Negara: Prancis

  • Trump Ingin Rusia Kembali Gabung G7

    Trump Ingin Rusia Kembali Gabung G7

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menginginkan Rusia kembali bergabung dengan negara-negara kelompok 7 atau G7. Rusia diketahui dikeluarkan kelompok itu atas serangannya kepada Ukraina.

    Dilansir CNN, Jumat (14/2/2025), keinginan Trump ini Sudan disampaikan ketika dia kembali memimpin AS. Sejak Rusia melancarkan invasi besar-besaran kepada negara tetangganya, Ukraina, G7 mengubah pandangannya dengan mendukung Kyiv.

    Trump mengatakan dia ingin mengundang Presiden Rusia Vladimir Putin ke G7 dan mengembalikan kelompok itu menjadi G8. G7 adalah sebuah Konferensi Tingat Tinggi (KTT) yang melibatkan Prancis, AS, Inggris, Jerman, Jepang, dan Italia.

    “Saya ingin mendapatkannya kembali. Menurutku, membuang mereka (Rusia) adalah kesalahan. Begini, ini bukan soal suka dan tidak suka dengan Rusia. Itu adalah G8,” kata Trump.

    “Saya pikir Putin akan senang untuk kembali. Obama dan beberapa orang lainnya melakukan kesalahan, dan mereka mengeluarkan Rusia. Sangat mungkin jika itu adalah G8, Anda tidak akan mempunyai masalah dengan Ukraina,” lanjutnya.

    Diketahui, setiap perubahan pada konfigurasi G7 akan memerlukan konsensus dari para pemimpin kelompok tersebut. Oleh karena itu, perubahan susunan tidak mungkin terjadi dalam waktu dekat.

    (zap/isa)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Di Balik Obrolan Trump-Putin, Kala Eropa Tersedak Kenyataan Kalau AS Kini Bukan Lagi Penyelamat – Halaman all

    Di Balik Obrolan Trump-Putin, Kala Eropa Tersedak Kenyataan Kalau AS Kini Bukan Lagi Penyelamat – Halaman all

    Makna Obrolan Trump-Putin, Kala Eropa Tersedak Kenyataan Kalau AS Kini Bukan Lagi Guardian Angel

    TRIBUNNEWS.COM – Panggilan telepon antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, Rabu (12/2/2025) dinilai punya makna mendalam terkait realias baru hubungan AS dengan para sekutu mereka di Eropa, khususnya terkait aliansi keamanan.

    Sebagai catatan, obrolan Trump-Putin berisi rencana mereka untuk mengakhiri perang di Ukraina dan sepakat untuk bertukar kunjungan.

    Reporter senior CNN, Stephen Collinson, menganalisis, panggilan telepon antar-presiden tersebut sebagi satu di antara dua kejutan geopolitik yang akan mengubah hubungan transatlantik, merujuk pada aliansi pertahanan negara-negara Eropa, NATO.

    Satu kejutan lainnya adalah, juga pada Rabu, kepergian Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth ke Brussels dan meminta sekutu Eropa untuk “mengambil alih kepemilikan keamanan konvensional di benua itu.”

    Collinson menggarisbawahi, dua kejutan ini menggambarkan kalau AS, di bawah kendali Trump, kini punya kebijakan luar negeri dan keamanan yang cenderung tidak lagi ramah bagi para sekutunya, khususnya mereka yang tidak menghasilkan keuntungan materialistis bagi negara Paman Sam.

    “Titik balik ini menyoroti jargon ‘America First’ Trump dan kecenderungannya untuk melihat setiap isu atau aliansi sebagai proposisi nilai dolar dan sen,” kata ulasan tersebut, dikutip Kamis.

    Artinya, meminjam istilah ‘matre’ untuk menunjukkan hal yang mengutamakan sisi matrialistis, AS kini akan lebih menimbang untung-rugi dalam jalinannya terhadap negara-negara sekutunya. 

    Selain berubah ‘matre’ demi AS, sikap Trump ini juga dinilai sebagai gambaran betapa sang presiden AS tak lagi mematuhi saran-saran yang berlandaskan pada pakem lama kebijakan luar negeri Barat.

    Kebijakan luar negeri yang lazimnya dijalankan AS lazimnya bertujuan untuk melindungi kepentingan nasional, keamanan, dan kemakmuran ekonomi baik untuk AS maupun bagi negara-negara sekutunya. 

    Collinson menyebut pakem ini dengan istilah ‘mitologi’ yang sudah tidak dipakai lagi oleh Trump karena dianggap andil dalam kegagalan pada masa jabatan pertamanya di kursi presiden AS, empat tahun lalu.

    Dengan kata lain, Trump kini berfokus pada keuntungan materi dan strategis AS semata, dan untuk itu, kepentingan para sekutu tidak lagi menjadi hal utama. 

    Ilustrasi tank M1 Abram buatan AS yang disumbangkan ke Ukraina (Kementerian Pertahanan Ukraina)

    Bukan Lagi Guardian Angel

    Collinson juga menyoroti sikap AS terhadap aliansi pertahanan Eropa, NATO.
     
    “Meskipun Hegseth tetap berkomitmen membantu NATO, sesuatu yang mendasar telah berubah,” kata sang jurnalis.

    Ulasannya menyinggung soal peran besar Amerika memenangkan dua perang dunia yang dimulai di Eropa dan kemudian menjamin kebebasan benua itu dalam menghadapi ancaman Soviet.

    Namun, kata Collinson, makan siang tidak lagi gratis, dan AS meminta jatah lebih dalam porsi bagiannya.

    “Trump mengatakan di jalur kampanye bahwa ia mungkin tidak akan membela anggota aliansi yang belum cukup berinvestasi dalam pertahanan. Dengan demikian, ia menghidupkan kembali poin abadi yang dikemukakan dengan sangat fasih oleh Winston Churchill pada tahun 1940 tentang kapan “Dunia Baru, dengan segala kekuatan dan kekuasaannya” akan melangkah “untuk menyelamatkan dan membebaskan yang lama”,” kata ulasan Collinson menggambarkan paradigma baru AS terhadap hubungannya dengan negara-negara Eropa.

    Sebenarnya, tanda-tanda pemerintahan Trump ‘akan lebih matre’ dan lebih menuntut ke sekutu-sekutu AS di Eropa, sudah terlihat lebih mana.

    Namun, aksi dan pernyataan terang-terangan dari kubu Trump seperti membuat Eropa tersedak kenyataan kalau AS bukan lagi ‘Guardian Angel’ yang murah hati memberi perlindungan secara murah atau bahkan gratis.

    Terlebih, AS merasa dikerjai karena banyak negara-negara di Eropa banyak yang lebih mementingkan anggaran keperluan sosial ketimbang pertahanan.

    Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte mengatakan kepada Parlemen Eropa bulan lalu bahwa orang-orang Eropa harus menyediakan lebih banyak uang untuk militer mereka.

    “Jika Anda tidak melakukannya, ambil kursus bahasa Rusia atau pergilah ke Selandia Baru,” katanya.

    Wujud kegerahan AS atas sikap negara-negara Eropa soal anggaran pertahanan ditegaskan Hegseth.

    Ia memformalkan permintaan Trump agar anggota aliansi membelanjakan 5 persen dari PDB untuk pertahanan dan mengatakan AS akan memprioritaskan konfliknya yang semakin meningkat dengan Tiongkok dan keamanan perbatasannya daripada Eropa. 

    “Amerika Serikat tidak akan lagi menoleransi hubungan yang tidak seimbang yang mendorong ketergantungan,” kata kepala Pentagon yang baru tersebut.

    Collinson menyebut, pendekatan baru yang keras AS ini tidak seperti fantasi Trump untuk menggusur warga Palestina di Gaza untuk membangun “Riviera Timur Tengah.” 

    “Ini adalah respons rasional terhadap realitas politik yang berubah.  Generasi Terhebat yang berjuang dalam Perang Dunia II dan menghasilkan presiden yang memahami bahaya kekosongan kekuasaan di Eropa telah tiada. Setiap orang Amerika yang memiliki ingatan dewasa tentang Perang Dingin melawan Uni Soviet setidaknya berusia pertengahan 50-an,” kata dia dalam ulasannya untuk menjelaskan kalau perimbangan kekuatan dunia sudah berubah. 

    Realitasnya adalah, pesaing terkuat Amerika Serikat, China, ada di Asia, bukan Eropa. 

    “Jadi, wajar bagi Trump untuk bertanya mengapa benua itu masih belum mengambil alih pertahanan dirinya sendiri 80 tahun setelah kekalahan Nazi,” kata ulasan tersebut mencermati cara pandang Trump yang memandang NATO terlalu bergantung ke AS.

    “Presiden Amerika dan pemimpin Eropa (dalam beberapa dekade belakanan) berturut-turut telah gagal memikirkan kembali NATO untuk abad ke-21. Jika melihat ke belakang, aliansi transatlantik itu membuat dirinya sangat rentan terhadap presiden Amerika yang paling transaksional dan nasionalis (Trump) sejak abad ke-19,” sambung ulasan tersebut.

    Tulisan itu dimaksudkan untuk menohok NATO yang cenderung mengandalkan AS untuk maju bertempur, sedangkan mereka ‘asyik’ memikirkan negara masing-masing.

    Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio mengusulkan dalam sebuah wawancara baru-baru ini di “The Megyn Kelly Show” di Sirius XM bahwa AS seharusnya tidak menjadi “ujung tombak” keamanan Eropa, tetapi justru sebagai “back stopper”, beking di belakang.

    Rubio menegur negara-negara besar Eropa. “Ketika Anda bertanya kepada mereka, mengapa Anda tidak bisa menghabiskan lebih banyak uang untuk keamanan nasional, argumen mereka adalah karena itu akan mengharuskan kita melakukan pemotongan pada program kesejahteraan, tunjangan pengangguran, agar bisa pensiun pada usia 59 tahun dan semua hal lainnya,” kata Rubio. 

    “Itu pilihan yang mereka buat. Tapi kita mensubsidi itu?”

    Perlakuan Trump terhadap sekutu seperti Kanada dan Meksiko, serta seruannya agar Denmark menyerahkan Greenland, menunjukkan rasa jijiknya terhadap kebijakan luar negeri multilateral AS di masa lalu. 

    Ia selalu memuji Putin dan Presiden China Xi Jinping atas kecerdasan dan kekuatan mereka. Jelas ia menganggap mereka satu-satunya lawan bicara yang layak bagi pemimpin tangguh dari negara adidaya lainnya, Amerika Serikat.

    “Agenda Trump bukan tentang keamanan Eropa: ia berpendapat bahwa AS tidak perlu membayar keamanan Eropa,” kata Nicholas Dungan, pendiri dan CEO CogitoPraxis, konsultan strategis di Den Haag.

    “Ini bukan era baru hubungan transatlantik, melainkan era baru hubungan negara-negara besar global yang menggantikan struktur kelembagaan tatanan internasional liberal yang disengaja.”

    PRESIDEN ZELENSKY – Foto yang diambil dari laman President.gov.ua tanggal 5 Februari 2025 menunjukkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Presiden Ukraina nyatakan kesiapannya untuk berunding dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin. (President.gov.ua)

    Kabar Buruk Bagi Ukraina

    Ujian pertama realitas baru AS-Eropa ini akan datang melalui Ukraina.

    Trump mengatakan kalau negosiasi untuk mengakhiri perang Ukraina akan dimulai “segera” setelah panggilan teleponnya dengan Putin.

    Perlu dicatat, Putin adalah sosok yang telah dikucilkan oleh Barat sejak invasi militer Rusia ke Ukraina, sebuah negara demokrasi berdaulat, tiga tahun lalu.

    Obrolan Trump-Putin ini tidak menyertakan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, sebuah tanda yang mengkhawatirkan bagi pemerintah di Kyiv. 

    Selama ini, Zelensky berada di pusat (prioritas) semua hal yang dilakukan pemerintahan Joe Biden dalam perang tersebut. 

    “Trump memang menelepon Zelensky pada hari Rabu, tetapi presiden Amerika tersebut sudah memicu kekhawatiran bahwa dia akan menyusun resolusi yang menguntungkan Rusia,” kata ulasan tersebut. 

    Ketika ditanya oleh seorang reporter apakah Ukraina akan menjadi mitra yang setara dalam perundingan damai, Trump menjawab: “Itu pertanyaan yang menarik,” dan tampak berpikir dengan hati-hati, sebelum menjawab, “Saya katakan itu bukan perang yang baik untuk dilakukan,”.

    Ucapan Trump ini tampaknya menunjukkan kalau dia mempercayai pernyataan Putin kalau konflik tersebut adalah ‘kesalahan sebuah negara yang secara brutal diserbu oleh negara tetangga yang otoriter.’

    Pernyataan Hegseth juga terus terang menyudutkan posisi Ukraina dalam konfliknya dengan Rusia.

    “Ia memaparkan titik awal AS untuk negosiasi tersebut: Ukraina tidak dapat kembali ke perbatasannya sebelum tahun 2014 sebelum invasi Krimea, Ukraina tidak dapat bergabung dengan NATO, dan pasukan AS tidak akan berperan dalam pasukan keamanan apa pun untuk menjamin perdamaian pada akhirnya,” kata laporan tersebut. 

    Pasukan penjaga perdamaian apa pun harus terdiri dari pasukan Eropa dan non-Eropa dan tidak akan tercakup dalam klausul pertahanan bersama NATO — yang berarti AS tidak bisa campur tangan menyelamatkan aliansi ini jika terjadi bentrokan dengan pasukan Moskow.

    Sebagai catatan, mantan Presiden Joe Biden juga enggan membahas kemungkinan Ukraina mendapatkan keanggotaan NATO, karena khawatir akan terjadi bentrokan dengan Rusia yang memiliki senjata nuklir yang dapat berubah menjadi Perang Dunia III. 

    “Dan desakan Trump bahwa pasukan penjaga perdamaian Eropa tidak akan mengenakan seragam NATO akan dilihat sebagai langkah yang sama bijaksananya oleh banyak pengamat untuk menghindari menyeret AS ke dalam konflik dengan Rusia,” papar ulasan tersebut

    Namun, Rabu juga merupakan hari terbaik bagi Putin sejak invasi, karena hari itu menyapu bersih banyak ‘mimpi’ yang diperjuangkan Ukraina dalam perangnya dengan Rusia. 

    Hegseth berpendapat bahwa ia hanya mengutarakan kenyataan yang ada di lapangan.

    “Dan ia ada benarnya. Tidak seorang pun di AS atau Eropa berpikir waktu dapat diputar kembali ke tahun 2014. Dan Ukraina tidak dapat merebut kembali wilayahnya di medan perang meskipun mendapat bantuan miliaran dolar dari Barat,” papar ulasan tersebut.

    “Namun, dengan menyingkirkan isu-isu tersebut dari meja perundingan, Trump, yang seharusnya menjadi pembuat kesepakatan tertinggi, telah merampas kesempatan Ukraina untuk mendapatkan konsesi dari teman lamanya, Putin,” kata ulasan tersebut. 

    “Seperti yang terjadi saat ini, Trump tampaknya tidak keberatan Rusia mempertahankan hasil rampasan invasi yang tidak beralasan itu,” lanjut tulisan tersebut.

    Sikap AS terhadap negosiasi yang cenderung menguntungkan Rusia ini dinilai bukan hal yang mengejutkan.

    “Sebab, seperti Rusia, Amerika sekarang memiliki presiden yang percaya bahwa negara-negara besar berhak melakukan ekspansionisme di wilayah pengaruh regional mereka. Namun, memberi Rusia penyelesaian yang menguntungkan akan menjadi preseden yang buruk,” kata ulasan tersebut.

    Kemesraan yang Mengerikan

    Panggilan telepon AS-Rusia dan pertemuan puncak mendatang dengan Putin di Arab Saudi, yang menurut Trump akan segera terjadi, bisa jadi kode kalu Trump tidak hanya mengeluarkan Zelensky dari kesepakatan – tetapi Eropa juga.

    Dalam sebuah pernyataan, Prancis, Jerman, Polandia, Italia, Spanyol, Uni Eropa, Komisi Eropa, ditambah Inggris dan Ukraina, memperingatkan kalau “Ukraina dan Eropa harus menjadi bagian dari setiap negosiasi.”

    Dan mereka memperingatkan Trump, yang tampaknya menginginkan kesepakatan damai dengan cara apa pun, bahwa “perdamaian yang adil dan abadi di Ukraina merupakan syarat yang diperlukan untuk keamanan transatlantik yang kuat.”

    Mantan Perdana Menteri Swedia Carl Bildt merasa khawatir dengan panggilan telepon yang mesra antara Trump dan Putin. 

    “Yang mengganggu tentu saja adalah kita memiliki dua orang besar, dua ego besar… yang percaya bahwa mereka dapat mengatur semua masalah sendiri,” katanya kepada Richard Quest di CNN International.

    Bildt membangkitkan analogi sejarah yang paling memberatkan yang mungkin terjadi — peredaan Adolf Hitler oleh Inggris yang memungkinkan Nazi untuk mencaplok Sudetenland.

    “Bagi telinga orang Eropa, ini terdengar seperti Munich. Kedengarannya seperti dua pemimpin besar yang menginginkan perdamaian di zaman kita, (atas) negara yang jauh yang tidak mereka ketahui. Mereka sedang mempersiapkan untuk membuat kesepakatan di atas kepala negara tertentu. Banyak orang Eropa tahu bagaimana film itu berakhir.”

    Strategi Trump Masih belum Jelas

    Hancurnya banyak keinginan dan harapan Zelensky berarti bahwa persetujuan Kyiv terhadap kesepakatan Putin-Trump tidak dapat dianggap remeh. 

    Dan setelah kemenangannya yang stabil di medan perang, tidak ada kepastian bahwa pemimpin Rusia itu sangat menginginkan penyelesaian yang cepat seperti Trump, yang telah lama mendambakan Hadiah Nobel Perdamaian.

    Namun, kerangka penyelesaian yang memungkinkan telah menjadi topik pembicaraan pribadi di Washington dan ibu kota Eropa selama berbulan-bulan, bahkan selama pemerintahan Biden.

    Seperti yang dijelaskan Hegseth, harapan Ukraina untuk mendapatkan kembali semua tanahnya yang hilang tidaklah realistis.

    Yang mungkin muncul adalah solusi yang sejalan dengan pemisahan Jerman setelah Perang Dunia II, dengan wilayah yang diduduki Rusia dibekukan di bawah kendalinya sementara wilayah Ukraina lainnya — di sisi lain perbatasan yang keras — tetap menjadi negara demokrasi.

    Mungkin wilayah barat akan diizinkan untuk bergabung dengan Uni Eropa, seperti Jerman Barat lama. Namun kali ini, pasukan AS tidak akan membuatnya aman untuk kebebasan.

    “Posisi AS terhadap Ukraina sebagaimana diutarakan hari ini seharusnya tidak mengejutkan siapa pun di Eropa: itu hanyalah apa yang telah dikatakan oleh orang dalam Eropa kepada saya secara rahasia, di saluran rahasia, di balik layar selama dua tahun: Ukraina Barat dan Ukraina Timur, seperti Jerman Barat dan Jerman Timur, tetapi dalam kasus ini – Uni Eropa Ya, NATO Tidak,” kata Dungan.

    “Solusi semacam itu akan memunculkan ironi sejarah yang kejam. Putin, yang menyaksikan dengan putus asa dari jabatannya sebagai perwira KGB di Dresden saat Uni Soviet bubar, mungkin akan segera menciptakan Jerman Timur baru di Eropa abad ke-21 dengan bantuan Amerika,” tulis kesimpulan Collinson dalam ulasannya.
     
     

  • Apa yang Spesial di Berlinale 2025? – Halaman all

    Apa yang Spesial di Berlinale 2025? – Halaman all

    Festival Film Internasional Berlinale ke-75 berlangsung dari tanggal 13 hingga 23 Februari 2025 dengan menampilkan hampir 250 film. Festival dimulai pada hari Kamis dengan pemutaran perdana “The Light”, karya Tom Tykwer. Sineas Jerman di balik film “Run Lola Run” (1998) dan serial “Babylon Berlin” ini kembali dengan film drama yang dibintangi oleh Lars Eidinger dan Nicolette Krebitz. Film ini menggambarkan sebuah keluarga kelas menengah yang kehidupannya berubah setelah seorang pembantu rumah tangga dari Suriah memasuki kehidupan mereka.

    Dalam acara pembukaan, aktris Inggris, Tilda Swinton, menerima penghargaan Honorary Golden Bear, penghargaan Beruang Emas Kehormatan tersebut diberikan untuk dedikasi dan pengabdian seumur hidup aktris tersebut di industri perfilman. Aktris asal Skotlandia ini rutin menghadiri Berlinale selama bertahun-tahun, baik sebagai ketua juri di tahun 2009 maupun mendampingi film-filmnya. Sejauh ini 26 filmnya telah ditayangkan pada festival film tersebut.

    Edward Berger akan menyampaikan pidato pada malam penghargaan tersebut. Sutradara yang dinominasikan Oscar untuk film “Conclave” dan “All Quiet on the Western Front” itu kini sedang menggarap film produksi Netflix yang dibintangi oleh Swinton, berjudul “The Ballad of a Small Player.”

    Juri internasional juga akan diperkenalkan pada upacara pembukaan Berlinale. Sutradara Amerika Serikat, Todd Haynes (Film “Carol,” “I’m Not There”) akan menjadi ketua juri internasional.

    Rekan-rekan juri adalah artis Cina, Fan Bingbing, sutradara dan aktor Jerman, Maria Schrader, sutradara Maroko-Prancis, Nabil Ayouch, desainer kostum Jerman Bina Daigeler, sutradara Argentina, Rodrigo Moreno, serta kritikus film dan pembawa acara podcast AS, Amy Nicholson.

    Tujuh anggota juri akan memilih pemenang Beruang Emas dan Perak tahun ini, yang penganugrahannya akan dilakukan pada tanggal 22 Februari.

    Sorotan kompetisi

    Keseluruhan program menampilkan hampir 250 film yang terbagi dalam beberapa kategori. Kompetisi utama Berlinale terdiri dari 19 karya film, yang mewakili 26 negara.

    ‘Mantan’ Pemenang Berlinale 2021 kembali mengikuti kompetisi adalah sineas Rumania, Radu Jude, yang mempersembahkan “Kontinental ’25.” Empat tahun lalu, Radu Jude memenangkan Beruang Emas melalui film “Bad Luck Banging atau Loony Porn.” Sutradara Korea, Hong Sang-soo, yang telah mengoleksi beberapa penghargaan Silver Bears beberapa tahun terakhir, kembali dengan film “What Does that Nature Say to You.”

    Dua film Tiongkok, “Girls on Wire,” yang disutradarai oleh Vivian Qu, dan ‘Living the Land,’ yang disutradarai oleh Huo Meng membuat debut dunia mereka lewat kompetisi ini.

    Ada juga produksi film bersama antar negara Jerman, Kanada, Italia, Palestina, Qatar, Yordania dan Arab Saudi – yakni film “Yunan” karya Ameer Fakher Eldin dan dibintangi oleh komedian Lebanon, Georges Khabbaz, dan aktris legendaris Jerman, Hanna Schygulla, yang terkenal dengan filmnya bersama sutradara Rainer Werner Fassbinder.

    Hanya ada satu film dokumenter dalam kompetisi utama, “Timestamp,” karya Kateryna Gornostai. Film ini memberikan wawasan tentang kehidupan sekolah di Ukraina setelah invasi Rusia ke negara tersebut.

    Bintang film yang akan menghadiri di festival ini

    Film-film kompetisi akan menghadirkan para selebriti di Berlin: “Blue Moon” karya Richard Linklater, yang dibintangi oleh Ethan Hawke, Margaret Qualley, dan Andrew Scott. Sineas Amerika Serikat ini pernah memenangkan penghargaan Silver Bear untuk sutradara terbaik untuk film “Before Sunrise” (1995) dan “Boyhood” (2014).

    “If I Had Legs I’d Kick You,” karya Mary Bronstein, dibintangi oleh Rose Byrne dan A$AP Rocky. “The Ice Tower,” yang disutradarai oleh Lucile Hadzihalilovic, menampilkan bintang Prancis Marion Cotillard. Sebagai pemeran utama dalam film “Dreams” karya Michel Franco, aktris Jessica Chastain juga akan hadir di Berlin.

    Berlinale Special adalah bagian dari festival ini yang menyorot para selebritas dalam perayaan dengan menggelar karpet merah. Bong Joon Ho, pembuat film “Parasite” yang meraih penghargaan, akan hadir di Berlin untuk pemutaran perdana film fiksi ilmiah terbarunya, “Mickey 17”, yang dibintangi oleh Robert Pattinson.

    Timothee Chalamet juga dijadwalkan akan hadir di Berlinale untuk debut film “A Complete Unknown,” di mana ia berperan sebagai Bob Dylan.

    Festival ini juga akan menyambut bintang “Euphoria”, Jacob Elordi, yang akan menemani serial TV Justin Kurzel, “The Narrow Road to the Deep North.”

    Dan tak ketinggalan, aktor Inggris, pemeran Doctor Strange, Benedict Cumberbatch, juga akan hadir di Berlin untuk pemutaran perdana “The Thing with Feathers” di Eropa.

    Adakah film Indonesia?

    Tahun ini terdapat empat film Indonesia yang ditampilkan di Berlinale. Untuk Kategori Penonton Muda atau Generation Kplus, terdapat film Little Rebel Cinema Club garapan Sutradara Khozy Rizal. Khozy Rizal memulai debutnya di dunia perfilman Indonesia lewat Film Makassar is a City for Footballl Fans di tahun 2021.

    Untuk Kategori Berlinale Shorts, yaitu film pendek yang akan ditampilkan, terdapat dua film dari Indonesia. Film bergenre horror Sammi, Who Can Detach His Body Parts karya Rein Maychaelson yang dibintangi Mai Djenar Maisa Ayu dan Jefri Nichol, serta film garapan Timoteus Anggawan Kusno, berjudul After Colossus, kisah fiksi mistis di era Reformasi.

    Selain itu tak ketinggalan untuk kategori Forum Expanded, dimana dalam kategori ini para pembuat film melakukan ekplorasi terhadap medium film itu sendiri. Film Mirage:Eigenstate karya Riar Rizaldi, mengeksplorasi ragam interpretasi tentang realitas melalui interpretasi mistis sufi monorealisme, hingga teori mekanika kuantum.

    Masih merupakan festival politik

    Di luar acara karpet merah yang mewah, festival ini juga menyoroti berbagai peristiwa terkini dan bersejarah.

    Dengan festival film yang berlangsung 80 tahun setelah pembebasan Auschwitz, pemutaran film monumental “Shoah” (1985) karya Claude Lanzmann menjadi bagian dari program khusus. Selain itu ada film dokumenter baru yang mengulas kembali karya terobosan representasi Holocaust dalam sinema, berjudul “All I Had was Nothingness”, karya Guillaume Ribot.

    “Teman-teman yang Tak Diinginkan: Bagian I – Udara Terakhir di Moskow” adalah film dokumenter tentang para intelektual yang diusir ke pengasingan di bawah rezim Rusia saat ini. “Das Deutsche Volk” mengulas kembali penembakan rasis di Hanau pada tahun 2020. Dan “A Letter to David” adalah sebuah surat sinematik untuk sandera Hamas, David Cunio, yang masih ditahan di Gaza.

    Tantangan yang ‘menyenangkan’ dan debut direktur Tricia Tuttle

    Dibandingkan dengan Cannes dan Venesia, Berlin selalu dianggap sebagai festival film yang paling politis di Eropa.

    “Orang-orang sering bertanya kepada kami apakah kami adalah festival yang politis. Dan ya, meskipun saya akan mengatakan bahwa kami adalah festival sosial, politik ada dalam DNA kami. […] Berlin adalah kota yang sarat dengan sejarah. Kami tidak menghindar dari hal ini,” kata direktur festival, Tricia Tuttle, menjelang acara tahun ini. Ini adalah edisi pertama Berlinale di bawah kepemimpinan Tuttle.

    Tahun lalu, kritik terhadap politik Israel selama acara penghargaan – khususnya oleh sutradara Israel dan Palestina dalam film dokumenter “No Other Land” – menimbulkan tuduhan antisemitisme dari beberapa politisi Jerman.

    Dengan festival yang sebagian besar didanai oleh publik, Tuttle kini menghadapi tantangan untuk memenuhi persyaratan anggota parlemen Jerman, sambil tetap mengizinkan para seniman untuk mengekspresikan diri mereka secara bebas.

    Kurator kelahiran AS ini pada presentasi Berlinale mengatakan, “banyak pembuat film dari negara-negara Arab yang telah mendekati kami selama beberapa minggu terakhir, hanya untuk memastikan bahwa festival ini merupakan ruang untuk dialog dan wacana yang terbuka.”

    “Jujur saja, ini adalah sebuah tantangan. Tahun ini benar-benar menantang. Setiap festival selalu menantang. Kita hidup di dunia yang sangat terpecah belah dan terbagi-bagi dan [di mana] wacana tidak selalu ramah dan terbuka,” ujarnya, sambil menambahkan, proses penyusunan program bersama tim festival ”sangat menggembirakan dan menyenangkan, serta merupakan suatu keistimewaan tersendiri.”

    Di luar perdebatan politik, salah satu misi Tuttle adalah merevitalisasi festival Berlin melalui program yang modern dan menyegarkan.

    Salah satu contoh perubahan yang telah dipelopori oleh Tuttle untuk mencapai tujuan ini adalah dengan memperkenalkan sebuah program baru yang kompetitif, yang disebut Perspectives. Ini secara eksklusif akan menampilkan debut film panjang demi menyediakan “platform yang lebih menonjol bagi para pembuat film baru,” katanya. Salah satu karya yang berkompetisi akan memenangkan penghargaan Best First Feature Award, yang akan mendapatkan hadiah uang tunai sebesar €50.000, atau setara 851 juta rupiah.

    Diharapkan dalam perjalanannya, para penggemar film akan menemukan kisah baru yang ingin mereka ikuti di tahun-tahun mendatang.

    Diadaptasi dari artikel DW Bahasa Inggris

  • Masa Depan NATO di Persimpangan Jalan, AS-Rusia Jadi Aktor Utama

    Masa Depan NATO di Persimpangan Jalan, AS-Rusia Jadi Aktor Utama

    Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Pertahanan Prancis Sebastien Lecornu memperingatkan bahwa masa depan aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dapat bergantung pada Amerika Serikat (AS) dan Rusia, yang memulai negosiasi untuk mengakhiri perang di Ukraina.

    Lecornu mengatakan sekutu NATO perlu berpikir jangka panjang dan meningkatkan industri pertahanan mereka, sebab Washington menuntut agar Eropa mengambil alih keamanan ke tangannya sendiri.

    “Ini momen kebenaran yang krusial,” kata Lecornu kepada wartawan menjelang pertemuan NATO di Brussels pada Kamis (13/2/2025), seperti dikutip AFP.

    “Orang-orang menyebutnya aliansi militer paling penting dan terkuat dalam sejarah. Itu benar secara historis, tetapi pertanyaannya adalah, apakah itu akan tetap benar 10 atau 15 tahun dari sekarang?” tambahnya.

    Presiden AS Donald Trump pada Rabu mengejutkan Ukraina dan sekutu Eropa Washington dengan menyetujui untuk meluncurkan perundingan damai. Hal ini muncul setelah panggilan telepon pertamanya yang diumumkan secara publik dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

    Selain itu Lecornu mengatakan Prancis dan negara-negara lain berkomitmen untuk berbuat lebih banyak. Namun ia memperingatkan bahwa uang harus dibelanjakan dengan bijak, dengan alasan bahwa hanya mengisi “hanggar” dengan perlengkapan AS, “tanpa mencari efisiensi militer yang nyata” akan menjadi “kegagalan” bersejarah bagi Eropa.

    Menyampaikan kekhawatiran Eropa bahwa Trump dapat memaksa Ukraina ke dalam kesepakatan damai yang buruk, Lecornu memperingatkan bahwa hal ini dapat membuat Putin dan pesaing Barat lainnya, termasuk Iran, Korea Utara, dan China, menjadi lebih berani.

    “Entah kita berada dalam parameter diskusi yang benar-benar akan membawa perdamaian melalui kekuatan, atau, sebaliknya, itu akan menjadi perdamaian melalui kelemahan”, katanya menambahkan bahwa yang terakhir dapat menyebabkan “situasi keamanan yang dramatis” dan “meluasnya konflik”.

    Pada Kamis, menjelang perundingan NATO di Brussels, Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth sempar menggambarkan konflik Ukraina sebagai “pengaturan ulang pabrik bagi NATO, sebuah kesadaran bahwa aliansi ini harus kuat, kokoh, dan nyata”.

    Ia menggaungkan tuntutan Trump agar sekutu-sekutunya meningkatkan target belanja pertahanan mereka menjadi lima persen dari PDB, meskipun ia tampaknya memberikan sedikit kelonggaran dengan menyatakan pertumbuhan dapat bersifat bertahap.

    “Dua persen dari PDB tidaklah cukup. Tiga dan empat dan akhirnya, seperti yang dikatakan Presiden Trump, lima persen dari belanja pertahanan sangatlah penting,” kata Hegseth.

    “Ada mesin perang Rusia yang berusaha mengambil lebih banyak tanah di Ukraina, dan melawannya merupakan tanggung jawab penting Eropa.”

    Amerika Serikat telah mendukung keamanan Eropa melalui NATO selama tujuh dekade terakhir. Sekutu-sekutu AS telah meningkatkan belanja mereka dalam menghadapi invasi Rusia ke Ukraina dan berjanji untuk berbuat lebih banyak untuk mendukung Kyiv.

    (luc/luc)

  • Bocoran Harga Xiaomi 15 Ultra, Akan Rilis Akhir Bulan Ini

    Bocoran Harga Xiaomi 15 Ultra, Akan Rilis Akhir Bulan Ini

    Jakarta

    Xiaomi 15 Ultra akan diluncurkan di China dan global menjelang akhir bulan ini. Setelah spesifikasi dan desainnya terungkap, kini giliran harga Xiaomi 15 Ultra yang muncul ke permukaan.

    Laporan terbaru dari Prancis mengungkap perkiraan harga Xiaomi 15 Ultra di Eropa. Ponsel flagship premium ini sepertinya akan dibanderol dengan harga mulai dari 1.499 Euro atau sekitar Rp 25,6 juta jika dikonversi secara langsung.

    Harga tersebut sama seperti harga Xiaomi 14 Ultra saat diluncurkan di Eropa tahun lalu. Penggemar Xiaomi di Eropa pun bisa bernapas lega karena tidak perlu membayar lebih untuk ponsel idamannya.

    Xiaomi 15 Ultra versi global kemungkinan hanya akan tersedia dalam satu pilihan penyimpanan yaitu 512GB dan hanya dalam pilihan warna Chrome. Meskipun kapasitas RAM-nya tidak disebutkan, kemungkinan ponsel ini mengusung RAM 16GB.

    Selain Xiaomi 15 Ultra, bocoran terbaru ini juga memberikan informasi soal harga Xiaomi 15 reguler di Eropa. Xiaomi 15 (dan Xiaomi 15 Pro) memang sudah diluncurkan di China pada Oktober 2024, tapi baru akan debut di pasar internasional bulan ini.

    Xiaomi 15 kabarnya akan tersedia di pasar Eropa dengan harga 1.099 Euro atau sekitar Rp 18,7 jutaan untuk varian 512GB, sama seperti generasi sebelumnya. Versi 256GB-nya kemungkinan juga dibanderol dengan harga yang sama seperti Xiaomi 14 yaitu 999 Euro, seperti dikutip dari GSM Arena, Kamis (13/2/2025).

    Xiaomi 15 Ultra diprediksi hadir dengan kamera utama 50 MP dengan sensor berukuran 1 inch, kamera ultrawide 50 MP, kamera telephoto 50 MP dengan optical zoom 3x, dan kamera periskop 200 MP dengan optical zoom 4,3x. Ponsel ini akan ditenagai Snapdragon 8 Elite dan baterai 6.000 mAh.

    Peluncuran Xiaomi 15 dan Xiaomi 15 Ultra di Eropa kabarnya akan digelar pada 28 Februari, bersamaan dengan event MWC 2025. Namun, Xiaomi 15 Ultra kemungkinan akan diumumkan di China terlebih dahulu pada tanggal 26 Februari.

    Kabar baiknya untuk Xiaomi fans di Tanah Air, Xiaomi 15 dan Xiaomi 15 Ultra sudah lolos TKDN dan dipastikan rilis di Indonesia. Kira-kira berapa ya harga kedua ponsel ini di Indonesia?

    (vmp/vmp)

  • 5 Pernyataan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto Terkait Pembekalan Kepala Daerah Terpilih 2024 – Page 3

    5 Pernyataan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto Terkait Pembekalan Kepala Daerah Terpilih 2024 – Page 3

    Kemudian, Hasto menegaskan, kepala daerah terpilih yang diusung oleh PDI Perjuangan wajib mengadopsi tradisi intelektual Bung Karno dengan melibatkan para ahli dan pakar dalam merumuskan kebijakan.

    “Ini karena tradisi intelektual dari Soekarno, maka tradisi intelektual Soekarno ini kepala daerah dari PDI Perjuangan harus banyak mengundang ahli,” kata dia dalam pidatonya.

    Menurutnya, Bung Karno dalam merancang Indonesia sebagai nation state selalu menggunakan teori kebangsaan yang kuat. Hal ini menjadi dasar bahwa kebijakan publik tidak boleh sekadar berbasis elektabilitas atau populisme.

    “Soekarno merancang Indonesia ketiga juga menggunakan teori-teori kebangsaan, national state, dari nation state dia pakai untuk memberikan suatu basis teoritik mengapa Indonesia dari Sabang sampe Merauke itu satu national state, yang menyatu dengan tanah akhirnya, nasib jiwa kebangsaan yang melekat dengan nilainya, itu yang dipakai oleh Soekarno,” terang Hasto.

    Dia meminta kepala daerah menggandeng pakar dan ahli dari perguruan tinggi dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) agar kebijakan yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan rakyat dan berbasis data.

    “Maka kepala-kepala biara kita wajib membuat policy based on research, jadi teori itu sebagai panduan, karena teori itu ditemukan dari fenomena sosial yang berkembang saat itu yang dikuatkan oleh Soekarno bahwa dunia mengalami perubahan yang luar biasa pasca revolusi Prancis,” ujar Hasto.

     

  • Ancaman AS Tak Mempan, Afrika Selatan Terus Seret Israel ke Pengadilan atas Kasus Genosida Gaza – Halaman all

    Ancaman AS Tak Mempan, Afrika Selatan Terus Seret Israel ke Pengadilan atas Kasus Genosida Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Afrika Selatan bersikeras menolak mencabut gugatan kasus dugaan genosida oleh Israel di Jalur Gaza.

    Meski Amerika Serikat (AS) sudah menyampaikan ancaman berupa penghentian bantuan, Afrika Selatan tetap kokoh dalam pendiriannya.

    Menteri Luar Negeri Afrika Selatan Ronald Lamola mengatakan “tidak ada kemungkinan” negaranya bakal mencabut gugatan yang diajukan di Mahkamah Internasional pada bulan Desember 2023 itu.

    “Teguh pada prinsip kami terkadang ada konsekuensinya, tetapi kami tetap tegas bahwa ini penting bagi dunia dan supremasi hukum,” kata Lamola kepada Financial Times, dikutip dari TRT World.

    Afrika Selatan menjadi negara pertama yang menyeret Israel ke Mahkamah Internasional atas kasus dugaan genosida di Gaza.

    Tekanan AS

    Pekan lalu Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang menghentikan pengiriman bantuan ke Afrika Selatan.

    Langkah itu diambil sebagai balasan atas gugatan kasus genosida dan  undang-undang pertanahan yang menurut AS merampas tanah minoritas warga kulit putih di Afrika Selatan.

    AS juga menuding Afrika Selatan bekerja sama dengan Iran untuk mengembangkan rencana dagang, militer, dan nuklir dengan Iran.

    “AS tidak bisa mendukung pelanggaran hak oleh pemerintah Afrika Selatan di negaranya atau kebijakan luar negerinya yang mengganggu AS, yang memberikan ancaman keamanan nasional kepada negara kita, sekutu kita, rekan kita di Afrika, dan kepentingan kita,” demikian perintah itu.

    Sementara itu, Lamola membantah tudingan AS mengenai kerja sama nuklir dengan Iran.

    “Meski kami punya hubungan baik dengan Iran, kami tidak punya program nuklir apa pun dengan Iran, tidak punya pula perdagangan untuk dibicarakan,” ujar Lamola.

    Mengenai undang-undang bidang pertanahan, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengatakan undang-undang itu ditujukan untuk menangani ketidakadlian apartheid pada masa lalu.

    Ramaphosa lalu menganggap tudingan AS adalah kebohongan dan misinformasi. Dia menyebut Afrika Selatan hanya menerima dana pencegahan HIV/AIDS dari AS.

    Afrika Selatan menjadi pelopor dalam gugatan kasus genosida Israel. Negara itu menuding Israel telah melanggar Konvensi Genosida 1948.

    Setelah Afrika Selatan, beberapa negara lain yang turut menggugat Israel adalah Nikaragua, Kolombia, Kuba, Libya, Meksiko, Spanyol, Belize, dan Turki.

    Sementara itu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) telah telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan eks Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant atas kejahatan perang di Gaza.

    BBC melaporkan Trump membela Israel dengan cara menjatuhkan sanksi kepada para staf ICC.

    Puluhan negara, termasuk Inggris, Jerman, dan Prancis, kemudian bereaksi dengan cara mengungkapkan dukungannya kepada ICC. Menurut banyak negara itu, ICC adalah pilar penting dalam sistem pengadilan internasional.

    Adapun AS dan Israel tidak mengakui otoritas ICC yang punya kekuasaan untuk mengadili para individu atas kejahatan genosida, kemanusiaan, dan kejahatan perang.

    Saat ini ICC memiliki 125 anggota di seluruh dunia. ICC pekan lalu meminta para anggotanya untuk bersatu demi keadilan dan hak dasar umat manusia.

    ICC juga berjanji untuk terus menghadirkan keadilan dan harapan kepada jutaan korban kejabatan di seluruh dunia.

    (*)

  • Wamenkomdigi Nezar Patria: Indonesia Ingin Jadi Tuan Rumah AI Global South Forum – Page 3

    Wamenkomdigi Nezar Patria: Indonesia Ingin Jadi Tuan Rumah AI Global South Forum – Page 3

    Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menegaskan komitmen Indonesia dalam membangun tata kelola kecerdasan buatan (AI) yang inklusif dan berimbang.

    Dalam Ministerial Meeting of GPAI Members and Interested Countries yang merupakan bagian dari AI Action Summit, yang digelar di Paris, Meutya menyoroti peran strategis Indonesia dalam menjembatani kepentingan negara berkembang dan negara maju dalam kebijakan AI global.

    Menurutnya, Indonesia meyakini bahwa tata kelola AI harus berlandaskan pada prinsip keadilan, inklusivitas, dan keamanan.

    “Indonesia yakin bahwa kebijakan AI global harus mencerminkan kepentingan semua negara, tidak hanya negara maju, tetapi juga memperhatikan realitas negara berkembang seperti Indonesia,” ujar Meutya Hafid dalam sambutannya di Kementerian Urusan Eropa dan Luar Negeri Prancis, dikutip dari keterangan resminya, Selasa (11/2/2025).

    Pertemuan tersebut dihadiri oleh Presiden Prancis Emmamuele Macron, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot, Menteri Digital Prancis Clara Chappaz, Menteri Luar Negeri Serbia Marko Uri, serta para menteri komunikasi dan digital dari negara-negara anggota OECD dan mitranya.

    Dalam forum ini, Indonesia menekankan pentingnya pendekatan inklusif dalam tata kelola AI global, yang selaras dengan tema utama pertemuan tersebut, yaitu GPAI’s Role in Building Inclusive Global Governance of AI.

  • Granat Meledak di Bar Prancis, 12 Orang Luka-luka

    Granat Meledak di Bar Prancis, 12 Orang Luka-luka

    Jakarta

    Sebuah granat meledak di sebuah bar di kota Grenoble, Prancis tenggara. Sebanyak 12 orang luka-luka dalam ledakan yang terjadi pada Rabu (12/2) malam waktu setempat itu.

    “Seseorang datang dan melemparkan granat, tampaknya tanpa mengatakan sepatah kata pun, dan melarikan diri,” kata jaksa penuntut Francois Touret-de-Courcy kepada wartawan di tempat kejadian, dilansir kantor berita AFP, Kamis (13/2/2025). Para petugas darurat telah menutup area tersebut.

    Dua orang dalam kondisi kritis, katanya. Dia menambahkan bahwa banyak orang berada di bar tersebut ketika granat meledak, tak lama setelah pukul 20.00 waktu setempat (1900 GMT). Bar tersebut berada di kawasan Desa Olimpiade, yang dibangun ketika kota yang indah itu menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 1968.

    Touret-de-Courcy mengatakan para penyelidik belum mengidentifikasi motif, tetapi tidak yakin itu adalah “serangan teroris.”

    “Tidak ada yang membuat kami berpikir bahwa ini terkait dengan terorisme,” katanya. Menurutnya, insiden ini “tindakan kekerasan ekstrem” yang “mungkin terkait dengan pembalasan dendam.”

    Dia mengatakan bahwa para penyidik sedang menyelidiki kemungkinan adanya hubungan dengan perdagangan narkoba. Dia menambahkan bahwa beberapa laporan menunjukkan tersangka juga membawa senapan serbu Kalashnikov.

    “Saya mengutuk dengan sekeras-kerasnya tindakan kriminal kekerasan luar biasa ini,” tulis Wali Kota Eric Piolle dalam postingan di media sosial X.

    Wakil Wali Kota Chloe Pantel mengatakan kepada AFP bahwa bar tersebut adalah “tempat berkumpulnya penduduk setempat dan orang-orang dari luar kawasan, khususnya untuk menonton pertandingan sepak bola.”

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Transformasi agro ekologis sawit ramah iklim dan lingkungan

    Transformasi agro ekologis sawit ramah iklim dan lingkungan

    Sumber foto: Eko Sulestyono/elshinta.com.

    Transformasi agro ekologis sawit ramah iklim dan lingkungan
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Rabu, 12 Februari 2025 – 19:05 WIB

    Elshinta.com – Sebanyak lebih dari 500 peserta dari berbagai negara berkumpul di Bali Beach Convention Sanur, Bali dalam gelaran konferensi internasional tentang kelapa sawit dan lingkungan atau International  Conference on Oil Palm and the Evironment (ICOPE) 2025.
     
    Kegiatan digelar oleh Sinar Mas Agribusiness and Food, the Agricultural Research Centre for International Development (CIRAD), dan WWF Indonesia dari 12 hingga 14 Februari 2025 di The Meru Sanur, Kota Denpasar, Bali.

    Konferensi ini diikuti oleh sejumlah delegasi dari berbagai negara seperti India, Belanda, Perancis, Malaysia, Inggris, Finlandia, Kolombia dan Spanyol, untuk berkolaborasi dalam merumuskan formula keberlanjutan, iklim dan transformasi industri minyak sawit yang ramah iklim dan lingkungan.
     
    Konferensi yang dibuka oleh Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono  ini menjadi sarana berkumpulnya para akademisi, ilmuwan, pemerintah, lembaga keuangan, pelaku industri dan lembaga swadaya masyarakat untuk merumuskan keberlanjutan industri kelapa sawit berbasis penelitian ilmiah.

    “Jika bersama-sama kita bisa jalan jauh dan lebih cepat, keberlanjutan sawit ini merupakan telur emas bagi kita,” kata Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, Rabu (12/2). 
     
    Wamentan menjelaskan, Indonesia memiliki potensi besar untuk mendukung tiga prioritas program yang diusung Presiden Prabowo Subianto, yaitu swasembada pangan, swasembada energi, serta hilirisasi industri. 

    Melalui pengelolaan sumber daya alam yang bijak, Indonesia dapat mencapai kemajuan dalam sektor pangan dan energi, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.
     
    Jean-Pierre Caliman, Co-Chairman ICOPE 2025 mengungkapkan, pentingnya keterlibatan para pemangku kepentingan global.

    “Kita tergabung dalam tujuan yang sama: Yakni, mengubah tantangan lingkungan menjadi peluang untuk pertanian kelapa sawit yang lebih ramah iklim dan berkelanjutan.” kata Jean-Pierre Caliman seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Eko Sulestyono. 
     
    Tema konferensi tahun ini, Transformasi Agro-Ekologis Kelapa Sawit: Menuju Pertanian yang Ramah Iklim dan Lingkungan”, mencerminkan urgensi sekaligus harapan.

    Urgensi karena dunia menghadapi ancaman nyata dari perubahan iklim dan lingkungan, serta harapan bahwa dengan inovasi dan kolaborasi, kita dapat membangun sistem pertanian yang lebih tangguh, adil, dan lestari.
     
    “Kami di sini untuk berdiskusi, bertukar pandangan, dan mencari solusi kolektif demi masa depan industri kelapa sawit yang lebih baik dan cerah. Kelapa sawit tidak hanya merupakan bagian penting dari perekonomian global tetapi juga memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan iklim dunia,” tegasnya.
     
    Di tengah semakin besarnya tantangan perubahan iklim dan meningkatnya permintaan pangan global, transformasi di sektor kelapa sawit menjadi sebuah kebutuhan.

    Industri tidak bisa lagi hanya fokus pada peningkatan produksi tetapi harus mengintegrasikan prinsip-prinsip keberlanjutan dan agro-ekologi ke dalam setiap aspek pertanian kelapa sawit.

    “Kami percaya bahwa masa depan industri kelapa sawit bergantung pada inovasi berkelanjutan dan kolaborasi erat antara berbagai pihak, seperti pemerintah, pelaku usaha, Lembaga Swadaya Masyarakat, akademisi, serta masyarakat,” kata Franky O. Widjaja, Chairman and CEO, Sinar Mas Agribusiness and Food.

    “Kami telah berkomitmen untuk menerapkan praktik terbaik dalam pertanian berkelanjutan, serta melindungi keanekaragaman hayati dan ekosistem di sekitar kita,” tambahnya. 
     
    Ia menambahkan, konferensi ini sebagai momentum untuk memperkuat komitmen semua pemangku kepentingan terhadap keberlanjutan.

    “Melalui diskusi dan kolaborasi selama ICOPE 2025, diyakini akan menghadirkan solusi nyata untuk menjadikan industri kelapa sawit sebagai bagian dari solusi global terhadap tantangan iklim dan lingkungan,” tambahnya.
     
    “Kami meyakini industri kelapa sawit dapat bertransformasi menjadi bisnis sustainable kedepan untuk mendukung capaian Pemerintah Indonesia yaitu penurunan emisi karbon dan juga menyelamatkan keanekaragaman hayati,” kata Dewi Lestari Yani Rizki, Direktur Konservasi Yayasan WWF Indonesia 

    Ia menamabhkan bahwa untuk itu perlu keseriusan bagi industri kelapa sawit untuk menerapkan tata kelola menuju keberlanjutan agar bisa menjawab tantangan pasar global.
     
    Jean-Marc Roda, Direktur Regional CIRAD, menyoroti peran acara ini sebagai katalis perubahan dalam menghadapi tantangan yang mendesak.

    “ICOPE berupaya menjadi katalis perubahan. Kami percaya acara ini adalah tempat terbaik bagi para peneliti untuk berbagi data dan rekomendasi terkini untuk memandu evolusi sektor kelapa sawit,” kata Jean-Marc Roda, Direktur Regional CIRAD, 

    “Kami sangat optimis terhadap perubahan yang telah kami capai sejauh ini dan percaya bahwa kolaborasi yang berkelanjutan, berdasarkan penelitian ilmiah terbaru, dapat terus menghasilkan evolusi yang diperlukan dalam industri kami,” tegasnya.
     
    Konferensi Internasional Kelapa Sawit dan Lingkungan (ICOPE) 2025 adalah konferensi internasional yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali dan bertujuan menjadi platform ilmiah untuk pengembangan kelapa sawit berkelanjutan guna mengatasi tantangan lingkungan.

    ICOPE diselenggarakan bekerja sama antara Sinar Mas Agribusiness and Food, World Wildlife Fund (WWF) Indonesia, dan CIRAD Prancis. ICOPE yang akan datang dijadwalkan akan berlangsung di Bali Beach Convention, Sanur – Bali, pada 12-14 Februari 2025.

    kelapa sawit dan lingkungan atau International Conference on Oil Palm and the Environment (ICOPE) 2025.

    Sumber : Radio Elshinta