin.

    Adapun seperti dikabarkan, putaran kedua perundingan nuklir antara Amerika Serikat dan Iran akan berlangsung di Italia, setelah putaran pertama yang sukses di Oman.

    Pemilihan Roma menandakan upaya untuk meningkatkan profil diplomatik perundingan.

    Diungkapkan Axios, putaran kedua perundingan nuklir antara AS dan Iran akan diadakan pada hari Sabtu di Roma, Italia.

    Setelah putaran pertama yang sukses di Oman, AS berupaya mempertahankan format langsung — dengan pejabat dari kedua belah pihak di ruangan yang sama.

    AS menyarankan ibu kota Italia sebagai tempat baru, menandakan langkah untuk meningkatkan profil diplomatik pembicaraan tersebut.

    Mediator Oman akan tetap hadir, tetapi Washington menginginkan peralihan dari pembicaraan tidak langsung ke pembicaraan langsung menjadi permanen.

    Wakil presiden AS, JD Vance, akan berada di Roma pada saat yang bersamaan.

    Meskipun tidak ada konfirmasi mengenai keterlibatannya, partisipasi apa pun—bahkan yang simbolis—akan meningkatkan pembicaraan secara signifikan dan menandakan investasi langsung Gedung Putih dalam proses tersebut.

    Pada tanggal 17-18 April, Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni akan berada di Washington untuk bertemu dengan Presiden Donald Trump dan pemerintahannya.

    Diskusi tersebut juga menyinggung perundingan nuklir AS-Iran yang sedang berlangsung di Roma.

    Sebelumnya, negosiasi mengenai program nuklir Iran dilakukan dalam format JCPOA, yang dipimpin oleh E3 (Inggris, Prancis, Jerman).

    Trump tidak pernah mendukung perjanjian itu, dan sekarang kita mungkin melihat pendekatan berbeda yang juga dapat melibatkan Italia.

    (Tribunnews.com/ Chrysnha)

  • Teror Tarif Trump Makin Kencang, Bisnis Ini Bisa Tumbang

    Teror Tarif Trump Makin Kencang, Bisnis Ini Bisa Tumbang

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ancaman tarif impor dari Presiden AS Donald Trump kini mulai terasa nyata bagi pelaku bisnis global, termasuk raksasa IT asal India, Tata Consultancy Services (TCS).

    CEO TCS, K Krithivasan, mengungkap bahwa sejumlah klien mereka di sektor ritel, perjalanan, dan otomotif kini menjadi pihak yang paling rentan terdampak ketidakpastian tarif dari AS.

    Sebagai informasi, Trump menangguhkan pemberlakukan tarif resiprokal ke banyak negara hingga 90 hari. Hanya China yang tetap lanjut dengan tarif resiprokal sebesar 145%. 

    Terbaru, Trump mengecualikan beberapa produk impor China seperti smartphone, komputer, dan chip. Barang pengecualian itu akan tetap diberikan tarif, tetapi skema penghitungannya belum diumumkan secara perinci.

    Jika kondisi ketidakpastian terus berlarut, perusahaan-perusahaan tersebut bisa terpaksa melakukan pemangkasan biaya besar-besaran.

    “Bisnis konsumen, perhotelan, perjalanan, dan otomotif adalah sektor yang perlu diwaspadai. Jika ketidakpastian terus berlanjut, sektor-sektor itu kemungkinan akan fokus pada optimalisasi biaya,” ujarnya dikutip dari Reuters, Senin (14/4/2025).

    Ritel dan manufaktur adalah kontributor pendapatan terbesar kedua dan keempat perusahaan, sementara perbankan tetap menjadi yang terbesar.

    TCS memperoleh sekitar setengah dari pendapatannya dari Amerika Utara, sebuah pasar penting bagi penyedia layanan teknologi dan informasi India yang terpapar dampak tarif melalui klien-klien mereka di AS.

    Perusahaan ini meleset dari estimasi pendapatan kuartal keempat dan memperingatkan tentang klien yang menunda pengambilan keputusan dalam proyek-proyek diskresioner.

    Namun, TCS memperkirakan ketidakpastian ini akan berumur pendek.

    Krithivasan menyatakan bahwa ia memperkirakan tahun fiskal 2026 akan lebih baik daripada 2025, karena masih ada perangkat lunak dan sistem lama yang harus diganti oleh klien dalam jangka menengah dan panjang.

    TCS juga mengatakan bahwa tren klien yang mengkonsolidasikan vendor TI mereka telah membantu perusahaan mendapatkan pangsa pasar.

    “Khususnya ketika pelanggan melihat optimalisasi biaya sebagai area fokus utama, mereka akan mencoba mengurangi jumlah penyedia layanan. TCS telah menjadi penerima manfaat dari konsolidasi ini yang telah terjadi pada FY25,” kata dia.

    (fab/fab)