Negara: Qatar

  • Garuda Indonesia Buka Lagi Rute Jakarta-Doha, Jalur Udara Qatar Aman?

    Garuda Indonesia Buka Lagi Rute Jakarta-Doha, Jalur Udara Qatar Aman?

    Bisnis.com, JAKARTA — Garuda Indonesia (GIAA) kembali mengoperasikan layanan penerbangan rute Jakarta – Doha pulang pergi (PP) usai jalur udara menuju Qatar telah memenuhi seluruh persyaratan keselamatan penerbangan.

    Direktur Operasi Garuda Indonesia, Tumpal M. Hutapea mengatakan penerbangan kembali tersebut merupakan hasil dari asesmen menyeluruh dan koordinasi intensif Garuda Indonesia dengan Qatar Airways sebagai mitra operasional juga didukung dengan informasi dari otoritas terkait lintas-negara.

    Dia menambahkan keputusan ini turut mempertimbangkan perkembangan kondisi geopolitik regional di wilayah udara Timur Tengah yang kini menunjukkan situasi yang semakin kondusif.

    “Sejumlah maskapai internasional lain juga telah memulai kembali melayani penerbangan menuju wilayah tersebut,” kata Tumpal dalam keterangannya, Sabtu (28/6/2025)

    Garuda Indonesia akan terus memantau perkembangan situasi secara cermat & intensif bersama otoritas penerbangan terkait, guna memastikan terjaganya keamanan penerbangan pada operasional rute ini.

    Hal ini, lanjutnya, dilakukan bersama otoritas penerbangan di Indonesia dan Qatar, serta dengan Qatar Airways. Langkah ini juga dilakukan untuk memastikan agar penerapan service recovery dapat berjalan secara optimal.

    Garuda Indonesia mengimbau seluruh penumpang yang akan melakukan perjalanan dari dan menuju Doha untuk secara berkala melakukan pengecekan terhadap status penerbangan melalui kanal informasi resmi Garuda.

    Garuda Indonesia senantiasa berkomitmen untuk menghadirkan layanan penerbangan yang aman, nyaman, dan andal bagi seluruh pengguna jasa.

    Sebelumnya, Garuda Indonesia menutup rute penerbangan Jakarta-Doha, Qatar, selama sepekan akibat meningkatnya eskalasi konflik di Timur Tengah yang melibatkan Israel dan Iran.

    Melansir laporan resmi Kementerian Perhubungan, beberapa wilayah Flight Information Region (FIR) di kawasan Timur Tengah memang mengalami penutupan sebagai imbas eskalasi konflik Iran–Israel.

    Sejumlah FIR yang sempat terdampak meliputi Kairo (Mesir), Tel Aviv (Israel), Baghdad (Irak), Suriah, Tehran, Bahrain, dan Doha (Qatar). Namun, untuk saat ini, hanya ruang udara Bahrain dan Qatar yang sudah kembali dibuka. 

  • Ucapan Terima Kasih Iran ke China Usai Perangi Israel

    Ucapan Terima Kasih Iran ke China Usai Perangi Israel

    Beijing

    Iran dan Israel mengakhiri perang selama 12 hari setelah kesepakatan gencatan senjata. Iran pun mengucapkan terima kasih kepada China atas dukungan selama konflik panas.

    Sebagaimana diketahui, Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengumumkan berakhirnya perang 12 hari dengan Israel. Pengumuman setelah gencatan senjata yang dinilai rapuh dengan Israel.

    Dilansir AFP, Rabu (25/6/2025), Masoud Pezeshkian mengumumkan “berakhirnya perang 12 hari” yang dipaksakan oleh Israel, dalam sebuah pidato kepada rayat Iran yang disiarkan oleh kantor berita resmi IRNA.

    “Hari ini, setelah perlawanan heroik bangsa kita yang hebat, yang tekadnya membuat sejarah, kita menyaksikan terbentuknya gencatan senjata dan berakhirnya perang 12 hari yang dipaksakan oleh petualangan dan provokasi Israel,” kata Pezeshkian.

    Iran siap untuk kembali berunding dengan Amerika Serikat (AS), karena gencatan senjata dalam perang dengan Israel telah tercapai setelah 12 hari serangan yang menghantam fasilitas nuklir republik Islam tersebut.

    Namun, meskipun ia tampaknya menyatakan kesediaannya untuk meninjau kembali perundingan nuklir yang digagalkan oleh serangan mendadak Israel, Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan negaranya akan terus “menegaskan hak-haknya yang sah” untuk penggunaan tenaga atom secara damai.

    Pemerintah Israel mengatakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah mengumpulkan kabinetnya “untuk mengumumkan bahwa Israel telah mencapai semua tujuan Operasi Rising Lion dan banyak lagi”.

    Ditambahkan bahwa mereka telah menghilangkan “ancaman eksistensial ganda” dari program rudal nuklir dan balistik Iran, seraya bersumpah untuk menanggapi dengan tegas setiap pelanggaran gencatan senjata.

    Sementara itu, badan keamanan utama Iran mengatakan pasukan republik Islam itu telah “memaksa” Israel untuk “secara sepihak” mundur. Garda Revolusi juga memuji salvo rudal yang ditembakkan ke Israel pada menit terakhir sebagai “pelajaran bersejarah dan tak terlupakan bagi musuh Zionis”.

    Bagaimana pernyataan Iran usai perang berakhir? Baca halaman selanjutnya.

    Saling Ucapkan Terima Kasih ke Pendukung Gencatan Senjata

    Foto: Gedung di Israel hancur (REUTERS/Amir Cohen)

    Dewan Keamanan PBB melakukan pertemuan membahas gencatan senjata Iran-Israel. Dalam pertemuan itu, utusan kedua negara yang saling perang itu sama-sama mengucapkan terima kasih ke negara yang membantu tercapainya gencatan senjata.

    “Saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada negara saudara dan sahabat kita, Qatar, atas upaya tulus dan diplomatisnya untuk membantu mengakhiri agresi Israel, menetapkan gencatan senjata, dan mencegah eskalasi lebih lanjut dari ketegangan regional yang mengancam perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut,” kata utusan Iran untuk PBB Saeid Iravani kepada dewan sebagaimana dilansir CNN, Rabu (25/6/2025).

    Ungkapan terima kasih Iravani kepada Qatar disampaikan sehari setelah Iran melancarkan serangan terhadap pangkalan udara AS di negara Teluk tersebut.

    Diketahui, Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al-Thani mendapatkan persetujuan Iran terkait gencatan senjata dengan Israel. Seorang diplomat yang diberi pengarahan tentang pembicaraan tersebut mengatakan kepada CNN, yang akhirnya mengizinkan Presiden AS Donald Trump untuk mengumumkan gencatan senjata di media sosial.

    Hal senada juga disampaikan Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon. Dia mengucapkan terima kasih kepada Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump atas perannya dalam gencatan senjata.

    Danon menegaskan kembali bahwa Israel “memberikan pukulan telak” kepada Iran dengan serangannya terhadap target rezim Iran. Dia juga menegaskan Israel akan menanggapi dengan tegas setiap pelanggaran gencatan senjata yang dilakukan Iran.

    Iran Sampaikan Terima Kasih ke China

    Foto:Menteri Pertahanan Iran Aziz Nasirzadeh (dpa/picture alliance/Getty Images)

    Terbaru, Menteri Pertahanan Iran Aziz Nasirzadeh mengucapkan terima kasih ke China karena didukung saat bentrok selama 12 hari dengan Israel. Iran berharap China bisa menegakkan keadilan dan memainkan peran yang lebih besar.

    Dilansir CNN, Jumat (27/6/2025), ucapan itu disampaikan Nasirzadeh saat menghadiri pertemuan Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO), kelompok keamanan regional yang dipimpin China dan Rusia pada Kamis (26/6). Kelompok ini semakin menonjol karena China dan Rusia berupaya membangun blok internasional alternatif bagi blok yang didukung oleh Amerika Serikat.

    Pertemuan SCO bertepatan dengan pertemuan para pemimpin NATO di Den Haag, di mana Presiden AS Donald Trump mengatakan AS akan bertemu dengan Iran “minggu depan” untuk membahas kemungkinan perjanjian nuklir.

    Dalam laporan kantor berita Xinhua, Nasirzadeh mengucapkan terima kasih ke China karena telah menghargai kedaulatan Iran.

    “Menyampaikan rasa terima kasih kepada China atas pengertian dan dukungannya terhadap sikap sah Iran,” ujarnya.

    Ia juga berharap China akan terus memainkan peran besar dalam gencatan senjata. Dia berharap China bisa menegakkan keadilan.

    “Berharap China akan terus menegakkan keadilan dan memainkan peran yang lebih besar dalam mempertahankan gencatan senjata saat ini dan meredakan ketegangan regional,” katanya.

    Untuk diketahui bahwa China mengecam serangan Israel terhadap Iran pada 13 Juni 2025 lalu. Serangan yang menewaskan para pemimpin militer Iran ini memicu konflik panas antara kedua negara. Bahkan, konflik ini turut menyeret Amerika Serikat.

    Gencatan senjata pun diberlakukan setelah perang 12 hari. China mendukung gencatan senjata ini sekaligus mengkritik campur tangan AS.

    Halaman 2 dari 3

    (rdp/rdp)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • 24 WNI dari Iran Masih di Azerbaijan, Segera Pulang ke RI
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        27 Juni 2025

    24 WNI dari Iran Masih di Azerbaijan, Segera Pulang ke RI Nasional 27 Juni 2025

    24 WNI dari Iran Masih di Azerbaijan, Segera Pulang ke RI
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI menyebut masih ada 24 orang warga negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi dari Iran kini berada di Baku, Azerbaijan.
    Direktur Pelindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri (Kemenlu)
    Judha Nugraha
    menyebut, WNI tersebut akan dipulangkan secara bertahap pada 27-29 Juni 2025.
    “24 orang
    evacuee
    sisanya dari total jumlah 97 orang
    evacuee
    yang masih berada di Baku, Azerbaijan akan dipulangkan secara bertahap pada tanggal 27, 28, dan 29 Juni 2025,” kata Judha kepada wartawan, Jumat (27/6/2025).
    Judha memerinci, sebanyak enam orang evacuee dijadwalkan tiba pada tanggal 28 Juni 2025 melalui rute Baku – Doha – Bangkok – Jakarta.
    Selanjutnya, 5 WNI evacuee akan tiba pada tanggal 29 Juni 2025 dan 13 WNI akan tiba pada tanggal 30 Juni 2025, dengan rute Baku – Doha – Jakarta.
    “Kemlu berkoordinasi erat dengan Perwakilan RI di negara-negara transit guna memastikan kelancaran dan keselamatan proses evakuasi ini,” tutur Judha.
    Adapun total WNI yang rencananya dievakuasi mencapai 96 orang dan 1 warga negara Iran.
    Sementara hingga tanggal 26 Juni 2025, baru sekitar 73 orang yang telah berhasil dievakuasi pemerintah.
    “Hingga tanggal 26 Juni 2025, Pemerintah Indonesia telah mengevakuasi sebanyak 73 orang
    evacuee
    — yang terdiri dari 72 orang WNI dan 1 WN Iran,” jelas Judha.
    Sebelumnya diberitakan,
    konflik Israel-Iran
    kembali memanas dan menemui babak baru ketika AS turut menyerang Iran.
    Serangan udara itu dilancarkan AS pada Sabtu (21/6/2025) ke tiga fasilitas nuklir Iran, yakni Isfahan, Natanz, dan Fordow.
    Sebagai balasan, Iran menjatuhkan 19 rudal ke pangkalan militer AS di Qatar.
    Tercatat dari jumlah tersebut, sebanyak 18 di antaranya berhasil dicegat, sedangkan satu rudal jatuh di area pangkalan tanpa menimbulkan korban jiwa.
    Adapun semula, konflik ini dipicu oleh serangan Israel pada Jumat (13/6/2025), yang menyasar perumahan hingga fasilitas nuklir Iran.
    Iran kemudian melakukan serangan balasan pada Sabtu (14/6/2025), yang merusak fasilitas ekonomi Israel.
    KBRI setempat menetapkan siaga I sejak konflik berlangsung.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Setelah Perintahkan Hancurkan Fasilitas Nuklir Iran, Benarkah Donald Trump Berdamai dengan Iran?

    Setelah Perintahkan Hancurkan Fasilitas Nuklir Iran, Benarkah Donald Trump Berdamai dengan Iran?

    PIKIRAN RAKYAT – Pada Rabu, 25 Juni 2025 lalu, Donald Trump mengungkapkan bahwa kemungkinan akan bertemu Iran minggu depan. Sebelumnya, ia memerintahkan untuk menghancurkan fasilitas nuklir Iran.

    “Kami akan berbicara dengan mereka minggu depan, dengan Iran,” ujarnya dalam pertemuan puncak NATO.

    Trump lalu mengatakan bahwa pertemuan ini bisa saja melahirkan perjanjian untuk ditandatangani. Namun, ia menilai perjanjian tersebut tidak dibutuhkan.

    “Kami mungkin menandatangani kesepakatan. Saya tidak tahu. Bagi saya, saya rasa itu tidak perlu,” ujarnya. 

    Presiden AS ini kembali menegaskan bahwa Teheran sedang mengembangkan senjata nuklir. Sementara itu, Teheran membantah tuduhan tersebut mentah-mentah.

    Ia pun optimis bahwa negara Timur Tengah ini bersedia menempuh jalur perundingan. Terkait jadwal dan lokasi pertemuan tersebut, belum ada pengumuman resmi saat ini. Bila musuh bebuyutan Israel tetap mengembangkannya, ia menegaskan tak akan tinggal diam.

    Serangan dengan 60.000 Kilogram Bom

    Terkait serangan yang mengerahkan bom sebesar 60.000 kilogram tersebut, Trump menyebut dampak kehancurannya luar biasa.

    “(Dampaknya) Itu sangat parah. Itu adalah kehancuran,” katanya.

    Direktur Badan Intelijen Pusat AS John Ratcliffe mengutarakan hal yang sama. Namun, ia tak menyebut program di fasilitas tersebut akan berhenti seutuhnya.

    Israel pun mengungkapkan juga hal yang sama. Otoritas nuklir negara ini menilai serangan tersebut menghambat Iran untuk mengembangkan senjata nuklir dalam waktu yang lama.

    Serangan ini mengakibatkan hubungan Teheran dengan Washington memanas. Teheran membalasnya dengan serangan rudal ke Pangkalan Militer Amerika Serikat Al Udeid yang terletak di Qatar.

    Namun, serangan rudal berhasil ditangkis oleh sistem pertahanan negara tersebut. Hanya satu rudal yang mendarat ke pangkalan militer tersebut.

    Perundingan Dimulai?

    Sementara itu, dalam situasi gencatan senjata dengan Israel sejak awal pekan ini, Presiden Iran Masoud Pezeshkian menyebut Teheran siap berdialog terkait fasilitas nuklir Iran di perundingan internasional.****

  • G7 Tegaskan Iran Tak Boleh Mengembangkan Senjata Nuklir

    G7 Tegaskan Iran Tak Boleh Mengembangkan Senjata Nuklir

    JAKARTA – Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengadakan pertemuan dengan menlu negara-negara G7. Mereka sepakat Iran tidak boleh mengembangkan senjata nuklir.

    Dalam pertemuan yang berlangsung di sela-sela KTT NATO di Den Haag, Belanda, Rubio dan para menlu G7 membahas tindakan tegas Presiden AS Donald Trump terhadap fasilitas nuklir utama Iran, kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Tammy Bruce.

    “Mereka sepakat Iran tidak akan pernah mengembangkan atau memperoleh senjata nuklir, dan meninjau langkah selanjutnya untuk mempromosikan perdamaian yang langgeng antara Israel dan Iran,” kata Bruce dilansir ANTARA dari Sputnik/RIA Novosti-OANA, Kamis, 26 Juni.

    Ia mengatakan para menlu G7 juga telah membahas perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan, meningkatkan kerja sama terkait dugaan aktivitas China yang mengganggu stabilitas di Laut China Selatan, serta peran negara mereka dalam “menjaga kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.”

    Eskalasi konflik di Timur Tengah meningkat pada 13 Juni, ketika Israel melancarkan serangan besar-besaran terhadap Iran dengan alasan Teheran melaksanakan program nuklir militer rahasia. Iran membalas dengan menyerang militer Israel.

    Pada 22 Juni, AS memutuskan ikut serta dalam konflik dengan menyerang tiga fasilitas nuklir Iran yang terletak di Natanz, Fordow, dan Isfahan.

     

    Sebagai balasan, pada Senin (23/6), Iran melancarkan serangan rudal terhadap Pangkalan Udara Al Udeid milik AS di Qatar.

    Pada hari yang sama, Presiden AS Donald Trump mengumumkan Israel dan Iran telah menyetujui gencatan senjata yang akan mengakhiri 12 hari perang.

    Trump mengatakan gencatan senjata antara Israel dan Iran mulai berlaku pada Selasa (24/6), dan mendesak kedua belah pihak untuk tidak melanggarnya.

  • Khamenei Klaim Kemenangan Perang Atas Israel, Sebut Hal Ini ke Trump!

    Khamenei Klaim Kemenangan Perang Atas Israel, Sebut Hal Ini ke Trump!

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei secara tegas mengatakan, bahwa Iran tidak akan pernah menyerah kepada Amerika Serikat (AS). Hal ini disampaikan Khamenei dalam pidato pertamanya di depan publik sejak 19 Juni 2025 lalu.

    Khamenei menyatakan kemenangan Iran setelah 12 hari berperang dengan Israel, puncaknya pada serangan Iran ke pangkalan militer AS terbesar di Timur Tengah, di Qatar, pasca AS bergabung dengan serangan Israel.

    “Presiden AS (Donald Trump) menegaskan bahwa Amerika tidak akan puas dengan apa pun selain penyerahan diri Iran. Tapi kejadian seperti itu tidak akan pernah terjadi,” kata Khamenei mengutip Aljazeera, Jumat (27/6/2025).

    Pidato ini juga muncul di tengah-tengah laporan yang saling bertentangan di AS mengenai tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan AS terhadap situs-situs nuklir utama Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan selama konflik.

    Di mana, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa serangan tersebut “melenyapkan” fasilitas-fasilitas nuklir tersebut.

    Namun Khamenei mengatakan bahwa Trump telah “melebih-lebihkan” dampak dari serangan tersebut. Ia bahkan bilang, bahwa AS tidak mendapatkan apa-apa dari perang ini. “Serangan AS tidak memperoleh apa pun yang signifikan, terhadap fasilitas nuklir Iran,” ungkap dia.

    “Republik Islam menang, dan sebagai pembalasan memberikan tamparan keras pada wajah Amerika,” katanya, merujuk pada serangan rudal Iran yang menargetkan pangkalan udara AS di Qatar, yang tidak menimbulkan korban jiwa.

    Dalam laporan Al Jazeera di Teheran, Khamenei fokus pada angkatan bersenjata negara itu, serta memberikan ucapan selamat kepada mereka.

    Sementara warga Iran yang melarikan diri dari Teheran selama perang secara bertahap kembali ke kota, “Ada kecemasan umum di antara orang-orang Iran di sini juga karena mereka percaya bahwa ini hanyalah gelombang pertama perang,” kata Serdar dari Al Jazeera.

    “Banyak yang mempertanyakan efisiensi sistem pertahanan udara Iran, dan merasa bahwa Iran bisa menjadi lebih rentan terhadap potensi serangan di masa depan dari AS dan Israel,” tambah Serdar.

    (pgr/pgr)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Video: RI Gandeng Perusahaan Qatar Bangun 50.000 Apartemen Subsidi

    Video: RI Gandeng Perusahaan Qatar Bangun 50.000 Apartemen Subsidi

    Video

    Video: RI Gandeng Perusahaan Qatar Bangun 50.000 Apartemen Subsidi

    News

    10 jam yang lalu

  • Ketakutan Bayangi AS, Iran Bisa Tiru Korut untuk Kembangkan Nuklir

    Ketakutan Bayangi AS, Iran Bisa Tiru Korut untuk Kembangkan Nuklir

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kekhawatiran atas respons Iran terhadap serangan militer Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklirnya makin menguat.

    Jim Himes, anggota senior Partai Demokrat di Komite Intelijen DPR AS, memperingatkan bahwa langkah militer tersebut justru berpotensi mendorong Teheran untuk menjalankan program nuklirnya secara sembunyi-sembunyi, mirip dengan pendekatan yang dilakukan Korea Utara.

    Himes menyampaikan keprihatinannya bahwa serangan semacam itu akan menutup pintu diplomasi dan menghilangkan transparansi dari program nuklir Iran.

    “Kekhawatiran saya bukan soal serangan militer terhadap aset Angkatan Laut kita di Bahrain atau pangkalan udara di Qatar. Kekhawatiran saya adalah bahwa Iran akan melakukan persis seperti yang dilakukan Korea Utara,” ujarnya kepada MSNBC, dikutip Kamis (26/6/2025).

    Himes menilai dari sudut pandang Iran, jalur diplomatik telah gagal total. Ia menyinggung keputusan mantan Presiden AS Donald Trump yang pada 2018 menarik diri dari Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), kesepakatan nuklir 2015 yang sempat memperlambat pengembangan senjata nuklir Iran.

    “Ketika jalur diplomasi terbukti tidak efektif, terutama setelah serangan militer yang diluncurkan Israel awal bulan ini lewat Operasi Rising Lion, Teheran kemungkinan menganggap bahwa hanya kekuatan militer yang dihormati,” lanjut Himes.

    Ia menambahkan bahwa Iran dapat mengambil pelajaran dari negara-negara seperti Ukraina dan Libya yang menyerahkan program nuklir mereka namun tetap menjadi sasaran intervensi asing. “Alternatif [bagi Iran] adalah meniru Korea Utara, yang mengembangkan bom secara diam-diam,” kata Himes.

    Meskipun Presiden Donald Trump mengeklaim bahwa serangan AS telah menghancurkan kemampuan Iran untuk membuat bom nuklir, laporan intelijen awal yang dikutip oleh CNN International dan The New York Times justru meragukan efektivitas operasi tersebut.

    Sementara itu, Daryl Kimball, Direktur Eksekutif Arms Control Association (ACA), menyebut bahwa serangan militer semata tidak akan menghancurkan pengetahuan nuklir yang telah dimiliki Iran.

    “Serangan militer mungkin hanya akan menunda program nuklir Iran untuk sementara. Tapi ini bisa justru menjadi pembenaran bahwa senjata tersebut diperlukan sebagai alat pencegah, dan bahwa Washington tidak tertarik dengan diplomasi,” jelas Kimball dalam pernyataan resminya.

    Kekhawatiran serupa disampaikan oleh lembaga think tank ternama di AS, Center for Strategic and International Studies (CSIS), yang dalam laporannya Oktober 2024 lalu menegaskan bahwa serangan militer bisa mendorong Iran untuk mengalihkan aktivitas nuklir mereka ke bawah tanah, secara harfiah dan metaforis, sehingga semakin sulit dipantau oleh komunitas internasional.

    Presiden Dewan Nasional Iran-Amerika (NIAC), Jamal Abdi, dalam pernyataannya kepada Newsweek juga menyoroti ketidakpastian seputar komponen-komponen utama dari program nuklir Iran.

    “Masih banyak pertanyaan signifikan tentang ke mana arah program ini akan dibawa Iran setelah serangan-serangan tersebut,” ujarnya.

    Sampai saat ini, dampak penuh dari serangan militer AS terhadap fasilitas nuklir Iran masih belum diketahui secara pasti. Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, bahkan menyebut bahwa keberadaan sebagian stok uranium yang telah diperkaya oleh Iran masih misterius.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Khamenei Puji ‘Kemenangan’ Iran, Klaim Israel Nyaris Hancur

    Khamenei Puji ‘Kemenangan’ Iran, Klaim Israel Nyaris Hancur

    Teheran

    Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyampaikan komentar pertamanya sejak negaranya menyepakati gencatan senjata dengan Israel yang mengakhiri perang selama 12 hari antara kedua negara. Khamenei memuji apa yang disebutnya sebagai “kemenangan” Iran atas Israel.

    Khamenei, seperti dilansir AFP dan CNN, Kamis (26/6/2025), juga menyebut Israel “nyaris kolaps dan hancur” saat menghadapi serangan balasan Iran.

    “Saya ingin mengucapkan selamat kepada bangsa Iran yang hebat… atas kemenangannya atas rezim Zionis yang sesat,” kata Khamenei dalam pernyataan publik pertamanya sejak gencatan senjata berlaku pada Selasa (24/6) waktu setempat.

    Dalam pernyataannya, yang dilaporkan kantor berita IRNA dan disiarkan televisi pemerintah Iran ini, Khamenei mengklaim Iran nyaris “menghancurkan” Israel.

    “Terlepas dari semua kegaduhan, dan dengan semua klaim tersebut, rezim Zionis hampir runtuh dan hancur di bawah serangan-serangan Republik Islam (Iran),” sebut Khamenei.

    Perang antara Iran dan Israel meletus pada 13 Juni lalu ketika Tel Aviv melancarkan serangan udara besar-besaran menargetkan fasilitas nuklir dan militer Teheran, yang diklaim bertujuan mencegah musuh bebuyutannya itu mengembangkan senjata nuklir. Iran telah berulang kali membantah tuduhan semacam itu.

    Pertempuran diakhiri dengan gencatan senjata yang mulai berlaku sejak Selasa (24/6), yang menghentikan pertempuran udara yang sengit selama 12 hari.

    Tonton juga “Khamenei: Pernyataan Presiden AS Konyol, Iran Tak Takut Ancaman!” di sini:

    Menurut data terbaru Kementerian Kesehatan Iran, rentetan serangan udara Israel telah menewaskan sedikitnya 627 orang dan melukai lebih dari 4.800 orang lainnya selama perang berlangsung.

    Gelombang serangan balasan Iran, menurut data otoritas Tel Aviv, dilaporkan menewaskan sedikitnya 28 orang di wilayah Israel.

    Khamenei Sebut AS Tak Dapat Apa Pun dari Serangan ke Iran

    Khamenei, dalam pernyataannya, juga menyebut bahwa Amerika Serikat (AS), yang mengebom fasilitas nuklir Iran, “tidak memperoleh apa pun” dari seranganya tersebut.

    Disebutkan oleh Khamenei bahwa AS “terlibat langsung dalam perang tersebut, meyakini bahwa penolakan untuk melakukan intervensi akan menyebabkan kehancuran total rezim Zionis”.

    “Amerika Serikat tidak memperoleh apa pun dari perang ini,” tegas Khamenei.

    Dia mengklaim Iran telah memberikan “tamparan keras” dengan membalas serangan AS tersebut melalui serangan terhadap pangkalan militer Washington yang ada di Qatar.

    “Republik Islam (Iran) menang, dan sebagai balasannya, telah memberikan tamparan keras di wajah Amerika,” sebutnya.

    Tonton juga “Khamenei: Pernyataan Presiden AS Konyol, Iran Tak Takut Ancaman!” di sini:

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Trump Bilang Negosiasi Damai di Gaza Capai Kemajuan Signifikan

    Trump Bilang Negosiasi Damai di Gaza Capai Kemajuan Signifikan

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan, kemajuan signifikan tengah berlangsung untuk mengakhiri perang Israel-Hamas di Gaza, seiring dimulainya kembali negosiasi gencatan senjata setelah lebih dari 20 bulan konflik.

    “Saya kira kemajuan besar sedang dicapai di Gaza,” ujar Trump kepada para wartawan. Dia menambahkan bahwa utusan khususnya, Steve Witkoff, telah mengatakan gencatan senjata di “Gaza sudah sangat dekat.”

    Optimisme Donald Trump akan adanya “kabar sangat baik” dalam waktu dekat dikaitkannya dengan kesepakatan gencatan senjata pada Selasa (24/6) lalu antara Israel dan Iran, untuk mengakhiri perang rudal selama 12 hari.

    Tekanan terhadap Netanyahu

    Di Israel, tekanan politik kian meningkat dari keluarga para sandera, bahkan dari anggota koalisi pemerintah sendiri. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghadapi desakan untuk mengakhiri perang di Gaza yang dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Qatar sebagai mediator konflik Selasa (24/6) mengumumkan, akan melancarkan inisiatif baru untuk mencapai gencatan senjata. Sementara itu, Hamas menyatakan bahwa intensitas pembicaraan telah meningkat.

    “Komunikasi kami dengan mediator di Mesir dan Qatar tidak pernah berhenti, dan telah meningkat dalam beberapa jam terakhir,” kata pejabat Hamas, Taher al-Nunu, kepada AFP. Namun, dia menambahkan sejauh ini kelompoknya “belum menerima proposal baru” untuk menghentikan perang.

    Pemerintah Israel menolak mengomentari pembicaraan gencatan senjata terbaru. Pernyataan resmi hanya menyebutkan, upaya untuk memulangkan para sandera Israel masih berlangsung “di medan tempur maupun melalui negosiasi.”

    Insiden mematikan di Gaza

    Kampanye militer tersebut, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikelola Hamas dan diakui oleh PBB, telah menewaskan setidaknya 56.156 orang, sebagian besar warga sipil.

    Dalam salah satu insiden paling mematikan bagi militer Israel, tujuh tentara dilaporkan tewas pada Selasa di Gaza selatan. Dengan demikian, total korban jiwa militer Israel di wilayah itu mencapai 441 orang.

    Tragedi tersebut memicu kritik langka dari mitra koalisi Netanyahu, yakni pemimpin partai ultra-Ortodoks United Torah Judaism. “Saya masih tidak mengerti mengapa kita bertempur di sana… Tentara terus saja tewas,” kata anggota parlemen Moshe Gafni dalam sidang di Knesset, Rabu (25/6).

    Kelelahan berperang

    Ketujuh tentara yang tewas berasal dari korps tempur mekanis Israel. Menurut pernyataan militer, mereka tengah menjalankan misi pengintaian di Khan Yunis ketika kendaraan mereka terkena ledakan.

    Kesedihan mendalam menyelimuti pemakaman Sersan Staf Ronel Ben-Moshe (20) di Rehovot, selatan Tel Aviv, Rabu (25/6). Di tengah isak tangis keluarga, para prajurit muda berdiri terdiam dalam seragam.

    Seorang mantan rekan Ben-Moshe yang ikut bertugas di Gaza mengungkapkan kelelahan mental akibat perang yang tak berkesudahan.

    “Saya bahkan tidak bisa menyelesaikan wajib militer. Secara mental saya hancur hingga akhirnya didemobilisasi,” ujar pria yang hanya menyebut namanya Ariel. “Saya telah melihat terlalu banyak anak-anak seperti saya mati. Sudah waktunya ini dihentikan.”

    Forum Keluarga Sandera dan Orang Hilang—kelompok utama yang mewakili keluarga para sandera—juga menyuarakan desakan penghentian perang.

    “Perang di Gaza telah melewati batas. Ini dijalankan tanpa tujuan yang jelas dan tanpa rencana konkret,” bunyi pernyataan mereka.

    Dari 251 sandera yang diculik dalam serangan Hamas, 49 orang masih ditahan di Gaza, termasuk 27 yang telah dinyatakan tewas oleh militer Israel.

    Bencana kemanusiaan di Gaza

    Sementara itu, kondisi kemanusiaan di Gaza kian memburuk. Laporan kelompok hak asasi manusia menyebutkan bahwa lebih dari dua juta warga Gaza kini menghadapi situasi mirip kelaparan akibat blokade Israel, dengan korban berjatuhan hampir setiap hari saat mengantre bantuan pangan.

    Badan pertahanan sipil Gaza pada Rabu menyebutkan, 35 orang, termasuk enam warga yang tengah menunggu bantuan, tewas akibat tembakan Israel. Juru bicara pertahanan sipil, Mahmud Bassal, mengatakan kepada AFP kerumunan warga di Gaza tengah, di lokasi yang kerap menjadi tempat berkumpul warga setiap malam untuk mendapatkan bantuan, terkena “peluru dan peluru tank”.

    Saat dikonfirmasi AFP, militer Israel menyatakan, mereka “tidak mengetahui adanya insiden di Gaza tengah pagi ini yang menimbulkan korban.”

    Pada Selasa, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengecam penggunaan bantuan makanan sebagai senjata di Gaza dan mengkritik keberadaan Gaza Humanitarian Foundation (GHF). Badan yang didukung Israel dan AS itu kini mengambil alih peran organisasi kemanusiaan internasional di wilayah tersebut.

    Didatangkan ke Gaza pada akhir Mei, operasi GHF justru dibayangi kekacauan, korban jiwa, dan tuduhan bias politik. GHF membantah adanya insiden maut yang terjadi di dekat titik distribusi bantuannya.

    Namun, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, sejak akhir Mei hampir 550 orang tewas di sekitar pusat bantuan saat berupaya mendapatkan suplai makanan yang masih langka.

    rzn/as (AFP, AP)

    Tonton juga “Trump: Perang Israel Vs Iran Bisa Meledak Lagi” di sini:

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini