Negara: Qatar

  • Trump-Maduro Bersitegang, Qatar Ajukan Diri Jadi Mediator AS-Venezuela

    Trump-Maduro Bersitegang, Qatar Ajukan Diri Jadi Mediator AS-Venezuela

    JAKARTA – Qatar mengajukan diri untuk menjadi mediator normalisasi hubungan Amerika Serikat dan Venezuela yang semakin memanas.

    Hal ini dilaporkan surat kabar New York Times pada Kamis, 9 Oktober mengutip sumber yang mengetahui masalah tersebut.

    Qatar berupaya memediasi konflik antara AS dan Venezuela, di tengah upaya Presiden AS Donald Trump membangun kekuatan militer di Karibia dan melancarkan serangan terhadap kapal-kapal sipil, demikian papar laporan tersebut.

    Pemerintahan Venezuela dan Presiden Nicolas Maduro mendukung upaya Qatar, sementara pemerintahan Trump tidak menunjukkan minat terhadap inisiatif tersebut, tambah laporan tersebut, kembali mengutip sumber.

    Dilansir ANTARA, menurut New York Times, Qatar berupaya menjaga saluran komunikasi tetap terbuka antara AS dan Venezuela, ujar seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya kepada surat kabar tersebut.

    Qatar, saat ini, telah menjadi mediator dalam 12 dialog diplomatik internasional yang berbeda, termasuk beberapa yang melibatkan AS dan negara-negara lain, tambahnya.

    Sebelumnya pada Rabu (8/10), Venezuela meluncurkan latihan militer komprehensif yang melibatkan personel militer dan sipil karena ketegangan dengan AS terkait pengerahan kapal perang AS di lepas pantai negara Amerika Selatan itu yang terus meningkat.

    Pada Senin (6/10), surat kabar New York Times melaporkan Trump baru-baru ini telah memerintahkan utusan khususnya, Richard Grenell, untuk menghentikan kontak diplomatik dengan Presiden Maduro dan para pejabat senior Venezuela, yang telah berlangsung sejak Februari.

    Juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt pada 19 Agustus, mengatakan Trump siap menggunakan “setiap elemen kekuatan Amerika” untuk memerangi perdagangan narkoba, tanpa mengesampingkan kemungkinan operasi militer di Venezuela.

    Pernyataan tersebut dibuat menyusul laporan Washington mengerahkan lebih dari 4.000 marinir dan pelaut, serta beberapa kapal militer ke perairan lepas Amerika Latin dan Karibia, dengan dalih untuk melawan kartel narkoba.

  • Tahap Pertama Rencana Damai Israel-Hamas Disambut Gembira

    Tahap Pertama Rencana Damai Israel-Hamas Disambut Gembira

    Jakarta

    Israel dan Hamas telah menyepakati proposal perdamaian di Gaza. Hal ini sontak disambut gembira warga Palestina.

    Kesepakatan ini awalnya disampaikan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Dia menyebut kedua pihak telah melakukan tanda tangan.

    “Saya sangat bangga mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah menandatangani Tahap pertama Rencana Perdamaian kami,” kata Trump di jejaring sosial Truth Social miliknya dilansir AFP, Kamis (9/10/2025).

    Trump mengatakan kesepakatan tahap satu itu menandakan semua sandera akan dibebaskan. Dia juga menyebut pasukan Israel akan ditarik dari Gaza ke wilayah yang telah disepakati.

    Lalu, dilansir BBC, Kamis (9/10), berdasarkan video yang beredar di media sosial memperlihatkan warga Palestina di Gaza merayakan berita gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera.

    Dalam rekaman yang diunggah di Instagram oleh jurnalis Palestina Saeed Mohamed menunjukkan kerumunan besar pria dan wanita menari mengikuti musik. Mereka juga terlihat bersiul, bertepuk tangan, dan meneriakkan “Allahu Akbar” di luar rumah sakit al-Aqsa, di pusat kota Deir al-Balah.

    Netanyahu: Semua Sandera Akan Dipulangkan

    Donald Trump mengumumkan Israel dan Hamas telah menyepakati tahap pertama proposal perdamaian di Gaza. Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa pihaknya akan segera membawa sandera pulang ke Israel.

    “Dengan pertolongan Tuhan, kami akan membawa mereka semua pulang,” kata Netanyahu, dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh kantornya.

    Dilansir AFP dan Reuters, Kamis (9/10/2025), Netanyahu mengatakan akan mengadakan pertemuan dengan pemerintahannya pada hari ini untuk menyetujui perjanjian pembebasan sandera di Gaza.

    “Besok (hari Kamis-red) saya akan mengadakan pertemuan dengan pemerintah untuk menyetujui perjanjian tersebut dan memulangkan semua sandera kami,” kata Netanyahu.

    Sementara itu, Netanyahu dan Trump telah berbicara melalui sambungan telepon terkait kesepakatan tersebut. Keduanya saling memberi selamat atas “pencapaian bersejarah”. Netanyahu juga mengundang presiden AS untuk berpidato di parlemen Israel.

    Seorang juru bicara pemerintah Israel mengatakan pembebasan sandera diperkirakan akan dimulai pada hari Sabtu.

    Israel Siap Tarik Pasukan

    Militer Israel (IDF) saat ini sedang bersiap untuk menarik sebagian pasukannya dari Gaza setelah Israel dan Hamas menyepakati gencatan senjata untuk membebaskan para sandera yang tersisa.

    “IDF telah memulai persiapan operasional menjelang implementasi perjanjian tersebut. Sebagai bagian dari proses ini, persiapan dan protokol tempur sedang dilakukan untuk segera beralih ke jalur penempatan yang disesuaikan,” kata militer Israel dalam sebuah pernyataan, dilansir kantor berita AFP dan Al Arabiya, Kamis (9/10/2025).

    Trump sebelumnya menekankan dalam unggahannya di media sosial Truth Social miliknya bahwa “semua pihak akan diperlakukan secara adil.”

    “Ini adalah hari yang luar biasa bagi dunia Arab dan Islam, bagi Israel, bagi semua negara tetangga, dan bagi Amerika Serikat. Kami berterima kasih kepada para mediator dari Qatar, Mesir, dan Turki yang telah bekerja sama dengan kami untuk mencapai peristiwa bersejarah dan belum pernah terjadi sebelumnya ini. Seluruh apresiasi kami sampaikan kepada para pembawa perdamaian,” tandas Trump.

    Kesepakatan yang dicapai setelah perundingan di Mesir tersebut menetapkan diakhirinya perang, penarikan pasukan Israel dari Gaza, masuknya bantuan ke Jalur Gaza, dan pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel.

    Dalam pernyataannya, dilansir Al Arabiya, Kamis (9/10/2025), Hamas mendesak Trump dan berbagai negara Arab, Islam, dan internasional untuk memaksa Israel melaksanakan kewajibannya. Hamas juga mendesak agar pemerintah Israel tidak “menghindar atau menunda implementasi dari apa yang telah disepakati.”

    Halaman 2 dari 3

    (azh/azh)

  • Usai Gencatan Senjata, Ribuan Warga Palestina di Penjara Israel Akan Dibebaskan

    Usai Gencatan Senjata, Ribuan Warga Palestina di Penjara Israel Akan Dibebaskan

    Jakarta

    Kepala negosiator Hamas, Khalil al-Hayya menyampaikan telah menerima jaminan perang akan berakhir. Jaminan perang berakhir itu dari para mediator persaudaraan dan pemerintah Amerika Serikat (AS).

    “Kami telah menerima jaminan dari para mediator persaudaraan dan pemerintah AS, yang telah mengonfirmasi bahwa perang telah sepenuhnya berakhir,” kata Khalil al-Hayya dilansir Aljazeera, Jumat (10/10/2025).

    Dia mengatakan 250 warga Palestina yang menjalani hukuman seumur hidup di penjara Israel akan dibebaskan. Pembebasan merupakan bagian dari kesepakatan gencatan senjata.

    selain 250, 1.700 warga Palestina dari Gaza yang ditangkap sejak perang dimulai dan semua perempuan serta anak-anak Palestina yang ditahan oleh Israel juga akan dibebaskan.

    Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah menandatangani fase pertama perjanjian Gaza. “Saya bangga mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah menandatangani tahap pertama rencana perdamaian kami,” kata Trump.

    Presiden AS tersebut menekankan dalam unggahannya di media sosial Truth Social miliknya bahwa “semua pihak akan diperlakukan secara adil.”

    “Ini adalah hari yang luar biasa bagi dunia Arab dan Islam, bagi Israel, bagi semua negara tetangga, dan bagi Amerika Serikat. Kami berterima kasih kepada para mediator dari Qatar, Mesir, dan Turki yang telah bekerja sama dengan kami untuk mencapai peristiwa bersejarah dan belum pernah terjadi sebelumnya ini. Seluruh apresiasi kami sampaikan kepada para pembawa perdamaian,” tandas Trump.

    Kesepakatan yang dicapai setelah perundingan di Mesir tersebut menetapkan diakhirinya perang, penarikan pasukan Israel dari Gaza, masuknya bantuan ke Jalur Gaza, dan pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel.

    Dalam pernyataannya, dilansir Al Arabiya, Kamis (9/10/2025), Hamas mendesak Trump dan berbagai negara Arab, Islam, dan internasional untuk memaksa Israel melaksanakan kewajibannya. Hamas juga mendesak agar pemerintah Israel tidak “menghindar atau menunda implementasi dari apa yang telah disepakati.”

    Hamas pun menyatakan apresiasinya atas upaya para mediator di Qatar, Mesir, dan Turki, dan juga memuji upaya Trump “untuk mengakhiri perang untuk selamanya.”

    (dek/dek)

  • Turki Siap Gabung Satgas Kawal Gencatan Senjata di Jalur Gaza

    Turki Siap Gabung Satgas Kawal Gencatan Senjata di Jalur Gaza

    Jakarta

    Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan Turki akan berpartisipasi dalam “satuan tugas” untuk mengawasi implementasi kesepakatan gencatan senjata yang dicapai antara Israel dan Hamas. Turki akan ikut mengawal gencatan senjata tersebut.

    “Kami berharap dapat bergabung dengan satuan tugas yang akan memantau implementasi kesepakatan di lapangan,” kata Erdogan, dilansir AFP, Kamis (9/10/2025).

    Erdogan menegaskan bahwa bantuan kemanusiaan darurat, pertukaran sandera dan tahanan, serta penghentian segera serangan Israel merupakan hal yang sangat penting.

    “Sangat penting untuk segera mengirimkan bantuan kemanusiaan yang komprehensif ke Gaza, pertukaran sandera dan tahanan, dan bagi Israel untuk segera menghentikan serangannya,” kata Erdogan

    Turki yang telah terlibat erat dalam negosiasi tersebut mengirimkan tim ke perundingan di kota resor Sharm El-Sheikh, Mesir. Turki akan bekerja sama dengan komunitas internasional untuk mendukung upaya rekonstruksi dan membantu membangun kembali Gaza.

    “Tujuan kami adalah menghentikan genosida di Gaza dan menghadirkan perdamaian di kawasan secepat mungkin,” ujar Erdogan.

    “Ini berarti semua tahanan akan segera dibebaskan, dan Israel akan menarik pasukannya ke garis yang disepakati, sebagai langkah pertama menuju perdamaian yang kuat, langgeng, dan berkelanjutan,” imbuh Trump.

    Presiden AS tersebut menekankan dalam unggahannya di media sosial Truth Social miliknya bahwa “semua pihak akan diperlakukan secara adil.”

    “Ini adalah hari yang luar biasa bagi dunia Arab dan Islam, bagi Israel, bagi semua negara tetangga, dan bagi Amerika Serikat. Kami berterima kasih kepada para mediator dari Qatar, Mesir, dan Turki yang telah bekerja sama dengan kami untuk mencapai peristiwa bersejarah dan belum pernah terjadi sebelumnya ini. Seluruh apresiasi kami sampaikan kepada para pembawa perdamaian,” tandas Trump.

    Kesepakatan yang dicapai setelah perundingan di Mesir tersebut menetapkan diakhirinya perang, penarikan pasukan Israel dari Gaza, masuknya bantuan ke Jalur Gaza, dan pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel.

    (eva/isa)

  • 7 Update Gaza: Israel Belum Puas-China Beri Respons Menohok

    7 Update Gaza: Israel Belum Puas-China Beri Respons Menohok

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Israel dan Hamas telah mencapai kesepakatan mengenai “fase pertama” gencatan senjata di Jalur Gaza, Kamis (09/10/2025). Ini merupakan sebuah terobosan signifikan yang difasilitasi oleh Amerika Serikat, Qatar, Mesir, dan Turki.

    Kesepakatan perdamaian ini lahir dari konflik dua tahun yang telah menyebabkan penderitaan kemanusiaan yang tak terlukiskan di Gaza. Laporan Kementerian Kesehatan Gaza menunjukkan bahwa total 67.194 warga Palestina tewas dan 169.890 terluka sejak 7 Oktober 2023, menciptakan latar belakang suram bagi upaya perdamaian.

    Namun, implementasi penuh perjanjian ini masih bergantung pada persetujuan kabinet Israel yang dijadwalkan malam ini di tengah tingginya resistensi politik internal. Berikut sejumlah fakta terkait kesepakatan ini dan dinamika yang beredar dikutip Al Jazeera:

    1. Persetujuan Kabinet Israel

    Kantor Perdana Menteri Israel secara eksplisit mengumumkan bahwa gencatan senjata tersebut belum berlaku dan baru akan efektif setelah mendapat persetujuan dari seluruh kabinet. Keharusan persetujuan ini muncul setelah media Israel dan Mesir sempat mengumumkan bahwa gencatan senjata telah berlaku pada tengah hari waktu setempat, memicu perayaan yang prematur.

    Untuk membahas rencana pelepasan semua sandera Israel yang ditahan di Gaza, kabinet dijadwalkan bertemu pada Kamis pukul 18:00 waktu setempat, didahului oleh pertemuan kabinet keamanan. Penundaan ini menunjukkan bahwa implementasi perjanjian fase pertama masih berada di bawah bayang-bayang keputusan politik internal.

    2. Sikap Oposisi

    Menteri Keuangan Israel sayap kanan, Bezalel Smotrich, menyatakan sikap oposisinya secara terbuka terhadap kesepakatan gencatan senjata ini, menegaskan bahwa ia tidak akan memberikan suara mendukungnya.

    Walaupun Smotrich memilih untuk tidak mengancam menjatuhkan pemerintahan koalisi Netanyahu, ia bersumpah bahwa “segera setelah para sandera kembali ke rumah, negara Israel akan terus berusaha dengan segenap kekuatannya untuk pemberantasan Hamas yang sesungguhnya.”

    Ia menegaskan bahwa tujuan akhir adalah pelucutan senjata Gaza secara total agar tidak lagi menjadi ancaman, sebuah pernyataan yang menimbulkan keraguan besar atas sifat perdamaian yang diharapkan pasca-pembebasan sandera.

    3. Erdogan Buka Suara

    Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan menyatakan “sangat senang” dengan hasil negosiasi gencatan senjata dan secara khusus menyampaikan “terima kasih spesial” kepada Presiden Trump atas kemauan politik yang ditunjukkan. Turkiye, sebagai salah satu mediator, berjanji untuk “memantau dengan cermat implementasi cermat dari perjanjian tersebut dan terus berkontribusi pada proses.”

    Lebih lanjut, Erdogan menegaskan bahwa perjuangan Turkiye akan berlanjut sampai sebuah negara Palestina yang merdeka, berdaulat, dan memiliki integritas teritorial, berdasarkan perbatasan tahun 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, benar-benar berdiri.

    4. Macron Kumpulkan Negara Kunci Arab-Eropa.

    Para Menteri Luar Negeri dari lima negara Arab kunci-Mesir, Yordania, Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab-bersama mitra-mitra Eropa (Prancis, Italia, Jerman, Spanyol, dan Inggris), Turkiye, dan Uni Eropa dijadwalkan bertemu di Paris pada pukul 15:00 GMT. Pertemuan ini akan membahas kerangka kerja dan implementasi “hari setelah” perang Gaza, termasuk proses transisi politik, upaya rekonstruksi, dan pencarian solusi politik yang langgeng.

    Presiden Prancis Emmanuel Macron menekankan bahwa kesepakatan gencatan senjata ini harus “menandai akhir perang dan awal solusi politik berdasarkan solusi dua negara.”

    5. China Beri Respons Menohok

    China menyambut baik pengumuman kesepakatan gencatan senjata ini dan menyatakan harapannya untuk terciptanya gencatan senjata yang “permanen dan komprehensif” di Jalur Gaza.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menegaskan kembali posisi China yang menganjurkan prinsip bahwa “warga Palestina harus memerintah Palestina”. Seruan ini menunjukkan dukungan Beijing terhadap kedaulatan dan penentuan nasib sendiri oleh rakyat Palestina dalam solusi politik jangka panjang.

    6. Korban Masih Ada

    Laporan terkini dari Kementerian Kesehatan Gaza menyoroti bahwa serangan Israel dalam 24 jam terakhir telah menewaskan sedikitnya 10 warga Palestina dan melukai 49 lainnya, termasuk dua pencari bantuan, di Gaza.

    Angka ini menambah daftar korban tewas yang dilaporkan mencapai total 67.194 warga Palestina sejak 7 Oktober 2023. Angka-angka ini menekankan urgensi dari penghentian kekerasan secara total dan segera, bahkan ketika proses perdamaian sedang berlangsung.

    7. Kata Raja Salman

    Kementerian Luar Negeri Arab Saudi menyambut baik kesepakatan gencatan senjata di Gaza, dengan mengatakan pihaknya berharap hal itu akan mengarah pada “penarikan penuh Israel” dan “tindakan mendesak untuk meringankan penderitaan kemanusiaan”.

    “Memulihkan keamanan dan stabilitas, dan memulai langkah-langkah praktis untuk mencapai perdamaian yang adil dan komprehensif berdasarkan solusi dua negara,” kata pernyataan kementerian tersebut.

    (tps/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Hamas-Israel Sepakat Gencatan Senjata, Arab Saudi Bilang Gini

    Hamas-Israel Sepakat Gencatan Senjata, Arab Saudi Bilang Gini

    Pemerintah Arab Saudi menyambut baik kesepakatan gencatan senjata Gaza antara Israel dan Hamas. Saudi mengatakan pihaknya berharap kesepakatan tersebut akan mengarah pada perdamaian setelah dua tahun perang yang menghancurkan.

    Arab Saudi berharap “langkah penting ini akan mengarah pada tindakan mendesak untuk meringankan penderitaan kemanusiaan… mencapai penarikan penuh Israel, memulihkan keamanan dan stabilitas, dan memulai langkah-langkah praktis untuk mencapai perdamaian yang adil dan komprehensif berdasarkan solusi dua negara”, demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Saudi, dilansir kantor berita AFP, Kamis (9/10/2025).

    Negara tetangga Israel, Yordania, juga memuji kesepakatan tersebut. Dalam sebuah pernyataan, pemerintah Yordania mengatakan bahwa kesepakatan tersebut akan “mengarah pada berakhirnya perang, implementasi perjanjian pertukaran (sandera dan tahanan) dan penarikan Israel dari Gaza, serta pengiriman bantuan kemanusiaan”.

    Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah menandatangani fase pertama perjanjian Gaza. “Saya bangga mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah menandatangani tahap pertama rencana perdamaian kami,” kata Trump.

    “Ini berarti semua tahanan akan segera dibebaskan, dan Israel akan menarik pasukannya ke garis yang disepakati, sebagai langkah pertama menuju perdamaian yang kuat, langgeng, dan berkelanjutan,” imbuh Trump.

    Presiden AS tersebut menekankan dalam unggahannya di media sosial Truth Social miliknya bahwa “semua pihak akan diperlakukan secara adil.”

    “Ini adalah hari yang luar biasa bagi dunia Arab dan Islam, bagi Israel, bagi semua negara tetangga, dan bagi Amerika Serikat. Kami berterima kasih kepada para mediator dari Qatar, Mesir, dan Turki yang telah bekerja sama dengan kami untuk mencapai peristiwa bersejarah dan belum pernah terjadi sebelumnya ini. Seluruh apresiasi kami sampaikan kepada para pembawa perdamaian,” tandas Trump.

    Kesepakatan yang dicapai setelah perundingan di Mesir tersebut menetapkan diakhirinya perang, penarikan pasukan Israel dari Gaza, masuknya bantuan ke Jalur Gaza, dan pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel.

    Dalam pernyataannya, dilansir Al Arabiya, Kamis (9/10/2025), Hamas mendesak Trump dan berbagai negara Arab, Islam, dan internasional untuk memaksa Israel melaksanakan kewajibannya. Hamas juga mendesak agar pemerintah Israel tidak “menghindar atau menunda implementasi dari apa yang telah disepakati.”

    Hamas pun menyatakan apresiasinya atas upaya para mediator di Qatar, Mesir, dan Turki, dan juga memuji upaya Trump “untuk mengakhiri perang untuk selamanya.”

  • Erdogan Senang Israel-Hamas Sepakat Damai, Berterima Kasih ke Trump

    Erdogan Senang Israel-Hamas Sepakat Damai, Berterima Kasih ke Trump

    Jakarta

    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan kegembiraannya bahwa Israel dan Hamas telah menyetujui fase pertama gencatan senjata di Gaza. Dia pun berterima kasih atas upaya Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk mengakhiri perang di Gaza.

    “Saya sangat senang bahwa perundingan Hamas-Israel… telah menghasilkan gencatan senjata di Gaza, saya khususnya berterima kasih kepada Presiden AS, Mr. Trump, yang menunjukkan kemauan politik yang diperlukan untuk mendorong pemerintah Israel menuju gencatan senjata,” tulis Erdogan di akun resmi X miliknya, dilansir kantor berita AFP, Kamis (9/10/2025).

    Turki, yang telah terlibat erat dalam negosiasi dan mengirimkan tim ke perundingan di kota resor Sharm El-Sheikh, Mesir tersebut, akan “memantau secara seksama implementasi perjanjian tersebut”, tambahnya.

    Perjanjian tersebut melibatkan pembebasan para sandera yang tersisa dan merupakan langkah besar untuk mengakhiri perang dua tahun yang telah menewaskan puluhan ribu orang dan menimbulkan bencana kemanusiaan.

    Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah menandatangani fase pertama perjanjian Gaza. “Saya bangga mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah menandatangani tahap pertama rencana perdamaian kami,” kata Trump.

    “Ini berarti semua tahanan akan segera dibebaskan, dan Israel akan menarik pasukannya ke garis yang disepakati, sebagai langkah pertama menuju perdamaian yang kuat, langgeng, dan berkelanjutan,” imbuh Trump.

    Presiden AS tersebut menekankan dalam unggahannya di media sosial Truth Social miliknya bahwa “semua pihak akan diperlakukan secara adil.”

    “Ini adalah hari yang luar biasa bagi dunia Arab dan Islam, bagi Israel, bagi semua negara tetangga, dan bagi Amerika Serikat. Kami berterima kasih kepada para mediator dari Qatar, Mesir, dan Turki yang telah bekerja sama dengan kami untuk mencapai peristiwa bersejarah dan belum pernah terjadi sebelumnya ini. Seluruh apresiasi kami sampaikan kepada para pembawa perdamaian,” tandas Trump.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Israel Bersiap Tarik Pasukan dari Gaza Usai Kesepakatan Damai

    Israel Bersiap Tarik Pasukan dari Gaza Usai Kesepakatan Damai

    Militer Israel (IDF) saat ini sedang bersiap untuk menarik sebagian pasukannya dari Gaza setelah Israel dan Hamas menyepakati gencatan senjata untuk membebaskan para sandera yang tersisa.

    “IDF telah memulai persiapan operasional menjelang implementasi perjanjian tersebut. Sebagai bagian dari proses ini, persiapan dan protokol tempur sedang dilakukan untuk segera beralih ke jalur penempatan yang disesuaikan,” kata militer Israel dalam sebuah pernyataan, dilansir kantor berita AFP dan Al Arabiya, Kamis (9/10/2025).

    Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah menandatangani fase pertama perjanjian Gaza. “Saya bangga mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah menandatangani tahap pertama rencana perdamaian kami,” kata Trump.

    “Ini berarti semua tahanan akan segera dibebaskan, dan Israel akan menarik pasukannya ke garis yang disepakati, sebagai langkah pertama menuju perdamaian yang kuat, langgeng, dan berkelanjutan,” imbuh Trump.

    Presiden AS tersebut menekankan dalam unggahannya di media sosial Truth Social miliknya bahwa “semua pihak akan diperlakukan secara adil.”

    “Ini adalah hari yang luar biasa bagi dunia Arab dan Islam, bagi Israel, bagi semua negara tetangga, dan bagi Amerika Serikat. Kami berterima kasih kepada para mediator dari Qatar, Mesir, dan Turki yang telah bekerja sama dengan kami untuk mencapai peristiwa bersejarah dan belum pernah terjadi sebelumnya ini. Seluruh apresiasi kami sampaikan kepada para pembawa perdamaian,” tandas Trump.

    Kesepakatan yang dicapai setelah perundingan di Mesir tersebut menetapkan diakhirinya perang, penarikan pasukan Israel dari Gaza, masuknya bantuan ke Jalur Gaza, dan pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel.

    Dalam pernyataannya, dilansir Al Arabiya, Kamis (9/10/2025), Hamas mendesak Trump dan berbagai negara Arab, Islam, dan internasional untuk memaksa Israel melaksanakan kewajibannya. Hamas juga mendesak agar pemerintah Israel tidak “menghindar atau menunda implementasi dari apa yang telah disepakati.”

    Hamas pun menyatakan apresiasinya atas upaya para mediator di Qatar, Mesir, dan Turki, dan juga memuji upaya Trump “untuk mengakhiri perang untuk selamanya.”

    Simak Video ‘Warga Israel Sebut Trump Layak Mendapat Hadiah Nobel’:

  • Tok! Trump Sukses Buat Israel-Hamas Damai di Gaza, Ini “Rahasianya”

    Tok! Trump Sukses Buat Israel-Hamas Damai di Gaza, Ini “Rahasianya”

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kini menjadi kunci yang mendamaikan Israel dan kelompok Palestina, Hamas, di Gaza. Sebelumnya kedua belah pihak yang bertikai dilaporkan menyetujui tahap 1 perdamaian Gaza, sebagaimana diumumkan Trump di laman media sosialnya, Truth Social, dan diamini sejumlah media Arab, Rabu malam waktu setempat.

    Kesepakatan didapat setelah pertemuan ketiga negosiasi di Kairo Mesir. Hamas dan Israel berdialog tidak langsung dengan sejumlah mediator, yakni Mesir, Qatar, Turki dan AS.

    Lalu apa rahasia Trump sehingga ini terjadi? Berikut rangkumannya dikutip CNBC Indonesia, Kamis (9/10/2025).

    Trump Mengincar Nobel Perdamaian

    Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa Trump mengincar hadiah Nobel Perdamaian. Pengumuman juga diberikan Trump sehari sebelum pengumuman Hadiah Nobel Perdamaian 2025.

    Trump sering mengatakan bahwa ia telah berperan sebagai juru damai dalam tujuh perang, termasuk konflik empat hari antara India dan Pakistan serta Azerbaijan dan Armenia. Trump pun tak pernah ragu untuk mengkritik panitia Nobel yang tak kunjung menyebut namanya, mengatakan mungkin Komite Nobel akan menemukan cara untuk tidak memberinya hadiah tersebut.

    “Entahlah… Marco (Menlu AS Marco Rubio) akan memberi tahu Anda bahwa kami telah menyelesaikan tujuh perang. Kami hampir menyelesaikan yang kedelapan,” katanya.

    “Saya rasa kami akan menyelesaikan situasi Rusia… Saya rasa belum ada orang dalam sejarah yang telah menyelesaikan sebanyak itu. Tapi mungkin mereka akan menemukan alasan untuk tidak memberikannya kepada saya,” tambahnya.

    Trump Berhasil Menekan Netanyahu

    Trump disebut telah menekan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu. Ini terlihat ketika ia menjamu Netanyahu di Gedung Putih pada 29 September untuk mengungkap rencana perdamaian 20 poinnya.

    Ia secara terbuka memberikan kesan sepenuhnya mendukung sang PM. Trump pun mengatakan bahwa jika Hamas tidak menerima rencana tersebut, maka Israel akan mendapatkan “dukungan penuhnya untuk menyelesaikan pekerjaan” dan menghancurkan kelompok Palestina tersebut.

    Tapi sejumlah pengamat, mengutip AFP, menilainya Trump sebenarnya memberi warning ke Netanyahu. Ada beberapa alasan pendapat itu.

    Pertama, rencana yang ia ajukan kepada Netanyahu dan para pejabat Israel telah disusun setelah konsultasi ekstensif dengan para pemimpin Arab dan Muslim di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) minggu sebelumnya. Ketika Netanyahu dihadapkan dengan rencana tersebut, ia menemukan ada beberapa poin penting di dalamnya, di mana ia bersumpah untuk akan menerimanya, seperti mengizinkan berdirinya negara Palestina.

    Namun, alih-alih mempermasalahkan detailnya, Trump mendorong Israel, untuk segera menyelesaikan kesepakatan. Trump mengatakan kepada outlet berita Axios bahwa ia telah berkata kepada Netanyahu: “Bibi, ini kesempatanmu untuk menang”.

    “Dia baik-baik saja dengan itu. Dia harus baik-baik saja dengan itu. Dia tidak punya pilihan. Dengan saya, kamu harus baik-baik saja,” ujar Trump.

    Trump Kini Memang Lebih Dekat ke Arab

    Trump juga secara pribadi geram dengan serangan Israel terhadap anggota Hamas di Qatar, sekutu AS lainnya, ketika negosiasi berada pada tahap sensitif. Ia memanfaatkan persatuan Arab untuk melawan serangan tersebut agar mereka semua menyetujui rencana tersebut.

    Ia kemudian “menyergap” Netanyahu, memaksanya menelepon pemimpin Qatar dari Ruang Oval untuk meminta maaf. Trump bahkan duduk memegang telepon untuk Netanyahu sementara pemimpin Israel itu membacakan secarik kertas, sebuah foto yang dirilis oleh Gedung Putih menunjukkan.

    Politico melaporkan bahwa seorang pejabat senior Qatar juga berada di ruangan tersebut untuk memastikan Netanyahu tetap sesuai rencana. Trump kemudian menandatangani perintah luar biasa yang memberikan jaminan keamanan AS kepada Qatar.

    Pergeseran ini juga mencerminkan hubungan dekat yang telah dibina Trump dengan negara-negara Arab selama ini. Bukan hanya sekarang, tapi jauh sebelum itu, di masa pertama kepemimpinannya tahun 2017-2021.

    Dalam masa jabatan pertamanya, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Maroko menandatangani Perjanjian Abraham (Abraham Accords) yang mengakui Israel. Abraham Accords adalah perjanjian yang diinisiasi Trump.

    Di masa kedua memimpin, perjalanan luar negeri besar pertama Trump adalah ke negara-negara Teluk yaitu Qatar, Mesir, dan Abu Dhabi, tanpa singgah di Israel. Bahkan ia mendapat pesawat mewah dari Qatar.

    Trump Memanfaatkan Hamas

    Trump meningkatkan tekanan ke Hamas dengan memberi kelompok itu batas waktu hingga 5 Oktober. Hamas didesak untuk membuat kesepakatan atau damai atau menghadapi “neraka” baru di sana.

    Hamas lalu merespons dengan janji Trump itu. Trump dengan cepat memanfaatkannya sebagai kemenangan.

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Hamas Minta Trump Pastikan Komitmen Israel dalam Kesepakatan Gaza

    Hamas Minta Trump Pastikan Komitmen Israel dalam Kesepakatan Gaza

    Jakarta

    Kelompok Hamas mengumumkan pada hari Kamis (9/10) bahwa mereka telah mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang di Gaza, menyusul perundingan mengenai usulan yang diajukan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

    Kesepakatan yang dicapai setelah perundingan di Mesir tersebut menetapkan diakhirinya perang, penarikan pasukan Israel dari Gaza, masuknya bantuan ke Jalur Gaza, dan pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel.

    Dalam pernyataannya, dilansir Al Arabiya, Kamis (9/10/2025), Hamas mendesak Trump dan berbagai negara Arab, Islam, dan internasional untuk memaksa Israel melaksanakan kewajibannya. Hamas juga mendesak agar pemerintah Israel tidak “menghindar atau menunda implementasi dari apa yang telah disepakati.”

    Hamas pun menyatakan apresiasinya atas upaya para mediator di Qatar, Mesir, dan Turki, dan juga memuji upaya Trump “untuk mengakhiri perang untuk selamanya.”

    Sebelumnya, Trump mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah menandatangani fase pertama perjanjian Gaza. “Saya bangga mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah menandatangani tahap pertama rencana perdamaian kami,” kata Trump.

    “Ini berarti semua tahanan akan segera dibebaskan, dan Israel akan menarik pasukannya ke garis yang disepakati, sebagai langkah pertama menuju perdamaian yang kuat, langgeng, dan berkelanjutan,” imbuh Trump.

    Presiden AS tersebut menekankan dalam unggahannya di media sosial Truth Social miliknya bahwa “semua pihak akan diperlakukan secara adil.”

    “Ini adalah hari yang luar biasa bagi dunia Arab dan Islam, bagi Israel, bagi semua negara tetangga, dan bagi Amerika Serikat. Kami berterima kasih kepada para mediator dari Qatar, Mesir, dan Turki yang telah bekerja sama dengan kami untuk mencapai peristiwa bersejarah dan belum pernah terjadi sebelumnya ini. Seluruh apresiasi kami sampaikan kepada para pembawa perdamaian,” tandas Trump.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)