Negara: Peru

  • Kala Demo Besar-besaran No Kings Dijawab Trump dengan AI ‘King Trump’

    Kala Demo Besar-besaran No Kings Dijawab Trump dengan AI ‘King Trump’

    Jakarta

    Warga Amerika Serikat (AS) melakukan demo besar-besaran bertajuk demo ‘No Kings’ atau bukan raja, sebagai pelampiasan kemarahan atas kebijakan Presiden AS Donald Trump di seluruh 50 negara bagian AS. Merespons demo tersebut, Trump mengunggah video dirinya memakai mahkota yang dibuat dengan AI.

    Dirangkum detikcom, Senin (20/10/2025), salah satu tuntutan demo tersebut adalah terkait ancaman demokrasi di AS. Merespons demo tersebut, Trump mengunggah video dirinya di platform Truth Social yang dibuat dengan AI, menggambarkan dirinya sebagai seorang raja ‘King Trump’ yang mengemudikan jet tempur.

    Ternyata video tersebut adalah buatan orang lain, Trump hanya membagikan ulang melalui media sosial resminya.

    Diketahui penyelenggara mengatakan sebanyak tujuh juta orang menghadiri demo yang digelar dari New York hingga Los Angeles pada Sabtu (18/10/2025). Demonstrasi juga dilakukan di kota-kota kecil di seluruh wilayah AS dan bahkan di dekat rumah Trump di Florida.

    “Beginilah demokrasi!” teriak ribuan orang di Washington dekat Gedung Capitol AS, tempat pemerintah federal ditutup selama minggu ketiga di tengah kebuntuan legislatif, dilansir AFP Minggu (19/10/2025).

    “Hei hei ho ho, Donald Trump harus pergi!” kata para pengunjuk rasa, banyak dari mereka membawa bendera Amerika, setidaknya satu di antaranya berkibar terbalik sebagai sinyal keresahan.

    Terdapat spanduk warna-warni menyerukan kepada masyarakat untuk “melindungi demokrasi,”. Sementara massa aksi lainnya menuntut AS menghapuskan badan Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) yang menjadi pusat tindakan keras anti-imigran Trump.

    Para demonstran mengecam apa yang mereka sebut sebagai taktik keras miliarder Republik tersebut, termasuk serangan terhadap media, lawan politik, dan imigran ilegal.

    “Saya tidak pernah menyangka akan hidup untuk menyaksikan kematian negara saya sebagai negara demokrasi,” ujar seorang lansia, Colleen Hoffman (69), kepada AFP saat ia berdemo di Broadway, New York.

    “Kita berada dalam krisis, kekejaman rezim ini, otoritarianisme. Saya merasa tidak bisa berdiam diri di rumah dan tidak berbuat apa-apa,” lanjutnya.

    Di Los Angeles, para pengunjuk rasa mengibarkan balon raksasa bergambar Trump yang masih mengenakan popok.

    Bendera One Piece Dikibarkan

    Dari sejumlah bendera yang dikibarkan, setidaknya satu bendera merujuk pada anime bajak laut “One Piece” juga dikibarkan massa demonstran. Bendera dengan logo tengkorak tersebut diketahui menjadi ciri khas protes anti-pemerintah dari Peru hingga Madagaskar.

    “Lawan Ketidaktahuan, bukan migran,” demikian bunyi salah satu spanduk di sebuah protes di Houston, tempat hampir seperempat populasinya adalah imigran, menurut Migration Policy Institute.

    Demonstran menggelar demo mengibarkan bendera One Piece (Foto: Getty Images via AFP/MATHIEU LEWIS-ROLLAND)

    Sementara itu, belum dapat diverifikasi secara independen berapa massa yang hadir. Di New York, pihak berwenang mengatakan lebih dari 100.000 orang berkumpul di salah satu protes terbesar, sementara di Washington, kerumunan diperkirakan antara 8.000 dan 10.000 orang.

    Trump Unggah Video ‘King Trump’

    Trump memposting video buatan AI di platform Truth Social resminya yang menggambarkannya sebagai seorang raja. Video itu diunggah Trump usai demo ‘No Kings’ yang digelar pada Sabtu.

    Ternyata video AI yang dibagikan Trump tersebut milik orang lain akun @Xerias_X yang telah mengunggahnya terlebih dulu melalui platform X. Trump hanya membagikan ulang melalui media sosial resminya.

    Dalam video tersebut, tampak Trump seolah-olah menaiki pesawat tempur bertuliskan King Trump. Di kepalanya, Trump juga menggunakan mahkota sambil mengemudikan jet tempur tersebut.

    Lalu dari atas pesawat, Trump melemparkan sesuatu yang tampak seperti kotoran ke arah massa pendemo anti-Trump. Dalam video yang berdurasi 19 detik tersebut, tidak ada caption yang tertera.

    Sementara itu, para pendukungnya juga siap siaga. Ketua DPR Mike Johnson mencemooh demonstrasi tersebut sebagai demo “Benci Amerika”.

    “Kalian akan menyatukan kaum Marxis, Sosialis, pendukung Antifa, kaum anarkis dan sayap pro-Hamas dari Partai Demokrat sayap kiri ekstrem,” katanya kepada para wartawan.

    Para pengunjuk rasa menanggapi klaim tersebut dengan ejekan.

    “Lihat sekeliling! Jika ini kebencian, maka seseorang harus kembali ke sekolah dasar,” kata Paolo, 63. Sementara massa demo bersorak dan bernyanyi di sekelilingnya di Washington.

    Tuntutan Massa Demo ‘No Kings’

    Dilansir AFP, BBC, dan CNN, Minggu (19/10/2025), ada sejumlah tema utama yang menjadi sorotan seperti ancaman yang dirasakan terhadap demokrasi, penggerebekan Imigrasi dan pengerahan pasukan pemerintah di kota-kota AS, serta pemotongan program federal, terutama layanan kesehatan

    Demo yang digelar di Times Square, New York City, pada Sabtu pagi diikuti ribuan orang. Jalanan dan pintu masuk kereta bawah tanah dipenuhi pengunjuk rasa yang memegang spanduk bertuliskan slogan-slogan seperti “Demokrasi bukan Monarki” dan “Konstitusi tidak opsional”.

    Penyelenggara dan pengunjuk rasa yang turun ke jalan mengatakan acara tersebut berlangsung damai.

    Anti-kekerasan adalah prinsip inti dari acara No Kings, demikian pernyataan kelompok tersebut di situs webnya. Penyelenggara juga mendesak semua peserta untuk mengurangi potensi pertengkaran.

    Ancaman Demokrasi

    Dalam demo tersebut terdapat spanduk warna-warni menyerukan kepada masyarakat untuk “melindungi demokrasi,”. Sementara massa aksi lainnya menuntut AS menghapuskan badan Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) yang menjadi pusat tindakan keras anti-imigran Trump.

    Para demonstran mengecam apa yang mereka sebut sebagai taktik keras miliarder Republik tersebut, termasuk serangan terhadap media, lawan politik, dan imigran ilegal.

    “Saya tidak pernah menyangka akan hidup untuk menyaksikan kematian negara saya sebagai negara demokrasi,” ujar seorang lansia, Colleen Hoffman (69), kepada AFP saat ia berdemo di Broadway, New York.

    “Kita berada dalam krisis, kekejaman rezim ini, otoritarianisme. Saya merasa tidak bisa berdiam diri di rumah dan tidak berbuat apa-apa,” lanjutnya.

    Kritik Kebijakan Imigrasi

    Sementara itu, seorang warga New Jersey yang tumbuh besar di Italia bernama Massimo Mascoli (68), mengatakan ia melakukan demo karena ia khawatir AS mengikuti jejak yang sama dengan negara asalnya pada abad lalu.

    “Saya adalah keponakan seorang pahlawan Italia yang meninggalkan pasukan Mussolini dan bergabung dengan perlawanan,” kata Mascoli.

    “Dia disiksa dan dibunuh oleh kaum fasis, dan setelah 80 tahun, saya tidak menyangka akan menemukan fasisme lagi di Amerika Serikat.”

    Di antara kekhawatirannya, Mascoli khususnya mengkhawatirkan tindakan keras imigrasi pemerintahan Trump dan pemotongan anggaran kesehatan bagi jutaan warga Amerika.

    “Kita tidak bisa mengandalkan Mahkamah Agung, kita tidak bisa mengandalkan pemerintah,” ujarnya kepada BBC.

    “Kita tidak bisa mengandalkan Kongres. Kita memiliki semua lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif yang semuanya menentang rakyat Amerika saat ini. Jadi, kita berjuang,” ujarnya.

    Protes Pemotongan Program Federal

    Anthony Lee, yang bekerja di Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) dan merupakan salah satu dari banyak pegawai federal yang dirumahkan setelah penutupan pemerintah, mengatakan ia datang ke demonstrasi tersebut untuk melindungi layanan publik. Lee, presiden cabang Serikat Pekerja Departemen Keuangan Nasional di DC, menghadiri acara tersebut bersama sekelompok pegawai federal yang tergabung dalam serikat pekerja.

    “Saya telah menjadi pegawai negeri selama lebih dari 20 tahun, dan melihat kehancuran yang dialami pemerintah kita, layanan publik kita, selama beberapa bulan terakhir sungguh menakutkan,” kata Lee.

    Trump Disebut Diktator

    Pemimpin Minoritas Senat dan Demokrat New York, Chuck Schumer, juga bergabung dalam protes tersebut.

    “Kita tidak punya diktator di Amerika. Dan kita tidak akan membiarkan Trump terus mengikis demokrasi kita,” tulis Schumer di kolom X bersama foto dirinya yang sedang mengangkat spanduk bertuliskan “perbaiki krisis layanan kesehatan,” katanya.

    Massa Demo ‘No Kings’ Dibubarkan

    Meskipun ramai, demo bertajuk ‘No Kings’ tersebut sebagian besar berlangsung damai.

    Namun di pusat kota Los Angeles, menurut laporan Lo Angeles Times, polisi menembakkan peluru tak mematikan dan gas air mata untuk membubarkan kerumunan yang termasuk demonstran “No Kings” pada Sabtu malam.

    “Setelah ribuan orang berkumpul untuk mengekspresikan hak-hak konstitusional mereka yang dilindungi Amandemen ke-1 secara damai pada pagi tadi, hampir seratus agitator berdemo menuju Aliso dan Alameda di mana mereka menggunakan laser dan lampu kedip berukuran industri,” ungkap Divisi Pusat LAPD di X.

    “Perintah Pembubaran dikeluarkan dan para demonstran dibubarkan dari area tersebut,” tambahnya, tanpa merinci apakah ada penangkapan yang dilakukan.

    Lihat Video ‘Trump Peringatkan Hamas Jika Langgar Perjanjian: Kami Akan Bertindak’:

    Halaman 2 dari 4

    (yld/ygs)

  • Satu Tahun Prabowo: 33 Kunjungan Luar Negeri, 79 Lawatan Daerah

    Satu Tahun Prabowo: 33 Kunjungan Luar Negeri, 79 Lawatan Daerah

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto mencatatkan intensitas mobilitas kerja yang tinggi sepanjang satu tahun masa pemerintahannya. 

    Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis dari berbagai sumber resmi, periode 20 Oktober 2024 hingga 20 Oktober 2025 mencatat sedikitnya 79 kunjungan daerah di 38 provinsi dan 33 kunjungan luar negeri ke empat benua, menjadikan tahun pertamanya sebagai salah satu tahun paling aktif dalam diplomasi dan kerja lapangan presiden pasca-reformasi.

    Di tingkat nasional, Prabowo banyak turun langsung ke lapangan dalam program unggulan seperti Makan Bergizi Gratis (MBG), revitalisasi industri pupuk, dan pengembangan hilirisasi mineral. 

    Beberapa kunjungan besar di dalam negeri antara lain panen raya nasional di Majalengka (April 2025), peresmian 17 stadion di Jawa Timur, pembentukan 80.081 koperasi desa di Klaten (Juli 2025), hingga peninjauan langsung dapur MBG di berbagai daerah.

    Sementara itu, di kancah internasional, Presiden Prabowo melaksanakan 33 lawatan luar negeri mencakup kawasan Asia, Timur Tengah, Eropa, hingga Amerika. 

    Dalam satu tahun, Prabowo menghadiri berbagai forum strategis global seperti KTT G20 di Brasil, APEC 2024 di Peru, Sidang Umum PBB di New York, BRICS Summit di Rio de Janeiro, hingga KTT Perdamaian Sharm El-Sheikh di Mesir.

    Prabowo juga memperkuat diplomasi ekonomi dengan berbagai negara mitra strategis termasuk penandatanganan kerja sama investasi di Qatar dan Uni Emirat Arab, serta pembentukan hubungan strategis (Strategic Partnership) dengan Thailand dan Rusia.

    Dibandingkan Presiden ke-7 Joko Widodo pada periode pertama pemerintahannya (2014–2015) yang mencatat 16 kunjungan luar negeri, frekuensi diplomasi luar negeri Prabowo meningkat lebih dari dua kali lipat. 

    Hal ini menandai perubahan orientasi kebijakan luar negeri Indonesia yang lebih proaktif dan ekspansif, dengan penekanan pada investasi strategis, ketahanan pangan, energi, dan pertahanan.

    Selain intensitas kunjungan, Prabowo juga menunjukkan gaya kepemimpinan yang menekankan disiplin lapangan dan evaluasi langsung, dengan sejumlah agenda di luar protokol formal seperti menjenguk korban demo, menghadiri upacara keagamaan lintas agama, dan memimpin apel militer secara langsung.

    Mobilitas tinggi dan diplomasi aktif ini memperlihatkan upaya pemerintah untuk menyeimbangkan pembangunan ekonomi domestik dengan posisi strategis Indonesia di panggung global. Tahun kedua pemerintahan Prabowo-Gibran pun diperkirakan akan tetap sarat dengan aktivitas diplomasi ekonomi dan penguatan politik luar negeri yang berorientasi pada kemandirian nasional.

    Kunjungan Luar Negeri Presiden Prabowo Subianto

    Periode: (20 Okt 2024 — 20 Okt 2025)

  • Massa Demo ‘No Kings’ di Los Angeles Dibubarkan Pakai Gas Air Mata!

    Massa Demo ‘No Kings’ di Los Angeles Dibubarkan Pakai Gas Air Mata!

    Jakarta

    Warga Amerika Serikat (AS) menggelar demo bertajuk ‘No Kings’, sebagai bentuk pelampiasan kemarahan atas kebijakan Presiden AS Donald Trump di seluruh 50 negara bagian. Polisi membubarkan massa demo menggunakan gas air mata di Los Angeles.

    Dilansir AFP, Minggu (19/10/2025), penyelenggara mengatakan sebanyak tujuh juta orang mengikuti demo yang digelar dari New York hingga Los Angeles. Demonstrasi juga dilakukan di kota-kota kecil di seluruh wilayah AS dan bahkan di dekat rumah Trump di Florida.

    “Seperti inilah demokrasi!” ujar ribuan orang meneriakkan yel-yel di Washington dekat Gedung Capitol AS, tempat pemerintah federal ditutup selama tiga minggu karena kebuntuan legislatif.

    Sejumlah massa membawa papan warna-warni menyerukan masyarakat untuk “melindungi demokrasi”. Sementara massa lainnya menuntut negara menghapuskan badan Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) yang menjadi pusat tindakan keras anti-imigran Trump.

    Di Los Angeles, para demonstran mengibarkan balon raksasa bergambar Trump memakai popok.

    Sejumlah massa banyak mengibarkan bendera, termasuk salah satunya bendera anime bajak laut populer “One Piece”. Diketahui, bendera dengan logo tengkorak itu baru-baru ini menjadi simbol utama protes anti-pemerintah dari Peru hingga Madagaskar.

    Meskipun ramai, demo tersebut sebagian besar berlangsung damai.

    Namun di pusat kota Los Angeles, menurut laporan Lo Angeles Times, polisi menembakkan peluru tak mematikan dan gas air mata untuk membubarkan kerumunan yang termasuk demonstran “No Kings” pada Sabtu malam.

    “Setelah ribuan orang berkumpul untuk mengekspresikan hak-hak konstitusional mereka yang dilindungi Amandemen ke-1 secara damai pada pagi tadi, hampir seratus agitator berdemo menuju Aliso dan Alameda di mana mereka menggunakan laser dan lampu kedip berukuran industri,” ungkap Divisi Pusat LAPD di X.

    “Perintah Pembubaran dikeluarkan dan para demonstran dibubarkan dari area tersebut,” tambahnya, tanpa merinci apakah ada penangkapan yang dilakukan.

    Tonton juga Video: Momen Pidato Trump soal Gaza Diinterupsi di Parlemen Israel

    (yld/gbr)

  • Hakim Ditembak Mati Saat Antar Anak ke Sekolah, Polisi Ungkap Pelaku

    Hakim Ditembak Mati Saat Antar Anak ke Sekolah, Polisi Ungkap Pelaku

    Jakarta, CNBC Indonesia – Seorang hakim tewas ditembak saat mengantar anak-anaknya ke sekolah, sementara seorang pesepak bola nasional ditembak dan terluka, dalam serangkaian serangan terbaru yang diduga kuat dilakukan kelompok kriminal bersenjata.

    Polisi mengatakan hakim Marcos Mendoza ditembak mati oleh pelaku bermotor di kota pesisir Montecristi, Provinsi Manabi, wilayah yang selama ini dikenal sebagai sarang kartel narkoba, pada Kamis (16/10/2025).

    “Kelompok Los Lobos diduga berada di balik serangan ini,” kata Kepala Kepolisian Provinsi Manabi, Kolonel Giovanni Naranjo, dikutip dari AFP, Minggu (19/10/2025).

    Adapun kelompok tersebut telah ditetapkan sebagai organisasi teroris asing oleh Amerika Serikat.

    Menurut laporan Human Rights Watch, sedikitnya 15 hakim dan jaksa di Ekuador telah dibunuh sejak 2022. Asosiasi Hakim Ekuador mengecam keras pembunuhan Mendoza, menyebutnya sebagai “tamparan keras terhadap lembaga peradilan” dan bukti nyata “kerentanan” aparat hukum di negara itu.

    “Mereka menghadapi tekanan, ancaman, dan risiko setiap hari hanya karena menjalankan tugasnya dengan keberanian dan independensi,” ujar pernyataan resmi asosiasi tersebut.

    Di hari yang sama, pesepak bola Ekuador Bryan “Cuco” Angulo, yang pernah membela sejumlah klub di Amerika Latin dan tim nasional, juga menjadi korban kekerasan. Ia ditembak di bagian kaki ketika sedang mengikuti sesi latihan bersama klubnya, Liga de Portoviejo.

    Polisi menahan dua tersangka pelaku, sementara klub menyebut sejumlah pemain lain juga telah menerima ancaman menjelang pertandingan melawan Buhos ULRV pada Jumat.

    Kekerasan terhadap pemain sepak bola di Ekuador bukan hal baru. Mafia pengaturan skor disebut terhubung dengan jaringan kejahatan internasional yang menghasilkan keuntungan hingga US$1,7 triliun per tahun, menurut perkiraan terbaru Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Para ahli menilai tim-tim divisi dua Ekuador menjadi target utama karena para pemainnya menerima gaji yang jauh lebih rendah, sehingga lebih rentan terhadap tekanan geng.

    Tahun lalu, polisi sempat menangkap seorang perempuan di salah satu rumah Angulo dan menemukan sistem pengawasan yang diduga digunakan oleh jaringan kriminal. “Kami tidak menutup kemungkinan serangan ini terkait dengan kasus tersebut,” kata Naranjo.

    Ekuador, yang dahulu dikenal sebagai salah satu negara paling aman di Amerika Latin, kini terjebak dalam spiral kekerasan. Letaknya yang strategis di antara Kolombia dan Peru, dua produsen kokain terbesar dunia, menjadikan negara itu pusat transit utama perdagangan narkoba.

    Presiden Daniel Noboa telah mengerahkan militer untuk menekan gelombang kejahatan, namun hasilnya masih minim. Menurut data Observatorium Kejahatan Terorganisasi Nasional, angka pembunuhan di Ekuador melonjak 47% pada paruh pertama tahun 2025 dibanding periode yang sama tahun lalu.

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Darurat di Peru Usai Demo Maut Berlarut-larut

    Darurat di Peru Usai Demo Maut Berlarut-larut

    Lima

    Pemerintah Peru menetapkan keadaan darurat. Status tersebut diumumkan setelah demonstrasi ricuh yang berlarut-larut di Peru.

    Dirangkum detikcom, Jumat (17/10/2025), rentetan demonstrasi yang dilakukan anak-anak muda atau Gen Z di Peru telah berlangsung sejak akhir September 2025. Demonstrasi ini berujung kericuhan di berbagai lokasi.

    Demonstrasi itu terjadi setelah pemerintah mantan Presiden Peru Dina Boluarte mengesahkan undang-undang yang mewajibkan kaum muda untuk berkontribusi pada dana pensiun swasta. Padahal, terdapat ketidakamanan pekerjaan dan tingkat pekerjaan tidak resmi lebih dari 70 persen di Peru.

    Aksi-aksi protes juga meningkat di Peru selama enam bulan terakhir menyusul gelombang pemerasan dan pembunuhan oleh kelompok-kelompok kejahatan terorganisir.

    Pada Kamis (9/10/2025), anggota parlemen di Peru memutuskan untuk memakzulkan Dina Boluarte dari jabatan Presiden lewat sidang darurat. Boluarte sendiri menolak hadir di sidang Kongres tersebut.

    Boluarte telah ramai dikritik karena gagal membendung gelombang kejahatan. Boluarte juga dikenal sebagai salah satu pemimpin paling tidak populer di dunia, dengan tingkat penerimaan publik hanya berkisar antara 2-4 persen.

    Perempuan berumur 63 tahun itu dituduh memperkaya diri secara ilegal. Dia juga dituduh bertanggung jawab atas penindakan mematikan terhadap para demonstran

    Dalam sidang pemakzulan, mayoritas 118 dari 122 anggota parlemen mendukung pemakzulannya. Dengan putusan ini, Boluarte dicopot dari jabatan presiden, demikian diumumkan oleh pemimpin Kongres Jose Jeri, dilansir kantor berita AFP.

    Setelah Boluarte lengser, Jose Jeri dilantik sebagai Presiden baru Peru pada Jumat (10/10). Pergantian presiden rupanya tak membuat demonstrasi mereda.

    Demo dan Ricuh Terus Berlanjut

    Demonstrasi memprotes maraknya aksi kriminal berujung ricuh di Lima, ibu kota Peru, pada Rabu (15/10/2025). Aksi protes itu muncul setelah Presiden Jeri yang baru menjabat beberapa hari gagal meredam kemarahan rakyat terhadap pemerintah. Hal itu dipicu maraknya tindak kriminal di negara tersebut.

    Unjuk rasa yang dipimpin kalangan muda ini melibatkan ribuan warga Peru, yang merasa frustrasi dengan kegagalan pemerintah mengatasi krisis kejahatan yang semakin memburuk. Mereka turun ke jalanan di Lima dan beberapa kota lainnya.

    Kantor Ombudsman Peru dalam laporannya, seperti dilansir AFP, menyebut sekitar 102 orang mengalami luka-luka akibat berbagai tindak kekerasan selama unjuk rasa berlangsung di Peru. Jumlah korban itu terdiri atas 24 warga sipil dan 78 polisi.

    Sejumlah demonstran, menurut koresponden AFP, berupaya menerobos pagar pembatas di sekitar gedung Kongres Peru pada malam hari. Para demonstran lainnya juga melemparkan batu dan menyalakan kembang api.

    Para polisi dengan perlengkapan antihuru-hara merespons aksi para demonstran dengan tembakan gas air mata. Presiden Jeri kemudian mengumumkan satu kematian dalam bentrokan saat unjuk rasa.

    “Saya menyesalkan kematian seorang warga berusia 32 tahun, Eduardo Ruiz Sanz,” kata Presiden Jeri dalam pernyataan via media sosial X. Namun, dia tanpa merinci lebih lanjut soal penyebab kematian tersebut.

    Koordinator Hak Asasi Manusia Nasional, sebuah LSM, menyebut kematian itu disebabkan oleh tembakan polisi berpakaian preman. Presiden Jeri juga mengatakan bahwa ‘unjuk rasa damai’ telah disusupi oleh para penjahat yang ingin ‘menimbulkan kekacauan’.

    Jeri, yang menjabat sebagai presiden sementara hingga pemilu digelar pada April tahun depan, telah bersumpah untuk menyatakan ‘perang’ terhadap kejahatan terorganisir dalam upaya meredakan protes. Kejahatan yang diprotes warga itu terdiri dari pemerasan dan pembunuhan kontrak. Geng-geng kriminal seperti Los Pulpos dan Tren de Aragua dari Venezuela, yang beroperasi di Amerika Latin, juga disebut kerap menyandera orang-orang dari berbagai lapisan untuk mendapatkan uang tebusan.

    Tetapkan Status Darurat

    Pemerintah Peru kemudian mengumumkan keadaan darurat. Status darurat itu berlaku di Lima.

    “Kami akan mengumumkan keputusan untuk menetapkan keadaan darurat setidaknya di Metropolitan Lima,” kata kepala kabinet Ernesto Alvarez dalam konferensi pers, seperti dilansir AFP, Jumat (17/10/2025).

    Kepala Kepolisian Peru, Jenderal Oscar Arriola, kemudian mengatakan seorang polisi dari Direktorat Investigasi Kriminal diyakini telah menembakkan peluru yang menewaskan Ruiz, seorang rapper berusia 32 tahun yang ikut unjuk rasa pada Rabu (15/10). Arriola menyebut polisi itu, yang disebutnya diserang oleh massa, telah ditahan dan akan diberhentikan dari jabatannya.

    Ruiz menjadi korban tewas pertama dalam unjuk rasa yang dipimpin secara kolektif oleh Gen Z di Peru. Sementara, ratusan orang lainnya mengalami luka-luka ketika ribuan demonstran turun ke jalanan ibu kota Lima pada Rabu (15/10) waktu setempat.

    Tonton juga video ” Gas Air Mata Warnai Aksi Protes Massal Tolak Presiden Baru Peru” di sini:

    Halaman 2 dari 4

    (haf/haf)

  • Peru Umumkan Keadaan Darurat Buntut Demo Rusuh

    Peru Umumkan Keadaan Darurat Buntut Demo Rusuh

    Lima

    Pemerintah baru Peru mengumumkan keadaan darurat di Lima, ibu kota Peru, menyusul unjuk rasa antipemerintah yang berlangsung selama berminggu-minggu. Aksi protes itu kembali diwarnai kerusuhan pada Rabu (15/10) waktu setempat, hingga menewaskan sedikitnya satu orang dan melukai puluhan orang lainnya.

    “Kami akan mengumumkan keputusan untuk menetapkan keadaan darurat setidaknya di Metropolitan Lima,” kata kepala kabinet Ernesto Alvarez dalam konferensi pers, seperti dilansir AFP, Jumat (17/10/2025).

    Unjuk rasa memprotes maraknya praktik korupsi dan tindak kejahatan terorganisir di Peru itu awalnya berlangsung damai. Namun bentrokan terjadi setelah beberapa demonstran berupaya menerobos pagar pembatas di sekitar Gedung Kongres saat malam tiba.

    Sejumlah demonstran lainnya, yang ada di tengah kerumunan, melemparkan batu dan menyalakan kembang api. Situasi itu direspons polisi antihuru-hara dengan melepaskan tembakan gas air mata.

    Kematian seorang demonstran bernama Eduardo Ruiz diumumkan langsung oleh Presiden Jose Jeri.

    Kepala Kepolisian Peru, Jenderal Oscar Arriola, kemudian mengatakan pada Kamis (16/10) bahwa seorang polisi dari Direktorat Investigasi Kriminal diyakini telah menembakkan peluru yang menewaskan Ruiz, seorang rapper berusia 32 tahun yang ikut unjuk rasa pada Rabu (15/10).

    Disebutkan Arriola bahwa polisi tersebut, yang diserang oleh massa, telah ditahan dan akan diberhentikan dari jabatannya.

    Ruiz menjadi korban tewas pertama dalam unjuk rasa yang dipimpin secara kolektif oleh Gen Z di Peru. Sekitar 113 orang lainnya mengalami luka-luka ketika ribuan demonstran turun ke jalanan ibu kota Lima pada Rabu (15/10) waktu setempat. Para korban luka terdiri atas 29 warga sipil dan 84 polisi.

    Peru diguncang rentetan unjuk rasa selama berminggu-minggu, dengan para anggota parlemen negara itu, pada Jumat (10/10) lalu, memutuskan untuk memakzulkan Presiden Dina Boluarte, pendahulu Jeri. Boluarte disalahkan atas lonjakan tindak kriminal dan dituduh melakukan korupsi.

    Tindak pemerasan dan pembunuhan kontrak telah menjadi bagian kehidupan sehari-hari di berbagai wilayah Peru. Geng-geng kriminal seperti Los Pulpos dan Tren de Aragua dari Venezuela, yang beroperasi di Amerika Latin, menyandera orang-orang dari berbagai lapisan untuk mendapatkan uang tebusan.

    Kegagalan pemerintahan baru yang dipimpin Jeri dalam mengatasi krisis kejahatan yang semakin memburuk, mendorong ribuan warga Peru turun ke jalanan ibu kota Lima dan kota-kota lainnya di negara tersebut untuk berunjuk rasa.

    Jeri, yang menjabat sebagai presiden sementara hingga pemilu digelar pada April tahun depan, telah bersumpah untuk “menyatakan perang” terhadap kejahatan terorganisir dalam upaya meredakan protes. Dia meminta Kongres memberinya wewenang khusus untuk memberlakukan undang-undang keamanan darurat, tanpa harus melakukan voting di parlemen.

    Lihat juga Video ‘Gas Air Mata Warnai Aksi Protes Massal Tolak Presiden Baru Peru’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Peru Umumkan Keadaan Darurat Buntut Demo Rusuh

    Demo Antikriminal di Peru Berujung Ricuh, 1 Orang Tewas-Puluhan Luka

    Lima

    Unjuk rasa memprotes maraknya aksi kriminal diwarnai kerusuhan dan kekerasan di Lima, ibu kota Peru, pada Rabu (15/10) waktu setempat. Sedikitnya satu orang tewas dan puluhan orang lainnya, termasuk personel kepolisian, mengalami luka-luka.

    Aksi protes kembali muncul di berbagai wilayah Peru setelah Presiden Jose Jeri, yang baru menjabat beberapa hari, gagal meredam kemarahan rakyat terhadap pemerintah, yang dipicu oleh maraknya tindak kriminal di negara tersebut.

    Unjuk rasa yang dipimpin kalangan muda ini melibatkan ribuan warga Peru, yang merasa frustrasi dengan kegagalan pemerintah mengatasi krisis kejahatan yang semakin memburuk, yang turun ke jalanan di Lima dan beberapa kota lainnya.

    Kantor Ombudsman dalam laporannya, seperti dilansir AFP, Kamis (16/10/2025), menyebut sekitar 102 orang mengalami luka-luka akibat berbagai tindak kekerasan selama unjuk rasa berlangsung. Jumlah korban tewas itu terdiri atas 24 warga sipil dan 78 polisi.

    Sejumlah demonstran, menurut koresponden AFP, berupaya menerobos pagar pembatas di sekitar gedung Kongres Peru pada malam hari. Para demonstran lainnya juga melemparkan batu dan menyalakan kembang api.

    Para polisi dengan perlengkapan antihuru-hara merespons aksi para demonstran dengan tembakan gas air mata.

    Presiden Jeri mengumumkan satu kematian dalam bentrokan saat unjuk rasa.

    “Saya menyesalkan kematian seorang warga berusia 32 tahun, Eduardo Ruiz Sanz,” kata Presiden Jeri dalam pernyataan via media sosial X, namun tanpa merinci lebih lanjut soal penyebab kematian tersebut.

    Koordinator Hak Asasi Manusia Nasional, sebuah LSM, menyebut kematian itu disebabkan oleh tembakan polisi berpakaian preman.

    Presiden Jeri juga mengatakan bahwa “unjuk rasa damai” telah disusupi oleh para penjahat yang ingin “menimbulkan kekacauan”.

    Peru telah diselimuti unjuk rasa selama berminggu-minggu, dan para anggota parlemen negara itu, pada Jumat (10/10) lalu, memutuskan untuk memakzulkan Presiden Dina Boluarte, pendahulu Presiden Jeri. Boluarte disalahkan atas lonjakan tindak kriminal dan dituduh melakukan korupsi.

    Tindak pemerasan dan pembunuhan kontrak telah menjadi bagian kehidupan sehari-hari di berbagai wilayah Peru. Geng-geng kriminal seperti Los Pulpos dan Tren de Aragua dari Venezuela, yang beroperasi di Amerika Latin, menyandera orang-orang dari berbagai lapisan untuk mendapatkan uang tebusan.

    Jeri, yang menjabat sebagai presiden sementara hingga pemilu digelar pada April tahun depan, telah bersumpah untuk “menyatakan perang” terhadap kejahatan terorganisir dalam upaya meredakan protes.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Rentetan Demo Gen Z di Peru hingga Presiden Dimakzulkan

    Rentetan Demo Gen Z di Peru hingga Presiden Dimakzulkan

    Jakarta

    Demo besar-besaran dan terjadi selama beberapa hari di Kota Lima, Peru

    . Rentetan demo berhari-hari itu membuat Presiden Peru, Dina Boluarte, dimakzulkan.

    Dirangkum detikcom dari berbagai sumber, Jumat (10/9/2025), ratusan demonstran mulai turun ke jalan pada Minggu (21/9) hingga berlanjut berhari-hari. Aksi demo berlangsung ricuh.

    Massa terlibat bentrok dengan polisi dan jurnalis di lapangan. Akibatnya, belasan orang mengalami luka.

    Unjuk rasa ini dipimpin secara kolektif oleh generasi muda atau Gen Z Peru. Mereka long march ke kantor pemerintahan Presiden Boluarte di pusat kota Lima.

    Peristiwa Demo (21/9)

    Pada Minggu (21/9) malam, sekelompok demonstran melemparkan batu dan bom molotov ke arah polisi, yang kemudian direspons dengan tembakan gas air mata yang dilepaskan oleh para personel kepolisian.

    “Saya sangat marah, saya merasa benar-benar disesatkan oleh pemerintahan ini… dan Kongres yang melayani partai-partai politik,” ucap Xiomi Aguiler (28) yang ikut dalam unjuk rasa. Dia menyebut para partai politik sebagai “mafia yang mengakar di negara ini”.

    Seorang mahasiswa Peru bernama Jonatan Esquen, yang baru berusia 18 tahun, menyebut unjuk rasa itu merupakan “awal dari kebangkitan, karena orang-orang akhirnya menyadari bahwa anak muda lebih aktif di media sosial dan di arena politik”.

    Belasan Orang Luka

    Gelombang aksi protes ini hingga membuat belasan orang luka. Pada Senin (29/9) sekelompok anak muda melemparkan batu, bom molotov, dan kembang api ke arah aparat penegak hukum, yang dibalas dengan gas air mata dan peluru karet.

    Koordinator Nasional Hak Asasi Manusia (CNDDHH), sebuah koalisi hak asasi manusia, melaporkan bahwa 19 orang terluka dalam kericuhan tersebut, termasuk seorang jurnalis.

    “Seorang polisi menderita luka bakar tingkat pertama akibat bom molotov selama demo yang diselenggarakan oleh berbagai kelompok,” lapor Kepolisian Nasional pada hari Sabtu, disertai dengan foto-foto bentrokan di media sosial.

    CNDDHH menyalahkan polisi atas kekerasan tersebut.

    “Kami menyerukan kepada polisi untuk menghormati hak berunjuk rasa. Tidak ada pembenaran untuk menembakkan gas air mata dalam jumlah besar, apalagi untuk menyerang orang,” ujar Mar Perez, pengacara CNDDHH, kepada AFP.

    Pemicu Demo

    Diketahui, pemicu demo dikarenakan kerusuhan sosial meningkat setelah pemerintah Boluarte mengesahkan undang-undang pada tanggal 5 September yang mewajibkan kaum muda untuk berkontribusi pada dana pensiun swasta, meskipun terdapat ketidakamanan pekerjaan dan tingkat pekerjaan tidak resmi lebih dari 70 persen.

    Aksi-aksi protes juga meningkat di Peru selama enam bulan terakhir menyusul gelombang pemerasan dan pembunuhan oleh kelompok-kelompok kejahatan terorganisir.

    Presiden Digulingkan

    Aksi protes yang menuntut pemerintahan ini pun membuahkan hasil, Presiden Boluarte dimakzulkan. Dia dimakzulkan dalam sidang darurat yang digelar pada Kamis (9/10) malam waktu setempat.

    Sidang ini tidak dihadiri Boluarte sendiri. Boluarte sebelumnya telah ramai dikritik karena gagal membendung gelombang kejahatan. Masa jabatannya sejak Desember 2022 terus diwarnai aksi protes.

    Sidang pemakzulannya berlangsung setelah sejumlah blok politik menyerukan pencopotan Boluarte dari jabatannya. Boluarte dikenal sebagai salah satu pemimpin paling tidak populer di dunia, dengan tingkat penerimaan publik hanya berkisar antara 2-4 persen.

    Perempuan berumur 63 tahun itu juga dituduh memperkaya diri secara ilegal dan bertanggung jawab atas penindakan mematikan terhadap para demonstran

    “Dalam sidang pemakzulan, mayoritas 118 dari 122 anggota parlemen mendukung pemakzulannya. Dengan putusan ini, Boluarte dicopot dari jabatan presiden,” demikian diumumkan oleh pemimpin Kongres Jose Jeri, dilansir kantor berita AFP, Jumat (10/10/2025).

    Jose Jeri Jadi Presiden Baru

    Setelah Boluarte dimakzulkan, pemimpin Kongres Peru, Jose Jeri, dilantik oleh parlemen menjadi presiden baru. Pelantikan Jeri dilakukan kurang dari satu jam setelah parlemen Peru secara bulat memutuskan untuk memberhentikan Boluarte.

    Pelantikan Jeri dilakukan beberapa jam setelah anggota parlemen dari berbagai spektrum politik, untuk pertama kali, mengajukan mosi pemakzulan Boluarte atas dasar ketidakmampuan moral.

    “Hari ini, saya dengan rendah hati menjabat sebagai Presiden republik ini… untuk menempatkan dan memimpin pemerintahan transisi,” kata Jeri kepada parlemen Peru sesaat setelah dia dilantik.

    Jeri, yang menjadi Presiden ke-7 Peru sejak tahun 2016 lalu, mengisyaratkan akan mengambil pendekatan tegas terhadap meningkatnya ketidakamanan, salah satu kritikan utama yang sebelumnya dilontarkan terhadap Boluarte. Jeri berpidato di hadapan Kongres sambil mengenakan selempang bendera nasional Peru.

    “Musuh utama ada di jalanan: geng kriminal,” ujarnya. “Kita harus mendeklarasikan perang terhadap kejahatan,” tegas Jeri dalam pidatonya.

    Jeri yang berusia 38 tahun ini, merupakan anggota partai konservatif Somos Peru dan menjabat sebagai ketua Kongres sejak Juli lalu. Usai dilantik, Jeri bergabung dengan jajaran beberapa kepala negara termuda di dunia.

    Halaman 2 dari 6

    (zap/maa)

  • Dina Boluarte Dimakzulkan, Ketua Kongres Jadi Presiden Baru Peru

    Dina Boluarte Dimakzulkan, Ketua Kongres Jadi Presiden Baru Peru

    Lima

    Pemimpin Kongres Peru, Jose Jeri, dilantik oleh parlemen menjadi presiden baru pada Jumat (10/10) waktu setempat, setelah Presiden Dina Boluarte dimakzulkan. Pelantikan Jeri dilakukan kurang dari satu jam setelah parlemen Peru secara bulat memutuskan untuk memberhentikan Boluarte.

    Pemungutan suara yang memakzulkan Boluarte dan pelantikan Jeri, seperti dilansir AFP dan Reuters, Jumat (10/10/2025), dilakukan beberapa jam setelah anggota parlemen dari berbagai spektrum politik, untuk pertama kali, mengajukan mosi pemakzulan Boluarte atas dasar ketidakmampuan moral.

    Parlemen memanggil Boluarte pada Kamis (9/10) malam untuk membela dirinya di hadapan Kongres. Namun, Boluarte menolak hadir, dan para anggota parlemen memiliki suara yang cukup untuk melanjutkan proses pemakzulan dengan cepat.

    Dalam pemungutan suara yang digelar, mayoritas 118 dari 122 anggota parlemen Peru mendukung pemakzulan Boluarte. Dengan putusan ini, Boluarte dicopot dari jabatan Presiden Peru.

    “Hari ini, saya dengan rendah hati menjabat sebagai Presiden republik ini… untuk menempatkan dan memimpin pemerintahan transisi,” kata Jeri kepada parlemen Peru sesaat setelah dia dilantik.

    Jeri, yang menjadi Presiden ke-7 Peru sejak tahun 2016 lalu, mengisyaratkan akan mengambil pendekatan tegas terhadap meningkatnya ketidakamanan, salah satu kritikan utama yang sebelumnya dilontarkan terhadap Boluarte. Jeri berpidato di hadapan Kongres sambil mengenakan selempang bendera nasional Peru.

    “Musuh utama ada di jalanan: geng kriminal,” ujarnya. “Kita harus mendeklarasikan perang terhadap kejahatan,” tegas Jeri dalam pidatonya.

    Jeri yang berusia 38 tahun ini, merupakan anggota partai konservatif Somos Peru dan menjabat sebagai ketua Kongres sejak Juli lalu. Usai dilantik, Jeri bergabung dengan jajaran beberapa kepala negara termuda di dunia.

    Sementara itu, pemakzulan Boluarte (63) terjadi menyusul tuduhan bahwa dia mengambil keuntungan secara ilegal dari jabatannya dan bertanggung jawab atas tindakan keras mematikan terhadap unjuk rasa yang mendukung pendahulunya.

    Dia membantah melakukan pelanggaran hukum apa pun.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Peru Memanas, Presiden Dina Boluarte Dimakzulkan!

    Peru Memanas, Presiden Dina Boluarte Dimakzulkan!

    Para anggota parlemen di Peru memutuskan untuk memakzulkan Presiden Dina Boluarte dalam sidang darurat yang digelar pada Kamis (9/10) malam waktu setempat. Boluarte sendiri menolak hadir di sidang Kongres tersebut.

    Boluarte sebelumnya telah ramai dikritik karena gagal membendung gelombang kejahatan. Masa jabatannya sejak Desember 2022 terus diwarnai aksi protes. Sidang pemakzulannya berlangsung setelah sejumlah blok politik menyerukan pencopotan Boluarte dari jabatannya.

    Boluarte dikenal sebagai salah satu pemimpin paling tidak populer di dunia, dengan tingkat penerimaan publik hanya berkisar antara 2-4 persen. Perempuan berumur 63 tahun itu dituduh memperkaya diri secara ilegal dan bertanggung jawab atas penindakan mematikan terhadap para demonstran

    Dalam sidang pemakzulan, mayoritas 118 dari 122 anggota parlemen mendukung pemakzulannya. Dengan putusan ini, Boluarte dicopot dari jabatan presiden, demikian diumumkan oleh pemimpin Kongres Jose Jeri, dilansir kantor berita AFP, Jumat (10/10/2025).

    Kerusuhan telah berlangsung selama berbulan-bulan di Peru, yang dipicu oleh gelombang kejahatan terorganisir dan maraknya kasus pemerasan. Beberapa jajak pendapat menunjukkan bahwa banyak warga Peru memandang pemerintah dan Kongres, yang didominasi kalangan konservatif, adalah korup.

    Unjuk rasa semakin meluas pekan lalu setelah badan legislatif Peru mengesahkan undang-undang yang mewajibkan kaum muda untuk bergabung dengan dana pensiun swasta, meskipun banyak yang menghadapi lingkungan kerja yang tidak aman.

    Pada Minggu (21/9) malam, sekelompok demonstran melemparkan batu dan bom molotov ke arah polisi, yang kemudian direspons dengan tembakan gas air mata yang dilepaskan oleh para personel kepolisian.

    “Saya sangat marah, saya merasa benar-benar disesatkan oleh pemerintahan ini… dan Kongres yang melayani partai-partai politik,” ucap Xiomi Aguiler (28) yang ikut dalam unjuk rasa. Dia menyebut para partai politik sebagai “mafia yang mengakar di negara ini”.

    Seorang mahasiswa Peru bernama Jonatan Esquen, yang baru berusia 18 tahun, menyebut unjuk rasa itu merupakan “awal dari kebangkitan, karena orang-orang akhirnya menyadari bahwa anak muda lebih aktif di media sosial dan di arena politik”.

    Aksi turun ke jalanan pada Minggu (21/9) itu digelar sehari setelah bentrokan sengit terjadi antara para demonstran dan polisi di dekat kantor kepresidenan dan gedung parlemen. Sekitar 18 orang, menurut data otoritas setempat dan organisasi independen, mengalami luka-luka dalam bentrokan pada Sabtu (20/9).

    Para korban luka terdiri atas 12 polisi dan enam jurnalis setempat.