Negara: Qatar

  • Al-Qassam Siarkan Rekaman Tel Aviv yang Dibom Rudal M90, Pancingan Agar Tentara IDF Masuk Jebakan? – Halaman all

    Al-Qassam Siarkan Rekaman Tel Aviv yang Dibom Rudal M90, Pancingan Agar Tentara IDF Masuk Jebakan? – Halaman all

    Al-Qassam Siarkan Rekaman Tel Aviv yang Dibom Rudal M90, Pancingan Agar IDF Masuk Jebakan?
     

    TRIBUNNEWS.COM – Brigade Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Palestina, Hamas, pada Kamis (20/3/2025) menyiarkan rekaman serangan rudal yang menargetkan wilayah Tel Aviv.

    Serangan rudal Al-Qassam ini dilakukan tiga hari setelah militer Israel (IDF) melanjutkan perangnya di Jalur Gaza pada 18 Maret 2025.

     Dalam video yang dipublikasikan, Al-Qassam mengatakan, “Pengeboman Tel Aviv terjadi sebagai respons terhadap pembantaian pendudukan terhadap warga sipil.”

    Rekaman itu menunjukkan momen peluncuran roket Qassam ke arah Tel Aviv, di mana area tempat peluncuran rudal tersebut disamarkan demi alasan keamanan.

    Sebelumnya pada hari Kamis, Brigade Qassam mengatakan dalam sebuah pernyataan kalau mereka telah membombardir kota Tel Aviv, jauh di dalam wilayah pendudukan, dengan rentetan roket M90, sebagai tanggapan atas pembantaian Zionis terhadap warga sipil.

    “Ini adalah tanggapan pertama semacam ini yang dilakukan oleh Brigade Qassam sejak Israel melanjutkan perang di Jalur Gaza, menyusul pengingkaran terhadap gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan yang ditengahi oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat pada Januari lalu,” tulis laporan Khaberni, Jumat (21/3/2025).

    Terakhir kali Brigade Qassam menargetkan Tel Aviv dengan roket adalah selama peringatan pertama Operasi “Breaking Dawn” pada 7 Oktober 2024.

    Israel mengumumkan dimulainya kembali operasi militernya di Gaza dengan dalih menekan Hamas agar memberikan konsesi terkait masalah sandera yang ditahan di Gaza.

    Runtuhnya gencatan senjata ini ditandai dengan pemboman Gaza lewat udara, setelah pemerintahan Benjamin Netanyahu menolak untuk pindah ke tahap kedua perjanjian gencatan senjata.

    Kementerian Kesehatan di Gaza mengumumkan pada Kamis kalau 710 warga Palestina telah tewas dan lebih dari 900 orang terluka sejak fajar Selasa lalu, setelah Israel melanjutkan perangnya di Jalur Gaza.

    Dari Oktober 2023 hingga perjanjian mulai berlaku, Israel melakukan agresi yang belum pernah terjadi sebelumnya, termasuk invasi darat ke Jalur Gaza yang terkepung dan hancur.

    ROKET AL QASSAM – Sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam mulai menunjukkan taringnya usai Israel ngeyel terus serang Gaza. Al-Qassam serang Tel Aviv pakai roket. (Tangkap layar Palestine Chronicle) ((Tangkap layar Palestine Chronicle))

    Pancingan Bagi IDF Agar Masuk Jebakan?

    Selain sebagai respons atas dimulainya lagi agresi militer Israel, serangan rentetan rudal M90 itu secara strategis dinilai sebagai upaya memancing pasukan darat IDF ke dalam jebakan di Jalur Gaza yang sudah disiapkan.

    Serangan roket itu menunjukkan kalau Hamas, lewat Al-Qassam masih memiliki kekuatan tempur yang bisa menghancurkan entitas zionis.

    Perlu digarisbawahi, pemberangusan Hamas dan tiap lini organisasinya, menjadi target utama dimulai kembalinya operasi militer IDF, selain tentunya pembebasan sandera Israel yang ada di Gaza.

    Demi tujuan itu, IDF sudah menyatakan telah memperluas operasi militer mereka ke berbagai bagian di wilayah Gaza, mulai dari Beit Lahia di Gaza Utara hingga Rafah di Gaza Selatan.

    Masalahnya, Hamas disebut sedang menyiapkan jebakan maut di Jalur Gaza untuk Pasukan Pertahanan Israel (IDF) jika tentara Israel kembali beroperasi.

    Avi Ashkenazi, seorang pakar militer dan jurnalis kenamaan Israel, mengklaim Hamas kini memanfaatkan momen gencatan senjata untuk memantau pasukan di Gaza.

    “Pertanyaannya bukan kapan mereka (Hamas) akan mencoba menculik tentara Israel, tetapi kapan hal itu akan terjadi,” kata Ashkenazi dalam tulisannya di Maariv hari Rabu, (19/2/2025) lalu jelang dimulainya operasi militer IDF ini.

    “Menurut bukti yang didapatkan beberapa hari belakangan, Hamas mulai memulihkan kemampuannya yang terkait dengan terowongan.”

    Ashkenazi mengatakan IDF mengetahui personel Hamas yang melakukan penggalian di dekat garis perbatasan.

    “Diperkirakan bahwa beberapa penggalian itu ditujukan untuk menanam bom yang menargetkan IDF jika IDF beroperasi kembali.”

    Menurut pakar itu, Hamas juga diduga berupaya memulihkan terowongan yang rusak atau menggali terowongan baru.

    Meski demikian, hal yang membuat IDF khawatir adalah upaya Hamas mendapatkan data intelijen, mirip seperti yang terjadi sebelum tanggal 7 Oktober 2023 ketika perang meletus.

    ANGGOTA BRIGADE AL-QASSAM – Foto ini diambil pada Minggu (9/2/2025) dari publikasi resmi Brigade Al-Qassam (sayap militer Hamas) pada Sabtu (8/2/2025), memperlihatkan anggota Brigade Al-Qassam berjabat tangan sebelum menyerahkan berkas kepada Komite Palang Merah Internasional (ICRC) selama pertukaran tahanan ke-5 pada Sabtu (8/2/2025) sebagai bagian dari implementasi perjanjian gencatan senjata Israel-Hamas di Jalur Gaza, dengan imbalan 183 tahanan Palestina. (Telegram Brigade Al-Qassam)

    “Menurut kesaksian tentara cadangan, Hamas mengirim personelnya tanpa senjata, menaiki keledai atau sepeda, beberapa puluh meter dari posisi atau tempat IDF beroperasi di garis perbatasan,” ujarnya.

    Para anggota Hamas itu berdiri dan mengamati IDF selama berjam-jam. Mereka menyelidiki rutinitas pasukan Israel dan berupaya mencari titik lemah IDF.

    “Kebijakan Israel, karena perjanjian gencatan senjata, ialah tidak bertindak terhadap anggota Hamas sepanjang mereka tidak melewati garis perbatasan.”

    Menurut Ashkenazi, kesaksian tentara Israel juga menunjukkan bahwa anggota Hamas yang bersenjata biasanya berada beberapa puluh meter dari anggota Hamas yang sedang mengintai.

    Tentara Israel hanya diizinkan melepaskan tembakan jika anggota Hamas mendekati garis perbatasan.

    Menurut tentara Israel, kemampuan IDF untuk mencegah kedatangan Hamas kini tergerus. Tentara Israel juga mengklaim kebijakan untuk menahan penembakan itu membahayakan pasukan.

    Hamas tidak tertekan

    Hamas kini disebut sedang tidak dalam kondisi tertekan setelah kesepakatan gencatan senjata dengan Israel.

    Zvi Yehezkeli, seorang pengamat dan jurnalis Israel, mengaku tidak melihat tanda-tanda bahwa Hamas sedang didera kesulitan.

    Yehezkeli mengatakan Hamas menginginkan kesepakatan gencatan senjata dengan Israel dilanjutkan.

    “Hamas ingin mengulur waktu. Hamas ingin gencatan senjata diteruskan,” katanya, Minggu malam, (23/2/2025), dikutip dari Maariv.

    Dia lalu menyinggung rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengambil alih Jalur Gaza dan memindahkan paksa warga Palestina ke luar negeri.

    “Hamas memandang ke depan. Hamas ingin menghancurkan rencana Trump, jadi Hamas menginginkan [gencatan senjata] tahap kedua atau tahap pertama yang diperpanjang.”

    “Hamas tidak dalam tekanan karena ingin mengulur waktu. Dari sudut pandangnya, waktu yang berjalan saat ini bukanlah waktu yang berdampak terhadap Hamas, melainkan Israel.”

    Dia mengklaim AS, Qatar, dan Mesir yang menjadi juru penengah perundingan Israel-Hamas bakal mendapatkan cara untuk melanjutkan tahap pertama atau ketiga negara itu akan membahas tahap kedua.

    Yehezkeli memperkirakan tahap pertama akan berlanjut dengan sejumlah mekanisme.

    (oln/khbrn/*)

     

     

  • Hamas Lanjut Negosiasi dengan Mediator, Desak Israel Patuhi Gencatan Senjata di Gaza – Halaman all

    Hamas Lanjut Negosiasi dengan Mediator, Desak Israel Patuhi Gencatan Senjata di Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Juru bicara Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), Abdul Latif al-Qanou, menegaskan pembicaraan dengan mediator masih berlangsung, dengan tujuan menghentikan agresi Israel terhadap rakyat Palestina.

    Pembicaraan tersebut menekankan agar Israel mematuhi perjanjian internasional dan memaksanya untuk mundur dari rencana agresifnya di Jalur Gaza.

    Abdul Latif al-Qanou menegaskan komitmen Hamas terhadap perjanjian gencatan senjata yang disepakati sebelumnya.

    “Kami menekankan komitmen kami terhadap perjanjian gencatan senjata dan upaya untuk memastikan bahwa perang dapat dihindari secara permanen,” kata Abdul Latif al-Qanou kepada Quds, Kamis (20/3/2025). 

    Ia juga menekankan perlunya pendudukan Israel untuk menarik diri dari Jalur Gaza dan mencabut pengepungan.

    Lebih lanjut, Abdul Latif al-Qanou mendesak Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk membantu rakyat Palestina.

    “Blokade berkelanjutan dan kelaparan penduduk Jalur Gaza, ditambah dengan kampanye genosida yang tak kunjung usai, membutuhkan tindakan segera dari Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam untuk menyelamatkan rakyat Palestina dari bencana kemanusiaan yang makin memburuk,” ujarnya.

    Abdul Latif al-Qanou menyerukan upaya internasional yang serius dan mendesak untuk mencabut pengepungan Israel terhadap Jalur Gaza.

    Ia juga mendesak upaya internasional untuk menghentikan agresi Israel yang sedang berlangsung yang menargetkan warga sipil dan infrastruktur di Jalur Gaza yang terkepung.

    Israel Kembali Serang Jalur Gaza, Langgar Perjanjian Gencatan Senjata

    Israel melanjutkan operasi militer di Jalur Gaza dengan meluncurkan serangan udara pada Selasa (18/3/2025) dini hari.

    Serangan udara tersebut mengakhiri gencatan senjata yang telah berlangsung sejak 19 Januari 2025 yang ditengahi oleh Mesir, Qatar, dan sekutu Israel, Amerika Serikat (AS).

    Pada hari Rabu (19/3/2025), tentara Israel mengumumkan pasukannya kembali melancarkan operasi darat di Jalur Gaza tengah dan selatan.

    Tentara Israel mencatat selama operasi tersebut, pasukannya telah menguasai dan memperluas kendali baru mereka atas poros Netzarim tengah.

    Israel kembali melakukan serangan pada hari Kamis (20/3/2025) pagi, menewaskan lebih dari 70 orang.

    Mereka juga melarang pergerakan di sepanjang poros Salah al-Din, jalan utama yang membentang dari utara ke selatan Jalur Gaza, setelah mengumumkan peluncuran operasi militer darat di Jalur Gaza sehari sebelumnya.

    Pemboman Israel sejak hari Selasa mengakibatkan lebih dari 470 kematian dan lebih dari 1.000 orang terluka, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.

    Jika dihitung sejak Oktober 2023 hingga hari ini, serangan Israel membunuh lebih dari 49.617 warga Palestina dan melukai lebih dari 112.950 orang di Jalur Gaza, seperti diberitakan Anadolu Agency.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • 7 Update Gaza: Israel Luncurkan Serangan Darat-Houthi Bom Tel Aviv

    7 Update Gaza: Israel Luncurkan Serangan Darat-Houthi Bom Tel Aviv

    Jakarta, CNBC Indonesia – Dinamika baru terus tercipta dalam konflik Israel dengan milisi penguasa Gaza Palestina, Hamas. Terbaru, Israel mendobrak perjanjian gencatan senjata dan kembali menyerang Gaza sejak Selasa lalu.

    Hingga saat ini, korban tewas akibat serangan Israel di Gaza mencapai lebih dari 700 jiwa. Langkah ini juga dinilai mengaburkan prospek perdamaian dan juga pembebasan tawanan antara Hamas dan Israel.

    Berikut perkembangan terbaru eskalasi itu sebagaimana dirangkum CNBC Indonesia dari beberapa sumber, Kamis (20/3/2025):

    1. Israel Luncurkan Serangan Darat

    Militer Israel meminta agar warga membantu mensukseskan pembebasan sandera negara itu yang ditawan oleh milisi penguasa Gaza, Hamas. Mereka juga meminta agar Hamas dapat cepat disingkirkan dari kekuasaan.

    “Militer Israel memulai operasi darat yang ditargetkan di Jalur Gaza bagian tengah dan selatan untuk memperluas perimeter keamanan dan menciptakan penyangga parsial antara Utara dan Selatan,” tambah pernyataan itu, dikutip AFP.

    Pernyataan ini menggemakan kembali peringatan yang disampaikan Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu. Ia menyebut serangan Israel pada Selasa, yang tewaskan 413 warga, adalah ‘baru permulaan’. 

    Ia berjanji akan terus berlanjut hingga Israel mencapai tujuan perangnya. Yakni menghancurkan Hamas dan membebaskan seluruh sandera yang ditahan oleh kelompok militan tersebut.

    Secara tegas, Netanyahu menyebut negosiasi gencatan senjata lebih lanjut akan berlangsung ‘di bawah tembakan’. Ini adalah pernyataan pertamanya setelah serangan yang menewaskan lebih dari 400 orang dalam satu hari, menjadi hari paling berdarah sejak awal perang pada 2023.

    “Hamas sudah merasakan kekuatan tangan kami dalam 24 jam terakhir, dan saya ingin berjanji kepada Anda-dan kepada mereka-bahwa ini baru permulaan,” ujar Netanyahu, sebagaimana dikutip The Guardian.

    2. Gal Gadot Didemo

    Artis Israel Gal Gadot mendapatkan teriakan dari sejumlah pendemo pro Palestina saat dirinya dianugerahkan plakat bintang di Hollywood Walk of Fame, Los Angeles. Sejumlah pendemo memprotes bagaimana artis yang sangat pro Israel itu mendapatkan penghargaan bergengsi.

    “Kita harus memboikot segalanya yang dimiliki Israel, termasuk seni dan budaya. Orang ini tidak pantas mendapatkan bintang di Hollywood Walk of Fame,” kata seorang demonstran bernama Chadi Darwish.

    3. Mesir-Qatar Buka Suara

    Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty berdiskusi dengan PM Qatar, Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, terkait situasi terkini di Gaza. Keduanya, yang merupakan mediator Israel-Hamas membahas langkah yang dapat diambil untuk terciptanya gencatan senjata lanjutan.

    “Para diplomat tinggi, yang negaranya merupakan mediator utama dalam negosiasi antara Israel dan Hamas, membahas upaya untuk menghidupkan kembali perjanjian gencatan senjata Gaza dan menerapkan tiga fase yang digariskan, kata pernyataan Kementerian Luar Negeri Mesir.

    “Mereka juga menjajaki cara-cara untuk memajukan rencana rekonstruksi Gaza yang dipimpin Arab,” tambahnya.

    “Kedua menteri sepakat tentang pentingnya melanjutkan koordinasi bersama antara kedua negara untuk menahan meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut dan untuk bekerja sama menuju peluncuran penyelesaian politik yang memastikan stabilitas regional jangka panjang melalui pembentukan negara Palestina sebagai resolusi akhir untuk konflik tersebut.”

    4. Israel Latihan Militer di Dataran Tinggi Golan

    Militer Israel mengumumkan akan mengerahkan lebih banyak pasukan dan kendaraan ke wilayah yang diduduki untuk latihan militer. Bahkan mereka melakukan latihan khusus di dataran tinggi Golan.

    “Ledakan diperkirakan akan terdengar,” kata militer dalam sebuah posting di X. “Tidak ada ancaman keamanan.”

    Sejak jatuhnya rezim Bashar Al Assad di Suriah pada bulan Desember, militer Israel telah menguasai lebih banyak wilayah Suriah, bergerak ke zona penyangga yang dipatroli PBB yang telah memisahkan kedua negara sejak tahun 1974.

    5. Politisi Israel Lawan Demo Tolak Perang

    Menteri Keamanan Nasional, Itamar Ben-Gvir, sayap kanan Israel yang baru diangkat kembali, menuduh warga Israel yang memprotes  Netanyahu dan perang Gaza sebagai pihak yang menentang Israel. Menteri ultranasionalis itu mengomentari demonstrasi di luar kediaman Netanyahu di Yerusalem Barat pada hari Rabu, di mana seorang pemimpin protes terdengar membandingkan Netanyahu dengan pemimpin Nazi Jerman di masa perang Adolf Hitler.

    “Para aktivis ‘protes’ sudah lama tidak lagi hanya menentang pemerintah dan Perdana Menteri. Mereka telah sepenuhnya menentang Negara Israel,” kata Ben-Gvir dalam sebuah unggahan di media sosial.

    6. Trump Deportasi Mahasiswa Pro Palestina

    Otoritas imigrasi AS telah menahan seorang pria India bernama Badar Khan Suri yang sedang belajar di Universitas Georgetown di Washington DC. Mereka saat ini berusaha mendeportasinya karena diduga menyebarkan propaganda pro-Hamas.

    “Agen federal menangkap Suri di luar rumahnya di Rosslyn, Virginia, pada Senin malam. Ia ditahan di Alexandria, Louisiana, sambil menunggu tanggal sidang di pengadilan imigrasi,” kata pengacaranya.

    Menurut pernyataan yang dibagikan kepada Fox News, Departemen Keamanan Dalam Negeri AS (DHS) menuduh Suri memiliki hubungan dengan Hamas. Ia juga dituding menyebarkan propaganda pro-Hamas dan anti-Semitisme di media sosial.

    DHS tidak mengutip bukti untuk klaimnya terhadap Suri, yang merupakan peneliti pascadoktoral di Alwaleed Bin Talal Center for Muslim-Christian Understanding di Georgetown, tinggal di AS dengan visa pelajar dan menikah dengan warga negara Amerika. Menteri Luar Negeri Marco Rubio menetapkan bahwa aktivitas Suri “membuatnya dapat dideportasi”.

    7. Houthi Serang Bandara Israel

    Milisi Yaman yang juga merupakan sekutu Hamas, Houthi, mengatakan mereka melakukan serangan rudal yang menargetkan bandara Ben Gurion, Tel Aviv. Hal ini disampaikan langsung Juru bicara Houthi Yahya Saree.

    “Angkatan bersenjata Yaman melakukan operasi militer kualitatif yang menargetkan bandara Ben Gurion di wilayah Jaffa yang diduduki dengan rudal balistik hipersonik Palestine-2,” katanya,

    Saree mengatakan operasi tersebut berhasil mencapai tujuannya. Namun ua tak menjelaskan lebih lanjut.

    (sef/sef)

  • Hamas Diklaim Rela Terima Usul Apa Saja asalkan Gencatan Senjata di Gaza Dilanjutkan – Halaman all

    Hamas Diklaim Rela Terima Usul Apa Saja asalkan Gencatan Senjata di Gaza Dilanjutkan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Hamas diklaim berkata kepada para juru penengah bahwa pihaknya bersedia menerima usul apa pun perihal pembebasan sandera Israel.

    Namun, usul itu harus menyertakan satu syarat, yakni gencatan senjata di Jalur Gaza dilanjutkan.

    Klaim tersebut disampaikan oleh media Al Araby Al Jadeed, sebuah media Qatar berbasis di Inggris, pada hari Kamis ini, (20/3/2025).

    Sementara itu, seorang narasumber dari Hamas mengklaim pihaknya tidak menolak usul dari Steve Witkoff, utusan Amerika Serikat (AS), mengenai gencatan senjata.

    Menurut dia, Hamas akan menerima usul itu apabila mengarah kepada kelanjutan gencatan senjata.

    Akan tetapi, Al Araby Al Jadeed mengatakan Witkoff menyangkalnya dan mengejutkan Hamas.

    Narasumber dari Mesir mengindikasikan bahwa delegasi Israel berkunjung ke Kota Kairo selama beberapa jam pada hari Rabu.

    Di sisi lain, delegasi Hamas mungkin tiba di Kairo sehari kemudian untuk berdiskusi dengan para pejabat Mesir.

    Adapun Mesir dilaporkan menyodorkan usul baru tentang gencatan senjata pada hari Selasa. Usul itu meliputi pembebasan sandera berkewarganegaraan AS-Israel bernama Edan Alexander dan pemulangan lima jasad sandera.

    TAWARAN HAMAS DITOLAK – Hamas mengatakan pada Jumat (14/3/2025) bahwa pihaknya telah menerima usulan dari para mediator untuk membebaskan tawanan Amerika-Israel terakhir yang masih hidup dan jenazah empat tawanan berkewarganegaraan ganda. Akan tetapi, Israel telah menolak tawaran Hamas untuk membebaskan seorang warga negara ganda Amerika-Israel. (Telegram Quds News Network)

    Sementara itu, KAN News melaporkan Mesir berusaha meyakinkan Hamas agar menyetujui usul Witkoff demi proposal terbaru.

    Dalam proposal itu, sejumlah sandera Israel yang ditahan Hamas dan kelompok perlawanan lainnya di Gaza akan dibebaskan demi menghentikan eskalasi militer.

    Sikap Hamas tidak melunak

    The Jerusalem Post menyebut sikap Hamas tidak melunak meski Israel kembali melancarkan serangan ke Gaza.

    Hamas belum mengubah sikapnya mengenai persoalan sandera dan gencatan senjata.

    “Tak ada tanda-tanda bahwa Hamas kini mengubah sikapnya mengenai hal itu,” kata seorang pejabat Israel.

    Sementara itu, Perdana Menteri Israel menggelar rapat tiga jam dengan Menteri Pertahanan Israel Katz dan pejabat keamanan senior lainnya pada hari Rabu.

    “Diputuskan untuk meningkatkan level pembalasan, dan aksi-aksi diperkirakan akan meningkat. Apa yang kita lihat, dengan masuknya pasukan darat ke Koridor Netzarim, baru awalnya saja,” kata pejabat Israel.

    Menteri Kebudayaan dan Olahraga Israel Miki Zohar menyebut saat ini Israel berfokus pada tujuannya, yakni mengakhiri kekuasaan Hamas di Gaza.

    “Israel sudah mengubah pendekatannya terhadap Hamas, dan apa yang kini dialami Hamas dari Israel akan berubah dengan dukungan Amerika. Ada perubahan yang jelas dalam situasi sekarang,” kata Zohar.

    “Israel mencari penyelesaian, yakni memulangkan semua sandera, pengusiran Hamas, pelucutan senjata Hamas, atau, menurut saya, pendudukan penuh Gaza dan kontrol Israel atas Gaza.”

    GAZA RUSAK – Foto yang diambil dari Wafa tanggal 10 Maret 2025 memperlihatkan seseorang yang memandangi gedung-gedung rusak di Jalur Gaza. (Wafa)

    AS usulkan gencatan senjata 50 hari

    Witkoff dilaporkan menyodorkan usul baru gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

    Usul itu disampaikan beberapa waktu lalu saat dia berkunjung ke Qatar untuk membahas gencatan.

    Menurut narasumber yang mengetahui hal itu, Israel dan Hamas akan mengadakan gencatan selama 50 hari di Jalur Gaza dimulai dari tanggal “1 Maret”.

    Selama gencatan tersebut Hamas akan membebaskan sekitar lima sandera yang masih hidup dan sembilan jasad sandera.

    Gencatan akan berakhir tanggal 20 April dan bakal ada pembicaraan untuk melanjutkan gencatan.

    “Optimistis bahwa perjanjian bisa dicapai,” kata narasumber media Israel itu.

    “Fakta bahwa tim tetap Qatar adalah pertanda baik.”

    Sementara itu, narasumber Yedioth Ahronoth mengatakan Witkoff sangat berkomitmen untuk membebaskan sandera.

    Witkoff disebut menginginkan kesepakatan yang menyeluruh, bukan hanya sebagian.

    “Dia ingin semua sandera dipulangkan. [Presiden AS Donald] Trump juga membahasnya,” kata narasumber itu.

    (*)

  • Israel Mulai Lagi Operasi Darat di Gaza, Keluarkan Peringatan Terakhir bagi Warga Palestina – Halaman all

    Israel Mulai Lagi Operasi Darat di Gaza, Keluarkan Peringatan Terakhir bagi Warga Palestina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel kembali membombardir Gaza dan melancarkan operasi darat pada Kamis (20/3/2025).

    Israel juga mengeluarkan apa yang disebutnya sebagai “peringatan terakhir” bagi warga Palestina untuk mengembalikan sandera dan menyingkirkan Hamas dari kekuasaan.

    Serangan baru itu menghancurkan ketenangan relatif yang telah terjadi sejak gencatan senjata diberlakukan pada pertengahan Januari 2025.

    Serangan udara besar-besaran mulai membombardir Gaza pada Selasa (18/3/2025) dini hari, yang menewaskan lebih dari 400 orang, menurut kementerian kesehatan wilayah yang dikuasai Hamas itu.

    Tim penyelamat Gaza mengatakan sebanyak 10 orang tewas dalam pemboman menjelang fajar di dekat Khan Yunis, Kamis.

    Pada Rabu (19/3/2025), militer Israel mengumumkan telah melanjutkan operasi darat “di Jalur Gaza bagian tengah dan selatan untuk memperluas perimeter keamanan dan menciptakan penyangga parsial antara wilayah utara dan selatan.”

    Saat Israel menentang seruan pemerintah asing untuk mempertahankan gencatan senjata, warga Gaza terpaksa sekali lagi menyisir puing-puing untuk menemukan jasad orang yang mereka cintai.

    “Kami menggali dengan tangan kosong,” kata seorang pria yang mencoba mengeluarkan tubuh seorang anak dari tumpukan beton di Kota Gaza, dilansir Arab News.

    Setelah Israel mendesak warga sipil untuk meninggalkan wilayah yang digambarkannya sebagai “zona pertempuran,” keluarga-keluarga dengan anak-anak kecil memenuhi jalan-jalan yang mengarah keluar dari Gaza utara.

    Pejabat medis senior di rumah sakit lapangan Palang Merah di Rafah, Fred Oola, mengatakan serangan baru tersebut menghancurkan ketenangan relatif yang terjadi selama dua bulan terakhir.

    “Kini, kami bisa merasakan kepanikan di udara dan kami bisa melihat kesakitan dan kehancuran di wajah orang-orang yang kami bantu,” katanya.

    Pasukan Israel Maju ke Gaza

    Diberitakan AP News, Israel mengatakan pasukannya telah merebut kembali sebagian koridor yang membelah Gaza.

    Menteri Pertahanan Israel memperingatkan bahwa serangan akan semakin intensif hingga Hamas membebaskan puluhan sandera dan menyerahkan kendali atas wilayah tersebut.

    Militer mengatakan telah merebut kembali sebagian Koridor Netzarim yang memisahkan Gaza utara dari selatan, dan dari tempat yang sebelumnya telah ditarik sebagai bagian dari gencatan senjata yang dimulai pada bulan Januari.

    Gencatan senjata itu digagalkan pada hari Selasa oleh serangan udara Israel yang menewaskan lebih dari 400 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

    Kemajuan di lapangan oleh Israel pada hari Rabu — yang mencakup pengiriman lebih banyak pasukan ke Gaza selatan — mengancam akan menyeret kedua belah pihak ke dalam perang habis-habisan lagi.

    Gencatan senjata telah memberikan warga Palestina yang lelah perang sedikit kelegaan, memungkinkan gelombang bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan ke Gaza — dan menyebabkan pembebasan puluhan sandera yang telah ditahan selama lebih dari 15 bulan.

    Juru bicara Hamas, Abdel-Latif al-Qanou, mengatakan tindakan pasukan darat di Gaza merupakan tanda yang jelas bahwa Israel telah menarik diri dari gencatan senjata dan memberlakukan kembali “blokade.”

    Tidak ada laporan serangan roket oleh Hamas sejak pemboman hari Selasa.

    Sebagai informasi, dari 251 sandera yang disita selama serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, 58 orang masih ditahan oleh militan Gaza, termasuk 34 orang yang menurut militer Israel telah tewas.

    Hamas mengatakan pihaknya bersedia berunding dan telah meminta masyarakat internasional untuk bertindak guna mengakhiri perang.

    Namun, seorang pejabat kelompok tersebut, Taher Al-Nunu, menolak tuntutan Israel untuk merundingkan kembali kesepakatan tiga tahap yang disepakati dengan mediator Mesir, Qatar, dan AS.

    “Hamas tidak menutup pintu negosiasi, tetapi kami bersikeras tidak perlu ada perjanjian baru,” kata Taher Al-Nunu.

    Pembicaraan mengenai cara melanjutkan gencatan senjata terhenti setelah tahap pertama berakhir pada awal Maret.

    Israel dan Amerika Serikat telah berupaya mengubah ketentuan kesepakatan dengan memperpanjang fase pertama.

    Hamas menginginkan negosiasi tahap kedua, yang dimaksudkan untuk mencapai gencatan senjata abadi dan penarikan pasukan Israel dari Gaza, sementara para sandera yang tersisa ditukar dengan tahanan Palestina.

    “Beralih ke fase kedua tampaknya bukan pilihan bagi Israel,” kata Ghassan Khatib, seorang analis politik dan mantan menteri Otoritas Palestina.

    “Mereka tidak menyukai fase kedua karena fase ini melibatkan penghentian perang tanpa benar-benar mencapai tujuan mereka untuk mengakhiri Hamas,” jelasnya.

    Israel dan Washington menggambarkan penolakan Hamas terhadap perpanjangan fase satu sebagai penolakan untuk membebaskan lebih banyak sandera.

    Pengeboman Israel yang baru menyebabkan banyaknya korban baru di beberapa rumah sakit yang masih berfungsi di Gaza.

    SERANGAN UDARA ISRAEL – Serangan udara Israel terhadap tenda-tenda pengungsi Palestina pada Selasa (18/3/2025) pagi menyebabkan kamp tersebut terbakar saat para penduduk tengah tidur di Khan Yunis. (Telegram Quds News Network)

    Seorang pegawai Kantor Layanan Proyek PBB tewas dan sedikitnya lima orang lainnya terluka ketika sebuah gedung PBB di kota pusat Deir El-Balah terkena “bahan peledak,” kata badan tersebut.

    “Ini bukan kecelakaan,” kata kepala UNOPS Jorge Moreira da Silva.

    Ia menambahkan bahwa “serangan terhadap fasilitas kemanusiaan merupakan pelanggaran hukum internasional.”

    Setidaknya 280 pegawai PBB telah tewas sejak dimulainya perang, menurut kepala PBB.

    Ribuan pengunjuk rasa Israel berkumpul di Yerusalem, menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melanjutkan serangan terhadap Gaza tanpa memperhatikan keselamatan sandera yang tersisa.

    “Kami ingin dia tahu bahwa masalah yang paling penting adalah mengembalikan para sandera,” kata warga bernama Nehama Krysler yang berusia 67 tahun.

    Perkembangan Terkini Konflik Palestina Vs Israel

    Koresponden Al Jazeera di Gaza melaporkan bahwa sebanyak 71 warga Palestina, termasuk wanita dan anak-anak, tewas dalam serangan dini hari oleh Israel di wilayah utara dan selatan.

    Pembunuhan terbaru ini akan menambah jumlah korban tewas menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang berjumlah sekitar 436 warga Palestina, termasuk 183 anak-anak, sejak Israel menghentikan gencatan senjata pada hari Selasa.

    Saat pasukan darat Israel bergabung dalam serangan ke Gaza, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan adanya “front yang lebih besar dan lebih kuat” di Tepi Barat yang diduduki selain “perang sengit melawan Hamas di Jalur Gaza”.

    Serangan ulang Israel terhadap Gaza berlanjut untuk hari ketiga, dengan sedikitnya 37 orang tewas dalam serangan sebelum fajar, termasuk sedikitnya 20 orang akibat penembakan di Khan Younis di selatan.

    Kelompok Houthi yang bermarkas di Yaman mengatakan mereka meluncurkan rudal hipersonik ke bandara Ben Gurion di Israel. Militer Israel mengatakan mereka berhasil mencegat rudal tersebut sebelum memasuki wilayah negara itu.

    Militer AS melancarkan serangan terhadap wilayah Yaman yang dikuasai Houthi untuk malam kelima berturut-turut, menyerang provinsi Hodeidah dan gedung pernikahan yang sedang dibangun di ibu kota Sanaa, yang mengakibatkan beberapa orang terluka.

    Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan dia dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman telah sepakat untuk menjadi ketua bersama konferensi tentang solusi dua negara “untuk membantu menghidupkan kembali perspektif politik bagi warga Israel dan Palestina”.

    Misi Palestina di PBB meminta Dewan Keamanan PBB “untuk bertindak segera” guna mengakhiri serangan baru Israel terhadap Gaza, atau mengambil risiko semakin merusak “sedikit pun kredibilitas” yang masih dimilikinya.

    Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan sebanyak 49.547 warga Palestina dipastikan tewas dan 112.719 terluka dalam perang Israel di Gaza.

    Kantor Media Pemerintah Gaza memperbarui jumlah korban tewas menjadi lebih dari 61.700, dengan mengatakan ribuan warga Palestina yang hilang di bawah reruntuhan diduga tewas.

    Sebanyak 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023 dan lebih dari 200 orang ditawan.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

  • Israel Bunuh 970 Orang di Gaza dalam 48 Jam: Houthi-Hizbullah Bersiap, Hamas Masih Kalem, Kenapa? – Halaman all

    Israel Bunuh 970 Orang di Gaza dalam 48 Jam: Houthi-Hizbullah Bersiap, Hamas Masih Kalem, Kenapa? – Halaman all

    Israel Bunuh 970 Orang di Gaza dalam 48 Jam: Houthi-Hizbullah Bersiap, Kenapa Hamas Masih Kalem
     
    TRIBUNNEWS.COM – Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan 970 kematian dalam 48 jam terakhir saat Israel meningkatkan serangannya di wilayah tersebut.

    “Hingga tengah hari Rabu (19/3/2025), jumlah total kematian telah meningkat menjadi 49.547, naik dari 48.577 yang tercatat pada hari Senin,” tulis laporan kementerian tersebut dikutip dari RNTV, Rabu.

    Israel dilaporkan melancarkan gelombang serangan udara pada malam hari antara Senin dan Selasa, menandai eskalasi paling mematikan sejak gencatan senjata dimulai pada Januari.

    Hizbullah Bersiap Serang Lagi Israel

    Runtuhnya gencatan senjata di Gaza ditandai serangan udara Israel itu direspons gerakan Hizbullah Lebanon.

    Hizbullah mengeluarkan pernyataan pada Selasa yag menyiratkan kesiapan gerakan tersebut melakukan serangan kembali ke wilayah Israel pasca runtuhnya gencatan senjata di Gaza yang rapuh sejak Januari.

    Hizbullah diketahui terlibat langsung konfrontasi dengan Israel dengan menyerang pos-pos dan wilayah pemukiman pendudukan di Israel Utara sebagai bentuk dukungan terhadap milisi perlawanan Palestina di Gaza.

    Seiring terjadinya gencatan senjata di Gaza, Hizbullah juga sempat menghentikan serangannya ke wilayah Israel berbalut gencatan senjata di Lebanon dengan Israel.

    Belakangan, kelompok Lebanon itu menyatakan pihaknya “mengutuk keras” dimulainya kembali perang, dengan mengatakan kalau pemerintah Israel, dengan Netanyahu sebagai pemimpin, menyalakan kembali perang tersebut dengan berkoordinasi dengan pemerintahan Trump.

    “Musuh Zionis, yang gagal mematahkan tekad perlawanan setelah 15 bulan perang brutal, tidak akan berhasil mencapai apa yang telah gagal dicapainya melalui agresi baru.

    Pernyataan itu menyimpulkan kalau hal itu tidak akan memberangus  perjuangan Palestina yang adil atau memaksa rakyatnya meninggalkan tanah mereka.

    Houthi Tak Akan Kendurkan Serangan

    Angkatan Bersenjata Yaman (YAF) terafiliasi kelompok Ansarallah Houthi juga menyatakan respons yang sama atas kembali pecahnya Perang Gaza.

    Houthi meluncurkan rudal balistik ke arah Israel, yang memicu sirene roket berbunyi di seluruh Negev utara pada malam 18 Maret.

    Militer Israel mengatakan telah mencegat rudal balistik yang diluncurkan dari Yaman sebelum melintasi wilayah Israel.

    Sirene meraung di Beersheba, Merhav Am, Nevatim, dan Revivim, antara lain.

    Pada hari Senin, menteri luar negeri Pemerintahan Keselamatan Nasional Yaman mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Reuters bahwa YAF tidak akan “mengurangi” operasi militer mereka yang menargetkan pengiriman Israel di Laut Merah sebagai tanggapan terhadap ancaman dari militer AS atau tekanan dari sekutunya Iran.

    Komentar dari Menteri Luar Negeri Jamal Amer muncul setelah pesawat tempur AS dan Inggris menewaskan 31 orang dalam serangan udara terhadap Yaman pada hari Sabtu. Angkatan Udara Yaman menanggapi dengan menyerang USS Eisenhower pada hari Senin.

    Angkatan Udara Israel (YAF) mulai menyerang kapal-kapal Israel di Laut Merah pada November 2023 sebagai respons atas genosida yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina di Gaza. Israel telah memblokir masuknya bantuan ke Gaza selama dua minggu terakhir dan kembali membombardir jalur tersebut pada Selasa pagi, menewaskan lebih dari 400 warga Palestina.

    “Tidak akan ada pembicaraan tentang pengurangan operasi sebelum mengakhiri blokade bantuan di Gaza. Iran tidak ikut campur dalam keputusan kami, tetapi yang terjadi adalah Iran terkadang menjadi penengah, tetapi tidak dapat mendikte hal-hal tertentu,” kata Amer.

    Ia mengatakan, dirinya belum diberitahu mengenai pesan apa pun yang disampaikan Iran kepada utusan Pemerintah Keselamatan Nasional di Teheran.

    “Sekarang kita melihat bahwa Yaman sedang berperang dengan AS, dan itu berarti kita punya hak untuk membela diri dengan segala cara yang mungkin, jadi eskalasi mungkin terjadi,” tambah Amer.

    Iran belum memberikan komentar publik apa pun tentang tindakan militer YAF baru-baru ini yang dilakukan untuk membela diri dan mempertahankan Gaza.

    Teheran mengatakan Yaman membuat keputusan secara independen.

    “(AS) mengancam Iran dan menyerang Yaman. Sekarang, semua skenario mungkin terjadi. Kami akan melakukan apa yang akan mereka lakukan kepada kami. Jika mereka menyerang kami dari (kapal induk AS USS Harry S.) Truman, kami akan membalas dengan menyerang Truman,” kata menteri luar negeri Yaman.

    Pasukan Yaman mengatakan pada 12 Maret bahwa mereka telah melanjutkan serangan terhadap kapal-kapal Israel yang menggunakan rute yang melewati Laut Merah karena Israel belum memenuhi tenggat waktu untuk mengakhiri blokade bantuan di Gaza.

    Amer mengatakan beberapa negara Uni Eropa telah menyarankan pemerintahnya untuk tidak melakukan eskalasi, tetapi ia meyakinkan mereka bahwa sasarannya adalah pengiriman barang Israel.

    Ia juga memperingatkan negara-negara Arab agar tidak melakukan intervensi militer terhadap Yaman atas nama AS dan Israel.

    “Jika ada pesawat atau pangkalan yang digunakan untuk melawan kami, maka kami akan meningkatkan serangan dan akan mempertahankan diri. Namun, jika mereka (negara-negara Teluk) tetap bersikap netral, kami akan menjauh,” katanya.

    Negara-negara Teluk Qatar, Arab Saudi, Bahrain, Yordania, dan UEA semuanya menjadi tuan rumah fasilitas militer AS.

    Hamas Masih Kalem

    Beberapa jam setelah Israel melancarkan kampanye pengeboman besar-besaran di Gaza pada Selasa, sayap militer Hamas belum melancarkan serangan balik yang nyata.

    Hari itu merupakan hari paling mematikan sejak gencatan senjata di Gaza dimulai sekitar dua bulan lalu.

    Kementerian Kesehatan Gaza, yang tidak membedakan antara warga sipil dan kombatan, mengatakan bahwa lebih dari 400 orang tewas dalam serangan udara yang dimulai sebelum fajar.

    Namun sepanjang hari, tidak ada tembakan roket oleh militan Palestina atau upaya penyergapan terhadap tentara Israel.

    Suhail al-Hindi, seorang pejabat Hamas, bereaksi terhadap serangan itu dengan mengatakan kelompoknya berharap untuk memulihkan gencatan senjata tetapi tetap memiliki hak untuk merespons.

    “Cara menanggapinya diserahkan kepada mereka yang berada di lapangan,” katanya dalam wawancara telepon.

    “Mereka tahu dan mengerti cara menanggapi pendudukan.”

    Agresi Israel selama 15 bulan melawan Hamas memang telah melemahkan kelompok yang telah lama menguasai Gaza. Israel telah membunuh ribuan pejuangnya dan menghancurkan sebagian besar jaringan terowongannya yang digunakan, antara lain, untuk menyimpan persenjataan. 

    “Dan hal itu melemahkan kemampuan Hamas untuk menembakkan roket ke Israel,” kata laporan NYTimes.

    Al-Hindi mengakui kalau kemampuan kelompok militan Palestina di Gaza menurun akibat perang, tetapi ia mengatakan mereka masih memiliki kemampuan dan keinginan untuk berperang.

    “Masalahnya bukan pada peralatan dan senjata,” katanya. “Ini tentang kemauan, dan saya yakin ada banyak kemauan untuk melawan pendudukan ini.”

    Hamas Susun Ulang Kekuatan

    Hamas telah berupaya untuk menyusun kembali kekuatan selama dua bulan terakhir sejak perjanjian gencatan senjata dengan Israel mulai berlaku.

    Hamas telah mengumpulkan bom yang belum meledak di seluruh Gaza dan menggunakannya kembali sebagai alat peledak rakitan, menurut salah seorang anggota Brigade Qassam, sayap militer Hamas.

    Hamas juga telah merekrut anggota baru dan mengganti komandan yang tewas, kata anggota tersebut, yang berbicara dengan syarat anonim untuk membahas rincian sensitif.

    Tujuh anggota komite urusan luar negeri dan pertahanan parlemen Israel mengatakan dalam sebuah surat bahwa mereka baru-baru ini mengetahui bahwa Hamas dan Jihad Islam Palestina, kelompok militan lain di Gaza, masing-masing memiliki lebih dari 25.000 dan 5.000 pejuang di wilayah tersebut.

    “Brigade Qassam masih mampu menghadapi pendudukan Israel,” kata Ibrahim Madhoun, seorang analis Palestina dari Gaza yang dekat dengan Hamas.

    Kurangnya respon militer terhadap serangan baru Israel dapat berarti kelompok itu difokuskan pada persiapan pertempuran jika terjadi invasi darat Israel, katanya.

    Militer Israel mengatakan bahwa mereka menyerang Hamas dan Jihad Islam Palestina, kelompok militan yang lebih kecil di Gaza, dengan menargetkan kelompok pejuang, pos peluncuran rudal, dan gudang senjata.

    Letnan Kolonel Nadav Shoshani, juru bicara militer Israel, mengatakan Israel melakukan serangan “pendahuluan” terhadap Hamas setelah menerima indikasi kalau kelompok tersebut berencana menyerang warga sipil dan tentara Israel.

    Sebaliknya, pernyataan dari kantor perdana menteri Israel tentang pemboman Gaza menekankan penolakan Hamas untuk menerima proposal dari utusan Timur Tengah Presiden Trump untuk memperpanjang gencatan senjata, tanpa merujuk pada Hamas yang merencanakan serangan apa pun.

    Hamas membantah pihaknya berencana menyerang pasukan Israel, dan mengatakan klaim Israel adalah “alasan yang tidak berdasar dan palsu untuk membenarkan kembalinya Hamas ke dalam perang.”

    Pengeboman Israel terjadi setelah berminggu-minggu negosiasi yang gagal untuk memperpanjang gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

    Meskipun serangan Israel gencar, Madhoun mengatakan Hamas tidak akan mengalah pada tuntutan Israel untuk mengakhiri perannya di Gaza atau menyerahkan sejumlah besar sandera yang tersisa tanpa jaminan berakhirnya perang secara permanen.

    “Hamas tidak menginginkan eskalasi, tetapi tidak akan menyerah,” katanya.

    Israel telah berusaha menekan Hamas agar membebaskan sandera yang masih hidup dengan imbalan perpanjangan gencatan senjata, tanpa memberikan kelompok itu jaminan yang dimintanya bahwa perang akan berakhir secara permanen.

    Israel telah bersumpah sepanjang perang bahwa mereka tidak akan membiarkan Hamas terus memerintah Gaza dan akan memastikan bahwa mereka tidak akan pernah lagi melancarkan serangan seperti yang terjadi pada 7 Oktober 2023, yang memicu perang. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah mengatakan bahwa agar perang berakhir, pemerintah dan sayap militer Hamas harus dibubarkan, sebuah posisi yang dianut oleh mitra koalisi sayap kanannya dalam pemerintahan.

    Meskipun Hamas telah menyatakan bersedia menyerahkan pemerintahan sipil di Gaza, mereka dengan tegas menolak pembubaran sayap militernya, sumber kekuatan krusial di daerah kantong tersebut.

    Selama fase awal gencatan senjata, kelompok tersebut mencoba menggunakan penyerahan sandera untuk menunjukkan bahwa mereka masih merupakan pasukan yang kuat di Gaza.

    Hampir setiap kali mereka menyerahkan tawanan Israel ke Palang Merah, mereka mengadakan upacara teatrikal yang menampilkan ratusan militan yang mengenakan topeng dan menenteng senjata.

    Michael Milstein, mantan perwira intelijen militer Israel yang mengkhususkan diri dalam urusan Palestina, mengatakan Hamas mungkin mencoba terlebih dahulu mengukur apakah Israel merencanakan serangan jangka panjang atau serangan terbatas sebelum merespons.

    “Mereka ingin tahu ke mana arahnya,” kata Milstein.

    “Jika semuanya akan berakhir dalam dua jam, mereka tidak ingin menyia-nyiakan amunisi yang tersisa. Namun, jika berlangsung lama, mereka akan merespons.”

     

    (oln/khbrn/rntv/NYT/*)

     

  • Disindir Pakar, Israel Malah Daur Ulang Strategi Gagal di Gaza, Bukannya Cari Solusi Permanen – Halaman all

    Disindir Pakar, Israel Malah Daur Ulang Strategi Gagal di Gaza, Bukannya Cari Solusi Permanen – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang pakar Timur Tengah mengklaim Israel mendaur ulang strategi-strategi yang sudah terbukti gagal dalam perang di Jalur Gaza.

    Roni Shalom, nama pakar itu, mengkritik strategi itu beberapa saat setelah Israel kembali menyerang Gaza.

    Shalom menyebut kegagalan strategi itu memungkinkan Hamas untuk berkuasa di Gaza.

    Menurut dia, seharusnya Israel mencari solusi strategis yang permanen guna melenyapkan ancaman terhadap Israel sepenuhnya.

    “Angkatan Udara Israel kembali beroperasi di Gaza dan sekali lagi melenyapkan sejumlah buruan dari organisasi Hamas. Dan sekali lagi kita mendengar ancaman-ancaman pemimpin Israel terhadap Hamas,” kata Shalom dikutip dari Maariv.

    “Itu pemimpin yang sama, yang membuat Hamas mudah mendapatkan sesuatu, pemimpin yang menahan diri untuk tidak menyerang pejabat Hamas di Qatar dan menghentikan pipa oksigen yang membuat Hamas tetap hidup, kembali mengancam dan kali ini untuk tujuan propaganda internal.”

    SIAP MASUK GAZA – Foto file yang diambil dari Khaberni, Rabu (12/2/2025) menunjukkan tank-tank pasukan Israel bersiap memasuki Gaza pada Oktober 2023 setelah Operasi Banjir Al-Aqsa terjadi. Israel bersiap memasuki Gaza lagi pada pertengahan Februari 2025 seiring mandeknya negosiasi gencatan senjata dengan Hamas. (Khaberni)

    Shalom mengklaim setelah Pasukan Pertahanan Israel (IDF) membunuh “puluhan ribu” anggota Hamas dan keluarganya, para pejabat Israel malah meninggalkan semua pencapaian itu.

    “[IDF] bergegas mengevakuasi Poros Netzarim, Gaza utara, dan mengizinkan kembalinya warga Gaza ke garis perbatasan dengan Israel,” katanya.

    “Hamas harus memahami bahwa aturan permainan telah berubah, kita tidak akan berhenti berperang hingga semua sandera kembali pulang dan semua ancaman terhadap warga di selatan disingkirkan.”

    Shalom mengatakan perlu perubahan besar dalam cara pandang Israel mengenai Gaza dan tujuan Israel dalam perang di sana.

    “Israel harus menetapkan pembersihan Gaza dari penduduknya sebagai tujuan strategis utama setelah agresi Hamas.”

    “Tujuan lainnya akan melegitimasi keberadaan Hamas di Gaza dan melegitimasi terus penggunaan Hamas dan Gaza oleh Iran dan negara-negara Arab, terlepas dari perbedaan pendapat mereka tentang hal itu.”

    TENTARA ISRAEL – Foto ini diambil pada Minggu (9/2/2025) dari publikasi resmi Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada Sabtu (8/2/2025) memperlihatkan tentara Israel dari Pasukan Komando Selatan dikerahkan ke beberapa titik di Jalur Gaza. (Telegram IDF)

    Israel ubah strategi tempur

    Sementara itu, IDF awal tahun ini dilaporkan mengubah strategi tempur di Kota Beit Hanoun, Gaza utara, setelah kehilangan banyak tentara.

    Empat tentara Israel tewas dan enam lainnya terluka karena ledakan bom di kota itu.

    “Peristiwa ini memicu Divisi Gaza untuk menggelar penyelidikan cepat dan mengubah strategi tempurnya,” demikian laporan Maariv.

    Setidaknya sudah ada 11 tentara yang tewas dan 20 lainnya terluka dalam dua minggu operasi di Beit Hanoun.

    Hamas disebut menggunakan taktik seperti pengerahan kamera untuk memantau pergerakan pasukan Israel dan memasang jebakan di rumah-rumah dan jalan.

    “Tentara Israel ingin mencegah pergerakan rutin pasukan agar membuat pejuang Hamas kesulitan untuk menyerang pasukan, dan memilih bergerak malam hari, sebuah taktik yang menguntungkan tentara Israel,” kata media itu.

    Israel kembali serang Gaza, malah tewaskan sandera

    Israel kembali melancarkan serangan udara besar ke Gaza pada hari Selasa, (18/3/2025).

    Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengklaim Israel menargetkan target terkait dengan Hamas. Serangan itu merupakan upaya untuk mengamankan pembebasan sandera.

    Dikutip dari Watan, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan serangan itu menewaskan lebih dari 400 warga Palestina.

    Mahmoud Abu Wafah, pejabat keamanan tertinggi Hamas, dilaporkan tewas karena serangan itu.

    Seorang warga Israel yang disandera Hamas di Gaza turut dikabarkan tewas akibat serangan.

    Pemimpin Hamas sudah memperingatkan bahwa para sandera tidak akan bisa keluar dari Gaza kecuali melalui negosiasi.

    Hamas menuding Netanyahu sengaja berusaha melenyapkan sandera, bukannya membebaskan mereka dengan perundingan. Tujuannya adalah menghindari dampak politik dari kegagalannya dalam perang Gaza.

    Adapun pemerintah AS mengklaim Israel berkonsultasi dulu dengan AS sebelum melancarkan serangan.

    (*)

  • Mesir Kutuk Serangan Israel di Gaza: Ini Upaya Paksa Pengusiran Warga Palestina – Halaman all

    Mesir Kutuk Serangan Israel di Gaza: Ini Upaya Paksa Pengusiran Warga Palestina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Mesir yang bersama Qatar dan AS membantu mediasi gencatan senjata dalam perang Israel-Hamas mengecam serangan Israel di Gaza pada hari Selasa (18/3/2025).

    Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi menyebut serangan Israeil ini adalah bagian dari upaya untuk ‘memaksa’ penduduk Palestina keluar dari Gaza.

    “Serangan itu merupakan bagian dari upaya yang disengaja untuk membuat Jalur Gaza tidak dapat dihuni dan memaksa warga Palestina mengungsi,” kata Sisi, dikutip dari The New Arab.

    Dalam pernyataan lain, Kementerian Luar Negeri Mesir mengatakan serangan Israel sebagai ‘pelanggaran terang-terangan’ terhadap perjanjian gencatan senjata yang berlaku sejak 19 Januari 2025.

    “Serangan ini merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap perjanjian gencatan senjata dan upaya untuk menyalakan kembali ketegangan di kawasan tersebut,” kata Kemenlu Mesir, dikutip dari Palestine Chronicle.

    Lebih lanjut, kemenlu menegaskan penentangan Mesir terhadap genosida Israel di Gaza.

    Oleh karena itu, Mesir mendesak masyarakat Internasional untuk bertindak mencegah agresi Israel di Gaza.

    “Mesir menghimbau masyarakat internasional untuk bertindak segera untuk menghentikan agresi Israel terhadap Jalur Gaza guna mencegah kawasan tersebut terjerumus dalam lingkaran kekerasan dan kontra-kekerasan baru,” tambahnya.

    Serangan Israel di Gaza Tewaskan Ratusan Orang

    Israel kembali melancarkan serangannya di Gaza pada Selasa (18/3/2025).

    Jet-jet tempur Israel menghantam berbagai wilayah di Gaza, mulai dari Gaza Utara, tengah hingga barat.

    Di Gaza Utara, jet tempur Israel menghantam sebuah kendaraan di lingkungan Al-Salateen.

    Kemudian di Gaza Tengah, sebuah rumah di kamp pengungsi Nuseirat juga menjadi target serangan israel.

    Sebuah mobil di kota Gaza Barat juga menjadi sasaran jet tempur Israel.

    Otoritas kesehatan Palestina mengatakan serangan Israel menewaskan lebih dari 400 orang.

    Sebagian besar korban adalah anak-anak.

    Sebuah sumber medis melaporkan anak-anak termasuk di antara enam warga Palestina yang kehilangan nyawa di lingkungan Al-Salateen di Gaza utara, dikutip dari Anadolu Anjansi.

    Sementara korban luka mencapai 562 orang, dikutip dari Al-Arabiya.

    Israel juga telah menghentikan pengiriman bantuan ke Gaza selama lebih dari dua minggu, memperburuk krisis kemanusiaan.

    Meski serangan Israel mendapat kecaman dari berbagai pihak, namun AS tetap memberikan dukungannya terhadap Zionis.

    Israel mengatakan serangan tersebut dilakukan atas persetujuan AS.

    Sejak Oktober 2023, lebih dari 48.500 warga Palestina telah terbunuh.

    Agresi Israel sejak saat itu telah mengakibatkan 112.000 orang terluka.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Mesir Kutuk Serangan Israel di Gaza: Ini Upaya Paksa Pengusiran Warga Palestina – Halaman all

    Populer Internasional: Israel Kembali Menyerang Gaza – Kepala IRGC Sumpah Balas Serangan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Rangkuman berita populer internasional dapat disimak di sini.

    Israel kembali melancarkan serangan terbesarnya di tengah gencatan senjata, menewaskan lebih dari 400 orang.

    Amerika Serikat rupanya terlibat dalam membantu Israel, Qatar dan Arab Saudi cemas.

    Kepala IRGC pun bersumpah akan membalas serangan tersebut.

    Berikut berita populer internasional selengkapnya.

    1. AS Terlibat Bantu Israel di Pembantaian Gaza, Qatar-Arab Saudi Cemas Perang Besar di Timur Tengah

    Gerakan perlawanan Palestina, Hamas menilai, Amerika Serikat (AS) terlibat langsung dalam pembantaian terbaru di Jalur Gaza, Selasa (18/3/2025) dini hari.

    Seperti dilaporkan, jet tempur Israel melancarkan serangan udara mendadak yang intens di Gaza pada Selasa dini hari, menewaskan lebih dari 400 orang, termasuk anak-anak, dan melukai yang lainnya.

    Lebih dari 100 orang yang terluka tiba di Rumah Sakit Al-Awda di Nuseirat saat serangan menargetkan rumah-rumah di Beit Hanoun, Deir al-Balah, dan Zeitoun.

    Pengeboman juga menghantam daerah-daerah dekat sekolah Al-Tabeen dan Al-Rafai di Gaza utara.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    2. Hamas: Israel Secara Sepihak Akhiri Gencatan Senjata di Gaza, Nasib Para Sandera Terkatung-katung

    Seorang pejabat senior Hamas mengatakan kepada Reuters bahwa Israel telah mengakhiri perjanjian gencatan senjata di Gaza secara sepihak.

    Dalam pernyataan resminya, Hamas menuduh keputusan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk melanjutkan operasi militer di Gaza telah membuat para sandera menghadapi “nasib yang tidak diketahui.”  

    Hamas meminta para mediator, yakni Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir, untuk meminta pertanggungjawaban penuh dari Netanyahu atas berakhirnya kesepakatan tersebut.

    Selain itu, kelompok tersebut menyerukan kepada negara-negara Arab dan Muslim untuk mendukung “perlawanan Palestina” dalam upaya mematahkan blokade terhadap Gaza.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    3. Kepala IRGC Sumpah Balas Serangan AS dan Israel: Ancaman Terhadap Iran Undang Reaksi Menghancurkan

    Panglima Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, Mayor Jenderal Hossein Salami, bersumpah bahwa serangan apa pun terhadap Iran akan dibalas dengan respons yang “menghancurkan”.

    Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya ancaman dari Amerika Serikat terhadap Teheran.

    Salami menegaskan, setiap Ancaman AS dan Israel terhadap Iran akan disikapi dengan reaksi keras dan tegas.

    “Jika kami menyerang di mana pun atau mendukung siapa pun, kami akan mengumumkannya dengan tegas,” ujar Salami, dikutip dari media Iran pada Minggu (15/3/2025),

    Ia juga menegaskan, Iran tidak memiliki peran dalam menetapkan kebijakan kelompok faksi perlawanan, termasuk Ansarallah (Houthi) di Yaman.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    4. Jet F-14 Iran Konfrontasi Langsung Drone MQ-4C AS, Houthi Serang Lagi Kapal Induk di Laut Merah

    Sebuah pesawat mata-mata tanpa awak (Drone) Amerika Serikat (AS) berjenis MQ-4C dilaporkan terdeteksi dekat dengan wilayah udara Iran, outlet media MNA melaporkan, Selasa (18/3/2025).

    Laporan menambahkan kalau pesawat tak berawak AS itu berkonfrontasi langsung dengan jet tempur Iran.

    “Sebuah drone pengintai MQ-4C Amerika Serikat secara  cepat menarik diri dari posisinya di dekat wilayah udara Iran setelah menghadapi jet tempur F-14 Iran dan drone pengintai,” tulis MNA mengutip Nournews melaporkan.

    Para pejabat militer Iran telah memperingatkan bahwa setiap entri yang tidak sah ke wilayah udara negara itu akan menghadapi tanggapan yang menentukan.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    (Tribunnews.com)

  • Rusia Kutuk Israel Kembali Serang Gaza, Buat 413 Orang Tewas

    Rusia Kutuk Israel Kembali Serang Gaza, Buat 413 Orang Tewas

    Jakarta CNBC Indonesia – Rusia mengutuk pemboman Israel yang kembali di Jalur Gaza. Serangan itu menjadi yang paling mematikan sejak gencatan senjata berlaku antara Israel dan Hamas, Januari.

    Hingga kini serangan yang terjadi Selasa (18/3/2025) telah menewaskan ratusan orang. Menurut kementerian kesehatan Gaza, setidaknya 413 orang tewas dalam serangan terbaru itu.

    “Moskow sangat menyesalkan dimulainya kembali operasi militer Israel di Jalur Gaza,” kata kementerian luar negeri Rusia, dikutip AFP.

    “Rusia mengutuk keras tindakan apa pun yang menyebabkan kematian warga sipil dan penghancuran infrastruktur sosial.”

    Kremlin mengatakan sebelumnya bahwa mereka khawatir serangan tersebut akan menyebabkan eskalasi spiral. Pemerintah Presiden Vladimir Putin mengaku memantau situasi dengan sangat cermat.

    “Kami menunggu situasi kembali damai,” kata juru bicara Dmitry Peskov kepada wartawan.

    Sebelumnya, (PM) Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan operasi itu diperintahkan setelah “penolakan berulang Hamas” untuk membebaskan sandera yang ditawan selama serangan Oktober 2023. Operasi itu sendiri dikatakan diketahui oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    Sejak melancarkan serangan ke Ukraina, Rusia telah menjalin hubungan yang lebih erat dengan Iran, yang mendukung Hamas dan Hizbullah, sambil mempertahankan hubungan yang umumnya baik dengan Israel. Pengaruh Moskow di kawasan itu sebenarnya sedikit berkurang sejak sekutunya Bashar al-Assad digulingkan oleh pemberontak Suriah tahun lalu.

    Sebelumnya, Qatar, Mesir, dan AS memediasi fase awal gencatan senjata, yang mulai berlaku pada 19 Januari. Fase ini sebagian besar menghentikan pertempuran selama lebih dari 15 bulan di Gaza.

    Fase pertama itu berakhir pada awal Maret, dan meskipun kedua belah pihak sejak itu menahan diri dari perang habis-habisan, mereka belum dapat menyetujui langkah selanjutnya untuk perundingan gencatan senjata. Israel juga telah melakukan serangan hampir setiap hari di Gaza, tetapi tidak dalam skala operasi hari Selasa.

    Dalam sebuah posting di Telegram pada dini hari Selasa, tentara Israel mengatakan bahwa mereka “melakukan serangan besar-besaran terhadap target teror milik organisasi teroris Hamas di Jalur Gaza”. Israel memerintahkan semua sekolah yang dekat dengan wilayah tetangga Gaza ditutup, karena pemerintah mengatakan akan meningkatkan aksi militer terhadap Hamas.

    Hamas merespons hal itu seraya mengatakan Israel memutuskan untuk mengorbankan sanderanya dengan meluncurkan kembali operasi militer besar-besaran di Jalur Gaza. Langkah Negeri Zionis tersebut telah menghancurkan periode tenang sejak gencatan senjata bulan Januari.

    (sef/sef)