Negara: Qatar

  • Tradisi Unik Ramadan di Berbagai Negara, dari Nyekar hingga Mheibes!

    Tradisi Unik Ramadan di Berbagai Negara, dari Nyekar hingga Mheibes!

    Jakarta: Ramadan tidak hanya identik dengan ibadah puasa dan berbuka bersama, tetapi juga dipenuhi oleh beragam tradisi unik di berbagai belahan dunia. 
     
    Dari Timur Tengah hingga Asia Tenggara, setiap negara memiliki cara tersendiri untuk menyambut dan menjalani bulan suci ini. 
     
    Ada yang berbagi permen seperti di Uni Emirat Arab, ada pula yang mengunjungi makam leluhur seperti di Indonesia. 

    Setiap tradisi ini mencerminkan nilai-nilai kebersamaan, refleksi, dan spiritualitas yang khas di bulan Ramadan.
     
    Berikut beberapa tradisi unik dari berbagai negara saat Ramadan, seperti dirangkum dari The National News.
     

    Tradisi unik Ramadan di berbagai negara

    1. Haq Al Laila – Tradisi Berbagi di UEA

    Di Uni Emirat Arab, anak-anak merayakan Haq Al Laila, sebuah tradisi yang dilakukan 15 hari sebelum Ramadan. Mereka mengenakan pakaian tradisional dan membawa tas anyaman berwarna-warni untuk mengumpulkan permen dan kacang-kacangan dari rumah ke rumah. Tradisi ini sering disebut sebagai “versi Timur Tengah dari trick-or-treat Halloween.”
     
    Menurut sejarawan budaya Islam, tradisi ini mungkin berasal dari kisah Fatima, putri Nabi Muhammad, yang membagikan manisan kepada orang-orang menjelang Ramadan. “Tradisi ini tidak hanya menyenangkan bagi anak-anak, tetapi juga mengajarkan pentingnya berbagi,” kata seorang ahli sejarah Timur Tengah.

    2. Gargee’an dan Qaranqasho – Perayaan di Teluk Arab

    Di beberapa negara Teluk seperti Kuwait, Qatar, Bahrain, dan Irak, ada tradisi Gargee’an yang dirayakan pada malam ke-15 Ramadan. Anak-anak berpakaian cerah, bernyanyi, dan menerima hadiah manisan dari tetangga.
     
    Di Qatar, tradisi ini disebut Garangao, sementara di Oman dikenal dengan nama Qaranqasho. Di Bahrain, perayaan ini bahkan diadakan dalam bentuk karnaval dengan berbagai pertunjukan budaya.

    3. Nyekar – Tradisi Ziarah Kubur di Indonesia

    Di Indonesia, menjelang Ramadan, banyak orang melakukan nyekar, yaitu ziarah ke makam leluhur untuk membersihkan makam dan mendoakan keluarga yang telah meninggal. Tradisi ini mencerminkan nilai penghormatan terhadap leluhur dan memperkuat ikatan keluarga sebelum memasuki bulan suci.
     
    “Nyekar bukan hanya tentang mengenang yang telah tiada, tetapi juga sebagai refleksi diri agar lebih siap secara spiritual menyambut Ramadan,” ujar seorang budayawan Indonesia.

    4. Padusan – Ritual Mandi Suci di Jawa

    Di beberapa daerah di Jawa, umat Muslim menjalankan tradisi Padusan, yaitu mandi di mata air sebelum Ramadan untuk membersihkan diri secara fisik dan spiritual. Tradisi ini memiliki kemiripan dengan ritual mandi dalam agama Hindu dan Buddha, yang telah lama menjadi bagian dari budaya Jawa sebelum Islam datang.
     
    Menurut seorang antropolog, “Padusan adalah bentuk penyucian diri yang menghubungkan kepercayaan lokal dengan nilai-nilai Islam.”

    5. Mheibes – Permainan Cincin di Irak

    Di Irak, setelah berbuka puasa, masyarakat kerap memainkan Mheibes, permainan tradisional yang melibatkan dua tim besar. Salah satu tim menyembunyikan cincin di tangan salah satu pemainnya, sementara tim lawan harus menebak siapa yang menyimpannya.
     
    Mheibes bukan sekadar permainan, tetapi juga ajang mempererat silaturahmi antarwarga. “Permainan ini melatih kejelian membaca ekspresi orang lain, sekaligus memperkuat kebersamaan selama Ramadan,” ujar seorang sejarawan Irak.
     
    Ramadan, Bulan Penuh Tradisi dan Makna
    Setiap negara memiliki cara unik dalam menyambut Ramadan, mencerminkan keanekaragaman budaya Islam di seluruh dunia. Dari berbagi permen di UEA, ziarah kubur di Indonesia, hingga permainan Mheibes di Irak, semua tradisi ini memiliki satu benang merah: semangat kebersamaan, refleksi, dan kebahagiaan di bulan suci.
     
    Bagaimana dengan tradisi Ramadan di daerahmu?
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • AS Usul Gencatan Senjata Gaza Diperpanjang, Beri Peringatan ke Hamas

    AS Usul Gencatan Senjata Gaza Diperpanjang, Beri Peringatan ke Hamas

    Washington DC

    Amerika Serikat (AS) mengajukan proposal terbaru untuk memperpanjang gencatan senjata di Jalur Gaza setelah Ramadan dan Paskah. Washington juga memperingatkan Hamas bahwa akan ada harga mahal yang harus dibayar, jika mereka tidak membebaskan sandera sebelum batas waktu yang semakin dekat.

    “Presiden (AS Donald) Trump telah memperjelas bahwa Hamas harus segera membebaskan sandera, atau membayar harga yang mahal,” ucap Utusan Khusus Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, seperti dilansir Al Arabiya, Sabtu (15/3/2025).

    Proposal yang diajukan AS pada Rabu (12/3) waktu setempat, menyatakan bahwa Hamas harus membebaskan para sandera yang masih hidup dengan imbalan pembebasan tahanan Palestina dari penjara Israel, berdasarkan formula yang telah disepakati sebelumnya.

    Proposal itu juga mengatur perpanjangan tahap pertama gencatan senjata untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Jalur Gaza.

    Pada saat yang sama, menurut pernyataan Witkoff dan Dewan Keamanan Nasional, AS akan berupaya mencapai solusi yang langgeng untuk perang Gaza.

    Witkoff mengatakan bahwa Qatar dan Mesir, yang selama ini menjadi mediator bersama dengan AS, telah memberitahu Hamas soal usulan itu harus segera dilaksanakan dan agar seorang sandera berkewarganegaraan ganda AS-Israel, Edan Alexander, harus segera dibebaskan.

    Kelompok Hamas yang menguasai Jalur Gaza, pada Jumat (14/3), mengajukan tawaran untuk membebaskan Alexander dan menyerahkan empat jenazah sandera berkewarganegaraan ganda lainnya.

    Witkoff mengecam tawaran Hamas itu, dan menyebut kelompok militan itu secara terbuka mengklaim fleksibilitas, namun mengajukan tuntutan tidak praktis tanpa gencatan senjata.

    “Hamas membuat pertaruhan yang sangat buruk bahwa waktu ada di pihak mereka. Tidak demikian. Hamas sangat menyadari tenggat waktu tersebut, dan seharusnya mereka mengetahui bahwa kami akan menanggapinya dengan tepat jika tenggat waktu itu terlewati,” tegasnya.

    Lihat juga Video: Hamas, Mesir, dan Qatar Bahas Gencatan Senjata Gaza Tahap II

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Hamas Bersedia Serahkan Tentara Idan Alexander Berkewarganegaraan Israel-AS dan 4 Jenazah Sandera – Halaman all

    Hamas Bersedia Serahkan Tentara Idan Alexander Berkewarganegaraan Israel-AS dan 4 Jenazah Sandera – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) mengumumkan kesepakatan untuk membebaskan satu tentara berkewarganegaraan Israel dan empat jenazah sandera yang memiliki kewarganegaraan ganda.

    Kesepakatan ini dicapai setelah menerima usulan dari para mediator pada hari Kamis, 13 Maret 2025.

    Hamas menyatakan bahwa mereka menangani usulan tersebut dengan tanggung jawab dan sikap positif.

    Dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan pada Jumat (14/3/2025), Hamas mengonfirmasi persetujuan untuk membebaskan tentara Israel Idan Alexander, yang juga memiliki kewarganegaraan Amerika Serikat, serta jenazah empat orang lainnya.

    “Perlawanan siap untuk memulai perundingan dan mencapai kesepakatan komprehensif mengenai berbagai isu terkait tahap kedua,” ungkap Hamas.

    Mereka juga menyerukan agar Israel melaksanakan kewajibannya sepenuhnya.

    Negosiasi dan Imbalan

    Seorang pemimpin Hamas menekankan bahwa mereka akan menyerahkan jenazah empat tahanan berkewarganegaraan ganda sebagai imbalan untuk pembebasan tahanan Palestina.

    Negosiasi tidak langsung antara kedua belah pihak direncanakan akan dimulai pada hari yang sama saat para tahanan dibebaskan, sebagai bagian dari tahap kedua perjanjian.

    Pemimpin tersebut menyatakan bahwa negosiasi akan mencakup pengaturan terkait gencatan senjata, penarikan pasukan, dan pembebasan tahanan yang tersisa dalam waktu 50 hari.

    Ia juga menekankan pentingnya segera membuka penyeberangan untuk memfasilitasi bantuan kemanusiaan.

    “Pelaksanaan tahap pertama harus dilanjutkan, termasuk protokol kemanusiaan, penghentian operasi militer, dan rehabilitasi infrastruktur,” tambahnya.

    Mediator dari Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar diminta mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan penyelesaian negosiasi dan tercapainya kesepakatan komprehensif yang mencakup gencatan senjata dan penarikan penuh.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Timnas Indonesia U-17 Persiapan Intens sebelum Tampil di Piala Asia U-17 2025

    Timnas Indonesia U-17 Persiapan Intens sebelum Tampil di Piala Asia U-17 2025

    JAKARTA – Timnas Indonesia U-17 akan menjalani program latihan intensif sebelum tampil pada Piala Asia U-17 2025 di Arab Saudi.

    Tak hanya latihan, tim asuhan Nova Arianto ini juga merencanakan beberapa uji coba internasional. 

    Ketua Umum (Ketum) PSSI, Erick Thohir, mengungkapkan rencana keberangkatan skuad Garuda Nusantara ke Uni Emirat Arab bersama sang pelatih, Nova Arianto, untuk latihan intensif tersebut.

    Setibanya di lokasi, Timnas Indonesia U-17 juga akan menjalani pemusatan latihan dan dua kali uji coba.

    “Sebagai informasi, rencananya Timnas Indonesia U-17 akan berangkat tanggal 15 (Maret 2025) malam, hampir dini hari tanggal 16 (Maret 2025) untuk mulai melakukan training center di Uni Emirat Arab (UEA),” kata Erick Thohir pada Jumat, 14 Maret 2025. 

    “Di sana rencana tanggal 20 (Maret 2025) akan melawan tim dari China, lalu tanggal 26 (Maret 2025) melawan tim UEA. Lalu, berangkat lagi untuk mempersiapkan Piala Asia U-17 2025, ya, kami memang datang lebih awal,” tuturnya lagi.

    Saat ini ada 30 pemain yang sudah mengikuti pemusatan latihan. Nantinya ada tujuh pemain yang dieliminasi atau hanya 23 nama yang akan dibawa ke Arab Saudi. 

    Piala Asia U-17 2025 akan berlangsung di Arab Saudi pada 3-20 April 2025. Timnas Indonesia U-17 tergabung di Grup C bersama Korea Selatan U-17, Yaman U-17, dan Afghanistan U-17. 

    Piala Asia U-17 2025 sekaligus menjadi ajang kualifikasi untuk tampil di Piala Dunia U-17 2025 di Qatar. Untuk bisa lolos ke fase itu, hanya ada delapan tim yang mendapat tiket.

    Artinya, Garuda Nusantara perlu lolos dari fase grup untuk mendapat tiket Piala Dunia U-17 2025. 

    “Memang targetnya sama, kalau bisa kami menembus Piala Dunia U-17 2025. Caranya hanya delapan tim yang akan lolos ke Piala Dunia U-17 2025,” ujar Ketum PSSI.

  • Tarik Ulur Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza, Tawaran Hamas Bebaskan Sandera Ditolak Israel – Halaman all

    Tarik Ulur Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza, Tawaran Hamas Bebaskan Sandera Ditolak Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Tawar menawar terus terjadi antara Israel dan Hamas demi kesepakatan gencatan senjata tercapai.

    Namun, tawar menawar tersebut tak pernah menemui titik terang agar perdamaian di Gaza terwujud.

    Terbaru, Israel telah menolak tawaran Hamas untuk membebaskan seorang warga negara ganda Amerika-Israel.

    Hamas mengatakan pihaknya telah mengajukan tawaran untuk membebaskan Edan Alexander, warga asli New Jersey, seorang prajurit berusia 21 tahun dalam tentara pendudukan Israel.

    Tawaran dari Hamas ini dilakukan setelah menerima proposal dari mediator untuk negosiasi tahap kedua dari kesepakatan gencatan senjata.

    Akan tetapi, kesepakatan ini berada dalam ketidakpastian karena Israel menolak untuk memulai negosiasi tahap kedua dan berupaya memberikan tekanan maksimum kepada Palestina untuk memaksa mereka menerima persyaratan barunya.

    Dikutip dari Middle East Monitor, Hamas mengatakan pemimpin Gaza Khalil Al-Hayya tiba di Kairo, Mesir pada Jumat (14/3/2025).

    Al-Hayya berada di Kairo untuk melakukan pembicaraan gencatan senjata dengan mediator Mesir.

    Sejak fase pertama sementara gencatan senjata berakhir pada tanggal 2 Maret, Israel telah menutup perbatasan ke Gaza, melarang semua bantuan kemanusiaan memasuki Jalur Gaza, dan memutus aliran listrik ke satu-satunya pabrik desalinasi di daerah kantong itu.

    Israel mengatakan ingin memperpanjang fase pertama gencatan senjata sementara, sebuah usulan yang didukung oleh utusan AS Steve Witkoff.

    Lalu Hamas mengatakan akan melanjutkan pembebasan tawanan hanya pada fase kedua.

    Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyebut tawaran pembebasan Alexander sebagai “manipulasi dan perang psikologis”.

    “Meskipun Israel telah menerima usulan Witkoff, Hamas tetap pada penolakannya dan tidak bergeming sedikit pun,” kata kantor Netanyahu menambahkan.

    Dikatakan bahwa ia akan bersidang dengan kabinetnya Sabtu (15/3/2025) malam untuk membahas situasi dan memutuskan langkah selanjutnya.

    Witkoff mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih pada awal Maret bahwa pembebasan Alexander merupakan “prioritas utama”.

    Negosiator penyanderaan AS Adam Boehler bertemu dengan para pemimpin Hamas dalam beberapa hari terakhir untuk meminta pembebasan Alexander.

    Dua pejabat Hamas mengatakan kepada Reuters bahwa persetujuan mereka untuk membebaskan Alexander dan keempat jenazah itu bersyarat pada dimulainya perundingan mengenai gencatan senjata tahap kedua, pembukaan penyeberangan, dan pencabutan blokade Israel.

    “Kami bekerja sama dengan para mediator agar kesepakatan ini berhasil dan memaksa pendudukan untuk menyelesaikan semua fase kesepakatan,” kata Abdel-Latif Al-Qanoua, juru bicara Hamas.

    Hamas Disebut Buat Taruhan yang Buruk

    Gedung Putih menuduh Hamas mengajukan tuntutan yang “sama sekali tidak praktis”.

    Hamas juga disebut menunda kesepakatan untuk membebaskan sandera AS-Israel dengan imbalan perpanjangan gencatan senjata Gaza.

    “Hamas bertaruh dengan sangat buruk bahwa waktu ada di pihaknya. Tidak demikian,” kata pernyataan dari kantor Steve Witkoff dan Dewan Keamanan Nasional AS, dikutip dari Arab News.

    “Hamas sangat menyadari tenggat waktu itu, dan harus tahu bahwa kami akan menanggapinya dengan tepat jika tenggat waktu itu terlewati,” katanya lagi.

    Witkoff menambahkan bahwa Trump telah bersumpah Hamas akan “membayar harga yang mahal” karena tidak membebaskan sandera.

    Utusan Trump itu mengajukan proposal “jembatan” di Qatar pada hari Rabu untuk memperpanjang fase pertama gencatan senjata hingga pertengahan April jika Hamas membebaskan sandera yang masih hidup dengan imbalan tahanan Palestina.

    “Hamas diberi tahu dengan tegas bahwa ‘jembatan’ ini harus segera diimplementasikan — dan bahwa warga negara AS-Israel Edan Alexander harus segera dibebaskan,” kata pernyataan itu.

    “Sayangnya, Hamas telah memilih untuk menanggapi dengan secara terbuka mengklaim fleksibilitas sementara secara pribadi mengajukan tuntutan yang sama sekali tidak praktis tanpa gencatan senjata permanen,” tambahnya.

    Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, ditanya apakah Amerika Serikat memprioritaskan pembebasan sandera Amerika, berkata: “Kami peduli dengan semua sandera”.

    “Kami bertindak seolah-olah ini adalah pertukaran yang normal, ini adalah hal yang normal yang terjadi. Ini adalah kemarahan. Jadi mereka semua harus dibebaskan,” kata Rubio.

    “Saya tidak akan mengomentari apa yang akan kami terima dan tidak terima, selain bahwa kita semua — seluruh dunia — harus terus mengatakan bahwa apa yang telah dilakukan Hamas adalah keterlaluan, konyol, sakit, menjijikkan,” katanya.

    (*)

  • Hamas Setuju Bebaskan 1 Tentara Berkewarganegaraan Israel-AS dan 4 Jenazah Sandera – Halaman all

    Hamas Setuju Bebaskan 1 Tentara Berkewarganegaraan Israel-AS dan 4 Jenazah Sandera – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) menyetujui untuk membebaskan satu tentara Israel berkewarganegaraan Israel-Amerika Serikat (AS) dan empat jenazah sandera yang berkewarganegaraan ganda.

    Hamas mengumumkan mereka menerima usulan dari para mediator pada hari Kamis (13/3/2025) untuk melanjutkan perundingan mengenai gencatan senjata di Gaza dan pertukaran tahanan dengan Israel.

    Hamas menegaskan mereka menangani usulan tersebut secara bertanggung jawab dan positif.

    “Perlawanan menyerahkan tanggapan terhadap usulan tersebut pada dini hari, yang mencakup persetujuan untuk membebaskan tentara Israel Idan Alexander, yang memegang kewarganegaraan Amerika serta jenazah empat orang lainnya yang memiliki kewarganegaraan ganda,” kata Hamas dalam pernyataannya, Jumat (14/3/2025).

    Hamas menegaskan kesiapan penuhnya untuk memulai perundingan dan mencapai kesepakatan komprehensif mengenai berbagai isu terkait tahap kedua, dan menyerukan pendudukan Israel untuk melaksanakan sepenuhnya kewajibannya.

    Sementara itu, seorang pemimpin perlawanan menekankan Hamas akan menyerahkan jenazah empat tahanan pemegang kewarganegaraan ganda, selain tawanan Amerika Idan Iskandar, sebagai imbalan atas pembebasan tahanan Palestina.

    “Negosiasi tidak langsung antara kedua belah pihak akan dimulai pada hari yang sama saat para tahanan dibebaskan, untuk melaksanakan tahap kedua perjanjian,” kata pemimpin tersebut kepada Al Mayadeen.

    Ia mengindikasikan negosiasi akan mencakup pengaturan terkait gencatan senjata, penarikan pasukan, dan pembebasan tahanan yang tersisa dalam waktu 50 hari.

    Ia juga menekankan perlunya segera membuka penyeberangan untuk memfasilitasi masuknya bantuan kemanusiaan dan pertolongan.

    Pemimpin tersebut mengatakan pelaksanaan tahap pertama harus dilanjutkan, termasuk protokol kemanusiaan, penghentian operasi militer, dan rehabilitasi infrastruktur.

    Selain itu, ia menekankan bahwa mediator dari Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan penyelesaian negosiasi dan tercapainya kesepakatan komprehensif yang mencakup gencatan senjata dan penarikan penuh.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • 10 Negara Ini Tidak Memungut Pajak Penghasilan ke Warganya

    10 Negara Ini Tidak Memungut Pajak Penghasilan ke Warganya

    Jakarta

    Beberapa negara di dunia tidak memungut pajak penghasilan dari warganya. Padahal, pajak menjadi sumber pendapatan utama bagi banyak negara.

    Adapun alasan terbesarnya adalah karena negara-negara ini sudah memiliki pemasukan yang cukup. Kebijakan tersebut bisa menjadi daya tarik bagi ekspatriat yang ingin mengoptimalkan penghasilan mereka. Berikut beberapa negara yang tidak memungut pajak penghasilan warganya.

    10 Negara yang Tidak Memungut Pajak Penghasilan ke Warganya

    Ada banyak negara yang tidak membebani pajak penghasilan kepada warganya. Menurut laman Nomad Capitalist, Investopedia, dan Investment Visa, berikut di antaranya:

    1. Monako

    Monako telah lama dianggap sebagai salah satu tempat terindah dan paling diminati untuk ditinggali di Eropa. Berada di French Riviera, Monaco memiliki marina yang luas dan ditempati berbagai kapal pesiar di seluruh dunia.

    Jika tinggal di sana, penduduknya tidak perlu membayar pajak atas keuntungan modal, pendapatan investasi, dividen, kekayaan, hingga pembelian properti. Sewa dikenakan pajak sebesar 1% dari sewa tahunan. Meski demikian, Monako merupakan salah satu tempat termahal di dunia untuk ditinggali.

    2. Bahrain

    Bahrain menjadi salah satu negara terkaya di dunia sekaligus salah satu negara tanpa pajak penghasilan. Cukup mudah untuk tinggal di negara ini. Tempat-tempat seperti Manama, memiliki komunitas ekspatriat yang cukup besar.

    Meski begitu, untuk mendapatkan tempat tinggal permanen bisa jadi sulit. Penduduk harus sudah pensiun, dan berinvestasi dengan jumlah tertentu dalam properti atau bisnis lokal.

    3. Kepulauan Cayman

    Pemerintah Kepulauan Cayman tidak mengenakan pajak penghasilan, pajak properti, pajak keuntungan modal, dan pajak gaji kepada penduduknya. Selain itu, kepulauan ini juga tidak mengenakan pajak perusahaan yang menarik banyak perusahaan multinasional.

    Ada tiga cara untuk memperoleh tempat tinggal di Kepulauan Cayman, yaitu bekerja di perusahaan yang berbasis di Kepulauan Cayman, melakukan investasi yang signifikan, dan mendirikan bisnis di sana. Seperti sebagian besar negara Karibia, semakin banyak uang diinvestasikan, semakin mudah pendatang menerima tempat tinggal.

    4. Brunei Darussalam

    Brunei Darussalam memiliki kekayaan minyak yang cukup untuk tidak memungut pajak penghasilan. Meski begitu, tinggal di Brunei sangat sulit.

    Pasalnya, negara ini memiliki reputasi tidak ramah terhadap orang asing. Mendapatkan tempat tinggal tetap dan kewarganegaraan juga tidak mungkin, kecuali jika memperoleh persetujuan Sultan.

    5. Kuwait

    Kuwait juga tidak memungut pajak penghasilan berkat industri minyaknya yang begitu besar. Menariknya, Kuwait menjadi salah satu negara yang paling ramah terhadap ekspatriat di dunia, dengan warga negara asing dua per tiga dari populasinya.

    Meski begitu, untuk memperoleh status penduduk tepat, biasanya pendatang harus memiliki kerabat warga Kuat atau pekerjaan formal di negara tersebut. Sehingga, tinggal secara permanen di Kuwait hampir mustahil.

    6. Oman

    Sebab penghasilan industri minyak dan gasnya, Oman tidak memerlukan pajak penghasilan dari warganya. Namun, tinggal di sana bisa membutuhkan penyesuaian besar, sebab budaya Oman cukup konservatif.

    Negara ini juga tidak terlalu membutuhkan modal asing. Jadi, ekspatriat yang ingin pindah ke negara ini biasanya membutuhkan koneksi kuat agar bisa melakukannya dengan mudah.

    7. Qatar

    Meski kecil, Qatar adalah negara kaya yang meraup keuntungan dari industri minyak. Qatar memiliki salah satu tingkat pendapatan per kapita tertinggi di dunia dan dianggap sebagai negara paling maju di Timur Tengah.

    Secara keseluruhan, Qatar menjadi tempat yang menyenangkan untuk ditinggali dan menawarkan tempat tinggal permanen untuk ekspatriat. Namun, persyaratannya ketat dan hanya sedikit pengacara yang memiliki spesialisasi di bidang tersebut. Untuk memenuhi syarat, pendatang juga harus tinggal di negara tersebut selama lebih dari 20 tahun dan menguasai bahasa Arab dengan baik.

    8. Uni Emirat Arab

    Di antara negara penghasil minyak di Timur Tengah yang tidak memiliki pajak pendapatan atau pajak perusahaan, UEA dianggap sebagai salah satu yang paling menarik. Salah satu alasannya yaitu ekonominya yang relatif stabil.

    UEA menjadi salah satu negara yang paling mudah ditinggali dan berinvestasi, terutama dalam hal keamanan dan pembangunan. Negara ini memiliki fasilitas pendidikan yang baik dan populasi berbahasa Inggris yang kuat.

    9. Saint Kitts dan Nevis

    Saint Kitts dan Nevis di Karibia menjadi negara kepulauan selanjutnya yang membebaskan pajak, baik pendapatan pribadi, kekayaan, hadiah, warisan, dan keuntungan modal. Untuk mendapatkan kewarganegaraan di sini, investasinya mungkin lebih tinggi dibanding banyak negara tetangga Karibia.

    Meski begitu, negara ini menawarkan opsi real estat serta program kewarganegaraan yang stabil. Cukup membutuhkan waktu 2-4 bulan untuk ekspatriat mendapatkan kewarganegaraan.

    10. Maladewa

    Maladewa terkenal dengan negara kepulauan yang memiliki keindahan laut dan pantai yang indah. Menurut catatan detikcom, Maladewa memiliki penduduk 100 persen muslim.

    Berkat banyaknya resor di sana, Maladewa tidak terlalu membutuhkan pajak penghasilan. Pendatang yang bisa tinggal dalam jangka panjang di sana adalah seorang muslim sunni. Meski demikian, negara ini tidak memiliki program bagi orang asing untuk menjadi penduduk tetap apalagi mendapat kewarganegaraan.

    (elk/row)

  • Hamas Akan Bebaskan Sandera AS, Siap Lanjut Perundingan Gencatan Senjata

    Hamas Akan Bebaskan Sandera AS, Siap Lanjut Perundingan Gencatan Senjata

    Jakarta

    Hamas mengatakan siap membebaskan sandera Israel-Amerika dan jenazah empat warga negara ganda lainnya setelah militan Palestina dan Israel berkumpul untuk perundingan gencatan senjata di Gaza. Seorang pejabat senior Hamas pada hari Selasa mengatakan putaran baru perundingan telah dimulai di ibu kota Qatar, Doha. Israel juga telah mengirim tim negosiator.

    “Kemarin, delegasi pimpinan Hamas menerima usulan dari mediator persaudaraan untuk melanjutkan perundingan,” kata gerakan Islamis itu dalam sebuah pernyataan, dikutip AFP, Jumat (14/3/2025).

    Dia juga mengatakan Hamas siap membebaskan sandera tentara Israel berkewarganegaraan Amerika. Termasuk empat jenazah yang memegang kewarganegaraan ganda.

    “Termasuk persetujuannya untuk membebaskan tentara Israel Edan Alexander, yang memegang kewarganegaraan Amerika, bersama dengan jenazah empat orang lainnya yang memegang kewarganegaraan ganda,” ucapnya.

    Selama fase awal gencatan senjata yang sudah berlangsung enam minggu, militan membebaskan 33 sandera, termasuk delapan orang yang telah meninggal, sebagai ganti sekitar 1.800 tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel.

    Sebelumnya, pejabat senior Hamas, Taher Al-Nono, yang juga penasihat politik bagi kelompok militan itu, seperti dilansir Reuters, Senin (10/3), mengonfirmasi bahwa pembicaraan langsung yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan Washington berlangsung di Doha, ibu kota Qatar, sepekan terakhir.

    Dia menambahkan bahwa kedua belah pihak juga telah membahas cara-cara untuk menerapkan perjanjian bertahap yang bertujuan untuk mengakhiri perang antara Hamas dan Israel.

    “Kami memberitahu delegasi Amerika bahwa kami tidak menentang pembebasan tahanan (sandera-red) dalam kerangka pembicaraan ini,” ucapnya.

    (idn/dek)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Pernyataan-Pernyataan Terbaru Hamas Soal Gaza: Bersedia Bebaskan Tentara Israel-AS, 4 Jenazah – Halaman all

    Pernyataan-Pernyataan Terbaru Hamas Soal Gaza: Bersedia Bebaskan Tentara Israel-AS, 4 Jenazah – Halaman all

    Pernyataan-Pernyataan Terbaru Hamas Soal Situasi Gaza: Bebaskan Tentara Israel-AS, 4 Jenazah

    TRIBUNNEWS.COM – Gerakan Perlawanan Hamas mengumumkan sejumlah pernyataan terbaru terkait perkembangan situasi Jalur Gaza.

    Pernyataan ini terkait berlangsungnya negosiasi gencatan senjata dengan Israel di Doha, Qatar, RNTV melaporkan, Jumat (14/3/2025).

    Laporan menjelaskan, Hamas menyatakan kalau tingkat kepemimpinannya menerima proposal dari mediator gencatan senjata untuk melanjutkan negosiasi dengan Israel. 

    Gerakan itu mengatakan pihaknya “membahas proposal tersebut dengan pendekatan yang bertanggung jawab dan positif, menyerahkan tanggapannya pagi ini.”

    Hasilnya, Hamas menyatakan, bersedia membebaskan seorang tentara Israel (IDF) Aidan Alexander berkewarganegaraan Israel-Amerika Serikat (AS).

    Selain tentara IDF itu, Hamas juga akan membebaskan empat jenazah sandera Israel yang tewas selama agresi Israel dalam 15 bulan di Gaza.

    Berikut pernyataan lengkap Hamas terkait perkembangan situasi gencatan senjata di Gaza:

    “Kemarin, delegasi dari pimpinan Hamas menerima proposal dari mediator untuk melanjutkan negosiasi.

    Gerakan ini membahas proposal secara bertanggung jawab dan positif, dan menyampaikan tanggapan kami pagi ini. 

    Tanggapan itu termasuk perjanjian gerakan untuk membebaskan tentara Israel, Aidan Alexander, yang memegang kewarganegaraan Amerika, bersama dengan tubuh empat orang lainnya dengan kewarganegaraan ganda.

    Hamas menegaskan kesiapannya sepenuhnya untuk memulai negosiasi dan mencapai kesepakatan komprehensif tentang masalah fase kedua, mendesak pendudukan untuk memenuhi komitmen penuhnya.”

    PEMBEBASAN SANDERA – Foto ini diambil dari publikasi Telegram Brigade Al-Qassam (sayap militer gerakan Hamas) pada Kamis (20/2/2025), memperlihatkan anggota Brigade Al-Qassam membawa salah satu peti mati dari empat jenazah sandera Israel; Kfir Bibas (9 bulan), Ariel Bibas (4), ibu mereka bernama Shiri Bibas (32) dan Oded Lifshitz (83), dalam pertukaran tahanan gelombang ke-7 di Jalur Gaza pada Kamis. (Telegram Brigade Al-Qassam)

    Tuduh Israel-AS Memandekkan Negosiasi Gencatan Senjata

    Sumber Hamas juga menuduh Pendudukan Israel dan mediator AS berusaha memandekkan negosiasi pada fase kedua dari kesepakatan gencatan senjata dengan membatasi negosiasi hanya untuk aspek pertukaran tahanan.

    Hamas diketahui teguh meminta agar negosiasi juga membahas seputar penarikan mundur pasukan IDF serta pembukaan penuh blokade terhadap akses masuk bantuan ke Gaza seperti yang sudah diagendakan.

    Menurut sumber itu, utusan Timur Tengah AS Steve Wittoff mengusulkan pembebasan setengah dari tahanan dan setengah dari jenazah sandera Israel yang ditahan oleh Hamas.

    Namun, proposal ini ditolak Hamas.

    Belakangan, permintaan akhir dari pihak AS dan Israel berkurang menjadi meminta Hamas membebaskan hanya lima individu.

    Hamas bersedia, dengan menyatakan mau membebaskan satu tentara IDF dan empat jenazah sandera berkewarganegaraan ganda.

    “Sumber itu mencatat bahwa sementara negosiasi tetap macet, namun tetap ada optimisme tentang kemungkinan mencapai kesepakatan,” kata laporan RNTV.

    Pembicaraan saat ini sedang berlangsung di Doha untuk memajukan fase kedua dari perjanjian tersebut.

    PEMBEBASAN SANDERA – Foto ini diambil dari publikasi Telegram Brigade Al-Qassam (sayap militer gerakan Hamas) pada Minggu (23/2/2025), memperlihatkan anggota Brigade Al-Qassam memamerkan senjata selama pertukaran tahanan gelombang ke-7 di Jalur Gaza pada Sabtu (22/2/2025). Pada Sabtu (22/2/2025), Hamas membebaskan 6 sandera Israel dengan imbalan 602 tahanan Palestina. (Telegram/Brigade Al-Qassam)

    Tak Ingin Berperang Tapi Tak Punya Pilihan

    Sebelumnya, pada Kamis, Juru bicara Hamas Hazem Qassem mengatakan kalau pertemuan dengan para mediator di Doha mengenai perjanjian gencatan senjata di Gaza masih terus berlanjut.

    Hamas membaca kalau usulan-usulan baru yang disodorkan justru “bertujuan untuk membuntukan negosiasi dengan menghindari pemenuhan kewajiban dari perjanjian tersebut.”

    Dalam pernyataan di saluran Telegram gerakan tersebut, dia menyatakan Hamas mematuhi apa yang telah disepakati dan memasuki pelaksanaan fase kedua dengan memenuhi kewajibannya untuk tidak kembali berperang dan menarik diri dari seluruh Jalur Gaza.

    Ia melanjutkan, pada gilirannya Hamas juga mendesak Israel untuk mematuhi pelaksanaan janji untuk menarik diri dari Gaza dan mulai menarik diri dari Koridor Philadelphia, seraya menambahkan bahwa Israel juga telah gagal melaksanakan protokol kemanusiaan perjanjian tersebut.

    Blokade bantuan masuk ke Gaza serta pemutusan pasokan listrik, menjadi satu di antara banyak pelanggaran yang terus dilakukan Israel atas penjanjian yang ada.

    Ia melanjutkan, “Kami tidak ingin kembali berperang, dan jika pendudukan melanjutkan agresinya, kami tidak punya pilihan selain membela rakyat kami.”

    Sebelumnya, Axios melaporkan bahwa utusan AS Steve Witkoff telah mengajukan proposal terbaru untuk memperpanjang gencatan senjata di Gaza hingga 20 April.

    Axios mengutip sumber yang mengatakan bahwa proposal yang diperbarui tersebut mencakup perpanjangan gencatan senjata selama beberapa minggu dengan imbalan Hamas membebaskan lebih banyak tahanan dan melanjutkan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.

    Sumber tersebut menambahkan bahwa jika gencatan senjata jangka panjang tercapai, Hamas akan membebaskan semua tahanan pada hari terakhir perjanjian yang diperpanjang.

    Sumber-sumber melaporkan bahwa Israel memberikan “tanggapan positif” kepada utusan AS, sementara para mediator menunggu tanggapan Hamas.

    KONDISI GAZA – Selain kelaparan, jutaan warga Gaza dibayangi ancaman risiko penyebaran penyakit dan wabah saat musim dingin tiba. Karena hujan yang membasahi tenda pengungsian Palestina akan menyebabkan penumpukan banjir limbah di area rendah. (Al Jazeera)

    Hamas: Warga Internasional Abai atas Kejahatan Perang Israel

    Hamas juga menyatakan kalau laporan baru-baru ini oleh komite investigasi PBB menegaskan tingkat keparahan kejahatan perang yang dilakukan oleh Pendudukan Israel terhadap rakyat Palestina.

    Dalam sebuah pernyataan pers, Hamas menilai masyarakat internasional mengabaikan dan menyangkal kejahatan Israel yang dirinci dalam laporan tersebut, menyerukan tanggapan global yang serius dan terpadu untuk menghentikan pelanggaran ini. 

    “Laporan ini adalah bukti lain dari kejahatan mengerikan yang terus dilakukan pendudukan terhadap orang-orang kami,” kata pernyataan itu.

    Hamas mendesak badan-badan peradilan internasional, termasuk Mahkamah Internasional (ICJ) dan Pengadilan Pidana Internasional (ICC), untuk mengambil tindakan hukum berdasarkan temuan laporan tersebut.

    Ia meminta lembaga-lembaga ini untuk memulai proses terhadap Israel dan meminta pertanggungjawaban atas tindakannya. Ia juga meminta masyarakat internasional untuk segera campur tangan untuk mencegah Pendudukan Israel dan menghentikan kejahatannya, menekankan perlunya menegakkan ketentuan perjanjian gencatan senjata.

     

    (oln/rntv/*)

  • Hamas Sambut Baik Keputusan Donald Trump untuk Batalkan dari Rencana Pemindahan Warga Gaza – Halaman all

    Hamas Sambut Baik Keputusan Donald Trump untuk Batalkan dari Rencana Pemindahan Warga Gaza – Halaman all

    Hamas Sambut Baik Keputusan Donald Trump untuk Batalkan dari Rencana Pemindahan Warga Gaza

    TRIBUNNEWS.COM- Hamas menyambut baik keputusan Presiden AS Donald Trump untuk mundur dari usulannya mengenai pemindahan permanen lebih dari dua juta warga Palestina dari Gaza, Pusat Informasi Palestina telah melaporkan.

    Dalam sebuah pernyataan setelah Trump mengatakan kemarin bahwa “tidak ada yang akan mengusir warga Palestina dari Gaza” sebagai tanggapan atas pertanyaan selama pertemuan di Gedung Putih dengan Perdana Menteri Irlandia Micheal Martin.

    Juru bicara Hamas Hazem Qassem mengatakan: “Kami menyerukan agar posisi ini diperkuat dengan mewajibkan pendudukan Israel untuk sepenuhnya melaksanakan ketentuan perjanjian gencatan senjata.”

    Juru bicara Hamas mendesak Trump untuk menahan diri dari “bersekutu dengan visi sayap kanan Zionis yang menentang hak-hak rakyat Palestina.”

    Trump mengirimkan gelombang kejutan bulan lalu ketika dia mengusulkan pengambilalihan Gaza oleh AS dan menyarankan agar penduduk Palestina di wilayah itu dipindahkan secara permanen untuk tinggal di negara-negara tetangga.

    Mesir, yang bertetangga dengan Gaza, juga menyuarakan apresiasinya atas pernyataan terbaru Trump.

    “Sikap ini mencerminkan pemahaman akan perlunya mencegah memburuknya situasi kemanusiaan di Gaza dan pentingnya menemukan solusi yang adil dan berkelanjutan untuk masalah Palestina,” kata Kementerian Luar Negeri Mesir hari ini.

    Menteri luar negeri Qatar, Mesir, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Yordania bertemu dengan utusan Timur Tengah AS Steve Witkoff di Doha, Qatar, kemarin untuk membahas rencana rekonstruksi Gaza oleh Mesir dan upaya gencatan senjata.

    Pembahasan tersebut juga meliputi pembentukan suatu komite administratif untuk mengelola urusan daerah kantong pantai yang dilanda perang.

     

    SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR