Negara: Republik Rakyat Cina

  • Waduh! Mobil Listrik Xiaomi Hampir Nyemplung saat Pakai Mode Parkir Otomatis

    Waduh! Mobil Listrik Xiaomi Hampir Nyemplung saat Pakai Mode Parkir Otomatis

    Jakarta

    Sebuah mobil listrik Xiaomi SU7 menjadi sorotan setelah kejadian manuver parkir otomatis yang hampir berakhir di kolam. Mobil itu melaju dengan mode parkir otomatis aktif, tapi hampir nyemplung ke kolam di China.

    Dikutip Carnewschina, video viral di media sosial Weibo menunjukkan mobil Xiaomi SU7 bergerak maju menuju air di kolam. Pengemudinya tampak keluar dari mobil dan sepertinya mengaktifkan mode parkir otomatis.

    Sejurus kemudian, mobil itu bergerak mundur, maju dan bermanuver. Tapi, mobil itu malah melaju ke air. Bumper depan menyentuh permukaan air sebelum mobil benar-benar berhenti.

    Komentar dari netizen berfokus pada keputusan pengemudi untuk mengaktifkan parkir otomatis begitu dekat dengan badan air. Menurut pengamat yang dikutip Carnewschina, mode parkir otomatis diaktifkan pada skenario yang tidak menyerupai lingkungan parkir pada umumnya. Hal itu mungkin mempengaruhi interpretasi sistem terhadap ruang yang tersedia.

    Insiden tersebut terjadi tak lama setelah Xiaomi merilis pembaruan OTA (over the air/pembaruan secara online) pada 26 November, Xiaomi Hyper OS 1.11.0. Pembaruan tersebut diluncurkan kepada semua pemilik SU7 dan mencakup perubahan pada bantuan parkir, parkir jarak jauh, dan pencarian posisi parkir. Xiaomi menggambarkan ini sebagai optimasi sistem yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja fungsi terkait parkir.

    Menurut para ahli, sistem parkir otomatis masih bergantung pada pengemudi sebagai pihak utama yang bertanggung jawab. Jadi, tidak bisa serta merta mobil ditinggalkan begitu saja.

    Ahli juga menyoroti bahwa lokasi yang tidak standar, seperti tepi kolam atau medan terbuka yang tidak rata, dapat menyebabkan kesalahan klasifikasi karena sistem dapat menginterpretasikan permukaan air sebagai ruang kosong.

    Dalam kasus ini, mobil sukses berhenti saat bumper depan menyentuh permukaan air, jadi tidak sampai tenggelam. Hal itu menunjukkan bahwa rintangan yang tidak terduga mungkin telah terdeteksi.

    (rgr/dry)

  • Litium Jadi Pemicu Kebakaran Terra Drone, Awas Kejadian Juga di Mobil Listrik

    Litium Jadi Pemicu Kebakaran Terra Drone, Awas Kejadian Juga di Mobil Listrik

    Jakarta

    Gedung Terra Drone di Jakarta Pusat mengalami kebakaran yang menewaskan 22 orang. Pemicu kebakaran diduga dari baterai litium pada drone.

    Dari hasil pemeriksaan saksi, dugaan sementara penyebab kebakaran bersumber dari baterai drone. “Kalau dari keterangan tadi, memang sementara baru karena baterai ya, baterai dari drone yang terbakar. Namun sebabnya terbakar, saat ini tim Labfor masih bekerja. Mohon waktunya agar tim Labfor bisa segera menangani dan mengetahui titik sumber api pertama dari kebakaran ini,” kata Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Susatyo Purnomo Condro dikutip detikNews.

    Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta, Bayu Megantara, mengatakan api sudah dicoba dipadamkan oleh karyawan dengan menggunakan lima alat pemadam api ringan (APAR). Namun upaya tersebut tidak berhasil dan asap semakin tebal.

    “Informasi yang kami terima, sudah berupaya dipadamkan dengan APAR. Itu sekitar lima unit APAR berupaya untuk memadamkan,” jelas Bayu.

    Baterai Litium Dipakai Juga di Mobil Listrik

    Baterai litium juga banyak digunakan di kendaraan listrik saat ini. Baterai litium-ion dinilai cocok untuk kendaraan listrik karena memiliki kepadatan energi yang lebih tinggi sehingga memungkinkan desain yang ringkas dan ringan pada kendaraan listrik. Ini merupakan keuntungan yang signifikan ketika keterbatasan ruang dan berat menjadi perhatian.

    Sebenarnya dari pabriknya baterai kendaraan listrik sudah dipastikan aman. Baterai tersebut telah melalui serangkaian pengetesan, bahkan dalam kondisi ekstrem.

    Salah satu pengujian baterai kendaraan listrik adalah nail penetration test. Dalam pengetesan ini, sel baterai ditusuk menggunakan semacam paku dalam kondisi baterai terisi 100 persen State of Charge (SOC). Dalam pengujian itu, baterai tidak boleh terbakar atau meledak.

    Lebih lanjut, ada juga pengujian cycler test pada kondisi suhu ekstrem dan kondisi fast CDC (charging-discharging). Dalam pengetesan itu, baterai dicas secara berulang-ulang dari 0-100 persen kemudian discharging dari 100 ke 0 persen dengan kondisi ekstrem. Pengetesan itu membuktikan bahwa baterai tidak mengalami panas berlebih saat dipakai dalam kondisi ekstrem.

    Kasus Kebakaran Mobil Listrik yang Sulit Dipadamkan

    Meski begitu, ternyata masih ada risiko mobil listrik terbakar. Di luar negeri, sudah ada beberapa kejadian mobil listrik terbakar.

    Baterai mobil listrik yang berbahan litium bisa mengalami kerusakan karena beberapa faktor, di antaranya penyalahgunaan mekanis, kimia, atau termal. Masalah ini kemudian bisa menyebabkan fenomena yang disebut sebagai thermal runaway. Ketika thermal runaway berlangsung, prosesnya hampir mustahil dihentikan. Inilah yang kemudian kerap memicu kebakaran atau bahkan ledakan.

    Tahun lalu, ada kasus kebakaran mobil listrik di Malaysia. Mobil itu disebut tengah dicas dengan menggunakan arus DC. Direktur Jenderal Pemadam Kebakaran Malaysia, Nor Hisham Mohammad berkata, insiden itu terjadi karena adanya kerusakan pada komponen baterai yang kemudian menyebabkan hubungan listrik arus pendek alias korsleting.

    “Hasil investigasi dengan produsen mobil dan tim ahli kami menemukan bahwa kebakaran tersebut tidak disebabkan oleh catu daya atau stasiun pengisian daya. Melainkan karena kerusakan yang sudah ada sebelumnya di dalam kapsul baterai, yang menyebabkan korsleting antarsel,” kata Nor Hisham.

    Ada juga kebakaran kapal kargo di tengah laut yang membawa lebih dari 3.000 mobil dari China, beberapa di antaranya mobil listrik. Kapal tersebut terbakar selama berminggu-minggu dan akhirnya tenggelam. Laporan awal menyebutkan asap besar terlihat dari dek yang memuat kendaraan listrik. Seluruhnya disebut sebagai unit baru.

    Di Amerika Serikat, tepatnya di Pine Level, Carolina Utara, juga pernah ada kejadian kebakaran mobil listrik Tesla Model Y yang sulit dipadamkan. Departemen Pemadam Kebakaran Pine Level memerlukan waktu sejam dan 36 ribu galon berisi air untuk menuntaskan misi pemadaman tersebut. Padahal, untuk mematikan api di mobil konvensional, pemadam hanya perlu 300 sampai 1.000 galon air. Departemen Pemadam Kebakaran Pine Level juga menegaskan, kendaraan elektrik yang terbakar di suhu 2.500 derajat celcius, apinya berpotensi muncul lagi beberapa jam setelah dipadamkan.

    Meskipun kasus ini jarang terjadi, hal ini patut menjadi perhatian bagi semua produsen mobil untuk bersiap menghadapi insiden semacam itu dan mempertimbangkan buat memperkenalkan perlindungan tambahan untuk memperingatkan pengguna.

    Penanganan Kebakaran Mobil Listrik

    Untuk menangani kebakaran mobil listrik dengan baterai litium, dibutuhkan fire blanket khusus kendaraan listrik yang mampu menahan suhu tinggi. Ada juga teknik pemadaman menggunakan cairan AF31 Lithium Fire Killer (LFK) yang efektif menghentikan reaksi berantai pada baterai, sesuai standar keselamatan internasional.

    Fire blanket khusus untuk mengatasi kebakaran mobil listrik Foto: Pool

    Diberitakan detikOto sebelumnya, APAR konvensional saja tidak mempan untuk memadamkan api yang dikeluarkan dari baterai litium. Soalnya APAR konvensional biasanya dibuat berbahan dasar bubuk.

    Disarankan para pemilik kendaraan listrik menyediakan APAR yang mengandung water based chemical dan mengandung senyawa Potassium yang mampu memadamkan api dari baterai litium yang memiliki temperatur lebih dari 1.200 derajat celcius.

    “Karena APAR jenis powder based didesain untuk memadamkan api dengan temperatur 600 derajat celcius ke bawah. Sedangkan api pada baterai lithium memiliki temperatur dari 1.200 derajat celcius,” kata Willy Hadiwijaya selaku CEO PT FAST waktu itu.

    (rgr/dry)

  • 5 Negara dengan Hutan Terluas di Dunia, Indonesia Peringkat Berapa?

    5 Negara dengan Hutan Terluas di Dunia, Indonesia Peringkat Berapa?

    Jakarta: Hutan memiliki peran vital bagi dunia, seperti menjaga keanekaragaman hayati, mengatur iklim, hingga menyediakan sumber daya. Pada tahun 2025, hutan dunia tercatat mencapai 4,1 miliar hektar atau 32 persen dari total daratan di dunia.
     
    Menurut data terbaru dari Food and Agriculture Organization (FAO) dalam “Global Forest Resources Assessment 2025”, sebagian besar luas hutan dunia terkonsentrasi di sejumlah negara besar.
     
    Lantas, negara mana saja yang mempunyai hutan paling luas? Berikut datanya menurut Global Forest Resource:
     
    1. Rusia
    Rusia menduduki peringkat teratas dengan hutan seluas 832.630.000 hektar atau 20 persen dari total hutan dunia. Hutan ini sebagian besar adalah hutan boreal (taiga), meliputi pohon pinus, spruce, dan larch.
     
    Wilayah hutan di Rusia sangat luas, dari Eropa ke Asia, dan berfungsi sebagai carbon sink raksasa atau penyerap karbon penting untuk stabilitas iklim bumi.
     

     
    2. Brasil
    Brasil, rumah bagi sebagian besar hutan hujan tropis Amazon, menyumbang hutan seluas sekitar 486.087.000 hektar (12 persen dari hutan dunia).
     
    Dengan tutupan hutan yang luas dan keragaman bioma, dari hutan hujan tropis hingga savana, Brasil memegang peran besar dalam menjaga biodiversitas global dan régulasi iklim.
     
    3. Kanada
    Hutan Kanada yang didominasi hutan boreal, mencapai sekitar 368.819.000 hektar (9 persen dari hutan dunia). Hutan ini vital bagi penyimpanan karbon serta habitat satwa khas utara, dari rusa kutub sampai burung migran.
     
    Kondisi tanah dan iklim Kanada membuat hutannya berbeda dibandingkan wilayah tropis. Kendati demikian, fungsi hutan Kanada sama pentingnya dalam menjaga ekosistem global.
     
    4. Amerika Serikat
    Amerika Serikat memiliki sekitar 308.895.000 hektar hutan (7 persen dari hutan dunia), mencakup berbagai jenis hutan dari wilayah boreal Alaska hingga hutan hujan di Pacific Northwest dan hutan temperate di berbagai wilayah.
     
    Luas ini menjadikan Amerika Serikat sebagai salah satu kontributor besar penyerapan karbon global, meskipun tekanan deforestasi dan pengelolaan hutan menjadi tantangan tersendiri.
     

     
    5. Cina
    China memiliki sekitar 227.153.000 hektar area berhutan (5 persen dari hutan dunia), yang menjadikannya sebagai salah satu kontribusi besar terhadap tutupan hutan Asia.
     
    Tak hanya itu, negara ini dalam beberapa dekade terakhir juga gencar melakukan reforestasi dan restorasi hutan, sebagai upaya mengurangi degradasi lingkungan, polusi udara, dan erosi tanah.
     
    Indonesia di Peringkat Berapa?
    Masih dari sumber yang sama, Indonesia berada di peringkat 8 dalam daftar negara dengan hutan terluas di dunia. Indonesia menyumbang 2 persen dari total hutan dunia, yakni seluas 95.969.000 hektar.
     
    Hutan hujan tropis di Indonesia tersebar di Sumatra, Kalimantan, Papua, dan pulau-pulau lain. Dengan keanekaragaman hayati yang luar biasa, hutan Indonesia menjadi salah satu paru-paru kehidupan paling penting bagi Asia dan dunia.

    Sayangnya, meski memiliki hutan tropis yang cukup luas, Indonesia masih bergulat dengan deforestasi dan perubahan tata guna lahan. Kedua ancaman itu berpengaruh besar terhadap kualitas lingkungan dan habitat satwa.

     

    Jakarta: Hutan memiliki peran vital bagi dunia, seperti menjaga keanekaragaman hayati, mengatur iklim, hingga menyediakan sumber daya. Pada tahun 2025, hutan dunia tercatat mencapai 4,1 miliar hektar atau 32 persen dari total daratan di dunia.
     
    Menurut data terbaru dari Food and Agriculture Organization (FAO) dalam “Global Forest Resources Assessment 2025”, sebagian besar luas hutan dunia terkonsentrasi di sejumlah negara besar.
     
    Lantas, negara mana saja yang mempunyai hutan paling luas? Berikut datanya menurut Global Forest Resource:
     

    1. Rusia

    Rusia menduduki peringkat teratas dengan hutan seluas 832.630.000 hektar atau 20 persen dari total hutan dunia. Hutan ini sebagian besar adalah hutan boreal (taiga), meliputi pohon pinus, spruce, dan larch.
     
    Wilayah hutan di Rusia sangat luas, dari Eropa ke Asia, dan berfungsi sebagai carbon sink raksasa atau penyerap karbon penting untuk stabilitas iklim bumi.
     

     

    2. Brasil

    Brasil, rumah bagi sebagian besar hutan hujan tropis Amazon, menyumbang hutan seluas sekitar 486.087.000 hektar (12 persen dari hutan dunia).
     
    Dengan tutupan hutan yang luas dan keragaman bioma, dari hutan hujan tropis hingga savana, Brasil memegang peran besar dalam menjaga biodiversitas global dan régulasi iklim.
     

    3. Kanada

    Hutan Kanada yang didominasi hutan boreal, mencapai sekitar 368.819.000 hektar (9 persen dari hutan dunia). Hutan ini vital bagi penyimpanan karbon serta habitat satwa khas utara, dari rusa kutub sampai burung migran.
     
    Kondisi tanah dan iklim Kanada membuat hutannya berbeda dibandingkan wilayah tropis. Kendati demikian, fungsi hutan Kanada sama pentingnya dalam menjaga ekosistem global.
     

    4. Amerika Serikat

    Amerika Serikat memiliki sekitar 308.895.000 hektar hutan (7 persen dari hutan dunia), mencakup berbagai jenis hutan dari wilayah boreal Alaska hingga hutan hujan di Pacific Northwest dan hutan temperate di berbagai wilayah.
     
    Luas ini menjadikan Amerika Serikat sebagai salah satu kontributor besar penyerapan karbon global, meskipun tekanan deforestasi dan pengelolaan hutan menjadi tantangan tersendiri.
     

     

    5. Cina

    China memiliki sekitar 227.153.000 hektar area berhutan (5 persen dari hutan dunia), yang menjadikannya sebagai salah satu kontribusi besar terhadap tutupan hutan Asia.
     
    Tak hanya itu, negara ini dalam beberapa dekade terakhir juga gencar melakukan reforestasi dan restorasi hutan, sebagai upaya mengurangi degradasi lingkungan, polusi udara, dan erosi tanah.
     

    Indonesia di Peringkat Berapa?

    Masih dari sumber yang sama, Indonesia berada di peringkat 8 dalam daftar negara dengan hutan terluas di dunia. Indonesia menyumbang 2 persen dari total hutan dunia, yakni seluas 95.969.000 hektar.
     
    Hutan hujan tropis di Indonesia tersebar di Sumatra, Kalimantan, Papua, dan pulau-pulau lain. Dengan keanekaragaman hayati yang luar biasa, hutan Indonesia menjadi salah satu paru-paru kehidupan paling penting bagi Asia dan dunia.
     
    Sayangnya, meski memiliki hutan tropis yang cukup luas, Indonesia masih bergulat dengan deforestasi dan perubahan tata guna lahan. Kedua ancaman itu berpengaruh besar terhadap kualitas lingkungan dan habitat satwa.
     
     

    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News

    (PRI)

  • Imigrasi Jaksel Dorong Transformasi Digital, PNBP Capai 169,81% di 2025

    Imigrasi Jaksel Dorong Transformasi Digital, PNBP Capai 169,81% di 2025

    Jakarta

    Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Non TPI Jakarta Selatan terus mendorong transformasi digital keimigrasian guna menghadirkan pelayanan publik yang modern, transparan, dan berorientasi pada pelayan masyarakat. Sepanjang 2025, Imigrasi Jaksel merealisasikan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar 169,81 persen.

    “Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Non TPI Jakarta Selatan berhasil merealisasikan Penerimaan Negara Bukan Pajak sebesar Rp224.706.745.336 atau 169,81 persen dari target PNBP 2025 sebesar Rp132.330.900.000. Capaian tersebut mencerminkan efektivitas transformasi digital layanan keimigrasian serta meningkatnya kepercayaan masyarakat,” pernyataan Imigrasi Jaksel dalam keterangannya, Rabu (10/12/2025).

    Sejauh ini, Imigrasi Jaksel mengembangkan sejumlah inovasi digital unggulan. Beberapa inovasinya di antaranya:

    1. SI SULTAN SHARING yang merupakan sarana penyebaran informasi keimigrasian dengan UP PMPTSP Kota Administrasi Jakarta Selatan terintegrasi;
    2. SIMPLE (South Jakarta Immigration Stay Permit Lounge) di Mal Pelayanan Publik (MPP) Jakarta Selatan, yang mempermudah layanan izin tinggal khususnya bagi investor dan pemegang Golden Visa;
    3. Aplikasi SULTAN PRIMA sebagai sistem pendukung kinerja internal berbasis data
    terintegrasi;
    4. WASPADA (Web Application Sistem Peta Digital Orang Asing) yakni aplikasi pemetaan digital orang asing secara real-time untuk memperkuat pengawasan berbasis data;
    5. Dual Monitor Service yakni inovasi transparansi proses input dan verifikasi data layanan paspor dan izin tinggal;
    6. Immigration Lounge Kebayoran Park Mall, unit layanan keimigrasian di pusat perbelanjaan yang diresmikan langsung oleh Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan. Republik Indonesia, untuk mendekatkan layanan kepada masyarakat secara lebih nyaman dan mudah diakses

    Sepanjang tahun 2025, Kantor Imigrasi Jakarta Selatan mencatat sejumlah capaian layanan, di antaranya penerbitan Paspor RI sebanyak 151.014 paspor, terdiri dari paspor elektronik, dan paspor polikarbonat; serta Layanan Eazy Passport sebanyak 23 kegiatan, dengan total 2.408 pemohon, sebagai bagian dari pelayanan jemput bola kepada masyarakat dan instansi.

    Terkait layanan izin tinggal Warga Negara Asing, tercatat Imigrasi Jaksel menerbitkan izin tinggal 79.996 dokumen dan perpanjangan izin tinggal sebanyak 23.431 dokumen.

    Foto: Konferensi pers Imigrasi Jaksel (dok istimewa)

    Dari penerbitan dokumen itu, di antaranya Izin Tinggal Kunjungan (penerbitan 68.087 dokumen, perpanjangan 8.040 dokumen), Izin Tinggal Terbatas (penerbitan 9.899 dokumen, perpanjangan 15.124 dokumen), dan Izin Tinggal Tetap (penerbitan 10 dokumen, perpanjangan 307 dokumen).

    Kemudian, Imigrasi Jaksel juga melayani 247 permohonan Affidavit, 4.394 permohonan Exit Permit Only (EPO), dan 2.142 permohonan Exit Re-entry Permit (ERP) tidak kembali.

    “Lima kewarganegaraan terbanyak penerbitan izin tinggal, yakni berasal dari China, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, dan India, dengan konsentrasi WNA terbanyak berada di wilayah Kebayoran Baru, Setiabudi, Tebet, Kebayoran Lama, dan Cilandak,” sambungnya.

    Di bidang pengawasan dan penindakan, sepanjang tahun 2025, Imigrasi Jaksel
    telah melaksanakan 129 kegiatan pengawasan keimigrasian, 166 tindakan administratif keimigrasian, 11 penindakan pro justitia, serta 166 tindakan deportasi terhadap Warga Negara Asing. Selain itu, melalui operasi gabungan pengawasan orang asing di sejumlah lokasi strategis, ada 35 WNA yang diamankan usai terbukti melakukan pelanggaran, dengan jenis pelanggaran terbanyak berupa kegiatan tidak sesuai izin tinggal, mengganggu ketertiban umum, overstay, serta pelanggaran administratif lainnya.

    Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Non TPI Jakarta Selatan, Bugie Kurniawan, menyampaikan transformasi digital yang dilaksanakan sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto yang diimplementasikan melalui Panca Carana Laksya Imigrasi, serta berlandaskan perintah harian Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, Agus Andrianto dan Core Value PRIMA.

    “Transformasi digital kami maknai sebagai perubahan menyeluruh, tidak hanya pada sistem teknologi, tetapi juga pada pola kerja, budaya organisasi, serta cara menghadirkan layanan keimigrasian yang transparan, humanis, dan akuntabel,” ujar Bugie.

    Ke depan, Imigrasi Jaksel berkomitmen untuk terus memperkuat digitalisasi layanan, inovasi berbasis data, serta sinergi dengan pemerintah daerah, pemangku kepentingan, dan media massa dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, iklim investasi, dan peningkatan kualitas pelayanan publik di bidang keimigrasian.

    Halaman 2 dari 2

    (isa/imk)

  • Novelty Danantara dan Redesain Kekuasaan Ekonomi Negara

    Novelty Danantara dan Redesain Kekuasaan Ekonomi Negara

    Jakarta

    Sudah hampir satu tahun sejak Danantara dibentuk sebagai superholding BUMN yang mengonsolidasikan lebih dari 14.000 triliun rupiah aset strategis negara.

    Sejak awal, ia memantik perdebatan tajam: apakah ini terobosan besar menuju kemandirian ekonomi, atau langkah yang justru menimbulkan kecemasan baru tentang dominasi negara di pasar?

    Perdebatan itu wajar, terutama ketika sebuah institusi baru muncul dengan kekuatan modal yang sangat besar, mandat yang luas, dan implikasi jangka panjang yang belum sepenuhnya terbaca.

    Namun, inti pertanyaan sesungguhnya lebih dalam. Apa sebenarnya yang hendak dipecahkan oleh Danantara? Dan apa yang menjadikan kehadirannya berbeda dari kebijakan-kebijakan ekonomi negara sebelumnya?

    Bergerak dari Model Regulator ke Model Investor Negara

    Selama beberapa dekade, negara hadir terutama sebagai regulator dan fasilitator pasar. Peran itu berjalan berdampingan dengan kenyataan bahwa penguasaan aset strategis tersebar di puluhan BUMN yang beroperasi sendiri tanpa koordinasi yang kuat.

    Fragmentasi ini menciptakan berbagai persoalan klasik yang terus berulang, mulai dari lemahnya daya saing global, tumpang tindih program, hingga inefisiensi struktural yang menghambat industrialisasi.

    Di tengah lanskap ekonomi global yang hari ini semakin keras dengan fragmentasi rantai pasok, perebutan energi, persaingan teknologi antara Amerika Serikat dan Tiongkok, serta arus modal yang bergerak begitu cepat, Indonesia membutuhkan arsitektur baru agar tidak hanya menjadi pasar, tetapi juga aktor yang diperhitungkan.

    Di sinilah novelty pertama Danantara tampak dengan jelas. Untuk pertama kalinya Indonesia bergerak keluar dari pola lama negara sebagai regulator pasif menuju model baru negara sebagai investor aktif yang mengelola portofolio strategis secara terintegrasi.

    Langkah ini menempatkan Indonesia sejajar dengan negara yang lebih dahulu mengembangkan model serupa seperti Tiongkok, Singapura, Uni Emirat Arab, atau Norwegia.

    Danantara tidak hanya menyatukan kepemilikan negara atas bank besar, perusahaan energi, telekomunikasi, dan mineral strategis. Lebih dari itu, ia menciptakan satu entitas yang memiliki kemampuan merancang strategi investasi lintas sektor, mengambil risiko jangka panjang, dan menata ulang struktur ekonomi nasional dengan visi yang lebih menyeluruh.

    Kemampuan seperti ini tidak mungkin muncul dari kementerian atau BUMN yang bekerja sendiri. Setiap institusi punya batasan birokratis, orientasi jangka pendek, dan struktur keuangan yang tidak selalu mampu menanggung risiko besar.

    Danantara hadir untuk mengisi ruang itu, membawa cara kerja baru yang memungkinkan negara melakukan koordinasi investasi secara terpadu dan terarah.

    Transformasi ini menjadi lebih relevan ketika kita melihat keterbatasan instrumen pembangunan tradisional. APBN sudah berada pada batas kemampuan optimalnya dalam membiayai agenda transformasi besar seperti hilirisasi industri, digitalisasi ekonomi, dan ketahanan energi.

    Pada saat yang sama, jumlah uang beredar nasional telah mencapai hampir sepuluh ribu triliun rupiah, angka yang menunjukkan besarnya potensi modal domestik yang selama ini bekerja tanpa arah strategis negara.

    Dalam kondisi seperti itu, negara membutuhkan mekanisme untuk masuk ke pasar modal domestik maupun global tidak sebagai pemungut pajak atau pembuat regulasi semata, tetapi sebagai pemain yang mampu menggerakkan investasi.

    Danantara adalah mekanisme baru itu. Ia memberi negara kesempatan untuk membiayai agenda industrialisasi dan pembangunan jangka panjang tanpa membebani fiskal secara langsung.

    Dengan struktur yang lebih fleksibel dan kemampuan memobilisasi modal melalui skema investasi, Danantara menjembatani kebutuhan antara pembangunan yang semakin kompleks dan kapasitas fiskal yang tidak dapat terus diperluas tanpa batas.

    Dengan demikian, kehadiran Danantara bukan hanya soal konsolidasi kelembagaan, tetapi merupakan desain ulang peran negara dalam ekonomi. Ia menggeser paradigma pembangunan dari pembelanjaan berbasis anggaran menuju investasi berbasis kekuatan portofolio nasional.

    Dan inilah yang menjadi titik pembeda paling penting sekaligus keunikan dari Danantara dalam sejarah kebijakan ekonomi Indonesia.

    Menjawab Tantangan Klasik

    Studi-studi makroekonomi selama beberapa dekade terakhir menunjukkan satu pola yang berulang pada banyak negara berkembang. Modal domestik sebenarnya tersedia, kadang bahkan sangat besar, tetapi sulit diubah menjadi investasi yang benar-benar produktif.

    Situasi ini bukan disebabkan oleh kurangnya dana, melainkan oleh berbagai hambatan klasik yang terus membayangi. Kapasitas perencanaan proyek sering lemah, koordinasi antar kementerian berjalan lambat dan tidak sinkron, mekanisme pengadaan tidak seragam, dan proses politik kerap masuk terlalu jauh sehingga keputusan ekonomi tidak lagi rasional.

    Dari kombinasi persoalan itu lahirlah apa yang disebut banyak ahli sebagai public investment paradox, ketika anggaran pembangunan meningkat tetapi kualitas proyek justru stagnan atau bahkan menurun.

    Dalam konteks inilah novelty kedua Danantara menjadi relevan. Dengan struktur yang berorientasi pada prinsip investasi pasar dan bukan mekanisme birokrasi, Danantara mencoba keluar dari perangkap pengeluaran publik tradisional yang selama ini sulit dibenahi.

    Keputusan investasi dirancang berada di tangan dewan independen dan para profesional keuangan yang memiliki perspektif jangka panjang, bukan pejabat yang terikat siklus anggaran tahunan atau tekanan politik harian.

    Dengan kata lain, Danantara berusaha memutus mata rantai antara keputusan penanaman modal dan intervensi birokratis yang selama ini sering menjadi sumber pemborosan dan inefisiensi.

    Literatur internasional memang mencatat bahwa sovereign wealth fund domestik seringkali menghadapi risiko besar, terutama risiko elite capture dan campur tangan politik yang menyusup ke dalam keputusan investasi.

    Namun, desain Danantara mencoba menjawab tantangan tersebut melalui struktur tata kelola yang menggabungkan beberapa praktik terbaik internasional. Salah satunya adalah mekanisme investasi bersama dengan investor global untuk memastikan validasi pasar yang obyektif terhadap setiap keputusan.

    Porsi instrumen syariah yang masih di bawah lima persen dalam portofolio Danantara menunjukkan adanya ruang besar yang belum tergarap. Kondisi ini membuka peluang untuk memperluas peran instrumen syariah dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.

    Dengan kemampuan menghimpun modal dan menyalurkannya ke sektor prioritas seperti pangan halal, energi hijau, logistik halal, kawasan industri syariah, serta pembiayaan UMKM produktif. Danantara berpotensi mengoreksi ketimpangan antara besarnya potensi pasar halal Indonesia dan kapasitas produksinya yang masih terbatas.

    Sinergi kedua agenda ini membuka ruang transformasi yang lebih terarah. Reindustrialisasi membutuhkan pembiayaan yang stabil dan jangka panjang, sementara ekonomi syariah membutuhkan institusi yang dapat mendorong investasi produktif dalam ekosistem halal.

    Jika Danantara mampu menyeimbangkan keduanya, Indonesia tidak hanya memperkuat posisi sebagai pusat ekonomi syariah global, tetapi juga membangun fondasi industri yang lebih kuat, berkelanjutan, dan inklusif.

    Novelty Danantara, dalam konteks ini, bukan hanya soal besarnya skala aset, tetapi tentang kemampuan menghubungkan dua mesin pertumbuhan yang selama ini tidak terintegrasi.

    Menuju Demokrasi Ekonomi yang Seimbang

    Di dalam kerangka novelty danantara dan redesain kekuasaan ekonomi negara, pertanyaan paling mendasarnya bukan lagi sekadar berapa besar aset yang dikelola negara atau seberapa luas mandat Danantara dijalankan.

    Tetapi sesuatu yang jauh lebih filosofis dan menentukan, yaitu apakah Indonesia siap memasuki fase baru demokrasi ekonomi, sebuah fase di mana negara membangun kekuatan tanpa melahirkan dominasi dan pasar bergerak dinamis tanpa menyingkirkan kepentingan publik?

    Novelty Danantara terletak pada reposisi radikal negara dalam arsitektur ekonomi. Untuk pertama kalinya sejak Reformasi, negara kembali memiliki ruang strategis untuk menjadi economic orchestrator tanpa harus jatuh pada pendekatan sentralistik ala masa lalu.

    Danantara menciptakan model baru relasi kekuasaan ekonomi di mana negara tidak lagi hanya regulator tetapi juga investor, katalis, dan arsitek jangka panjang pembangunan industri. Namun kemampuan ini hanya akan memperkuat Indonesia jika diiringi tata kelola yang kuat dan independen.

    Tanpa benteng itu, desain besar ini mudah tergerus oleh tarik menarik kepentingan politik jangka pendek yang kerap menghambat konsistensi pembangunan.

    Di sisi lain, Danantara membuka peluang yang sangat besar. Ia dapat menjadi sarana negara untuk memperkuat kedaulatan ekonomi, mengonfigurasi ulang rantai pasok industri strategis, serta memperluas ruang bagi modal jangka panjang masuk ke sektor manufaktur, digital, dan energi baru.

    Ia memungkinkan demokrasi ekonomi bergerak dari sekadar pembagian anggaran menuju konsolidasi kekuatan produktif nasional. Di sinilah makna novelty itu bekerja karena Danantara bukan pengulangan dari model BUMN lama, melainkan percobaan institusional baru yang menempatkan negara sebagai pemain utama dalam orbit kapitalisme global kontemporer.

    Namun keberhasilan novelty ini bergantung pada dua faktor penentu. Pertama, sejauh mana desain tata kelola Danantara dapat dijaga dari distorsi kepentingan politik jangka pendek yang selama ini sering merusak institusi pembangunan.

    Kedua, sejauh mana publik, akademisi, media, dan masyarakat sipil mampu mengawasi Danantara dengan cermat. Novelty tidak akan bermakna jika institusi ini gagal tumbuh menjadi entitas yang profesional, mandiri, dan berorientasi jangka panjang.

    Demokrasi ekonomi yang sehat tidak hanya menuntut negara yang kuat, tetapi juga masyarakat yang kritis dan waspada. Karena itu Danantara tidak boleh diperlakukan sebagai tujuan akhir pembangunan, melainkan sebagai instrumen.

    Kekuatan strategisnya bukan terletak pada ukuran aset yang dikuasai tetapi pada bagaimana aset itu digunakan untuk memperkuat kapasitas produksi nasional, memperluas kesempatan kerja yang berkualitas, mengurangi ketimpangan, dan menciptakan kedaulatan ekonomi yang lebih tahan terhadap tekanan eksternal.

    Dalam pengertian ini, novelty Danantara bukan hanya inovasi kelembagaan tetapi juga inovasi cara berpikir tentang masa depan pembangunan Indonesia.

    Jika keseimbangan ini mampu dijaga, maka Danantara dapat menjadi tonggak awal bagi babak baru pembangunan nasional. Sebuah babak ketika Indonesia tidak lagi sekadar mengikuti arus ekonomi global, tetapi mulai menentukan arah dan ritmenya sendiri.

    Novelty Danantara pada akhirnya adalah kesempatan sejarah yang sangat langka. Apakah ia akan menjadi lompatan peradaban atau justru berubah menjadi institusi besar yang terseret dinamika politik harian? Semua itu sangat bergantung pada keputusan yang kita buat hari ini sebagai bangsa.

    Arief Poyuono, Komisaris Pelindo

    (akd/ega)

  • Paradoks Diplomasi: Keraguan Manfaatkan Solidaritas Global Saat Bencana

    Paradoks Diplomasi: Keraguan Manfaatkan Solidaritas Global Saat Bencana

    Paradoks Diplomasi: Keraguan Manfaatkan Solidaritas Global Saat Bencana
    Dosen Hubungan International Universitas Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta
    BENCANA
    banjir dan longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, yang telah merenggut lebih dari 900 jiwa, menggugah perhatian dunia untuk memberikan bantuan.
    Malaysia dan China menjadi dua negara pertama yang menyalurkan bantuan ke Aceh. Seperti dinyatakan Gubernur Aceh, Muzakir Manaf atau Mualem, bantuan tersebut diterima tanpa hambatan dan tidak ada alasan untuk mempersulit pihak yang ingin menolong. (
    Kompas
    , 8/12/2025)
    Pernyataan Gubernur Aceh ini menarik karena muncul di tengah kabar adanya resistensi dari sebagian pihak terkait masuknya bantuan asing.
    Kesan adanya keraguan ini menunjukkan bahwa persoalan kemanusiaan di Indonesia masih sering dipandang melalui kacamata kecurigaan geopolitik.
    Pertanyaannya adalah apakah menolak bantuan merupakan pilihan diplomatik yang tepat ketika rakyat sedang membutuhkan?
    Jawabannya tidak sesederhana hitam-putih. Namun, pengalaman Indonesia menunjukkan bahwa keterbukaan justru dapat menjadi kekuatan, bukan kelemahan, seperti yang terjadi pada penanganan tsunami 2004.
    Ketika tsunami 2004 menghancurkan Aceh dan sebagian Sumatera Utara, pemerintah kala itu membuat keputusan berani dengan membuka pintu selebar-lebarnya bagi
    bantuan internasional
    .
    Lebih dari 50 negara, ratusan lembaga asing, dan ribuan relawan masuk ke Aceh dalam waktu singkat.
    Bantuan kemanusiaan tersebut bukan sekadar teknis, melainkan juga wujud diplomasi yang mencerminkan kedewasaan suatu negara dalam membangun kepercayaan internasional (
    international trust-building
    ).
    Bantuan internasional waktu itu tidak hanya mempercepat penyelamatan dan pemulihan, tetapi juga membuka ruang dialog politik yang pada akhirnya turut berkontribusi terhadap proses perdamaian Aceh melalui MoU Helsinki tahun 2005.
    Inilah contoh klasik dari apa yang dalam kajian hubungan internasional disebut
    disaster diplomacy,
    yaitu bagaimana bencana dapat membuka jalan bagi stabilitas, kerja sama, dan diplomasi konstruktif.
    Tsunami 2004 menjadi tonggak bagi pembentukan UU 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana dan BNPB, yang kini menjadi instrumen diplomasi teknis Indonesia dalam forum global.
    Indonesia bahkan menjadi pemimpin ASEAN dalam ASEAN Agreement on Disaster Management and Emergency Response (AADMER) dan siap mengirim, menerima, serta mengoordinasikan bantuan lintas negara.
    Dengan kata lain, menerima bantuan bukan ancaman bagi kedaulatan, melainkan bagian dari arsitektur diplomasi modern yang justru memperkuat posisi Indonesia di dunia.
    Bahwa ada kekhawatiran tentang intervensi, pengaruh politik, atau agenda terselubung merupakan sesuatu yang wajar. Namun, hal tersebut tidak boleh menjadi satu-satunya lensa membaca situasi.
    Diplomasi yang dewasa bukan diplomasi yang curiga pada setiap uluran tangan, melainkan diplomasi yang tahu kapan harus menjaga jarak dan kapan harus membuka pintu.
    Negara-negara yang matang secara diplomatik seperti Jepang, Turkiye, ataupun Australia rutin menerima bantuan internasional ketika menghadapi bencana besar tanpa merasa reputasi atau kedaulatannya menurun.
    Mereka memahami prinsip dasar yang berlaku di PBB dan ASEAN karena bantuan kemanusiaan bersifat netral, tidak mengikat, dan tidak mengurangi kontrol negara penerima.
    Indonesia sebagai negara yang diperhitungkan di kawasan seharusnya memiliki kepercayaan diri yang sama.
    Diplomasi yang kuat tidak tercermin dari kemampuan menolak, tetapi dari kemampuan mengatur, mengawasi, dan mengarahkan bantuan internasional agar tetap sesuai kebutuhan nasional.
    Dalam berbagai forum global, Indonesia selalu menempatkan diri sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Prinsip ini sejalan dengan sila ke-2 Pancasila, yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
    Konsistensi prinsip ini diuji bukan hanya ketika Indonesia mengirim bantuan ke luar negeri, tetapi juga ketika Indonesia menerima bantuan dari negara lain.
    Sikap defensif berlebihan justru menciptakan paradoks diplomasi. Indonesia ingin diakui sebagai bagian dari komunitas internasional, tetapi ragu memanfaatkan solidaritas global saat bencana.
    Bantuan Malaysia dan China dalam situasi ini adalah ekspresi solidaritas yang apabila dikelola dengan transparan dan terkoordinasi dapat memperkuat hubungan bilateral, memperdalam kerja sama, sekaligus menguatkan citra Indonesia sebagai negara yang matang dan percaya diri.
    Apalagi bila dibandingkan sebelum tsunami 2004, Indonesia hari ini memiliki kapasitas penanggulangan bencana yang jauh lebih baik.
    Dengan kehadiran BNPB, Badan SAR Nasional, dan sistem komando terpadu, Indonesia sepenuhnya mampu menentukan batas, ruang gerak, dan bentuk bantuan yang dibutuhkan.
    Dalam kerangka diplomasi, ini disebut
    controlled openness,
    yaitu keterbukaan yang tetap dalam kendali negara.
    Maka, yang diperlukan bukanlah penolakan, melainkan mekanisme diplomatik yang rapi, meliputi prosedur gerbang tunggal (
    single gate policy
    ) bagi bantuan asing, pengawasan ketat lintas kementerian, transparansi publik, dan pemetaan kebutuhan yang jelas sehingga bantuan benar-benar efektif.
    Dengan mekanisme ini, bantuan internasional tetap berada di bawah kedaulatan Indonesia, sekaligus menjaga kredibilitas diplomasi kita di mata dunia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Daftar Perusahaan yang Disegel, Diduga Picu Banjir di Sumatera

    Daftar Perusahaan yang Disegel, Diduga Picu Banjir di Sumatera

    Jakarta

    Kementerian Lingkungan Hidup (LH) melaporkan terdapat empat perusahaan disegel karena diduga menjadi penyebab bencana banjir di Sumatera. Keempat perusahaan tersebut beroperasi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Toru.

    Keempat perusahaan itu antara lain PT Perkebunan Nusantara III (Persero), Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Toru yang dioperasikan oleh PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE), PT Agincourt Resource, dan PT Sago Nauli.

    Wakil Menteri Lingkungan Hidup (LH), Diaz Hendropriyono mengatakan, keempat perusahaan tersebut sudah dipasang segel Papan Pengawasan dan PPLH Line. Proses penyegelan dilakukan secara bertahap sejak Jumat (5/12/2025) dan terakhir dilakukan pada Minggu (7/12/2025).

    “Hari Jumat 5 Desember, PTPN 3, PLTA Batang Toro yang dioperasionalkan oleh PT NSHE, dan ada PT Agincourt juga (disegel). Hari Minggu 7 Desember, PT Sago Nauli (disegel),” kata Diaz kepada wartawan, Selasa (9/12/2025) dilansir dari detikNews.

    Secara keseluruhan, Kementerian LH melakukan pemanggilan terhadap 8 perusahaan. Dari jumlah tersebut, empat perusahaan telah diperiksa kemarin dan disegel, sedangkan sisanya menyusul.

    Berikut profil keempat perusahaan tersebut:

    1. PT Perkebunan Nusantara III (Persero)

    PT Perkebunan Nusantara III (Persero) atau PTPN III merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Holding Perkebunan yang bergerak di bidang pengelolaan, pengolahan dan pemasaran hasil komoditas perkebunan.

    Mengutip dari laman resmi perusahaan, PTPN III memiliki luas area lahan 1.181.751,03 Hektare (Ha). Adapun total area yang ditanami milik PTPN sebesar 817.536 Ha, terdiri dari komoditi kelapa sawit, karet, teh, tebu, kopi, kakao, tembakau, kayu dan hortikultura.

    Kelapa sawit merupakan komoditas utama dengan luasan 733.378 ha yang terdiri atas 560.078 ha kebun sendiri dan 202.210 ha plasma. Perkebunannya tersebar di seluruh Indonesia melalui anak usaha Perkebunan Nusantara Grup.

    PTPN III terbentuk sebagai holding berdasarkan pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 72 Tahun 2014 tentang penambahan penyertaan modal negara ke PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III.

    Aturan ini berisi langkah restrukturisasi holding BUMN perkebunan, mengalihkan saham mayoritas pemerintah di PTPN I, II, IV-XIV menjadi 10% kepemilikan, dan menjadikan PTPN III sebagai induk holding dengan penyertaan modal negara yang jauh lebih besar.

    2. PLTA Batang Toru

    Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Toru merupakan sebuah proyek Independent Power Producer (IPP) dengan kapasitas 510 megawatt (MW) di Sungai Batangtoru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.

    Berdasarkan berbagai sumber, PLTA Batang Toru dioperasikan oleh Perusahaan PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE). Proyek ini merupakan PLTA run-of-river terbesar di Sumatera, direncanakan selesai 2025 dan beroperasi 2026.

    Dampak pembangunan PLTA Batang Toru diperkirakan akan menyedot ribuan tenaga kerja. Selain itu, pembangkit listrik berkapasitas 510 MW ini, akan berkontribusi sekitar 15% pada beban puncak Sumatera Utara dan menjadi pengganti sumber listrik yang berasal dari diesel maupun gas.

    Kepemilikan saham perusahaan patungan NSHE, antara lain PT Dharma Hydro Nusantara (DHN) sebesar 52,82%, PT Pembangkitan Jawa Bali Investasi (PJBI) 25%, dan Fareast Green Energy Pts Ltd (Singapura) sebesar 22,18%. Struktur ini melibatkan pemain lokal dan internasional, dengan keterlibatan Bank of China sebagai investor.

    3. PT Agincourt Resource

    PT Agincourt Resources (PTAR) adalah perusahaan tambang yang bergerak dalam kegiatan eksplorasi, penambangan, dan pengolahan mineral menjadi emas dan perak batangan. Perusahaan mengoperasikan Tambang Emas Martabe di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.

    PTAR saat ini dimiliki oleh PT Danusa Tambang Nusantara (95%) dan sisanya pemerintah daerah. Adapun PT Danusa Tambang Nusantara sendiri adalah anak usaha PT Pamapersada Nusantara dan PT United Tractors Tbk, member of Astra.

    Mengutip laman resmi perusahaan, Tambang Emas Martabe, beroperasi di lahan seluas 646,08 hektar per Desember 2024. Sejak produksi dimulai pada 24 Juli 2012, tambang ini telah memproses lebih dari 6 juta ton bijih setiap tahunnya, menghasilkan lebih dari 200.000 ons emas dan 1-2 juta ons perak setiap tahunnya.

    Tambang Emas Martabe beroperasi berdasarkan Kontrak Karya (KK) berdurasi 30 tahun dengan Pemerintah Indonesia. Luas wilayah konsesi awalnya 6.560 km² pada tahun 1997, dan telah diperluas menjadi 130.252 hektar (1.303 km²), meliputi Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, dan Mandailing Natal.

    Pada Juni 2025, sumber daya mineral tambang tersebut diperkirakan sebesar 6,4 juta ons emas dan 58 juta ons perak, sementara cadangan bijih dihitung sebesar 3,56 juta ons emas dan 31 juta ons perak.

    Kegiatan eksplorasi untuk mengidentifikasi sumber daya dan cadangan tambahan terus dilakukan setiap tahun, tidak hanya di area Martabe, tetapi juga dilakukan pada area regional. Sepanjang tahun 2023, Perusahaan melakukan pengeboran 53.900 meter dengan biaya US$ 272 per meter.

    4. PT Sago Nauli

    PT Sago Nauli adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit perintis di Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara, yang beroperasi sejak 1997. Perusahaan dikenal dengan model kemitraan Pola Perkebunan inti Rakyat Transmigrasi (PIR-Trans).

    Mengutip laman resmi perusahaan, PT Sago Nauli memiliki kurang lebih sekitar 830 orang karyawan. Perusahaan mengelola 2.392 Ha kebun inti dan 6.114 Ha plasma melalui kemitraan dengan 7 KUD.

    Perusahaan juga memiliki Pabrik Kelapa Sawit yang berlokasi di Desa Sinunukan II, Kec Sinunukan, Kab Mandailing Natal yang hingga saat ini mengolah Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit dengan kapasitas 60 ton TBS/jam.

    Tidak begitu banyak informasi yang beredar tentang struktur manajemen perusahaan. Dalam unggahan akun Instagram resminya @sagonauli.official pada Desember 2024 silam, tercantum bahwa PT Sago Nauli dimiliki oleh Igansius Sago, sedangkan posisi Direktur Utama diisi oleh H Nur Kholis.

    Lihat juga Video: Operasional 4 Perusahaan Disetop Menyusul Temuan Kayu Banjir Sumatera

    (acd/acd)

  • 3 Proyek Strategis Jadi Fokus Kerja Sama Infrastruktur RI-China

    3 Proyek Strategis Jadi Fokus Kerja Sama Infrastruktur RI-China

    Jakarta, Beritasatu.com – Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo mengusulkan kerja sama infrastruktur antara pemerintah Indonesia dengan China, difokuskan pada tiga proyek utama.

    Hal ini disampaikan Dody saat menjadi Pembicara Kunci dalam seminar “The Indonesia-China Infrastructure Investment and Construction” yang berlangsung di Jakarta, Selasa (9/12/2025).

    Dody mengungkapkan, kerja sama Indonesia-China sudah berjalan selama 75 tahun sehingga kini semakin memasuki hubungan bilateral yang strategis. Untuk itu, Dody mengatakan kerja sama infrastruktur berdasarkan tiga pilar strategis yakni air, pangan, dan energi sebagai inti pembangunan.

    “Ketahanan air, pangan, dan energi bukan sekadar program teknis. Ini kebutuhan dasar bagi keberlanjutan bangsa. Karena itu, seluruh kolaborasi internasional harus selaras dengan arah tersebut,” tegas Dody melalui keterangan persnya, Selasa (9/12/2025).

    Dody mengungkapkan, dirinya mengusulkan tiga proyek utama yang nantinya menjadi titik fokus utama kerja sama Infrastruktur internasional tersebut. Adapun ketiganya yakni Bendungan Serbaguna Riam Kiwa, Bendungan Serbaguna Pelosika, dan Pembangunan Jalan Perbatasan Kalimantan.

    “Ketiga proyek ini sudah berada dalam tahap siap pembiayaan. Kami tidak lagi berbicara rencana, tetapi implementasi. Ini proyek jangkar untuk ketahanan air, irigasi, dan konektivitas nasional,” ucap Dody.

    Dalam penyampaiannya, Dody menekankan bahwa pembangunan infrastruktur tidak dapat hanya mengandalkan anggaran negara. Ia menegaskan perlunya memperluas partisipasi swasta melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).

    “Dalam pembangunan infrastruktur modern, sektor swasta harus menjadi bagian dari ekosistem. Proyek WTE (Manggar Waste-to-Energy di Balikpapan), PLTM (Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro di Way Sekampung, Tapin, Leuwikeris, Cipanas, dan Karalloe), dan konsesi tol (di Bali, Jawa Tengah, dan Jawa Barat) adalah contoh bagaimana model pembiayaan berlapis bisa berjalan,” terang dia.

    Selain itu, Dody di hadapan pejabat dan pemangku kepentingan kedua negara, menekankan bahwa Kementerian PU menjadi poros utama percepatan pembangunan strategis Indonesia, terutama dalam memastikan setiap kerja sama internasional sejalan dengan agenda ketahanan air, ketahanan pangan, dan ketahanan energi sebagaimana tercantum dalam Asta Cita dan kerangka PU608.

    “Kerja sama Indonesia-China dalam bidang infrastruktur kini memasuki fase yang semakin strategis. Selama 75 tahun hubungan diplomatik, kedua negara secara konsisten bekerja sama. Fondasi itulah yang memungkinkan pembangunan bersama terus berkembang,” pungkasnya.
     

  • Pembangkit Listrik Tenaga Surya Ubah Gurun Gobi Menjadi Lumbung Energi Hijau

    Pembangkit Listrik Tenaga Surya Ubah Gurun Gobi Menjadi Lumbung Energi Hijau

    Foto Bisnis

    Grandyos Zafna – detikFinance

    Selasa, 09 Des 2025 21:00 WIB

    Wuzhong – Barisan panel surya di Wuzhong, Ningxia, memanfaatkan lahan gurun Gobi untuk memproduksi energi bersih, menandai komitmen Cina mengembangkan industri hijau.

  • Pembeli Mobil Pertama Mulai Incar Mobil Listrik

    Pembeli Mobil Pertama Mulai Incar Mobil Listrik

    Jakarta

    Pembeli mobil pertama di China mulai mengincar mobil listrik. Harga yang murah jadi satu faktornya.

    Makin banyak pembeli mobil pertama di China yang menginginkan mobil listrik ketimbang mobil bensin. Dalam survei yang dilakukan Bloomberg Intelligence, harganya yang terjangkau, model makin beragam, seiring dengan makin banyaknya SPKLU, membuat mobil listrik makin menarik di mata pembeli mobil pertama.

    Dalam studi yang dilakukan pada November, dari 1.000 responden yang ingin membeli mobil dalam 12 bulan ke depan di China, 47 persen calon pembeli mobil pertama berencana untuk meminang mobil listrik. Angka ini tercatat naik 25 persen dari survei sebelumnya yang dilakukan pada Februari.

    Meskipun China merupakan pasar mobil listrik terbesar di dunia, namun keterjangkauan dan kinerja baterai juga bikin konsumen khawatir. Terlebih saat cuaca dingin. Kendati demikian, teknologi mobil listrik yang makin canggih, biaya perawatan makin rendah, serta adopsi platform yang memungkinkan pengisian daya lebih cepat, menjadi faktor pemikat bagi konsumen, demikian menurut survei tersebut.

    Dari segmen konsumen pemilik mobil, 52 persen responden mengatakan bahwa pembelian mobil berikutnya adalah berjenis EV. Angka tersebut naik 34 persen dibandingkan survei pada Februari.

    “Negara ini mengungguli Eropa dan AS dengan mobil listrik baterai yang harganya sudah setara dibandingkan mobil bensin, sementara minat konsumen yang kuat terhadap fitur teknologi canggih memberikan keunggulan bagi startup lokal dan raksasa teknologi Huawei Technologies dan Xiaomi dalam persaingan pasar yang ketat,” demikian ditulis analis Bloomberg Intelligence.

    Kendaraan energi baru, termasuk EV maupun hybrid, diprediksi untuk pertama kalinya akan menyumbang lebih dari setengah penjualan mobil baru di China. Lebih dari seperempatnya berupa mobil listrik bertenaga baterai.

    Di sisi lain, melambatnya penjualan seiring pemerintah mengurangi insentif bagi konsumen juga bikin kekhawatiran tersendiri terkait kesenjangan adopsi EV di kota besar dan kota kecil.

    (dry/din)