Negara: Papua Nugini

  • Cara TNI Implementasikan Komunikasi Sosial di Papua

    Cara TNI Implementasikan Komunikasi Sosial di Papua

    Jakarta: Presiden Prabowo Subianto menginstruksikan pendekatan humanis di Papua. Hal tersebut menjadi dasar TNI untuk melakukan kegiatan nonmiliter di Bumi Cendrawasih itu, salah satunya dengan komunikasi sosial atau komsos.

    “Ini merupakan upaya TNI memberikan pelayanan kebutuhan dasar guna mendukung percepatan pembangunan di wilayah Papua,” kata Panglima HABEMA, Brigjen TNI Lucky Avianto, dalam keterangan yang dilansir Jumat, 3 Januari 2025.

    Komsos dilakukan Satuan Tugas Batalyon Infanteri (Satgas Yonif) Raider 509/Balawara Yudha Kostrad merupakan salah satu Satuan Jajaran Komando Operasi TNI HABEMA. Yakni, dengan memberikan bantuan sosial di tengah tugas pengamanan perbatasan Indonesia-Papua Nugini.
     

    Komandan Satgas Yonif 509 Kostrad, Letkol Inf Dian Dessiawan Setyadi mengatakan hal ini sebagai wujud kepedulian sosial kepada masyarakat. Prajurit TNI, kata, dia, berupaya memanfaatkan penugasan sekaligus membantu masyarakat.

    “Ketika interaksi berlangsung, para Prajurit berbagi kasih dengan menyerahkan bantuan Paket Sembako kepada Mama Maria,” kata Letkol Dian.

    Kegiatan Komsos itu dilaksanakan pada Kamis, 2 Januari 2025. Bantuan diberikan kepada warga Kampung Mamba. Merespons bantuan tersebut, Mama Maria langsung tersenyum dan menerima Paket Sembako dengan sukacita.

    “Terima kasih Komandan 509. Tuhan memberkati,” kata Maria.

    Jakarta: Presiden Prabowo Subianto menginstruksikan pendekatan humanis di Papua. Hal tersebut menjadi dasar TNI untuk melakukan kegiatan nonmiliter di Bumi Cendrawasih itu, salah satunya dengan komunikasi sosial atau komsos.
     
    “Ini merupakan upaya TNI memberikan pelayanan kebutuhan dasar guna mendukung percepatan pembangunan di wilayah Papua,” kata Panglima HABEMA, Brigjen TNI Lucky Avianto, dalam keterangan yang dilansir Jumat, 3 Januari 2025.
     
    Komsos dilakukan Satuan Tugas Batalyon Infanteri (Satgas Yonif) Raider 509/Balawara Yudha Kostrad merupakan salah satu Satuan Jajaran Komando Operasi TNI HABEMA. Yakni, dengan memberikan bantuan sosial di tengah tugas pengamanan perbatasan Indonesia-Papua Nugini.
     

    Komandan Satgas Yonif 509 Kostrad, Letkol Inf Dian Dessiawan Setyadi mengatakan hal ini sebagai wujud kepedulian sosial kepada masyarakat. Prajurit TNI, kata, dia, berupaya memanfaatkan penugasan sekaligus membantu masyarakat.
    “Ketika interaksi berlangsung, para Prajurit berbagi kasih dengan menyerahkan bantuan Paket Sembako kepada Mama Maria,” kata Letkol Dian.
     
    Kegiatan Komsos itu dilaksanakan pada Kamis, 2 Januari 2025. Bantuan diberikan kepada warga Kampung Mamba. Merespons bantuan tersebut, Mama Maria langsung tersenyum dan menerima Paket Sembako dengan sukacita.
     
    “Terima kasih Komandan 509. Tuhan memberkati,” kata Maria.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ADN)

  • Satgas TNI Papua bagikan baju untuk anak-anak di Gome saat patroli

    Satgas TNI Papua bagikan baju untuk anak-anak di Gome saat patroli

    “Arahannya, prajurit TNI dapat memanfaatkan waktu penugasan untuk hal-hal positif, bukan sekadar melaksanakan tugas pengamanan wilayah saja. Arahan itu langsung dijawab dengan inisiatif para prajurit yang berpatroli, dengan cara membagikan baju grati

    Jakarta (ANTARA) – Prajurit TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas Batalyon Infanteri (Satgas Yonif) Raider 323/Buaya Putih memanfaatkan waktu sela-sela patroli untuk menyapa anak-anak di Kampung Jenggernok, Distrik Gome, Kabupaten Puncak, Papua Tengah, dan membagikan baju untuk mereka.

    Kegiatan itu, sebagaimana disampaikan oleh Komando Operasi (Koops) Habema, yang membawahi Satgas Yonif 323, bertujuan untuk membangun kedekatan antara prajurit dengan masyarakat di sekitar daerah operasi, khususnya di Kampung Jenggernok, Gome.

    Komandan Satgas (Dansatgas) Media Koops Habema Kolonel Arh. Yogi Nugroho saat dihubungi di Jakarta, Senin, menjelaskan aksi para prajurit membagikan baju untuk anak-anak itu merupakan tindak lanjut atas arahan Komandan Satgas Yonif 323 Letkol Inf. Tri Wiratno.

    “Arahannya, prajurit TNI dapat memanfaatkan waktu penugasan untuk hal-hal positif, bukan sekadar melaksanakan tugas pengamanan wilayah saja. Arahan itu langsung dijawab dengan inisiatif para prajurit yang berpatroli, dengan cara membagikan baju gratis untuk anak-anak yang ditemui di sepanjang rute patroli,” kata Kolonel Yogi.

    Patroli berkeliling kampung-kampung di Kabupaten Puncak, Papua Tengah, merupakan tugas rutin yang dikerjakan Satgas Yonif 323 dalam rangka Operasi Pengamanan Perbatasan Mobile RI-Papua Nugini (PNG).

    Dalam kegiatan itu, yang berlangsung minggu lalu (28/12), aksi bagi-bagi baju disambut gembira oleh anak-anak dan para orang tua.

    Dansatgas Media Koops Habema menyebut masyarakat Kampung Jenggernok merasa diperlakukan seperti saudara oleh para prajurit. Seorang warga, yang merupakan ibu dari salah satu anak, Maria Otimuka pun mengucapkan terima kasih kepada prajurit Satgas Yonif 323.

    “Terima kasih baju gratis untuk anak kami. Tuhan memberkati,” kata Maria, sebagaimana disampaikan oleh Dansatgas Media Koops Habema.

    Aksi prajurit membagi-bagikan baju untuk anak-anak di Kampung Jenggernok itu pun diapresiasi oleh Panglima Koops Habema Brigjen TNI Lucky Avianto. Dia menyebut aksi itu merupakan upaya prajurit membangun kedekatan dengan masyarakat. Brigjen Lucky meyakini kegiatan semacam itu — yang dikenal dengan istilah komunikasi sosial (komsos) di lingkungan TNI — dapat mendukung kerja-kerja Satgas di daerah operasi.

    Pewarta: Genta Tenri Mawangi
    Editor: Agus Setiawan
    Copyright © ANTARA 2024

  • Museum Bahari Siapkan Pameran dan Festival Menarik pada Tahun 2025

    Museum Bahari Siapkan Pameran dan Festival Menarik pada Tahun 2025

    JAKARTA – Museum Bahari mengungkap sejumlah agenda pameran dan festival yang akan menyapa pengunjung di tahun 2025, termasuk instalasi seni kolaborasi dengan seniman internasional bertema kapal, yang dijadwalkan berlangsung pada pertengahan tahun.

    “Pameran instalasi ini akan digelar di tiga lokasi berbeda, semuanya memiliki sejarah sebagai gudang VOC, yakni di Museum Bahari, Jepang, dan Amsterdam,” ujar Mis’ari, Kepala Unit Pengelola (UP) Museum Kebaharian Jakarta, dalam pernyataannya di Jakarta, seperti dikutip ANTARA.

    Meskipun belum menyebutkan nama seniman yang terlibat, Mis’ari menjelaskan karya instalasi tersebut akan memanfaatkan kain sebagai bahan utama.

    “Seniman tersebut akan menciptakan instalasi berbahan kain yang dipadukan dengan pencahayaan artistik. Rencananya, kegiatan ini akan berlangsung pertengahan tahun depan,” tambahnya.

    Selain instalasi seni, Museum Bahari juga akan menyelenggarakan pameran bertema kawasan Sunda Kelapa dalam rangka memperingati lima abad Kota Jakarta. Pameran ini akan menggunakan teknologi imersif yang memungkinkan dinding dan lantai ruangan menampilkan proyeksi visual dinamis, lengkap dengan tata suara yang menarik.

    Bagi pengunjung yang belum mengenal sejarah Sunda Kelapa, pameran ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mendalam, termasuk tentang gedung yang kini menjadi Museum Bahari.

    “Kami menyusun konsep mini imersif tentang Sunda Kelapa, dengan titik nol sebagai pusatnya. Ruangan ini akan menampilkan sejarah kawasan ini dari masa lampau hingga era modern,” jelas Mis’ari, sembari menambahkan bahwa jadwal pasti pameran masih dalam tahap penentuan.

    Pada tahun yang sama, Museum Bahari juga akan menggelar pameran bertajuk Sriwijaya Kingdom untuk merayakan warisan bahari Indonesia. Acara ini dijadwalkan berlangsung bertepatan dengan hari jadi Museum Bahari pada 7 Juli, dengan melibatkan Kota Palembang dan sejumlah negara di Asia Tenggara.

    Di bulan November, museum berencana menampilkan pameran bertema cadik, dengan Cadik Papua sebagai ikon utama.

    “Cadik Papua akan menjadi unggulan kami. Kami juga ingin mempertemukannya dengan budaya serupa dari negara-negara seperti Fiji, Solomon, dan Papua Nugini, yang memiliki tradisi cadik serupa,” ungkap Mis’ari.

    Ia menambahkan bahwa persiapan untuk pameran ini telah dimulai sejak tahun lalu, termasuk diskusi dengan pemilik Cadik Papua dan para pemangku adat. Museum juga telah mempersiapkan tema serta teknologi yang akan digunakan untuk mendukung acara tersebut.

    Sebagai pelengkap, Museum Bahari juga akan menghadirkan festival bahari yang melibatkan kolaborasi Indonesia-Jepang-Eropa dengan tema “Ratu dari Timur” yang berfokus pada rempah-rempah, serta festival bertajuk Cerita Kota. Namun, jadwal rinci untuk festival ini masih belum diumumkan.

  • Museum Bahari bocorkan kegiatan pameran hingga festival di 2025 

    Museum Bahari bocorkan kegiatan pameran hingga festival di 2025 

    Dia akan buat pameran instalasi dengan material kain, ditambah pencahayaan sedemikian rupa

    Jakarta (ANTARA) – Museum Bahari membocorkan kegiatan pameran hingga festival yang akan dihadirkan bagi pengunjung di tahun 2025, salah satunya instalasi seni yang menggandeng seniman asing terkait kapal yang dijadwalkan pada pertengahan tahun.

    “Pameran instalasi tentang kapal di tiga titik dengan riwayat gedung sama yakni sebagai gudang VOC. Di Museum Bahari, Jepang dan Amsterdam,” kata Kepala Unit Pengelola (UP) Museum Kebaharian Jakarta, Mis’ari di Jakarta, Kamis.

    Tanpa menyebutkan nama seniman yang bakal unjuk karya, Mis’ari menuturkan nantinya material yang digunakan sang seniman berupa kain.

    “Dia akan buat pameran instalasi dengan material kain, ditambah pencahayaan sedemikian rupa. Kemungkinan diselenggarakan pada pertengahan tahun depan,” tutur dia.

    Selain itu, dalam menyongsong lima abad Kota Jakarta, museum juga bakal mengadakan pameran terkait kawasan Sunda Kelapa yang memanfaatkan teknologi imersif sehingga dinding dan lantai dalam suatu ruangan diproyeksikan bisa bergerak dengan dilengkapi tata suara.

    Pengunjung yang masih awam tentang Sunda Kelapa nantinya diajak memahami kawasan ini termasuk hadirnya bangunan yang kini dikenal sebagai Museum Bahari.

    “Kami menjahit itu dalam sebuah imersif mini. Berada di titik nol. Ruang titik nol ada lantai atasnya. Isinya tentang kawasan, sebagai gerbang untuk mengenali kawasan Sunda Kelapa. Melihat tempat ini dari dahulu kala hingga sekarang,” jelas Mis’ari.

    Dia belum dapat mengungkapkan waktu detail pelaksanaan pameran tersebut.

    Kemudian, masih di tahun yang sama, sambung Mis’ari, Museum Bahari juga siap menampilkan pameran bertajuk “Sriwijaya Kingdom”, sebagai bagian dari kejayaan bahari Indonesia.

    Pameran tersebut rencananya diadakan bertepatan dengan perayaan hari jadi Museum Bahari yakni 7 Juli. Museum Bahari akan berkolaborasi dengan Kota Palembang, beserta negara-negara Asia Tenggara.

    Lalu, pada November, pihak Museum berencana mengadakan pameran dengan mengangkat cadik sebagai ikon unggulan.

    “Unggulan kami ikonnya cadik Papua. Itu mau pertemukan dengan budaya sejenis di negara sekitarnya seperti Fiji, Solomon, Papua Nugini, mereka punya cadik serupa,” kata Mis’ari.

    Menurut dia, pembahasan terkait ini sudah dilakukan sejak tahun lalu termasuk dengan pemilik Cadik Papua dan pemangku adat. Pihak museum bahkan sudah menentukan tema dan teknologi yang bakal digunakan.

    Terakhir, akan ada dihadirkan pula festival bahari Indonesia-Jepang, ditambah Eropa, yang mengangkat tema “Ratu dari Timur” atau rempah, lalu festival Cerita Kota. Namun, waktu detil pelaksanaan festival belum dapat diungkapkan.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Ganet Dirgantara
    Copyright © ANTARA 2024

  • MNEK 2025, TNI AL siapkan bakti sosial dan kesehatan untuk warga Bali

    MNEK 2025, TNI AL siapkan bakti sosial dan kesehatan untuk warga Bali

    Komandan Gugus Tempur Laut (Danguspurla) Komando Armada II TNI AL selaku Komandan Satgas MNEK Ke-5 2025 Laksamana Pertama TNI Amrin Rosihan Hendrotomo (kanan) di Jakarta, Kamis (19/12/2024), bertemu dengan Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo (kiri) untuk berkoordinasi mengenai pelaksanaan program bakti sosial (encap) MNEK 2025. ANTARA/HO-Dinas Penerangan Koarmada II TNI AL.

    MNEK 2025, TNI AL siapkan bakti sosial dan kesehatan untuk warga Bali
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Rabu, 25 Desember 2024 – 06:17 WIB

    Elshinta.com – TNI Angkatan Laut menyiapkan serangkaian program bakti kesehatan dan karya bakti di sejumlah daerah di Bali yang tergabung dalam kegiatan latihan bersama nonkombatan Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) 2025.

    Kepala Dinas Penerangan Komando Armada (Koarmada) II Kolonel Laut (P) Widyo Sasongko saat dihubungi di Jakarta, Selasa, menjelaskan Komandan Gugus Tempur Laut (Danguspurla) Koarmada II Laksamana Pertama TNI Amrin Rosihan Hendrotomo selaku Komandan Satgas MNEK Ke-5 Tahun 2025 telah berkoordinasi dengan sejumlah kementerian terkait untuk mendukung pelaksanaan bakti kesehatan dan bakti sosial tersebut.

    Widyo menyebut Dansatgas MNEK ke-5 pada pekan lalu telah bertemu Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo untuk membahas serangkaian program bakti sosial yang juga disebut engineering civic action program (encap) dalam Latihan Bersama MNEK 2025.

    “Danguspurla Koarmada II menjelaskan kepada Menteri Pekerjaan Umum rencana pelaksanaan encap selama 45 hari di Desa Antiga Kelod, Karangasem, Bali. Proyek yang direncanakan meliputi renovasi gudang peralatan nelayan, pembangunan fasilitas MCK, dan pengaspalan jalan sepanjang 1 kilometer,” kata Kadispen.

    Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodi menyatakan dukungannya terhadap rencana encap tersebut.

    Kemudian, untuk program bakti kesehatan atau yang disebut juga medical civic assistance program (medcap), Amrin berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan RI.

    Dansatgas MNEK ke-5 itu menemui Plt. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes yang mewakili Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin di Jakarta, pekan lalu.

    Dalam pertemuan itu, Amrin memaparkan rencana bakti kesehatan selama MNEK berlangsung, di antaranya pemeriksaan kesehatan umum, donor darah, operasi katarak dan operasi bibir sumbing di Karangasem, Bali.

    Kemenkes menyambut baik rencana tersebut sekaligus memberikan masukan terkait pentingnya protokol kesehatan dan prosedur CIQ (customs, immigration, and quarantine) saat menyambut kedatangan delegasi asing berikut kapal-kapal perang dan pesawat udara negara peserta.

    Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) merupakan agenda latihan bersama yang rutin digelar sejak 2014 oleh TNI Angkatan Laut setiap dua tahun sekali. MNEK ke-5 dijadwalkan berlangsung di Bali pada 15–22 Februari 2025.

    TNI AL mengundang total 56 negara dari lima benua untuk MNEK ke-5 di Bali pada Februari 2025. Sejauh ini, ada 30 negara lebih yang mengonfirmasi keikutsertaannya dalam latihan maritim nonkombatan itu.

    Negara-negara yang diundang oleh TNI AL itu mencakup Amerika Serikat, Australia, Arab Saudi, Bangladesh, Belanda, Brasil, Brunei Darussalam, Chile, China, Kolombia, Fiji, Filipina, dan India.

    Kemudian, ada juga Angkatan Laut Inggris, Irak, Iran, Italia, Jepang, Jerman, Kamboja, Kanada, Kenya, Korea Selatan, Korea Utara, Kazakhstan, Laos, Mesir, Malaysia, Meksiko, Myanmar, Selandia Baru, Nigeria, Kaledonia Baru, Oman, Pakistan, Papua Nugini, Prancis, Peru, Polandia, Portugal, Rusia, Singapura, Afrika Selatan, Spanyol, Sri Lanka, Swedia, Thailand, Timor Leste, Tonga, Turki, Uni Emirat Arab, Vanuatu, Vietnam, Lebanon, Bahrain, dan Kuwait.

    Sumber : Antara

  • Paus Fransiskus ke Indonesia Usai 35 Tahun

    Paus Fransiskus ke Indonesia Usai 35 Tahun

    Jakarta

    Paus Fransiskus berkunjung ke Indonesia menjadi salah satu momen bersejarah di tahun 2024. Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik sedunia ini kembali berkunjung ke Tanah Air setelah penantian 35 tahun.

    Paus Fransiskus tiba di Indonesia pada 3 September 2024. Paus Fransiskus tercatat merupakan Paus ketiga yang melawat ke Indonesia. Sebelumnya ada Paus Paulus VI di tahun 1970 dan Paus Yohanes Paulus II pada 1989.

    Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia merupakan rangkaian perjalanan apolostiknya ke sejumlah negara di Asia Tenggara di tahun 2024. Setelah Indonesia, Paus Fransiskus melanjutkan perjalannya ke Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura.

    Nilai Kesederhanaan Paus Fransiskus

    Kedatangan Paus Fransiskus di Indonesia menyisakan banyak pesan mendalam. Setibanya di Tanah Air, Paus dengan nama asli Jorge Mario Bergoglio ini menunjukkan nilai kesederhanaan yang diterapkan dalam kehidupannya.

    Pria kelahiran Argentina ini tidak datang ke Indonesia dengan penuh gemerlap kemewahan. Paus Fransiskus memilih menggunakan mobil medium MPV dan menginap di Kedutaan Besar (Kedubes) Vatikan selama berada di Indonesia. Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi kala itu, Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan fasilitas sederhana itu diminta langsung oleh Paus.

    “Ya, beliau maunya begitu, kami turutin,” kata Luhut di Bali International Convention Center, Nusa Dua, Badung, Bali, 3 September 2024.

    Luhut mengatakan pemerintah Indonesia sebenarnya menyiapkan akomodasi dan transportasi terbaik dengan keamanan tingkat tinggi untuk setiap kepala negara yang berkunjung di Indonesia, termasuk untuk Paus Fransiskus. Namun, Paus hanya meminta disiapkan mobil biasa dan ingin menginap di Kedubes Vatikan.

    “Kalau maunya begitu, ya kami berikan semuanya,” ujar Luhut.

    Selepas mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, Paus menaiki mobil sipil untuk bergerak menuju Kedubes Vatikan di Jakarta Pusat. Sepanjang perjalanannya di mobil, Paus Fransiskus duduk di kursi penumpang depan. Di kawasan Bundaran HI Paus Fransiskus juga membuka kaca mobilnya dan melambaikan tangan serta senyum merekah kepada masyarakat yang telah menantinya.

    Pesan Damai dan Cinta Kasih ke Sesama

    Foto: Paus Fransiskus menyapa satu persatu peserta kegiatan di KWI (INDONESIA PAPAL VISIT COMMITTEE/DANU KUSWORO)

    Paus Fransiskus lalu melanjutkan kunjungannya di Indonesia dengan bertemu Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara pada 4 September 2024. Di momen itu Jokowi juga memperkenalkan Prabowo Subianto selaku Presiden terpilih Indonesia kepada Paus Fransiskus.

    Dalam pidatonya di Istana Negara, Paus Fransiskus berbicara mengenai perdamaian dengan kerukunan. Dia mengatakan perbedaan tidak harus menjadi bibit permusuhan.

    “Kerukunan di dalam perbedaan dicapai ketika perspektif-perspektif tertentu mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan bersama dari semua orang dan ketika seluruh kelompok suku dan agama bertindak dalam semangat persaudaraan,” ujar Paus Fransiskus dalam bahasa Italia yang diterjemahkan oleh penerjemah.

    Paus Fransiskus mengatakan menjaga nilai-nilai kerukunan merupakan hal yang dapat dilakukan setiap orang. Dia juga menekankan hal itu menjadi tanggung jawab lebih besar bagi orang-orang yang memegang kewenangan.

    “Solidaritas dan upaya mencapai perdamaian baik di dalam masyarakat maupun dengan bangsa-bangsa lain untuk memperkuat kerukunan yang damai dan berbuah yang menjamin perdamaian dan menyatukan upaya menghapus ketimpangan dan penderitaan di berbagai wilayah negara, gereja Katolik berkeinginan untuk meningkatkan dialog antaragama. Dengan cara ini, prasangka dapat dihapus dan suasana saling menghargai dan saling percaya dapat tumbuh,” ujarnya.

    Di hari ketiga kunjungannya di Indonesia, Paus Fransiskus juga mengunjungi terowongan silaturahim penghubung Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral. Momen itu terjadi pada 5 September 2024. Paus memuji bangunan itu sebagai simbol kerukunan beragama di Indonesia.

    “Mengenai hal ini, haruslah disebut terowongan bawah tanah ‘terowongan persahabatan’ yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Katedral Santa Maria Diangkat ke Surga. Ini adalah simbol yang bermakna, yang memperkenankan dua tempat ibadah agung tidak hanya berada berhadapan satu sama lain, tapi terhubung satu sama lain,” kata Paus Fransiskus di Masjid Istiqlal, 5 September 2024.

    Dia mendorong agar sikap saling menghargai dan mengasihi ini dilanjutkan sehingga bisa bersama-sama mengembangkan spiritual dan mengamalkan agama masing-masing. Hal itu disebut akan berkontribusi dalam pembangunan masyarakat di dunia, khususnya di Indonesia.

    “Saya mendorong Anda untuk melanjutkan di jalan ini sehingga kita semua bersama sama, masing-masing mengembangkan spiritualitasnya dan mengamalkan agamanya, dapat berjalan dalam pencarian akan Allah, berkontribusi terhadap pembangunan masyarakat yang terbuka, yang didasarkan atas sikap saling menghargai dan mengasihi satu sama lain, mampu melindungi diri dari kekerasan hari, fundamentalisme dan ekstremisme, yang selalu berbahaya dan tak pernah dibenarkan,” imbuhnya.

    Momen Hangat Misa Akbar di Stadion Gelora Bung Karno

    Foto: Paus Fransiskus di Indonesia (REUTERS/Willy Kurniawan)

    Paus Fransiskus juga memimpin misa akbar yang digelar di Stadion Gelora Bung Karno pada 5 September 2024. Misa yang berlangsung hangat dan khusyuk itu diikuti hampir 70 ribu orang di dalam stadion dan ribuan lainnya di luar stadion.

    Meski sempat diguyur hujan, seluruh jemaat yang hadir tetap setia berada di Stadion GBK. Mereka menanti pesan yang disampaikan Paus Fransiskus dalam khotbahnya.

    Dalam khotbahnya, Paus Fransiskus berpesan soal perdamaian dan menjadi umat yang taat. Paus Fransiskus khotbah dalam bahasa Italia yang diterjemahkan oleh seorang penerjemah. Memulai khotbahnya, Paus Fransiskus mengatakan seorang umat Tuhan seharusnya menjadi pendengar yang taat terhadap ajaran penciptanya.

    “Saudara dan saudari, janganlah kita lupa hal ini. Tugas pertama seorang murid bukanlah mengenakan jubah kerohanian yang sempurna secara luar atau melakukan hal-hal luar biasa atau mengerjakan usaha-usaha besar,” kata Paus Fransiskus di Stadion GBK, 5 September 2024.

    “Sebaliknya, langkah pertama terdiri dari tahu menempatkan diri di dalam mendengar satu-satunya sabda yang menyelamatkan, yaitu sabda Yesus,” sambungnya.

    Selain esensi menjadi umat beragama yang taat, Paus Fransiskus juga kembali menyerukan pesan perdamaian. Paus menekankan pentingnya kasih di antara sesama manusia.

    Paus Fransiskus juga mengingatkan umat untuk tidak lelah berbuat kebaikan. Dia menyebut berbuat baik memang tidak selalu berbalas kebaikan. Namun, upaya untuk menjadi aktor perdamaian harus terus dilakukan.

    “Saudara dan saudari, saya juga hendak berkata kepada Anda, kepada bangsa ini, kepada Nusantara yang mengagumkan dan beranekaragam ini. Janganlah lelah berlayar dan menebarkan jalamu, janganlah lelah bermimpi dan membangun lagi sebuah peradaban perdamaian. Beranilah selalu untuk mengimpikan persaudaraan,” tutur Paus Fransiskus.

    Lawatan empat hari Paus Fransiskus di Indonesia memberikan kenangan yang membekas. Di tengah posisi strategis dan penuh kuasa yang digenggamnya, Paus Fransiskus memberikan teladan bagaimana hidup sederhana dan cinta kasih kepada sesama.

    Halaman 2 dari 3

    (ygs/imk)

  • Satgas TNI di Papua beri wawasan kebangsaan untuk anak-anak Ilaga

    Satgas TNI di Papua beri wawasan kebangsaan untuk anak-anak Ilaga

    Jakarta (ANTARA) – Prajurit TNI dari Satuan Tugas (Satgas) Batalyon Infanteri Raider 323/Buaya Putih yang berada di bawah kendali Komando Operasi Habema memberikan materi mengenai wawasan kebangsaan kepada anak-anak di sekitar Pos Kotis, Distrik Ilaga, Puncak, Papua Tengah.

    Di sela-sela tugas patroli di Ilaga, yang merupakan bagian dari Operasi Pengamanan Perbatasan Mobile RI-Papua Nugini (PNG), prajurit TNI itu tidak hanya memberikan wawasan kebangsaan, tetapi juga memberikan tas sekolah dan alat tulis kepada anak-anak yang berkunjung ke Pos Kotis TNI.

    Komandan Satgas Media Koops Habema Kolonel Arh. Yogi Nugroho saat dihubungi di Jakarta, Senin, menjelaskan kegiatan itu bagian dari upaya TNI membangun kedekatan dengan masyarakat.

    Dia menjelaskan anak-anak dari Kampung Kago, Distrik Ilaga, mengikuti kegiatan itu dengan antusias. Dalam kegiatan yang berlangsung pada Minggu (22/12), materi seputar kebangsaan, seperti Pancasila dan semangat nasionalisme disisipkan oleh prajurit TNI saat mereka berbincang-bincang dengan anak-anak yang berkumpul di Pos Kotis.

    Komandan Satgas Yonif 323 Letkol Inf. Tri Wiratno dalam siaran resmi Satgas Media Koops Habema menekankan, prajurit perlu membangun komunikasi dan kedekatan dengan masyarakat utamanya di daerah tugas. Oleh karena itu, kegiatan komunikasi sosial seperti berbincang-bincang dengan warga diperlukan agar mereka mengenal masyarakat di daerah operasi, begitu juga warga mengetahui sosok prajurit yang berpatroli menjaga wilayah mereka.

    Dalam siaran resmi yang sama, Panglima Koops Habema Brigjen TNI Lucky Avianto memuji kegiatan Satgas Yonif 323 dengan anak-anak dari Kampung Kago, Ilaga. Dia menilai kegiatan itu merupakan inisiatif yang baik, dan menjadi contoh komunikasi yang inklusif antara TNI dan masyarakat.

    “Inisiatif Satgas Yonif 323 Kostrad menyampaikan materi wawasan kebangsaan dan membagikan tas sekolah, alat tulis kepada anak-anak Kampung Kago merupakan upaya TNI membangun komunikasi yang inklusif dengan seluruh pihak di daerah tugas,” kata Panglima Koops Habema.

    Pewarta: Genta Tenri Mawangi
    Editor: Rangga Pandu Asmara Jingga
    Copyright © ANTARA 2024

  • UMKM Binaan BCA Berhasil Catat Ekspor Rp37 Miliar di 2024.

    UMKM Binaan BCA Berhasil Catat Ekspor Rp37 Miliar di 2024.

    Jakarta, FORTUNE – Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) binaan Bank BCA mencatatkan Ekspor senilai Rp37 miliar sampai akhir 2024. Nilai ekspor didapat melalui program ‘UMKM BCA Go Export’ yang dimulai sejak 2023.

    “Lebih dari sekadar ekspor, ini adalah langkah awal untuk memperkenalkan produk Indonesia ke panggung global dan membuka peluang baru yang lebih besar di masa depan,” ujar EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn, dalam keterangan dikutip, Senin (23/12).

    Beberapa komoditas yang berhasil diekspor di antranya kakao bubuk dan olahan cokelat, olahan ikan, kerajinan tangan, produk benih unggulan, produk kacang-kacangan, hingga produk kecantikan. Adapun negara lainnya yang menjadi tujuan ekspor antara lain Malaysia, Singapura, Tiongkok, Jepang, Australia, India, Uni Emirat Arab, hingga Papua Nugini.

    Terbaru, dua UMKM binaan BCA dari Padang dan Tulungagung melakukan ekspor perdana, masing-masing pada akhir November dan pertengahan Desember 2024. UMKM binaan BCA dari Tulungagung berfokus pada produk furnitur batu alam, dan berhasil mengapalkan ekspor ke Perancis dan Belanda. Sedangkan UMKM dari Padang memproduksi olahan rempah-rempah, dan memperoleh kontrak ekspor ke Thailand.

  • 2
                    
                        Pangkalan Militer AS, Papua Barat, dan Perkara “Sa bodo tapi Sa tau”
                        Nasional

    2 Pangkalan Militer AS, Papua Barat, dan Perkara “Sa bodo tapi Sa tau” Nasional

    Pangkalan Militer AS, Papua Barat, dan Perkara “Sa bodo tapi Sa tau”
    Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.
    PADA
    pertengahan tahun lalu, tepatnya Juni 2023, draft kerja sama dari militer
    Amerika Serikat
    diajukan dan disepakati oleh Parlemen
    Papua
    Nugini.
    Di dalam perjanjian kerja sama militer tersebut dinyatakan bahwa Militer Amerika Serikat memiliki hak untuk mengembangkan kegiatan militer di satu sisi dan beroperasi dari pangkalan militer Amerika di
    Papua Nugini
    di sisi lain.
    Tentu sebagai konsesi, Papua Nugini, terutama militernya, akan mendapatkan berbagai jenis bantuan dari negara Paman Sam untuk mengembangkan militernya.
    Secara teknis, berdasarkan penjanjian tersebut, dengan persetujuan Papua Nugini, Amerika Serikat dapat menempatkan tentara dan kapal perangnya di enam pelabuhan dan bandar udara penting, termasuk Pangkalan Angkatan Laut Lombrum di Pulau Manus dan sejumlah fasilitas lain di ibu kota, Port Moresby.
    Dengan kata lain, Washington akan memiliki “akses tak terbatas” ke lokasi tersebut untuk “menempatkan peralatan, perlengkapan, dan material”, serta memiliki “hak penggunaan eksklusif” pada beberapa zona di mana dapat dilakukan pengembangan “aktivitas konstruksi” di zona-zona tersebut.
    Jika dilihat isi perjanjiannya, terlihat jelas bahwa Amerika Serikat memang cukup serius ingin bekerjasama dengan Papua Nugini, karena tingkat akses yang didapat cukup luas dan leluasa di satu sisi.
    Di sisi lain, kualitas keterkaitan yang ingin dibangun oleh kedua negara juga terbilang cukup lengket karena mencakup jenis aktifitas yang harus didukung oleh izin pembangunan “konstruksi” baru, sebagai gambaran bahwa jika diperlukan Amerika Serikat bisa membangun pangkalan militer yang lengkap dengan berbagai fasilitas pendukungnya di Papua Nugini.
    Ada apa gerangan? Mengapa tiba-tiba Amerika Serikat meningkatkan kerja sama militer dalam lingkup yang cukup luas dan kualitas kerja sama yang cukup “erat” dengan Papua Nugini?
    Padahal jika dilihat secara lebih detail ke dalam negara Papua Nugini sendiri, Amerika sebenarnya tak memiliki aset berharga untuk dilindungi, layaknya di negara-negara terdekat dari kawasan Indopasifik seperti Jepang, Korea, Taiwan, dan negara-negara kepulauan di Pasifik, atau pula di negara-negara Timur Tengah.
    Bahkan jika dilihat dari sisi bisnis, terutama pertambangan, China jauh lebih banyak memiliki aset di Papua Nugini ketimbang Amerika Serikat.
    Sebagian besar analis menduga bahwa inisiasi strategis Amerika Serikat tersebut terkait erat dengan semakin tegangngya relasi geopolitis antara Amerika Serikat dan China di wilayah Asia Pasifik.
    Sehingga sebagai imbasnya, Amerika Serikat membangun sebanyak-banyaknya perjanjian kerja sama militer dengan negara-negara yang terkait dengan kawasan Indopasifik, termasuk salah satunya Papua Nugini.
    Jika dilihat secara geostrategis dan geografis, Papua Nugini memang berada pada garis “ketiga” dari tiga lapis garis pertahanan China di Asia Pasifik, meskipun berada pada titik terujung.
    Pun dari sisi Amerika Serikat, Papua Nugini juga tersentuh garis kedua dari tiga lapis garis pertahanan Amerika Serikat di Indopasifik, pun terletak di garis terujungnya.
    Sehingga, secara strategis sebenarnya posisi Papua Nugini kurang terlalu penting, meskipun bukan berarti tidak penting bagi Amerika Serikat.
    Namun, mari kita andaikan saja Papua Nugini cukup penting bagi keduanya, terutama bagi Amerika Serikat, untuk rencana pembendungan ekspansi China ke depannya.
    Lantas, apakah itu adalah “the one and only” motif dari rencana geopolitis-strategis Amerika Serikat di Papua Nugini yang pada masa lalu oleh Australia diberi sebutan “Territory of Papua” itu?
    Atas pertanyaan kedua tersebut, saya justru memiliki perspektif lain. Amerika Serikat, dalam hemat saya, juga melihat Papua dan isu Papua Barat sebagai target lainnya yang ingin dijaga dan dikawal, jika muncul kemungkinan-kemungkinan terjadinya
    referendum
    baru di Papua dengan model referendum yang lebih bebas-demokratis setelah gerakan-gerakan pendukung Papua Barat berhasil berdiplomasi di PBB, sehingga muncul kemungkinan lepasnya Papua Barat dari Indonesia setelah itu.
    Untuk mengantisipasi hal tersebut, Pangkalan Militer Amerika Serikat di Papua Nugini mendadak menjadi urgen bagi Amerika Serikat tentunya.
    Andaikan jika itu terjadi, Amerika Serikat tentu bisa melakukan aksi gerak cepat untuk melindungi proses referendumnya di satu sisi dan melindungi Papua Barat sebagai kandidat negara baru di sisi lain, dari aksi “tidak terima Indonesia” atas kemungkinan yang bermula dari putusan PBB tersebut, yang berisiko membuat Indonesia kemudian mengambil langkah militer untuk menekan Papua Barat.
    Kemungkinan ini, dalam kacamata khusus, sebenarnya cukup masuk akal dan cukup bisa diterima logika, jika dilihat dari kacamata geopolitis di satu sisi dan dalam kacamata preseden sikap Amerika Serikat di sisi lain, terutama terkait dengan upayanya dalam melindungi proses referendum Papua Barat dan memproteksi calon negara baru di Tanah Papua.
    Karena jika lahir mandat PBB semacam itu dalam waktu-waktu mendatang, bagaimanapun jika itu linier dengan kepentingan Amerika Serikat, maka Amerika Serikat diminta ataupun tidak, akan dipastikan menjadi negara terdekat pertama yang akan memberikan perlindungan kepada Papua Barat, selain Australia tentunya.
    Apalagi, sebenarnya tidak ada yang benar-benar mengetahui sudah sejauh mana lobi-lobi para pihak yang terkait dengan kemerdekaan Papua Barat di level internasional di satu sisi dan di PBB di sisi lain.
    Dengan kata lain, keberhasilan TNI/Polri di lapangan dalam menekan pergerakan OPM dan jejaringnya di Papua, sama sekali bukanlah patokan utama dalam melihat kemungkinan apakah Papua Barat berpeluang lepas atau tidak dari Indonesia.
    Karena jika kita mau belajar dari sejarah, betapa Indonesia sangat tertekannya secara militer pasca-Soekarno mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia pada Agustus 1945. Namun, melalui jalur lain Indonesia akhirnya bisa menyempurnakan kemerdekaannya di Perjanjian Meja Bundar 1949.
    Bahkan Indonesia sama sekali tak berdaya ketika agresi militer Belanda pertama dan kedua dilancarkan. Ketika itu, Indonesia sebagai negara yang memiliki kekuatan militer, meskipun belum sempurna, sudah nyaris tidak bisa melawan lagi.
    Para pemimpin utama Indonesia telah dipenjarakan. Sehingga diplomasi di PBB di satu sisi dan suasana perang dingin di sisi lain yang mengharuskan Amerika Serikat untuk menekan Belanda agar segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia di tahun 1949 di sisi lain, adalah dua hal yang sangat krusial dalam menopang diakuinya Indonesia sebagai negara bangsa merdeka alias tidak lagi dianggap sebagai negara jajahan.
    Dalam kajian buku-buku sejarah geopolitik yang membahas peta besar geopolitik jelang diakuinya Indonesia di dalam Konperensi Meja Bundar dengan gamblang menuliskan betapa dukungan dan tekanan dari Amerika Serikat kepada Belanda agar segera memberikan pengakuan kepada Indonesia menjadi faktor yang sangat penting.
    Selain muncul bukti bahwa Belanda ternyata menggunakan senjata dan perlengkapan tempur yang semula berasal dari program “lend lease” yang dikeluarkan Amerika Serikat dalam membantu sekutu melawan Jerman, tapi akhirnya juga dipakai oleh Belanda untuk melakukan agresi militer pertama dan kedua di Indonesia.
    Begitu pula dengan anggaran Marshall Plan untuk Belanda, yang juga berasal dari Amerika Serikat, dipakai untuk mencoba menundukkan kembali Indonesia pasca-1945 oleh Belanda.
    Kedua hal itu cukup membuat Amerika Serikat marah kepada Belanda. Namun, ada faktor lain yang tak kalah pentingnya.
    Faktor lainnya yang membuat Amerika Serikat harus menekan Belanda, selain kedua faktor di atas, adalah dimulainya ketegangan geopolitis dengan Uni Soviet di Eropa, alias lahirnya “kawasan “iron Curtain” di Jerman.
    Amerika Serikat dan Eropa akhirnya membutuhkan tambahan pasukan dari kawasan lain untuk digeser dan ditumpuk di Eropa untuk mengimbangi jutaan tentara Stalin yang sudah terlanjur menumpuk di Jerman Timur dan Negara-Negara Eropa Timur pasca-Jerman tumbang.
    Nah, salah satunya adalah pasukan Belanda di Indonesia, yang bisa ditarik segera ke Eropa untuk mendukung kekuatan Sekutu menghadapi kemungkinan perang dengan Uni Soviet, jika Belanda bisa sesegera mungkin hengkang dari Indonesia.
    Kondisi geopolitis serupa nampaknya juga ada di hari ini, baik karena telah dimulainya perang dingin baru antara Amerika Serikat dan China (
    New Cold War
    ) di satu sisi dan karena kepentingan Amerika Serikat untuk membuat Indonesia tak condong ke China di sisi lain.
    Artinya, Papua Barat boleh jadi dijadikan oleh Amerika Serikat sebagai target untuk memberikan peringatan kepada Indonesia, jika Indonesia secara terbuka berani berada di sisi China.
    Karena itulah mengapa Indonesia harus mulai melihat upaya Amerika Serikat di Papua Nugini dalam kacamata kritis di satu sisi dan mulai memikirkan masalah Papua Barat benar-benar sebagai masalah strategis dan serius di sisi lain alias tidak sekadar urusan operasi militer di lapangan.
    Namun cukup disayangkan ketika Prabowo Subianto merumuskan masalah khusus yang harus segera ditangani sekaligus dengan utusan khusus presiden yang akan menyelesaikannya, masalah Papua Barat tidak termasuk di dalamnya.
    Padahal, masalah Papua sangatlah unik dan sudah menahun. Unik karena persoalan tak selesai sebab menggunakan formula penyelesaian yang didatangkan dari Jakarta, alias tak benar-benar lahir di Papua.
    Sehingga di lapangan, di tataran masyarakat Papua sendiri, apapun langkah yang diambil oleh pemerintah pusat untuk menyelesaian masalah Papua, sudah lebih dahulu dicurigai sebagai “rencana-rencana baru” untuk “menipu Papua”, terlepas sebenarnya belum tentu demikian niatan Jakarta.
    Kira-kira bunyi tanggapan masyarakat Papua yang sering saya dengar kala di sana adalah sebagai berikut, “Sa bodo tapi Sa tau”.
    Pernyataan pengakuan yang memiliki arti bahwa meskipun orang Papua Bodoh, tapi mereka mengetahui intensi “kurang baik” dari Indonesia yang hanya ingin menikmati tanah Papua sebagai menu santapan ekonominya.
    Dengan kata lain, rasa tidak percaya orang Papua kepada Indonesia sudah benar-benar berada pada titik nadir.
    Jika sampai terjadi referendum dengan sistem “one man one vote” di Bumi Papua atas isu Papua Barat, maka peluang Indonesia atau opsi pro-integrasi dengan Indonesia untuk menang sangatlah kecil.
    Ditambah lagi dengan hadirnya pangkalan baru Militer Amerika Serikat di Papua Nugini, yang sebenarnya dimaknai secara berbeda oleh orang Papua Barat, yakni sebagai simbol dukungan “hampir” penuh dari Amerika Serikat kepada Papua barat.
    Maka mau tak mau hal itu akan semakin memperburuk prospek Indonesia di tanah Papua jika ternyata suatu waktu terjadi referendum.
    Oleh karena itu, menurut hemat saya, pemerintah harus benar-benar mulai sangat serius dalam menangani masalah Papua Barat.
    Jika Badan Otonomi Khusus bertugas memastikan terealisasinya poin-poin penting di dalam status Otonomi Khusus yang telah diterima oleh Papua, semestinya ada utusan khusus yang selevel dengan menteri yang menangani urusan di luar urusan Otonomi Khusus tersebut.
    Utusan khusus tersebut fokus pada pencarian solusi-solusi strategis agar bisa semakin berdamai dan berdekatan dengan rakyat Papua dari segala tingkatan di satu sisi dan meningkatkan keterikatan emosial psikologis rakyat Papua dengan Indonesia di sisi lain, sembari menjauhkan kemungkinan-kemungkinan pengaruh asing di Papua.
    Pendeknya, dalam konteks yang telah saya jelaskan di atas, mengapa utusan khusus atau staf khusus percepatan penyelesaian masalah Papua, yang diduduki oleh tokoh atau figur yang memang benar-benar memahami dan punya hati untuk Papua di satu pihak dan benar-benar bisa diterima oleh rakyat Papua di pihak lain, menjadi sangat strategis dan krusial sifatnya saat ini.
    Tak menutup kemungkinan figur tersebut berasal dari militer, karena toh memang ada banyak figur militer yang pernah sangat lama bertugas di Bumi Cendrawasih dan memiliki hubungan baik dengan banyak tokoh Papua.
    Intinya, dalam hemat saya, memang diperlukan tim khusus untuk mempercepat proses penyelesaian masalah Papua, di luar Badan Otonomi Khusus, sebelum digoreng secara geopolitis oleh kekuatan-kekuatan besar dunia, salah satunya oleh Amerika Serikat.
    Semoga gagasan sederhana ini sampai kepada Presiden Republik Indonesia terpilih Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • TVRI sebut debat perdana pemilu jadi momen yang dikenang tahun ini

    TVRI sebut debat perdana pemilu jadi momen yang dikenang tahun ini

    Jakarta (ANTARA) – Direktur Utama Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia (LPP TVRI) Iman Brotoseno mengatakan bahwa debat perdana Pemilu 2024 menjadi salah satu momen yang dikenang pada tahun ini.

    “Kami hanya diberikan waktu 4 hari karena memang saat itu tidak ada stasiun televisi yang berani mengambil kesempatan debat capres yang pertama. Jadi, TVRI dengan rasa tanggung jawab harus menyelamatkan kegiatan dan jadwal yang sudah ditentukan oleh KPU (Komisi Pemilihan Umum),” kata Iman dalam acara Refleksi Akhir Tahun 2024 di Gedung LPP TVRI, Jakarta, Kamis.

    Menurut dia, inisiatif TVRI tersebut bisa menjadi tolok ukur pelaksanaan empat debat lain dalam tahapan Pemilu 2024.

    Oleh sebab itu, dia mengapresiasi kepada tim produksi, baik program berita maupun teknik, yang telah mendukung suksesnya penyelenggaraan debat tersebut.

    Selain itu, dia mengatakan bahwa pelaksanaan debat Pilkada 2024 menjadi bagian refleksi TVRI pada tahun ini. TVRI melalui kanal TVRI Nasional telah menayangkan 10 debat, sedangkan kanal TVRI Daerah menayangkan 429 debat.

    “Capaian lain adalah siaran Misa Suci, kunjungan Sri Paus dari tiga negara, dan TVRI menjadi televisi yang mentransmisikan seluruh perjalanan dokumentasi dari Bapak Suci ke seluruh Indonesia, terutama di wilayah-wilayah provinsi yang banyak atau mayoritas umat kristiani,” ujarnya.

    Ia mengatakan bahwa TVRI juga menayangkan kunjungan Paus Fransiskus di wilayah perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini serta Timor Leste.

    “Terkait PON (Pekan Olahraga Nasional), kami juga perlu menyampaikan bahwa TVRI memang bukan sebagai TV pool kegiatan PON, tetapi memang faktanya bahwa tanpa peran TVRI, rakyat Aceh tidak bisa menyaksikan tim sepak bolanya dalam pertandingan di PON,” katanya.

    Oleh sebab itu, dalam momen refleksi 2024, dia mengatakan bahwa dengan 180 pemancar digital yang dimiliki, TVRI dapat menjangkau masyarakat Indonesia.

    “Dalam 3 tahun ke depan, kami berkomitmen untuk mengurangi wilayah blind spot (titik buta), dan menambah populasi coverage (jangkauan siaran) untuk nasional,” katanya menargetkan

    Pewarta: Rio Feisal
    Editor: D.Dj. Kliwantoro
    Copyright © ANTARA 2024