Negara: Prancis

  • Fabio Quartararo Segera Jajal Mesin V4 Baru Yamaha, Ini Jadwalnya

    Fabio Quartararo Segera Jajal Mesin V4 Baru Yamaha, Ini Jadwalnya

    Jakarta

    Fabio Quartararo dikabarkan segera kebagian jatah mengetes motor prototipe terbaru Yamaha bermesin V4. Sebelumnya motor tersebut baru diuji coba oleh dua test rider Yamaha, Andrea Dovizioso dan Augusto Fernandez.

    Yamaha sedang mengembangkan motor baru bermesin V4 untuk menggantikan mesin inline-4 mereka saat ini yang sudah usang. Kalau tidak ada aral melintang, mesin V4 terbaru Yamaha bisa digunakan pada 2026.

    Sejauh ini Yamaha terus menguji coba prototipe M1 dengan mesin V4. Terakhir, motor ini dites di Sirkuit Brno, Ceko, beberapa waktu lalu. Motor ini diuji langsung oleh test rider Yamaha, Dovi dan Fernandez, tanpa melibatkan pebalap utama mereka.

    Fabio Quartararo Foto: REUTERS/Jon Nazca

    Melansir Crash, jika pengujian mesin V4 Yamaha berjalan mulus dan sesuai harapan, maka kemungkinan motor ini bisa menjalani debutnya di seri ke-17 MotoGP 2025 yang berlangsung di Sirkuit Motegi, Jepang. Prototipe M1 bermesin V4 tersebut bisa dijajal oleh Fernandez dengan status sebagai wild card di balapan tersebut.

    Namun sebelum itu, motor ini akan dicoba terlebih dahulu oleh pebalap utama mereka, Fabio Quartararo. Rider asal Prancis itu dijadwalkan mencoba mesin V4 baru Yamaha di tes resmi Misano pada 15 September 2025.

    “Tentu saja saya akan mengujinya. Saya rasa sekitar bulan September, saya rasa di tes Misano,” bilang Quartararo saat konferensi pers jelang MotoGP Jerman 2025, Kamis (10/7).

    “Komentarnya positif, tetapi sampai saya menguji motornya–saat ini–itu hanya kata-kata yang diucapkan para teknisi kepada saya,” sambung El Diablo. Quartararo tak mau berspekulasi lebih lanjut sampai tiba waktunya dia menguji mesin V4 tersebut dan merasakan potensinya.

    Yamaha memang membutuhkan revolusi pada arsitektur mesinnya. Mesin inline-4 yang masih digunakan hingga saat ini sudah tidak kompetitif, dan kalah saing dengan mesin V4 yang digunakan mayoritas merek-merek motor yang berlaga di MotoGP. Terakhir kali mesin inline-4 Yamaha menjuarai MotoGP adalah pada tahun 2021.

    (lua/din)

  • Kapal Dagangnya Diserang, AS Ngamuk Kirim 300 Tentara Serbu Aceh

    Kapal Dagangnya Diserang, AS Ngamuk Kirim 300 Tentara Serbu Aceh

    Pagi itu, langit kota Salem, Massachusetts, masih dibalut kabut musim dingin. Namun, Charles Mosem Endicott, kapten berusia 38 tahun, sudah berdiri di atas geladak kapal Friendship. 

    Dia sedang bersiap menjalankan misi penting. Bukan menuju pelabuhan Eropa, melainkan ke tempat yang sangat jauh, yakni Aceh. Dia akan mengarungi setengah dunia demi satu komoditas yang membuat Eropa tergila-gila selama berabad-abad, yakni lada.

    Aceh telah dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan rempah-rempah dunia. Wilayah di ujung Sumatra itu kerap ramai disinggahi para pelaut dari berbagai penjuru. Mulai dari Inggris, Belanda, Prancis, Denmark, hingga Spanyol.

    Namun, bagi Endicott, pelayaran pada awal 1831 ini bukan sekadar urusan jual beli. Ada tantangan besar yang harus dihadapi.

    Aceh bukan bagian dari koloni Hindia Belanda. Dia adalah kerajaan independen. Bahkan, seturut penelusuran Lee Kam Hing dalam The Sultanate of Aceh (1995), Aceh punya hubungan resmi dengan Kesultanan Ottoman di Turki dan Kerajaan Inggris. 

    Dengan status itu, Aceh harusnya tidak bisa diperlakukan sembarangan oleh bangsa asing, termasuk oleh pedagang AS seperti Endicott. Belum lagi, perairan Aceh juga dikenal rawan pembajakan. Bajak laut lokal sering mengincar kapal asing pembawa muatan mahal.

    Namun, semua kekhawatiran itu tak menyurutkan langkah Endicott. Dia tetap melanjutkan pelayaran lintas samudra. Singkat cerita, setelah berminggu-minggu, pada 7 Februari 1831, Friendship akhirnya tiba di Kuala Batu, salah satu pelabuhan penting di Aceh. 

    Hari itu, Endicott bersama sekelompok kecil awak turun ke darat untuk merundingkan pembelian besar-besaran lada dengan para pedagang setempat. Namun, saat negosiasi berlangsung, malapetaka datang tiba-tiba. 

    Sekelompok pria bersenjata dari darat dan perahu kecil mendekati Friendship. Mereka naik ke atas kapal dan menyerang para kru yang tersisa di atas secara brutal. 

    “Dalam serangan itu, perwira pertama dan dua awak kapal tewas. Sementara lainnya ditawan. Kapal pun direbut,” ungkap Farish A. Noor dalam riset “The Battle of Quallah Battoo in 1832” (2014)

    Begitu mengetahui kapalnya diserang, Endicott segera meminta bantuan dari kapal dagang asing yang berlayar di sekitar wilayah tersebut. Bersama mereka, Friendship berhasil direbut kembali. Hanya saja, dalam kondisi rusak dan barang-barang berharga senilai US$ 50.000 raib. 

    Presiden AS Ngamuk

    Dalam bayangan banyak orang AS, pelayaran Friendship ke Aceh akan menjadi kisah dagang yang sukses. Namun, harapan itu sirna.

    Pada 20 Juli 1831, Friendship akhirnya tiba kembali di Salem. Bukan dalam kondisi penuh rempah, melainkan rusak parah. Kapten Endicott segera turun dari kapal dan melaporkan kejadian penyerangan di Aceh. Dalam sekejap, kota Salem geger.

    Tak lama kemudian, laporan resmi sampai ke meja kerja Presiden Andrew Jackson (1767-1845) di Gedung Putih. Begitu membaca laporan penyerangan disertai pembunuhan warga AS, Jackson langsung naik pitam. 

    Angkatan Laut AS dalam situs resminya mengungkap, penyerangan di Kuala Batu menewaskan 17 orang dan melukai 4 lainnya. Fakta ini membuat Jackson, yang juga menjabat sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata, tak bisa tinggal diam.

    Menurut Claude Berube dalam On Wide Seas (2021), Presiden AS ke-7 itu segera memerintahkan serangan balik dengan mengirim kapal perang USS Potomac berserta 300 tentara bersenjata lengkap ke Aceh.

    “Kapal-kapal perang lainnya segera dikirim ke sana untuk memberikan hukuman yang lebih berat,” tegas Jackson.

    Dengan keputusan ini, AS untuk pertama kalinya melakukan serangan ke Asia. Serangan ini juga menjadi satu-satunya aksi militer langsung AS ke wilayah yang kini bernama Indonesia, sejak AS merdeka pada 4 Juli 1776, tepat hari ini 249 tahun lalu. 

    Setahun kemudian, USS Potomac benar-benar melancarkan serangan ke Kuala Batu. Tanpa peringatan atau negosiasi, meriam dilontarkan, pelabuhan dibumihanguskan, dan pasukan marinir AS turun ke darat untuk menghabisi perlawanan. Hasilnya, 450 orang Aceh dilaporkan tewas. Di sisi lain, AS hanya kehilangan dua prajurit.

    Baru ratusan tahun kemudian terungkap, penduduk lokal ternyata tak sepenuhnya bersalah. Serangan terhadap Friendship dipicu rasa frustrasi atas praktik dagang culas para pedagang AS sebelumnya.

    Dalam Death on an Empire (2011), sejarawan Robert Booth mencatat bahwa pedagang AS kerap mengurangi takaran saat berdagang, sehingga merugikan pihak Aceh. Ketika Friendship datang, warga yang sudah lama curiga pun meluapkan kemarahan.

  • Kontingen Indonesia tampil paling depan dalam parade Bastille Day 2025

    Kontingen Indonesia tampil paling depan dalam parade Bastille Day 2025

    Jakarta (ANTARA) – Komandan Kontingen Satgas Patriot II Brigjen TNI Ferry Irawan mengatakan tim parade kontingen Indonesia mendapat kesempatan berada di barisan paling depan dalam parade militer Bastille Day 2025 yang akan dilaksanakan di Champs-Élysées, Paris, Prancis.

    Hal tersebut dapat dipastikan ketika TNI mendapat barisan paling depan dalam latihan parade yang digelar di Prancis pada Rabu (9/7).

    “Kontingen TNI mendapat kehormatan sebagai pasukan pertama yang melangkah tepat di depan podium kehormatan Presiden Emmanuel Macron di Place de la Concorde,” kata Ferry Irawan dalam siaran pers resmi TNI yang diterima Antara, Kamis.

    Ferry menjelaskan barisan parade gabungan TNI dan Polri itu dipimpin oleh Letkol Inf Bistok Simarmata. Mereka menampilkan gerakan formasi yang rapi serta gerakan yang tegas.

    Menurut Ferry, kepercayaan yang diberikan kepada kontingen Indonesia untuk mengisi posisi terdepan memiliki makna simbolis.

    Dia menilai pemberian kepercayaan ini menandakan harmonisnya hubungan bilateral yang terjalin antara Indonesia dengan Prancis.

    Karenanya, Ferry memastikan pasukannya akan menampilkan yang terbaik di setiap rangkaian latihan hingga hari H kegiatan yang berlangsung pada 14 Juli 2025 mendatang.

    “Ini kehormatan yang akan kami jawab dengan penampilan terbaik demi mengharumkan nama bangsa,” kata Ferry.

    Sebelumnya, Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto, dan Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo melepas keberangkatan kontingen Patriot Indonesia II untuk mengikuti perayaan Hari Bastille di Prancis.

    “Dalam rangka mengikuti Hari Bastille tanggal 14 Juli sebagai kontingen kehormatan, yang memperingati kebangkitan revolusi Prancis” ujar Menhan di Pangkalan Udara TNI Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu (6/7).

    Lebih lanjut Menhan menjelaskan bahwa kontingen tersebut beranggotakan sekitar 500 personel, dan terdiri atas anggota TNI/Polri hingga akademi TNI/Polri.

    “Kontingen ini adalah satu-satunya kontingen dari negara sahabat yang diundang oleh Presiden Prancis melalui Presiden Indonesia,” jelasnya.

    Oleh sebab itu, dia mengatakan bahwa keberangkatan kontingen tersebut menjadi sebuah kebanggaan bagi Indonesia, dan menegaskan posisi Indonesia di tingkat internasional.

    “Mendapatkan tempat yang cukup terhormat di internasional, terutama di negara-negara yang sedang bangkit untuk memajukan perkembangan teknologinya,” katanya.

    Pewarta: Walda Marison
    Editor: Hisar Sitanggang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Ternyata Begini Asal Muasal Golongan Darah Paling Langka di Dunia Terungkap

    Ternyata Begini Asal Muasal Golongan Darah Paling Langka di Dunia Terungkap

    Jakarta

    Para ilmuwan Prancis berhasil mengidentifikasi golongan darah terbaru dan terlangka di dunia. Seperti yang diketahui, golongan darah ini didapatkan dari seorang wanita dari Guadeloupe, Karibia.

    Saat itu golongan darahnya begitu unik, sehingga dokter tidak dapat menemukan satupun donor yang cocok. Penemuan golongan darah ke-48 ini dikenal yang dengan ‘Gwada-negatif’.

    Penemuan ini dimulai saat plasma darah wanita tersebut bereaksi terhadap setiap sampel donor potensial yang diuji, termasuk dari saudara kandungnya sendiri. Akibatnya, mustahil menemukan donor yang cocok untuknya.

    Proses Mengungkap Golongan Darah Terlangka

    Untuk mengungkap misteri ketidakcocokan darah wanita itu, para ilmuwan beralih ke analisis genetik mutakhir. Ini dilakukan dengan menggunakan pengurutan eksom utuh, sebuah teknik yang memeriksa lebih dari 20 ribu gen manusia. Sampai akhirnya, menemukan mutasi pada gen yang disebut PIGZ.

    Gen ini menghasilkan enzim yang bertanggung jawab untuk menambahkan gula tertentu ke molekul penting pada membran sel. Dikutip dari Science Alert, gula yang hilang mengubah struktur molekul pada permukaan sel darah merah.

    Perubahan ini menciptakan antigen baru, fitur kunci yang mendefinisikan golongan darah, yang menghasilkan klasifikasi yang sangat baru, yaitu Gwada-positif (memiliki antigen) atau negatif (kekurangan antigen).

    Dengan menggunakan teknologi penyuntingan gen, tim mengonfirmasi penemuan mereka dengan menciptakan kembali mutasi tersebut di laboratorium. Jadi, sel darah merah dari semua donor darah yang diuji adalah Gwada-positif dan pasien Guadeloupe tersebut adalah satu-satunya orang yang diketahui Gwada-negatif di dunia.

    Implikasi dari penemuan ini melampaui transfusi darah. Pasien tersebut mengalami kondisi disabilitas intelektual ringan.

    Tragisnya, pasien itu kehilangan dua bayi saat lahir. Ini mungkin terkait dengan mutasi genetik langka yang dimilikinya.

    Enzim yang diproduksi oleh gen PIGZ beroperasi pada tahap akhir pembentukan molekul kompleks yang disebut GPI atau glikosilfosfatidilinositol.

    Dari penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa orang dengan defek pada enzim lain yang dibutuhkan untuk perakitan GPI dapat mengalami masalah neurologis, mulai dari keterlambatan perkembangan hingga kejang. Bayi yang lahir meninggal juga umum terjadi pada wanita dengan kelainan bawaan ini.

    Meskipun pasien tersebut merupakan satu-satunya orang di dunia yang memiliki golongan darah langka ini, kondisi neurologis termasuk keterlambatan perkembangan, disabilitas intelektual, dan kejang telah ditemukan pada orang lain dengan defek pada enzim yang dibutuhkan sebelumnya dalam jalur perakitan GPI.

    Penemuan Gwada menyoroti keajaiban sekaligus tantangan keragaman genetik manusia. Golongan darah berevolusi sebagian sebagai perlindungan terhadap penyakit menular, seperti bakteri, virus, dan parasit menggunakan molekul golongan darah sebagai titik masuk ke dalam sel.

    Ini berarti golongan darah manusia dapat mempengaruhi kerentanannya terhadap penyakit tertentu.

    Namun, kelangkaan yang ekstrem pada golongan darah ini menciptakan dilema medis. Para peneliti Prancis mengakui bahwa mereka tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi jika darah yang tidak cocok dengan golongan darah Gwada ditransfusikan ke wanita Guadeloupe tersebut.

    Bahkan, jika ada orang lain yang negatif terhadap golongan darah Gwada, mereka akan sulit ditemukan. Belum jelas juga apakah mereka bisa menjadi donor darah.

    Realitas ini mengarah pada solusi futuristik, yakni sel darah yang ditumbuhkan di laboratorium. Para ilmuwan telah berupaya menumbuhkan sel darah merah dari sel punca yang dapat dimodifikasi secara genetik agar sesuai dengan golongan darah yang sangat langka.

    Dalam kasus Gwada, para peneliti dapat menciptakan sel darah merah negatif Gwada secara artifisial dengan memutasi gen PIGZ.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Langka! Golongan Darah P Ditemukan di China”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/naf)

  • Raja Charles Dilaporkan Alami Pecah Pembuluh Darah di Mata, Terkait Kanker?

    Raja Charles Dilaporkan Alami Pecah Pembuluh Darah di Mata, Terkait Kanker?

    Jakarta

    Raja Charles terlihat muncul di publik saat kunjungannya ke Prancis pada Selasa 8 Juli 2025. Kedatangannya disambut oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron dan istrinya, Brigitte, di Windsor.

    Namun, banyak yang mulai curiga dengan kondisi mata kanan Raja Charles yang tampak merah. Diketahui, saat ini ia masih menjalani perawatan untuk jenis kanker yang dirahasiakan.

    Sebuah sumber dari istana mengatakan pada Fox News bahwa Raja Charles mengalami pecahnya pembuluh darah di salah satu matanya. Mereka mencatat bahwa hal itu tidak terkait dengan kondisi kesehatan lain, termasuk pengobatan kankernya yang diidapnya sejak 2024.

    Selama kunjungannya itu, Raja Charles tampak tidak merasakan ketidaknyamanan apapun. Ia menjalankan tugas kerajaannya sesuai dengan rencana, menjamu Presiden dan Ibu Negara Macron di Kastil Windsor dengan upacara penghormatan penuh.

    Dikutip dari Mayo Clinic, pecahnya pembuluh darah atau perdarahan subkonjungtiva biasanya tidak berbahaya dan mirip dengan memar pada kulit. Kondisi ini dapat disebabkan oleh bersin atau batuk yang kuat.

    Meski tampak mengkhawatirkan, kondisi ini akan hilang dengan sendirinya dalam satu hingga dua minggu.

    Sumber sebelumnya mengatakan bahwa raja telah bertekad untuk melanjutkan tugas-tugasnya dan juga tetap memperhatikan kesehatannya.

    “Hal yang Anda pelajari tentang penyakit ini adalah Anda hanya perlu mengelolanya, dan itulah yang ia (Raja Charles) lakukan,” kata seorang ajudan kerajaan baru-baru ini soal perawatan kesehatan Raja Charles yang sedang berjalan.

    “Ilmu kedokteran telah membuat kemajuan luar biasa, dan saya sungguh tidak melihat perbedaan apapun dalam dirinya. Selama Anda hanya melakukan apa yang dokter katakan, jalani hidup Anda senormal mungkin. Itulah yang dilakukannya (Raja Charles),” tuturnya.

    (sao/kna)

  • Mengapa Trump Begitu Takut pada BRICS?

    Mengapa Trump Begitu Takut pada BRICS?

    Jakarta

    Presiden AS Donald Trump kembali mempertegas sikap kerasnya terhadap BRICS, aliansi negara-negara berkembang dengan ekonomi besar seperti Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan. Ia memperingatkan bahwa dorongan kelompok ini untuk melemahkan dominasi dolar AS mengancam supremasi ekonomi Amerika.

    Bertepatan dengan pertemuan tahunan para pemimpin BRICS di Rio de Janeiro, Trump pada Minggu (05/7) bersumpah akan memberlakukan tambahan tarif sebesar 10 persen terhadap negara manapun yang mendukung kebijakan “anti-Amerika” dari blok tersebut. Ancaman itu menambah tekanan di tengah tarif-tarif lain yang sudah diterapkan atau masih direncanakan.

    Penangguhan tarif selama 90 hari yang diberlakukan pemerintahan Trump akan berakhir pada Rabu (9/7). Menurut Gedung Putih, surat pemberitahuan soal tarif impor baru sudah dikirim ke puluhan negara.

    Ancaman terbaru Trump memang lebih kecil dibanding ancaman tarif 100 persen yang ia lontarkan pada Januari lalu terhadap negara-negara yang ia anggap “bermain-main dengan dolar”. Namun ia tetap bersikeras bahwa posisi dolar sebagai mata uang cadangan dunia harus dipertahankan.

    Dalam satu dekade terakhir, BRICS telah tumbuh dari empat menjadi sepuluh anggota, termasuk Indonesia yang bergabung pada Januari. Arab Saudi juga tercantum sebagai anggota, meskipun hingga kini belum secara resmi mengonfirmasi statusnya. BRICS juga memiliki sembilan negara mitra, dan puluhan negara lainnya berada dalam antrean untuk masuk.

    Blok ini sering disebut sebagai alternatif G7 versi Cina, dan kini mencakup seperempat ekonomi global serta hampir separuh populasi dunia.

    Diversifikasi dari dolar, tapi belum ada pengganti yang nyata

    Dalam beberapa waktu terakhir, BRICS semakin gencar mendorong perdagangan antaranggota menggunakan mata uang lokal, sebagai upaya mengurangi ketergantungan pada dolar.

    Setelah terkena sanksi dan tarif dari Barat, Rusia dan Cina memimpin gerakan yang disebut dedolarisasi. Keduanya telah menyelesaikan sejumlah transaksi energi menggunakan rubel dan yuan. Sementara itu, India sejak 2023 membayar minyak murah dari Rusia dalam yuan, rubel, bahkan dirham dari Uni Emirat Arab.

    “India bersama Brasil mencoba menyeimbangkan narasi anti-Barat dari BRICS yang saat ini didominasi Cina dan Rusia,” ujar Garcia-Herrero, yang juga menjabat Kepala Ekonom Asia Pasifik di bank investasi Prancis, Natixis.

    Situs resmi BRICS mencatat bahwa dari total perdagangan global senilai sekitar 33 triliun dolar AS (sekitar Rp537,9 kuadriliun) pada 2024, hanya sekitar 3 persen atau 1 triliun dolar (sekitar Rp16,3 kuadriliun) yang berasal dari perdagangan antar-anggota BRICS.

    “Mayoritas perdagangan dunia masih diselesaikan menggunakan dolar dan mata uang utama lainnya,” kata ekonom Herbert Poenisch kepada DW. “Butuh waktu dan kerja keras untuk menggulingkan dominasi itu.”

    Dolar AS masih digunakan dalam 90 persen transaksi global dan menyumbang 59 persen dari cadangan devisa dunia. Karena itu, sejumlah ekonom menilai dedolarisasi masih merupakan ancaman jangka panjang yang belum terlalu mendesak.

    Mereka percaya bahwa setiap alternatif dari BRICS akan terganjal oleh kontrol modal terhadap yuan, volatilitas rubel, dan keraguan sejumlah anggota untuk benar-benar meninggalkan dolar.

    BRICS tumbuh cepat tapi belum menghasilkan capaian berarti

    Dengan bergabungnya Mesir, Ethiopia, Iran, Uni Emirat Arab, dan Indonesia, serta makin dekatnya negara-negara mitra baru seperti Aljazair dan Malaysia, BRICS jelas sedang berada dalam fase ekspansi cepat.

    Banyak negara tertarik bergabung karena alasan praktis: mereka ingin dunia yang lebih multipolar dan tidak sepenuhnya dikuasai negara-negara Barat. BRICS dianggap bisa memperkuat posisi negara-negara Belahan Bumi Selatan (Global South) di kancah internasional.

    Negara-negara yang khawatir terkena sanksi Barat seperti Iran dan Rusia berharap BRICS dapat membantu melindungi perekonomian mereka lewat BRICS Pay dan BRICS Bridge, dua sistem yang dirancang sebagai alternatif sistem pembayaran Barat seperti SWIFT.

    Sementara itu, negara-negara seperti Ethiopia dan Mesir berharap mendapat akses pembiayaan pembangunan tanpa syarat politik yang biasa melekat dalam bantuan dari negara Barat. Namun, ancaman terbaru dari Trump bisa membuat mereka berpikir ulang.

    “Sekarang, bergabung dengan BRICS jadi punya konsekuensi,” kata Garcia-Herrero kepada DW. “Itu bisa membuat sebagian negara, terutama yang berpendapatan rendah, jadi ragu.”

    Meski jumlah anggota meningkat dan janji-janji ambisius terus diumbar, BRICS masih kesulitan mewujudkan agenda-agenda besarnya. Blok ini tidak memiliki struktur kelembagaan yang solid dan masih terbelah oleh konflik geopolitik internal, terutama antara India dan Cina.

    Upaya membangun institusi keuangan tandingan juga masih berjalan hati-hati dan dalam skala terbatas. New Development Bank (NDB), yang disebut sebagai penantang Bank Dunia, sejauh ini baru menyetujui pinjaman sebesar 39 miliar dolar (sekitar Rp635,7 triliun). Sebagai perbandingan, Bank Dunia telah menggelontorkan pinjaman lebih dari 1 triliun dolar (sekitar Rp16,3 kuadriliun).

    Para pemimpin BRICS mulai menyadari bahwa memperluas keanggotaan tidak otomatis memperluas pengaruh. Tanpa visi strategis yang jelas, koordinasi yang lebih erat, dan solusi yang nyata, sejumlah pengamat menilai BRICS berisiko menjadi sekadar klub simbolik daripada kekuatan yang mampu mengubah sistem global.

    “Trump seharusnya belum perlu terlalu khawatir,” ujar Poenisch. “BRICS masih dalam tahap awal, dan menjembatani berbagai perbedaan prioritas di antara para anggotanya akan sangat sulit.”

    Perbedaan ideologis sulit dijembatani

    Meskipun terdapat banyak perbedaan, para pemimpin BRICS tetap mengambil sikap tegas terhadap kebijakan tarif Trump saat pertemuan di Brasil. Dalam deklarasi yang dirilis pada Senin 07/6), para pemimpin mengecam sanksi sepihak dan tarif proteksionis meski tidak menyebut nama Trump secara langsung. Mereka memperingatkan bahwa kebijakan semacam itu “mendistorsi perdagangan global” dan melanggar aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

    Awalnya hanya forum ekonomi, agenda BRICS kini juga mencakup isu-isu seperti tata kelola kecerdasan buatan (AI), perubahan iklim, dan kesehatan global. Mereka juga mengecam konflik-konflik bersenjata.

    Deklarasi tersebut menyebut serangan terhadap Iran bulan lalu sebagai “pelanggaran hukum internasional”, tanpa menyebut AS atau Israel. Mereka juga menegaskan kembali dukungan terhadap kemerdekaan Palestina dan mengecam penggunaan “kelaparan sebagai senjata” di Gaza.

    Deklarasi itu tidak mengkritik Rusia secara langsung namun mencerminkan kehati-hatian karena Rusia adalah anggota penuh. Namun, mereka mengecam serangan Ukraina terhadap infrastruktur di wilayah Rusia dan menyerukan “penyelesaian damai yang berkelanjutan”.

    Para pemimpin BRICS juga kembali menyatakan komitmen mereka terhadap multilateralisme, penghormatan terhadap hukum internasional, serta reformasi Dewan Keamanan PBB, termasuk dukungan agar Brasil, India, dan satu negara Afrika mendapat kursi tetap.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Rivi Satrianegara

    Editor: Prhardani Purba dan Rahka Susanto

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • ‘Neraka Bocor’ Eropa Makan Korban 2.300 Jiwa, Suhu Tembus Rekor Segini

    ‘Neraka Bocor’ Eropa Makan Korban 2.300 Jiwa, Suhu Tembus Rekor Segini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Gelombang panas ekstrem yang melanda Eropa Barat antara akhir Juni hingga awal Juli 2025 menewaskan sekitar 2.300 orang di 12 kota besar. Analisis ilmiah cepat yang dirilis pada Rabu (9/7/2025) menyebut bahwa sekitar 1.500 kematian atau dua pertiga dari total tersebut dapat dikaitkan langsung dengan dampak perubahan iklim akibat ulah manusia.

    Studi lintas institusi yang dilakukan oleh para peneliti dari Imperial College London, London School of Hygiene and Tropical Medicine, serta lembaga penelitian dari Belanda, Denmark, dan Swiss itu menyoroti bahwa suhu ekstrem yang terjadi dalam periode 23 Juni hingga 2 Juli 2025 mencapai lebih dari 40°C di berbagai wilayah, termasuk Spanyol, Prancis, dan Italia. Di Prancis, kebakaran hutan besar juga terjadi selama periode tersebut.

    “Perubahan iklim telah membuat suhu jauh lebih tinggi dari seharusnya, dan itu sangat berbahaya,” ujar Dr. Ben Clarke dari Imperial College London, salah satu peneliti utama dalam studi ini, dilansir Reuters.

    Ia menambahkan bahwa bagi sebagian masyarakat, cuaca panas mungkin terasa wajar, namun bagi kelompok rentan seperti lansia, anak-anak, dan pekerja luar ruangan, kondisi itu bisa berujung fatal.

    Para peneliti membandingkan kondisi saat ini dengan skenario dunia tanpa pemanasan global akibat emisi gas rumah kaca dari pembakaran bahan bakar fosil. Hasilnya, mereka menemukan bahwa suhu saat gelombang panas ini bisa 2 hingga 4 derajat Celsius lebih rendah jika tidak ada perubahan iklim akibat manusia.

    “Tambahan dua hingga empat derajat itu bisa menjadi perbedaan antara hidup dan mati bagi ribuan orang,” kata Garyfallos Konstantinoudis, dosen di Imperial College London yang juga tergabung dalam tim penelitian.

    Adapun studi ini melibatkan 12 kota besar termasuk Paris, London, Madrid, Barcelona, dan Milan-yang semuanya memiliki populasi gabungan lebih dari 30 juta jiwa. Analisis menunjukkan bahwa perubahan iklim telah meningkatkan suhu di kota-kota tersebut hingga 4 derajat Celcius lebih panas dari kondisi normal.

    Kondisi ini memperparah efek gelombang panas, terutama di kawasan perkotaan yang dikenal mengalami fenomena “pulau panas” karena permukaan beton dan aspal menyerap panas dan menahan suhu lebih lama.

    Selain itu, Copernicus Climate Change Service (C3S), lembaga iklim Uni Eropa, mencatat bahwa sebagian besar wilayah Eropa selatan mengalami “malam tropis”, yaitu malam hari di mana suhu tidak cukup turun untuk memungkinkan tubuh pulih dari paparan panas di siang hari.

    Kematian yang Tak Tercatat Resmi

    Studi ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar kematian terkait panas biasanya tidak tercatat secara resmi, karena banyak yang terjadi secara diam-diam di rumah atau fasilitas kesehatan. Oleh karena itu, para ilmuwan menggunakan model epidemiologi dan data historis kematian untuk memperkirakan angka korban secara ilmiah.

    “Kematian terkait panas sering kali luput dari perhatian publik. Mereka adalah ‘pembunuh diam-diam’,” tambah Konstantinoudis, dilansir AFP.

    Copernicus juga menyebutkan bahwa Juni 2025 merupakan bulan Juni terpanas ketiga secara global, hanya kalah dari tahun 2023 dan 2024. Namun untuk wilayah Eropa Barat, bulan tersebut menjadi yang terpanas sepanjang sejarah pencatatan. Sekolah, tempat wisata, hingga aktivitas luar ruangan banyak dihentikan sebagai respons terhadap kondisi ekstrem tersebut.

    Dalam laporan tahun lalu, para peneliti memperkirakan bahwa sekitar 61.000 orang meninggal dunia akibat gelombang panas di Eropa selama musim panas 2022. Angka tinggi ini menunjukkan bahwa langkah-langkah mitigasi dan adaptasi terhadap cuaca ekstrem masih sangat kurang.

    “Di dunia yang semakin memanas, gelombang panas akan menjadi lebih sering, lebih parah, dan berdampak pada lebih banyak orang,” kata Samantha Burgess, pemimpin strategi iklim di Copernicus.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Jumlah Kematian Pengidap COVID-19 di Indonesia Selama Masa Pandemi

    Jumlah Kematian Pengidap COVID-19 di Indonesia Selama Masa Pandemi

    Jakarta

    Pandemi COVID-19 sempat menjadi permasalahan besar dunia. Selain memengaruhi sistem pelayanan medis, pandemi yang pertama kali muncul di awal 2020 tersebut juga menelan korban jiwa yang tidak sedikit.

    Hal tersebut juga dialami oleh Indonesia. Selama masa pandemi, ada jutaan orang yang menjadi pasien, dan tak sedikit juga yang meninggal dunia. Bagaimana situasi pandemi COVID-19 di Indonesia?

    Kasus COVID-19 di RI

    Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sampai tahun 2025 Indonesia mencatatkan total kasus positif COVID-19 hingga 6.830.274 kasus. Ini menempatkan Indonesia di peringkat 20 dengan kasus COVID-19 terbanyak di dunia.

    Sedangkan untuk angka kematian akibat COVID-19 di RI sampai tahun 2025, tercatat ada 162.059 kasus. Ini menempatkan Indonesia di peringkat 11 dengan angka kematian akibat COVID-19 terbanyak di dunia.

    Kondisi COVID-19 di Negara-negara Asia Tenggara

    Jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara, Indonesia menduduki peringkat pertama dengan kasus kematian akibat COVID-19 terbanyak. Pada peringkat kedua ada Filipina dengan 66.864 kasus kematian, lalu ada Vietnam dengan 43.206 kematian.

    Berikut ini rincian lengkapnya:

    Indonesia – 162.059 kematian dari 6.830.274 kasus.Filipina – 66.864 kematian dari 4.140.383 kasus.Vietnam – 43.206 kematian dari 11.624.000 kasus.Malaysia – 37.351 kematian dari 5.329.836 kasus.Thailand – 34.871 kematian dari 5.247.981 kasus.Myanmar – 19.494 kematian dari 643.349 kasus.Kamboja – 3.056 kematian dari 139.326 kasus.Singapura – 2.024 kematian dari 3.006.155 kasus.Brunei – 182 kematian dari 350.550 kasus.Laos – 671 kematian dari 219.060 kasus.

    Harus Tetap Waspada

    Kasus harian dan efek dari infeksi COVID-19 sudah jauh menurun bila dibandingkan semasa pandemi. Spesialis paru dr Erlang Samoedro, SpP(K) menuturkan infeksi COVID-19 saat ini sebenarnya lebih mirip dengan flu musiman.

    Gejalanya cenderung lebih ringan lantaran daya tahan tubuh masyarakat jauh lebih baik setelah vaksinasi diberikan.

    “Karena ini sudah dianggap ringan, jadi kita ya untuk kewaspadaan sendiri aja. Terutama untuk orang-orang yang punya komorbid, kemudian orang-orang yang punya orang tua, kemudian anak-anak itu yang rentan terhadap infeksi seperti itu,” kata dr Erlang dalam sebuah wawancara dengan detikcom.

    “Iya betul, perilaku hidup bersih sehat sama seperti COVID yang dulu, pakai masker, cuci tangan, hindari kerumunan itu aja sih,” sambungnya.

    Meski gejalanya cenderung ringan, dr Erlang mengingatkan virus COVID-19 akan selalu ada. Jangan sampai terlena dan tidak menerapkan perlindungan sama sekali, khususnya pada pengidap komorbid seperti diabetes, penyakit paru kronik, jantung, dan sebagainya.

    Infeksi COVID-19 dapat memperburuk masalah kesehatan yang sudah ada.

    “Ya, karena dia penyakitnya ringan, beberapa masyarakat menganggap itu seperti batuk pilek biasa. Ya, kita kan memang normal ya jadi terinfeksi virus seperti itu, batuk pilek dalam satu tahun bisa kena sampai beberapa kali,” tambahnya.

    “Yang jadi masalah sebenarnya, kalau pada orang-orang yang rentan. Seperti anak-anak atau bayi, balita, kemudian orang tua dan yang punya komorbid, itu kadang-kadang infeksi yang sedikit saja, yang ringan saja, itu membuat komorbidnya jadi tambah berat,” jelas dr Erlang.

    Terpisah, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI Aji Muhawarman beberapa waktu lalu mengimbau untuk vaksinasi booster. Vaksin booster sangat disarankan untuk kelompok-kelompok rentan seperti lansia, orang dengan imunitas rendah, serta orang dengan komorbid atau penyerta.

    Jumlah vaksin gratis yang disediakan saat ini sudah sangat terbatas. Di luar program pemerintah, vaksin COVID-19 masih bisa didapatkan secara mandiri dengan kisaran harga Rp 200 ribuan.

    “Gratis di fasilitas kesehatan seperti puskesmas. Tetapi jumlahnya sudah terbatas,” tutur Aji beberapa waktu lalu.

    Daftar Negara dengan Kasus COVID-19 Terbanyak

    Berikut ini 10 negara dengan kasus COVID-19 terbanyak di dunia:

    Amerika Serikat – 103 juta kasus.China – 99,4 juta kasus.India – 45,1 juta kasus.Prancis – 39 juta kasus.Jerman – 38,4 juta kasus.Brasil – 37,7 juta kasus.Korea Selatan – 34,6 juta kasus.Jepang – 33,8 juta kasus.Italia – 27 juta kasus.Britania Raya – 25,1 juta kasus.

    Berikut ini 10 negara dengan angka kematian COVID-19 terbanyak di dunia:

    Amerika Serikat – 1,2 juta kasus kematian.Brasil – 703 ribu kasus kematian.India – 534 ribu kasus kematian.Rusia – 404 ribu kasus kematian.Meksiko – 335 ribu kasus kematian.Britania Raya – 232 ribu kasus kematian.Peru – 221 ribu kasus kematian.Italia – 199 ribu kasus kematian.Jerman – 175 ribu kasus kematian.Prancis – 168 ribu kasus kematian.

    (avk/tgm)

  • Presiden Macron tiba di Inggris untuk kunjungan kenegaraan

    Presiden Macron tiba di Inggris untuk kunjungan kenegaraan

    Selasa, 8 Juli 2025 23:36 WIB

    Presiden Prancis Emmanuel Macron bersama Raja Inggris Charles memeriksa Pasukan Kehormatan di Kastil Windsor saat kunjungan kenegaraan di Windsor, Inggris, Senin (8/7/2025). ANTARA FOTO/REUTERS/Dylan Martinez/rwa.

    Raja Inggris Charles berbincang dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron saat menghadiri upacara penyambutan di Kastil Windsor, Inggris, Senin (8/7/2025). ANTARA FOTO/REUTERS/Dylan Martinez/rwa.

    Presiden Prancis Emmanuel Macron (tengah) bersama istri Brigitte Macron mengunjungi Westminster Abbey di London, Inggris, Senin (8/7/2025). ANTARA FOTO/REUTERS/Chris J.Ratcliffe/rwa.

    Pangeran William (ketiga kiri) dan Putri Wales Catherine (kanan) menyambut Presiden Prancis Emmanuel Macron (kiri) dan istrinya Brigitte Macron (kedua kanan) setibanya di RAF Northolt, London, Inggris, Senin (8/7/2025). ANTARA FOTO/REUTERS/Gonzalo Fuentes/rwa.

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • China Bagi-bagi Angpao Buat Warganya yang Mau Punya Anak, Bakal Dapat Segini

    China Bagi-bagi Angpao Buat Warganya yang Mau Punya Anak, Bakal Dapat Segini

    Jakarta

    Pemerintah China saat ini tengah dihadapkan dengan krisis demografi akibat angka kelahiran yang terus merosot. Mengatasi hal ini, pemerintah berencana akan memberikan uang insentif sebesar 3.600 yuan atau sekitar Rp 8,1 juta per anak per tahun.

    Dikutip dari Newsweek, insentif tersebut akan diberikan oleh pemerintah kepada bayi yang lahir pada atau setelah 1 Januari 2025, hingga mereka berusia tiga tahun.

    Kebijakan ini mendapatkan banyak respons dari para ahli, termasuk Michelle Lam, ekonom Prancis Societe Generale yang menyebut ini merupakan langkah awal yang menandakan bahwa pemerintah China melangkah di jalan yang benar.

    “(Subsidi pemerintah pusat) memang kecil, tetapi menandakan perubahan pola pikir dan membuka jalan bagi stimulus lebih lanjut di masa mendatang. Ini langkah ke arah yang benar,” kata Lam kepada Bloomberg.

    Sebelumnya, China telah mengakhiri kebijakan satu anak sejak 2016, namun angka kelahiran masih terus turun selama tujuh tahun terakhir. Pada tahun 2024, rasio kelahiran naik tipis dari 1,0 menjadi 1,2 kelahiran per wanita, namun masih jauh dari ambang batas pengganti generasi (replacement rate) sebesar 2,1.

    Tunjangan nasional ini mengikuti jejak beberapa subsidi lokal yang lebih dulu diterapkan, meskipun sebagian besar hanya menyasar anak kedua atau ketiga. Salah satu contoh sukses terjadi di kota Tianmen, Provinsi Hubei, yang mencatat lonjakan kelahiran setelah pemberian insentif.

    “Kasus Tianmen membuktikan bahwa insentif tunai membuat perbedaan. Jika subsidi melahirkan tidak berpengaruh, itu karena subsidi tersebut terlalu kecil dan perlu ditingkatkan,” tulis He Yafu, demografer independen, melalui akun WeChat.

    Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memproyeksikan bahwa populasi China yang saat ini sekitar 1,4 miliar orang, dapat menyusut hingga di bawah 800 juta pada tahun 2.100 jika resesi seks terus berlanjut.

    (dpy/kna)