Negara: Qatar

  • Hamas Marah: Abu Marzouk Tak Wakili Kami soal Operasi Banjir Al-Aqsa 7 Oktober 2023 – Halaman all

    Hamas Marah: Abu Marzouk Tak Wakili Kami soal Operasi Banjir Al-Aqsa 7 Oktober 2023 – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) mengomentari pernyataan pejabat seniornya di Qatar, Abu Marzouk, yang mengkritik Operasi Banjir Al-Aqsa yang diluncurkan Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Juru bicara Hamas, Hazem Qassem, mengatakan pernyataan Abu Marzouk tidak mewakili posisi Hamas.

    Ia menjelaskan Hamas berhak atas senjatanya sebagai senjata yang sah, dan tidak ada diskusi tentang hal itu selama masih ada pendudukan (Israel) di tanah Palestina.

    “Perlawanan dalam segala bentuknya akan tetap menjadi hak yang sah bagi rakyat kami hingga pembebasan dan pengembalian tanah kami,” kata Hazem Qassem, Senin (24/2/2025).

    “Peristiwa 7 Oktober akan tetap menjadi titik balik dalam sejarah semua bangsa yang dijajah, dan titik balik strategis dalam jalur perjuangan nasional Palestina,” lanjutnya.

    Ia membantah pernyataan Abu Marzouk yang mengatakan Hamas tidak bisa mengklaim kemenangan karena melihat kehancuran di Jalur Gaza setelah serangan Israel.

    “Perilaku agresif dan destruktif penjajah (Israel) dalam semua perangnya melawan rakyat di wilayah tersebut adalah alasan kehancuran yang menimpa Jalur Gaza, dan kini penjajah sedang menyempurnakan kebijakan penghancuran di Tepi Barat,” kata Hazem Qassem, merujuk pada meningkatnya agresi Israel di Tepi Barat setelah gencatan senjata di Gaza.

    Pernyataan Abu Marzouk yang Buat Hamas Marah

    Sebelumnya, Abu Marzouk, kepala kantor hubungan luar negeri Hamas yang berkantor di Qatar, muncul dalam wawancara dengan New York Times pada Senin (24/2/2025).

    Ia mengatakan dia tidak diberitahu tentang rencana Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023.

    Abu Marzouk menekankan dia tidak akan menyetujuinya jika dia menyadari konsekuensi dari operasi tersebut.

    Menurutnya, kehancuran di Jalur Gaza membuat klaim kemenangan Hamas tidak dapat diterima.

    Ia mengatakan tidak mengetahui rincian spesifik serangan 7 Oktober tapi mengindikasikan dia dan pemimpin politik Hamas lainnya mendukung strategi umum serangan militer terhadap Israel.

    “Jika apa yang terjadi diharapkan terjadi, tidak akan ada tanggal 7 Oktober,” kata Abu Marzouk.

    Menurutnya, Hamas bersedia merundingkan masa depan persenjataannya di Jalur Gaza, sebuah pernyataan yang kemudian dibantah oleh Hamas.

    Dalam wawancara tersebut, Abu Marzouk menggambarkan Hamas sebagai “orang biasa” yang melawan Mike Tyson, mantan juara tinju kelas berat.

    “Jika orang yang tidak terlatih ini mampu bertahan dari pukulan Tyson, orang-orang akan mengatakan dia menang,” kata Abu Marzouk.

    Ia menjelaskan, secara absolut, tidak dapat diterima untuk mengklaim Hamas menang mengingat besarnya kerusakan yang disebabkan oleh serangan Israel di Jalur Gaza.

    Abu Marzouk mengatakan pertukaran lebih banyak tahanan pada tahap pertama dapat dibicarakan dan Hamas akan menuntut jumlah yang jauh lebih besar untuk setiap sandera tentara Israel yang tersisa.

    Ia mengatakan semua tahanan dapat dibebaskan sekaligus jika Israel bersedia membebaskan ribuan warga Palestina dari penjaranya, mengakhiri perang, dan menarik diri dari Gaza.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Sebut Hamas Permalukan Sandera Israel, AS Dukung Netanyahu Tunda Pembebasan Tahanan Palestina – Halaman all

    Sebut Hamas Permalukan Sandera Israel, AS Dukung Netanyahu Tunda Pembebasan Tahanan Palestina – Halaman all

    Sebut Hamas Permalukan Sandera Israel, AS Dukung Netanyahu Tunda Pembebasan Tahanan Palestina
     
    TRIBUNNEWS.COM – Situs berita Axios mengutip juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS),  Mark Waltz yang mengatakan kalau Presiden AS, Donald Trump mendukung Israel dengan jalan apa pun yang dipilihnya untuk melawan gerakan perlawanan Palestina, Hamas.

    Situs web Amerika itu menambahkan, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS itu menilai keputusan Israel untuk menunda pembebasan tahanan Palestina merupakan respons yang tepat.

    Menurutnya, Hamas memperlakukan para sandera secara brutal, lewat prosesi dan seremoni penyerahan sandera yang dibuat meriah dalam beberapa kesempatan.

    Sebelumnya pada Minggu, Penasihat Keamanan Nasional AS Mark Waltz mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Fox News bahwa Hamas tidak dapat memerintah Jalur Gaza dan tidak akan diizinkan untuk melakukannya di masa mendatang, katanya.

    “Perilaku Hamas minggu lalu dalam menyerahkan jenazah dua anak dan cara mereka membebaskan para sandera merupakan propaganda yang tentu saja memengaruhi prospek negosiasi,” imbuh Waltz.

    “Kita akan melihat bagaimana keadaannya minggu depan, dan mungkin akan ada semacam perpanjangan gencatan senjata. Hamas harus mengubah cara mereka membebaskan para sandera. Hal itu tidak dapat diterima, tidak hanya oleh Israel, tetapi juga oleh seluruh dunia,” katanya.

    Pernyataan Amerika tersebut merupakan dukungan terhadap posisi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang memutuskan untuk menunda pembebasan ratusan tahanan Palestina pada gelombang ketujuh perjanjian tahap pertama, karena apa yang ia gambarkan sebagai pelanggaran berulang oleh Hamas.

    Media Israel mengutip sumber, mengatakan kalau sejatinya para tahanan Palestina tersebut sudah dinaikkan ke dalam bus.

    Namun, seiring perintah penundaan pembebasan, ratusan tahanan Palestina itu lalu diturunkan lagi dari bus dan dikembalikan ke penjara mereka.

    Kantor Netanyahu mengklaim kalau penundaan pembebasan itu karena “Hamas sengaja mempermalukan para sandera Israel dan mengeksploitasi mereka untuk mencapai tujuan politik.”

    PEMBEBASAN SANDERA – Foto ini diambil dari publikasi Telegram Brigade Al-Qassam (sayap militer gerakan Hamas) pada Minggu (23/2/2025), memperlihatkan sandera Israel, Omer Shem Tov, mencium kening anggota Brigade Al-Qassam dalam pertukaran tahanan gelombang ke-7 di Jalur Gaza pada Sabtu (22/2/2025). Pada Sabtu (22/2/2025), Hamas membebaskan 6 sandera Israel dengan imbalan 602 tahanan Palestina. (Telegram/Brigade Al-Qassam)

    Argumen Lemah

    Sebaliknya, Hamas menganggap dalih Israel kalau upacara penyerahan sandera Israel itu memalukan adalah klaim palsu dan argumen lemah yang ditujukan untuk menghindari kewajiban perjanjian pertukaran sandera-Palestina.

    Hamas juga menegaskan bahwa pihaknya tidak akan mengadakan pembicaraan dengan Israel melalui mediator (Mesir dan Qatar) mengenai langkah apa pun, sebelum pembebasan tahanan Palestina yang disepakati akan dibebaskan pada hari Sabtu.

    Pemimpin Hamas Mahmoud Mardawi mengatakan, “Tidak akan ada pembicaraan dengan musuh melalui mediator dalam langkah apa pun sebelum pembebasan tahanan yang disepakati akan dibebaskan sebagai ganti enam tahanan Israel (yang dibebaskan pada hari Sabtu dan 4 mayat).”

    Ia menambahkan, “Para mediator harus memaksa musuh (Israel) untuk melaksanakan perjanjian tersebut.”

    Selama hari Kamis dan Sabtu, Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, menyerahkan 10 tahanan Israel, termasuk 6 yang masih hidup, kepada Komite Palang Merah Internasional untuk diserahkan ke Tel Aviv, sebagai bagian dari perjanjian yang menetapkan bahwa Israel membebaskan 602 tahanan Palestina dari penjaranya.

    Meskipun Hamas memenuhi janjinya berdasarkan perjanjian, Israel belum membebaskan tahanan Palestina.

    AGRESI – Pasukan Israel (IDF) mengamati situasi dalam agresi militer di Jalur Gaza. IDF dilaporkan terindikasi melanjutkan perang di Gaza (khaberni/tangkap layar)

    Dua Wajah, AS Mau Gencatan Senjata Lanjut

    Di balik dorongan penundan pembebasan ratusan tahanan Palestina tersebut, AS kembali menunjukkan sikap hipokrit dengan mendorong berlanjutnya gencatan senjata seiring datangnya utusan Presiden AS Donald Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff yang akan melakukan perjalanan ke Timur Tengah pada minggu ini.

    Perjalanan Steve Witkoff ke Timur Tengah adalah untuk mendorong perpanjangan gencatan senjata di Gaza antara Israel dan Hamas.

    Perlu diketahui, gencatan senjata tiga tahap yang dimulai pada 19 Januari 2025 kemarin, kini hampir mencapai puncak fase pertamanya.

    “Kami harus mendapatkan perpanjangan tahap pertama. Saya akan pergi ke wilayah tersebut minggu ini, mungkin hari Rabu, untuk merundingkannya dan kami berharap memiliki waktu yang cukup untuk memulai tahap kedua dan menyelesaikannya serta membebaskan lebih banyak sandera,” kata Witkoff kepada CNN.

    Namun, gencatan senjata antara Israel dan Hamas ini menemui banyak rintangan.

    Pertama, baik Hamas atau Israel saling menuduh melanggar perjanjian dan kelompok militan Palestina mengancam akan menunda pembebasan sandera.

    Kemudian yang terbaru, Israel menunda pembebasan 602 warga Palestina dari penjaranya dengan imbalan enam sandera Israel yang digiring oleh militan bersenjata ke panggung di depan khalayak di Gaza sebelum diserahkan ke Palang Merah.

    Upacara penyerahan publik yang digelar Hamas, yang meliputi pertunjukan sandera hidup dan peti mati yang membawa jenazah sandera, telah menuai kritik yang meningkat selama beberapa minggu terakhir, termasuk dari PBB.

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan pihaknya tengah menunggu untuk membebaskan tahanan dan tawanan Palestina “sampai pembebasan sandera berikutnya dipastikan, dan tanpa upacara yang memalukan”.

    Hamas membalas dengan menyebut upacara tersebut bermartabat dan Israel menggunakannya sebagai dalih untuk menghindari kewajibannya yang disepakati berdasarkan gencatan senjata.

    Mayat empat sandera lainnya seharusnya dibebaskan oleh kelompok tersebut minggu ini.

    Dengan panasnya kembali hubungan keduanya, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dikerahkan di wilayah perbatasan Gaza.

    Namun, IDF menyatakan bahwa tidak ada perubahan pada pedoman Komando Front Dalam Negeri saat ini.

    Peningkatan tingkat kewaspadaan ini terjadi di tengah peringatan intelijen dan pertimbangan yang sedang berlangsung mengenai apakah negosiasi gencatan senjata akan berlanjut hingga akhir pekan depan.

    Dikutip dari Yedioth Ahronoth, sebagai tanggapan, IDF menyesuaikan penempatan pasukan di zona penyangga dan memperkuat posisi pertahanan di Negev bagian barat.

    Sementara itu, brigade tempur terus mempersiapkan kemungkinan serangan darat berskala besar jika negosiasi gagal.

    Meskipun aktivitas militer meningkat, IDF mengklarifikasi bahwa “tidak ada pendekatan ke pagar perbatasan yang terdeteksi”.

    “Menyusul laporan media, kami menekankan bahwa tidak ada peristiwa infiltrasi di wilayah perbatasan Gaza — hanya peningkatan kesiapan.”

    “Tidak ada perubahan pada arahan sipil. Kami terus berhubungan dengan militer dan akan memberikan informasi terbaru jika diperlukan,” tulis Dewan Daerah Eshkol untuk meyakinkan warga.

    Pengumuman ini menyusul insiden dua minggu lalu ketika, hanya beberapa jam setelah IDF mundur dari koridor Netzarim, puluhan penduduk Gaza terlihat dalam jarak beberapa ratus meter dari pagar perbatasan dekat Nahal Oz.

    Menurut ketentuan gencatan senjata, Israel seharusnya mempertahankan kendali atas zona penyangga selebar 700 meter.

    Namun, penduduk komunitas perbatasan Israel melaporkan bahwa warga Gaza terlihat jauh lebih dekat ke pagar.

    Sebagai tanggapan, pasukan Israel melepaskan tembakan, menewaskan tiga warga Palestina dan melukai sedikitnya enam lainnya.

    IDF mengatakan mereka menggunakan pesawat nirawak dan tembakan langsung untuk memukul mundur kelompok itu, menggambarkan mereka sebagai warga sipil tak bersenjata yang mengais-ngais di dekat reruntuhan koridor Netzarim.

    Sementara orang-orang itu mundur setelah tembakan, mereka tampaknya tidak berusaha untuk menyerbu pagar.

    Oposisi Israel Tuduh Netanyahu Langgar Kesepakatan

    Seorang pemimpin oposisi Israel menuduh Benjamin Netanyahu melanggar gencatan senjata Gaza dan perjanjian pertukaran tahanan setelah menunda pembebasan tahanan Palestina.

    “Netanyahu memerintahkan penundaan pembebasan tahanan, yang secara terang-terangan melanggar perjanjian dan menyabotase tahap pertama, sebagaimana yang telah kami peringatkan,” kata pemimpin Partai Demokratik Israel, Yair Golan, dikutip dari Anadolu Agency.

    “Tidak ada negosiasi sebenarnya untuk tahap kedua, yang ada hanya penipuan dan pengabaian nyawa para tawanan,” lanjutnya.

    Golan, seorang kritikus vokal pemerintahan Netanyahu, bersumpah bahwa oposisi Israel tidak akan membiarkan Perdana Menteri tetap menjabat “dengan mengorbankan saudara-saudari kita”.

    “Saya katakan kepadamu, Bibi (Netanyahu -red), jika kamu menyabotase kesepakatan ini, kekacauan akan terjadi,” ucap Golan. (*)

     

    (oln/khbrn/*)

     
     

  • Jawab Pancingan Israel Lanjut Perang di Gaza, Hamas: Kami Punya Kartu As untuk Paksa Netanyahu Manut – Halaman all

    Jawab Pancingan Israel Lanjut Perang di Gaza, Hamas: Kami Punya Kartu As untuk Paksa Netanyahu Manut – Halaman all

    Jawab ‘Pancingan’ Israel Lanjut Perang di Gaza, Hamas: Kami Punya Kartu As untuk Paksa Netanyahu

    TRIBUNNEWS.COM – Pemimpin Hamas, Sami Abu Zuhri merespons aksi Israel yang belum membebaskan sebanyak 602 tahanan Palestina sebagai bagian dari putaran ketujuh pertukaran pembebasan sandera-tahanan di tahap pertama gencatan senjata.

    Abu Zuhri menyatakan kalau hal ini membuktikan kalau Perdana Menteri Pendudukan Israel Benjamin Netanyahu berusaha untuk mengulur-ulur dalam negosiasi tahap dua perjanjian gencatan senjata.

    Dengan kata lain, aksi Israel mengulur pembebasan ratusan tahanan Palestina dianggap sebagai ‘pancingan’ bagi Hamas untuk melanjutkan perang di Jalur Gaza.

    Membalas ‘pancingan’ perang dari Israel, dia mewanti-wanti kalau Hamas punya ‘Kartu As’, pengaruh yang memungkinkan gerakan pembebasan Palestina itu untuk memaksa Netanyahu untuk mematuhi perjanjian tersebut.

    Ia menegaskan kalau dengan tidak menepati pembebasan ratusan tahanan Palestina tersebut, Netanyahu tidak hanya merusak kesepakatan tersebut tetapi juga mempermainkan nasib para tawanan Israel.

    Sementara itu, pemimpin Hamas Basem Naim mengatakan kepada Reuters kalau mengadakan pembicaraan dengan pendudukan melalui mediator mengenai langkah selanjutnya dalam perjanjian gencatan senjata bergantung pada pembebasan tahanan Palestina seperti yang telah disepakati sebelumnya.

    Naim menegaskan, “Tidak akan ada pembicaraan dengan pihak musuh melalui mediator sebelum pembebasan tahanan yang disepakati dalam kesepakatan pertukaran tahanan.”

    Pemerintah Pendudukan Israel telah mengumumkan penundaan pembebasan ratusan tahanan Palestina yang dijadwalkan dibebaskan pada gelombang ketujuh.

    Israel mengaitkan keputusannya dengan kondisi Hamas yang masih mengendalikan Jalur Gaza.

    PEMBEBASAN SANDERA – Foto ini diambil dari publikasi Telegram Brigade Al-Qassam (sayap militer gerakan Hamas) pada Minggu (23/2/2025), (atas, kiri-kanan): sandera Israel, Omer Shem Tov cium kening Al-Qassam dan Al-Qassam pamer senjata. (bawah, kiri-kanan): 3 tentara Israel dibebaskan dan 2 sandera (Tal Shoham dan Avera Mengistu) dibebaskan. Pada Sabtu (22/2/2025), Hamas membebaskan 6 sandera Israel pertukaran tahanan gelombang ke-7, dengan imbalan 602 tahanan Palestina. (Telegram/Brigade Al-Qassam)

    Hamas Minta Mesir-Qatar Tekan Israel Agar Patuhi Kesepakatan

    Kepala Komisi Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan Palestina, Raed Abu Al-Hummus, pada Senin menyerukan intervensi Mesir-Qatar yang mendesak untuk menekan otoritas Israel agar menghentikan pelanggaran perjanjian pertukaran tahanan.

    Dia meminta kedua negara mediator itu untuk menekan Israel agar memastikan pembebasan kelompok tahanan ketujuh, yang seharusnya dilakukan pada Sabtu malam.

    Abu Al-Hummus mengecam keterlambatan Israel dalam melaksanakan perjanjian tersebut, dan menyatakan bahwa penundaan yang disengaja tersebut mencerminkan kebijakan sistematis yang bertujuan untuk menciptakan ketegangan dan kecemasan di kalangan tahanan politik dan keluarga mereka.

    Ia menambahkan, “Israel berupaya menghindari komitmennya tetapi tidak akan berhasil dalam mematahkan keinginan rakyat Palestina, yang tetap teguh dalam tuntutan mereka untuk pembebasan semua tahanan politik.”

    Abu Al-Hummus menekankan perlunya mengendalikan tim negosiasi Pendudukan Israel dan memaksa mereka untuk menegakkan ketentuan perjanjian, sambil memperingatkan terhadap pelanggaran berulang yang mengungkap kelemahan sistem ‘Israel’.

    Ia juga mencatat bahwa Israel tidak hanya menunda pembebasan tetapi juga mengintensifkan tindakan lapangannya dengan memperketat cengkeramannya di Tepi Barat.

    Israel dilaporkan mendirikan lebih dari 900 pos pemeriksaan dan gerbang besi, serta mencegah warga mencapai Ramallah dan Al-Bireh pada hari pembebasan tahanan—yang semakin menunjukkan kebijakan represifnya.

    Abu Al-Hummus menegaskan, berbagai upaya tengah dilakukan dengan pihak-pihak terkait untuk memastikan terlaksananya kesepakatan tersebut, seraya menyoroti tekanan signifikan dari Mesir untuk memaksa Israel merilis gelombang ketujuh dalam beberapa jam atau hari mendatang.

    AGRESI – Pasukan Israel (IDF) dari divisi infanteri melakukan agresi militer darat ke Jalur Gaza. Israel terindikasi enggan melanjutkan negosiasi tahap dua gencatan senjata dengan Hamas. (khaberni/tangkap layar) (khaberni/tangkap layar)

    Alasan Israel Tunda Pembebasan Ratusan Tahanan

    Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mengumumkan keputusan untuk menunda pembebasan tahanan Palestina sampai Hamas menjamin kalau tidak akan ada upacara yang diadakan untuk penyerahan sandera Israel di masa mendatang.

    Menurut kantor Netanyahu, upacara yang diadakan Hamas selama pertukaran tawanan dipandang sebagai “ritual yang memalukan.”

    Komisi Urusan Tahanan Palestina dan Klub Tahanan Palestina mengonfirmasi kalau pembebasan tahanan Palestina oleh otoritas “Israel” telah ditunda hingga pemberitahuan lebih lanjut.

    Radio Angkatan Darat Israel, melaporkan kalau para tahanan yang dijadwalkan untuk dibebaskan diturunkan dari bus dan dikembalikan ke sel mereka.

    Sumber yang dekat dengan kantor Netanyahu mengatakan kepada media Ibrani bahwa penundaan pembebasan akan terus berlanjut hingga tawanan yang tersisa dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan.

    Sebelumnya, sumber-sumber Israel telah mengindikasikan bahwa pembebasan tahanan Palestina diharapkan akan segera terjadi, dengan penundaan yang disebabkan oleh pertukaran jenazah sandera Israel Shiri Bipas.

    Komisi Urusan Tahanan Palestina telah bersiap menerima tahanan Palestina yang dibebaskan, dan Bulan Sabit Merah Palestina juga telah siap memindahkan tahanan Kazem Zawahira dari rumah sakit Hadassah Israel ke sebuah rumah sakit di Tepi Barat sebagai bagian dari perjanjian pertukaran.

    Pernyataan kantor Netanyahu telah menunda pembebasan tahanan Palestina sampai Hamas memastikan bahwa tidak ada upacara pertukaran yang akan dilakukan di masa mendatang.

    Pasukan IDF Siap Perang Lagi di Gaza

    Pada hari Minggu, tentara Israel mengumumkan kalau mereka telah memutuskan untuk “meningkatkan kesiapan operasional di wilayah sekitar Gaza.

    Tentara Pendudukan menyatakan bahwa setelah melakukan penilaian situasi, mereka telah mengambil keputusan ini untuk meningkatkan kesiapannya di wilayah tersebut.

    Langkah ini sejalan dengan pernyataan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang menekankan “kesiapan negaranya untuk melanjutkan pertempuran melawan Hamas kapan saja.”

    Keputusan untuk meningkatkan operasi militer bertepatan dengan pembatasan yang terus dilakukan oleh pasukan Israel di Gaza, di samping pelanggaran yang sering terjadi yang meningkatkan kekhawatiran tentang potensi eskalasi yang dapat mengancam gencatan senjata yang rapuh.

    Dalam perkembangan terkait, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengindikasikan bahwa militer “Israel” telah memperluas operasinya di Tepi Barat utara, khususnya di sekitar kota Qabatia, sebagai bagian dari apa yang disebut sebagai “Operasi Tembok Besi.”

    Israel Katz juga mengklaim bahwa militer tidak akan mengizinkan warga sipil kembali ke kamp pengungsian dan tidak akan mengizinkan terorisme menyebar.

     

    (oln/rntv/*)

  • Benjamin Netanyahu Tunda Pembebasan 600 Warga Palestina dari Penjara Israel, Meski ada Rekomendasi – Halaman all

    Benjamin Netanyahu Tunda Pembebasan 600 Warga Palestina dari Penjara Israel, Meski ada Rekomendasi – Halaman all

    Benjamin Netanyahu Tunda Pembebasan 600 Warga Palestina

    TRIBUNNEWS.COM- Hamas menekankan bahwa pihaknya tidak akan terlibat dalam negosiasi lebih lanjut dengan “Israel” kecuali 600 tahanan Palestina, yang pembebasannya ditunda oleh Netanyahu pada hari Sabtu, dibebaskan.

    Utusan Gedung Putih Steve Witkoff akan mengunjungi Timur Tengah pada hari Rabu untuk berdiskusi dengan pejabat Israel, Qatar, dan Mesir mengenai potensi perpanjangan fase pertama perjanjian tahanan Gaza dan gencatan senjata, Axios melaporkan pada hari Minggu.

    Tahap awal kesepakatan dijadwalkan berakhir pada hari Sabtu. Berdasarkan kesepakatan tersebut, gencatan senjata tetap berlaku selama negosiasi untuk tahap kedua masih berlangsung.

    AS dan “Israel” berupaya memperpanjang fase ini dengan mengamankan pembebasan tawanan tambahan sebagai imbalan perpanjangan gencatan senjata selama satu hingga dua minggu.

    Pejabat Hamas Mahmoud Mardawi menyatakan di saluran Telegramnya bahwa kelompok itu tidak akan terlibat dalam negosiasi lebih lanjut dengan “Israel” kecuali 600 tahanan Palestina, yang pembebasannya ditunda oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Sabtu, dibebaskan.

    Jika tahap pertama berakhir tanpa perpanjangan, perang di Gaza diperkirakan akan berlanjut.

    “Kami berharap memiliki waktu yang tepat untuk menyelesaikannya — untuk memulai fase kedua dan menyelesaikannya serta membebaskan lebih banyak sandera dan memajukan diskusi,” kata Witkoff dalam sebuah wawancara di acara State of the Union di CNN pada hari Minggu.

    Netanyahu mengadakan konsultasi keamanan pada hari Sabtu untuk menentukan langkah selanjutnya dalam negosiasi tawanan dan gencatan senjata. Menurut pejabat Israel, meskipun ada rekomendasi dari kepala keamanan, perdana menteri Israel memilih untuk menunda pembebasan 600 tahanan Palestina , dengan alasan dugaan pelanggaran perjanjian oleh Hamas.

     

     

    Pejabat keamanan dilaporkan menyarankan Netanyahu untuk menggunakan semua jalur diplomatik untuk merundingkan tahap kedua kesepakatan atau memperpanjang tahap pertama.

    Pada hari Sabtu, Witkoff bertemu di Miami dengan Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer, yang memimpin tim negosiasi “Israel”. Itu adalah pertemuan kedua mereka dalam 48 jam untuk membahas tahap selanjutnya dari perjanjian tersebut.

    Seorang pejabat Israel mengungkapkan bahwa Witkoff berusaha melibatkan Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani dan kepala intelijen Mesir Hassan Mahmoud Rashad dalam negosiasi, tetapi konflik penjadwalan menghalangi partisipasi mereka.

     

    SUMBER: AL MAYADEEN

  • Pengamat Israel: Hamas di Gaza Tidak Tertekan, Tidak Sedang Kesulitan, Kini Ulur Waktu – Halaman all

    Pengamat Israel: Hamas di Gaza Tidak Tertekan, Tidak Sedang Kesulitan, Kini Ulur Waktu – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Hamas kini disebut sedang tidak dalam kondisi tertekan setelah kesepakatan gencatan senjata dengan Israel.

    Zvi Yehezkeli, seorang pengamat dan jurnalis Israel, mengaku tidak melihat tanda-tanda bahwa Hamas sedang didera kesulitan.

    Yehezkeli mengatakan Hamas menginginkan kesepakatan gencatan senjata dengan Israel dilanjutkan.

    “Hamas ingin mengulur waktu. Hamas ingin gencatan senjata diteruskan,” katanya, Minggu malam, (23/2/2025), dikutip dari Maariv.

    Dia lalu menyinggung rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengambil alih Jalur Gaza dan memindahkan paksa warga Palestina ke luar negeri.

    “Hamas memandang ke depan. Hamas ingin menghancurkan rencana Trump, jadi Hamas menginginkan [gencatan senjata] tahap kedua atau tahap pertama yang diperpanjang.”

    “Hamas tidak dalam tekanan karena ingin mengulur waktu. Dari sudut pandangnya, waktu yang berjalan saat ini bukanlah waktu yang berdampak terhadap Hamas, melainkan Israel.”

    Dia mengklaim AS, Qatar, dan Mesir yang menjadi juru penengah perundingan Israel-Hamas bakal mendapatkan cara untuk melanjutkan tahap pertama atau ketiga negara itu akan membahas tahap kedua.

    Yehezkeli memperkirakan tahap pertama akan berlanjut dengan sejumlah mekanisme.

    Hamas: Netanyahu ingin menyabotase gencatan

    Hamas menuding Netanyahu menggunakan cara kotor untuk menyabotase gencatan senjata di Gaza yang saat ini masih memasuki tahap pertama.

    Menurut Hamas, pemerintahan Netanyahu tidak tertarik untuk merundingkan tahap kedua gencatan.

    Tahap kedua gencatan seharusnya dirundingkan saat tahap pertama yang berlangsung selama enam minggu.

    Menurut kesepakatan, apabila tahap kedua tercapai, semua sandera Israel akan dibebaskan dan gencatan senjata akan berlaku permanen di Gaza.

    “Kami meyakininya sekali lagi, permainan kotor dari pemerintahan sayap kanan itu untuk menyabotase dan merusak perjanjian dan mengirimkan pesan tentang keinginan untuk kembali mengobarkan perang,” kata Basem Naim, anggota senior Polibiro Hamas, hari Sabtu, (22/2/2025), dikutip dari Al Jazeera.

    Naim mengatakan Hamas tetap berkomitmen untuk melanjutkan gencatan senjata dan memenuhi kewajibannya. Namun, kata dia, Israel malah melanggar perjanjian.

    “Lebih dari 100 warga Palestina telah tewas dibunuh sejak tahap pertama, sebagian besar dari bantuan kemanusiaan yang disepakati tidak diizinkan masuk ke Gaza, dan penarikan mundur [tentara Israel] dari Koridor Netzarim ditunda,” kata Naim.

    Awal  bulan ini pejabat Israel mengaku kepada The New York Times bahwa klaim Hamas tentang pelanggaran Israel itu memang benar. Namun, pemerintah Israel membantahnya.

    Sebagai bagian dari kesepakatan gencatan, Israel sudah setuju untuk mengizinkan sekitar 60.000 tempat tinggal sementara dan 200.000 tenda dikirim ke Gaza. Akaan tetapi, hal itu belum dipenuhi Israel.

    Ada lebih dari 90 persen penduduk Gaza yang mengungsi. Sebagian besar wilayah Gaza juga sudah hancur menjadi puing-puing.

    Sementara itu, Netanyahu sudah mengancam akan melanjutkan perang di Gaza. Di samping itu, dia mengaku berkomitmen mendukung rencana AS untuk mengambil alih Gaza.

    Perdana menteri sayap kanan itu berulang kali mengaku bertekad mencapai tujuan Israel dalam perang di Gaza. Salah satunya adalah menghancurkan Hamas.

    Kabinetnya juga belum menggelar pemungutan suara untuk menentukan apakah syarat-syarat untuk gencatan tahap pertama telah dipenuhi guna melanjutkan ke tahap kedua.

    Pada hari Selasa pekan lalu media Israel melaporkan bahwa Netanyahu sudah menunjuk Menteri Urusan Strategis Ron Dermer untuk memimpin negosiasi tahap kedua gencatan senjata.

    (*)

  • 5 Fakta Menarik Pembebasan 6 Sandera Israel oleh Hamas di Jalur Gaza – Halaman all

    5 Fakta Menarik Pembebasan 6 Sandera Israel oleh Hamas di Jalur Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), baru-baru ini merilis video yang menunjukkan proses pembebasan sandera Israel dalam gelombang ketujuh di berbagai lokasi di Jalur Gaza.

    Pembebasan ini merupakan bagian dari perjanjian gencatan senjata yang dimulai pada 19 Januari 2025.

    Hamas telah membebaskan enam sandera Israel, setelah sebelumnya menyerahkan empat jenazah sandera pada 20 Februari 2025.

    Dalam tahap pertama perjanjian ini, Hamas berkomitmen untuk membebaskan 33 sandera Israel, termasuk delapan jenazah, sementara Israel akan membebaskan ribuan tahanan Palestina.

    Perundingan untuk tahap kedua gencatan senjata ini melibatkan mediator dari Qatar dan Mesir.

    1. Tawanan IDF Cium Kening Al-Qassam

    Dalam upacara pembebasan, salah satu dari tiga tentara Israel yang dibebaskan, Omer Shem Tov, mencium kening anggota Brigade Al-Qassam.

    Tiga tentara yang dibebaskan adalah Eliya Cohen, Omer Shem Tov, dan Omer Wenkert.

    Upacara tersebut berlangsung di Kamp Nuseirat, Jalur Gaza.

    2. Pembebasan Sandera Dibagi Tiga Grup

    Proses pembebasan dibagi menjadi tiga grup.

    Grup pertama terdiri dari Tal Shoham dan Avera Mengistu yang dibebaskan di Rafah.

    Grup kedua, yang terdiri dari tiga tentara Israel, dibebaskan di Kamp Nuseirat.

    Sementara itu, Hisham Al-Sayed, sandera lainnya, dibebaskan secara terpisah di Kota Gaza utara tanpa upacara.

    3. Hamas Pamer Senjata

    Selama upacara pembebasan, Hamas memamerkan berbagai senjata yang mereka rampas dari pertempuran dengan pasukan Israel.

    Upacara ini dihadiri oleh masyarakat Gaza dan beberapa formasi Brigade Al-Qassam, termasuk Unit Bayangan yang bertanggung jawab atas tawanan.

    4. Pembebasan Tanpa Upacara

    Hisham Al-Sayed, sandera keenam, dibebaskan tanpa upacara sebagai bentuk penghormatan kepada warga Palestina di dalam Israel.

    Ia telah ditahan selama 10 tahun dan merupakan warga Palestina yang pernah bertugas di militer Israel.

    5. Israel Akan Bebaskan 620 Tahanan Palestina

    Sebagai imbalan atas pembebasan enam sandera Israel, Israel akan membebaskan 620 tahanan Palestina dari penjara.

    Ini termasuk 50 tahanan yang dijatuhi hukuman seumur hidup dan 60 tahanan lainnya dengan hukuman panjang, sebagai tambahan terhadap 47 tahanan yang dibebaskan sebelumnya dalam kesepakatan Wafa al-Ahrar.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Tim Semar UGM Harumkan Nama Indonesia di Ajang Shell Eco Marathon Asia Pacific and Middle East 2025

    Tim Semar UGM Harumkan Nama Indonesia di Ajang Shell Eco Marathon Asia Pacific and Middle East 2025

    Liputan6.com, Yogyakarta Sirkuit Internasional Lusail Doha, Qatar pada pada 8-12 Februari 2025 menjadi saksi Tim Semar UGM meraih Juara II Kategori Prototype Battery Electric dalam ajang Shell Eco Marathon Asia Pacific and Middle East 2025. General Manager Tim Semar UGM, Hans Tobias Sihombing, mengatakan tim UGM membuat mobil prototipe yang digerakkan oleh motor listrik bertenaga baterai digunakan untuk menggerakkan mobil, termasuk klakson dan perangkat keamanan. “Keseluruhan total energi yang digunakan dalam percobaan akan dijadikan bahan perhitungan mileage yang berhasil ditempuh,” kata Hans dalam keterangan kepada wartawan, Kamis (20/2/2025).

    Hans menjelaskan dalam lomba paling prestisius dalam mobil hemat energi ini timnya harus melalui tiga tahap proses seleksi agar dapat bersaing dengan tim lain. Tahap pertama, Semar UGM melakukan pendaftaran formal dan administrasi, lalu menyerahkan dokumentasi teknis mengenai mobil prototipe yang akan dilombakan. “Tahap ini bertujuan untuk membuat panitia paham bahwa mobil kami sudah siap dan sesuai dengan regulasi mereka,” ujarnya sebagai GM Tim Semar UGM.

    Saat jalannya lomba, Hans mengatakan ada beberapa tantangan timnya selama persiapan dan perlombaan. Kondisi cuaca yang kering dan dingin, serta angin yang cukup kencang menambah beban bagi mobil prototipe. “Karakteristik treknya berbeda, jadi dia lebih berat untuk bisa mendapatkan kecepatan yang sama,” ujar Hans.

    Hans mengatakan usai meraih penghargaan internasional di Qatar timnya bersiap mengikuti kompetisi dalam waktu dekat, diantaranya Autonomous Programming Competition oleh Shell di Qatar. Tim Semar UGM menargetkan meraih prestasi yang lebih tinggi dengan melakukan persiapan dan mengevaluasi performa mobil mereka. “Kita ingin pencapaian prestasi maksimal ke depannya,” ujarnya.

  • Hamas Rilis Pernyataan Tak Lazim dalam Bahasa Ibrani: Zionis Punya 2 Opsi, 1 IDF Keturunan Palestina – Halaman all

    Hamas Rilis Pernyataan Tak Lazim dalam Bahasa Ibrani: Zionis Punya 2 Opsi, 1 IDF Keturunan Palestina – Halaman all

    Hamas Rilis Pernyataan Tak Biasa dalam Bahasa Ibrani: Zionis Israel Punya Dua Pilihan, 1 IDF Keturunan Palestina

    TRIBUNNEWS.COM – Gerakan Pembebasan Palestina, Hamas, Sabtu (22/2/2025) dilaporkan menerbitkan pernyataan yang tidak biasa di situs web resminya dan melalui saluran Telegramnya.

    Laporan RNTV menyatakan pernyataan Hamas ini tidak biasa karena dilansir dalam bahasa Ibrani yang kerap digunakan pasukan Israel (IDF) dalam pernyataan resmi di berbagai platform.

    “Perlawanan Palestina di Gaza sekali lagi menunjukkan komitmennya terhadap perjanjian tersebut dengan memfasilitasi pertukaran enam tahanan pendudukan hari ini, sementara pendudukan Israel terus menunda pelaksanaan kewajibannya [terhadap gencatan senjata],” kata pernyataan itu, dikutip dari RNTV, Sabtu.

    “Zionis (Israel) kini dihadapkan pada dua pilihan,” Hamas menambahkan.

    “Entah mereka menerima tawanannya dalam peti mati, seperti yang disaksikan Kamis lalu akibat arogansi penjahat Netanyahu.”

    “Atau mereka menerimanya hidup-hidup dengan mematuhi persyaratan perlawanan.”

    Hamas juga memperingatkan Israel tentang segala upaya untuk menghindari ketentuan perjanjian dan mengatakan satu-satunya cara bagi para tawanan untuk kembali ke keluarga mereka adalah melalui “negosiasi dan komitmen tulus terhadap ketentuan perjanjian gencatan senjata.”

    “Upaya putus asa Netanyahu untuk lolos dari kekalahan tentaranya di Gaza dengan melakukan pembantaian di Tepi Barat tidak akan mematahkan tekad rakyat kami atau perlawanan mereka.”

    “Perlakuan kami terhadap tahanan didasarkan pada ajaran agama dan nilai-nilai kemanusiaan, sementara tahanan kami di penjara pendudukan mengalami penyiksaan dan penindasan,” simpul pernyataan itu.

    CIUM KENING – Omer Shem Tov, salah satu dari tiga sandera Israel yang dibebaskan mencium dahi seorang pejuang Hamas di panggung di Nuseirat, Gaza Tengah, Sabtu (22/2/2025). Pada putaran ketujuh pertukaran sandera-tahanan, Hamas membebaskan 6 sandera Israel yang akan ditukar dengan pembebasan 602 tahanan Palestina dari penjara Israel. (Foto: Tangkapan layar)

    Pembebasan Satu Sandera Israel Tanpa Seremoni

    Seperti diberitakan, Hamas kembali melanjutkan kesepakatan pembebasan sandera dengan menyerahkan enam tawanan Israel hari ini, Sabtu (22/2/2025).

    Nama-nama tawanan Israel yang dibebaskan adalah sebagai berikut:

    Eliya Cohen

    Omer Shem Tov

    Omer Wenkert

    Tal Shoham

    Avera Mengistu

    Hisham Al-Sayed

    Tal Shoham dan Avera Mengistu dibebaskan lebih dulu dalam prosesi yang dilakukan di Rafah, Gaza Selatan.

    Sementara Eliya Cohen, Omer Shem Tov, Omer Wenkert dibebaskan di lokasi lain di Nuseirat, Gaza Tengah.

    Pun, Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, telah memutuskan untuk membebaskan tawanan Israel Hisham al-Sayed di Gaza tanpa upacara resmi, menurut sumber yang dikutip oleh Al Jazeera.

    KETURUNAN PALESTINA – Hisham al-Sayed, warga Israel keturunan Palestina yang ditawan Hamas selama 10 tahun di Gaza. Hisham al-Sayed dilaporkan pernah masuk menjadi personel militer Israel (IDF).

    Alasan di Balik Keputusan

    Sumber-sumber di dalam Brigade Qassam mengungkapkan bahwa keputusan itu dibuat karena rasa hormat terhadap warga Palestina di Pendudukan Israel.

    Rupanya, Hisham al-Sayed merupakan keturunan Palestina yang menjadi warga Israel dan sempat masuk menjadi personel militer Israel (IDF).

    Hamas menekankan kalau perekrutan warga Palestina dari dalam Pendudukan Israel ke dalam jajaran militer Israel secara luas ditolak oleh semua warga Palestina.

    Brigade tersebut menambahkan bahwa Israel meninggalkan al-Sayed selama 10 tahun karena asal-usul Palestinanya, meskipun pernah bertugas di ketentaraan Israel.

    Pembebasan ini terjadi di tengah perjanjian pertukaran tahanan yang sedang berlangsung antara Hamas dan Pendudukan Israel, yang telah menyaksikan pembebasan tahanan di kedua belah pihak.

    Pertukaran ini digelar setelah sempat ada masalah seputar pengembalian jenazah yang salah diidentifikasi pekan ini dari Hamas ke Israel.

    Buntut masalah ini, agenda pertukaran sandera sempat terancam gagal, mengancam gencatan senjata yang rapuh di Gaza.

    Namun, setelah kesalahpahaman tersebut rampung, Israel dan Hamas sepakat melanjutkan pertukaran sandera  di Gaza hari ini.

    Enam sandera yang akan dibebaskan di antaranya ada Eliya Cohen (27 tahun), Tal Shoham, (40 tahun), Omer Shem Tov (22 tahun), dan Omer Wenkert, (23 tahun). Mereka ditangkap Hamas selama serangan ke Israel pada 7 Oktober 2023.

    Sementara dua lainnya, Hisham Al-Sayed (36 tahun) dan Avera Mengistu (39 tahun) ditahan Hamas sejak mereka memasuki Gaza secara terpisah dalam keadaan yang tidak dapat dijelaskan sekitar satu dekade lalu.

    Adapun keenam sandera Israel yang dibebaskan Hamas merupakan kelompok terakhir yang masih hidup dari 33 orang yang disepakati akan dibebaskan di gencatan senjata tahap pertama.

    Mengutip BBC International, para sandera diperkirakan akan diserahkan sekitar pukul 08.30 pagi (06.30 GMT).

    Hingga kini Hamas belum menjelaskan secara detail di mana pertukaran sandera akan digelar.

    Meski begitu kemungkinan serah terima akan dilakukan di Khan Younis, Gaza selatan.

    Israel Bebaskan 602 Tahanan Palestina

    Sebagai imbalannya, Israel mengumumkan bahwa pihaknya akan membebaskan 602 tahanan Palestina dalam tahap terakhir pertukaran yang telah berlangsung sejak 19 Januari.

    Di antara mereka yang dibebaskan, 445 adalah warga Palestina dari Gaza yang diculik militer Israel setelah serangan Hamas pada 7 Oktober.

    Sebanyak 60 orang lainnya tengah menjalani masa hukuman penjara yang panjang, 50 napi menjalani hukuman penjara seumur hidup, dan 47 orang yang ditangkap kembali setelah pertukaran tahanan tahun 2011.

    Hal itu diungkap langsung oleh juru bicara kelompok advokasi Klub Tahanan Palestina, Amani Sarahneh sebagaimana dilansir Al Arabiya, Sabtu (22/2/2025).

    Namun sebagai catatan, dalam pembebasan kali ini nantinya 108 tahanan yang akan dideportasi ke luar Israel dan wilayah Palestina.

    Negosiasi Tahap Kedua Gencatan Senjata Dimulai

    Kendati kesepakatan gencatan senjata tahap pertama belum rampung digelar, namun Israel kabarnya telah memulai negosiasi tidak langsung dengan kelompok militan Palestina Hamas mengenai fase kedua perjanjian gencatan senjata di Gaza pekan ini.

    “Itu akan terjadi minggu ini,” kata Gideon Sa’ar Menteri Luar Negeri Israel, Rabu (19/2/2025).

    Perundingan untuk tahap kedua kesepakatan itu seharusnya dimulai pada 2 Februari.

    Namun, Qatar yang bersama Mesir dan Amerika Serikat menjadi penengah antara kedua pihak, mengatakan perundingan tersebut belum dilakukan secara resmi.

    Pada negosiasi tahap dua akan dibahas pengembalian sisa sandera berjumlah 64.

    Dalam perundingan kali ini, Israel dan Hamas kabarnya bakal membahas beberapa isu-isu seperti pemerintahan di Gaza pasca perang.

    Hal tersebut, turut dikonfirmasi seorang pejabat Israel yang mengatakan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menunjuk orang kepercayaannya untuk memimpin negosiasi tahap kedua gencatan senjata dengan Hamas.

    Orang kepercayaan Benjamin Netanyahu itu merupakan Ron Dermer yang lahir di Amerika Serikat (AS).

    Namun, kantor berita Reuters memprediksi bahwa negosiasi tahap kedua akan berlangsung alot.

    Sebab, masalah siapa yang memerintah di Gaza pasca-perang bakal ditentukan dalam perundingan kali ini.

     

    (oln/rntv/*)

  • Trump Mau Caplok Gaza, Negara-negara Arab Bersatu Lakukan Ini

    Trump Mau Caplok Gaza, Negara-negara Arab Bersatu Lakukan Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Para pemimpin negara-negara Arab bertemu di Arab Saudi untuk membahas perlawanan terhadap rencana Presiden AS Donald Trump yang ingin mencaplok Jalur Gaza dan merelokasi lebih dari 2 juta warga Palestina ke negara lain secara permanen.

    Pertemuan yang digelar pada Jumat (21/2) waktu setempat, dihadiri pemimpin dari 7 negara Arab. Masing-masing Arab Saudi, Mesir, Yordania, Qatar, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Bahrain.

    Pertemuan digelar secara tidak resmi dan diadakan dalam kerangka hubungan persaudaraan erat yang mempertemukan para pemimpin negara-negara Arab, menurut laporan media pemerintah Arab Saudi, SPA, dikutip dari Aljazeera, Sabtu (22/2/2025).

    Rencana Trump telah menyatukan negara-negara Arab sebagai oposisi, namun masih ada perbedaan pendapat mengenai siapa yang harus memerintah daerah kantong tersebut dan bagaimana mendanai rekonstruksinya.

    Umer Karim, pakar kebijakan luar negeri Arab Saudi, menyebut pertemuan puncak itu sebagai pertemuan yang “paling penting” dalam beberapa dekade terakhir bagi dunia Arab dan masalah Palestina.

    Trump memicu kemarahan global ketika ia mengusulkan agar AS “mengambil alih Jalur Gaza” dan agar 2,4 juta penduduknya direlokasi ke negara tetangga, Mesir dan Yordania.

    “Mengenai tindakan bersama Arab dan keputusan yang dikeluarkan mengenai hal itu akan menjadi agenda KTT darurat Arab ke depan yang akan diadakan di Republik Arab, Mesir,” kata SPA, merujuk pada rencana pertemuan puncak darurat pada 4 Maret untuk membahas Israel dan Palestina.

    Saat bertemu Trump di Washington pada 11 Februari lalu, Raja Yordania Abdullah II mengatakan Mesir akan menyampaikan rencana ke depan. Sumber keamanan Arab Saudi mengatakan pembicaraan dalam pertemuan pekan ini akan membahas “versi rencana Mesir” yang disebutkan raja.

    Pembangunan Gaza Telan Biaya Segini

    Pembangunan kembali Gaza akan menjadi isu utama, setelah Trump menyebut kebutuhan rekonstruksi sebagai pembenaran untuk merelokasi penduduknya.

    Kairo belum mengumumkan inisiatifnya, namun mantan diplomat Mesir Mohamed Hegazy menguraikan rencana tersebut dalam 3 tahap teknis selama jangka waktu 3 hingga 5 tahun ke depan.

    Yang pertama, berlangsung selama enam bulan, akan fokus pada “pemulihan dini”, kata Hegazy, anggota Dewan Luar Negeri Mesir, sebuah wadah pemikir yang memiliki hubungan kuat dengan kalangan pengambil keputusan di Kairo.

    “Alat berat akan dikerahkan untuk membersihkan puing-puing, sementara zona aman yang ditentukan akan diidentifikasi di Gaza untuk merelokasi sementara penduduk,” kata Hegazy.

    Tahap kedua memerlukan konferensi internasional untuk memberikan perincian rekonstruksi dan akan fokus pada pembangunan kembali infrastruktur utilitas, katanya.

    “Fase terakhir akan mengawasi perencanaan kota Gaza, pembangunan unit perumahan, dan penyediaan layanan pendidikan dan kesehatan,” ia menambahkan.

    PBB memperkirakan pada pembangunan kembali akan menelan biaya lebih dari US$53 miliar (Rp864 triliun), termasuk lebih dari US$20 miliar (Rp326 triliun) dalam 3 tahun pertama.

    Fase terakhir, kata Hegazy, akan mencakup “meluncurkan jalur politik untuk menerapkan solusi dua negara dan agar ada insentif untuk gencatan senjata yang berkelanjutan”.

    (fab/fab)

  • Kesepakatan Baru Digelar Hari Ini, Enam Tawanan Israel Ditukar 602 Tahanan Palestina – Halaman all

    Kesepakatan Baru Digelar Hari Ini, Enam Tawanan Israel Ditukar 602 Tahanan Palestina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pertukaran sandera yang melibatkan kelompok pejuang Palestina Hamas dan pemerintah Israel kembali dilanjutkan pada Sabtu, 22 Februari 2025.

    Dalam proses ini, enam tawanan Israel akan dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan yang lebih besar untuk memulangkan tahanan Palestina.

    Mengapa Pertukaran Sandera Ini Penting?

    Kesepakatan ini terjadi setelah sempat terjadinya masalah mengenai pengembalian jenazah yang salah diidentifikasi sebelumnya.

    Peristiwa tersebut menimbulkan ancaman bagi gencatan senjata yang rapuh antara kedua belah pihak.

    Namun, setelah kesalahpahaman itu diselesaikan, Israel dan Hamas sepakat untuk melanjutkan proses pertukaran sandera yang direncanakan di Gaza.

    Siapa Saja Tawanan yang Diberikan Kebebasan?

    Enam tawanan Israel yang akan dibebaskan terdiri dari:

    Mereka ditangkap oleh Hamas dalam serangan yang terjadi pada 7 Oktober 2023, sedangkan Hisham dan Avera telah ditahan sejak mereka memasuki Gaza secara terpisah sekitar satu dekade lalu.

    Mengutip BBC International, proses serah terima diperkirakan akan berlangsung sekitar pukul 08:30 pagi waktu setempat.

    Meskipun hingga kini Hamas belum memberikan rincian tempat pertukaran, kemungkinan besar acara tersebut akan dilaksanakan di Khan Younis, Gaza selatan.

    Apa yang Diperoleh Israel dalam Pertukaran Ini?

    Sebagai imbalan atas pembebasan keenam sandera tersebut, Israel mengumumkan bahwa mereka akan melepaskan 602 tahanan Palestina.

    Jumlah ini merupakan bagian dari tahap akhir dari pertukaran yang dimulai sejak 19 Januari lalu.

    Dari 602 tahanan yang dibebaskan, 445 di antaranya adalah warga Palestina yang ditangkap oleh militer Israel setelah serangan yang dilakukan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Juru bicara Klub Tahanan Palestina, Amani Sarahneh, menyatakan bahwa sekitar 60 orang dari mereka sedang menjalani hukuman penjara yang panjang, termasuk 50 napi yang sedang menjalani hukuman seumur hidup.

    Sebanyak 108 tahanan juga akan dideportasi ke luar Israel dan wilayah Palestina.

    Bagaimana Proses Negosiasi Tahap Kedua Berjalan?

    Meskipun kesepakatan gencatan senjata tahap pertama belum sepenuhnya terlaksana, Israel dilaporkan telah memulai negosiasi tidak langsung dengan Hamas untuk fase kedua dari perjanjian gencatan senjata.

    Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, mengatakan bahwa negosiasi tersebut diharapkan dapat dimulai pada 2 Februari mendatang.

    Qatar, bersama Mesir dan Amerika Serikat, berperan sebagai penengah dalam negosiasi ini.

    Pada tahap kedua, akan dibahas mengenai pengembalian sisa sandera yang masih tersisa, yang berjumlah 64 orang.

    Selain itu, isu-isu tentang pemerintahan di Gaza pasca-perang juga akan menjadi agenda dalam perundingan tersebut.

    Pejabat Israel menegaskan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah menunjuk Ron Dermer sebagai orang kepercayaannya untuk memimpin negosiasi ini.

    Meski demikian, kantor berita Reuters memprediksi bahwa negosiasi tersebut akan menghadapi banyak tantangan, terutama terkait siapa yang akan memerintah di Gaza setelah konflik berakhir.

    Dengan semua informasi ini, proses pertukaran sandera ini tidak hanya penting untuk kedua belah pihak, tetapi juga bisa menjadi langkah awal menuju perdamaian yang lebih permanen di wilayah yang telah lama dilanda konflik.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).