Negara: Palestina

  • Bersiap Hal Terburuk, Warga Gaza Tuliskan Nama di Tubuh Anaknya

    Bersiap Hal Terburuk, Warga Gaza Tuliskan Nama di Tubuh Anaknya

    Gaza City

    Bersiap untuk kemungkinan terburuk saat perang antara Hamas dan Israel berlangsung di Jalur Gaza, keluarga-keluarga Palestina terpaksa menuliskan nama anak-anak mereka di bagian tangan dan kaki. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah identifikasi jika ada kemungkinan mereka terbunuh dalam gempuran Israel.

    Seperti dilansir Al Arabiya, Senin (23/10/2023), rekaman video yang diambil oleh jurnalis CNN di Rumah Sakit Martir Al Aqsa yang ada di Jalur Gaza menunjukkan seorang balita dan tiga anak lainnya yang tewas memiliki nama mereka tertulis dalam bahasa Arab pada betis mereka.

    “Apa yang kami perhatikan saat ini adalah banyak orang tua yang menuliskan nama anak-anak mereka pada bagian kaki mereka, sehingga anak-anak itu bisa diidentifikasi setelah serangan udara terjadi dan jika mereka tersesat. Ini menjadi fenomena baru yang baru saja dimulai di Gaza,” tutur seorang pengawas ruangan untuk memandikan jenazah pada rumah sakit setempat, seperti dikutip dari video CNN tersebut.

    “Banyak anak-anak yang hilang, banyak yang sampai di sini dengan tengkorak hancur…dan sulit untuk mengidentifikasi mereka. Hanya melalui tulisan itulah mereka bisa diidentifikasi,” imbuh petugas pengawas yang tidak disebut namanya tersebut.

    Serangan udara Israel terhadap Jalur Gaza telah berlangsung selama lebih dari dua pekan terakhir, dengan banyak bangunan permukiman yang dilaporkan rata dengan tanah akibat rentetan serangan tersebut.

    Gempuran Israel itu dimaksudkan untuk membalas serangan Hamas pada 7 Oktober lalu, yang dilaporkan menewaskan lebih dari 1.400 orang.

    Sementara laporan otoritas kesehatan Gaza menyebut lebih dari 4.600 orang, yang sebagian besar warga sipil, tewas akibat serangan udara Israel. Dari jumlah korban tewas itu, sekitar 700 orang di antaranya merupakan anak-anak.

  • Serangan Israel Makin Gencar, Bantuan Masuk Gaza

    Serangan Israel Makin Gencar, Bantuan Masuk Gaza

    Jakarta

    Israel membombardir Gaza dengan serangan udara pada Senin (23/10) pagi. Sejumlah jet tempurnya juga menghantam Lebanon selatan pada Minggu (22/10) malam. Serangan tersebut terjadi saat Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengadakan pertemuan dengan para jenderal dan kabinet perangnya untuk menganalisis konflik yang semakin meningkat.

    Serangan Israel terkonsentrasi di tengah dan utara Jalur Gaza, demikian laporan media Palestina. Serangan udara terhadap sebuah rumah di dekat kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara telah menewaskan beberapa warga Palestina dan banyak lainnya mengalami luka-luka.

    Otoritas kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan setidaknya 4.600 orang tewas dalam serangan bom Israel selama dua minggu terakhir, yang dilancarkan setelah serangan kelompok militan Hamas pada 7 Oktober lalu terhadap komunitas Israel selatan yang menewaskan 1.400 orang dan menculik 212 orang ke Gaza sebagai sandera.

    Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, yang tinggal di luar negeri, dan Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Hossein Amirabdollahian berkomunikasi melalui sambungan telepon pada hari Minggu (22/10) malam, membahas cara untuk menghentikan “kejahatan brutal” Israel di Gaza, kata Hamas dalam sebuah pernyataan.

    Israel juga telah mengumpulkan tank-tank dan pasukannya di dekat pagar perbatasan di sekitar Gaza, yang diyakini merupakan persiapan invasi darat yang untuk menumpas Hamas.

    Biden bahas konflik dengan sekutu Barat

    Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden juga telah membahas perang Israel-Hamas dengan para pemimpin negara Barat, kata Gedung Putih.

    Gedung Putih mengatakan bahwa Biden telah berbicara dengan para pemimpin dari Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, dan Italia.

    Dikatakan bahwa para pemimpin juga membahas tentang warga negara mereka sendiri yang terjebak dalam perang Israel-Hamas, “khususnya mereka yang ingin meninggalkan Gaza.”

    Protes pro-Palestina di berbagai negara, aksi pro Israel di Berlin

    Sekitar 12.000 orang berpartisipasi dalam aksi mendukung Palestina di Brussel pada hari Minggu (22/10). Mereka menyerukan kepada Uni Eropa untuk mengadvokasi gencatan senjata dan mengakhiri penutupan Jalur Gaza oleh Israel.

    Para demonstran membawa poster-poster dengan slogan-slogan seperti “Hentikan serangan” atau “Bebaskan Palestina.”

    Di Prancis, Paris menjadi tuan rumah aksi demonstrasi pro-Palestina untuk pertama kali, setelah penyelenggara secara terbuka mengutuk serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel yang menewaskan lebih dari 1.400 orang.

    Menurut laporan kepolisian, sekitar 15.000 orang juga hadir di Place de la Republique untuk mengekspresikan solidaritas mereka kepada warga Palestina serta menyerukan gencatan senjata.

    Beberapa ribu orang juga berkumpul pada hari Minggu (22/10) di ibu kota Bosnia, Sarajevo, untuk melakukan aksi demonstrasi pro-Palestina.

    “Kota yang mengalami pengepungan terlama dalam sejarah modern, Sarajevo, memiliki hak untuk berdiri teguh bersama Gaza hari ini,” kata Wali Kota Sarajevo Benjamina Karic kepada kerumunan massa di depan balai kota.

    “Kami tahu bagaimana rasanya ketika tidak ada air, tidak ada makanan, kami tahu bagaimana rasanya ketika anak-anak terbunuh,” ujarnya sambil meneteskan air mata.

    Di Berlin, lebih dari 10.000 orang bergabung dalam aksi unjuk rasa untuk mendukung Israel hari Minggu (22/10).

    Konvoi bantuan kedua masuk ke Jalur Gaza

    Konvoi kedua truk bantuan kemanusiaan telah memulai proses penyeberangan ke Jalur Gaza, menurut laporan beberapa kantor berita.

    Sekitar 17 truk bantuan telah diizinkan untuk masuk ke Jalur Gaza melalui penyeberangan Rafah di Mesir pada hari Minggu (22/10), lapor media pemerintah Mesir.

    Kantor berita AFP menggambarkan bagaimana truk-truk berisi bahan bakar yang pertama memasuki wilayah Palestina itu pada hari Minggu (22/10) sejak aksi serangan terjadi dua minggu lalu.

    Enam truk berisi bahan bakar lainnya untuk menyalakan generator di dua rumah sakit di Jalur Gaza juga telah menyeberang dari Mesir, kata badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) dan sumber media Mesir kepada AFP.

    Cindy McCain, Kepala Program Pangan Dunia PBB, WFP, mengatakan kepada stasiun siaran ABC bahwa situasi kemanusiaan di Gaza kini semakin memburuk. Dia menyerukan agar lembaga-lembaga bantuan diberikan akses yang aman untuk memasuki wilayah Palestina, yang menurutnya merupakan zona perang.

    kp/ha/hp (AFP, Reuters, AP)

    Lihat Video ‘Israel Gempur Gaza dalam 24 Jam: 400 Orang Tewas, 320 Titik Diserang’:

    (ita/ita)

  • Israel Terus Bombardir Gaza, 400 Orang Tewas dalam 24 Jam

    Israel Terus Bombardir Gaza, 400 Orang Tewas dalam 24 Jam

    Gaza City

    Sedikitnya 400 warga Palestina di Jalur Gaza tewas akibat serangan udara Israel dalam 24 jam terakhir. Para jurnalis di lapangan menggambarkan gempuran terbaru Israel terhadap Jalur Gaza sebagai ‘malam paling mematikan’.

    Seperti dilansir Al Arabiya, Senin (23/10/2023), serangan udara Israel terhadap Jalur Gaza telah memasuki pekan ketiga, dengan puluhan serangan udara dilancarkan ke daerah kantong Palestina yang dikepung itu pada Senin (23/10) dini hari waktu setempat.

    Militer Israel membombardir area-area permukiman di Jalur Gaza, yang menurut kantor berita Palestina WAFA, termasuk kamp pengungsi Jabalia yang pada penduduk dan Beit Lahia di bagian utara, lingkungan al-Rimal, kamp Al Shati di bagian barat, juga Khan Younis dan Rafah di bagian selatan.

    Selain 400 orang dilaporkan tewas dalam kurun waktu 24 jam akibat serangan udara Israel di Jalur Gaza, secara total, otoritas kesehatan Gaza melaporkan lebih dari 4.600 orang tewas akibat serangan udara Israel sejauh ini.

    Gempuran Israel pada dini hari itu semakin memperburuk situasi kemanusiaan yang sangat buruk di Jalur Gaza, di mana penduduknya kekurangan makanan dan pasokan medis.

    Pada Minggu (22/10) waktu setempat, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa nyawa sedikitnya 120 bayi yang baru lahir yang dirawat di dalam inkubator berada dalam bahaya karena rumah sakit setempat hampir kehabisan bahan bakar akibat pengepungan total yang dilakukan oleh Israel.

    Menurut Kementerian Kesehatan wilayah Palestina, lebih dari 1.750 anak tewas akibat serangan udara Israel di Jalur Gaza, yang dimaksudkan untuk membalas serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.

    Lihat Video ’16 Hari Agresi Israel ke Gaza: 4.651 Orang Tewas, 1.903 di Antaranya Anak-anak’:

  • Hizbullah Bikin Kesalahan Besar Jika Gabung Perang di Gaza!

    Hizbullah Bikin Kesalahan Besar Jika Gabung Perang di Gaza!

    Tel Aviv

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan Hizbullah yang berbasis di Lebanon bahwa kelompok itu akan melakukan ‘kesalahan besar dalam hidup’ jika memulai perang dengan Israel. Peringatan ini disampaikan saat Israel sedang berperang melawan Hamas di Jalur Gaza.

    Seperti dilansir Al Arabiya, Senin (23/10/2023), Netanyahu melontarkan peringatan untuk Hizbullah, yang didukung oleh Iran itu, saat berbicara dalam kunjungan ke posisi tentara Israel di dekat perbatasan Lebanon. Perbatasan Israel dan Lebanon memanas beberapa waktu terakhir dengan markanya serangan lintas perbatasan.

    “(Hizbullah) Akan membuat kesalahan besar dalam hidup mereka. Kita akan menyerang mereka dengan kekuatan yang bahkan tidak bisa mereka bayangkan, dan dampaknya bagi mereka dan terhadap negara Lebanon akan sangat menghancurkan,” ucap Netanyahu dalam peringatannya pada Minggu (22/10).

    “Saya tidak bisa memberi tahu Anda saat ini apakah Hizbullah akan memutuskan untuk memasuki perang (Gaza) sepenuhnya,” imbuhnya.

    Perang di Gaza, sebut Netanyahu, merupakan ‘lakukan atau mati’ bagi Israel. Israel menyatakan perang terhadap Hamas setelah kelompok yang menguasai Gaza itu melancarkan serangan mematikan terhadap negara Yahudi tersebut pada 7 Oktober lalu.

    Para pejabat Israel melaporkan lebih dari 1.400 orang, yang sebagian warga sipil, tewas akibat serangan Hamas. Sementara otoritas kesehatan Gaza melaporkan sejauh ini lebih dari 4.600 orang tewas akibat serangan udara Israel yang berlangsung selama lebih dari dua pekan terakhir.

    Sebelumnya, seperti dilansir AFP, Hizbullah menyatakan mereka ‘sepenuhnya siap’ untuk bergabung dengan Hamas, sekutu Palestina mereka, dalam perang melawan Israel ketika waktunya tepat.

    Saksikan juga ‘Saat PM Lebanon Minta Hizbullah Tak Terprovokasi Israel’:

  • Israel Ancam Cap Warga Gaza ‘Kaki Tangan Teroris’ Jika Ogah Ngungsi

    Israel Ancam Cap Warga Gaza ‘Kaki Tangan Teroris’ Jika Ogah Ngungsi

    Gaza City

    Militer Israel melontarkan ancaman terbaru untuk warga Palestina di Jalur Gaza yang terus digempur militer negara Yahudi tersebut. Israel mengancam warga Gaza bisa diidentifikasi sebagai simpatisan ‘organisasi teroris’ jika tetap bertahan dan menolak perintah evakuasi dari zona utara ke zona selatan.

    Seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Senin (23/10/2023), ancaman itu disampaikan oleh militer Israel dalam selebaran yang ditandai nama dan logo Angkatan Bersenjata Israel (IDF). Selebaran itu disebarkan mulai Sabtu (21//10) dan dikirimkan dalam bentuk pesan audio via ponsel kepada seluruh warga Jalur Gaza.

    “Peringatan mendesak, kepada warga Gaza. Kehadiran Anda di Wadi Gaza bagian utara membahayakan hidup Anda. Siapa pun yang memilih untuk tidak meninggalkan Gaza bagian utara ke Wadi Gaza bagian selatan, bisa diidentifikasi sebagai kaki tangan organisasi teroris,” demikian bunyi selebaran itu.

    Israel terus menggempur Jalur Gaza dengan serangan udara sejak Hamas melancarkan serangan mematikan pada 7 Oktober lalu, yang dilaporkan menewaskan lebih dari 1.400 orang. Israel membalasnya dengan serangan udara besar-besaran yang sejauh ini dilaporkan menewaskan lebih dari 4.600 orang di Jalur Gaza.

    Tidak hanya lewat udara, Israel juga diperkirakan akan melancarkan serangan darat terhadap Jalur Gaza. Pasukan serta kendaraan lapis baja Israel telah ditempatkan di dekat perbatasan Jalur Gaza yang semakin memperkuat kemungkinan serangan darat.

    Militer Israel mengatakan dalam pernyataan terbaru bahwa pihaknya ‘tidak berniat untuk mempertimbangkan orang-orang yang belum dievakuasi … sebagai anggota kelompok teroris’. Ditegaskan juga oleh militer Israel bahwa mereka tidak menargetkan warga sipil dalam serangan-serangannya.

    “Untuk meminimalkan korban sipil, IDF mengirimkan permintaan kepada penduduk di wilayah utara Jalur Gaza untuk mengungsi ke wilayah selatan Wadi Gaza,” demikian pernyataan militer Israel.

  • Ups, Tank Israel Tak Sengaja Tembak Pos Perbatasan Mesir

    Ups, Tank Israel Tak Sengaja Tembak Pos Perbatasan Mesir

    Jakarta

    Militer Israel mengatakan bahwa salah satu tank tempurnya secara tidak sengaja menembak dan mengenai sebuah pos Mesir di dekat perbatasan dengan Gaza, ketika tentara membombardir wilayah Palestina tersebut.

    “IDF (militer Israel) menyatakan kesedihan atas insiden tersebut,” kata militer Israel dalam sebuah pernyataan, dikutip kantor berita AFP, Senin (23/10/2023). Insiden itu terjadi pada Minggu (22/10) waktu setempat di dekat daerah Kerem Shalom.

    “Insiden tersebut sedang diselidiki dan rinciannya sedang ditinjau,” imbuh pernyataan militer Israel tersebut.

    Sebelumnya, militer Mesir mengatakan ledakan di pos penjagaan perbatasan itu menyebabkan “luka-luka ringan” namun tidak memberikan rincian lebih lanjut.

    Militer Mesir mengatakan Israel telah “segera menyatakan penyesalannya atas insiden yang tidak disengaja tersebut dan penyelidikan sedang dilakukan”.

    Media-media Mesir melaporkan bahwa serangan Israel tersebut tidak akan mengganggu aliran bantuan ke Gaza, mengutip para saksi.

    Sejak Sabtu lalu, setidaknya 37 truk yang membawa pasokan penting telah melintas dari Mesir ke Gaza melalui pos perbatasan Rafah, yang terletak sekitar tiga kilometer (dua mil) dari Israel.

    PBB memperkirakan sekitar 100 truk per hari dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan rakyat Gaza, di mana lebih dari 4.650 orang telah tewas dalam rentetan serangan Israel, menurut pemerintah Hamas.

    Serangan udara terus menerus oleh Israel tersebut terjadi menyusul serangan kelompok milisi Hamas ke Israel, yang menewaskan lebih dari 1.400 orang.

    (ita/ita)

  • Pilu Rumah Sakit di Gaza Kehabisan Kain Kafan

    Pilu Rumah Sakit di Gaza Kehabisan Kain Kafan

    Jakarta

    Peringatan: Artikel ini memuat konten yang mungkin membuat Anda merasa tidak nyaman.

    Di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Gaza, para dokter dan perawat kehabisan bahan untuk mengafani korban meninggal dunia yang terus bertambah.

    Jenazah-jenazah tersebut ditumpuk di halaman luar rumah sakit. Para kerabat yang ditinggalkan mendaraskan doa dan tak jarang pula yang ambruk ke lantai sambil meratap dalam kesedihan.

    Di dalam rumah sakit, para dokter berjuang untuk merawat korban luka dan menyelamatkan mereka yang terluka parah di tengah menipisnya persediaan obat-obatan dan perbekalan.

    Seorang wartawan BBC Arabic menyaksikan betapa rumah sakit penuh dengan jenazah dan para dokter tergopoh-gopoh menyelesaikan tindakan untuk satu pasien kemudian berpindah ke pasien berikutnya.

    Beberapa tayangan video dan foto keadaan rumah sakit pada Minggu (22/10) terlalu mengerikan untuk ditampilkan. Anak-anak – termasuk setidaknya dua bayi – termasuk di antara korban meninggal dunia.

    Para pejabat dari Kementerian Kesehatan yang dikendalikan Hamas mengatakan lebih dari 100 orang tewas ketika Israel melancarkan serangan udara pada Minggu (22/10).

    Militer Israel sengaja menargetkan area dekat rumah sakit

    Secara terpisah, Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengatakan aksi militer di Gaza “mungkin memakan waktu satu, dua atau tiga bulan, tetapi pada akhirnya tidak akan ada lagi Hamas”.

    Gallant berbicara setelah pengarahan operasional di Pusat Komando dan Kontrol Operasi Angkatan Udara Israel.

    “Dalam aspek operasional manuver, pada akhirnya, tidak ada yang bisa menghentikan IDF (Pasukan Pertahanan Israel)”, katanya.

    “Ini harus menjadi operasi manuver terakhir kami di Gaza, dengan alasan sederhana bahwa setelah itu tidak akan ada lagi Hamas.”

    Gallant mengatakan operasi darat yang ditunggu-tunggu, “akan segera dilakukan”.

    Akan tetapi, seberapa cepat operasi tersebut masih belum jelas.

    ‘Rumah sakit kehabisan kain kafan’

    Pada Minggu (22/10) pagi, sejumlah kendaraan terlihat membawa orang-orang yang terluka ke rumah sakit.

    “Kami sudah berada di sini sejak fajar menyingsing dan jenazah telah memenuhi halaman rumah sakit. Tempat pendingin di kamar jenazah sudah penuh dengan mayat, begitu pula dengan di dalam gedung rumah sakit dan di luar gedung,” kata seorang staf.

    “Kami kehabisan kain kafan untuk mengafani jenazah karena jumlahnya sangat banyak. Semua jenazah tiba dalam keadaan tidak utuh. Kami tidak dapat mengidentifikasi mereka karena jenazah telah hancur.”

    Dia menggambarkan situasi ini sebagai sesuatu yang “tak tertahankan”, dan menambahkan: “Walau kami telah banyak menyaksikan segala rupa, ini adalah pemandangan yang belum pernah kami lihat.”

    “Cepat, cepat!” seru pria ini agar korban yang berada di dalam mobilnya segera dirawat di rumah sakit. (BBC)

    Pemandangan serupa terjadi di berbagai rumah sakit di seluruh Gaza pada pekan ketiga perang Israel-Hamas.

    Di Rumah Sakit al-Quds di wilayah Tel al-Hawa, Kota Gaza, bom menghantam gedung-gedung di dekat rumah sakit ketika tim yang terdiri dari 23 dokter dan perawat menangani lebih dari 500 orang, menurut seorang dokter di rumah sakit melalui pesan suara ke BBC.

    Pasien dan warga sipil yang berlindung di rumah sakit hidup dalam “keadaan teror”, kata dokter tersebut, yang tidak ingin disebutkan namanya demi keselamatannya.

    Di tengah situasi yang digambarkannya sebagai “bencana besar”, para dokter harus memutuskan siapa yang harus ditangani terlebih dahulu. Sisanya bergabung dalam antrean.

    “Banyak korban luka telah menunggu beberapa hari untuk dioperasi,” kata dokter.

    Baca juga:

    Pesan suara sang dokter disampaikan oleh dokter dan aktivis Norwegia, Mads Gilbert, dari tim darurat Komite Bantuan Norwegia.

    Menurut dokter tersebut, staf medis telah berkurang karena beberapa orang tewas terbunuh dan yang lain tidak dapat mencapai lokasi. Staf yang tersisa sekarang berbagi gedung dengan 1.200 pengungsi yang berlindung di sana.

    “Ada 120 orang terluka dengan berbagai macam luka di sini, 10 pasien di ICU menggunakan ventilator, dan kami memiliki sekitar 400 pasien kronis,” kata dokter tersebut.

    “Ada sekitar 1.200 warga yang mengungsi di sini – tidak mudah untuk memindahkan orang dalam jumlah besar sehingga kami memutuskan untuk tidak mengungsi.”

    BBC

    Militer Israel kembali memperingatkan kepada semua orang di Jalur Gaza utara untuk menuju ke bagian selatan Wadi Gaza, sebuah jalur lahan basah yang melintasi wilayah tersebut. Kota Gaza berada di sebelah utara Wadi Gaza, sedangkan Deir al-Balah di selatan.

    Ratusan ribu orang telah mengungsi ke bagian selatan Gaza, namun ribuan lainnya masih bertahan di rumah mereka di Gaza utara.

    Nyawa bayi terancam karena tiada pasokan BBM

    Rumah sakit di seluruh Gaza sangat membutuhkan pasokan bantuan, bahkan setelah 20 truk bantuan pertama bisa masuk dari Mesir pada hari Sabtu.

    Meskipun sejumlah makanan dan pasokan medis dibawa rombongan truk tersbeut, tidak ada bahan bakar yang masuk ke Gaza sejak konflik dimulai. Rumah sakit mengandalkan generator bertenaga diesel.

    Pada Minggu (22/10), Unicef memperingatkan bahwa 120 bayi di inkubator – termasuk 70 bayi baru lahir prematur yang juga menggunakan ventilator – bergantung pada mesin yang terhubung dengan generator cadangan yang digunakan ketika pasokan listrik Gaza dari Israel dimatikan.

    “Saat ini kami memiliki 120 bayi baru lahir yang berada di inkubator dan 70 di antaranya memiliki ventilasi mekanis. Tentu saja hal ini sangat kami khawatirkan,” kata juru bicara Unicef, Jonathan Crickx.

    Baca juga:

    Fikr Shalltoot, direktur lembaga amal Bantuan Medis untuk Palestina di Gaza, mengatakan beberapa bayi prematur telah lahir di tengah pertempuran terkini.

    “Di bangsal itu ada seorang bayi berusia 32 minggu yang berhasil diselamatkan oleh dokter setelah ibunya terbunuh dalam serangan udara,” katanya kepada BBC. Ibu dan seluruh keluarganya meninggal, namun bayinya berhasil diselamatkan.

    Dia mengatakan kematian pasti terjadi pada anak tersebut, dan orang lain di bangsal yang sama, jika generator berhenti bekerja.

    Persediaan bahan bakar untuk menghidupkannya terbatas.

    ‘Bantuan yang datang hanya setetes air di lautan’

    Kepala Kemanusiaan PBB, Martin Griffiths, mengatakan konvoi truk gelombang kedua telah membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza.

    Sebanyak 14 truk telah masuk, sehari setelah 20 truk gelombang pertama melintasi perbatasan Rafah antara Mesir dan Gaza.

    Griffiths, yang menjabat wakil sekretaris jenderal PBB untuk urusan kemanusiaan, menyatakan bahwa gelombang bantuan itu merupakan “Secercah harapan kecil bagi jutaan orang yang sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan.”

    Menyusul kabar bahwa gelombang bantuan kedua telah tiba di Gaza, Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan akan ada “aliran bantuan penting yang berkelanjutan” ke wilayah tersebut.

    Akan tetapi, kepala kemanusiaan lembaga Oxfam, Magnus Corfixen, menegaskan bantuan yang dikirim ke Gaza tidak cukup.

    “Oxfam tentu saja menyambut baik konvoi bantuan lain yang terdiri dari 14 truk dan 20 truk kemarin [Sabtu] yang telah masuk ke Gaza,” katanya, “tetapi kita juga harus mengatakan bahwa ini [bantuan yang datang] ibarat setetes air di lautan mengingat bantuan kemanusiaan berskala besar dibutuhkan saat ini di Gaza.”

    Tanpa gencatan senjata, menurutnya, situasi tidak akan membaik dan bantuan berkelanjutan sulit mencapai warga sipil yang membutuhkan.

    “Agar hal itu bisa terjadi, kita juga perlu segera melakukan gencatan senjata”.

    (ita/ita)

  • Menhan Israel Sesumbar Bakal Musnahkan Hamas: Ini Perang Terakhir

    Menhan Israel Sesumbar Bakal Musnahkan Hamas: Ini Perang Terakhir

    Jakarta

    Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan perang melawan Hamas bisa memakan waktu berbulan-bulan. Dia mengatakan perang ini akan menjadi yang terakhir di Gaza karena Hamas bakal musnah.

    “Ini akan memakan waktu satu bulan, dua bulan, tiga bulan, dan pada akhirnya tidak akan ada lagi Hamas,” kata Gallant di pangkalan angkatan udara yang lokasinya tidak disebutkan oleh Kementerian Pertahanan Israel, dilansir AFP, Senin (23/10/2023).

    “Sebelum Hamas melakukan kontak dengan tank dan infanteri kami, mereka akan mengetahui peluru dari angkatan udara kami,” lanjutnya.

    Dia mengatakan jet tempur Israel bisa melakukan serangan mematikan. Dia sesumbar Hamas tak akan ada lagi

    “Ini harus menjadi perang terakhir di Gaza, karena alasan sederhana bahwa tidak akan ada lagi Hamas,” kata Gallant.

    Israel mengatakan serangan udaranya menargetkan komandan dan infrastruktur Hamas.

    Diketahui, Israel sudah membombardir Gaza, Palestina, sejak 7 Oktober. Kementerian kesehatan yang dikelola Hamas mengatakan pada hari Minggu (22/10) bahwa lebih dari 4.600 orang telah tewas dalam serangan sejauh ini, termasuk 1.873 anak-anak.

    (eva/haf)

  • Nyawa Terus Melayang Kala Israel Tingkatkan Serangan di Gaza

    Nyawa Terus Melayang Kala Israel Tingkatkan Serangan di Gaza

    Jakarta

    Korban tewas akibat serangan Israel di Gaza, Palestina terus bertambah. Hingga saat ini lebih dari 4.600 orang tewas dan belasan ribu lainnya terluka.

    Dilansir CNN, Minggu (22/10/2023), Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengatakan jumlah korban tewas sejak 7 Oktober bertambah menjadi 4.651 orang. Selain itu lebih dari 14.245 orang terluka.

    Juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina, Dr Ashraf Al-Qidra, mengatakan selama 24 jam terakhir, 266 orang tewas termasuk 117 anak-anak.

    Kementerian Kesehatan telah menerima 1.450 panggilan telepon mengenai orang hilang yang diyakini berada di bawah reruntuhan. Sebanyak 800 orang di antaranya adalah anak-anak.

    Nyawa 120 Bayi Prematur di RS Gaza Terancam Imbas Pasokan Listrik

    Sementara itu, dilansir AFP, Minggu (22/10), nyawa 120 bayi baru lahir yang berada di inkubator rumah sakit di Gaza terancam imbas Israel memblokade pasokan listrik. Hal itu seiring dengan meluasnya pemadaman listrik akibat generator yang sudah kehabisan bahan bakar.

    Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Palestina, lebih dari 1.750 anak telah terbunuh oleh serangan Israel. Rumah sakit juga menghadapi kekurangan obat-obatan, bahan bakar dan air, tidak hanya bagi ribuan orang yang terluka, tetapi juga bagi pasien rutin.

    “Saat ini kami memiliki 120 bayi baru lahir yang berada di inkubator, dan 70 bayi di antaranya dilengkapi dengan ventilasi mekanis, dan tentu saja hal ini sangat kami khawatirkan,” kata juru bicara UNICEF Jonathan Crickx.

  • Usai Serukan Warganya Pergi, Israel Tarik Diplomat dari Turki

    Usai Serukan Warganya Pergi, Israel Tarik Diplomat dari Turki

    Ankara

    Israel menarik diplomatnya dari Turki di tengah panasnya konflik dengan Hamas. Hal ini sebagai tindakan pencegahan keamanan.

    “Itu tindakan sementara, yang seharusnya untuk jangka pendek,” kata sumber yang enggan disebutkan namanya dilansir AFP, Jumat (20/10/2023).

    Dewan Keamanan Nasional Israel pada Selasa (17/10) meminta semua warganya untuk segera meninggalkan Turki. “Sesegera mungkin,” pernyataan Dewan Keamanan Nasional Israel.

    Pada hari Rabu (18/10), konsulat Israel di Istanbul mengatakan tindakan tersebut dilakukan mengingat meningkatnya “ancaman teroris” terhadap warga Israel di luar negeri. Tingkat kewaspadaan telah ditingkatkan, kata juru bicara konsulat kepada AFP.

    Perang Israel dengan Hamas makin panas. Pada Selasa (17/10), unjuk rasa besar-besaran terjadi di luar konsulat Istanbul dan kedutaan besar di Ankara buntut serangan mematikan ke rumah sakit di Jalur Gaza. Puluhan orang terluka dalam bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa.

    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyalahkan Israel terkait pertumpahan darah di Palestina.

    (isa/isa)