Negara: Prancis

  • Enam Orang Tewas di Tepi Barat dalam Operasi Pasukan Israel

    Enam Orang Tewas di Tepi Barat dalam Operasi Pasukan Israel

    JAKARTA  – Lima warga Palestina, termasuk seorang wanita berusia 60 tahun, tewas oleh pasukan Israel di Jenin selama 24 jam terakhir, kata Otoritas Palestina. Seorang pria lainnya tewas oleh pasukan keamanan Palestina.

    Insiden terbaru ini menambah jumlah warga Palestina yang terbunuh sejak Januari, ketika pasukan Israel melancarkan operasi besar yang melibatkan ribuan tentara di kota-kota dan kamp-kamp pengungsi di utara Tepi Barat, menjadi lebih dari 30.

    Banyak dari mereka yang tewas merupakan pejuang bersenjata dari kelompok militan Palestina, tetapi banyak warga sipil yang tidak terlibat juga tewas.

    Puluhan ribu warga Palestina telah meninggalkan rumah mereka sejak operasi Tepi Barat dimulai pada awal gencatan senjata di Gaza. Pasukan menyerbu kamp-kamp pengungsi di Jenin dan kota-kota terdekat, menghancurkan rumah-rumah dan infrastruktur, termasuk jalan dan pipa air.

    Dilansir Reuters, Selasa, 11 Maret, Israel mengatakan operasi Tepi Barat ditujukan untuk menyerang kelompok-kelompok militan yang didukung Iran, termasuk Hamas dan Jihad Islam, yang telah membangun benteng di kota-kota padat yang dibangun untuk menampung keturunan warga Palestina yang melarikan diri, atau dipaksa meninggalkan rumah mereka dalam perang Timur Tengah pada 1948.

    Negara-negara termasuk Prancis dan Jerman serta kelompok-kelompok internasional termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menyatakan kekhawatiran atas skala operasi tersebut dan menyerukan pengekangan diri.

    Pada Selasa, pasukan khusus polisi terlibat baku tembak dengan warga Palestina bersenjata yang berlindung di sebuah rumah di Jenin, menewaskan dua orang dan melukai seorang pria lainnya, kata militer Israel.

    Dalam insiden terpisah, seorang pria yang menembaki pasukan Israel tewas.

    PA mengatakan pasukan yang menembaki dari sebuah pos pemeriksaan juga menewaskan seorang wanita berusia 60 tahun. Tidak ada komentar langsung dari militer Israel.

    Pada malam sebelumnya, seorang pria Palestina tewas ketika sepeda motornya ditabrak kendaraan tentara Israel.

  • Armada F-16 Ukraina Terancam karena Trump Tangguhkan Bantuan Militer, Bisakah Eropa Menggantinya? – Halaman all

    Armada F-16 Ukraina Terancam karena Trump Tangguhkan Bantuan Militer, Bisakah Eropa Menggantinya? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – F-16 dari Amerika Serikat adalah jet tempur Barat pertama yang tiba di Ukraina dan sejak itu berperan penting dalam mempertahankan negara tersebut dari serangan udara Rusia.

    Namun, keputusan Presiden Donald Trump untuk menangguhkan sementara bantuan militer AS ke Ukraina pekan lalu telah menimbulkan kekhawatiran baru.

    Dilansir Business Insider, dengan absennya dukungan AS, Eropa—rumah bagi sekutu-sekutu terdekat Ukraina—mungkin harus mencari cara untuk mengisi kekosongan, termasuk dalam aspek pertahanan udara.

    Bisakah Eropa Menggantikan Peran AS?

    Beberapa negara Eropa memiliki jet tempur yang cocok untuk Ukraina, tetapi jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan F-16 yang disediakan AS.

    Beralih ke jenis pesawat lain akan membawa berbagai tantangan yang sulit ditanggung Ukraina, mulai dari pelatihan pilot hingga kesiapan infrastruktur.

    Ukraina telah meminta pesawat tempur F-16 sejak awal invasi besar-besaran Rusia pada Februari 2022.

    F-16 UKRAINA – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (kanan) bersama Menteri Pertahanan Belanda Kajsa Ollongren di Pangkalan Udara Eindhoven di Belanda, 20 Agustus 2023. Ukraina menerima F-16 dari Belanda. (Dutch Ministry of Defence)

    Pada Agustus 2024, Ukraina akhirnya menerima jet tempur tersebut yang dipasok oleh sekutu-sekutu Eropa, meskipun pesawat itu sendiri dibuat oleh Lockheed Martin di AS.

    Sejak kedatangannya, F-16 telah mencatat sejumlah keberhasilan penting, termasuk menembak jatuh drone dan rudal jelajah Rusia serta menyerang target darat di dekat garis depan.

    Namun, meskipun F-16 terbukti efektif, Ukraina masih kekurangan sistem pertahanan udara yang memadai untuk menandingi kekuatan Rusia.

    Beberapa sekutu Ukraina memiliki lebih banyak F-16 yang bisa mereka kirim, dan tindakan Trump mungkin memotivasi mereka untuk menyuplai lebih banyak jet tempur.

    Namun, karena F-16 adalah buatan AS, Trump dapat memblokir pengiriman lebih lanjut ke Ukraina.

    Trump juga bisa menghentikan pasokan suku cadang yang diperlukan untuk operasional pesawat tempur ini.

    Meskipun negara-negara Eropa memiliki stok suku cadang, mereka tetap membutuhkan izin dari AS untuk mentransfernya ke Ukraina.

    Jika izin ini tidak diberikan, armada F-16 Ukraina bisa perlahan-lahan tidak dapat digunakan lagi.

    Alternatif Jet Tempur dari Eropa

    Ukraina saat ini telah menerima Mirage 2000, jet tempur buatan Prancis, tetapi hanya enam unit yang dilaporkan telah dikirim.

    Meskipun Mirage 2000 dapat membantu pertahanan udara Ukraina, jet ini belum tentu menjadi pilihan terbaik untuk pertempuran yang terjadi saat ini.

    Sementara itu, Gripen—jet tempur buatan Swedia Saab—dianggap sebagai pilihan yang bahkan lebih baik daripada F-16.

    Gripen dirancang khusus untuk menghadapi ancaman dari Rusia, dengan keunggulan berupa kemampuannya lepas landas dari jalan raya sipil serta kemudahan dalam perawatan.

    Justin Bronk, pakar kekuatan udara dari Royal United Services Institute (RUSI), menyatakan, dalam hampir setiap aspek, Gripen lebih cocok untuk kebutuhan Ukraina dibandingkan F-16.

    Namun, hingga kini, belum ada satu pun Gripen yang dikirim ke Ukraina.

    Jet tempur lain seperti Eurofighter Typhoon juga tersedia di Eropa, tetapi sejauh ini belum ada keputusan untuk mengirimnya ke Ukraina.

    Kendala Pergantian ke Jet Tempur Baru

    Masalah utama yang dihadapi Ukraina adalah, seluruh program pertahanan udaranya telah diatur untuk menggunakan F-16.

    Beralih ke jet tempur lain berarti Ukraina harus melatih ulang pilot dan teknisi, serta membangun kembali sistem logistik dan perawatan.

    Bulan lalu, Menteri Pertahanan Swedia, Pål Jonson, mengatakan kepada Business Insider, bnegaranya telah berdialog dengan Ukraina dan anggota Koalisi Angkatan Udara—sekelompok negara yang berkomitmen untuk mendukung kekuatan udara Ukraina.

    Namun, ia menekankan, menggunakan jet tempur lain akan jauh lebih sulit bagi Ukraina.

    Akibatnya, Swedia lebih memilih untuk fokus pada pengiriman sensor udara guna meningkatkan komando dan kendali atas F-16.

    Justin Bronk menambahkan, meskipun Gripen bisa menjadi opsi yang sangat baik bagi Ukraina, transisi dari F-16 ke Gripen tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat.

    Selain pelatihan pilot, teknisi dan sistem logistik yang telah disiapkan untuk F-16 juga harus diadaptasi untuk pesawat baru, yang dapat memakan waktu lama dan sumber daya besar.

    Mark Cancian, pakar pertahanan dari Center for Strategic and International Studies (CSIS), menegaskan, tantangan utama bukanlah memilih antara F-16 atau jet tempur Eropa, melainkan persoalan waktu, jumlah pesawat, dan biaya.

    Jumlah Jet Tempur Eropa Tidak Sebanyak F-16

    Salah satu alasan utama mengapa F-16 dianggap sebagai pilihan terbaik bagi Ukraina adalah karena pesawat ini tersedia dalam jumlah besar, memiliki banyak suku cadang, serta teknisi yang berpengalaman dalam merawatnya.

    Sebaliknya, jet tempur Eropa seperti Gripen hanya dioperasikan oleh beberapa negara, sehingga jumlahnya lebih sedikit, dan tidak banyak pilot yang terlatih untuk menggunakannya.

    George Barros, pakar Rusia dari Institute for the Study of War, menyebut F-16 sebagai model ideal karena sifatnya yang serba guna dan banyak digunakan di berbagai negara.

    Ia juga menambahkan, pelatihan pilot untuk pesawat seperti Gripen lebih sulit dilakukan karena relatif lebih sedikit negara yang mengoperasikannya.

    Eropa Bisa Membantu, tapi Tantangannya Besar

    Eropa telah berjanji untuk terus mendukung Ukraina, tetapi kehilangan bantuan dari AS akan memerlukan peningkatan besar dalam anggaran pertahanan.

    Di samping itu, beberapa jenis senjata akan lebih sulit untuk digantikan.

    Jet tempur lain bisa menjadi opsi bagi Ukraina jika pasokan F-16 terhenti, tetapi perubahan ini akan menghadapi berbagai hambatan teknis dan operasional.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Negosiator AS-Ukraina Kembali Berunding, Kali Ini di Arab Saudi

    Negosiator AS-Ukraina Kembali Berunding, Kali Ini di Arab Saudi

    Jakarta

    Para pejabat tinggi Ukraina dan AS mulai berunding di Jeddah, Arab Saudi pada hari Selasa (11/3) dalam upaya untuk menghentikan perang Rusia terhadap Ukraina. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy tidak akan hadir dalam negosiasi, meskipun ia berada di negara Teluk tersebut pada hari Senin (10/3) untuk bertemu dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman.

    Sebagai gantinya, Menteri Luar Negeri Ukraina Andrii Sybiha, Menteri Pertahanan Rustem Umerov, kepala kantor kepresidenan Andrii Yermak dan wakilnya Pavlo Pallisa akan mewakili Ukraina, kata Zelensky. Dari pihak AS, Menteri Luar Negeri Marco Rubio, Penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz dan utusan khusus Steve Witkoff, yang baru-baru ini menangani negosiasi Gaza-Israel, diharapkan hadir.

    Ukraina baru-baru ini mendukung inisiatif Presiden Prancis Emmanuel Macron yang mengusulkan gencatan senjata sebagian, atas serangan udara dan serangan dari laut, yang ditolak Rusia minggu lalu. Kiev juga menginginkan pertukaran semua tahanan dengan Rusia sebagai langkah pertama. Di sisi lain, Washington menginginkan gencatan senjata yang cepat dan menyeluruh yang diikuti oleh pemilihan umum di Kiev.

    Ukraina telah mempertahankan diri terhadap invasi Rusia berskala penuh selama lebih dari tiga tahun dengan dukungan Barat. Menyusul pertemuan yang penuh pertikaian di Ruang Oval pada tanggal 28 Februari, di mana Presiden AS Donald Trump dan Wakil Presiden JD Vance mengecam Zelensky dan menyebutnya tidak tahu berterima kasih, Washington sudah menghentikan pengiriman senjata ke Ukraina dan akses ke informasi intelijen utama.

    Zelensky usulkan pertukaran tahanan

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga mengusulkan pembebasan tahanan dan pengembalian anak-anak Ukraina ke tanah air mereka.

    “Hal ini dapat menjadi langkah kunci dalam membangun kepercayaan dalam upaya diplomatik,” tulis Zelensky di platform X setelah pertemuan dengan putra mahkota Saudi, Mohammed bin Salman. “Bagian penting dari diskusi didedikasikan untuk format jaminan keamanan,” imbuh Zelensky.

    Pemerintah Ukraina menuduh Rusia telah menculik ribuan anak sejak Moskow sejak memulai perang habis-habisan melawan Ukraina pada Februari 2022.

    Rusia laporkan serangan 337 pesawat nirawak oleh Ukraina

    Rusia mengatakan Ukraina melakukan serangan besar-besaran dengan pesawat nirawak alias drone di sejumlah lokasi, termasuk ke ibukota Moskow. Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan telah menembak jatuh 337 pesawat nirawak. Rusia menyalahkan Ukraina atas serangan tersebut, yang belum dikomentari oleh Kyiv.

    Wali kota Moskow, Sergei Sobyanin, mengatakan ini adalah serangan pesawat nirawak Ukraina terbesar ke ibu kota Rusia hingga saat ini.

    Kementerian Pertahanan Rusia menyebutkan 91 pesawat nirawak ditembak jatuh di Moskow dan 126 lainnya ditembak jatuh di wilayah Kursk, tempat pasukan Ukraina masih menguasai sebagian wilayah Rusia.

    Pesawat nirawak juga dilaporkan terbang di wilayah Bryansk, Belgorod, Ryazan, Kaluga, Lipetsk, Orel, Voronezh, dan Nizhny Novgorod. Laporan tersebut tidak dapat diverifikasi secara independen.

    hp/as (reuters, afp, dpa)

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Resesi Ekonomi Ancam AS, Kebijakan Trump Buat Investor Ketar-Ketir

    Resesi Ekonomi Ancam AS, Kebijakan Trump Buat Investor Ketar-Ketir

    PIKIRAN RAKYAT – Tampaknya sikap Donald Trump yang suka mengambil risiko dan pendekatan yang plin-plan terkait tarif membuat investor di Amerika Serikat (AS) ketar-ketir.

    Para ekonom di Negeri Paman Sam itu menilai, kemungkinan risiko ekonomi AS menuju resesi di tahun ini meningkat, melihat sikap sang Presiden yang cukup meresahkan itu terus menghantam pasar keuangan.

    Bahkan pada Senin, 10 Maret 2025 kemarin, saham di Wall Street anjlok karena para investor dihadapkan dengan ketidakpastian harga dagang dan penanganan ekonomi yang ditangani oleh Donald Trump.

    Tekanan jual di pasar global, membuat indeks industri Dow Jones turun 1,5%, sementara S&P 500 turun 2,4%. Harga saham juga turun di Eropa, karena FTSE 100 anjlok 0,9% di London, Dax Jerman turun 1,7% dan CAC Prancis turun 0,9% pada Senin kemarin.

    Para ekonom mengatakan risiko ‘Trumpcession’ meningkat karena sikap presiden yang suka mengambil risiko dan pendekatan yang terputus-putus terhadap tarif telah mengguncang investor global, salah satunya adalah keputusan untuk menghentikan sementara tarif AS atas barang-barang dari Kanada dan Meksiko.

    Meski ancaman resesi menjadi sorotan publik, Trump sendiri menolak pemikiran tersebut, ia mengatakan pemerintahannya tengah mengambil langkah-langkah yang ‘sangat besar’ dan mengakui adanya kemungkinan ‘masa transisi’ atau ‘gangguan’ yang dapat terjadi.

    Dalam wawancaranya dengan Fox News, Presiden AS itu mengaku tidak tertarik membahas hal tersebut dan ia malah memilih untuk terus maju dengan pendekatan yang semakin kacau dalam masa jabatan keduanya.

    “Saya tidak suka memprediksi hal-hal seperti itu,” ujar Donald Trump.

    Di sisi lain, Kathleen Brooks dari platform perdagangan XTB mengatakan jika Trump lebih mengutamakan tujuan politiknya daripada kekuatan ekonomi dan pasar saham.

    “(Kelakuannya) yang plin-plan soal tarif, dan pandangannya yang kuno tentang Amerika yang utama, membebani konsumsi dan menghancurkan kepercayaan,” ucapnya.

    Ekonom Wall Street telah menurunkan perkiraan pertumbuhan mereka untuk AS, memperingatkan bahwa perang dagang Trump terbukti lebih merusak bagi ekonomi AS daripada yang diantisipasi sebelumnya.

    Analis di Goldman Sachs mengatakan pada hari Jumat bahwa peluang terjadinya resesi di AS telah meningkat dari 15% menjadi 20%, karena perusahaan merevisi perkiraannya untuk memasukkan tarif yang lebih tinggi dan inflasi, di samping pukulan terhadap produk domestik bruto dan ketenagakerjaan.

    “Meskipun kami memang memperkirakan kebijakan yang menghambat pertumbuhan (tarif dan kontrol imigrasi) akan mendahului inisiatif yang mendukung pertumbuhan (pemotongan pajak dan deregulasi), dampaknya ternyata lebih besar dari yang kami perkirakan. Hal ini terutama terjadi pada tarif, yang diberlakukan lebih cepat dan lebih luas dari yang kami perkirakan,” katanya.

    Data ekonomi AS dalam beberapa minggu terakhir menunjukkan penurunan tak terduga dalam belanja konsumen di bulan Januari, pelebaran defisit perdagangan AS hingga mencapai rekor 131 miliar dolar AS pada bulan yang sama.

    “Pasar kini mulai khawatir tentang prospek pertumbuhan pada tahun 2025,” kata Paul Donovan, kepala ekonom di UBS global wealth management.

    “Kebijakan tarif Trump tidak dapat diprediksi, dengan serangkaian kemunduran yang begitu cepat sehingga hampir bertabrakan dengan pengumuman kenaikan pajak berikutnya,” ucapnya lagi menjelaskan.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Pengganti Starlink Makin Ramai Diburu, Elon Musk Minggir!

    Pengganti Starlink Makin Ramai Diburu, Elon Musk Minggir!

    Jakarta, CNBC Indonesia – Bisnis internet berbasis satelit kian kompetitif. China memiliki SpaceSail yang berambisi mengerahkan 15.000 satelit orbit rendah Bumi (LEO) pada 2030 mendatang.

    Sementara itu, Eutelsat dari Prancis digadang-gadang akan segera menggantikan dominasi Starlink milik Elon Musk.

    CNBC International melaporkan saham Eutelsat meroket hampir 390% pada pekan lalu. Eutelsat memanfaatkan roket dari SpaceX milik Musk dan firma lainnya untuk mengirim satelit ke LEO atau orbit atas Bumi (GEO).

    Pada 2023, Eutelsat mengombinasikan operasinya dengan firma satelit asal Inggris OneWeb. Hal ini menjadikan Eutelsat sebagai operator satelit terbesar ketiga di dunia dari segi pendapatan.

    Pekan lalu, Eutelsat dikabarkan berpotensi menggantikan internet Starlink di Ukraina. Selama bertahun-tahun, Starlink melayani konektivitas di negara konflik tersebut sebagai upaya membantu perang melawan Rusia.

    Namun, hubungan antara AS dan Ukraina kian memanas pasca Biden digantikan Donald Trump. Musk sendiri berperan penting dalam pemerintahan Trump dengan mengepalai Lembaga Efisiensi Pemerintah (DOGE).

    Trump telah menangguhkan semua bantuan militer ke Ukraina pasca bersitegang dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. Kongrontasi tersebut terjadi setelah Trump mengubah kebijakan AS terhadap Ukraina dan Rusia dan membuka peluang berdiskusi dengan Moskow.

    Pada Februari, laporan menyebut negosiator AS membuka kemungkinan untuk memutus akses Ukraina ke internet Starlink, jika kedua negara gagal menyepakati masalah mineral tanah jarang milik Ukraina.

    Pada awal Maret ini, Eutelsat mengatakan pihaknya telah berbicara dengan Uni Eropa untuk menyuplai akses internet tambahan ke Ukraina. Sejak saat itu, saham Eutelsat terus melonjak karena kemungkinan menggantikan Starlink di masa depan.

    “Semua orang bertanya kepada kami apakah kami akan menggantikan jumlah terminal Starlink yang sangat banyak di Ukraina. Kami akan mengupayakannya,” kata CEO Eutelsat Eva Berneke kepada Bloomberg, dikutip dari CNBC International, Selasa (11/3/2025).

    Eutelsat mengatakan saat ini memiliki 35 satelit GEO, ditambah konstelasi LEO sebanyak lebih dari 600 satelit.

    Pekan lalu, Musk mengatakan Ukraina akan lumpuh total jika beralih dari Starlink. Sebagai respons, Menteri Luar Negeri Polandia Radoslaw Sikorski menegaskan negaranya telah membayar Starlink untuk melayani akses internet di Ukraina.

    Polandia dikenal sebagai salah satu negara yang mendukung Ukraina mati-matian untuk melawan invasi Rusia sejak 2022. Sikorski mengatakan Polandia kemungkinan akan mencari alternatif penyuplai lain jika Starlink tidak bisa diandalkan.

    Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio membantah klaim Sikorski. “Tidak ada yang mengancam akan memutus hubungan Ukraina dengan Starlink,” kata dia.

    Sementara itu, Musk menjuluki Sikorski sebagai ‘orang keci’. Pada pekan ini, Perdana Menteri (PM) Polandia Donald Tusk membela Menteri Luar Negerinya. Ia mengatakan “Sikorski secara tenang menjelaskan posisi Polandia ke pejabat dari negara lain”.

    (fab/fab)

  • Uranium Iran Dekati Level Bom, Dewan Keamanan PBB Gelar Sidang

    Uranium Iran Dekati Level Bom, Dewan Keamanan PBB Gelar Sidang

    New York

    Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akan menggelar sidang tertutup pada Rabu (12/3) besok untuk membahas cadangan uranium Iran, yang dilaporkan meningkat hingga mendekati level bom.

    Pertemuan tertutup ini, seperti dilansir Reuters, Selasa (11/3/2025), diusulkan oleh enam negara dari total 15 anggota Dewan Keamanan PBB, yakni Prancis, Yunani, Panama, Korea Selatan (Korsel), Inggris dan Amerika Serikat (AS).

    Dalam pertemuan ini, menurut sejumlah diplomat PBB, Dewan Keamanan PBB juga akan membahas kewajiban Iran dalam memberikan pengawas nuklir PBB, Badan Energi Atom Internasional (IAEA), dengan “informasi yang diperlukan untuk mengklarifikasi masalah-masalah yang belum terselesaikan terkait dengan material nuklir yang tidak dideklarasikan yang terdeteksi di beberapa lokasi di Iran”.

    Misi diplomatik Iran untuk PBB yang berkantor di New York belum menanggapi rencana pertemuan ini.

    Teheran sebelumnya telah membantah ingin mengembangkan senjata nuklir. Namun, menurut laporan IAEA, Iran malah “secara dramatis” mempercepat pengayaan uranium hingga kemurnian 60 persen, mendekati angka 90 persen untuk level senjata.

    Negara-negara Barat mengatakan bahwa tidak diperlukan untuk memperkaya uranium ke level yang begitu tinggi di bawah program sipil apa pun dan tidak ada negara lainnya yang melakukan hal itu tanpa memproduksi bom nuklir. Iran berulang kali menegaskan program nuklirnya bersifat damai.

    Tahun 2015 lalu, Iran mencapai kesepakatan bernama Joint Comprehensive Plan of Action dengan negara-negara besar seperti Inggris, Jerman, Prancis, AS, Rusia dan China. Kesepakatan itu disertai pencabutan sanksi terhadap Teheran sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya.

    Namun pada tahun 2018, Washington yang saat itu dipimpin Presiden Donald Trump menarik diri dari kesepakatan tersebut. Sejak saat itu, Iran mulai menjauh dari komitmennya terkait nuklir.

    Inggris, Prancis dan Jerman telah memberitahu Dewan Keamanan PBB bahwa mereka siap — jika diperlukan — untuk mengaktifkan mekanisme “snap back” semua sanksi internasional demi mencegah Iran memproduksi senjata nuklir. Negara-negara Barat akan kehilangan kemampuan itu pada 18 Oktober tahun depan, ketika resolusi PBB tahun 2015 tentang kesepakatan nuklir itu berakhir.

    Sementara itu, Trump telah mengarahkan utusannya di PBB untuk bekerja sama dengan negara-negara sekutu dalam memberlakukan kembali sanksi dan pembatasan internasional terhadap Iran.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Terkuak! Ini Alasan Michelin Berhenti Pasok Ban untuk MotoGP

    Terkuak! Ini Alasan Michelin Berhenti Pasok Ban untuk MotoGP

    Jakarta

    Michelin akan berhenti memasok ban untuk MotoGP setelah musim 2026 berakhir. Mereka akan digantikan Pirelli sebagai pemasok baru. Lantas, apa alasan di balik pengunduran Michelin dari kejuaraan dunia tersebut?

    Disitat dari Motorsport, Selasa (11/3), produsen ban asal Prancis tersebut sudah menjadi pemasok untuk MotoGP selama 11 tahun lebih. Mereka mantap meninggalkan kejuaraan motor itu setelah tak sepaham dengan Dorna mengenai perjanjian baru.

    Dorna meminta Michelin menyediakan ban untuk seluruh kejuaraan balap motor. Bukan hanya MotoGP, melainkan juga Moto2, Moto3, MotoE, dan kompetisi junior seperti Rookies Cup dan Talent Cup.

    Ban Michelin untuk MotoGP Foto: Michelin

    Namun, Michelin tak menyanggupi permintaan tersebut. Padahal, mereka tengah mengerjakan kompon baru untuk musim 2027 dan seterusnya. Mereka lantas digantikan Pirelli yang dikontrak selama lima musim (2027-2031).

    “Kami telah mendiskusikan pembaruan kontrak dengan Dorna selama beberapa bulan, kemudian mereka memutuskan memiliki satu pemasok untuk semua kategori kejuaraan dunia, yakni MotoGP, Moto2, Moto3, MotoE, dan kategori junior seperti Rookies Cup dan Talent Cup,” ujar Manager Roda Dua Michelin, Piero Taramasso.

    “Untuk alasan strategis, mereka memutuskan bahwa memiliki satu pemasok lebih baik daripada dua, dan kami tidak tertarik untuk melakukan kategori lain di luar MotoGP dan MotoE,” tambahnya.

    Ban Michelin di MotoGP. Foto: AP/Kittinun Rodsupan

    Taramasso mengaku, pihaknya ingin fokus ke MotoGP. Sehingga, bagi dia, tak memungkinkan jika harus membagi fokusnya ke kompetisi lain, termasuk kelas rookie.

    “MotoGP adalah puncak dari balap motor, dengan para pebalap terbaik di dunia dan motor yang mampu melaju lebih dari 300 km/jam, yang memiliki tenaga luar biasa besar,” tuturnya.

    “Kategori ini memungkinkan Anda mendapatkan pengalaman dan memperoleh banyak data. Hal ini akan sangat berguna untuk melanjutkan pengembangan ban komersial. Dan apa yang Anda lakukan di MotoGP, Anda tidak dapat melakukannya di kategori lain,” lanjutnya.

    Taramasso juga memperhitungkan, memasok ban ke begitu banyak kejuaraan secara bersamaan akan merusak kualitas karet.

    “Sebaliknya, jika Anda membagi-bagi sumber daya Anda, Anda berisiko mengurangi kualitas layanan dan ban. Ini juga menjadi alasan mengapa kami memutuskan hengkang,” kata dia.

    Pirelli saat ini masih memiliki kesepakatan lain untuk memasok ban untuk World Superbike (WSBK) hingga akhir 2026, serta kemitraan utamanya dengan Formula 1, yang akan berlangsung paling cepat hingga 2027.

    (sfn/din)

  • Zelensky dan Tim AS Tiba di Arab Saudi, Ukraina Usulkan Gencatan Senjata Udara-Laut dengan Rusia – Halaman all

    Zelensky dan Tim AS Tiba di Arab Saudi, Ukraina Usulkan Gencatan Senjata Udara-Laut dengan Rusia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Ukraina akan mengusulkan gencatan senjata di udara dan laut dalam pertemuannya dengan delegasi Amerika Serikat (AS) di Arab Saudi.

    Delegasi Ukraina dan AS tiba di Arab Saudi pada hari Senin (10/3/2025) untuk melakukan pembicaraan pada hari Selasa (11/3/2025).

    Pertemuan tersebut bertujuan untuk menengahi pembicaraan dengan Rusia yang diharapkan akan mengakhiri perang Rusia-Ukraina.

    Menjelang keberangkatannya ke Arab Saudi, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Ukraina menginginkan perdamaian.

    “Kami selalu mengatakan Rusia adalah satu-satunya alasan berlanjutnya perang,” kata Zelensky pada Senin.

    Ia mengatakan Ukraina telah mencari perdamaian sejak awal perang.

    Televisi pemerintah Saudi melaporkan kedatangan Zelensky di Jeddah, kota pelabuhan di Laut Merah tempat pertemuan puncak Ukraina-AS akan berlangsung pada hari ini.

    Zelensky mengatakan tim Ukraina terdiri atas Kepala Staf Andriy Yermak, Menteri Luar Negeri Andriy Sybiha, dan Menteri Pertahanan Rustem Umerov.

    Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio yang memimpin tim AS juga terbang ke Jeddah.

    “Kami optimistis dengan pertemuan besok dan berterima kasih kepada Arab Saudi karena telah menjadi tuan rumah konferensi ini,” kata Marco Rubio kepada wartawan dalam perjalanannya ke Arab Saudi, Senin (10/3/2025).

    “Kita dapat memulai dengan gencatan senjata di Ukraina dan kemudian beralih ke negosiasi,” lanjutnya.

    Ia mengatakan Inggris dan Prancis memainkan peran positif dalam pembicaraan dengan Ukraina, serta menekankan tidak akan ada gencatan senjata di Ukraina tanpa konsesi dari kedua belah pihak.

    Dalam wawancara itu, Marco Rubio mengatakan belum ada tanggal spesifik untuk pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin.

    Namun, ia yakin pemerintah AS memiliki alat untuk menekan Rusia agar mau berdamai dengan Ukraina.

    Sebelumnya, seorang pejabat Ukraina mengatakan mereka akan mengusulkan gencatan senjata udara dan laut selama pembicaraan dengan AS di Arab Saudi.

    “Kami punya usulan gencatan senjata di udara dan laut karena kedua opsi gencatan senjata ini mudah dilaksanakan, mudah dipantau dan bisa dimulai,” kata pejabat yang meminta dirahasiakan identitasnya itu.

    Selain itu, pertemuan tim Ukraina dan AS di Jeddah bertujuan untuk meningkatkan kerja sama antara AS dan Ukraina.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Trump Kirim Surat Ancaman Aksi Militer ke Iran, Khamenei Sebut AS Perundung – Halaman all

    Trump Kirim Surat Ancaman Aksi Militer ke Iran, Khamenei Sebut AS Perundung – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, merespons surat yang dikirim oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

    Surat itu berisi ancaman akan menggunakan kekuatan militer jika Iran menolak melakukan perundingan tentang program nuklirnya.

    Khamenei menganggap surat tersebut sebagai bentuk perundungan atau penindasan.

    Dalam pertemuan dengan pejabat Iran, Khamenei mengatakan, “Beberapa negara suka menindas—saya tidak tahu istilah yang lebih tepat selain perundungan—mereka terus memaksa untuk bernegosiasi.”

    Trump mengungkapkan, ia mengirim surat kepada Khamenei untuk meminta perundingan baru mengenai kesepakatan nuklir.

    Trump memperingatkan, jika Iran menolak, maka opsi militer bisa menjadi pilihan.

    Namun, Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi mengatakan, Iran belum menerima surat tersebut hingga Sabtu (8/3/2025), meskipun mereka sudah mendengar tentang hal itu, AFP melaporkan.

    “Kami belum menerima apa pun,” ujarnya dalam wawancara dengan televisi pemerintah.

    Khamenei menuduh negara-negara yang menindas sengaja menetapkan persyaratan baru yang sulit dipenuhi oleh Iran.

    “Mereka menetapkan harapan baru yang pasti tidak akan bisa dipenuhi oleh Iran,” ujarnya, meskipun tidak langsung menyebut AS.

    Araghchi menambahkan Iran tidak akan bernegosiasi di bawah “tekanan maksimum”, yang mengacu pada kebijakan Trump yang memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran setelah menarik diri dari perjanjian nuklir pada 2018.

    Beberapa bulan terakhir, Iran telah terlibat dalam pembicaraan dengan tiga negara Eropa—Inggris, Prancis, dan Jerman—untuk menyelesaikan masalah nuklirnya.

    Namun, pada Sabtu (9/3/2025), Khamenei mengkritik ketiga negara ini dan mempertanyakan apakah mereka sudah memenuhi komitmen mereka dalam perjanjian nuklir (JCPOA).

    Khamenei menegaskan bahwa Iran mematuhi perjanjian tersebut selama setahun setelah Trump keluar, namun akhirnya Iran terpaksa mengurangi komitmennya setelah AS memberlakukan sanksi.

    Dalam beberapa bulan terakhir, Iran meningkatkan pengayaan uraniumnya melebihi batas yang disepakati dalam JCPOA.

    AS kini memperkirakan bahwa Iran bisa memproduksi senjata nuklir dalam waktu singkat, meskipun Iran membantah hal itu.

    Khamenei juga menegaskan bahwa Iran menentang pengembangan senjata nuklir, berdasarkan fatwa yang ia keluarkan yang melarang senjata nuklir.

    “Tidak ada cara lain untuk melawan paksaan dan intimidasi,” ujar Khamenei, mengacu pada undang-undang Iran yang mengizinkan peningkatan pengayaan uranium.

    Sementara itu, Teheran telah memperkuat kemampuan pertahanan dan rudalnya, yang dianggap Barat sebagai ancaman bagi stabilitas Timur Tengah.

    Khamenei mengatakan bahwa Iran tidak akan menerima tuntutan baru dari AS, terutama yang berkaitan dengan kemampuan pertahanan, jangkauan rudal, dan pengaruh internasional Iran.

    Trump dalam wawancara dengan Fox Business mengatakan ada dua cara untuk menangani Iran: “secara militer atau membuat kesepakatan.”

    Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Brian Hughes, menegaskan AS tetap terbuka untuk negosiasi, namun berharap “rezim Iran mengutamakan kepentingan rakyatnya.”

    Dilaporkan oleh CNN, Khamenei menegaskan bahwa Iran tidak akan dipaksa menerima tuntutan baru yang tidak sesuai dengan kepentingannya.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Trump Stop Bantuan ke Ukraina, Negara Baltik Alami Dilema

    Trump Stop Bantuan ke Ukraina, Negara Baltik Alami Dilema

    Jakarta

    Bagi ketiga negara bekas Uni Soviet ini, perang di Ukraina bukan sekadar konflik di perbatasan, melainkan garis pertahanan pertama. Jika Ukraina kalah, pasukan Rusia akan kembali berada di gerbang Baltik. Maka, bagi mereka, mendukung Ukraina adalah masalah eksistensial.

    Namun, permusuhan Trump terhadap Kyiv dan sikap lunaknya kepada Presiden Rusia Vladimir Putin menimbulkan kegelisahan di wilayah tersebut. Di sisi lain, sekitar dua ribu tentara AS masih ditempatkan di tiga negara Baltik. Ketika ditanya apakah pasukan ini akan tetap berada di benteng timur NATO, Trump awalnya menegaskan komitmennya terhadap Polandia, sebelum kemudian ragu-ragu dan berkata, “Baltik… itu kawasan yang juga sulit, tapi kami berkomitmen.”

    Trump kembali menekankan bahwa negara-negara Eropa harus meningkatkan kontribusi mereka dalam pertahanan. “Saya ingin melihat mereka menyamakan kontribusi, karena mereka masih jauh di bawah apa yang telah kami keluarkan,” ujarnya.

    Dilema pertahanan negara Baltik

    Ironisnya, negara-negara Baltik justru termasuk yang paling tinggi dalam pengeluaran pertahanan dibandingkan PDB mereka. Pada 2024, Estonia mengalokasikan 3,43%, Latvia 3,15%, dan Lituania 2,85%. Merespons situasi geopolitik yang semakin panas, ketiga negara telah berjanji meningkatkan anggaran pertahanan hingga 5% dari PDB mereka.

    Tomas Jarmalavicius, kepala studi di International Centre for Defense and Security di Tallinn, Estonia, mengatakan bahwa negara-negara Baltik kini menghadapi tantangan dalam menjaga dua jalur komunikasi yang semakin bertentangan.

    “Di satu sisi, AS tetap menjadi sekutu utama bagi Eropa dan Baltik. Di sisi lain, kami harus meningkatkan bantuan ke Ukraina agar mereka menang, meningkatkan tekanan terhadap Rusia, dan berinvestasi lebih besar dalam pertahanan Eropa,” ujar Jarmalavicius kepada DW.

    Namun, dia memperingatkan bahwa keseimbangan ini semakin sulit dijaga. “Akan tiba saatnya kami harus memilih: terus mendukung Ukraina atau mempertahankan keterlibatan AS. Karena bisa jadi, kami tidak bisa memiliki keduanya sekaligus,” tambahnya.

    Komitmen Estonia tak berubah

    Perdana Menteri Estonia, Kristen Michal, menegaskan bahwa negaranya akan terus bekerja sama dengan AS dalam berbagai aspek, terutama terkait Ukraina. “Untungnya, tidak ada negara NATO yang harus memilih antara aliansi NATO dan opsi lainnya, karena menurut saya NATO masih bekerja sebagaimana mestinya,” ujar Michal kepada DW.

    Namun, dengan dinamika geopolitik yang terus berubah, pertanyaan besar bagi negara-negara Baltik adalah seberapa lama mereka bisa tetap berada di tengah sebelum akhirnya dipaksa untuk memilih.

    Meskipun dilatari sejumlah pertentangan diplomasi, Amerika Serikat dan Ukraina masih berusaha membangun kerja sama dalam isu sumber daya mineral dan jaminan keamanan. Menurut Perdana Menteri Estonia, Kristen Michal, Eropa dapat memberikan sebagian perlindungan dan pendanaan untuk Ukraina, tetapi keterlibatan AS tetap sangat diperlukan.

    Di sisi lain, Michal melihat ada sisi positif dari tekanan Trump terhadap Eropa. “Jika Anda tahu bahwa Anda kaya dan di kawasan Anda ada ancaman dari Rusia, maka Anda harus berkontribusi dalam pertahanan. Seharusnya alarm ini sudah berbunyi sejak lama, bahkan tanpa Trump. Tapi sekarang, mungkin Trump justru membantu membunyikan alarm ini. Mungkin pesan yang buruk sekalipun tetap memiliki makna,” ujarnya.

    Taktik negosiasi atau perubahan haluan?

    Andzejs Viumsons, Sekretaris Negara di Kementerian Luar Negeri Latvia, mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan pasti terkait kebijakan terbaru Trump. “Semua sinyal yang kami terima dari Washington, termasuk yang terbuka untuk publik, menunjukkan bahwa ini adalah bagian dari taktik negosiasi dengan Ukraina. Itu memberi saya harapan bahwa ini bukan sesuatu yang final dan tidak bisa diubah,” kata Viumsons kepada DW.

    Dia juga menegaskan bahwa tidak ada indikasi bahwa pemerintahan AS saat ini bersikap pro-Rusia. “Dari semua pembicaraan yang kami lakukan dengan pemerintahan baru atau dengan menteri luar negeri mereka, tidak ada yang menunjukkan bahwa AS akan meninggalkan kami atau tiba-tiba menjadi sahabat Rusia,” tambahnya.

    Tak ada alternatif selain AS

    Linas Kojala, Direktur Pusat Studi Geopolitik dan Keamanan di Vilnius, Lithuania, mengatakan bahwa negara-negara Baltik berusaha tetap positif terhadap AS karena tidak ada pengganti yang sepadan dalam hal keamanan.

    “Mungkin dalam tiga, lima, tujuh, atau sepuluh tahun ke depan, Eropa bisa menggantikan peran AS, tetapi itu membutuhkan banyak uang, waktu, dan kemauan politik. Saat ini, kami harus melakukan segala yang diperlukan untuk menyelamatkan hubungan dengan AS,” ujar Kojala.

    Dia mengibaratkan negara-negara Baltik sebagai kapal laut yang dinahkodai AS. “Kami bisa melompat dari kapal, tetapi tidak ada kapal lain di sekitar. Saat ini, tidak ada alternatif langsung yang bisa kami andalkan,” jelasnya.

    Jika ada pilihan lain, reaksi negara-negara Baltik terhadap Trump mungkin akan berbeda. “Beberapa pernyataan Trump sangat sulit diterima dan bertentangan langsung dengan kepentingan Ukraina,” tambah Kojala.

    Pertahanan mandiri

    Ke depan, prioritas negara-negara Baltik adalah hal-hal yang masih dapat mereka kendalikan: terus mendukung Ukraina, memperkuat pertahanan mandiri, dan meningkatkan kerja sama dengan sekutu Eropa seperti Jerman, Prancis, dan Inggris.

    Meski selama ini mereka merasa Eropa kurang berkontribusi dalam pertahanan, rencana pertahanan senilai €800 miliar yang diusulkan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dianggap sebagai langkah ke arah yang benar.

    “Saya ingat setengah tahun lalu, ketika saya baru menjabat, saya berbicara dengan Ursula von der Leyen dan meminta agar pertahanan bisa dipercepat serta aturan anggaran diubah. Saat itu dia mengatakan belum ada peluang. Kemarin saya mengingatkan dia tentang hal itu—dan akhirnya, kami sampai di titik ini,” pungkas Michal.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Inggris

    Lihat juga Video ‘Vandalisme di Resor Golf Trump: Ditulisi ‘Gaza Tidak untuk Dijual”:

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu