Negara: Republik Rakyat Cina

  • Canton Fair resmi dibuka, catat angka tertinggi ekshibitor dan pembeli

    Canton Fair resmi dibuka, catat angka tertinggi ekshibitor dan pembeli

    Guangzhou (ANTARA) – Pameran Impor dan Ekspor China (China Import and Export Fair) ke-138, yang juga dikenal sebagai Canton Fair, resmi dibuka pada Rabu (15/10), dengan jumlah peserta pameran mencatatkan rekor tertinggi 32.000.

    Dijadwalkan berlangsung dari 15 Oktober hingga 4 November di kota metropolitan Guangzhou di Provinsi Guangdong, China selatan, Canton Fair edisi kali ini juga membukukan rekor tertinggi dalam hal jumlah pembeli.

    Hingga Senin (13/10), lebih dari 240.000 pembeli dari 218 pasar ekspor telah melakukan prapendaftaran, yang mencerminkan peningkatan 10 persen dibandingkan dengan edisi sebelumnya.

    Di antara mereka, jumlah pembeli dari Uni Eropa, Amerika Serikat, serta negara-negara peserta Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra meningkat secara signifikan. Sementara itu, lebih dari 400 perusahaan pembeli terkemuka akan menghadiri pameran ini.

    Menurut survei yang dilakukan menjelang pameran ini, lebih dari 1 juta produk baru yang dikembangkan dalam setahun terakhir akan dipamerkan di pameran edisi kali ini, sementara sekitar 800.000 produk akan memulai debutnya di ajang tersebut.

    Edisi Canton Fair kali ini, untuk pertama kalinya, akan menampilkan zona medis pintar, yang menarik 47 perusahaan untuk memamerkan produk-produk seperti robot bedah, sistem pemantauan cerdas, dan perangkat yang dapat dikenakan (wearables).

    Canton Fair juga akan terus menampilkan zona robot layanan, yang menarik 46 pemain industri terkemuka, untuk memamerkan robot humanoid, robot anjing, dan inovasi lainnya.

    Didirikan pada 1957, Canton Fair digelar dua kali setahun. Pameran ini menjadi yang tertua di antara beberapa ajang perdagangan internasional komprehensif di China, serta disebut-sebut sebagai barometer perdagangan luar negeri China.

    Pewarta: Xinhua
    Editor: Ade irma Junida
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • HP Oppo Tak Laku, Penggantinya Mendadak Makin Laris Diserbu

    HP Oppo Tak Laku, Penggantinya Mendadak Makin Laris Diserbu

    Jakarta, CNBC Indonesia – Oppo kembali terlempar dari jejeran ‘Top 5’ pabrikan HP dengan pangsa pasar terbesar secara global di kuartal-III (Q3) 2025, menurut laporan firma riset IDC. 

    Laporan ini menandai terlemparnya Oppo dari posisi ‘Top 5’ pasar global selama dua kuartal berturut-turut. Sebelumnya, pada Q2 2025 di periode April-Juni, Oppo juga tak masuk daftar ‘Top 5’ versi IDC. 

    Padahal, pada laporan IDC untuk Q1 2025, Oppo masih bertengger di posisi ke-4, meski mencatat pertumbuhan minus 6,8% YoY.

    Untuk Q3 2025, ada tiga brand China yang masuk di jejeran ‘Top 5’. Masing-masing Xiaomi, Transsion (Itel, Tecno, Infinix), dan vivo. Masing-masing secara berurutan di urutan ke-3, ke-4, dan ke-5. 

    Bisa dibilang Transsion merupakan merek yang menggeser posisi Oppo. Pasalnya, pada laporan Q1 2025 ketika Oppo masih bertengger di jejeran ‘Top 5’, Transsion belum masuk dalam daftar. 

    Meski 3 brand China mendominasi daftar ‘Top 5’, tetapi posisi nomor 1 dan 2 dipegang raja HP premium, yakni Samsung dan Apple. 

    Foto: 5 Perusahaan Teratas, Pengiriman Smartphone di Seluruh Dunia, Pangsa Pasar, dan Pertumbuhan Tahun ke Tahun, Q3 2025. (Dok. IDC)
    5 Perusahaan Teratas, Pengiriman Smartphone di Seluruh Dunia, Pangsa Pasar, dan Pertumbuhan Tahun ke Tahun, Q3 2025. (Dok. IDC)

    Samsung berhasil membukukan pengapalan HP sebanyak 61,4 juta unit di Q3 2025 dengan pangsa pasar 19%. Pertumbuhannya signifikan, mencapai 6,3% secara tahun-ke-tahun.

    Sementara itu, Apple mengapalkan 58,6 juta unit iPhone pada periode yang sama dengan pangsa pasar 18,2%. Raksasa Cupertino ini berhasil mencatat pertumbuhan 2,9% YoY.

    Xiaomi yang berada di urutan ke-3 tercatat mengirimkan 43,5 juta unit HP, naik dari 42,8 juta unit pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara market share-nya turun tipis 13,6% menjadi 13,5% YoY. 

    IDC mengatakan Xiaomi mengkonsolidasikan pemulihan untuk pasar Eropa dan Amerika Latin. Ini dilakukan melalui seri Redmi Note dan Poco.

    Selanjutnya, Transsion di urutan ke-4 melakukan ekspansi yang cukup pesat untuk wilayah Afrika Utara dan Timur. Perusahaan memanfaatkan jaringan distribusi yang kuat dan portofolio pada segmen HP murah senilai di bawah US$200.

    Perusahaan yang memiliki merek Tecno, Itel dan Infinix mengirimkan 29,2 juta unit sepanjang Q3 2025. Angka itu bertambah dari Q3 2024 sebanyak 25,7 juta unit.

    Untuk market share, Transsion juga mengalami peningkatan, dari 8,2% tahun lalu menjadi 9% pada Q3 2025.

    Vivo yang berada di urutan ke-5 mendapatkan pangsa pasar pada beberapa negara berkembang. Menurut IDC capaian tersebut didukung pembaruan pada perangkat kelas menengah dengan fitur pencitraan yang disempurnakan dengan AI serta promosi online yang agresif.

    Vivo mencatat pengiriman 28,8 juta unit pada Q3 2025, atau naik dari 27 juta unit tahun lalu. Market share-nya tumbuh menjadi 8,9% dari sebelumnya 8,6%.

    Ketiga perusahaan juga masuk lima besar smartphone versi IDC pada kuartal II lalu. Namun peringkatnya berubah antara Vivo yang sebelumnya peringkat ke-4 dan Transsion di ranking ke-5.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Spesifikasi Jet Tempur China Chengdu J-10 yang Dipesan Indonesia

    Spesifikasi Jet Tempur China Chengdu J-10 yang Dipesan Indonesia

    Jakarta, CNBC Indonesia – Anggaran pembelian jet tempur buatan China, Chengdu J-10, sudah disetujui Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa. Ia mengatakan anggaran pembeliannya mencapai US$9 miliar atau sekitar Rp149 triliun.

    “US$9 miliar kalau nggak salah atau lebih. Saya lupa angkanya. Tapi sudah disetujui, jadi harusnya udah siap semua,” kata Purbaya ketika ditemui di Wisma Danantara, Rabu (15/10) kemarin.

    Jet tempur Chengdu J-10 di dunia barat kerap diistilahkan ‘Vigorous Dragon’. Mulanya, jet tempur ini dirancang sebagai jet air-superiority untuk China yang tangguh dalam keadaan dominasi penuh kekuatan udara, dikutip dari Military Factory, Kamis (16/10/2025).

    Hal ini memungkinkan China mampu mengendalikan langit dan melakukan misi udara seperti serangan atau pengintaian, dengan risiko dan perlawanan minim dari lawan.

    Namun, belakangan pemanfaatan Chengdu J-10 direvisi untuk segala cuaca, siang atau malam, dengan keunggulan pada bodinya yang ringan. Kekuatannya diklaim mirip dengan sistem generasi ke-4 milik Rusia dan Barat.

    Chengdu J-10 dirancang oleh Chengdu Aircraft Design Institute (CADI), yang merupakan institusi penelitian di bawah Chendu Aircraft Industry Corporation (CAIC).

    Jet tempur ini mengadopsi tata letak aerodinamis “delta-canard tanpa ekor”, yang awalnya dikembangkan untuk pesawat tempur J-9 yang dibatalkan. Pesawat ini memiliki permukaan kendali horizontal yang dimajukan menjadi canard di depan sayap.

    Saat pesawat melakukan pitch up, alih-alih mendorong ekor ke bawah yang mengurangi daya angkat keseluruhan, canard justru mengangkat hidung, sehingga meningkatkan daya angkat keseluruhan.

    Berkat karakteristik canard yang mampu menangkap aliran udara segar, alih-alih gelombang udara di belakang sayap utama, pesawat dapat mencapai kendali yang lebih baik dengan permukaan kendali yang lebih kecil, sehingga menghasilkan hambatan dan bobot yang lebih rendah.

    Dikutup dari Army Recognition, Kamis (16/10/2025), Chengdu J-10 ditenagai oleh satu mesin turbofan Lyulka-Saturn AL-31FN Rusia yang menghasilkan daya statis maksimum 11.700 kgf.

    Perbedaan paling signifikan antara AL-31FN dan AL-31F adalah susunan komponen dan mekanisme tertentu karena keterbatasan ruang ruang mesin pada Chengdu J-10.

    AL-31F dirancang untuk pesawat bermesin ganda seperti Su-27. Untuk varian AL-31FN pada Chengdu J-10, komponen mesin yang menonjol seperti gearbox dan pompa dipasang berlawanan dengan AL-31F.

    AL-31FN awalnya diharapkan akan digantikan oleh mesin domestik yang dikembangkan dan diproduksi di China, yaitu mesin turbofan WS-10A (WoShan-10A) Taihang, yang menghasilkan daya dorong 129 kN (13.200 kgf atau 29.101 lbf).

    Namun, PLAAF menunda integrasi WS-10 ke dalam pesawat karena kesulitan pengembangan mesin.

    Rusia telah menawarkan untuk menyediakan versi AL-31FN kepada China yang menghasilkan daya dorong 12.500 kgf dan masa pakai 2.000 jam.

    Persenjataan tetap Chengdu J-10 mencakup meriam 23mm laras ganda Tipe 23-3 yang terpasang di dalam, terletak di sisi kiri roda pendaratan depan. Meriam bertenaga gas ini memiliki berat tempur 50,5 kg, panjang 1.530 mm, dan laju tembakan maksimum 3.000-3.4000 butir peluru/menit.

    Meriam ini menembakkan peluru berdaya ledak tinggi/pembakar 23X200 mm seberat 320 g, dengan peluru pelacak dan peluru penembus lapis baja, dengan kecepatan moncong 715 m/s. Meriam ini digerakkan secara elektrik menggunakan arus DC 27V 8A.

    Chengdu J-10 memiliki 11 stasiun penyimpanan eksternal untuk penyimpanan senjata, tiga di bawah setiap sayap dan lima di bawah badan pesawat.

    Untuk misi superioritas udara dan intersepsi, J-10 dapat membawa kombinasi rudal udara-ke-udara jarak menengah (MRAAM), rudal udara-ke-udara jarak pendek (SRAAM). J-10 juga dapat membawa bom berpemandu laser (LT-2), bom luncur (LS-6), dan bom tanpa pemandu.

    Spesifikasi Jet Tempur Chengdu J-10

    Jet tempur ini memiliki kemampuan maksimum hingga 2.200 km/jam dengan rentang maksimum 3.200 km.

    Berat maksimum yang bisa diangkut adalah 19,277 kilogram ketika takeoff. Dimensinya memiliki panjang 16,4 meter, lebar sayap 9,75 meter, dan tinggi 4,78 meter.

    Sistem elektronik yang digunakan di antaranya radar susunan bertahap yang tidak disebutkan namanya, serta radar pengendali tembakan multi-mode NRIET KLJ-10.

    Adapun perangkat elektronik yang dipasang (pod) adalah pod pencari dan pelacak inframerah tipe Hongguang-I, pod pengacau perlindungan diri BM/KG300G, pod pengintaian elektronik KZ900, pod navigasi/serangan Blue Sky, dan pod FILAT (Penargetan Serangan Laser Inframerah Berorientasi Depan).

    Mesinnya mengandalkan 1 × Saturn-Lyulka AL-31FN atau WS-10A Taihang turbofan.

    Sejauh ini, menurut Army Recognition, Chengdu Jet-10 digunakan di China dan Pakistan. Pasca anggaran disetujui Purbaya, Indonesia akan menjadi negara selanjutnya yang memanfaatkan Chengdu Jet-10.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Intip Spesifikasi Pesawat Tempur J-10 Buatan China yang Diminati Indonesia

    Intip Spesifikasi Pesawat Tempur J-10 Buatan China yang Diminati Indonesia

    Jakarta

    Indonesia dikabarkan semakin serius mempertimbangkan pesawat tempur Chengdu J-10 buatan China sebagai tambahan kekuatan TNI Angkatan Udara. Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin bahkan menegaskan bahwa jet tempur itu akan segera datang ke Tanah Air.

    “Sebentar lagi terbang di Jakarta,” ungkap Menhan Sjafrie seperti dikutip dari Antara. Sayangnya, Sjafrie tidak menjelaskan lebih detail kapan jet tempur buatan negeri Tirai Bambu itu mengudara di Indonesia.

    Melansir berbagai sumber, J-10 yang dijuluki Vigorous Dragon merupakan jet tempur multirole generasi 4++ yang dikembangkan Chengdu Aircraft Corporation (CAC). Jet ini didesain dengan sayap delta dan canard, serta menggunakan satu mesin turbofan, menjadikannya sangat lincah di udara.

    Sebagai pesawat multiperan, Chengdu J-10 dapat melaksanakan berbagai misi, mulai dari pertempuran udara-ke-udara hingga serangan ke sasaran di darat. J-10 hadir dalam beberapa varian, seperti J-10A, J-10B, J-10B, dan J-10S.

    Secara spesifikasi, Chengdu J-10 pakai mesin tunggal AL-31FN buatan Rusia dengan kecepatan maksimum mencapai Mach 1,8. CAC kabarnya juga mulai menggunakan mesin buatan lokal Shenyang WS-10.

    Pesawat ini memiliki hingga 11 titik gantung senjata di sayap dan badan, serta dilengkapi sistem avionik modern seperti radar canggih, kontrol fly-by-wire, serta kokpit digital full layar. Kombinasi desain sayap delta dan canard membuatnya sangat gesit untuk manuver ekstrem di udara.

    Pesawat ini menjadi tulang punggung Angkatan Udara China (PLAAF) dan juga digunakan oleh beberapa negara sekutu Beijing. Daya tarik utama J-10 untuk Indonesia adalah kemampuannya yang mumpuni, desain modern, serta harga yang lebih kompetitif dibandingkan jet tempur buatan negara barat.

    Akan tetapi integrasi J-10 ke dalam armada TNI AU bukan tanpa tantangan. Indonesia harus memastikan kompatibilitas teknologi, mengingat sebagian besar pesawat tempur yang dimiliki saat ini berasal dari Amerika Serikat dan Rusia.

    Meski belum ada detail resmi terkait waktu pengiriman, tipe dan jumlah unit J-10 yang akan dibeli, pernyataan Menhan jadi sinyal kuat bahwa Indonesia sedang memperluas kerja sama pertahanan dengan China.

    Jika terealisasi, Chengdu J-10 bisa menjadi tambahan strategis yang memperkuat posisi Indonesia di kawasan, sekaligus menandai era baru modernisasi armada tempur TNI yang tidak tergantung dengan armada tempur buatan AS atau negara-negara barat.

    (lua/din)

  • Purbaya Setujui Pembelian Jet Tempur Chengdu J-10, Ini Speknya

    Purbaya Setujui Pembelian Jet Tempur Chengdu J-10, Ini Speknya

    Jakarta

    Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan Kementerian Keuangan telah menyetujui anggaran pembelian fighter jet atau jet tempur dari China, Chengdu J-10. Purbaya mengatakan anggaran pembelian jet tempur buatan China ini mencapai USD 9 miliar.

    “USD 9 miliar kalau nggak salah atau lebih. Saya lupa angkanya. Tapi sudah disetujui, jadi harusnya udah siap semua,” tegas Purbaya saat ditemui di Wisma Danantara, Rabu (15/10/2025), seperti dikutip dari CNBC.

    Menteri Pertahanan (Menhan) Sjafrie Sjamsoeddin membenarkan mengenai pembelian Chengdu J-10 oleh TNI Angkatan Udara (AU) RI melalui Kementerian Pertahanan (Kemenhan). Pesawat tempur dikabarkan akan segera tiba di Jakarta.

    Spek Chengdu J-10

    Chengdu J-10 Vigorous Dragon ini adalah jet tempur multiperan, bermesin tunggal, dan berbobot sedang yang menggunakan sayap delta dengan kecepatan maksimum Mach 1,8.

    Pesawat yang disebut setara dengan F-16 Fighting Falcon ini diproduksi Chengdu Aircraft Corporation (CAC) untuk Angkatan Udara dan Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China dan saat ini diekspor ke Angkatan Udara Pakistan (PAF).

    J-10 pertama dirakit bulan Juni 1997 dan terbang pertama kali pada di Maret 1998. J-10 mulai beroperasi pada tahun 2006. Ia diresmikan oleh pemerintah China pada bulan Januari 2007. Ada lebih dari 600 unit jet ini yang dibuat hingga tahun 2024.

    J-10 dapat terbang dengan kecepatan maksimum 2.327 km/jam dan memiliki ketinggian jelajah maksimum (service ceiling) 18.000 meter. Jangkauan dan radius tempurnya masing-masing adalah 1.850 km dan 550 km. Pesawat ini memiliki bobot sekitar 9.750 kg dan bobot lepas landas maksimum 19.277 kg. Ia ditenagai oleh mesin turbojet AL-31 yang dipasok oleh Saturn Lyulka.

    Pesawat ini dilengkapi dengan sistem kendali penerbangan digital fly by wire dan kendali HOTAS (hands-on throttle and stick), di mana seluruh kendali tempur telah terintegrasi ke dalam dua pegangan tangan pilot. Tampilan di kokpit mencakup bidikan senjata yang dipasang pada helm, tampilan head-up dengan bidang pandang luas, serta satu layar multifungsi berwarna penuh dan dua layar kristal cair monokrom.

    Pilihan radar yang mungkin dipasang meliputi radar China Type 1473, radar Rusia Phazotron Zhuk-10PD atau Zhemchug, radar China JL-10A, radar Israel IAI Elta EL/M-2023, atau radar Italia Galileo Avionica Grifo 2000.

    Di sisi senjata, J-10 antara lain dapat membawa rudal udara ke udara seperti buatan China Python 3 PL-8, P-11, atau PL-12, maupun rudal buatan Rusia Vympel R-73 (AA-11 Archer) atau R-77 (AA-12 Adder).

    (fyk/fyk)

  • Tak Bisa Ditawar-tawar, Pemerintah Wajibkan BBM Etanol 10% Tahun Depan

    Tak Bisa Ditawar-tawar, Pemerintah Wajibkan BBM Etanol 10% Tahun Depan

    Jakarta

    Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan alias Zulhas menegaskan, mulai tahun depan Indonesia wajib menggunakan bahan bakar minyak (BBM) dengan kandungan etanol atau metanol 10 persen.

    Langkah tersebut, kata Zulhas, diambil untuk mengurangi ketergantungan negara terhadap bahan bakar berbasis minyak mentah.

    “Sudah diumumkan oleh Menteri ESDM, pada tahun depan direncanakan, kita sudah mulai pakai premium atau bensin campur, 10 persen etanol atau metanol,” ujar Zulhas, dikutip dari CNBC Indonesia, Kamis (16/10).

    “Oleh karena itu, kita sekarang besar-besaran untuk mengembangkan tebu dan singkong (sebagai bahan baku etanol),” tambahnya.

    Menko Pangan Zulkifli Hasan alias Zulhas. Foto: Menko Pangan Zulkifli Hasan (dok.detikcom)

    Zulhas menegaskan, kebijakan tersebut bukan bersifat sukarela, melainkan wajib. Namun, semuanya harus diukur juga melalui kesiapan infrastruktur yang ada.

    “(Sifatnya) wajib. Tapi kalau kita sudah siap ya, perintah Bapak Presiden begitu,” ungkapnya.

    Zulhas kembali mengingatkan, penerapan E10 akan berdampak luas terhadap perekonomian rakyat. Sebab, bahan bakunya berasal dari hasil pertanian lokal seperti singkong, tebu, dan jagung.

    “Jadi artinya program itu, saudara-saudara, akan menggerakkan ekonomi rakyat itu luar biasa. Karena bahan bakunya kan singkong, tebu, dan satu lagi jagung,” jelasnya.

    Dia optimistis kebijakan tersebut akan mendorong produktivitas pertanian sekaligus membuka peluang ekonomi baru di berbagai daerah.

    “Jadi artinya nanti di seluruh Indonesia tidak boleh ada tanah yang nganggur. Karena semua akan bernilai ekonomi, di situlah nanti pemberdayaan, masyarakat kita akan kreatif. Kita akan mengejar Tiongkok, pertaniannya akan mengejar Thailand. Sementara (sekarang) kita ketinggalan, kita akui,” tuturnya.

    Menurutnya, langkah itu merupakan bagian dari transformasi besar di sektor energi dan pertanian, yang menempatkan Indonesia pada jalur kemandirian energi nasional.

    “Jadi di manapun tanam-tanam singkong laku, kalau sudah ada industrinya untuk metanol atau etanol, maka harga singkong bisa sampai Rp 2.000-an per kg. Ini memang tidak mudah, karena programnya besar dan dampaknya luas, tapi kita sudah berada di jalan yang benar dan tepat,” kata dia.

    (sfn/sfn)

  • Spesifikasi Jet Tempur China Chengdu J-10 yang Dipesan Indonesia

    Prabowo Beli Jet Tempur Siluman China Chengdu J-10, Ini Penampakannya

    HOME

    MARKET

    MY MONEY

    NEWS

    TECH

    LIFESTYLE

    SHARIA

    ENTREPRENEUR

    CUAP CUAP CUAN

    CNBC TV

    Loading…

    `

    $(‘#loaderAuth’).remove()
    const dcUrl=”https://connect.detik.com/dashboard/”;

    if (data.is_login) {
    $(‘#connectDetikAvatar’).html(`

    `);
    $(‘#UserMenu’).append(`
    ${prefix}

    My Profile

    Logout

    ${suffix}
    `);

    $(“#alloCardIframe”).iFrameResize();

    } else {
    prefix = “

    $(‘#connectDetikAvatar’).html(`

    `);
    $(‘#UserMenu’).append(`
    ${prefix}

    REGISTER

    LOGIN
    ${suffix}
    `);
    }
    }

  • Video: RI Kecanduan Kedelai Impor, Petani Lokal “Enggan” Tanam Sendiri

    Video: RI Kecanduan Kedelai Impor, Petani Lokal “Enggan” Tanam Sendiri

    Jakarta, CNBC Indonesia- Pemerintah RI menargetkan pencapaian swasembada pangan sebagai upaya memperkuat ketahanan pangan nasional sebagai strategi menjaga kedaulatan ekonomi RI di tengah gejolak global.

    Agrifood Analyst CNBC Indonesia Research, Emanuella Bungasmara Ega Tirta menyebutkan arah pembangunan sektor pangan RI telah bergerak ke jalur yang benar meski masih menghadapi berbagai tantangan, salah satunya terkait ketersediaan lahan, benih, pupuk hingga infrastruktur pendukung.

    Selain itu sejumlah ketergantungan RI terhadap sejumlah komoditas pangan juga masih menjadi persoalan yang harus diselesaikan, seperti kedelai yang sangat tergantung dari pasokan impor dari Amerika Serikat hingga Kanada dan Argentina. Di mana Indonesia membutuhkan pasokan kedelai 2,5-2,8 juta ton per tahun sementara produksi lokal tidak sampai 500 ribu ton.

    Di tengah ketergantungan kedelai impor, petani lokal enggan menanam kedelai karena terkait daya saing dan struktur pasar yang sudah dikuasai oleh importir karena takut tidak terserap.

    Selain itu perang dagang AS-China, sebenarnya Indonesia cukup diuntungkan karena pasokan kedelai AS yang tidak diserap China bisa lebih murah. Namun kondisi volatilitas harga dan pasokan ini membuat petani lokal sulit untuk melakukan kontrak jangka panjang.

    Seperti apa persoalan dan upaya RI menuju swasembada pangan utamanya sektor kedelai? Selengkapnya simak Andi Shalini dengan Agrifood Analyst CNBC Indonesia Research, Emanuella Bungasmara Ega Tirta dalam Squawk Box, CNBC Indonesia (Kamis, 16/10/2025)

  • Kesepakatan Dagang AS-Korsel Segera Rampung, Menkeu Bessent: Diumumkan Akhir Oktober

    Kesepakatan Dagang AS-Korsel Segera Rampung, Menkeu Bessent: Diumumkan Akhir Oktober

    Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Amerika Serikat (AS) dikabarkan hampir merampungkan kesepakatan dagang dengan Korea Selatan dan menargetkan pengumuman resmi dalam waktu 10 hari ke depan.

    Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan proses perundingan dengan Seoul telah memasuki tahap akhir. 

    “Kami hampir selesai dengan Korea. Masalahnya hanya ada di rincian teknis, dan kami sedang merapikannya,” ujarnya dikutip dari Reuters, Kamis (16/10/2025).

    Bessent menuturkan pejabat dari kedua negara tengah menggelar pembahasan di sela-sela pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia di Washington pekan ini.

    Dalam pernyataan terpisah kepada wartawan, Bessent menambahkan bahwa perbedaan pandangan terkait komitmen investasi yang dijanjikan Korea Selatan diyakini dapat diselesaikan.

    “Saya yakin perbedaan tersebut bisa diatasi. Kami masih berdiskusi, dan saya memperkirakan akan ada hasil dalam 10 hari ke depan,” katanya.

    Ketika ditanya apakah Departemen Keuangan AS mendukung pembentukan fasilitas currency swap dengan Korea Selatan, Bessent menjawab hal itu menjadi kewenangan Federal Reserve. Namun, dia mengaku terkejut bahwa fasilitas tersebut belum tersedia.

    “Jika saya Ketua The Fed—meski saya bukan—Korea seharusnya sudah memiliki fasilitas swap mata uang, begitu juga Singapura,” ujarnya.

    Pejabat AS dan Korea Selatan sama-sama berupaya menuntaskan kesepakatan dagang sebelum akhir Oktober, bertepatan dengan pelaksanaan KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Seoul. Presiden AS Donald Trump dijadwalkan hadir dalam pertemuan tersebut dan akan bertemu Presiden China Xi Jinping di sela-sela agenda KTT.

    Penasihat kebijakan senior Presiden Korea Selatan, Kim Yong-beom, mengatakan bahwa kedua negara telah mencapai kemajuan signifikan dalam negosiasi terkait investasi senilai US$350 miliar yang dijanjikan Seoul di AS sebagai imbalan atas pengurangan tarif dagang. Komitmen itu disampaikan dalam kesepakatan awal yang diumumkan pada Juli lalu.

    Dalam wawancara dengan sebuah kanal YouTube, Kim mengungkapkan bahwa tim negosiator AS telah mengajukan proposal baru mengenai cara implementasi paket investasi tersebut, namun tidak memberikan rincian lebih lanjut.

    Sementara itu, Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung sebelumnya memperingatkan bahwa ekonomi negaranya bisa menghadapi krisis serupa dengan krisis finansial Asia 1997 jika pemerintah menerima tuntutan AS dalam perundingan dagang tanpa adanya mekanisme perlindungan.

  • Waswas Dejavu Booming Nikel, Hilirisasi Bauksit Perlu Strategi Pengendalian

    Waswas Dejavu Booming Nikel, Hilirisasi Bauksit Perlu Strategi Pengendalian

    Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku usaha menilai pemerintah perlu menjaga keseimbangan antara produksi bauksit dan alumina serta memastikan konsistensi regulasi untuk memperkuat daya saing industri alumina nasional di tengah upaya hilirisasi mineral.

    Tingginya minat investor asal China untuk masuk ke rantai hilirisasi bauksit dalam negeri membuat pelaku usaha waswas. Di satu sisi, meningkatnya investasi dapat menggairahkan hilirisasi bauksit yang selama ini masih stagnan. Namun, di sisi lain, semarak investasi smelter tanpa pengendalian berpotensi membuat harga bauksit dan produk olahannya, seperti alumina dan aluminium bisa jatuh di pasar global sebagaimana yang terjadi pada komoditas nikel. 

    Ketua Umum Asosiasi Bauksit Indonesia (ABI) Ronald Sulistyanto mengatakan, langkah pemerintah mendorong hilirisasi bauksit menjadi alumina harus diikuti dengan pengaturan produksi yang seimbang agar tidak menimbulkan kelebihan pasokan di pasar.

    “Jangan terlalu banyak produksi alumina. Produksi alumina itu harus mengejawantahkan produksi bauksitnya. Kalau alumina oversupply, harga pasar dunia bisa turun,” ujar Ronald kepada Bisnis, Rabu (15/10/2025).

    Menurutnya, keseimbangan antara ketersediaan bauksit dan kapasitas produksi alumina menjadi faktor penting untuk menjaga stabilitas harga dan keberlanjutan industri.

    “Kalau alumina banyak, otomatis kebutuhan bauksit juga meningkat. Jadi harus seimbang antara output alumina dengan supply bauksitnya,” tambahnya.

    Ronald pun menilai pemerintah perlu berhati-hati dalam menentukan volume produksi bauksit agar tidak menciptakan ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran di pasar.

    Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memastikan harga alumina tidak akan jatuh meski banyak investor berencana membangun smelter di Tanah Air.

    Menurut Bahlil, kebutuhan produk turunan bauksit di dalam negeri masih jauh lebih tinggi dibandingkan kapasitas industri yang ada saat ini. Kebutuhan tersebut masih dipenuhi dari impor sehingga kekhawatiran oversupply alumina belum akan terjadi. 

    “Sekarang kita masih banyak impor untuk produk turunan dari bauksit, seperti aluminium. Jadi antara kebutuhan dalam negeri dan kapasitas industri, kebutuhannya masih lebih besar. Jadi tidak ada masalah,” kata Bahlil di Jakarta, Rabu (15/10/2025).

    Dia pun menegaskan komoditas bauksit menjadi salah satu fokus utama pemerintah dalam mendorong agenda hilirisasi mineral dan batu bara (minerba) nasional. Pemerintah telah menghentikan ekspor bahan mentah bauksit sejak 2023 untuk mempercepat tumbuhnya industri pengolahan di dalam negeri.

    “Bauksit ini salah satu komoditas yang akan kita dorong untuk hilirisasi. Sekarang ekspor bahan mentahnya sudah dilarang. Ini bagian dari upaya untuk meningkatkan investasi,” kata Bahlil.

    Menurutnya, pemerintah menargetkan investasi di sektor hilirisasi minerba tahun ini mencapai sekitar US$7 miliar hingga US$8 miliar. Adapun, hingga Agustus 2025, realisasi investasi tercatat telah mencapai kisaran US$3 miliar hingga US$4 miliar.

    “Realisasinya sampai Agustus sekitar US$3 miliar sampai US$4 miliar. Ini bagian dari langkah pemerintah untuk terus mendorong hilirisasi bauksit,” ujarnya.

    Potensi Serbuan Investasi China

    Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) Melati Sarnita mengungkapkan bahwa Indonesia berpotensi kebanjiran pasokan aluminium seiring investasi perusahaan-perusahaan China yang mulai membangun smelter aluminium di Tanah Air. 

    Langkah perusahaan China membangun smelter di Indonesia bukan tanpa alasan. Melani menjelaskan, para perusahaan asal Negeri Tirai Bambu itu sudah tak bisa membangun smelter baru di negara asal mereka. Pasalnya, pemerintah China hanya mengizinkan smelter aluminium untuk memproduksi maksimal 45 juta ton per tahun.

    “Di atas itu dia sudah tidak boleh membangun di China. Makanya banyak pemain-pemain China akhirnya membangun smelter di Indonesia untuk aluminium,” ucap Melati dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI, Senin (29/9/2025).

    Selain itu, perusahaan China memlilih membangun smelter di Indonesia juga karena RI telah melarang ekspor bauksit mentah sebagai bahan baku utama alumina.

    “Jadi di alumina refinery sekarang kita lihat peningkatan pemakaian bauksitnya cukup tinggi,” kata Melati.

    Sementara itu, Inalum saat ini juga tengah menyiapkan smelter aluminium baru di Mempawah, Kalimantan Barat dengan kapasitas produksi hingga 600.000 ton per tahun yang ditargetkan rampung pada 2029. Pembangunan smelter baru ini akan meningkatkan kapasitas produksi aluminium perseroan menjadi 900.000 ton per tahun. 

    Dengan potensi pasokan berlebih aluminium ke depan, Melati menuturkan, 30% dari total produksi aluminium perseroan pada 2029 akan dialokasikan untuk ekspor. 

    “Jadi dalam proyeksi kita sendiri ketika kita mencapai di 900.000 itu ada sekitar 30% yang kita alokasikan untuk ekspor. Jadi tidak hanya untuk dalam negeri,” ujarnya.

    Sejalan dengan upaya peningkatan produksi aluminium, anak usaha MIND ID itu juga telah mempercepat penyelesaian pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase I berkapasitas 1 juta ton alumina per tahun di Mempawah, Kalimantan Barat pada tahun ini.

    Selain itu, pengembangan SGAR Fase II juga tengah dipersiapkan dan akan menambah kapasitas produksi alumina sebesar 1 juta ton per tahun pada 2028.

    Aturan HPM

    Di sisi lain, pelaku usaha juga menekankan pentingnya konsistensi kebijakan agar iklim investasi di sektor pertambangan bauksit tetap kondusif. Ketua Umum Asosiasi Bauksit Indonesia (ABI) Ronald Sulistyanto menyoroti seringnya perubahan aturan, mulai dari harga patokan mineral (HPM) hingga jangka waktu rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB), yang dinilai membuat investor ragu menanamkan modal di Indonesia.

    “Peraturan jangan sampai berubah-ubah. Baru tanda tangan belum kering tintanya, sudah diubah lagi. Investor pasti bertanya, jaminan saya apa? Dalam masa izin usaha saya, berapa kali aturan berubah?” katanya.

    Dia berharap pemerintah dapat memperkuat kepastian hukum dan arah kebijakan jangka panjang sektor bauksit dan alumina. Dengan demikian, hilirisasi mineral yang sedang digencarkan pemerintah tidak hanya meningkatkan nilai tambah di dalam negeri, tetapi juga menarik investasi baru ke sektor pengolahan mineral.

    “Kunci daya saing industri alumina bukan hanya pada produksi, tapi juga pada kepastian berusaha. Kalau regulasinya stabil dan terprediksi, investor pasti datang,” tutup Ronald.

    Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesian Mining Association (IMA) Hendra Sinadia menilai pemerintah perlu meninjau kembali kebijakan HPM untuk komoditas bauksit guna memperkuat daya saing hilirisasi alumina di dalam negeri.

    Dia mengatakan, saat ini industri bauksit masih menghadapi sejumlah hambatan dalam mengembangkan proyek hilirisasi. Salah satunya adalah ketentuan HPM yang dinilai belum sepenuhnya mendukung keekonomian rantai pasok dari tambang hingga smelter.

    “Menurut informasi dari pengusaha bauksit, masih terkendala di HPM. Pasokannya berlebih, harga turun. Jadi, hal itu cukup memengaruhi kelanjutan proyek hilirisasi,” ujar Hendra.

    Asal tahu saja, pemerintah kini memperbolehkan transaksi antara penambang dengan smelter dengan mengacu tarif di bawah HPM. Namun, pengenaan royalti, perpajakan, hingga iuran produksi tetap mengacu pada HPM.

    Hal itu sebagaimana diatur dalam Kepmen ESDM Nomor 268.K/MB.01/MEM.B/2025 tentang Pedoman Penetapan Harga Patokan untuk Penjualan Komoditas Mineral Logam dan Batu Bara yang diteken pada 8 Agustus 2025.

    Adapun, aturan itu dibuat demi menjaga harga mineral dan batu bara agar tak turun ketika ekspor melemah, serta mengoptimalkan penerimaan negara. Di sisi lain, aturan itu malah merugikan penambang bauksit lantaran saat ini bauksit dilarang untuk diekspor.

    Aturan tersebut dinilai dapat membunuh penambang bauksit. Adapun, sejumlah kerugian dari aturan itu seperti kesulitan penambang untuk mendapat harga jual bauksit yang ekonomis, mengganggu kemampuan pendanaan untuk melaksanakan good mining practice, hingga menciptakan ketidakadilan dalam tata niaga mineral bauksit.

    Hendra pun menjelaskan, beberapa fasilitas pemurnian (smelter) yang dibangun perusahaan tambang bersifat terintegrasi dengan tambangnya. Namun, apabila harga jual bauksit di tingkat tambang terlalu rendah, maka kelayakan finansial proyek smelter turut tertekan.

    “Kalau tambangnya mereka produksi, tapi harganya rendah dan tidak ekonomis, kelanjutan pembangunan smelternya juga bisa terpengaruh,” tambahnya.

    Hendra menilai, agar hilirisasi bauksit dapat berjalan berkelanjutan dan menarik investasi baru, pemerintah perlu memastikan kebijakan harga patokan mineral mencerminkan kondisi pasar dan biaya produksi yang wajar.

    “Kalau dari pengusaha bauksit seperti itu, ya, yang harus diluruskan dulu memang soal HPM,” ujarnya.