Negara: Panama

  • Tergabung di Pot Ketiga, Timnas Indonesia U-17 Buka Potensi Bertemu Negara Kuat di Babak Grup

    Tergabung di Pot Ketiga, Timnas Indonesia U-17 Buka Potensi Bertemu Negara Kuat di Babak Grup

    FAJAR.CO.ID,JAKARTA — Timnas Indonesia U-17 menjadi satu-satunya perwakilan Asia Tenggara (ASEAN) di ajang Piala Dunia U-17 2025.

    Berlaga di ajang ini, Timnas Indonesia U-17 masuk dalam pot 3 babak grup Piala Dunia U-17 2025 yang akan dilaksanakan di Qatar.

    Selain Indonesia, masih ada 11 tim lainnya yang akan tergabung di pot ketiga ini.

    Sebanyak 11 tim yang dimaksud tersebut adalah Kosta Rica, Tajikistan, Panama, Korea Utara, Pantai Gading, Tunisia, Kaledonia, Kanada, Afrika Selatan, Austria dan Haiti.

    Adapun untuk penentuan Pot di ajang Piala Dunia U-17 2025 ini berdasarkan hasil di ajang sebelumnya.

    Mulai dari penampilan di turnamen sebelumnya, representasi Benua, dan negara tuan rumah.

    Nantinya, proses pengundian atau drawing pembagian grup akan mengambil satu tim dari setiap pot untuk membentuk grup.

    Tergabung di Pot ketiga tentunya membuka potensi Skuad Garuda Muda untuk berada satu grup dengan negara kuat lainnya.

    Hal ini mengingat untuk Pot satu dan dua tentunya bakal diisi dengan negara kuat dari berbagai negara.

    Piala Dunia U-17 2025 sendiri akan digelar di Qatar pada 3 hingga 27 November 2024. 

    Adapun untuk 48 negara yang akan berlaga di ajang ini semua berasal dari enam konferensi sepakbola.

    Di ajang Piala Asia U-17 2025, Timnas Indonesia U-17 sukses lolos ke babak perempatfinal. 

    Diketahui 8 tim yang lolos ke perempatfinal dipastikan mentas di ajang Piala Dunia U-17 2025. Sebab, Asia mendapat total 8 slot di ajang Piala Dunia U-17 2025.

    Adapun untuk tujuh negara Asia lainnya yang akan berpartisipasi diantaranya, Korea Selatan, Uni Emirat Arab (UEA), Uzbekistan, Arab Saudi, Jepang, Korea Utara, dan Tajikistan.

  • Trump: Kapal-Kapal AS Harus Gratis Lewati Terusan Panama dan Terusan Suez – Halaman all

    Trump: Kapal-Kapal AS Harus Gratis Lewati Terusan Panama dan Terusan Suez – Halaman all

    Trump: Kapal-Kapal AS Harus Gratis Lewati Terusan Panama dan Terusan Suez

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan pada Sabtu (26/4/2025) KALAU kapal-kapal militer dan komersial AS harus diizinkan untuk melakukan perjalanan melalui Terusan Panama dan Terusan Suez tanpa dipungut biaya.

    Pernyataan Trump ini dinilai sebagai peningkatan dorongan sang presiden untuk mengamankan kontrol Amerika yang lebih besar atas rute-rute pelayaran global utama.

    Dalam sebuah unggahan di platform media, Truth Social, Trump mengatakan kalau ia telah menginstruksikan Menteri Luar Negeri Marco Rubio untuk “segera menangani, dan mengenang, situasi ini.”

    “Kapal-kapal Amerika, baik Militer maupun Komersial, harus diizinkan untuk melakukan perjalanan, tanpa biaya, melalui Terusan Panama dan Suez!” tulis Trump.

    “Mereka tidak akan ada tanpa Amerika Serikat!”

    Terusan Panama, yang dirampungkan oleh AS pada awal abad ke-20, membelah tanah genting sempit yang menghubungkan Amerika Utara dan Selatan, sehingga memungkinkan pergerakan yang lebih cepat antara Samudra Atlantik dan Pasifik.

    Saat ini, terusan ini menangani sekitar 40 persen lalu lintas peti kemas AS setiap tahunnya.

    Meskipun Washington mengelola terusan tersebut selama beberapa dekade, kendalinya dialihkan ke Panama pada tahun 1999.

    Trump telah berulang kali menyuarakan penyesalannya atas penyerahan itu, dengan mengatakan kalau ia ingin “mengambil alih kembali” terusan itu.

    Peta Terusan Panama (Britannica)

    Sebelum kembali menjabat pada bulan Januari, ia bahkan menyatakan bahwa ia tidak akan mengesampingkan kemungkinan menggunakan tekanan ekonomi atau militer untuk mendapatkan kembali kendali.

    Penasihat Keamanan Nasional Michael Waltz mendukung seruan Trump, dengan mengatakan bahwa AS “tidak perlu membayar untuk menggunakan terusan” yang dibangunnya.

    Terusan Suez, penghubung penting antara Laut Tengah dan Laut Merah, menawarkan rute laut tercepat antara Eropa dan Samudra Hindia serta Samudra Pasifik Barat.

    Seperti Terusan Panama, biaya transitnya sangat mahal, terkadang mencapai ratusan ribu dolar, tergantung pada ukuran kapal dan muatannya.

    Pemerintahan Trump juga berupaya membatasi pengaruh China di Panama. Pada bulan Februari, Panama mengumumkan penarikan diri dari Prakarsa Sabuk dan Jalan Beijing menyusul tekanan dari Washington dan kunjungan Rubio.

    Walaupun komentar Trump sebelumnya sebagian besar ditujukan pada Terusan Panama, postingan terbarunya memperluas fokus hingga mencakup Terusan Suez di Mesir — jalur penting bagi perdagangan global.

    Masih belum jelas bagaimana Trump bermaksud untuk mencapai jalur bebas bagi kapal-kapal AS melalui dua kanal yang dioperasikan oleh pemerintah asing, tetapi komentarnya menggarisbawahi upaya yang lebih luas dari pemerintahannya untuk menegaskan kembali dominasi AS atas infrastruktur strategis.

  • Trump Minta Kapal AS Diizinkan Lewat Terusan Panama dan Suez Gratis

    Trump Minta Kapal AS Diizinkan Lewat Terusan Panama dan Suez Gratis

    Bisnis.com, JAKARTA — Amerika Serikat (AS) meminta kapal militer dan komersial AS harus diizinkan melintasi Terusan Panama dan Suez tanpa membayar biaya.

    Mengutip Reuters, Minggu (27/4/2025) hal tersebut diungkapkan oleh Presiden AS Donald Trump dalam platform sosial media Truth Social. Dia meminta kepada Menteri Luar Negerinya untuk menangani hal tersebut. 

    “Saya telah meminta Menteri Luar Negeri Marco Rubio untuk segera menangani dan mengabadikan situasi ini,” jelas Trump.

    Sebagai informasi, terusan Panama yang menghubungkan Amerika Utara dan Amerika Selatan, memungkinkan kapal bergerak lebih cepat antara Samudra Atlantik dan Samudra Pasifik. 

    Setiap tahunnya, terusan ini menangani sekitar 40% dari lalu lintas kontainer Negeri Paman Sam.

    AS menyelesaikan pembangunan terusan tersebut pada awal abad ke-20, namun menyerahkan kendali atas jalur air strategis ini kepada Panama pada tahun 1999.

    Adapun, Trump telah berulang kali menyatakan keinginannya untuk “mengambil kembali” terusan tersebut. 

    Sebelum dilantik menjadi Presiden, Trump juga mengatakan kepada wartawan bahwa Dia tidak menutup kemungkinan menggunakan kekuatan ekonomi atau militer untuk merebut kembali kendali atas terusan itu.

  • Intelijen Ukraina Klaim Sudah Identifikasi Kapten Kapal ‘Armada Bayangan’ Rusia – Halaman all

    Intelijen Ukraina Klaim Sudah Identifikasi Kapten Kapal ‘Armada Bayangan’ Rusia – Halaman all

    Intelijen Ukraina Klaim Sudah Identifikasi Kapten Kapal ‘Armada Bayangan’ Rusia

    TRIBUNNEWS.COM – Intelijen Ukraina mengklaim sudah mengidentifikasi kapten kapal tanker FACCA, kapal pengangkut minyak yang disebut-sebut merupakan bagian dari “armada bayangan” kapal tanker minyak Rusia.  

    Armada bayangan Rusia terdiri dari kapal kargo semi-legal yang mengangkut produk, baik minyak maupun komoditas lain, Rusia ke seluruh dunia, di tengah penerapan sanksi oleh Barat.

    Kapal FACCA ini tengah dikenai sanksi oleh negara-negara G7 dan Uni Eropa karena kepergok membawa minyak Rusia, belum lama ini.

    Rusia berusaha mengakali sanksi dan embargo Barat dengan cara mengoperasikan ‘armada bayangan’ yang lazimnya menggunakan bendera negara lain saat berlayar.

    Saat mengangkut minyak Rusia, Kapal FACCA ini dilaporkan tengah berbendera Panama.

    “Menurut data eksklusif yang diperoleh KI dari Dinas Intelijen Asing Ukraina, kapten kapal pelanggar embargo minyak ini adalah warga negara Georgia bernama Giorgi Devadze,” tulis laporan media Ukraina, KI, dikutip Kamis (17/4/2025).

    “Devadze, 47, menjabat sebagai kapten kapal tanker FACCA, yang berlayar di bawah bendera Panama, dengan pengenal Organisasi Maritim Internasional (IMO) 9271951, per April,” tambah laporan tersebut menurut data yang diperoleh intelijen Ukraina.

    Intelijen Ukraina juga mengidentifikasi, Devadze berasal dari Khelvachauri, sebuah kota di Georgia. Ia lulus dari Akademi Maritim Negara Bagian Batumi dengan gelar di bidang navigasi dan memiliki pengalaman luas di kapal tanker Handymax dan Panamax.

    Laporan KI menyebut, “Devadze mengoperasikan “armada bayangan” Rusia , yang membantu Moskow menghindari sanksi Barat dan mempertahankan pendapatan minyaknya.  

    Sebagai disclaimer, KI menyatakan kalau Devadze belum membalas permintaan komentar hingga berita dipublikasikan. 

    “Keterkaitannya dengan kapal tanker FACCA belum dapat diverifikasi secara independen,” kata laporan tersebut.

    PAKAI BENDERA PANAMA – Kapal tanker pelanggar embargo minyak FACCA, yang berlayar di bawah bendera Panama dan merupakan bagian dari apa yang disebut armada bayangan kapal tanker minyak Rusia, yang membantu Moskow menghindari sanksi Barat dalam hal embargo minyak.

    Kapal-Kapal Tua

    Inggris menjatuhkan sanksi ke Kapal tanker FACCA karena membawa minyak Rusia pada Desember 2024.

    Adapun sanksi dari Kanada dan Uni Eropa terhadap kapal ini jatuh pada Februari 2025, dan Swiss pada bulan Maret, menurut daftar “armada bayangan” Rusia yang dikelola oleh badan intelijen Ukraina lainnya, HUR.

    Ekspor minyak dan gas adalah sumber pendapatan utama Rusia untuk mendanai mesin perangnya saat melanjutkan agresinya terhadap Ukraina.

    Embargo minyak yang diberlakukan oleh negara-negara G7, bersama dengan Uni Eropa dan Australia, pada tahun 2022 untuk mengurangi pendapatan Rusia dari ekspor energi melarang transportasi laut dan asuransi minyak Rusia jika dijual lebih dari 60 dolar AS per barel.

    Kapal dan nakhodanya yang melanggar larangan tersebut juga dapat dikenakan sanksi.

    Selain pelanggaran embargo minyak, kapal tanker FACCA yang dibangun pada tahun 2004 mungkin menimbulkan risiko kecelakaan dan tumpahan minyak di laut, seperti yang telah terjadi dengan kapal tanker lama yang dioperasikan Rusia.

    Menurut perkiraan, 70 persen dari ekspor minyak laut Rusia diangkut oleh kapal tanker tua yang asuransinya buruk, sehingga menambah dana perang Kremlin dan menimbulkan bahaya serius bagi lingkungan.

    “Menurut sumber di Dinas Intelijen Asing Ukraina, usia kapal tersebut “sudah merupakan pelanggaran aturan operasi tanker yang aman dan argumen yang mendukung sanksi tambahan”,” tutup laporan tersebut.

     

    (oln/KI/*)

  • Ada Kesepakatan Baru, AS Bisa Kirim Tentara ke Terusan Panama

    Ada Kesepakatan Baru, AS Bisa Kirim Tentara ke Terusan Panama

    Washington DC

    Amerika Serikat (AS) akan bisa mengerahkan pasukan militernya ke sejumlah fasilitas di sepanjang Terusan Panama berdasarkan kesepakatan bersama kedua negara. Kesepakatan baru ini menjadi bentuk konsesi besar Panama kepada Presiden Donald Trump yang bertekad menguasai jalur perairan vital tersebut.

    Pengerahan tentara AS itu, seperti dilansir AFP, Jumat (11/4/2025), diatur di dalam kesepakatan yang ditandatangani oleh para pejabat tinggi keamanan dari kedua negara.

    Dokumen kesepakatan yang dilihat langsung oleh AFP pada Kamis (10/4) waktu setempat memungkinkan para personel militer AS untuk dikerahkan ke fasilitas-fasilitas yang dikendalikan otoritas Panama untuk pelatihan dan berbagai aktivitas lainnya.

    Namun, kesepakatan itu tidak mengizinkan AS untuk membantun pangkalan militer sendiri di area tersebut. Langkah semacam itu tentu akan sangat tidak populer di kalangan rakyat Panama dan secara hukum penuh dengan risiko.

    Kendati demikian, kesepakatan itu masih memberikan pengaruh yang luas kepada AS untuk mengerahkan personel yang tidak ditentukan jumlahnya ke bekas-bekas pangkalan yang ada di sana, yang beberapa di antaranya dibangun oleh Washington saat menduduki Zona Terusan beberapa dekade lalu.

    Sejak kembali menjabat pada Januari lalu, Trump berulang kali menuduh China memiliki pengaruh yang terlalu besar terhadap Terusan Panama, yang menangani sekitar 40 persen lalu lintas peti kemas AS dan lima persen perdagangan dunia.

    Pemerintahan Trump telah berjanji untuk “mengambil alih” kendali atas jalur perairan strategis yang didanai, dibangun dan dikendalikan oleh AS hingga tahun 1999 silam tersebut. Washington menyerahkan Terusan Panama yang berusia lebih dari seabad itu kepada Panama pada tahun tersebut.

    Pemerintahan Trump memberikan tekanan besar terhadap Panama untuk mengurangi pengaruh China pada terusan itu, yang dianggap AS sebagai ancaman terhadap keamanan nasional mereka.

    Saat berkunjung ke Panama pada Selasa (8/4), Menteri Pertahanan (Menhan) AS, Pete Hegseth, menyebut Terusan Panama terus menghadapi ancaman. Bos Pentagon itu menegaskan AS tidak akan membiarkan China mengganggu Terusan Panama, yang ingin dikuasai oleh Washington.

    “Saat ini, Terusan Panama menghadapi ancaman terus-menerus,” kata Hegseth dalam pidatonya yang disampaikan di kantor polisi yang terletak di pintu masuk rute pelayaran Terusan Panama.

    “Amerika Serikat tidak akan membiarkan komunis China atau negara lainnya mengancam operasi atau integritas terusan tersebut,” tegasnya.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Daftar Lengkap Negara yang Kena Dampak Usai Jeda 90 Hari

    Daftar Lengkap Negara yang Kena Dampak Usai Jeda 90 Hari

    Jakarta: Presiden Amerika Serikat, Donald Trump kembali mengambil langkah tegas soal perdagangan internasional. Kali ini, ia mengumumkan jeda tarif selama 90 hari bagi sebagian besar negara kecuali kepada Tiongkok, yang justru mengalami kenaikan tarif signifikan.
     
    Melansir The Guardian, Kamis, 10 April 2025, kemarin Trump menaikkan tarif impor untuk produk dari Tiongkok dari 34 persen menjadi 125 persen.
     
    Sementara untuk negara lain yang belum menerapkan balasan terhadap tarif dari AS, akan diberikan penangguhan dan hanya dikenakan tarif sebesar 10 persen hingga bulan Juli.

    Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, menyatakan bahwa kenaikan tarif terhadap Tiongkok diambil karena “Saat Amerika Serikat diserang, Presiden Trump akan membalas dengan lebih keras,”
     

    Tarif awal vs tarif baru sementara
    Berikut daftar lengkap tarif yang awalnya diancamkan Trump dan tarif terbaru yang diperbarui per negara:

    Tiongkok: dari 34% menjadi 125%
    Uni Eropa: dari 20% menjadi 10%
    Vietnam: dari 46% menjadi 10%
    Taiwan: dari 32% menjadi 10%
    Jepang: dari 24% menjadi 10%
    India: dari 26% menjadi 10%
    Korea Selatan: dari 25% menjadi 10%
    Thailand: dari 36% menjadi 10%
    Swiss: dari 31% menjadi 10%
    Indonesia: dari 32% menjadi 10%
    Malaysia: dari 24% menjadi 10%
    Kamboja: dari 49% menjadi 10%
    Inggris Raya: tetap 10%
    Afrika Selatan: dari 30% menjadi 10%
    Brasil: tetap 10%
    Bangladesh: dari 37% menjadi 10%
    Singapura: tetap 10%
    Israel: dari 17% menjadi 10%
    Filipina: dari 17% menjadi 10%
    Chile: tetap 10%
    Australia: tetap 10%
    Pakistan: dari 29% menjadi 10%
    Turki: tetap 10%
    Sri Lanka: dari 44% menjadi 10%
    Kolombia: tetap 10%
    Peru: tetap 10%
    Nicaragua: dari 18% menjadi 10%
    Norwegia: dari 15% menjadi 10%
    Kosta Rika: tetap 10%
    Yordania: dari 20% menjadi 10%
    Republik Dominika: tetap 10%
    Uni Emirat Arab: tetap 10%
    Selandia Baru: tetap 10%
    Argentina: tetap 10%
    Ekuador: tetap 10%
    Guatemala: tetap 10%
    Honduras: tetap 10%
    Madagaskar: dari 47% menjadi 10%
    Myanmar: dari 44% menjadi 10%
    Tunisia: dari 28% menjadi 10%
    Kazakhstan: dari 27% menjadi 10%
    Serbia: dari 37% menjadi 10%
    Mesir: tetap 10%
    Arab Saudi: tetap 10%
    El Salvador: tetap 10%
    Pantai Gading: dari 21% menjadi 10%
    Laos: dari 48% menjadi 10%
    Botswana: dari 37% menjadi 10%
    Trinidad dan Tobago: tetap 10%
    Maroko: tetap 10%
    Aljazair: dari 30% menjadi 10%
    Oman: tetap 10%
    Uruguay: tetap 10%
    Bahamas: tetap 10%
    Lesotho: dari 50% menjadi 10%
    Ukraina: tetap 10%
    Bahrain: tetap 10%
    Qatar: tetap 10%
    Mauritius: dari 40% menjadi 10%
    Fiji: dari 32% menjadi 10%
    Islandia: tetap 10%
    Kenya: tetap 10%
    Liechtenstein: dari 37% menjadi 10%
    Guyana: dari 38% menjadi 10%
    Haiti: tetap 10%
    Bosnia dan Herzegovina: dari 35% menjadi 10%
    Nigeria: dari 14% menjadi 10%
    Namibia: dari 21% menjadi 10%
    Brunei: dari 24% menjadi 10%
    Bolivia: tetap 10%
    Panama: tetap 10%
    Venezuela: dari 15% menjadi 10%
    Makedonia Utara: dari 33% menjadi 10%
    Ethiopia: tetap 10%
    Ghana: tetap 10%
    Moldova: dari 31% menjadi 10%
    Angola: dari 32% menjadi 10%
    Republik Demokratik Kongo: dari 11% menjadi 10%
    Jamaika: tetap 10%
    Mozambik: dari 16% menjadi 10%
    Paraguay: tetap 10%
    Zambia: dari 17% menjadi 10%
    Libanon: tetap 10%
    Tanzania: tetap 10%
    Irak: dari 39% menjadi 10%
    Georgia: tetap 10%
    Senegal: tetap 10%
    Azerbaijan: tetap 10%
    Kamerun: dari 11% menjadi 10%
    Uganda: tetap 10%
    Albania: tetap 10%
    Armenia: tetap 10%
    Nepal: tetap 10%
    Sint Maarten: tetap 10%
    Pulau Falkland: dari 41% menjadi 10%
    Gabon: tetap 10%
    Kuwait: tetap 10%
    Togo: tetap 10%
    Suriname: tetap 10%
    Belize: tetap 10%
    Papua Nugini: tetap 10%
    Malawi: dari 17% menjadi 10%
    Liberia: tetap 10%
    British Virgin Islands: tetap 10%
    Afghanistan: tetap 10%
    Zimbabwe: dari 18% menjadi 10%
    Benin: tetap 10%
    Barbados: tetap 10%
    Monako: tetap 10%
    Suriah: dari 41% menjadi 10%
    Uzbekistan: tetap 10%
    Republik Kongo: tetap 10%
    Jibouti: tetap 10%
    French Polynesia: tetap 10%
    Cayman Islands: tetap 10%
    Kosovo: tetap 10%
    Curaçao: tetap 10%
    Vanuatu: dari 22% menjadi 10%
    Rwanda: tetap 10%
    Sierra Leone: tetap 10%
    Mongolia: tetap 10%
    San Marino: tetap 10%
    Antigua and Barbuda: tetap 10%
    Bermuda: tetap 10%
    Eswatini: tetap 10%
    Marshall Islands: tetap 10%
    Saint Pierre and Miquelon: tetap 10%
    Saint Kitts and Nevis: tetap 10%
    Turkmenistan: tetap 10%
    Grenada: tetap 10%
    Sudan: tetap 10%
    Turks and Caicos Islands: tetap 10%
    Aruba: tetap 10%
    Montenegro: tetap 10%
    Saint Helena: tetap 10%
    Kirgistan: tetap 10%
    Yaman: tetap 10%
    Saint Vincent and the Grenadines: tetap 10%
    Niger: tetap 10%
    Saint Lucia: tetap 10%
    Nauru: dari 30% menjadi 10%
    Equatorial Guinea: dari 13% menjadi 10%
    Iran: tetap 10%
    Libya: dari 31% menjadi 10%
    Samoa: tetap 10%
    Guinea: tetap 10%
    Timor Leste: tetap 10%
    Montserrat: tetap 10%
    Chad: dari 13% menjadi 10%
    Mali: tetap 10%
    Maladewa: tetap 10%
    Tajikistan: tetap 10%
    Cabo Verde: tetap 10%
    Burundi: tetap 10%
    Guadalaraja: tetap 10%
    Bhutan: tetap 10%
    Martinique: tetap 10%
    Tonga: tetap 10%
    Mauritania: tetap 10%
    Dominica: tetap 10%
    Micronesia: tetap 10%
    Gambia: tetap 10%
    Guyana Prancis: tetap 10%
    Christmas Island: tetap 10%
    Andora: tetap 10%
    Republik Afrika Tengah: tetap 10%
    Kepulauan Solomon: tetap 10%
    Mayotte: tetap 10%
    Anguilla: tetap 10%
    Cocos (Keeling) Islands: tetap 10%
    Eritrea: tetap 10%
    Cook Islands: tetap 10%
    Sudan Selatan: tetap 10%
    Comoros: tetap 10%
    Kiribati: tetap 10%
    São Tomé and Príncipe: tetap 10%
    Norfolk Island: tetap 10%
    Gibraltar: tetap 10%
    Tuvalu: tetap 10%
    British Indian Ocean Territory: tetap 10%
    Tokelau: tetap 10%
    Guinea-Bissau: tetap 10%
    Svalbard and Jan Mayen: tetap 10%
    Heard and McDonald Islands: tetap 10%
    Réunion: tetap 10%

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • AS Kerahkan Pesawat Pengebom B-2, Pesan untuk Iran?

    AS Kerahkan Pesawat Pengebom B-2, Pesan untuk Iran?

    Jakarta

    Di tengah meningkatnya ketegangan dengan Iran, pemerintah Amerika Serikat mengerahkan sejumlah pesawat pengebom B-2. Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth mengatakan bahwa terserah Iran untuk memutuskan apakah pergerakan pesawat pengebom tersebut merupakan pesan kepada Teheran.

    Sebanyak enam pesawat pengebom B-2 dikerahkan ke pangkalan militer AS-Inggris di pulau Diego Garcia di Samudra Hindia pada Maret lalu. Pengerahan ini dilakukan di tengah kampanye gempuran AS di Yaman dan meningkatnya ketegangan dengan Iran.

    Hanya ada 20 pesawat pengebom B-2 dalam inventaris Angkatan Udara AS sehingga biasanya jarang digunakan. B-2 memiliki teknologi siluman dan dilengkapi untuk membawa bom dan senjata nuklir AS terberat.

    Para ahli mengatakan bahwa pengerahan itu menempatkan B-2 dalam posisi ideal untuk beroperasi di Timur Tengah.

    Ketika ditanya apakah B-2 tersebut dimaksudkan untuk mengirim pesan ke Iran, Hegseth berkata, “Kami akan membiarkan mereka memutuskan.”

    “Ini aset yang hebat… ini mengirimkan pesan kepada semua orang,” katanya kepada wartawan selama perjalanan ke Panama, dilansir kantor berita Reuters, Kamis (10/4/2025).

    “Presiden Trump sudah jelas… Iran seharusnya tidak memiliki bom nuklir,” katanya. “Kami sangat berharap – Presiden fokus untuk melakukan itu secara damai,” imbuhnya.

    Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Senin lalu, bahwa Amerika Serikat dan Iran akan memulai pembicaraan langsung mengenai program nuklir Teheran pada hari Sabtu mendatang. Namun, Trump memperingatkan bahwa Iran akan berada dalam ‘bahaya besar’ jika pembicaraan itu gagal.

    Pada hari Rabu, Trump menegaskan kembali ancamannya untuk menggunakan kekuatan militer jika Iran tidak setuju untuk mengakhiri ambisi nuklirnya.

    “Saya tidak meminta banyak… tetapi mereka tidak dapat memiliki senjata nuklir,” kata Trump kepada wartawan. “Jika itu membutuhkan militer, kami akan menggunakan militer. Israel, jelas, akan menjadi… pemimpinnya. Tidak ada yang memimpin kami. Kami melakukan apa yang kami inginkan.”

    Ia menolak untuk membahas kapan serangan militer dapat dimulai.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Giliran Bos Pentagon Bikin China Meradang

    Giliran Bos Pentagon Bikin China Meradang

    Jakarta

    Menteri Pertahanan (Menhan) Amerika Serikat Pete Hegseth menyebut China membahayakan operasi di Terusan Panama. Komentar Bos Pentagon itu lantas membuat China geram.

    Dirangkum detikcom, Rabu (9/4/2025), komentar itu mulanya disampaikan Hegseth ketika mengunjungi Panama pada Selasa (8/4) waktu setempat. Hegseth menyebut Terusan Panama terus menghadapi ancaman.

    Bos Pentagon itu menegaskan AS tak akan membiarkan China mengganggu Terusan Panama yang ingin dikuasai oleh Washington.

    “Saat ini, Terusan Panama menghadapi ancaman terus-menerus,” kata Hegseth dalam pidatonya yang disampaikan di kantor polisi yang terletak di pintu masuk rute pelayaran Terusan Panama, dilansir AFP.

    Hegseth menjadi pejabat senior kedua AS yang mengunjungi Panama sejak Presiden Donald Trump kembali menjabat. Trump telah bertekad untuk “mengambil alih” terusan yang dibangun oleh AS tersebut, untuk melawan apa yang disebutnya sebagai pengaruh China yang tidak proporsional atas jalur perairan itu.

    “Amerika Serikat tidak akan membiarkan komunis China atau negara lainnya mengancam operasi atau integritas terusan tersebut,” tegasnya.

    Upaya AS Kuasai Terusan Panama

    Militer AS Bakal Tingkatkan Pasukan di Terusan Panama. Foto: AP/Matias Delacroix

    AS membangun terusan yang berusia lebih dari seabad itu dan menyerahkannya kepada Panama tahun 1999 lalu.

    Sebuah perusahaan Hong Kong bernama Panama Ports mengoperasikan dua pelabuhan yang ada di kedua ujung terusan yang menghubungkan Samudra Atlantik dan Samudra Pasifik tersebut, yang dilalui oleh lima persen dari semua pelayaran global.

    Pemerintahan Trump memberikan tekanan besar terhadap Panama untuk mengurangi pengaruh China pada terusan itu, yang dianggap AS sebagai ancaman terhadap keamanan nasional mereka.

    “Saya ingin menjelaskan dengan sangat jelas. China tidak membangun terusan ini. China tidak mengoperasikan terusan ini. Dan China tidak akan menjadikan terusan ini sebagai senjata,” ucap Hegseth.

    Berbicara bersama Presiden Panama Jose Raul Mulino, Hegseth mengatakan AS dan Panama bersama-sama akan “mengambil kembali Terusan Panama dari pengaruh China” dan tetap membukanya untuk semua negara, dengan menggunakan “kekuatan pencegahan dari pasukan tempur paling kuat, paling efektif, dan paling mematikan di dunia”.

    Hegseth mengklaim bahwa kendali China atas infrastruktur penting di area Terusan Panama memberikan kekuatan pada Beijing untuk melakukan aktivitas mata-mata di seluruh wilayah Panama, yang membuat Panama dan AS “kurang aman, kurang makmur, dan kurang berdaulat”.

    Komentar Hegseth Bikin China Geram

    Ilustrasi Bendera China. Foto: Daniel Berehulak/Getty Images

    Tak tinggal diam, Pemerintah China geram atas komentar Hegseth. China menilai pernyataan AS merusak kerja sama negaranya dengan Panama.

    “Pejabat-pejabat senior AS telah menyerang China dengan jahat, mencemarkan nama baik dan merusak kerja sama China-Panama, sekali lagi mengungkap sifat intimidasi Amerika Serikat,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam jumpa pers reguler, dilansir kantor berita AFP, Rabu (9/4/2025).

    Senada, Kedutaan Besar China di Panama membantah tuduhan Hegseth soal Beijing mencampuri operasi terusan tersebut.

    “China tidak pernah mengambil bagian dalam pengelolaan atau pengoperasian Terusan Panama,” tegas Kedutaan Besar China.

    Beijing menyerukan Washington untuk menghentikan “pemerasan” dan “penjarahan” terhadap Panama dan negara-negara lainnya di kawasan tersebut. Kedutaan Besar China balik menuduh AS berupaya merusak kerja sama antara China dan Panama.

    “China selalu menghormati kedaulatan Panama sehubungan dengan terusan tersebut,” tegas kedutaan dalam pernyataannya.

    Lihat juga Video: China Sebut Tak Akan Ada Pemenang di Perang Tarif Trump

    Halaman 2 dari 3

    (taa/lir)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Giliran Bos Pentagon Bikin China Meradang

    Komentar Bos Pentagon Soal Terusan Panama Bikin Geram China

    Pemerintah China geram atas pernyataan Menteri Pertahanan (Menhan) Amerika Serikat Pete Hegseth, bahwa China membahayakan operasi di Terusan Panama.

    “Pejabat-pejabat senior AS telah menyerang China dengan jahat, mencemarkan nama baik dan merusak kerja sama China-Panama, sekali lagi mengungkap sifat intimidasi Amerika Serikat,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam jumpa pers reguler, dilansir kantor berita AFP, Rabu (9/4/2025).

    Sebelumnya, Hegseth menyebut Terusan Panama terus menghadapi ancaman. Bos Pentagon itu menegaskan AS tidak akan membiarkan China mengganggu Terusan Panama, yang ingin dikuasai oleh Washington.

    Penegasan itu disampaikan Hegseth saat mengunjungi Panama pada Selasa (8/4) waktu setempat.

    Hegseth menjadi pejabat senior kedua AS yang mengunjungi Panama sejak Presiden Donald Trump kembali menjabat. Trump telah bertekad untuk “mengambil alih” terusan yang dibangun oleh AS tersebut, untuk melawan apa yang disebutnya sebagai pengaruh China yang tidak proporsional atas jalur perairan itu.

    “Saat ini, Terusan Panama menghadapi ancaman terus-menerus,” kata Hegseth dalam pidatonya yang disampaikan di kantor polisi yang terletak di pintu masuk rute pelayaran Terusan Panama.

    “Amerika Serikat tidak akan membiarkan komunis China atau negara lainnya mengancam operasi atau integritas terusan tersebut,” tegasnya.

    AS membangun terusan yang berusia lebih dari seabad itu dan menyerahkannya kepada Panama tahun 1999 lalu.

    Sebuah perusahaan Hong Kong bernama Panama Ports mengoperasikan dua pelabuhan yang ada di kedua ujung terusan yang menghubungkan Samudra Atlantik dan Samudra Pasifik tersebut, yang dilalui oleh lima persen dari semua pelayaran global.

    Pemerintahan Trump memberikan tekanan besar terhadap Panama untuk mengurangi pengaruh China pada terusan itu, yang dianggap AS sebagai ancaman terhadap keamanan nasional mereka.

    “Saya ingin menjelaskan dengan sangat jelas. China tidak membangun terusan ini. China tidak mengoperasikan terusan ini. Dan China tidak akan menjadikan terusan ini sebagai senjata,” ucap Hegseth.

  • Panas Perang Tarif, AS-China Tiba-Tiba ‘Kelahi’ Hebat Lagi soal Ini

    Panas Perang Tarif, AS-China Tiba-Tiba ‘Kelahi’ Hebat Lagi soal Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ketegangan masih terus meliputi Amerika Serikat (AS) dan China. Setelah keduanya terlibat perang dagang pascalangkah Presiden AS Donald Trump yang menjatuhkan tarif besar pada Beijing, saat ini keduanya berkonflik terkait Terusan Panama.

    Ketegangan terkait Panama ini awalnya terjadi dari pernyataan Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth yang mengatakan pada Selasa (8/4/2025) bahwa Terusan Panama menghadapi ancaman berkelanjutan dari China. Meski begitu, AS dan Panama bersama-sama akan menjaganya tetap aman.

    “Untuk tujuan ini, AS dan Panama telah berbuat lebih banyak dalam beberapa minggu terakhir untuk memperkuat kerja sama pertahanan dan keamanan kita daripada yang telah kita lakukan dalam beberapa dekade,” katanya dalam sebuah kunjungan ke Panama.

    Hegseth menyinggung pelabuhan di kedua ujung kanal yang dikendalikan oleh konsorsium Hong Kong, yang sedang dalam proses menjual saham pengendalinya ke konsorsium lain termasuk BlackRock Inc..

    “Perusahaan-perusahaan yang berbasis di China terus mengendalikan infrastruktur penting di area kanal,” tutur Hegseth.

    “Itu memberi China potensi untuk melakukan kegiatan pengawasan di seluruh Panama. Ini membuat Panama dan ASkurang aman, kurang makmur, dan kurang berdaulat. Dan seperti yang telah ditunjukkan oleh Presiden Donald Trump, situasi itu tidak dapat diterima.”

    Kunjungan tersebut dilakukan di tengah ketegangan atas pernyataan berulang Donald Trump bahwa AS dikenai biaya berlebihan untuk menggunakan Terusan Panama dan bahwa China memiliki pengaruh atas operasinya. Namun tuduhan ini telah secara konsisten dibantah Panama.

    Tak lama setelah pertemuan tersebut, Kedutaan Besar China di Panama mengecam pemerintah AS dalam sebuah pernyataan di X. Mereka mengatakan bahwa AS telah menggunakan pemerasan untuk memajukan kepentingannya sendiri dan bahwa dengan siapa Panama berbisnis merupakan keputusan kedaulatan Panama dan sesuatu yang tidak berhak diintervensi AS.

    “AS telah melakukan kampanye sensasional tentang ‘ancaman teoretis China’ dalam upaya menyabotase kerja sama China-Panama, yang semuanya berakar pada kepentingan geopolitik AS sendiri,” tulis kedutaan tersebut.

    Ketegangan terbaru ini terjadi saat hubungan Washington dan Beijing memanas. Pekan lalu, Presiden Trump menjatuhkan tarif impor resiprokal ke semua negara, dengan China terkena tarif yang tertinggi hingga 54%.

    China pun membalas dengan menjatuhkan tarif 34% atas barang AS. Namun, bukannya bergeming, AS justru kembali menjatuhkan tarif dua kali lipat terhadap China, hingga 104%.

    (tps/tps)