Negara: Polandia

  • Studi Harvard Sebut RI Nomor 1 Dunia, Amerika Kalah

    Studi Harvard Sebut RI Nomor 1 Dunia, Amerika Kalah

    Jakarta, CNBC Indonesia – Indonesia berhasil menjadi peringkat pertama sebagai negara dengan tingkat kesejahteraan psikologis atau “flourishing” tertinggi di dunia.

    Pencapaian ini terungkap dalam studi terbaru Universitas Harvard yang dipublikasikan melalui jurnal ilmiah Nature Mental Health.

    Penelitian tersebut melibatkan survei besar bertajuk Global Flourishing Study dengan partisipasi lebih dari 203.000 responden dari 22 negara.

    Aspek yang diteliti mencakup kesehatan, kebahagiaan, makna hidup, karakter, hubungan sosial, keamanan finansial, hingga spiritualitas.

    Hasilnya, orang-orang yang tinggal di Indonesia adalah yang paling berkembang, diikuti oleh Israel, Filipina, dan Meksiko.

    Sebaliknya, Amerika Serikat (AS) menduduki peringkat ke-12 dalam daftar, sedangkan Inggris menduduki peringkat ke-20 dari 22 negara.

    Menurut para peneliti, temuan ini menyoroti pepatah lama bahwa uang bukanlah segalanya. Peneliti menjelaskan bahwa kesejahteraan bukan hanya soal kekayaan atau kesehatan fisik semata.

    “Berkembang itu multidimensi, dan berbagai negara berkembang dengan cara yang berbeda,” tulis tim peneliti dalam studi mereka, dikutip dari Daily Mail, Jumat (12/9/2025).

    “Banyak negara maju memang mencatat skor tinggi dalam hal keamanan finansial, tetapi justru rendah dalam aspek makna hidup, hubungan sosial, dan karakter pro-sosial,” sambungnya.

    Para peserta disurvei dalam tujuh variabel, serta data demografis seperti usia, jenis kelamin, status pernikahan dan pekerjaan, pendidikan, kesehatan, agama, dan riwayat pribadi.

    Hasilnya menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat teratas, dengan skor perkembangan sebesar 8,3. Diikuti oleh Israel (7,87), Filipina (7,71), Meksiko (7,64), dan Polandia (7,55).

    Meskipun Indonesia bukanlah negara terkaya, Indonesia menempati peringkat tinggi dalam ukuran hubungan dan karakter pro-sosial, yang mendorong hubungan sosial dan komunitas.

    Di sisi lain, Jepang ditemukan sebagai negara yang masyarakatnya paling tidak berkembang, dengan skor 5,89. Diikuti oleh Turki (6,32), Inggris (6,79), India (6,87) dan Spanyol (6,9).

    Jepang yang notabene lebih kaya dan orang-orangnya hidup lebih lama, namun responden di sana paling kecil kemungkinannya untuk menjawab ‘ya’ untuk pertanyaan yang menanyakan apakah mereka memiliki teman dekat.

    Indonesia dinilai unggul dalam aspek hubungan sosial dan karakter pro-sosial, dua faktor penting yang menciptakan keterhubungan dan komunitas yang kuat.

    Temuan ini menunjukkan bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan tidak melulu ditentukan oleh faktor ekonomi semata. Peneliti juga menemukan bahwa tingkat kesejahteraan cenderung meningkat seiring bertambahnya usia.

    Temuan ini sekaligus menjadi pengingat bahwa negara dengan penghasilan rendah hingga menengah, seperti Indonesia, justru bisa menunjukkan performa tinggi dalam indikator kesejahteraan menyeluruh.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Kirim Surat, Trump Minta Negara-Negara NATO Setop Beli Minyak Rusia

    Kirim Surat, Trump Minta Negara-Negara NATO Setop Beli Minyak Rusia

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika (AS) Serikat Donald Trump mendesak seluruh negara anggota NATO untuk segera menghentikan pembelian minyak dari Rusia. Hal ini diketahui melalui surat terbuka yang dikirim Trump ke NATO.

    Surat tersebut dikirim melalui unggahan di platform Truth Social yang ditujukan kepada semua negara NATO. Dalam surat tersebut, ada ancaman Trump yang akan menahan sanksi AS jika aliansi Barat tidak kompak menjatuhkan embargo energi terhadap Moskow.

    “Saya siap memberikan sanksi berat kepada Rusia ketika semua negara NATO telah sepakat untuk melakukan hal yang sama, dan ketika semua negara NATO BERHENTI MEMBELI MINYAK DARI RUSIA,” tulis Trump, Sabtu (13/9/2025), dalam unggahan yang ia sebut sebagai surat kepada NATO dan dunia.

    Trump menilai komitmen NATO untuk memenangkan perang Ukraina masih lemah, terlebih karena sejumlah anggota aliansi tetap membeli energi dari Rusia. “Ini sangat melemahkan posisi negosiasi dan daya tawar Anda terhadap Rusia,” kata Trump.

    Ia juga mengusulkan agar NATO menjatuhkan tarif 50-100% kepada China, yang dianggap menopang ekonomi Rusia di tengah isolasi global.

    “Jika NATO melakukan apa yang saya katakan, perang akan segera berakhir. Jika tidak, Anda hanya membuang-buang waktu saya,” tulisnya.

    Menurut Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih (CREA), Turki menjadi pembeli minyak Rusia terbesar ketiga di dunia setelah China dan India. Negara anggota NATO lain yang masih mengimpor minyak Rusia termasuk Hongaria dan Slovakia.

    Pengamat hubungan internasional dari Atlantic Council, Daniel Fried, menilai sikap Trump menunjukkan pola lama tekanan terhadap sekutu.

    “Trump kembali menempatkan NATO di bawah ultimatum. Namun, menghentikan minyak Rusia sepenuhnya akan sulit karena beberapa anggota masih sangat bergantung pada pasokan tersebut,” ujar Fried.

    Unggahan Trump muncul di tengah meningkatnya eskalasi militer Rusia di Eropa Timur. Pekan lalu, pasukan Polandia dan NATO menembak jatuh drone Rusia yang melanggar wilayah udara Polandia, dalam serangan terbesar Moskow terhadap Ukraina sejak 2022.

    (pgr/pgr)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Rusia-Belarus Latihan Militer Besar-besaran di tengah Ketegangan ‘Serangan’ Drone ke Polandia

    Rusia-Belarus Latihan Militer Besar-besaran di tengah Ketegangan ‘Serangan’ Drone ke Polandia

    JAKARTA – Rusia dan Belarus memulai latihan militer gabungan besar-besaran di dekat perbatasan NATO. Latihan digelar di tengah meningkatnya ketegangan dengan aliansi Barat tersebut, dua hari setelah Polandia menembak jatuh pesawat nirawak (drone)  Rusia yang melintasi wilayah udaranya.

    Latihan “Zapad-2025”, unjuk kekuatan oleh Rusia dan sekutu dekatnya, Belarus, berlangsung di lokasi latihan di kedua negara, termasuk di dekat perbatasan Polandia.

    Serangan itu dijadwalkan jauh sebelum insiden drone, yang menandai pertama kalinya anggota NATO menembaki target Rusia yang masuk selama perang 3,5 tahun.

    Dilansir Reuters, Jumat, 12 September, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pada tahap pertama latihan, pasukan akan melakukan simulasi menangkis serangan terhadap Rusia dan Belarus, yang aliansinya dikenal sebagai Negara Kesatuan.

    Tahap kedua akan berfokus pada “pemulihan integritas teritorial Negara Kesatuan dan penghancuran musuh, termasuk dengan partisipasi pasukan koalisi dari negara-negara sahabat”, kata kementerian tersebut.

    Belarus berbatasan dengan tiga anggota NATO—Polandia, Lituania, dan Latvia—di sebelah baratnya, dan Ukraina di sebelah selatannya.

    Kremlin mengatakan pada Jumat, 12 September, kekhawatiran Eropa tentang latihan tersebut merupakan respons emosional yang didasarkan pada permusuhan terhadap Rusia.

    Kremlin menolak berkomentar mengenai insiden drone minggu ini, yang dipandang di Barat sebagai peringatan bagi NATO dan ujian bagi responsnya.

    Negara-negara Barat menyebut insiden pesawat nirawak tersebut sebagai provokasi yang disengaja oleh Rusia, yang dibantah Moskow. Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pesawat nirawaknya telah melakukan serangan di Ukraina barat pada saat itu, tetapi tidak berencana untuk menyerang target apa pun di Polandia.

    Presiden AS Donald Trump mengatakan serangan pesawat nirawak Rusia itu bisa saja merupakan kesalahan.

    “Saya tidak senang dengan apa pun yang berkaitan dengan seluruh situasi ini, tetapi semoga itu akan berakhir,” katanya kepada wartawan pada Kamis.

    Polandia Siaga Tinggi

    Perdana Menteri Polandia Donald Tusk telah manuver “Zapad” yang akan datang sebagai “sangat agresif” dan mengumumkan Polandia akan menutup perbatasannya dengan Belarus pada tengah malam pada Kamis.

    Wakil Menteri Pertahanan Polandia Cezary Tomczyk mengatakan Polandia bersiap selama berbulan-bulan dan sedang mengadakan latihannya sendiri, dengan nama sandi “Iron Defender”.

    “Ada sekitar 30.000 tentara dalam latihan Iron Defender dan sekitar 5.000 di perbatasan” dengan Belarus, kata Tomczyk menanggapi pertanyaan Reuters.

    Lituania juga menyatakan akan melindungi perbatasannya karena latihan militer tersebut.

    Kepala Staf Umum Belarus, Mayor Jenderal Pavel Muraveiko, mengatakan semua latihan akan diadakan pada “jarak yang signifikan” dari perbatasan dengan negara-negara anggota NATO dan Ukraina.

    Ia mengatakan latihan tersebut akan mencakup penggunaan drone, peperangan elektronik, dan penggunaan kecerdasan buatan untuk mendukung pengambilan keputusan.

    Latihan Zapad terakhir berlangsung pada September 2021, lima bulan sebelum invasi skala penuh Rusia ke Ukraina, yang sebagian diluncurkan dari wilayah Belarus.

    Pemimpin Belarus Alexander Lukashenko adalah sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin dan mendukungnya selama perang, meskipun tanpa mengerahkan pasukannya sendiri untuk bertempur.

    Sejak dimulainya perang, Belarus mengizinkan Rusia untuk menempatkan rudal nuklir taktis di wilayahnya dan sedang bersiap untuk menjadi tuan rumah bagi rudal hipersonik Oreshnik baru milik Moskow.

    Lukashenko secara bersamaan berupaya memperbaiki hubungan dengan Amerika Serikat setelah bertahun-tahun dikenai sanksi AS dan Uni Eropa.

    Pada Kamis, dia membebaskan 52 tahanan atas permintaan Presiden AS Donald Trump dan mengatakan ia mendukung Trump dalam upayanya menyelesaikan serangkaian konflik internasional.

  • Gempa M 7,4 Picu Peringatan Tsunami, Rusia Imbau Warganya Waspada

    Gempa M 7,4 Picu Peringatan Tsunami, Rusia Imbau Warganya Waspada

    Kamchatka

    Otoritas Timur Jauh Rusia dalam kondisi siaga tinggi setelah gempa bumi berkekuatan Magnitudo 7,4 yang mengguncang area lepas pantai Kamchatka, pada Sabtu (13/9) waktu setempat, memicu peringatan tsunami. Warga yang tinggal di area pesisir diimbau untuk waspada dan tetap berhati-hati.

    Gubernur Kamchatka, Vladimir Solodov, seperti dilansir RT.com, Sabtu (13/9/2025), mengatakan bahwa fasilitas penting dan bangunan tempat tinggal mulai diperiksa untuk menaksir dampak gempa tersebut.

    Solodov menyebut gempa di wilayahnya tercatat berkekuatan Magnitudo 6,7. Survei Geologi Amerika Serikat (AS) atau USGS sebelumnya mencatat gempa itu berkekuatan Magnitudo 7,4 dengan pusatnya berada di lokasi berjarak 111 kilometer di sebelah timur kota Petropavlovsk-Kamchatsky, pusat administrasi wilayah Kamchatka.

    Pusat gempa tersebut, menurut data USGS, berada di kedalaman 39,5 kilometer.

    “Para spesialis telah mulai memeriksa fasilitas-fasilitas penting dan bangunan tempat tinggal setelah gempa susulan yang kuat. Semua layanan telah ditempatkan dalam siaga tinggi,” ucap Solodov dalam pengumuman via Telegram.

    Sejauh ini belum ada kerusakan serius yang dilaporkan imbas gempa tersebut. Namun para pejabat setempat mengimbau warga untuk tetap berhati-hati, terutama di sepanjang area pantai.

    “Ancaman tsunami telah diumumkan. Kami meminta semua orang untuk sangat berhati-hati ketika mengunjungi Pantai Khalatyrsky dan area rawan tsunami lainnya,” kata Solodov mengimbau warganya.

    Otoritas Timur Jauh Rusia terus memantau situasi dengan saksama karena gempa susulan masih terjadi. Solodov mengimbau warga untuk “tetap tenang dan hanya memperhatikan informasi dari sumber resmi”.

    Kementerian Darurat Rusia di area Sakhalin memperkirakan gelombang hingga 0,5 meter atau 50 cm dapat mencapai Pulau Paramushir dan Shumshu di area Distrik Sever-Kurilsky.

    Pusat Peringatan Tsunami Pasifik sebelumnya merilis peringatan tsunami usai gempa mengguncang area Kamchatka. Disebutkan Pusat Peringatan Tsunami Pasifik bahwa gelombang “berbahaya” dengan ketinggian satu meter mungkin menerjang sepanjang pantai Rusia dalam radius 300 kilometer dari pusat gempa.

    Wilayah Jepang, Hawaii, dan pulau-pulau lainnya di kawasan Pasifik, menurut Pusat Peringatan Tsunami Pasifik, mungkin diterjang gelombang dengan ketinggian kurang dari 30 cm.

    Pada Juli lalu, wilayah Semenanjung Kamchatka diguncang salah satu gempa terkuat yang pernah tercatat. Gempa berkekuatan Magnitudo 8,8 pada saat itu memicu tsunami setinggi empat meter di Samudra Pasifik dan memicu evakuasi di berbagai negara mulai dari Hawaii di AS hingga Jepang.

    Gempa itu juga memicu gelombang aktivitas seismik dan vulkanik, dengan gunung berapi Krasheninnikov meletus untuk pertama kalinya dalam 600 tahun. Sementara Klyuchevskaya Sopka, salah satu gunung berapi tertinggi di Eurasia, mengalami letusan terdahsyat dalam 70 tahun.

    Lihat juga Video ‘PM Polandia Geram Banyak Drone Rusia Mondar-mandir di Negaranya’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Perang Besar Menanti, Ini Perbandingan Kekuatan Militer NATO Vs Rusia

    Perang Besar Menanti, Ini Perbandingan Kekuatan Militer NATO Vs Rusia

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ketegangan antara Rusia dan NATO kembali mencuat setelah jet tempur aliansi Barat mencegat pesawat nirawak Moskow yang melanggar wilayah udara Polandia.

    Insiden ini dinilai sebagai eskalasi langsung pertama sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022 dan memicu kekhawatiran kemungkinan perang terbuka antara dua kekuatan militer terbesar dunia.

    Komando operasional militer Polandia menyebut pelanggaran tersebut sebagai “tindakan agresi yang menimbulkan ancaman nyata bagi keselamatan warga negara”.

    Insiden ini juga menyoroti prinsip pertahanan kolektif NATO, di mana serangan ke salah satu anggota dapat memicu Pasal 5 dan melibatkan seluruh aliansi, termasuk Amerika Serikat.

    Kekuatan Militer NATO

    Amerika Serikat menjadi tulang punggung NATO dengan anggaran pertahanan 2023 mencapai US$916 miliar atau sekitar Rp14,1 kuadriliun. Angka ini hampir 40% dari total belanja militer dunia. Inggris berada di posisi keenam dengan US$74,9 miliar (Rp1,15 kuadriliun).

    “Komitmen AS tetap penting, tetapi Eropa perlu menanggung lebih banyak beban agar Washington bisa mengalihkan fokus ke China,” tulis Washington Post dalam sebuah editorial.

    NATO kini diperkuat dengan masuknya Finlandia (2023) dan Swedia (2024), yang menambah keunggulan geostrategis aliansi. Namun, tantangan tetap ada: sistem persenjataan yang beragam, kekurangan amunisi, serta industri pertahanan yang terfragmentasi.

    Secara keseluruhan, NATO memiliki 3,43 juta tentara aktif, 22.377 pesawat militer, 1.143 kapal perang, dan hampir 1 juta kendaraan lapis baja.

    Kekuatan Militer Rusia

    Di sisi lain, Rusia meningkatkan anggaran pertahanannya hingga 120 miliar euro atau sekitar Rp2,01 kuadriliun pada 2025. Angka ini setara 6% PDB negara itu dan hampir empat kali lipat dari 2021.

    Moskow menargetkan 1,5 juta prajurit aktif, meski saat ini baru memiliki 1,32 juta tentara. Dari sisi persenjataan, Rusia mengoperasikan 4.292 pesawat, 419 kapal perang, 5.750 tank, serta 131 ribu kendaraan lapis baja, di mana seluruhnya jauh di bawah total kolektif NATO.

    “Ekonomi perang Rusia saat ini menghasilkan lebih banyak output dari yang dibutuhkan hanya untuk Ukraina, yang menunjukkan persiapan menghadapi konfrontasi lebih luas,” ujar analis militer Jerman yang dikutip UK Defence Journal.

    Keseimbangan Nuklir dan Risiko Global

    Dalam hal senjata nuklir, kekuatan Rusia dan NATO relatif seimbang. Rusia memiliki 5.580 hulu ledak, sementara NATO (AS, Inggris, Prancis) menguasai 5.559 unit.

    Bloomberg Economics memperkirakan jika konflik berskala penuh pecah, dampak ekonomi global bisa mencapai US$1,5 triliun atau Rp23,1 kuadriliun hanya pada tahun pertama, akibat lonjakan harga energi dan guncangan pasar keuangan.

    Selain itu, sejumlah analis menilai NATO lebih unggul dalam perang konvensional berkat struktur komando terpadu, interoperabilitas, dan teknologi yang lebih maju.

    “Perbedaan kualitas senjata Barat membuat NATO kemungkinan besar akan menang cepat dalam perang konvensional melawan Rusia,” kata Al Jazeera.

    Namun, ancaman sebenarnya terletak pada opsi nuklir. “Serangkaian kekalahan dapat memaksa Moskow menggunakan senjata nuklir taktis atau menghadapi kekalahan total,” tambah laporan itu.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Ura! Rusia Gagalkan Serangan Ukraina, Jatuhkan 221 Drone Kyiv

    Ura! Rusia Gagalkan Serangan Ukraina, Jatuhkan 221 Drone Kyiv

    Jakarta, CNBC Indonesia – Rusia pada hari Jumat (12/9/2025) mengatakan telah menembak jatuh 221 drone Ukraina, salah satu jumlah tertinggi selama perang. Hal ini terjadi saat Moskow dan sekutu utamanya, Belarus, memulai latihan militer besar yang membuat khawatir negara-negara Barat.

    Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan sistem peringatannya telah “mencegat dan menghancurkan” drone-drone tersebut dalam semalam, dengan lebih dari setengahnya terbang di atas wilayah Bryansk dan Smolensk.

    “Dua puluh delapan drone ditembak jatuh di atas wilayah Leningrad, yang mengelilingi kota St Petersburg, dan sembilan di wilayah Moskow,” ujar keterangan itu dikutip AFP.

    Gubernur Leningrad, Aleksandr Drozdenko, mengatakan kebakaran terjadi di sebuah kapal di Pelabuhan Primorsk, sebuah fasilitas utama di Laut Baltik. Walau begitu, api berhasil dikendalikan dan tidak ada risiko tumpahan minyak.

    Serangan-serangan ini terjadi setelah Polandia, yang berbatasan dengan Ukraina, menuduh Rusia melancarkan serangan drone di wilayahnya minggu ini. Moskow telah membantah menargetkan negara itu dan mengatakan tidak ada bukti bahwa drone tersebut milik Rusia.

    Namun, Prancis dan Jerman bergerak untuk memperkuat pertahanan wilayah udara Polandia, dan Dewan Keamanan PBB mengadakan pertemuan darurat untuk membahas tuduhan tersebut.

    Rusia secara rutin menargetkan Ukraina dengan rentetan serangan drone sebagai bagian dari ofensif yang sedang berlangsung di sana.

    Sementara itu, Rusia dan Belarus memulai latihan militer gabungan “Zapad”, saat pasukan Moskwa terus maju secara perlahan di sepanjang garis depan yang luas di Ukraina dan meningkatkan serangan udara ke kota-kota Ukraina.

    Anggota-anggota sayap timur NATO yang berbatasan dengan Belarus yakni Polandia, Lituania, dan Latvia berada dalam kewaspadaan tinggi terkait latihan yang diadakan di dekat Borisov, sebuah kota di sebelah timur ibu kota Minsk.

    Ketiga negara tersebut telah meningkatkan keamanan menjelang latihan. Polandia bahkan memerintahkan penutupan total perbatasannya dengan Belarus selama latihan berlangsung.

    Biasanya diadakan setiap empat tahun, latihan yang dinamakan Zapad edisi 2025 ini adalah yang pertama selama konflik di Ukraina, dan akan berlangsung hingga 16 September.

    Moskwa mengirim sekitar 200.000 tentara untuk latihan serupa pada tahun 2021, hanya beberapa bulan sebelum melancarkan ofensifnya di Ukraina. Namun, latihan Zapad tahun ini diperkirakan akan jauh lebih kecil, karena ratusan ribu tentara Rusia dikerahkan di Ukraina.

    (tps/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • NATO “Terpecah” di Persimpangan Perang Lawan Rusia, PBB Sidang Darurat

    NATO “Terpecah” di Persimpangan Perang Lawan Rusia, PBB Sidang Darurat

    Jakarta, CNBC Indonesia – Dewan Keamanan PBB akan menggelar sidang darurat pada Jumat (12/9/2025) waktu setempat atas permintaan Polandia, menyusul serangan pesawat nirawak atau drone Rusia yang masuk ke wilayahnya. Insiden ini memicu kegelisahan baru di Eropa sekaligus menguji soliditas NATO.

    Menteri Luar Negeri Polandia Radosław Sikorski menegaskan serangan tersebut tidak mungkin merupakan “kesalahan” seperti yang disebut Presiden AS Donald Trump.

    “Sembilan belas pelanggaran wilayah udara kami, beberapa lusin drone teridentifikasi, beberapa ditembak jatuh, dan berlangsung selama tujuh jam. Jadi kami tidak bisa mengatakan itu kecelakaan,” ujarnya kepada media lokal, seperti dikutip The Guardian.

    Serpihan drone ditemukan hingga 300 mil ke dalam wilayah Polandia, yang merupakan anggota NATO, menandai pertama kalinya aliansi itu secara langsung menghadapi pesawat nirawak Rusia. Sikorski bersama menteri luar negeri Ukraina dan Lithuania menyebut serangan ini sebagai “provokasi yang disengaja dan terkoordinasi”.

    Meski begitu, Panglima Tertinggi NATO untuk Eropa, Alexus Grynkewich, menilai belum jelas apakah serangan itu dilakukan dengan sengaja.

    “Kami belum tahu apakah ini tindakan disengaja atau tidak,” katanya dalam pengarahan, seraya menambahkan klaim Polandia soal jumlah drone masih perlu diverifikasi.

    Beberapa negara Eropa langsung memanggil duta besar Rusia. Menteri Luar Negeri Swedia, Maria Malmer Stenergard, menegaskan, “Pelanggaran Rusia tidak dapat diterima dan merupakan ancaman bagi keamanan Eropa.”

    Kanselir Jerman bahkan berjanji meningkatkan dukungan militer, termasuk menggandakan jumlah jet tempur dalam misi pengawasan NATO di timur Eropa.

    Namun, Trump sejauh ini menunjukkan sikap ambigu. Ia hanya menulis di media sosial, “Ada apa dengan Rusia yang melanggar wilayah udara Polandia dengan drone? Ayo kita mulai!” tanpa mengutuk serangan tersebut.

    Duta Besar AS untuk NATO, Matthew Whitaker, memberi sinyal berbeda dengan menyatakan dukungan penuh. “Kami akan mempertahankan setiap jengkal wilayah NATO,” tulisnya di X.

    Perdana Menteri Polandia Donald Tusk memperingatkan bahwa serangan tersebut menempatkan negaranya pada risiko perang terbesar sejak Perang Dunia II.

    “Polandia lebih dekat ke konflik militer dibandingkan kapan pun sejak 1945,” katanya.

    Sebagai langkah antisipasi, Warsawa menutup wilayah udara timur untuk penerbangan sipil hingga 9 Desember. Polandia juga mempercepat modernisasi militer, termasuk menanti pengiriman jet tempur F-35 dari AS pada tahun depan.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Rusia-Belarusia Gelar Latihan Militer Besar-besaran

    Rusia-Belarusia Gelar Latihan Militer Besar-besaran

    Jakarta

    Rusia dan Belarusia memulai latihan militer gabungan besar-besaran pada hari Jumat (12/9). Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan latihan militer ini akan mencakup latihan di kedua negara serta di Laut Baltik dan Laut Barents.

    Latihan “Zapad-2025” tersebut berlangsung di tengah momen yang sangat menegangkan dalam perang Rusia-Ukraina, dua hari setelah Polandia, dengan dukungan dari sekutu-sekutu NATO-nya, menembak jatuh drone-drone yang diduga milik Rusia di wilayah udaranya.

    Latihan Zapad (“Barat”) tersebut telah dijadwalkan jauh sebelum insiden serangan drone tersebut.

    “Tujuan latihan ini adalah untuk meningkatkan keterampilan para komandan dan staf, tingkat kerja sama, dan pelatihan lapangan bagi pasukan regional dan koalisi,” ungkap Kementerian Pertahanan Rusia melalui Telegram, dilansir kantor berita AFP, Jumat (12/9/2025).

    Pada tahap pertama, pasukan akan melakukan simulasi penanggulangan serangan terhadap Rusia dan Belarusia, yang aliansinya dikenal sebagai Negara Persatuan.

    Tahap kedua akan berfokus pada “pemulihan integritas teritorial Negara Persatuan dan penghancuran musuh, termasuk dengan partisipasi pasukan koalisi dari negara-negara sahabat,” kata Kementerian Pertahanan Rusia.

    Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan bahwa latihan militer tersebut, termasuk di dekat perbatasan Polandia, tidak ditujukan terhadap negara lain.

    Insiden serangan drone di atas wilayah Polandia tersebut dipandang oleh Barat sebagai peringatan bagi NATO dan ujian bagi responsnya. Negara-negara Barat menyebutnya sebagai provokasi yang disengaja oleh Rusia. Namun, Rusia membantah mengirimkan drone-drone ke Polandia tersebut.

    Seorang diplomat senior Rusia di Polandia mengatakan bahwa drone-drone tersebut datang dari arah Ukraina. Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa drone-dronenya memang telah melakukan serangan di Ukraina barat, tetapi tidak berencana untuk menyerang target apa pun di Polandia.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Ketika Jalanan Jadi Parlemen Baru
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        12 September 2025

    Ketika Jalanan Jadi Parlemen Baru Nasional 12 September 2025

    Ketika Jalanan Jadi Parlemen Baru
    Dosen tetap di Jurusan Hubungan Internasional FISIP Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED), Koordintor Pusat Riset Kebijakan Strategis Asia Tenggara, LPPM UNSOED
    DARI
    Jakarta hingga Paris, dari Kathmandu hingga Manila, dunia sedang bergolak. Gedung-gedung parlemen dibakar, perdana menteri dipaksa mundur, dan jutaan orang turun ke jalan dengan kemarahan membara.
    Sekilas, pemandangan ini mengingatkan kita pada momen-momen bersejarah demokratisasi dunia: Revolusi Anyelir di Portugal 1974, kejatuhan Tembok Berlin 1989, atau reformasi Indonesia 1998. Namun, ada yang berbeda kali ini.
    Fundamentally
    berbeda.
    Samuel Huntington, ilmuwan politik legendaris dari Harvard, pernah mendokumentasikan apa yang disebutnya “Gelombang Ketiga Demokratisasi”, periode luar biasa antara 1974-1990-an ketika lebih dari 60 negara bertransisi dari kediktatoran menuju demokrasi.
    Optimisme meluap-luap. Francis Fukuyama bahkan memproklamirkan “akhir sejarah”, seolah demokrasi liberal telah memenangkan pertarungan ideologi untuk selamanya.
    Namun, gelombang protes yang menyapu dunia hari ini, menceritakan kisah yang sama sekali berbeda.
    Para demonstran di Jakarta tidak menuntut hak memilih, mereka sudah memilikinya sejak 1998.
    Generasi Z di Kathmandu tidak berjuang melawan monarki absolut. Nepal sudah menjadi republik sejak 2008.
    Massa yang membakar gedung parlemen bukanlah pejuang demokrasi dalam pengertian klasik. Mereka adalah warga negara yang marah terhadap demokrasi mereka sendiri yang gagal memenuhi janji.
    Inilah paradoks zaman kita: protes massa terbesar justru terjadi di negara-negara yang sudah demokratis, setidaknya secara prosedural.
    Pertanyaannya kemudian: apakah kita sedang menyaksikan “Gelombang Keempat” demokratisasi, atau sesuatu yang sama sekali berbeda?
    Mari kita bedah apa yang sebenarnya terjadi di lapangan. Di Indonesia, percikan awalnya tampak sepele: tunjangan perumahan Rp 50 juta untuk anggota DPR di tengah pemotongan anggaran pendidikan dan kesehatan.
    Namun, kemarahan yang meledak mengungkap luka yang lebih dalam, yaitu persepsi tentang elite yang korup dan terputus dari realitas rakyat.
    Ketika Affan Kurniawan, pengemudi ojek online berusia 21 tahun, tewas terlindas kendaraan taktis polisi, protes semakin masif dan meluas.
    Lebih dari 1.240 orang ditahan, gedung-gedung pemerintah dibakar. Tunjangan kontroversial tersebut akhirnya dihentikan.
    Protes berdarah yang menewaskan 19 demonstran berakhir dengan pengunduran diri Perdana Menteri K.P. Sharma Oli.
     
    Namun, ini bukan kemenangan demokrasi, tapi upaya putus asa untuk menekan tombol reset pada sistem yang telah gagal total.
    Filipina menyajikan inovasi menarik: “lifestyle policing” melalui media sosial. Aktivis menggunakan TikTok dan Instagram untuk menyandingkan foto liburan mewah keluarga politisi dengan gambar korban banjir akibat proyek infrastruktur korup.
    Taktik ini mentransformasi konsep abstrak “korupsi” menjadi ketidakadilan yang kasat mata, viral, dan memicu kemarahan.
    Thailand menghadirkan kompleksitas berbeda. Negara ini memiliki pemilu, parlemen, dan konstitusi (20 konstitusi sejak 1932, tepatnya).
    Namun, ketika partai pemenang pemilu 2023 diblokir membentuk pemerintahan oleh Senat yang ditunjuk militer, rakyat memahami kebenaran pahit: suara mereka tidak berarti.
    Protes yang menuntut reformasi monarki—tabu tertinggi dalam politik Thailand—adalah jeritan frustasi terhadap “veto-krasi” yang membuat demokrasi menjadi sandiwara kosong.
    Bahkan Perancis, benteng demokrasi Barat, tidak kebal. Gerakan “Block Everything” melawan kebijakan penghematan Macron menunjukkan bahwa krisis kepercayaan ini bersifat global, melampaui batas antara demokrasi “muda” dan “matang.”
    Huntington berbicara tentang “efek bola salju”, bagaimana kesuksesan demokratisasi di satu negara menginspirasi tetangganya.
    Spanyol menginspirasi Portugal, Polandia menginspirasi Hongaria. Namun, efek bola salju hari ini berbeda. Ia tidak lagi dibatasi geografis atau membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menyebar.
    Istilah “nepo babies” yang muncul di Filipina dalam hitungan hari diadopsi aktivis Nepal. Taktik “lifestyle policing” menyebar seperti virus lintas benua.
    Solidaritas tidak lagi membutuhkan kedekatan fisik, “Milk Tea Alliance” menyatukan aktivis Thailand, Hong Kong, dan Taiwan melalui meme dan tagar.
    Bola salju modern adalah algoritma yang memviralkan ketidakadilan, mentransformasi kemarahan lokal menjadi pemberontakan global dalam hitungan jam, bukan tahun.
    Jika protes-protes ini bukan gelombang demokratisasi baru, lalu apa? Jawabannya memerlukan paradigma baru.
    Kita sedang menyaksikan apa yang dapat disebut “respons imun demokrasi global”, satu bentuk reaksi organik dari masyarakat sipil terhadap patogen yang menggerogoti demokrasi dari dalam: korupsi sistemik, elite yang terputus, institusi yang membusuk, dan apa yang ilmuwan politik sebut “democratic backsliding” (kemunduran demokrasi).
    Seperti sistem kekebalan tubuh yang menyerang virus, protes-protes ini adalah mekanisme pertahanan terakhir ketika institusi formal gagal.
     
    Ketika parlemen tidak lagi mewakili rakyat, jalanan menjadi parlemen alternatif. Ketika sistem peradilan gagal menghukum koruptor, media sosial menjadi pengadilan rakyat.
    Ketika pemilu tidak menghasilkan perubahan bermakna, protes menjadi satu-satunya “suara” yang didengar.
    Ini menjelaskan mengapa pola yang sama muncul di konteks berbeda. Demonstran di Jakarta dan Paris, meski hidup dalam sistem politik yang sangat berbeda, berbagi frustrasi yang sama: pemerintah tidak responsif, kebijakan menguntungkan elite, dan institusi kehilangan legitimasi. Krisis kepercayaan adalah pandemi politik abad ke-21.
    Implikasi dari diagnosis ini sangat mendalam. Jika tantangan utama bukan lagi membangun institusi demokratis, tetapi mempertahankan kualitas dan legitimasinya, maka resep kebijakan harus berubah total.
    Tidak cukup mengadakan pemilu berkala. Tidak cukup memiliki parlemen dan konstitusi. Demokrasi abad ke-21 harus menemukan cara untuk memulihkan kepercayaan, memerangi korupsi sistemik, dan membuat institusi benar-benar responsif terhadap aspirasi rakyat.
    Protes-protes ini, meski sering berdarah dan kacau, sebenarnya adalah tanda harapan. Masyarakat sipil masih memiliki vitalitas untuk melawan pembusukan.
    Bahwa generasi muda tidak akan diam melihat masa depan mereka dicuri. Bahkan dalam era sinisme politik, masih ada yang peduli untuk berjuang.
    Namun, respons imun saja tidak cukup. Seperti demam yang terlalu tinggi dapat membunuh pasien, protes yang terus-menerus tanpa reformasi institusional dapat menghancurkan tatanan sosial.
    Pertanyaan kritisnya adalah: akankah elite politik di Jakarta, Kathmandu, Manila, Bangkok, dan Paris mendengar peringatan ini dan melakukan reformasi sejati?
    Atau akankah mereka terus bermain sandiwara demokrasi hingga jalanan benar-benar menjadi satu-satunya parlemen yang tersisa?
    Sejarah belum selesai ditulis. Namun satu hal sudah jelas: kita tidak sedang menyaksikan gelombang baru demokratisasi.
    Kita sedang menyaksikan perjuangan untuk jiwa demokrasi itu sendiri, satu bentuk perjuangan antara harapan akan pemerintahan yang akuntabel dan realitas elite yang tercerabut dari akarnya.
    Hasil dari perjuangan ini akan menentukan apakah demokrasi abad ke-21 dapat memperbarui dirinya, atau akan tenggelam dalam krisis kepercayaan yang semakin dalam.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Prancis Kerahkan 3 Jet Tempur Usai Drone Rusia Masuk Wilayah Polandia

    Prancis Kerahkan 3 Jet Tempur Usai Drone Rusia Masuk Wilayah Polandia

    Paris

    Presiden Emmanuel Macron mengatakan bahwa Prancis akan mengerahkan tiga jet tempur untuk membantu melindungi wilayah udara Polandia. Pengerahan pesawat ini drone-drone Rusia masuk di wilayah Polandia.

    “Menyusul serangan pesawat nirawak Rusia ke Polandia, saya telah memutuskan untuk mengerahkan tiga jet tempur Rafale untuk membantu melindungi wilayah udara Polandia dan sisi timur Eropa bersama sekutu NATO kami,” kata Macron di X, seperti dilansir AFP, Jumat (12/9/2025).

    Macron mengatakan telah berbicara dengan PM Polandia Donald Tusk. Dia juga telah berbicara dengan anggota NATO.

    “Saya membuat komitmen ini kemarin kepada Perdana Menteri Polandia. Saya juga membahas masalah ini dengan Sekretaris Jenderal NATO dan Perdana Menteri Inggris, yang juga terlibat dalam perlindungan sisi timur.

    “Kami tidak akan menyerah pada intimidasi Rusia yang semakin meningkat,” tambah Macron, yang telah memimpin upaya diplomatik internasional untuk mengakhiri perang Rusia di Ukraina.

    Pada hari Rabu (10/9), Polandia mengumpulkan sekutu NATO-nya untuk pembicaraan mendesak setelah drone Rusia terbang ke wilayah udara Polandia dalam sebuah serangan di Ukraina.

    Perdana Menteri Donald Tusk mengatakan wilayah udara Polandia dilanggar 19 kali. Setidaknya tiga drone ditembak jatuh setelah Warsawa dan sekutunya menerbangkan jet tempur.

    Penyerbuan drone tersebut terjadi tiga setengah tahun setelah invasi Rusia ke Ukraina, dengan Polandia menyebut insiden itu sebagai serangan “belum pernah terjadi sebelumnya” terhadap negara itu, NATO, dan Uni Eropa.

    Moskow membantah telah menargetkan Polandia.

    Perdana Menteri Inggris Keir Starmer pada hari Kamis membahas insiden drone tersebut dengan Macron dan Kanselir Jerman Friedrich Merz.

    “Para pemimpin mengutuk pelanggaran mengejutkan Rusia terhadap wilayah udara NATO dan Polandia,” kata juru bicara Downing Street.

    “Membahas bagaimana Inggris dan Prancis dapat memperkuat pertahanan Polandia, Perdana Menteri mengatakan Inggris siap mendukung pengerahan pasukan NATO lebih lanjut ke wilayah tersebut,” katanya.

    Dewan Keamanan PBB akan membahas serangan pesawat tak berawak tersebut dalam pertemuan darurat pada hari Jumat, yang diadakan atas permintaan Polandia.

    (lir/lir)