Negara: Prancis

  • Gempa 6,5 SR Guncang Guadeloupe di Laut Karibia, Ada Peringatan Tsunami

    Gempa 6,5 SR Guncang Guadeloupe di Laut Karibia, Ada Peringatan Tsunami

    Jakarta

    Gempa dangkal berkekuatan 6,5 SR mengguncang lepas pantai Guadeloupe, sebuah Region Prancis yang terletak di Laut Karibia bagian timur. Menurut seismolog AS, tak ada kerusakan atau korban luka yang dilaporkan langsung oleh pihak berwenang.

    Dilansir AFP, Selasa (28/10/2025), Survei Geologi AS (USGS) menyatakan episentrum gempa berada sekitar 160 kilometer (100 mil) di timur pulau Karibia. Kedalaman gempa yakni 9 kilometer sekitar pukul 08.30 waktu setempat (12.30 GMT).

    Pihak berwenang mengeluarkan peringatan tsunami singkat setelah gempa awal. Terjadi beberapa gempa susulan yang cukup kuat.

    Reporter AFP mengatakan mereka merasakan gempa di Guadeloupe dan Martinique, wilayah seberang laut Prancis.

    (fca/fca)

  • Gubernur Bank Sentral Warning Ekonomi Menuju “Mati Suri” Gegara Utang

    Gubernur Bank Sentral Warning Ekonomi Menuju “Mati Suri” Gegara Utang

    Jakarta, CNBC Indonesia – Gubernur Bank of France, Francois Villeroy de Galhau, mengeluarkan peringatan keras bahwa Prancis berada dalam risiko “mati suri ekonomi” jika negara tersebut tidak segera mengatasi masalah anggaran dan utangnya.

    Dalam sebuah wawancara akhir pekan lalu, Villeroy de Galhau mengakui bahwa Prancis menghadapi “masalah anggaran yang serius,” di mana defisit pemerintah diproyeksikan tetap tinggi sebesar 5,4% dari PDB pada 2025, hanya sedikit membaik dari 5,8% tahun lalu.

    Ia juga mendesak pemerintah untuk menurunkan defisit tersebut hingga 3% pada tahun 2029 demi memulihkan kredibilitas fiskal.

    “Negara kita tidak terancam kebangkrutan, tetapi dengan mati suri bertahap,” kata Villeroy de Galhau, menunjuk pada biaya pembayaran utang yang diproyeksikan meningkat tajam.

    Biaya layanan utang Prancis diperkirakan akan melonjak dari 30 miliar euro (sekitar Rp579,2 triliun) pada tahun 2020 menjadi lebih dari 100 miliar euro (sekitar Rp1.930 triliun) pada akhir dekade ini.

    Ia memperingatkan bahwa suku bunga yang lebih tinggi sudah mendorong biaya pinjaman untuk rumah tangga dan bisnis, sekaligus mengalihkan dana dari prioritas seperti pertahanan dan transisi hijau.

    Villeroy de Galhau juga menyoroti beban utang yang diwariskan kepada generasi mendatang.

    “Akhirnya, dan di atas segalanya, itu adalah utang yang makin besar yang kita tinggalkan untuk anak cucu kita,” katanya.

    Utang publik Prancis saat ini berada di angka 3,3 triliun euro (sekitar Rp63.713 triliun) atau sekitar 115% dari PDB-nya.

    Komentar Villeroy de Galhau muncul tak lama setelah Moody’s merevisi prospek kredit Prancis dari stabil menjadi negatif, mengutip “fragmentasi politik” yang dapat menghambat pembuatan kebijakan.

    Sebelumnya pada tahun ini, Fitch Ratings dan S&P Global Ratings juga telah menurunkan peringkat kredit Prancis menjadi A+, menunjukkan risiko fiskal dan politik yang meningkat.

    Villeroy de Galhau mencatat bahwa Moody’s kini menjadi satu-satunya lembaga besar yang masih memberikan Prancis peringkat double-A, yang ia gambarkan sebagai “tanda bahwa negara itu mempertahankan kekuatannya, meskipun prospeknya negatif.”

    Meskipun dihadapkan pada ancaman fiskal, Gubernur tersebut mempertahankan perkiraan pertumbuhan yang moderat sekitar 0,7% pada 2025, mencatat bahwa Prancis tetap menjadi “negara Eropa utama yang menciptakan lapangan kerja terbanyak selama sepuluh tahun terakhir.”

    Adapun tingkat pengangguran di Prancis, yang secara tradisional tinggi, saat ini berada di sekitar 7,5%.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Terungkap! Sains Pecahkan Misteri Kematian Massal Tentara Napoleon

    Terungkap! Sains Pecahkan Misteri Kematian Massal Tentara Napoleon

    Jakarta

    Studi terbaru mengungkap alasan di balik kematian massal pasukan Napoleon. Setidaknya setengah dari 600.000 pasukan meninggal dunia setelah ditarik mundur dari Rusia pada 1812.

    Sepulang dari Rusia, pasukan Napoleon dihadang masalah mulai musim dingin yang ekstrem, kelaparan, dan penyakit. Sebuah studi baru kini berhasil mengidentifikasi patogen mana yang turut menghancurkan pasukan tersebut.

    “Sangat menarik menggunakan teknologi yang kita miliki saat ini untuk mendeteksi dan mendiagnosis sesuatu yang terkubur selama 200 tahun,” kata peneliti metagenomik Nicolás Rascovan dari Institut Pasteur di Prancis.

    Para dokter pada saat itu mendokumentasikan tifus, dengan gejala-gejala yang meliputi demam, sakit kepala, dan ruam. Namun, para peneliti tidak menemukan jejak bakteri Rickettsia prowazekii, yang mungkin bertanggung jawab atas penyakit tersebut.

    Setelah mengekstraksi dan menganalisis DNA purba dari gigi 13 tentara, mereka justru menemukan bukti bahwa para prajurit tersebut menderita kombinasi paratifoid yang disebabkan oleh strain Salmonella enterica. Sementara itu, demam kambuhan mereka disebabkan oleh bakteri bernama Borrelia recurrentis, yang ditularkan oleh kutu badan.

    “Meskipun belum tentu fatal, demam kambuhan yang ditularkan kutu dapat secara signifikan melemahkan individu yang sudah kelelahan,” jelas tim peneliti dalam makalah mereka.

    Ilmuwan memperingatkan bahwa meskipun analisis mereka tidak mendeteksi tifus, bukan berarti tifus tidak berkontribusi pada kepergian banyak tentara. Sebab, mereka hanya mengambil sampel dari 13 orang. Lebih dari 3.000 jenazah ditemukan di kuburan massal yang ditemukan di Vilnius, Lituania, pada tahun 2001.

    Lebih lanjut, peneliti lain telah menunjukkan beberapa penyakit yang sesuai dengan catatan sejarah gejala, termasuk tifus.

    Banyak pria dimakamkan dengan seragam mereka dan juga dengan kuda. Ketiadaan senjata menunjukkan bahwa orang-orang ini tidak tewas dalam pertempuran, Barbieri dan timnya menjelaskan.

    “Analisis sampel yang lebih banyak akan diperlukan untuk memahami sepenuhnya spektrum penyakit epidemi yang berdampak pada tentara Napoleon selama mundurnya Rusia,” tulis mereka.

    Berdasarkan hasil penelitian tersebut, disimpulkan bahwa skenario yang masuk akal untuk kematian para prajurit ini adalah kombinasi kelelahan, kedinginan, dan beberapa penyakit, termasuk demam paratifoid dan demam kambuhan yang ditularkan kutu.

    Temuan ini dilaporkan dalam Current Biology. Demikian melansir Science Alert.

    (ask/ask)

  • Pajak Karbon CBAM Hambat Ekspor ke Eropa, Ekonom: Perlu Disepakati Lewat IEU-CEPA

    Pajak Karbon CBAM Hambat Ekspor ke Eropa, Ekonom: Perlu Disepakati Lewat IEU-CEPA

    Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom menilai penerapan Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) oleh Uni Eropa sebagai bentuk hambatan perdagangan non-tarif mesti segera diantisipasi. 

    Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, kebijakan tersebut dinilai akan berdampak besar terhadap produk ekspor Indonesia, terutama yang beremisi karbon tinggi.

    “Penerapan CBAM pada dasarnya itu adalah bentuk dari penerapan hambatan perdagangan oleh Uni Eropa dalam bentuk non-tarif,” kata Faisal kepada Bisnis, Senin (27/10/2025).

    Menurut dia, tujuan utama CBAM adalah untuk mengontrol masuknya produk beremisi karbon tinggi ke pasar Uni Eropa dengan dalih pengurangan emisi global. Namun, di sisi lain, kebijakan ini juga menjadi bentuk proteksi terhadap industri Eropa sendiri.

    Faisal menjelaskan, negara berkembang seperti Indonesia umumnya masih bergantung pada energi berbasis fosil dalam proses produksinya. Kondisi ini membuat produk ekspor nasional sulit bersaing karena dianggap memiliki jejak karbon yang tinggi. 

    Terlebih, infrastruktur hijau dan teknologi rendah karbon di Indonesia masih terbatas dibandingkan negara maju.

    Beberapa komoditas ekspor utama seperti produk manufaktur seperti besi dan baja, aluminium, pupuk, dan lainnya serta turunan perkebunan seperti sawit disebut menjadi sektor yang paling rentan terdampak CBAM. 

    Faisal menilai jika mekanisme ini benar-benar diberlakukan penuh pada 2026, maka akses produk Indonesia ke pasar Eropa bisa semakin terhambat.

    “Ini akan banyak terhalang menurut saya dalam masuk ke pasar Eropa. Kalau itu betul-betul diperlakukan sampai 2026 dan ini merupakan sejalan juga nanti dengan pemberlakuan IEU-CEPA,” jelasnya.

    Dia menambahkan, dalam perjanjian Indonesia–EU Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA), Indonesia perlu mendorong adanya kerja sama teknis agar pelaku ekspor domestik bisa menyesuaikan diri dengan standar lingkungan Uni Eropa. Selain itu, investasi dari Eropa juga diharapkan mengarah pada sektor dan rantai pasok yang lebih hijau.

    Lebih lanjut, dia menyoroti pentingnya koordinasi lintas kementerian dan lembaga untuk memastikan pengurangan emisi di seluruh rantai produksi industri. 

    “Harus lebih baik koordinasinya, kelembagaannya disusun dengan benar, dan harus berorientasi bukan hanya menyesuaikan tapi juga untuk mendapatkan keuntungan secara ekonomi atau meminimalisir kerugian ekspor-impor,” pungkasnya.

    Pada Maret 2025, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto telah mempromosikan peluang kerja sama dengan salah satu negara anggota Uni Eropa, Prancis dalam mengembangkan inovasi teknologi hijau untuk mendukung industri nasional dalam memenuhi persyaratan CBAM. 

    Dalam kesempatan tersebut Menko Airlangga meminta dukungan Prancis dalam hal transfer teknologi, investasi, dan pengembangan kapasitas industri rendah karbon, khususnya di sektor baja, aluminium, dan pupuk.

    “Prancis memiliki keahlian dalam hal teknologi hidrogen. Indonesia dapat mengusulkan proyek percontohan pemanfaatan green hydrogen dalam produksi bahan dan pupuk yang rendah karbon,” ujarnya kala bertemu dengan Chairman of the Board of Business France and France Ambassador for International Investments Pascal Cagni di Paris.

    Selain itu, Indonesia juga mendorong realisasi komitmen Prancis dalam pembiayaan hijau terutama melalui inisiatif Just Energy Transition Partnership (JETP), khususnya guna membantu pendanaan transisi industri menuju kepatuhan terhadap kebijakan CBAM. 

  • Dua Tersangka Pencurian Mahkota Louvre Dibekuk Polisi

    Dua Tersangka Pencurian Mahkota Louvre Dibekuk Polisi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Dua tersangka pencurian sejumlah permata mahkota Prancis dari Museum Louvre berhasil ditangkap di wilayah dekat Paris pada Sabtu. Salah satu dari mereka diringkus sebelum menaiki pesawat di Bandara Charles de Gaulle, Prancis.

    Berdasarkan laporan surat kabar Le Parisien, yang pertama kali memberitakan kasus tersebut, dua pria berusia sekitar 30’an tahun yang berasal dari wilayah pinggiran Seine-Saint-Denis, Paris berhasil ditangkap pada Sabtu malam.

    Keduanya sudah dikenali oleh kepolisian Prancis, dan salah satunya dikabarkan hendak berangkat ke Aljazair. Jaksa Paris Laure Beccuau tidak memerinci jumlah pasti orang yang ditangkap maupun informasi lebih lanjut mengenai identitas mereka.

    Adapun, dalam sebuah pernyataan, Beccuau menyayangkan bocornya informasi mengenai penangkapan para tersangka. Pasalnya, hal ini berpotensi menghambat jalannya penyelidikan.

    “Pengungkapan ini hanya akan menghambat upaya investigasi sekitar 100 penyidik yang telah dimobilisasi, baik untuk mencari perhiasan curian maupun semua pelaku. Masih terlalu dini untuk memberikan detail spesifik,” kata Beccuau dikutip dari Reuters, Minggu (26/10/2025).

    Untuk diketahui, para pencuri berhasil membawa kabur delapan perhiasan berharga senilai sekitar US$ 102 juta dari koleksi Museum Louvre pada 19 Oktober.

    Aksi ini mengungkap celah keamanan di museum paling banyak dikunjungi di dunia tersebut, setelah para pelaku menggunakan derek untuk memecahkan jendela di lantai atas saat jam operasional. Mereka kemudian melarikan diri dengan sepeda motor

    Adapun, berita perampokan ini menggema ke seluruh dunia dan memicu perenungan di Prancis, dengan banyak pihak menganggapnya sebagai sebuah penghinaan nasional.

    (ven/haa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Prancis Tangkap 2 Orang Terkait Pencurian di Museum Louvre

    Prancis Tangkap 2 Orang Terkait Pencurian di Museum Louvre

    Paris

    Otoritas Prancis dilaporkan menangkap dua tersangka terkait pencurian permata mahkota berharga dari Museum Louvre Paris. Salah satu tersangka disebut ditangkap saat hendak naik pesawat.

    Dilansir BBC, Minggu (26/10/2025), surat kabar Le Parisien melaporkan kedua tersangka berasal dari pinggiran kota Paris, Seine-Saint-Denis. Salah satunya ditangkap saat sedang bersiap untuk naik pesawat dari Bandara Charles de Gaulle.

    Barang-barang senilai EUR 88 juta atau setara Rp 1,7 triliun dicuri dari museum yang paling banyak dikunjungi di dunia minggu lalu. Keempat pencuri menggunakan perkakas listrik membobol gedung di siang bolong.

    Menteri Kehakiman Prancis sejak itu mengakui bahwa protokol keamanan ‘gagal’ dan membuat citra buruk bagi negara itu. Laporan menyebutkan para tersangka, yang telah diidentifikasi polisi, ditangkap pada Sabtu (25/10).

    Polisi khusus menangani kasus ini. Polisi dapat menginterogasi mereka hingga 96 jam.

    Komplotan tersebut dilaporkan tiba pukul 09.30 waktu setempat tak lama setelah museum dibuka untuk umum. Para tersangka tiba dengan lift mekanis yang terpasang di kendaraan untuk mengakses Galerie d’Apollon (Galeri Apollo) melalui balkon di dekat Sungai Seine.

    Foto-foto dari lokasi kejadian menunjukkan tangga menuju jendela lantai satu. Dua pencuri kemudian masuk ke museum dengan membobol jendela menggunakan alat-alat listrik.

    Mereka kemudian mengancam para penjaga, yang kemudian mengevakuasi pengunjung, dan membobol kaca dua etalase berisi perhiasan. Laporan awal mengungkapkan satu dari tiga ruangan di area museum yang digerebek tidak memiliki kamera CCTV.

    Polisi Prancis mengatakan para pencuri berada di dalam selama empat menit dan melarikan diri dengan dua skuter yang menunggu di luar pada pukul 09.38. Langkah-langkah keamanan telah diperketat di sekitar lembaga-lembaga budaya Prancis.

    Menurut pihak berwenang Prancis, ada delapan barang yang dicuri termasuk diadem atau ikat kepala berhiaskan permata, kalung, anting-anting, dan bros. Semuanya barang itu berasal dari abad ke-19 dan dulunya milik keluarga kerajaan atau penguasa kekaisaran Prancis.

    Kementerian Kebudayaan Prancis menyatakan bahwa barang-barang yang dicuri mencakup:

    – Sebuah tiara dan bros milik Permaisuri Eugénie, istri Napoleon III
    – Sebuah kalung zamrud dan sepasang anting-anting zamrud dari Permaisuri Marie Louise
    – Sebuah tiara, kalung, dan satu anting dari set safir milik Ratu Marie-Amelie dan Ratu Hortense

    – Sebuah bros yang dikenal sebagai ‘bros relikui’

    Perhiasan-perhiasan tersebut dihiasi dengan ribuan berlian dan batu permata berharga lainnya. Mahkota Permaisuri Eugénie ditemukan rusak karena terjatuh saat para pencuri berusaha kabur. Menteri Dalam Negeri Prancis, Laurent Nuñez, menyebut permata yang dicuri itu ‘tak ternilai’ dan ‘memiliki nilai warisan yang tak terkira’.

    Lihat juga Video: Detik-detik Pencuri Museum Louvre Kabur Pakai Lift Barang

    Halaman 2 dari 2

    (haf/imk)

  • Mengapa Singapura Terobsesi dengan Pepohonan dan Tempat Teduh?

    Mengapa Singapura Terobsesi dengan Pepohonan dan Tempat Teduh?

    Jakarta

    Singapura telah lama menjadikan penghijauan dan penyediaan tempat teduh sebagai prioritas utama di setiap area. Mungkinkah kota-kota lain melakukan hal yang sama?

    Panas adalah ancaman iklim paling mematikan bagi umat manusia karena merenggut lebih banyak nyawa setiap tahun ketimbang gabungan banjir, badai, dan kebakaran hutan.

    Dan risiko paling besar ada di kota-kota, yang memanas dua kali lebih cepat daripada bagian lain planet ini akibat efek pemanasan perkotaan. Suhu udara di area perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan.

    Seiring meningkatnya suhu, para pemimpin kota di seluruh dunia, mulai dari Paris di Prancis hingga Phoenix di AS, berencana menambah jumlah tempat teduh secara strategis.

    Namun, Singapura yang panas terik mungkin sudah memiliki infrastruktur naungan terbaik di antara kota mana pun di Bumi.

    Orang-orang di Singapura sudah punya cara mereka sendiri untuk menghadapi hujan deras dan panas menyengat. Yang paling utama mungkin adalah trotoar beratap.

    Asal usul naungan publik ini tidak jelas. Meskipun “jalur kaki lima” yang menembus lantai dasar toko-toko dan rumah-rumah beratap ini menyerupai portico Bologna, kemungkinan besar jalur ini berasal dari Asia Tenggara.

    Raffles pernah mewajibkan pembangunan jalur pejalan kaki yang jelas, berkesinambungan, dan beratap di kedua sisi jalan demi menjamin kelancaran transportasi saat cuaca buruk. Namun, konsep “teras” beratap ini lambat laun ditinggalkan.

    Jalan-jalan tersebut dihidupkan kembali dalam bentuk modern oleh Lee Kuan Yew, perdana menteri yang memimpin Singapura menuju kemerdekaan pada 1960-an.

    Lee agak terlalu teliti dan memiliki minat khusus pada iklim dan kenyamanan. Ia yakin bahwa kelembapan menghambat produktivitas ekonomi negara.

    Di dalam ruangan, ia mengubah Singapura menjadi apa yang disebut jurnalis Cherian George sebagai “negara ber-AC”. Di luar ruangan, ia fanatik terhadap tempat teduh.

    Lee dikenal sering menguliahi bawahannya tentang desain jalan setapak dan promenade tempat jalan-jalan yang buruk. Dia terkadang berlutut di tanah yang panas membara untuk membuktikan suatu hal.

    Ketika pemerintahan Lee membangun perumahan yang menjulang tinggi pada dekade 1960-an dan 1970-an, para perancang memastikan bahwa bagian lantai dasar setiap struktur tetap terbuka dan memiliki sirkulasi udara yang baik.

    Para arsitek melestarikan lantai dasar tersebut sebagai “dek kosong” komunal yang memungkinkan warga berkumpul sambil menikmati angin sepoi-sepoi.

    Selanjutnya, pada akhir 1980-an hingga 1990-an, badan perumahan dan transportasi Singapura mengambil langkah lain: mereka mengarahkan pemasangan kanopi logam mandiri di atas trotoar guna memastikan jalur menuju halte bus atau stasiun kereta tetap kering.

    Saat ini, pihak berwenang mengklaim telah membangun sekitar 200 kilometer trotoar beratap.

    Bayangkan, jika steger konstruksi yang tersebar di seluruh New York adalah arsitektur trotoar permanen pencapaian yang sangat tidak menarik, tetapi ternyata fungsional.

    Di AS, pengembang properti diwajibkan untuk menjauhkan bangunan mereka dari jalan agar cahaya masuk lebih banyak.

    Sebaliknya, di Singapura, mereka harus membuat kanopi pejalan kaki sepanjang 2,4 meter3,7 meter dari lantai dasar bangunan mereka.

    Penelitian menunjukkan kanopi tersebut memiliki efek yang serupa dengan halte bus yang bersih dan dirancang dengan baik.

    Baca juga:

    Seperti kehadiran halte yang terasa bisa mempercepat waktu tunggu bus, warga Singapura juga melaporkan berjalan-jalan di trotoar terasa 14% lebih singkat daripada berjalan-jalan di bawah terik matahari.

    “Anda berada di wilayah tropis yang selalu sangat panas, dan selalu sangat lembap,” kata Yun Hye Hwang, seorang arsitek lanskap dan profesor di Universitas Nasional Singapura.

    Dengan suhu tinggi harian berkisar antara 31C33C sepanjang tahun, “kita selalu membutuhkan tempat teduh,” tambahnya.

    Hampir semua orang lebih memilih naungan alami dari kanopi pohon daripada atap logam buatan.

    Namun, menurut Lea Ruefenacht dari Cooling Singapore, pohon memiliki keterbatasan.

    Walaupun pohon memberikan keteduhan dan mendinginkan melalui penguapan air, kelembapan tambahan yang dilepaskan di iklim Singapura yang sudah lembap dapat memperparah hawa panas.

    Untuk kenyamanan, Ruefenacht merekomendasikan keseimbangan antara naungan hijau dan abu-abu.

    Di Singapura, naungan abu-abu terpadat ditemukan di lantai beton hutan pencakar langit di pusat kota.

    Pengembang properti kini diwajibkan oleh otoritas untuk menyediakan naungan yang dianggap “memadai” di plaza atau area terbuka.

    Ketentuan spesifiknya adalah setidaknya 50% dari area tempat duduk harus tetap sejuk antara pukul 09.00 hingga 16.00 waktu setempat.

    Naungan yang diwajibkan tersebut dapat berasal dari berbagai elemen seperti pohon, payung, atau tenda.

    Namun, otoritas secara eksplisit menyebutkan dalam panduan desain bahwa bayangan dari menara atau bangunan tinggi di dekatnya juga dihitung sebagai sumber keteduhan.

    Pendekatan ini sangat kontras dengan yang diterapkan di Kota New York. Di sana, bayangan yang ditimbulkan oleh bangunan terhadap ruang terbuka tidak dianjurkan, dan potensi bayangan tersebut bahkan dapat menjadi penghalang utama bagi rencana pembangunan baru.

    Di iklim yang lebih dingin ini, pengembang diinstruksikan untuk menempatkan plaza mereka di sisi selatan yang menghadap matahari, untuk menciptakan kehangatan musim dingin. Faktanya, plaza tidak diperbolehkan menghadap utara.

    Singapura memiliki prioritas yang berbeda. Idealnya, pengembang menempatkan plaza di sisi timur bangunan mereka, sehingga dapat didinginkan oleh naungan di sore hari. Ini adalah sisi di mana bayangan perkotaan jarang dimanfaatkan publik.

    “Di wilayah tropis di dunia, sebagian masalahnya selalu terletak pada kenyataan bahwa permukiman mewarisi aturan bangunan dari wilayah beriklim sedang, dan mereka tidak selalu memiliki sarana untuk meninjaunya dan bertanya, ‘apakah ini cocok untuk kita?’” kata Kelvin Ang, direktur konservasi di Otoritas Pembangunan Kembali Perkotaan Singapura.

    “Di Singapura, entah bagaimana ada banyak kesadaran bahwa aturan bangunan dan tata ruang harus mendorong adanya naungan, karena intensitas matahari.”

    Para perencana kota meyakini jika ruang publik tidak teduh, tidak akan ada yang menggunakannya.

    Terlepas dari potensi dampaknya terhadap kelembapan, Perdana Menteri Lee menuntut adanya pepohonan di mana-mana karena yakin Singapura yang “bersih dan hijau” akan menarik bagi investor asing.

    Di bawah komandonya, unit taman dan pepohonan yang baru dibentuk untuk merapikan jalan-jalan utama, menaunginya dengan kanopi lebar Angsana, trembesi, mahoni, dan akasia.

    “Bunga boleh saja,” kata Lee kepada kepala departemen, “tapi beri saya naungan dulu”.

    Pada 1970-an, ketika Lee menerapkan sistem penetapan harga kemacetan dan skema lain untuk mendorong warga beralih ke transportasi umum, ia menyadari adanya kendala: terik matahari yang menyengat di trotoar, penyeberangan, dan halte bus dapat membuat calon penumpang enggan menggunakan transportasi publik.

    Oleh karena itu, ia mulai fokus pada perbaikan fasilitas tersebut.

    Di Los Angeles, pohon-pohon adalah hal terakhir yang dipikirkan dalam perancangan jalan.

    Mereka baru ditanam setelah semua pekerjaan utama selesaisaluran bawah tanah digali, trotoar dicor, tepi jalan dan saluran air dibangun, serta jalan masuk rumah dituang semen.

    Akibatnya, pohon-pohon itu cuma “dipaksakan” masuk ke lubang beton kecil di trotoar, tanpa perencanaan yang layak.

    Namun, di Singapura, Lee memberikan perintah agar para perencana kota memasukkan faktor bayangan tersebut sebagai pertimbangan sejak awal perencanaan.

    Saluran listrik di atas tanah yang merusak trotoar Los Angeles dan membuat pepohonan menjadi kecil dan rindang jarang ditemukan.

    Sebagian besar utilitas diletakkan di bawah tanah, dalam lubang-lubang kecil yang membentang di sepanjang pepohonan jalan dan akarnya.

    Baca juga:

    Infrastruktur hijau direncanakan oleh para perencana kota, direkayasa oleh badan pekerjaan umum, dan dikelola oleh dewan taman yang anggarannya meningkat sepuluh kali lipat di bawah kepemimpinan Lee.

    Pendanaan dan koordinasi telah terbukti menjadi pembeda antara hutan kota yang subur dan sekumpulan pepohonan kota yang kumuh.

    Selain jalan, para perencana kota Singapura mewajibkan penghijauan dalam pembangunan swasta, meregenerasi taman baru kota untuk mengkompensasi hutan hujan alami yang hampir punah.

    Pemerintah Singapura memiliki banyak pengaruh. Melalui aturan pengambilalihan tanah oleh negara yang sangat kuat. Pemerintah memiliki sekitar 90% lahan, dan inspektur bangunan tidak akan mengizinkan sebuah bangunan untuk dihuni sampai mereka melihat pepohonan di tanah.

    Kompleks perumahan umum Singapura yang luas juga dilengkapi dengan halaman berumput, halaman yang rindang, dan jalur setapak yang ditumbuhi pepohonan yang terhubung dengan taman dan cagar alam.

    Akibatnya, pepohonan hampir ada di mana-mana, baik di lingkungan kaya maupun miskin.

    “Kami tidak membedakan antara wilayah kelas menengah dan kelas pekerja,” tulis Lee dalam memoarnya, mengklaim bahwa hal itu akan menjadi “bencana politik” bagi Partai Aksi Rakyat.

    Hal ini membedakan Singapura dari kota-kota di Amerika, di mana naungan merupakan indikator yang andal untuk ketimpangan ekonomi.

    Berkat kebijakan perencanaan kota yang cerdas termasuk pengembangan ribuan hektar taman lokal dan upaya reklamasi lahan yang sangat ambisius Singapura berhasil melakukan sesuatu yang luar biasa: kota ini menjadi lebih lebat dan lebih hijau secara bersamaan.

    Pihak berwenang mengklaim hutan kota tumbuh dari 158.600 pohon pada 1974 menjadi 1,4 juta pada 2014, bahkan ketika kota tersebut bertambah tiga juta penduduk.

    Saat ini, hampir separuh pulau ditutupi rerumputan, semak belukar, dan pepohonan berkanopi lebar. Hal ini meruntuhkan anggapan bahwa kota tidak dapat menyediakan ruang bagi alam seiring pertumbuhannya.

    “Lingkungan biofisik lah yang menjadi faktor pembeda,” kata Daniel Burcham, mantan peneliti di dewan taman, ketika saya memintanya menjelaskan kesuksesan Singapura.

    “Menanam pohon itu mudah, apalagi jika musim panas setiap hari dan curah hujan lebih dari 2 meter setiap tahun.”

    Namun tanpa konsensus politik, tambahnya, tidak akan ada ruang yang tersisa bagi pohon-pohon itu untuk tumbuh.

    “Ini adalah tujuan yang ingin mereka [pemerintahan Lee] kejar, dan itu adalah visi yang mereka semua sepakati bersama untuk mencapainya.”

    Saat ini, Burcham mengajar arborikulturilmu budidaya pohon dan hutandi Colorado State University di Fort Collins.

    Kota semi-kering ini memiliki sistem pemerintahan di mana pemimpin politik menjabat dalam periode singkathanya beberapa tahun, bukan puluhan tahun.

    “Beberapa orang akan mencirikan Lee Kuan Yew sebagai orang kuat, atau tokoh semi-otoriter, dan sampai batas tertentu, itu memang benar,” kata Burcham.

    “Tetapi ini adalah satu hal baik yang datang dari sistem itu. Dia menetapkan tujuan ini dan menyediakan sumber daya material serta memberikan dukungan politik bagi rakyat untuk mencapainya.”

    Meskipun hal ini membutuhkan koherensi lintas pemerintahan, pada prinsipnya tidak ada alasan mengapa pemerintah yang dipilih secara demokratis di kota-kota tropis seperti Miami atau Honolulu tidak dapat mempertahankan proyek semacam itu.

    Jadi, apakah semua naungan ini melindungi warga Singapura?

    Pada sore hari, jalanan di kawasan bisnis Singapura, yang terbenam dalam bayang-bayang gedung pencakar langit, adalah yang paling sejuk di kota ini.

    Efeknya berakhir ketika matahari terbenam, dan gedung-gedung melepaskan radiasi matahari yang diserapnya.

    Pada malam hari, halaman hijau kompleks perumahan umum mungkin menawarkan kelegaan paling besar, karena udaranya 1C2C lebih dingin daripada angin yang berembus di kawasan komersial yang ramai.

    Berdasarkan hubungan epidemiologis yang terbukti antara suhu udara dan penyakit akibat panas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan yang paling teduh di Singapura adalah lingkungan yang paling aman dari risiko penyakit terkait panas.

    Infrastruktur peneduh seperti pepohonan dan bangunan tidak akan cukup untuk mengatasi semua efek pemanasan akibat perubahan iklim, tetapi akan memberikan dampak.

    Efektivitas yang sama seperti yang ditunjukkan Singapura sebuah negara yang diperintah secara otokratis dan berfokus pada penyediaan naungan berkat obsesi pemimpinnya kemungkinan besar tidak akan tercapai oleh pemerintah di Amerika Serikat.

    Sebagian besar kota di AS juga tidak cukup beruntung memiliki iklim ideal seperti Singapura untuk menanam pohon.

    Meskipun demikian, Singapura menunjukkan apa yang dapat dilakukan dengan perencanaan naungan yang disengaja oleh pemerintah.

    Kota yang lebih sejuk untuk semua orang itu sangat mungkin diwujudkan, jangan berpura-pura menganggapnya mustahil.

    Versi bahasa Inggris dari artikel yang berjudul How Singapore became obsessed by shade dapat Anda baca di BBC Future.

    Tonton juga Video: Makan Yamien Komplet dengan Suasana Asri Pepohonan di Menteng

    (haf/haf)

  • Dian Sandi PSI: Turis Asing Kagum Indonesia Punya Kereta Cepat, Bukan Soal Siapa Presidennya

    Dian Sandi PSI: Turis Asing Kagum Indonesia Punya Kereta Cepat, Bukan Soal Siapa Presidennya

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Ketua Direktorat Diseminasi Informasi dan Sosial Media DPP PSI, Dian Sandi Utama, menyebut Kereta Cepat Whoosh kini menjadi perhatian dunia.

    Melalui unggahannya di X, Dian memperlihatkan sejumlah video dari konten kreator luar negeri yang tengah viral.

    Dalam video-video tersebut, para turis asing tampak takjub saat menjajal Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang diresmikan pada era pemerintahan Jokowi.

    Dikatakan Dian, hal menarik dari video-video itu adalah tidak ada satu pun dari mereka yang menyebut nama Jokowi.

    “Mereka tidak menyebut nama Jokowi,” ujar Dian di X @DianSandiU (26/10/2025)

    Mereka hanya berfokus pada rasa kagum terhadap kemajuan Indonesia yang kini memiliki kereta cepat berteknologi tinggi.

    “Mereka mengatakan, hebatnya Indonesia punya kereta cepat,” sebutnya.

    Dian menilai, ini menjadi bukti bahwa keberadaan Whoosh sudah melampaui sekadar simbol politik.

    Kereta cepat itu kini menjadi ikon baru yang mengangkat citra Indonesia di mata dunia.

    Ia juga membandingkan kecepatan Whoosh dengan kereta cepat di beberapa negara maju.

    Dian bilang, kecepatan Whoosh mengalahkan kereta cepat di Jepang dan Prancis yang hanya berada di kisaran 320 kilometer per jam.

    “Mengalahkan Prancis dan Jepang yang hanya 320km/jam,” tandasnya.

    Dian mengaku bangga karena banyak turis asing yang memuji kehebatan Indonesia tanpa embel-embel politik.

    Baginya, hal ini menunjukkan bahwa pembangunan besar seperti proyek Whoosh telah memberikan dampak nyata bagi citra bangsa.

    (Muhsin/Fajar)

  • Madagaskar Cabut Kewarganegaraan Presiden Rajoelina Usai Dimakzulkan

    Madagaskar Cabut Kewarganegaraan Presiden Rajoelina Usai Dimakzulkan

    Jakarta

    Pemerintah baru Madagaskar mencabut kewarganegaraan Presiden Andry Rajoelina yang dimakzulkan. Rajoelina diduga telah memperoleh kewarganegaraan Prancis sejak 2014.

    Dilansir AFP, Sabtu (25/10/2025) pencabutan kewarganegaraan itu berdasarkan dekrit resmi pemerintah. Dekrit tersebut berarti Rajoelina — yang dimakzulkan pada 14 Oktober setelah melarikan diri dari negara kepulauan itu setelah berminggu-minggu protes — tidak akan dapat mengikuti pemilihan umum mendatang.

    Media lokal melaporkan bahwa dekrit yang diterbitkan dalam lembaran negara resmi tersebut menyatakan bahwa kewarganegaraan Rajoelina dicabut karena ia telah memperoleh kewarganegaraan Prancis pada tahun 2014. Sementara foto-foto dokumen tersebut dibagikan secara daring.

    Lembaga penyiaran Prancis RFI mengatakan telah mengonfirmasi dekrit tersebut dengan rombongan perdana menteri baru, Herintsalama Rajaonarivelo, yang menandatangani perintah tersebut.

    Dekrit tersebut mengutip undang-undang yang menetapkan bahwa seorang warga negara Malagasi yang secara sukarela memperoleh kewarganegaraan asing akan kehilangan kewarganegaraan Malagasinya.

    Kewarganegaraan Prancis Rajoelina memicu skandal ketika terungkap menjelang pemilihan umum November 2023, hampir 10 tahun setelah diberikan.

    Politikus berusia 51 tahun itu melarikan diri dari Madagaskar setelah Kolonel Angkatan Darat Michael Randrianirina mengatakan pada 11 Oktober bahwa unit CAPSAT-nya akan menolak perintah untuk menumpas gerakan protes yang dipimpin pemuda, yang telah coba ditumpas oleh pasukan keamanan dengan kekerasan.

    Rajoelina kemudian mengatakan bahwa ia bersembunyi demi keselamatannya, tetapi tidak mengatakan di mana lokasinya.

    (lir/jbr)

  • Aplikasi Pengganti WhatsApp Tambah Ramai, Ternyata Ini Alasannya

    Aplikasi Pengganti WhatsApp Tambah Ramai, Ternyata Ini Alasannya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Telegram, pesaing bisnis layanan pesan singkat WhatsApp, berhasil mencatatkan 1 miliar pengguna aktif pada Maret 2025. Torehan itu kian mendekatkan Telegram untuk melibas dominasi WhatsApp.

    Adapun pengguna aktif WhatsApp saat ini lebih dari 2 miliar dan diprediksi akan mencapai 3 miliar pada akhir 2025.

    Selain capaian jumlah pengguna aktif, Pendiri sekaligus CEO Telegram, Pavel Durov, pada Maret lalu juga mengumumkan profit perusahaan sebesar US$ 547 pada 2024.

    “Di atas kami ada WhatsApp, layanan murah yang meniru Telegram,” kata Pavel Durov, dikutip dari TechCrunch, Sabtu (25/10/2025).

    Pada komen itu, Pavel turut menyebutkan bahwa selama bertahun-tahun WhatsApp berupaya mengikuti inovasi Telegram, sembari membakar uang miliaran dolar AS untuk lobi dan kampanye PR demi memperlambat pertumbuhan perusahaan.

    “Tapi mereka [WhatsApp] gagal. Telegram bertumbuh, meraup keuntungan, dan mempertahankan kemandirian kami,” ucap Pavel.

    Dikutip dari DemandSage, 10 juta orang telah berlangganan layanan berbayar Telegram Premium. India menjadi negara yang paling banyak menggunakan Telegram dengan porsi 45% dari total pengguna. Sementara itu, hanya 9% pengguna Telegram yang datang dari AS.

    Sebanyak 53,2% pengguna Telegram berasal dari kelompok usia 25-44 tahun. Lebih banyak pria daripada perempuan yang menggunakan Telegram, dengan proporsi 58% berbanding 42%.

    Secara rata-rata, pengguna Telegram menghabiskan waktu 3 jam 45 menit per bulan untuk mejajal aplikasi tersebut. Memang durasi tersebut masih jauh di bawah WhatsApp yang rata-rata diakses 17 jam 6 menit per bulan.

    Saat melaporkan pengguna aktif Telegram sebanyak 900 juta pada 2024 lalu, Pavel Durov mengatakan perusahaan menghadapi tekanan dari berbagai negara untuk membatasi pertukaran informasi tertentu.

    Bahkan, Pavel Durov sempat ditahan di Prancis pada Agustus 2024 atas tuduhan keterlibatan dalam mendistribusikan pornografi anak, obat-obatan terlarang, dan perangkat lunak peretasan pada aplikasi pesan singkat Telegram.

    Tak sampai sepekan pasca ditangkap, ia dibebaskan bersyarat. Pavel juga diminta membayar uang jaminan senilai 5 juta euro. Sejak saat itu, Telegram mulai melakukan penyesuaian dengan meningkatkan moderasi konten di dalam platform.

    Kendati demikian, Pavel menekankan netralitas platformnya dari konflik geopolitik. Saat Rusia menginvasi Ukraina pada 2022 lalu, Telegram menjadi salah satu sumber informasi yang tak menyaring konten-konten di dalamnya.

    Meski dinilai transparan, tetapi banyak juga konten bermuatan disinformasi yang tersebar di platform tersebut. Pavel menjamin sistem enkripsi pada Telegram akan membuat pertukaran informasi di dalamnya benar-benar terlindungi dan bebas intervensi pemerintah.

    “Saya lebih baik bebas ketimbang tunduk pada perintah siapa pun,” ujarnya pada 2024 sebelum ditangkap.

    Menurut Pavel, ada berbagai cara yang dilancarkan pemerintah untuk mengelabui enkripsi Telegram. Salah satunya datang dari FBI.

    Ia mengatakan FBI pernah mencoba merekrut engineer Telegram untuk membobol backdoor platformnya. FBI tak berkomentar soal tuduhan ini.

    Namun, ia mengatakan tekanan untuk menjunjung kebebasan berpendapat dan berekspresi sebenarnya tak hanya datang dari pemerintah. Tantangan itu justru lebih banyak datang dari rivalnya seperti Apple dan Alphabet.

    “Dua platform tersebut benar-benar bisa menyensor apa saja yang Anda baca, serta mengakses semua yang ada di smartphone Anda,” kata dia.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]