Negara: Qatar

  • Saat Kelompok Sunni-Syiah Berbagi Masjid dan Memupuk Kerukunan di Pakistan

    Saat Kelompok Sunni-Syiah Berbagi Masjid dan Memupuk Kerukunan di Pakistan

    Jakarta

    Ketegangan antara pengikut aliran Islam yang berbeda kerap terjadi di negara-negara berpenduduk mayoritas muslim. Di Pakistan, misalnya, bentrokan keras belakangan meningkat antara kelompok Sunni dan Syiah. Namun, di sebuah desa di sebelah utara Pakistan, kedua komunitas tersebut justru hidup berdampingan dengan damai.

    Desa itu bernama Pira. Ia terletak di Provinsi Khyber Pakhtunkwha.

    Bila berkesempatan menyambanginya, salah satu hal yang pertama kita temui di sana adalah masjid dengan menara baja dan pengeras suara tinggi di atapnya.

    Tak hanya bersejarah, masjid ini juga merupakan simbol persatuan, karena ia digunakan bersama oleh para penduduk desa, entah yang aliran Sunni ataupun Syiah.

    Ketika azan berkumandang, kelompok aliran yang satu bakal bergegas masuk ke masjid. Kira-kira 15 menit kemudian, setelah melafalkan salat, mereka keluar kembali. Giliran kelompok aliran lainnya beribadah di sana.

    Tentu saja, kaum Sunni dan Syiah berdoa dengan cara mereka sendiri sesuai dengan tradisi masing-masing. Azannya pun berbeda, tergantung siapa di antara mereka yang mengumandangkannya.

    Ada kesepakatan tidak tertulis bahwa azan pagi, siang, dan sore dikumandangkan oleh komunitas Syiah, sedangkan azan sore dan malam dilantunkan komunitas Sunni.

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    Namun, selama Ramadan, kaum Sunni berbuka puasa beberapa menit lebih awal daripada kaum Syiah. Karena itu, mereka mengumandangkan azan sore secara terpisah selama bulan suci ini.

    Di waktu salat mana pun, bila ada anggota kelompok pertama yang telat datang ke masjid, ia akan bergabung dengan kelompok kedua lalu salat dengan caranya sendiri bersama orang-orang lain yang berbeda aliran.

    Memang, ada masjid-masjid lain di Pira, tetapi masjid yang digunakan bersama kelompok Sunni dan Syiah ini adalah yang terbesar.

    BBCSebuah masjid di Desa Pira, sebelah utara Pakistan, telah menjadi simbol persatuan, tempat penganut Sunni dan Syiah bersatu dalam iman dan kerukunan.

    Kerukunan antara dua kelompok ini telah terjalin lama.

    Tadinya, sekitar 100 tahun yang lalu, sebagian besar penduduk Pira adalah penganut Sunni Sufi. Mereka dipercaya sebagai keturunan dari orang yang mendirikan desa tersebut pada abad ke-17.

    Menurut Sibtain Bukhari, seorang sejarawan lokal, sebagian penduduk secara bertahap lalu memeluk Syiah, sementara yang lainnya memilih tetap meyakini Sunni.

    Meski berbeda aliran, kedua kelompok itu terus menggunakan masjid yang ada secara bersama-sama.

    Baca juga:

    Pada akhir 1980-an, seorang tetua Syiah setempat mengusulkan pembangunan ulang masjid tersebut.

    Molvi Gulab Shah, ulama Sunni, lantas memberikan persetujuannya asalkan tempat ibadah itu bisa tetap digunakan bersama oleh kedua kelompok.

    Para tetua Syiah lalu membayar ongkos pembangunan ulang, sehingga bangunan masjid tersebut itu secara formal kini menjadi milik mereka.

    Namun, pada praktiknya, hal itu tidak banyak berpengaruh. Syed Mazhar Ali Abbas, seorang pengkhotbah Syiah di masjid tersebut, menekankan bahwa kaum Sunni memiliki hak yang sama untuk menggunakannya.

    BBCIlustrasi muslim beribadah bersama di masjid.

    Masjid tersebut bisa dikatakan adalah jantung dari komunitas Desa Pira yang sepenuhnya bersatu.

    Penduduk Pira saat ini berjumlah kira-kira 5.000, yang dibagi rata antara pengikut Sunni dan Syiah, dan kedua kelompok itu sama-sama membayar listrik dan biaya operasional masjid lainnya.

    Mereka hidup berdampingan dengan damai dan bahagia.

    Tak hanya masjid, kedua kelompok itu juga saling berbagi wilayah kuburan.

    Tak jarang, pengikut aliran yang satu menikahi pengikut aliran yang lain.

    Baca juga:

    Muhammad Siddiq, misalnya, adalah seorang Sunni yang menikahi perempuan Syiah. Ia mengakui butuh waktu lama sebelum mertuanya merestui.

    Namun, itu bukan karena ia seorang Sunni. Ia bilang masalahnya adalah ia menikah atas dasar cinta, bukan lewat perjodohan seperti yang lazim terjadi di Pakistan.

    Ia kini telah menikah selama hampir 18 tahun dan, menurutnya, ia dan istrinya terus menjalankan keyakinan mereka dengan cara masing-masing.

    Seorang penduduk desa lainnya, Amjad Hussain Shah, mengatakan bahwa di beberapa rumah tangga, orang tuanya adalah pengikut Syiah sementara anak-anaknya adalah pengikut Sunni. Bisa juga terjadi sebaliknya.

    “Orang-orang di sini memahami bahwa keyakinan agama adalah masalah pribadi,” katanya.

    BBCDi Desa Pira, kelompok Sunni dan Syiah hidup rukun. Tak jarang, pengikut aliran yang satu menikahi pengikut aliran yang lain.

    Bentuk integrasi lainnya bisa dilihat di sejumlah hari raya keagamaan.

    Saat Idul Adha, pengikut Syiah dan Sunni terkadang membeli satu hewan kurban bersama-sama untuk memperingati kesiapan Nabi Ibrahim untuk mengorbankan putranya Ismail.

    Ketika kelompok Sunni merayakan Maulid Nabi Muhammad, para pengikut Syiah kerap ikut serta, kata Syed Sajjad Hussain Kazmi, seorang pengkhotbah Sunni.

    Sebaliknya, kaum Sunni juga hadir dalam acara-acara kelompok Syiah saat Muharam untuk memperingati kesyahidan Imam Husein, cucu Nabi.

    Dengan cara ini, penduduk desa dapat saling berbagi suka dan duka.

    Baca juga:

    Pada hari BBC berkunjung ke Pira, para tetua desa sedang memberikan suara untuk memilih ketua komite zakat lokal, yang bertugas mengumpulkan dan mendistribusikan sumbangan amal.

    Selama beberapa tahun terakhir, posisi tersebut dipegang oleh seorang Sunni, tetapi kali ini seorang kandidat Syiah yang keluar jadi pemenang.

    Mazhar Ali, yang merupakan pengkhotbah Syiah, mengatakan keluarganya mendukung kandidat Sunni yang kemudian kalah dalam pemilihan.

    “Kami tidak pernah mendukung atau menentang siapa pun dalam pemilihan berdasarkan agama. Kami selalu memilih orang yang kami yakini dapat melayani masyarakat dengan baik,” katanya.

    Getty ImagesIlustrasi muslim beribadah bersama di masjid.

    Suatu waktu, kira-kira 20 tahun lalu, ada upaya untuk memecah belah warga. Ini tidak terjadi di Desa Pira secara khusus, tapi di area lebih luas yang mencakup 11 desa.

    Di Pira, warganya memang terbagi rata antara pengikut Syiah dan Sunni. Namun, kelompok Sunni mendominasi desa-desa lainnya yang ada di area itu.

    Saat itu, Syed Munir Hussain Shah yang merupakan pengikut Syiah mencalonkan diri untuk mewakili seluruh desa tersebut di dewan lokal.

    Salah satu lawannya berusaha menyerang dengan menyebarkan kebencian terhadap Syiah.

    “Mereka mendatangkan seseorang dari Karachi yang dikenal di seluruh negeri karena retorikanya yang anti-Syiah. Dia menyampaikan pidato di depan massa, mendesak orang-orang untuk tidak memilih kandidat Syiah,” kata Munir Shah.

    Strategi itu tidak berhasil. Orang-orang toh tetap memilih Munir Shah.

    “Kebanyakan orang mengatakan mereka tidak sedang memilih seorang pengkhotbah masjid, tetapi seorang wakil yang kompeten untuk memperjuangkan isu-isu mereka, terlepas dari sekte mereka,” katanya.

    Ia percaya bahwa kuatnya persatuan sosial lahir dari masjid dengan menara baja dan pengeras suara tinggi itu, yang selama kira-kira seabad telah digunakan dan dirawat bersama oleh kelompok Sunni dan Syiah.

    Tonton juga Video: Momen Umat Islam Salat Id di Stadion Piala Dunia Qatar

    (haf/haf)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Hamas Mendesak Israel Tindaklanjuti Proposal Gencatan Senjata – Halaman all

    Hamas Mendesak Israel Tindaklanjuti Proposal Gencatan Senjata – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemimpin militan sayap kanan Hamas, Khalil Al-Hayya, menyatakan persetujuannya terhadap proposal gencatan senjata terbaru yang diusulkan oleh mediator Arab dan Mesir.

    Dalam pernyataannya, Al-Hayya mendesak Israel untuk mendukung usulan tersebut.

    Ia menegaskan bahwa Hamas telah sepenuhnya mematuhi ketentuan dalam perjanjian gencatan senjata yang sebelumnya dan berharap Israel tidak menghalangi usulan ini.

    “Dua hari yang lalu kami menerima proposal dari saudara-saudara mediator di Mesir dan Qatar. Kami menanggapinya secara positif dan menyetujuinya,” ujar Al-Hayya dalam pidato yang dikutip dari CNN International.

    Ia juga berharap agar pendudukan Israel tidak menjadi penghalang bagi tercapainya kesepakatan ini.

    Berapa Lama Gencatan Senjata Akan Berlaku?

    Seorang pejabat Mesir mengkonfirmasi bahwa Hamas telah setuju untuk melaksanakan gencatan senjata selama 50 hari yang akan dimulai saat perayaan Idul Fitri.

    Selama masa gencatan senjata, Hamas akan membebaskan lima sandera yang masih hidup, termasuk seorang warga Amerika-Israel, sebagai imbalan atas izin Israel untuk memasukkan bantuan ke wilayah Gaza dan jeda pertempuran selama seminggu.

    Untuk mempercepat tercapainya usulan gencatan senjata, Hamas bersama dengan faksi-faksi lain telah menyerahkan daftar para profesional dan ahli independen kepada Mesir.

    Langkah ini diharapkan dapat membantu membentuk komite yang akan mengelola daerah kantong tersebut sesuai dengan kesepakatan gencatan senjata.

    Mengapa Israel Menolak Proposal Gencatan Senjata?

    Meskipun Hamas sepakat dengan usulan gencatan senjata, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dilaporkan menolak proposal yang diajukan oleh mediator.

    Kantor Perdana Menteri Netanyahu tidak memberikan rincian spesifik mengenai tawaran balasan Israel, namun menyatakan bahwa tawaran tersebut telah mendapat persetujuan dari pemerintah AS.

    “Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengadakan serangkaian konsultasi sesuai dengan usulan yang diterima dari para mediator. Beberapa jam yang lalu, Israel menyampaikan kepada para mediator sebuah usulan balasan dengan koordinasi penuh dengan AS,” ungkap kantor Netanyahu.

    Apa yang Terjadi Setelah Gencatan Senjata Berakhir?

    Gencatan senjata antara Israel dan Hamas diketahui berakhir pada 18 Maret setelah Israel melakukan serangan besar-besaran.

    Serangan ini mengakibatkan ratusan orang tewas dalam waktu singkat.

    Gedung Putih menyalahkan Hamas atas terjadinya pertempuran yang kembali pecah, mengeklaim bahwa Hamas menolak untuk memperpanjang gencatan senjata dan tidak bersedia membebaskan 24 dari 59 sandera yang masih hidup.

    Karena alasan ini, Israel menolak kesepakatan gencatan senjata dan mengancam akan melanjutkan agresi untuk merebut lebih banyak wilayah di Gaza.

    Terbaru, menjelang Idul Fitri 2025, militer Israel mengumumkan telah memperluas serangan darat di Jalur Gaza bagian selatan, dengan menargetkan beberapa lokasi di area tersebut.

    Bagaimana Situasi di Gaza Saat Ini?

    Sepanjang akhir pekan, pasukan Israel mengeklaim telah melancarkan serangan terhadap puluhan target di wilayah tersebut.

    Pada 19 Maret, Israel mengumumkan dimulainya operasi darat terbatas untuk memperluas zona penyangga antara bagian utara dan selatan Gaza.

    Serangan udara besar-besaran yang dilakukan pada 18 Maret menyebabkan lebih dari 920 korban jiwa dan melukai lebih dari 2.000 orang, serta mengakhiri kesepakatan gencatan senjata yang telah berjalan sejak Januari.

    Dengan latar belakang ini, situasi di Gaza semakin memanas, dan ketidakpastian mengenai masa depan gencatan senjata tetap menjadi topik hangat di kalangan masyarakat internasional.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Hamas Sepakati Proposal dari Mesir dan Qatar si Mediator, Apa Sikap Israel?

    Hamas Sepakati Proposal dari Mesir dan Qatar si Mediator, Apa Sikap Israel?

    PIKIRAN RAKYAT – Hamas menyepakati proposal gencatan senjata terbaru  Gaza dari mediator, Mesir dan Qatar. Menurut pemimpin kelompok Palestina itu, proposal sampai ke tangan mereka dua hari lalu.

    Informasi ini dikonfirmasi Khalil al-Hayya dalam pidato yang disiarkan televisi, Sabtu, 29 Maret 2025.

    “Deux hari yang lalu, kami menerima proposal dari mediator di Mesir dan Qatar. Kami menanggapinya dengan positif dan menerima proposal tersebut,” katanya, dikutip dari Reuters, Minggu, 30 Maret 2025.

    “Kami berharap pendudukan (Israel) tidak akan merusaknya,” ujar Hayya melanjutkan.

    Hayya merupakan pemimpin tim negosiasi Hamas dalam perundingan tidak langsung tersebut. Adapun tujuan pembahasan ialah mencapai gencatan senjata dalam genosida Israel atas Gaza, yang dimulai pada Oktober 2023.

    Israel Akhirnya Setuju?

    Sumber-sumber keamanan mengatakan kepada Reuters, Kamis, 27 Maret 2025, Mesir telah menerima indikasi positif dari Israel Penjajah mengenai proposal gencatan senjata baru yang akan mencakup fase transisi.

    Proposal tersebut menyarankan agar setiap minggu, Hamas melepaskan lima dari sandera Israel yang ditahan.

    Kantor Perdana Menteri Israel mengungkap, mereka telah mengadakan serangkaian konsultasi sesuai dengan proposal yang diterima dari mediator. Hasilnya, Israel telah menyampaikan proposal balasan kepada mediator dengan koordinasi penuh dengan Amerika Serikat (AS).

    Reuters sudah bertanya kepada kantor perdana menteri Benjamin Netanyahu mengenai kesepakatan Israel atas proposal gencatan senjata kali in, tetapi hingga kini belum ada respons apa pun.

    Gencatan Senjata Berfase

    Fase pertama gencatan senjata antara Israel dan Hamas mulai berlaku pada 19 Januari 2025, setelah 15 bulan perang dan melibatkan penghentian pertempuran, pembebasan beberapa sandera Israel yang ditahan Hamas, dan pembebasan beberapa tahanan Palestina.

    Fase kedua dari kesepakatan tiga fase ini dimaksudkan untuk fokus pada kesepakatan mengenai pembebasan sandera yang tersisa dan penarikan pasukan Israel dari Gaza.

    Hamas mengatakan bahwa proposal apa pun harus memungkinkan dimulainya fase kedua, sementara Israel menawarkan untuk memperluas fase pertama yang berlangsung selama 42 hari.

    Israel juga menyerukan pada Hamas untuk menyerahkan senjatanya pada Israel dan AS. Hayya menegaskan, persenjataan kelompok Hamas adalah hal mutlak yang tidak akan mereka serahkan selama “pendudukan Israel” ada.

    Selain penyerahan senjata, Israel dan AS melarang Hamas untuk memiliki peran dalam pengaturan Gaza pasca-perang.

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Hamas Mendesak Israel Tindaklanjuti Proposal Gencatan Senjata – Halaman all

    Hamas Disebut Setujui Gencatan Senjata 50 Hari di Gaza, Dimulai dari Lebaran – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pejabat Mesir mengklaim bahwa Hamas telah bersedia untuk membebaskan lima sandera Israel sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang akan dimulai saat Lebaran.

    Kesepakatan ini diharapkan dapat meredakan ketegangan antara kedua belah pihak.

    Menurut laporan, sandera berkewarganegaraan Israel-Amerika yang bernama Edan Alexander termasuk dalam lima sandera yang akan dibebaskan.

    “Sekarang, keputusan ada di tangan pemerintah Israel dan Amerika Serikat,” ungkap pejabat Mesir kepada media New Arab.

    Narasumber yang akrab dengan negosiasi gencatan senjata menyatakan bahwa Mesir telah mengusulkan gencatan sementara selama sekitar 50 hari.

    Sebagai imbalannya, Hamas akan membebaskan lima sandera, sementara Israel diharapkan untuk membebaskan sejumlah warga Palestina.

    Selain itu, ada rencana untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Gaza.

    Upaya Mesir dalam Negosiasi

    Pejabat Mesir juga menyatakan optimisme terhadap pembaruan kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera.

    “Kami sedang berupaya mempercepat negosiasi dengan mengajukan usul yang realistis, didukung oleh AS dan Qatar,” tambahnya.

    Kairo berusaha agar semua pihak, termasuk Washington, mendorong Israel untuk memberikan konsesi nyata demi mencapai kesepakatan yang diinginkan.

    Tanggapan dari Pihak Israel

    Sementara itu, media penyiaran Israel, KAN, melaporkan bahwa para juru penengah melihat adanya kesediaan dari pejabat senior Hamas untuk membebaskan sejumlah sandera demi terwujudnya gencatan senjata saat Lebaran.

    Laporan dari Walla juga menyebutkan bahwa seorang pejabat Israel mengeklaim Hamas telah menyetujui usulan Mesir untuk gencatan senjata selama 50 hari yang dimulai pada hari Lebaran.

    Pejabat tersebut menambahkan bahwa jasad para sandera juga akan diserahkan saat gencatan senjata, meskipun tidak mengungkapkan jumlahnya.

    Israel mungkin akan mengajukan tawaran balasan terkait kesepakatan ini.

     

  • Bom Israel Bunuh 9 Sipil Sepanjang Sholat Id, 5 di Antaranya Anak-anak

    Bom Israel Bunuh 9 Sipil Sepanjang Sholat Id, 5 di Antaranya Anak-anak

    PIKIRAN RAKYAT – Pasukan Israel membombardir Gaza saat warga Palestina merayakan Idul Fitri. Bom yang tiada henti sepanjang pelaksanaan sholat berjamaah id menewaskan sembilan orang, termasuk lima anak-anak.

    Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan Israel telah mengajukan usulan balasan setelah Hamas mengungkapkan bahwa mereka menerima rencana gencatan senjata baru yang diajukan oleh Mesir dan Qatar.

    Program Pangan Dunia mengatakan stok makanan mereka di Gaza bisa habis dalam waktu 10 hari karena blokade yang menghancurkan yang diterapkan Israel.

    Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan setidaknya 50.277 warga Palestina dipastikan tewas dan 114.095 luka-luka dalam genosida Israel terhadap Gaza.

    Kantor Media Pemerintah Gaza memperbarui jumlah korban tewas sekitar dua bulan lalu menjadi lebih dari 61.700, dengan ribuan orang yang hilang di bawah puing-puing diduga kuat sudah tak bernyawa.

    Bombardir Tak Henti Saat Sholat Id

    Warga Palestina melaksanakan sholat Idul Fitri saat serangan Israel terus berlanjut. Sebagaimana muslim di belahan dunia lain, masyarakat Palestina di Gaza melaksanakan sholat untuk menandai berakhirnya bulan suci Ramadhan dan dimulainya Syawal.

    Seperti yang mereka lakukan selama perang, mereka sholat di tengah puing-puing sisa kehidupan yang telah diluluhlantakan Israel Penjajah.

    #شاهد | إطلاق نار من آليات الاحتلال خلال أداء الفلسطينيين صلاة العيد في عدد من المناطق داخل قطاع غزة. pic.twitter.com/0CaaPobzTl— المركز الفلسطيني للإعلام (@PalinfoAr) March 30, 2025

    Dalam sebuah video yang diunggah oleh Pusat Informasi Palestina, suara tembakan terdengar ketika sholat dilaksanakan.

    “Seperti yang telah kami laporkan, pasukan Israel membunuh sedikitnya sembilan orang pada pagi hari Idul Fitri. Korban termasuk lima anak-anak,” demikian laporan wartawan Al Jazeera dari kontributor setempat, dikutip Minggu, 30 Maret 2025.

    Kekacauan di Jenin Tepi Barat

    Tak hanya Gaza, Tepi Barat juga tidak luput dari kekacauan dalam perayaan lebaran tahun ini. Pasukan Israel dilaporkan telah menembakkan gas air mata kepada warga Palestina yang berziarah ke pemakaman Jenin.

    Warga Palestina lazimnya berziarah untuk menghormati orang yang telah meninggal di pemakaman Jenin ketika Idul Fitri.

    Dalam kerumunan khidmat, gas air mata ditembakkan tanpa ampun, sehingga menyebabkan para warga sesak napas hingga gangguan penglihatan. Demikian menurut laporan media setempat.

    Rekaman yang diverifikasi oleh unit pemeriksaan fakta Sanad Al Jazeera menunjukkan, kerumunan memang betul berlarian mencari perlindungan saat awan gas air mata menyebar di area tersebut. ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Idul Fitri 2025: Penetapan Tanggal di Berbagai Negara – Halaman all

    Idul Fitri 2025: Penetapan Tanggal di Berbagai Negara – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sejumlah negara telah mengumumkan bahwa Hari Raya Idul Fitri 2025 akan jatuh pada Senin, 31 Maret 2025.

    Penetapan tanggal ini didasarkan pada hasil pemantauan hilal yang dilakukan di berbagai wilayah.

    Mari kita simak lebih lanjut mengenai bagaimana penentuan ini dilakukan dan apa yang dikatakan oleh pihak berwenang dari berbagai negara.

    Apa yang Menjadi Dasar Penetapan Tanggal Idul Fitri 2025?

    Keputusan untuk menentukan tanggal Idul Fitri 2025 ini didasarkan pada pengamatan bulan sabit Syawal, yang ternyata tidak terlihat pada malam Sabtu, 29 Maret 2025.

    Menurut laporan dari Hindustan Times, pihak berwenang di Bangladesh, India, Indonesia, Malaysia, dan Australia telah mengonfirmasi bahwa Hari Raya akan jatuh pada tanggal tersebut.

    Apa yang Dikatakan Pihak Berwenang di Berbagai Negara?

    Di Bangladesh, Komite Penampakan Bulan Nasional menyatakan bahwa bulan sabit tidak terlihat, sehingga puasa Ramadhan digenapkan menjadi 30 hari.

    Oleh karena itu, mereka menetapkan Hari Raya Idul Fitri 2025 jatuh pada hari Senin, 31 Maret 2025.

    Indonesia juga mengeluarkan keputusan serupa, di mana pemerintah menetapkan hari pertama Idul Fitri 2025 pada tanggal yang sama, setelah gagal mengamati bulan sabit Syawal pada malam yang sama.

    Sementara itu, di India, pengamatan yang dilakukan pada Sabtu, 29 Maret 2025, menunjukkan bahwa bulan sabit akan terlihat pada hari Minggu, 30 Maret 2025, sehingga mereka juga memastikan perayaan akan dilaksanakan pada Senin, 31 Maret 2025.

    Di Malaysia, Pusat Astronomi Internasional mengonfirmasi bahwa bulan sabit Syawal akan tampak dengan mata telanjang pada hari Minggu, menjadikan 31 Maret sebagai hari perayaan.

    Hal yang sama juga berlaku untuk Brunei dan Australia, di mana Dewan Fatwa bersama dengan tiga organisasi keagamaan lainnya menetapkan tanggal yang sama.

    Bagaimana Perayaan Idul Fitri Di Australia?

    Australia dikenal sebagai negara multikultural yang menyelenggarakan berbagai perayaan keagamaan dan budaya.

    Dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri 2025, komunitas Muslim di Australia diharapkan akan mengadakan berbagai kegiatan amal, termasuk pembagian makanan dan barang kebutuhan pokok bagi yang membutuhkan.

    Perayaan ini umumnya dimulai dengan shalat berjamaah di masjid dan ruang terbuka untuk menampung jumlah jemaah yang besar.

    Apa yang Terjadi di Negara Lain?

    Sebagian besar negara di Timur Tengah seperti Suriah, Yordania, Libya, Oman, dan Iran juga menyatakan hari Senin sebagai hari Idul Fitri 2025.

    Sementara itu, Arab Saudi dan beberapa negara lainnya seperti Uni Emirat Arab dan Qatar memutuskan untuk merayakannya pada hari Minggu, 30 Maret 2025, berdasarkan hasil pengamatan bulan yang dilakukan pada malam yang sama.

    Mengapa Penetapan Ini Penting?

    Penetapan tanggal Idul Fitri penting karena menandai berakhirnya bulan Ramadhan.

    Selain itu, keputusan ini menjadi panduan bagi umat Muslim di berbagai negara untuk merayakan hari raya dengan cara yang sama.

    Dengan pengumuman ini, umat Islam di seluruh dunia kini bersiap untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri 2025 dengan penuh suka cita.

    Mari kita sambut perayaan ini dengan semangat kebersamaan dan amal kepada sesama.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Ucapkan Selamat Idulfitri, Sekjen PBB Prihatin Umat Muslim yang Terdampak Perang

    Ucapkan Selamat Idulfitri, Sekjen PBB Prihatin Umat Muslim yang Terdampak Perang

    Bisnis.com, JAKARTA – Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengungkapkan keprihatinannya atas jutaan umat muslim yang merayakan Idulfitri di tengah kondisi perang dan pengungsian. 

    Hal tersebut dia ungkapkan dalam pernyataan videonya melalui akun X pada Sabtu (30/3/2025).

    Dalam pernyataan itu, Guterres menyampaikan ucapan selamat Idulfitri dengan berat hati. Dia mengatakan, saat ini ada jutaan Muslim yang sedang atau akan merayakan hari raya tersebut di tengah perang dan pengungsian, bukan dalam suasana kumpul keluarga tradisional.

    “Saya ingin menyampaikan ucapan selamat Idulfitri terbaik saya kepada semua Muslim di seluruh dunia,” kata Guterres dikutip dari Kantor Berita Anadolu. 

    “Namun, saya menyampaikannya dengan berat hati, memikirkan banyak Muslim yang tidak akan dapat merayakan Idul Fitri bersama keluarga mereka karena perang, konflik, atau pengungsian,” tambahnya.

    Pimpinan PBB menekankan nilai-nilai inti festival tersebut, yaitu solidaritas dan kasih sayang. Dia berharap prinsip-prinsip ini dapat menjembatani masyarakat yang terpecah.

    Pesannya disampaikan saat warga Palestina di Gaza, pengungsi Rohingya, dan populasi Muslim lain yang terdampak konflik menghadapi perayaan yang sangat muram di tengah kekerasan dan krisis kemanusiaan yang terus berlangsung.

    Idul Fitri menandai berakhirnya bulan suci Ramadan, puasa dari fajar hingga senja, yang secara tradisional dirayakan dengan salat, pesta, dan sedekah.

    Sementara itu, sejumlah negara di Timur Tengah telah merayakan Idulfitri pada hari ini, Minggu (30/3/2025) yang menandai berakhirnya bulan puasa Ramadan.

    Pihak berwenang agama di Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab (UEA), Kuwait, dan Bahrain mengatakan bahwa bulan sabit baru Syawal (bulan ke-10 dalam kalender Islam) terlihat pada hari Sabtu dan Idul Fitri akan dirayakan pada hari Minggu.

    Selain itu, pihak berwenang di Palestina, Sudan, dan Yaman membuat pengumuman serupa. Mufti Besar Lebanon, Sheikh Abd al-Latif Drian mengatakan bahwa umat Islam Sunni di negara itu juga akan merayakannya pada hari Minggu.

    Selanjutnya, Idulfitri akan dirayakan pada Senin (31/3/2025) di Oman, Mesir, dan Suriah karena bulan baru tidak dapat terlihat. Umat Islam Sunni dan Syiah di Irak juga akan merayakannya pada hari Senin.

  • Hamas Setujui Proposal Gencatan Senjata Baru dari Mediator, Israel Menolak

    Hamas Setujui Proposal Gencatan Senjata Baru dari Mediator, Israel Menolak

    Gaza

    Seorang pejabat tinggi Hamas mengatakan kelompok tersebut menyetujui usulan gencatan senjata Gaza baru yang diajukan oleh para mediator. Namun, Israel menolak dan mengajukan proposal lain.

    Dilansir AFP, Minggu (30/3/2025), Hamas telah mendesak Israel untuk mendukung proposal itu sambil memperingatkan ‘garis merah’. Kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, juga mengonfirmasi mereka telah menerima usulan dari para mediator.

    Namun, Israel tak langsung menyetujuinya. Israel malah mengajukan proposal balasan sebagai tanggapan.

    “Dua hari yang lalu, kami menerima usulan dari saudara-saudara mediator di Mesir dan Qatar. Kami menanggapinya secara positif dan menyetujuinya. Kami berharap bahwa pendudukan (Israel) tidak akan menghalanginya,” kata petinggi Hamas, Khalil al-Haya, dalam pidato yang disiarkan televisi untuk hari raya Idul Fitri bagi umat Islam.

    Israel menyatakan telah mengajukan proposal balasan. Menurut Israel, proposal itu diajukan dengan koordinasi penuh Amerika Serikat (AS).

    “Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, kemarin, mengadakan serangkaian konsultasi sesuai dengan usulan yang diterima dari para mediator. Beberapa jam yang lalu, Israel menyampaikan kepada para mediator sebuah usulan balasan dengan koordinasi penuh dengan AS,” kata kantor Netanyahu.

    Sehari sebelumnya, pejabat senior Hamas Bassem Naim mengatakan pembicaraan antara gerakan Islamis Palestina dan para mediator mengenai kesepakatan gencatan senjata semakin gencar karena Israel terus melakukan operasi intensif di Gaza. Sumber-sumber Palestina yang dekat dengan Hamas mengatakan pembicaraan dimulai pada Kamis (27/3) malam antara kelompok militan dan para mediator dari Mesir dan Qatar untuk menghidupkan kembali gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera.

    Serangan besar-besaran Israel di Gaza dilakukan sejak 7 Oktober 2023. Serangan itu diklaim Israel untuk membalas serangan Hamas ke wilayah mereka yang menewaskan 1.200 orang.

    Serangan Israel telah menewaskan lebih dari 50 ribu warga Gaza. Ratusan ribu orang terluka dan jutaan orang telah mengungsi akibat perang.

    (haf/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Palestina, Arab Saudi, UEA, Qatar, Sudan, Yaman, dan Inggris Rayakan Lebaran 2025 Hari Ini – Halaman all

    Palestina, Arab Saudi, UEA, Qatar, Sudan, Yaman, dan Inggris Rayakan Lebaran 2025 Hari Ini – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Palestina, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Sudan, Yaman, dan Inggris merayakan Hari Raya Idul Fitri 2025 pada hari ini, Minggu (30/3/2025).

    Panitia pemantau hilal Arab Saudi mengatakan, pihaknya telah melakukan pengamatan hilal saat matahari terbenam,  Sabtu (29/3/2025).

    Kepala astronom Abdullah al-Khudairi di Observatorium Sudair mengatakan, hilal telah terlihat tepat 8 menit setelah matahari terbenam.

    “Matahari terbenam hari ini, Sabtu, di lokasi Observatorium Sudair terjadi pada pukul 18.12 (waktu Saudi), dan bulan sabit akan terbenam 8 menit kemudian,” katanya, dikutip dari Al-Arabiya.

    Sebagian besar komunitas Muslim Inggris mengikuti Arab Saudi.

    “Mahkamah Agung telah memutuskan bahwa besok, Ahad, 30 Maret 2025, adalah hari pertama Idul Fitri,” kata Pengadilan Kerajaan dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh Kantor Berita Resmi Saudi pada X, dikutip dari The New Arab.

    Uni Emirat Arab dan Qatar juga mengonfirmasi bahwa Idulfitri akan dimulai pada hari Minggu.

    Pihak berwenang di Palestina, Sudan, dan Yaman membuat pengumuman serupa.

    Mufti Besar Lebanon, Sheikh Abd al-Latif Drian, mengatakan bahwa umat Muslim Sunni di negara itu juga akan merayakan hari raya tersebut pada Minggu, dikutip dari Anadolu Ajansi.

    Dengan ditetapkannya Hari Raya Idul Fitri 2025, maka ini menandai berakhirnya puasa Ramadhan 2025.

    Ada sekitar 1,9 miliar Muslim di seluruh dunia, sekitar 25 persen dari populasi dunia, Al Jazeera melaporkan.

    Indonesia memiliki populasi Muslim tertinggi di dunia, dengan sekitar 240 juta Muslim yang tinggal di negara ini.

    Pakistan berada di urutan kedua dengan sekitar 225 juta Muslim, diikuti oleh India (211 juta), Bangladesh (155 juta), dan Nigeria (111 juta).

    Hari Raya Idul Fitri 2025 di Indonesia dan Malaysia

    Dilansir Hindustan Times, Pemerintah Indonesia menetapkan hari pertama Hari Raya Idul Fitri 2025 pada 31 Maret setelah gagal mengamati bulan sabit Syawal pada Sabtu (29/3/2025) malam.

    Hal serupa juga terjadi di Bangladesh, India, Malaysia, dan Australia.

    Di Bangladesh, Komite Penampakan Bulan Nasional menyatakan, bulan sabit tidak terlihat. Sehingga puasa Ramadhan digenapkan menjadi 30 hari, dengan Hari Raya Idul Fitri 2025 jatuh pada Senin (31/3/2025).

    India, yang pada Sabtu (29/3/2025) menandai hari ke-28 Ramadan, memperkirakan bahwa bulan sabit akan terlihat pada Minggu (30/3/2025), sehingga perayaan Hari Raya Idul Fitri 2025 dipastikan jatuh pada hari Senin (31/3/2025).

    Menurut Pusat Astronomi Internasional (IAC), Malaysia juga mengonfirmasi bahwa hilal awal Syawal akan terlihat dengan mata telanjang pada Minggu, menjadikan 31 Maret sebagai hari Hari Raya Idul Fitri 2025 .

    Brunei mengikuti keputusan ini setelah memastikan bulan akan tampak pada Minggu (30/3/2025).

    Di Australia, Dewan Fatwa bersama tiga organisasi keagamaan lainnya menetapkan Hari Raya Idul Fitri 2025 pada 31 Maret.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Beda Dengan Indonesia, Arab Saudi, UEA Cs. Rayakan Idulfitri Hari Ini

    Beda Dengan Indonesia, Arab Saudi, UEA Cs. Rayakan Idulfitri Hari Ini

    Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah negara di Timur Tengah telah merayakan Idulfitri pada hari ini, Minggu (30/3/2025) yang menandai berakhirnya bulan puasa Ramadan. Sementara itu, beberapa negara lain akan mulai merayakannya keesokan harinya.

    Melansir Kantor Berita Anadolu, pihak berwenang agama di Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab (UEA), Kuwait, dan Bahrain mengatakan bahwa bulan sabit baru Syawal (bulan ke-10 dalam kalender Islam) terlihat pada hari Sabtu dan Idul Fitri akan dirayakan pada hari Minggu.

    Selain itu, pihak berwenang di Palestina, Sudan, dan Yaman membuat pengumuman serupa. Mufti Besar Lebanon, Sheikh Abd al-Latif Drian mengatakan bahwa umat Islam Sunni di negara itu juga akan merayakannya pada hari Minggu.

    Selanjutnya, Idulfitri akan dirayakan pada Senin (31/3/2025) di Oman, Mesir, dan Suriah karena bulan baru tidak dapat terlihat. Umat Islam Sunni dan Syiah di Irak juga akan merayakannya pada hari Senin.

    Idul Fitri, hari raya berbuka puasa di akhir bulan suci Ramadan, merupakan hari raya pertama dari dua hari raya utama dalam Islam, hari raya lainnya adalah Idul Adha.

    Adapun, Indonesia juga akan merayakan Idulfitri pada Senin besok. Hasil Sidang Isbat menetapkan 1 Syawal 1446 Hijriah atau Lebaran Idulfitri pada 2025 jatuh pada Senin, 31 Maret 2025. 

    Menteri Agama Nasaruddin Umar mengatakan bahwa dari hasil sidang isbat yang dilakukan tertutup bahwa hilal belum terlihat. 

    “Maka disepakati bahwa 1 Syawal 1446 Hijriah jatuh pada hari Senin 31 Maret 2025,” kata Nasaruddin.

    Menag Nasaruddin mengatakan bahwa hal itu ditetapkan berdasarkan hisab, posisi hilal di berbagai lokasi di Indonesia yang telah memenuhi kriteria MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura). 

    Hilal dikatakan terlihat (Imkanur Rukyat) apabila tinggi hilal mencapai 3 derajat dan sudut elongasi 6,4 derajat, sesuai dengan kriteria MABIMS. Namun demikian, dalam sidang isbat kali ini masih berada di bawah ketentuan tersebut. 

    Adapun, Kemenag melakukan rukyatul hilal penentu 1 Syawal 1446 di 33 titik lokasi di seluruh Indonesia. Setiap provinsi memiliki satu titik pemantauan, kecuali Provinsi Bali yang tidak menyelenggarakan rukyat karena bertepatan dengan perayaan Hari Raya Nyepi.