Negara: Qatar

  • Kabupaten Kediri ekspor nanas ke Uni Emirat Arab

    Kabupaten Kediri ekspor nanas ke Uni Emirat Arab

    Kegiatan pengiriman buah nanas untuk keperluan ekspor ke Uni Emirat Arab. ANTARA/HO-Pemkab Kediri

    Kabupaten Kediri ekspor nanas ke Uni Emirat Arab
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Sabtu, 15 Februari 2025 – 13:25 WIB

    Elshinta.com – Pemerintah Kabupaten Kediri, Jawa Timur, melakukan pendampingan kepada petani untuk ekspor buah nanas ke Uni Emirat Arab (UEA). Sekretaris Daerah Kabupaten Kediri Mohamad Solikin di Kediri, Sabtu, mengemukakan potensi buah nanas yang ditanam petani di Kabupaten Kediri cukup luas. Adanya ekspor buah ini tentunya bisa menambah nilai jual buah nanas.

    “Petani juga siap (tanam buah untuk ekspor) dan tentunya harapan kami bisa berlangsung terus (ekspor),” katanya.

    Ekspor tersebut melalui Koperasi Nanas Sumber Rejeki, Kabupaten Kediri. Ada sebanyak banyak 40 feet atau 20.700 buah nanas atau setara 20 ton yang dikirim ke Uni Emirat Arab. Proses ekspor tersebut melalui PT Arab Indo Groub. Bahkan, perusahaan tersebut juga siap menerima pengiriman dua kontainer setiap bulan ke Uni Emirat Arab.

    Pihaknya memberikan apresiasi dengan adanya kontinuitas pengiriman buah nanas ke luar negeri tersebut. Dengan adanya kepastian ekspor yang berkesinambungan tersebut diharapkan pula berdampak pada peningkatan pendapatan petani nanas. Pihaknya mengungkapkan, luas lahan nanas di Kabupaten Kediri mencapai 2.579 hektare yang tersebar di Kecamatan Ngancar, Plosoklaten dan Puncu, dengan jumlah produksi per tahun sebanyak 182.512 ton dimana 70 persen merupakan jenis Queen Simplek.

    Menurut dia, dengan luas lahan nanas yang ada diyakini melalui penjadwalan masa tanam hingga pembuahan dapat memenuhi permintaan dua kontainer dalam satu bulan tersebut.

    “Dengan luas lahan itu diharapkan nantinya masa pembuahan hingga panen bisa terus menerus,” kata dia.

    Selain menjaga kontinuitas ekspor, kata Solikin, yang tidak kalah penting adalah menjaga bagaimana standar operasional prosedur (SOP) sehingga kualitas produk buah nanas tetap terjaga kualitasnya dan tetap terpenuhi. Ia menjelaskan, untuk mempersiapkan buah kualitas ekspor tersebut mulai dari penyiapan lahan untuk budi daya, proses panen dan pascapanen harus disesuaikan dengan SOP yang telah ditentukan.

    Kabupaten Kediri sudah mengirimkan sekitar 20 ton buah nanas untuk ekspor dan dijadwalkan pada Maret 2025 mulai dilakukan pengiriman dua kontainer lagi buah yang sama. Pemkab Kediri sebelumnya juga telah ekspor buah nanas. Ada sebanyak 1.200 boks atau sekitar 9,6 ton buah nanas segar varietas Simplex diberangkatkan untuk di ekspor ke Oman.

    Selain nanas, Kabupaten Kediri juga telah melakukan ekspor perdana kopi Arabika Wilis ke Uni Emirat Arab, pada 2022. Kopi itu hasil panen dari perkebunan rakyat Desa Jugo, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri. Sementara itu, pembeli dari PT Arab Indo Groub Mubashir mengungkapkan nanas dari Kabupaten Kediri memiliki potensi dan dapat bersaing dengan nanas dari negara lain.

    Ia mengaku telah berkeliling dan melihat potensi buah nanas di Indonesia baik itu Lampung, Medan dan Subang pihaknya menjatuhkan pilihan nanas dari Kabupaten Kediri.

    “Nanas dari jenis Simplek ini dapat dipertaruhkan baik dari segi rasa, asamnya sedikit tapi manisnya lebih,” kata Mubashir.

    Selain kualitas rasa, menurut dia, hal lain yang membuat tertarik yakni luas lahan nanas di Kabupaten Kediri yang mampu memenuhi permintaan. Ia menyebut, selain siap menerima nanas secara berkelanjutan, ke depan juga tidak menutup kemungkinan akan melakukan permintaan buah lain seperti alpukat dari Kabupaten Kediri.

    “Untuk awal nanti (di sana) akan dipasarkan ke pasar swalayan. Dan kalau memungkinkan tidak hanya dipasarkan di pasar Dubai, tapi juga ke Qatar, Oman dan pasar-pasar lain,” kata dia.

    Sumber : Antara

  • Hamas Bebaskan Tiga Sandera Israel, Kantor Netanyahu Justru Puji Trump – Halaman all

    Hamas Bebaskan Tiga Sandera Israel, Kantor Netanyahu Justru Puji Trump – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pejuang Hamas membebaskan tiga sandera Israel di Jalur Gaza selatan pada hari ini, Sabtu (15/2/2025).

    Ketiga sandera tersebut adalah Iair Horn (46), Sagui Dekel Chen (36), dan Alexander Sasha Troufanov (29), yang diketahui memiliki kewarganegaraan ganda.

    Horn diculik bersama saudaranya Eitan, yang masih ditahan.

    Pembebasan ini dilakukan dengan imbalan lebih dari 300 tahanan Palestina yang saat ini ditahan di penjara Israel.

    Seperti pada pertukaran sebelumnya, area di sekitar lokasi pembebasan dihiasi dengan bendera Palestina dan spanduk faksi militan, meskipun terdapat puing-puing bangunan yang rusak parah di sekitarnya.

    Respons Pemerintah Israel

    Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengeluarkan pernyataan dalam bahasa Ibrani yang menyambut baik kembalinya ketiga sandera tersebut.

    Dalam pernyataannya, Kantor Netanyahu memuji Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, menyatakan bahwa pemerintah Israel terus bekerja sama dengan AS untuk menjamin pembebasan sandera yang masih ditahan di Gaza.

    Pernyataan tersebut menegaskan bahwa Hamas berusaha melanggar perjanjian yang ada dengan menciptakan krisis palsu.

    “Pembebasan sandera terus berlanjut berkat pasukan Israel di dalam dan sekitar Jalur Gaza serta pernyataan tegas dari Presiden AS Donald Trump,” kata kantor Netanyahu, sebagaimana dikutip dari BBC.

    Ancaman Gencatan Senjata

    Gencatan senjata yang dimulai hampir empat minggu lalu kini terancam akibat ketegangan yang meningkat.

    Usulan kontroversial Trump untuk memindahkan lebih dari 2 juta warga Palestina dari Gaza ke tempat lain di wilayah tersebut telah menimbulkan keraguan mengenai masa depan gencatan senjata.

    Meskipun demikian, Hamas menyatakan akan terus melanjutkan pembebasan sandera setelah melakukan pembicaraan dengan pejabat Mesir dan Qatar.

    Kelompok ini menegaskan bahwa para mediator telah berjanji untuk menghapus semua rintangan agar Israel mengizinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.

    Statistik Pembebasan

    Pembebasan hari ini merupakan pertukaran keenam sejak gencatan senjata dimulai pada 19 Januari 2025.

    Hingga saat ini, 21 sandera dan lebih dari 730 tahanan Palestina telah dibebaskan selama fase pertama gencatan senjata.

    Seperti pada pertukaran sebelumnya, para pejuang Hamas yang bertopeng dan bersenjata berbaris di dekat panggung yang dihiasi bendera Palestina, sementara musik menggelegar dari pengeras suara menyambut kedatangan para sandera.

    Setelah itu, mereka akan diserahkan kepada Palang Merah untuk diangkut ke pasukan Israel.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Hamas Bebaskan 3 Sandera Israel Hari Ini, Kantor Netanyahu Langsung Beri Pujian pada Trump, Kenapa? – Halaman all

    Hamas Bebaskan 3 Sandera Israel Hari Ini, Kantor Netanyahu Langsung Beri Pujian pada Trump, Kenapa? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Para pejuang Hamas berkumpul di Jalur Gaza selatan untuk membebaskan tiga sandera Israel pada hari ini, Sabtu (15/2/2025).

    Ketiganya adalah Iair Horn (46), Sagui Dekel Chen (36), dan Alexander (Sasha) Troufanov (29).

    Diberitakan Arab News, ketiganya memiliki kewarganegaraan ganda.

    Horn diculik bersama saudaranya, Eitan, yang masih ditawan.

    Hamas membebaskan sandera Israel dengan imbalan lebih dari 300 tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel.

    Seperti pertukaran sebelumnya, panggung didirikan dan area itu dihiasi dengan bendera Palestina dan spanduk faksi militan.

    Di dekatnya terdapat puing-puing bangunan bertingkat yang rusak parah.

    Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah merilis pernyataan dalam bahasa Ibrani yang menyambut baik kembalinya ketiga sandera.

    Mengenai pembebasan sandera Israel, Kantor Netanyahu justru memuji Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

    Dikatakannya Pemerintah Israel terus bekerja sama dengan AS untuk menjamin pembebasan mereka yang masih ditahan di Gaza.

    Pernyataan itu juga menegaskan kembali klaim bahwa Hamas “berusaha melanggar perjanjian” minggu ini, dengan mengatakan kelompok itu menyebabkan “krisis palsu dengan klaim palsu”.

    “Pembebasan sandera terus berlanjut berkat pasukan Israel di dalam dan sekitar Jalur Gaza dan pernyataan yang jelas dan tegas dari Presiden AS Donald Trump,” kata Kantor Netanyahu, Sabtu, dikutip dari BBC.

    Diakhiri dengan pernyataan bahwa Israel bekerja sama dengan AS dengan tujuan mengeluarkan semua sandera dari Gaza secepat mungkin.

    Diketahui, gencatan senjata yang dimulai hampir empat minggu lalu telah terancam dalam beberapa hari terakhir oleh pertikaian tegang yang mengancam akan memperbarui pertempuran.

    Usulan kontroversial Presiden AS Donald Trump untuk memindahkan lebih dari 2 juta warga Palestina dari Gaza dan menempatkan mereka di tempat lain di wilayah tersebut telah menimbulkan lebih banyak keraguan tentang masa depan gencatan senjata.

    Namun, Hamas mengatakan bahwa mereka akan terus maju dengan pembebasan lebih banyak sandera setelah pembicaraan dengan pejabat Mesir dan Qatar.

    Kelompok itu mengatakan para mediator telah berjanji untuk “menghapus semua rintangan” untuk memastikan Israel akan mengizinkan lebih banyak tenda, pasokan medis, dan kebutuhan pokok lainnya ke Gaza.

    Ini akan menjadi pertukaran keenam sejak gencatan senjata mulai berlaku pada 19 Januari 2025.

    Sejauh ini, 21 sandera dan lebih dari 730 tahanan Palestina telah dibebaskan selama fase pertama gencatan senjata.

    Seperti pertukaran sebelumnya, puluhan pejuang Hamas yang bertopeng dan bersenjata berbaris di dekat panggung yang dihiasi bendera Palestina dan spanduk faksi militan, sementara musik menggelegar dari pengeras suara.

    Para militan diperkirakan akan mengarak para sandera di hadapan orang banyak dan kamera ke atas panggung, yang telah didirikan di dekat gedung bertingkat yang rusak parah, sebelum menyerahkan mereka kepada Palang Merah.

    Organisasi kemanusiaan tersebut kemudian akan mengangkut mereka ke pasukan Israel.

    PESAN PERLAWANAN – Pesan-pesan yang dipajang Gerakan Hamas di panggung lokasi pembebasan sandera Israel di Khan Yunis, Gaza Selatan, Sabtu (15/3/2025). Pesan Hamas menampilkan beberapa pesan dalam bahasa Ibrani, Inggris, dan Arab pada hari Sabtu saat pembebasan para sandera Israel. (tangkap layar khaberni)

    Perkembangan Terkini Konflik Palestina Vs Israel

    Dilansir Al Jazeera, tahanan Palestina dibebaskan setelah pembebasan tiga tawanan Israel di Gaza berdasarkan kesepakatan gencatan senjata Gaza.

    Tawanan Yair Horn, Alexander Trufanov dan Sagui Dekel-Chen telah memasuki Israel setelah dibebaskan di Gaza.

    Proses pembebasan 369 tahanan Palestina dari penjara Israel sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata Gaza juga sedang berlangsung.

    Hamas mengatakan pihaknya memperkirakan negosiasi tidak langsung dengan Israel akan dimulai minggu depan pada fase kedua kesepakatan gencatan senjata Gaza.

    Hamas kembali menolak rencana pembersihan etnis Presiden AS Donald Trump untuk Gaza, dan mengatakan penyerahan itu merupakan “prestasi” bagi pejuang perlawanan Palestina.

    Serangan militer besar-besaran Israel di Tepi Barat yang diduduki terus berlanjut, dengan tentara Israel membunuh seorang pria Palestina berusia 19 tahun di kamp pengungsi Askar, timur Nablus.

    Kantor Media Pemerintah telah memperbarui jumlah korban tewas menjadi sebanyak 61.709 orang, dengan mengatakan  ribuan orang  yang hilang di bawah reruntuhan kini diduga tewas.

    Setidaknya 1.139 orang tewas di Israel selama serangan 7 Oktober 2023 dan lebih dari 200 orang ditawan.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

  • Pesan-pesan Perlawanan Hamas ke Israel dan Donald Trump di Spanduk Panggung Pembebasan Sandera – Halaman all

    Pesan-pesan Perlawanan Hamas ke Israel dan Donald Trump di Spanduk Panggung Pembebasan Sandera – Halaman all

    Hamas Kirim Pesan Perlawanan ke Israel dan Donald Trump di Spanduk Panggung Pembebasan Sandera

    TRIBUNNEWS.COM – Gerakan pembebasan Palestina, Hamas, kembali menjadikan prosesi pembebasan sandera Israel sebagai media penyampaian pesan perlawanan terhadap negara pendudukan.

    Hamas, yang kerap menyampaikan pesan secara simbolik -termasuk soal pemilihan lokasi pembebasan sandera- kali mengirimkan pesan terbuka saat membebaskan 3 sandera Israel di Khan Yunis, Gaza Selatan, Sabtu (15/3/2025).

    Diketahui, ketiga sandera Israel yang telah dibebaskan Hamas itu termasuk warga Amerika Serikat (AS)-Israel, Sagui Dekel-Chen, warga Rusia-Israel Alexandre Sasha Troufanov, dan Yair Horn.

    Berlatar belakang area yang cenderung rata tahan dan kehancuran bangunan, Hamas mendirikan panggung kecil berhias Bendera Palestina dan panji-panji gerakan tersebut.

    Khan Yunis adalah satu di antara lokasi bombardemen buta gila-gilaan pasukan Israel selama 15 bulan agresi di Jalur Gaza. 

    Di lokasi serah terima, Hamas juga memajang spanduk bertuliskan pesan-pesan perlawanan, kali ini bukan cuma ke Israel, namun juga ke Presiden AS, Donald Trump.

    Laporan media lokal melansir, pesan-pesan itu antara lain adalah “Tidak ada migrasi kecuali ke Al-Quds,”.

    Al-Quds dalam tulisan itu merujuk pada Yerusalem, kota yang ditetapkan milisi perjuangan Palestina sebagai ibu kota jika kelak negara itu secara resmi berdiri.

    PESAN PERLAWANAN – Pesan-pesan yang dipajang Gerakan Hamas di panggung lokasi pembebasan sandera Israel di Khan Yunis, Gaza Selatan, Sabtu (15/3/2025). Pesan Hamas menampilkan beberapa pesan dalam bahasa Ibrani, Inggris, dan Arab pada hari Sabtu saat pembebasan para sandera Israel.

    Pesan itu juga sebagai respons  atas seruan Presiden AS Donald Trump seputar pengusiran warga Palestina dari Gaza dan Tepi Barat.

    Trump berdalih, warga Gaza harus direlokasi -secara paksa- ke wilayah dan negara lain agar daerah kantung Palestina itu bisa dibangun.

    Spanduk lainnya yang dipajang Hamas bertuliskan “Wahai Al-Quds, bersaksilah: Kami adalah tentaramu!”.

    Sejumlah ulasan menulis, pesan ini merujuk pada komitmen milisi pembebasan Palestina itu untuk tetap menjaga Masjid Al-Aqsa dari penistaan yang kerap dilakukan pemukim Yahudi Israel.

    Satu tulisan lain di panggung pembebasan sandera Israel di Khan Yunis adalah ‘We Crossed Over Swiftly’, secara lengkap pesan itu ditulis dalam sejumlah bahasa, termasuk dalam bahasa Ibrani yang berarti “Kami menyeberang [dengan cepat] seperti seberkas sinar matahari.”

    Pesan ini merujuk pada serangan lintas batas Banjir Al-Aqsa 7 Oktober 2023 di mana Hamas melakukan serangan terkoordinasi ke wilayah pendudukan Israel.

    Sejumlah tafsiran lain menyebut, “We crossed over swiftly” juga merujuk pada penarikan mundur Pasukan Israel dari Koridor Netzarim, yang bagi militer Israel (IDF) dianggap sebagai kemunduran fatal dari kerja keras mereka selama 15 bulan agresi.

    KORIDOR NETZARIM – Situasi di pangkalan operasi IDF di Koridor Netzarim, Gaza tengah, 26 Desember 2024. Seorang kontraktor Kementerian Pertahanan Israel tewas ditembak tentara Israel saat akan bekerja di Koridor Netzarim hari Selasa, (28/1/2025). (The Times of Israel/Emanuel Fabian)

    Kehilangan Titik Strategis

    Soal Koridor Netzarim, Noam Amir, analis urusan militer untuk Channel 14 Israel, mengatakan kalau penarikan pasukan IDF dari poros Netzarim berarti bahwa Hamas akan sekali lagi mengendalikan Jalur Gaza utara.

    Hal itu juga berarti kalau Tel Aviv akan ‘kehilangan pencapaian’ perang genosida yang mereka lancarkan selama 15 bulan di Gaza, untuk selamanya.

    Amir mengatakan bahwa poros ini sebenarnya merupakan “zona penyangga antara utara dan selatan Jalur Gaza, dan merupakan titik strategis yang sangat penting dalam perang” melawan faksi-faksi milisi perlawanan Palestina di Gaza.

    Ia mengatakan kalau menyerahkan poros tersebut kepada Hamas akan memberikan kebebasan bergerak bagi elemen-elemen gerakan perlawanan tersebut di Jalur Gaza utara.

    “Menarik diri dari poros Netzarim berarti “mengembalikan kendali Gaza kepada Hamas,” kata Naom dikutip dari Khaberni, Sabtu.

    Ia menegaskan kalau penarikan mundur pasukan IDF dari Poros Netzarim ini berarti “kekalahan terakhir dari pencapaian perang dalam membersihkan Jalur Gaza utara,”.

    “Penarikan mundur pasukan IDF memungkinkan Hamas kembali bebas bergerak dengan cara apa pun yang dipilihnya,” menurut analis tersebut.

    LARAS TANK MERKAVA – Foto tangkap layar Khaberni, Rabu (12/2/2025) menunjukkan pasukan Israel (IDF) menjejerkan posisi laras meriam tank Merkava dalam agresi militer di Gaza. Pasukan Israel dijegal krisis keuangan saat mereka berniat melanjutkan perang di Gaza karena potensi berakhirnya gencatan senjata dengan Hamas. (khaberni/tangkap layar)

    Langkah IDF Setelah Mundur dari Netzarim: Pengepungan

    Menurut analis Israel ini, tentara IDF akan mengepung Jalur Gaza setelah mundur dari Netzarim.

    Pengepungan dilakukan dari titik angkatan laut Tel al-Sultan di perbatasan Mesir ke penyeberangan Rafah, dan dari penyeberangan Rafah di sepanjang perimeter wilayah yang berdekatan dengan Gaza ke titik angkatan laut kedua dekat Ashkelon.

    Naom menambahkan bahwa “angkatan laut Israel juga akan memberikan semacam blokade laut.”

    Pada Minggu pekan lalu, Radio Angkatan Darat Israel mengatakan kalau tentara IDF telah sepenuhnya ditarik dari poros Netzarim pada Sabtu/Minggu malam sebagai bagian dari pelaksanaan gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan.

    Saluran swasta Israel 13 mengatakan bahwa setelah penarikan diri dari Netzarim, tentara Israel akan tetap berada di Koridor Philadelphia (diharapkan akan ditarik dari sana pada hari ke-50 perjanjian) di perbatasan antara Gaza dan Mesir dan zona penyangga (dibuat di sepanjang perbatasan dengan Jalur Gaza) hingga akhir tahap pertama kesepakatan.

    Pada tanggal 25 Januari, pendudukan menghentikan penarikan pasukan dari poros Netzarim setelah perlawanan Palestina tidak membebaskan tahanan Arbel Yehud karena “kesulitan teknis di Gaza,” dalam krisis yang akhirnya terselesaikan dan dia dibebaskan pada tanggal 30 bulan yang sama.

    Pada tanggal 27 Januari, proses pengembalian warga Palestina ke Jalur Gaza utara dimulai dengan berjalan kaki melalui jalan pantai dan dengan kendaraan di Jalan Salah al-Din, sementara tiga perusahaan keamanan Amerika dan Mesir mengambil alih proses penggeledahan kendaraan yang kembali, menurut media Israel.

    Warga Palestina yang mengungsi mulai kembali ke Gaza utara untuk pertama kalinya sejak perang genosida Israel dimulai, pada Senin 27 Januari 2025. (tangkap layar/Presstv)

    Perjanjian gencatan senjata di Gaza dan perjanjian pertukaran tahanan antara perlawanan Palestina dan pendudukan Israel mulai berlaku pada 19 Januari, dengan mediasi Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat.

    Perjanjian itu terdiri dari 3 tahap, yang masing-masing berlangsung selama 42 hari, di mana negosiasi akan dimulai untuk memulai tahap kedua dan ketiga, yang mengarah pada berakhirnya perang genosida.

    Dengan dukungan Amerika, pasukan pendudukan melakukan genosida di Gaza antara 7 Oktober 2023 dan 19 Januari 2025, menyebabkan lebih dari 158.000 orang Palestina menjadi martir dan terluka – kebanyakan dari mereka adalah anak-anak dan wanita – dan lebih dari 14.000 orang hilang.

     

    (oln/et/khbrn/*)

     
     

     

     

  • Saudi Akan Gelar KTT Arab Bahas Rencana Trump Ambil Alih Gaza    
        Saudi Akan Gelar KTT Arab Bahas Rencana Trump Ambil Alih Gaza

    Saudi Akan Gelar KTT Arab Bahas Rencana Trump Ambil Alih Gaza Saudi Akan Gelar KTT Arab Bahas Rencana Trump Ambil Alih Gaza

    Riyadh

    Arab Saudi akan menjadi tuan rumah bagi pertemuan puncak empat negara Arab pada 20 Februari mendatang. Pertemuan ini akan membahas rencana kontroversial Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengambil alih Gaza setelah merelokasi penduduknya ke negara-negara lainnya.

    Dituturkan seorang sumber yang memahami persiapan Riyadh, seperti dilansir AFP, Sabtu (15/2/2025), bahwa pemimpin Mesir, Yordania, Qatar dan Uni Emirat Arab akan menghadiri pertemuan puncak itu, yang akan digelar menjelang pertemuan Liga Arab di Kairo seminggu kemudian untuk membahas masalah yang sama.

    Seorang sumber lainnya, yang enggan disebut identitasnya, menyebut Presiden Palestina Mahmoud Abbas juga akan hadir dalam pertemuan itu.

    Trump mengejutkan dunia sekaligus menuai kecaman global saat mencetuskan agar AS mengambil alih Gaza dan memindahkan lebih dari dua juta warga Palestina keluar dari wilayah yang hancur akibat perang tersebut. Dia menyebut Mesir atau Yordania sebagai tujuan yang mungkin untuk pemindahan itu.

    Gagasan kontroversial Trump itu disampaikan dalam konferensi bersama Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu yang pekan lalu berkunjung ke Gedung Putih di Washington DC.

    Penolakan diberikan oleh dunia terhadap rencana Trump itu, terutama oleh negara-negara Arab yang bersatu dalam front persatuan yang jarang terjadi karena marah pada gagasan untuk menggusur warga Palestina secara massal tersebut.

    Bagi warga Palestina, pemindahan paksa membangkitkan kenangan buruk akan “Nakba” — pemindahan massal warga Palestina selama pembentukan negara Israel tahun 1948 silam.

    Namun Trump melontarkan kemungkinan untuk menghentikan bantuan kepada Yordania dan Mesir, sekutu-sekutu lama AS, jika mereka menolak rencana tersebut.

    Yordania sudah menampung lebih dari dua juta pengungsi Palestina. Lebih dari separuh penduduk negara yang total populasinya mencapai 11 juta jiwa itu merupakan keturunan Palestina.

    Sementara Mesir mengajukan proposalnya sendiri untuk rekonstruksi Gaza berdasarkan kerangka yang memungkinkan warga Palestina untuk tetap berada di wilayah tersebut.

    Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Marco Rubio mengatakan pihaknya sangat ingin mendengar usulan baru mengenai Gaza dari pemerintah negara-negara Arab. Namun dia menyebut “saat ini satu-satunya rencana — mereka tidak menyukainya — tetapi satu-satunya rencana adalah rencana Trump”.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Sambil Bebaskan Tiga Sandera Israel, Hamas Pamer Peralatan IDF yang Berhasil Disita – Halaman all

    Sambil Bebaskan Tiga Sandera Israel, Hamas Pamer Peralatan IDF yang Berhasil Disita – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Hamas telah membebaskan tiga sandera Israel sesuai dengan kesepakatan gencatan senjata pada Sabtu (15/2/2025) siang waktu setempat.

    Ketiga sandera Israel tersebut adalah Iair Horn, Sagui Dekel-Chen dan Sasha (Alexander) Troufanov.

    Dikutip dari The Jerusalem Post, ada momen unik ketika Hamas membebaskan para sandera di Khan Younis, Gaza.

    Saat melakukan pembebasan sandera untuk diserahkan kepada Komite Palang Merah Internasional (ICRC), Hamas memamerkan peralatan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) yang berhasil mereka sita.

    Peralatan-peralatan yang berhasil Hamas sita dari IDF di antaranya adalah senjata hingga seragam.

    Para pasukan Hamas memamerkannya sambil mengenakan peralatan IDF tersebut.

    Yair Horn, Sagui Dekel-Chen dan Alexander Trufanov kini telah diserahkan kepada ICRC setelah dibebaskan oleh sayap militer kelompok Palestina.

    Pembebasan itu berlangsung tanpa insiden di tengah tindakan pengamanan ketat di hadapan puluhan pejuang dari kedua faksi.

    Sebanyak 369 warga Palestina yang ditahan di penjara Israel akan dibebaskan hari ini berdasarkan perjanjian gencatan senjata.

    Serah terima ini berbeda dari serah terima sebelumnya yang dilakukan oleh Hamas dan Jihad Islam Palestina.

    Dikutip dari Al Jazeera, salah satu serah terima sebelumnya dikritik karena suasananya yang intens, khususnya yang diadakan di dekat rumah Yahya Sinwar di Khan Younis.

    Faksi Palestina telah memilih lokasi ini lagi untuk mencoba menunjukkan bahwa mereka terkoordinasi dan memegang kendali atas penyerahan yang terorganisasi dengan baik.

    Ketiga tawanan yang dibebaskan hari ini tampak dalam kondisi fisik yang baik.

    Hal ini berbeda dengan kelompok tawanan yang dibebaskan minggu lalu, yang kondisi kesehatannya semakin memburuk karena kekurangan makanan dan obat-obatan akibat blokade Israel.

    Secara keseluruhan, serah terima tesebut merupakan salah satu serah terima yang paling lancar yang dilakukan sejauh ini sejak dimulainya gencatan senjata Gaza.

    Ketiga tawanan yang dibebaskan di Khan Younis kini dikawal oleh perwira militer dan intelijen ke Israel, menurut pernyataan militer.

    Pernyataan itu menambahkan bahwa mereka akan menjalani evaluasi medis awal setelah mereka memasuki Israel.

    Harapan Hamas Soal Gencatan Senjata

    Hamas mengharapkan dimulainya kembali pembicaraan tidak langsung dengan pendudukan Israel untuk fase baru gencatan senjata.

    Kelompok perlawanan Palestina itu mengantisipasi bahwa negosiasi tidak langsung dengan Israel akan dimulai awal minggu depan.

    “Kami memperkirakan fase kedua perundingan gencatan senjata akan dimulai awal minggu depan, dan para mediator terus berdiskusi mengenai masalah ini,” kata pejabat Hamas Taher al-Nunu, dikutip dari AFP.

    Sebuah sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut mengatakan bahwa para mediator telah memberi tahu Hamas tentang harapan mereka untuk memulai tahap negosiasi berikutnya di Doha minggu depan.

    Tahap awal gencatan senjata, yang ditengahi oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat, mulai berlaku pada tanggal 19 Januari.

    Berdasarkan ketentuannya, pembicaraan untuk tahap kedua dijadwalkan akan dimulai pada tanggal 3 Februari.

    Tahap pertama, yang berlangsung selama 42 hari, melibatkan pembebasan 33 tawanan Israel sebagai ganti sekitar 1.900 tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel.

    Tahap selanjutnya diharapkan akan difokuskan pada pembebasan tawanan yang tersisa dan pembahasan tentang akhir perang yang lebih langgeng.

    Hamas telah berulang kali menyatakan kesiapannya untuk memasuki tahap kedua perundingan.

    Sementara Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengirim tim ke Doha pada tanggal 8 Februari untuk membahas rincian teknis perjanjian saat ini, tim tersebut tidak diberi wewenang untuk membahas tahap berikutnya. (*)

  • Profil Sasha Troufanov, Sandera Israel yang Mancing di Pantai Gaza dan Akan Dibebaskan Hari Ini – Halaman all

    Profil Sasha Troufanov, Sandera Israel yang Mancing di Pantai Gaza dan Akan Dibebaskan Hari Ini – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Alexandre Sasha Troufanov, seorang sandera Israel berusia 29 tahun, mengejutkan publik setelah munculnya video yang memperlihatkan dirinya sedang berjalan-jalan dan memancing di pantai Gaza.

    Times of Israel menyebut video itu dirilis oleh kelompok Jihad Islam Palestina pada hari Jumat, 14 Februari 2025.

    Dalam video yang beredar, Troufanov terlihat menulis pesan yang diduga berisi ucapan terima kasih kepada pihak yang menyandera dirinya.

    Keluarganya meminta media Israel untuk tidak mempublikasikan video tersebut, yang mereka anggap sebagai alat propaganda oleh kelompok perlawanan Palestina.

    Troufanov hari ini dijadwalkan akan dibebaskan oleh Hamas bersamaan dengan dua sandera lainnya, Sagui Dekel Chen dan Iair Horn, sebagai bagian dari pertukaran sandera dalam gencatan senjata antara Hamas dan Israel.

    Latar Belakang Troufanov

    Troufanov, yang berkebangsaan Israel dan Rusia, diculik bersama anggota keluarganya oleh kelompok perlawanan Palestina saat Operasi Banjir Al Aqsa pada 7 Oktober 2023.

    Ayahnya, Vitaly Troufanov, dilaporkan tewas dalam peristiwa tersebut.

    Sebelumnya, tiga wanita dalam keluarganya telah dibebaskan pada November 2023 sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata.

    Menurut keluarganya, Troufanov bekerja sebagai insinyur di divisi cloud Amazon. Mereka pindah dari Uni Soviet ke Israel 25 tahun lalu.

    Rusia telah berulang kali mendesak pembebasan Troufanov, termasuk saat gencatan senjata diumumkan pada Januari lalu.

    Harapan Keluarga

    Ibunya, Yelena, menyatakan harapannya untuk berkumpul kembali dengan putranya.

    Dalam video yang diunggah ke media sosial, ia meminta agar semua orang menyalakan lilin Shabbat dengan kegembiraan dan berdoa agar semua sandera segera pulang ke rumah.

    Forum Keluarga Sandera juga menyambut baik kabar pembebasan ketiga sandera, yang akan ditukar dengan 369 warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.

    Hingga saat ini, 21 sandera dan 730 tahanan Palestina telah dibebaskan selama gencatan senjata terbaru.

    Gencatan Senjata dan Ancaman

    Gencatan senjata saat ini memasuki tahap kedua yang dijadwalkan pada 1 Maret mendatang, meskipun rincian lebih lanjut masih dalam perundingan.

    Sebelumnya, Hamas mengeklaim bahwa Israel telah melanggar kesepakatan gencatan. Hamas mengancam akan menunda pembebasan sandera selanjutnya.

    Israel, di sisi lain, mengancam akan melanjutkan perang di Gaza jika sandera tidak dibebaskan sesuai dengan kesepakatan, tetapi tidak memberikan komentar atas tuduhan Hamas.

    Hamas juga dilaporkan sedang melakukan pembicaraan di Kairo dengan pejabat Mesir dan Perdana Menteri Qatar untuk membahas pengiriman bantuan ke Gaza.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Hamas Umumkan Nama 3 Sandera Israel yang akan Dibebaskan dalam Putaran ke-6 Pertukaran Tahanan Besok – Halaman all

    Hamas Umumkan Nama 3 Sandera Israel yang akan Dibebaskan dalam Putaran ke-6 Pertukaran Tahanan Besok – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Hamas telah mengumumkan 3 nama sandera Israel yang akan dibebaskan pada Sabtu (15/2/2025), besok.

    Pembebasan sandera ini adalah fase keenam kesepakatan pertukaran tahanan dalam kesepakatan gencatan senjata Gaza.

    Ketiga sandera yang akan dibebaskan adalah Alexander (Sasha) Turbanov, Sagui Dekel-Chen, dan Yair Horn.

    Ketiga nama sandera ini telah diumumkan oleh juru bicara sayap militer kelompok perlawanan Palestina Hamas, Brigade Al-Qassam, Abu Ubaida dan juru bicara sayap militer Jihad Islam Palestina, Saraya Al-Quds, Abu Hamza pada hari Jumat (14/2/2025).

    “Brigade Al-Qassam telah memutuskan untuk membebaskan tahanan Zionis berikut besok, Sabtu: Alexander (Sasha) Turbanov, Sagui Dekel-Chen, dan Yair Horn,” kata Abu Ubaida, dikutip dari Anadolu Anjasi.

    “Saraya Al-Quds telah memutuskan untuk membebaskan tahanan Israel Alexander Turbanov besok, Sabtu,” kata Abu Hamza.

    Beberapa saat setelah Hamas mengumumkan ketiga nama sandera Israel, PM Netanyahu telah mengonfirmasi bahwa pihaknya telah menerima tiga nama tersebut.

    Sebagai imbalannya, Israel akan membebaskan 369 tahanan Palestina.

    Kantor Media Tahanan Palestina mengatakan bahwa tahanan yang dibebaskan di antaranya adalah 36 orang yang menjalani hukuman seumur hidup dan 333 tahanan dari Gaza yang ditangkap setelah 7 Oktober 2024.

    Sebelumnya, Hamas telah menegaskan bahwa pihaknya akan menjalankan pertukaran sandera sesuai dengan jadwal.

    Keputusan ini diumumkan setelah pembicaraan dengan mediator dari Mesir dan Qatar yang berkomitmen untuk mengatasi hambatan dalam implementasi kesepakatan tersebut.

    Hamas juga mengatakan bahwa mediator dari Mesir dan Qatar telah berupaya menyelesaikan hambatan yang disebabkan oleh pelanggaran perjanjian oleh Israel dan menggambarkan negosiasi tersebut sebagai “positif.”

    “Saudara-saudara yang menjadi mediator di Mesir dan Qatar telah menegaskan bahwa mereka akan menindaklanjuti semua ini untuk menyingkirkan hambatan dan menutup kesenjangan,” demikian bunyi pernyataan tersebut, dikutip dari Al Jazeera.

    Kemudian Hamas menekankan bahwa mereka akan  melaksanakan perjanjian gencatan senjata sesuai dengan kesepakatan awal.

    “Oleh karena itu, Hamas menegaskan kembali posisinya untuk terus melaksanakan perjanjian sesuai dengan apa yang telah ditandatangani, termasuk pertukaran tahanan sesuai dengan jadwal yang ditentukan,” tegasnya.

    Upaya mediasi ini menyusul keputusan Hamas pada hari Senin untuk menangguhkan pembebasan tahanan Israel hingga Tel Aviv menghentikan pelanggarannya dan secara retroaktif mematuhi protokol kemanusiaan perjanjian tersebut.

    Selama gencatan senjata berlangsung, Hamas mencatat Israel telah melanggar beberapa kesepakatan.

    Di antaranya, serangan terhadap warga sipil dan penolakan akses terhadap bantuan kemanusiaan, seperti tenda dan karavan bagi warga yang mengungsi di Gaza.

    Sebagai informasi, pertukaran sandera ini adalah bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang telah dimulai pada 19 Januari 2025.

    Selain perlindungan tahanan, perjanjian tersebut mencakup ketentuan penting lainnya.

    Seperti, pertukaran tahanan, pengiriman bantuan kemanusiaan untuk Gaza, serta diskusi terkait upaya de-eskalasi jangka panjang untuk mengurangi kekerasan yang sudah berlangsung lama.

    Gencatan senjata ini disepakati setelah genosida 16 bulan yang dilakukan oleh Israel, yang menyebabkan jatuhnya banyak korban jiwa dan kerusakan yang meluas di Gaza.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Gencatan Senjata Gaza

  • Hamas Mau Bebaskan 3 Sandera, Kantor Netanyahu: Belum Ada Deal, Perang Gaza Bisa Pecah Lagi Sabtu – Halaman all

    Hamas Mau Bebaskan 3 Sandera, Kantor Netanyahu: Belum Ada Deal, Perang Gaza Bisa Pecah Lagi Sabtu – Halaman all

    Hamas Mau Bebaskan 3 Sandera, Netanyahu: Belum Ada Deal, Perang Gaza Bisa Pecah Lagi Sabtu

    TRIBUNNEWS.COM – Otoritas Penyiaran Israel, KAN, melaporkan kalau Komando Selatan militer Israel (IDF) akan menggelar pertemuan untuk membahas perkembangan situasi di Jalur Gaza, Jumat (14/2/2025).

    Pertemuan itu membahas peluang diterimanya pembebasan 3 sandera Israel yang dijadwalkan dibebaskan Hamas pada Sabtu (15/2/2025) atau kemungkinan kembali bertempur, yang berarti gencatan senjata berakhir dan perang kembali pecah, kata laporan itu dikutip dari Khaberni.

     
    Kantor Netanyahu mengatakan saat ini belum ada kesepakatan dengan Hamas mengenai pembebasan sandera, tetapi ada persiapan untuk mengumumkannya secara resmi.

    Sempat menunda pembebasan, Hamas akhirnya mau membebaskan 3 sandera Israel sesuai jadwal pertukaran sandera tahap pertama. Namun, belakangan Israel meminta lebih banyak sandera untuk dibebaskan.
     
    “Keputusan sekarang ada di tangan Netanyahu apakah akan melanjutkan gencatan senjata atau kembali bertempur,” kata laporan tersebut dikutip Jumat.

    Adapun media lain Israel, Walla mengutip pernyataan seorang pejabat senior Israel mengabarkan kalau pihak Zionis tetap berharap pembebasan sandera tetap terjadi Sabtu besok dengan Hamas mengumumkan nama-nama sandera yang akan dibebaskan terlebih dulu.

    Walla menyiratkan, kemungkinan Israel akan menunda niat mereka untuk melanjutkan perang di Gaza setidaknya hingga pekan depan.

    “Kami berharap yang diculik akan dibebaskan besok, tetapi tampaknya krisis telah ditunda hingga minggu depan. Kami berharap menerima daftar hari ini melalui mediator berisi nama 3 orang yang diculik yang akan dibebaskan oleh Hamas besok,” kata pejabat tersebut dilansir Walla.

    PEMBEBASAN SANDERA – Tangkap layar YouTube AlJazeera Arabic yang diambil pada Sabtu (8/2/2025), menunjukkan sandera Israel yang dibebaskan Hamas. Sebagai ganti 3 sandera, Israel akan membebaskan 183 tahanan Palestina. (Tangkap layar YouTube AlJazeera Arabic)

    Ancaman Trump ke Hamas

    Seperti diketahui, Hamas akhirnya mau membebaskan sandera Israel kembali setelah sempat memanas akibat saling tuduh melanggar kesepakatan gencatan senjata.

    Diperkirakan Hamas akan membebaskan tiga sandera pada Sabtu (15/2/2025) besok.

    Adam Boehler, utusan Amerika Serikat (AS) untuk urusan penyanderaan, mengatakan kalau ancaman Presiden Donald Trump terhadap Hamas merupakan gambaran sikap terkait persoalan pertukaran sandera.

    Trump menyatakan, ‘Hell on Earth’ akan terjadi di Gaza kalau Hamas tidak membebaskan sandera Israel seusai jadwal. Hamas sempat mengumumkan, menunda pembebasan sandera karena Israel melanggar gencatan senjata.

    “Ancaman Trump terhadap Hamas adalah posisi presiden saat ini dan dia berhak untuk mengubah atau memodifikasinya. Saya harap Hamas telah mendengar dengan jelas dari Trump bahwa mereka harus mengatasi masalah penyanderaan,” kata Adam Boehler.

    Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani diperkirakan akan mengirimkan daftar tiga nama sandera tersebut kepada Kepala Mossad, David Barnea.

    Pembebasan sandera oleh Hamas ini diharapkan akan menyelesaikan krisis yang mengancam akan menggagalkan gencatan senjata yang sudah rapuh.

    Dikutip dari The Jerusalem Post, Hamas menyatakan bahwa pihaknya tetap berkomitmen untuk melaksanakan kesepakatan gencatan senjata Gaza.

    Kelompok itu juga menegaskan bahwa mereka akan terus membebaskan sandera “sesuai dengan jadwal”, yang berarti hanya tiga sandera pada hari Sabtu.

    Hal ini bertentangan dengan tuntutan Presiden AS Donald Trump untuk membebaskan “semua sandera” dan beberapa seruan oleh pejabat Israel untuk membebaskan kesembilan sandera yang masih hidup dan seharusnya dibebaskan selama sisa fase pertama kesepakatan.

    Sebelumnya, Hamas mengklaim Israel belum mengizinkan semua bantuan kemanusiaan yang disepakati untuk memasuki Gaza sebagaimana ditetapkan dalam perjanjian.

    Bahkan, menurut Hamas, Israel juga belum mengizinkan cukup banyak warga Palestina yang terpaksa pindah ke selatan untuk kembali ke utara.

    Sementara itu, Israel menuduh Hamas melanggar perjanjian, termasuk pada Kamis malam ketika militer mengatakan Hamas telah menembakkan roket dari Gaza yang mendarat di daerah kantong itu.

    Hamas, yang dipimpin oleh Kepala Biro Politik Khalil Al-Hayya sedang mengunjungi Kairo untuk melakukan pembicaraan dengan pejabat keamanan Mesir.

    Mereka mengatakan bahwa mediator Mesir dan Qatar akan terus berupaya “untuk menghilangkan hambatan dan menutup kesenjangan.”

    Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dijadwalkan tiba di kawasan tersebut, termasuk Israel, pada hari Sabtu.

    Sebuah sumber diplomatik mengatakan kepada Post bahwa ada kemungkinan Steve Witkoff, utusan Trump untuk Timur Tengah, akan berkunjung dalam beberapa hari mendatang.

    Dua pejabat mengatakan, tujuan saat ini adalah untuk mempercepat pembebasan sembilan sandera yang masih hidup.

    “Setelah melihat gambar kondisi para sandera minggu lalu, kami perlu membebaskan mereka secepat mungkin,” kata seorang sumber.

    Tujuan Israel lainnya adalah untuk memperluas daftar sandera yang dibebaskan pada tahap pertama.

    Kesepakatan saat ini menyebutkan Hamas akan membebaskan 33 sandera, beberapa di antaranya tewas, tetapi ada upaya untuk mengubah jumlah tersebut.

    “Setiap sandera adalah ‘kasus kemanusiaan’ – kriteria bagi mereka yang dibebaskan pada tahap pertama,” kata sumber tersebut.

    “Semua orang menunggu untuk melihat apa yang terjadi pada hari Sabtu,” lanjutnya.

    ANGGOTA BRIGADE AL-QASSAM – Foto ini diambil pada Minggu (9/2/2025) dari publikasi resmi Brigade Al-Qassam (sayap militer Hamas) pada Sabtu (1/2/2025), memperlihatkan anggota Brigade Al-Qassam membawa foto 7 komandan mereka yang terbunuh dalam serangan Israel, selama pertukaran tahanan ke-4 pada Sabtu (1/2/2025) sebagai bagian dari implementasi perjanjian gencatan senjata Israel-Hamas di Jalur Gaza, dengan imbalan 183 tahanan Palestina. (Telegram Brigade Al-Qassam)

    Mesir dan Qatar Cari Solusi Kebuntuan

    Delegasi Hamas yang dipimpin oleh kepala kelompok itu di Gaza, Khalil Al-Hayya, bertemu dengan pejabat keamanan Mesir pada hari Rabu untuk mencoba memecahkan kebuntuan.

    Seorang pejabat Palestina yang dekat dengan perundingan tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa mediator Mesir dan Qatar sedang berusaha mencari solusi untuk mencegah terulangnya kembali pertempuran.

    Dalam sebuah pernyataan, Hamas mengatakan para mediator memberikan tekanan agar kesepakatan gencatan senjata dilaksanakan sepenuhnya, memastikan Israel mematuhi protokol kemanusiaan dan melanjutkan pertukaran sandera Israel yang ditahan di Gaza dengan tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel pada hari Sabtu.

    Sebelumnya, Israel telah memanggil pasukan cadangan untuk bersiap menghadapi kemungkinan meletusnya kembali perang di Gaza.

    Israel pun mengancam jika Hamas gagal memenuhi tenggat waktu pada Sabtu (15/2/2025) besok tidak membebaskan lebih banyak sandera, gencatan senjata akan dibatalkan.

    Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan gencatan senjata itu dimaksudkan untuk segera membebaskan para sandera yang ditawan dalam kondisi yang sulit di Gaza.

    “Jika Hamas menghentikan pembebasan sandera, maka tidak ada gencatan senjata dan yang ada adalah perang,” kata Katz.

     Katz menambahkan bahwa “perang Gaza yang baru” akan memiliki intensitas yang sama sekali berbeda dan “memungkinkan terwujudnya visi Trump untuk Gaza”.

    “Hamas tidak akan menerima bahasa ancaman Amerika dan Israel,” kata juru bicara Hamas Hazaem Qassem dalam sebuah pernyataan.

    “Kontak sedang dilakukan dengan negara-negara mediator untuk menyelesaikan pelaksanaan kesepakatan gencatan senjata,” lanjutnya.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada hari Selasa bahwa Israel akan melanjutkan “pertempuran sengit” jika Hamas tidak memenuhi tenggat waktu, tetapi tidak mengatakan berapa banyak sandera yang harus dibebaskan.

    Netanyahu mengatakan dia telah memerintahkan militer untuk mengumpulkan pasukan di dan sekitar Gaza.

    Militer pun mengumumkan akan mengerahkan pasukan tambahan ke selatan Israel, dekat Gaza, termasuk memobilisasi pasukan cadangan.

     

    (oln/khbr/*)

     

  • Mahasiswa Depok Juara 1 Shell Eco Marathon Qatar – Page 3

    Mahasiswa Depok Juara 1 Shell Eco Marathon Qatar – Page 3

    Tim Nakoela membawa inovasi baru dengan Keris Hydro I , mobil berbahan bakar hidrogen (Prototype Hydrogen) .

    “Desain mobil ini terinspirasi dari bentuk teardrop atau streamline yang dikenal memiliki koefisien drag rendah untuk meningkatkan efisiensi aerodinamika, “ kata salah seorang mahasiswa, Daffa Wibisono.

    Selain tim Nakoela, Tim Arjuna yang juga mewakili mahasiswa Universitas Indonesia, juga meraih sukses berada di posisi empat (4) dengan mendapatkan angka 159 km/kWh.

    Kendaraan urban Kalabia EV III dan desain filosofi burung elang tampak samping, Kalabia EV III tampil menawan dan aerodinamis, berupa peningkatan sistem propulsi dan peningkatan sistem data terintegasi yang mendukung pengembangan efisiensi mobil.