Negara: Palestina

  • Iran Tuduh Israel Lakukan Genosida Rakyat Palestina

    Iran Tuduh Israel Lakukan Genosida Rakyat Palestina

    Jakarta

    Pemerintah Iran menuduh Israel melakukan genosida terhadap rakyat Palestina, seiring pasukan Israel terus melakukan serangan udara di Gaza.

    Israel telah melakukan serangan besar-besaran di Jalur Gaza sejak kelompok bersenjata Hamas menyerbu Israel dan menewaskan lebih dari 1.400 orang, sebagian besar warga sipil.

    Kementerian Kesehatan Gaza yang dikuasai Hamas, mengatakan pada hari Rabu bahwa lebih dari 6.500 orang termasuk 2.704 anak-anak telah terbunuh di Gaza sejak kekerasan meletus.

    “Serangan rezim Zionis (Israel) telah mencapai intensitas yang menunjukkan bahwa tujuannya adalah pembunuhan massal rakyat Palestina di Gaza,” tulis Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian dalam surat yang ditujukan kepada kepala hak asasi manusia PBB, Volker Turk.

    “Pernyataan para pejabat Israel dan serangan yang meluas dan sistemik… di Jalur Gaza menunjukkan bahwa ini adalah kampanye genosida terhadap rakyat Palestina”, kata Amir-Abdollahian dalam suratnya, yang dibagikan Kementerian Luar Negeri Iran di media sosial.

    Sebelumnya pada hari Rabu, pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menuduh Amerika Serikat “mengarahkan” serangan Israel ke Gaza.

    “Amerika jelas merupakan kaki tangan para penjahat,” kata Khamenei dalam pidatonya di Teheran.

  • WHO Desak Hamas Bebaskan Semua Sandera karena Alasan Kesehatan

    WHO Desak Hamas Bebaskan Semua Sandera karena Alasan Kesehatan

    Jakarta

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak Hamas untuk memberikan bukti bahwa para sandera yang ditahannya masih hidup. WHO juga mendesak Hamas membebaskan mereka semua karena alasan kesehatan.

    WHO mengatakan Komite Palang Merah Internasional (ICRC) harus segera diberi akses medis untuk memastikan status kesehatan mereka, dan siap memberikan ICRC dukungan kesehatan apa pun yang diperlukan bagi para sandera.

    Israel telah melakukan serangan udara terus menerus di Gaza sejak 7 Oktober lalu, ketika orang-orang bersenjata Hamas melintasi perbatasan dan menewaskan 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, dan menculik 222 lainnya.

    Sejauh ini, lebih dari 6.500 warga Palestina dilaporkan telah tewas, sebagian besar warga sipil, akibat serangan udara Israel tersebut. Ada kekhawatiran jumlah korban akan bertambah jika Israel melakukan serangan darat, dalam upaya untuk menghancurkan Hamas dan menyelamatkan para sandera.

    WHO mengatakan pihaknya “sangat prihatin” terhadap kesehatan para sandera, termasuk petugas kesehatan dan hingga 30 anak-anak.

    “Ada kebutuhan mendesak bagi para penyandera untuk memberikan tanda-tanda kehidupan, bukti penyediaan layanan kesehatan dan pembebasan segera, atas dasar kemanusiaan dan kesehatan, semua orang yang diculik,” kata Direktur Jenderal (Dirjen) WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah pernyataan, dikutip kantor berita AFP, Kamis (26/10/2023).

    Dia telah mengadakan pembicaraan pada hari Rabu (25/10) waktu setempat dengan Forum Sandera dan Keluarga Hilang, sebuah organisasi non-pemerintah Israel yang mewakili keluarga mereka yang diculik.

  • Kematian Warga Palestina Sudah Melebihi 6.500 Orang

    Kematian Warga Palestina Sudah Melebihi 6.500 Orang

    Anda kembali membaca laporan Dunia Hari Ini edisi Kamis, 26 Oktober 2023.

    Fokus kita hari ini adalah situasi terkini dari Gaza.

    Hingga laporan ini ditulis, Kementerian Kesehatan di Gaza memperkirakan jumlah korban tewas di pihak Palestina telah mencapai 6.546 orang, termasuk lebih dari 2.700 anak-anak.

    Dalam 24 jam terakhir saja ada 756 warga Palestina, 344 diantaranya adalah anak-anak, yang terbunuh akibat serangan Israel, menurut Kementerian Kesehatan.

    Sementara pihak otoritas Israel mencatat 1.400 warganya yang meninggal, kebanyakan akibat serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.

    Lebih dari 600.000 warga Palestina saat ini mengungsi di 150 tempat penampungan yang berada di Gaza di bawah komando lembaga UNRWA dari PBB.

    “Tempat-tempat penampungan kita sudah melebihi empat kali lipat dari kapasitasnya, kebanyakan tidur di jalanan karena fasilitas yang ada saat ini kewalahan.

    Kemarin, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan ia “tidak percaya pada angka yang disampaikan Palestina”dalam menghitung jumlah korban tewas di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas.

    Sementara itu, Israel setuju untuk menunda serangan lanjutan ke Gaza, sehingga Amerika Serikat bisa mengerahkan pertahanan rudal untuk melindungi pasukannya di sana, menurut laporan Wall Street Journal, yang mengutip para pejabat Israel dan Amerika Serikat.

    Laporan tersebut mengatakan Israel sedang mempertimbangkan upaya yang diperlukan untuk memasok bantuan kemanusiaan kepada warga sipil di Gaza dan membebaskan sandera yang ditahan oleh Hamas dalam perencanaannya, saat ancaman terhadap pasukan Amerika Serikat menjadi perhatian utama.

    Keluarga wartawan di Gaza ditembak mati tentara Israel

    Al Jazeera TV mengatakan keluarga dari salah satu wartawannya yang menjadi koresponden di Gaza dibunuh oleh Angkatan Israel di Gaza, malam kemarin.

    Angkatan Udara Israel tidak berkomentar mengenai ini.

    Siaran langsung menayangkan Kepala Biro Gaza Wael Al Dahdouh yang menangis ketika melihat keluarganya terbaring tanpa nyawa di rumah sakit.

    Istri, anak laki-laki, dan anak perempuannya dilaporkan meninggal dunia.

    “Mereka balas dendam dengan membunuh anak-anak kami?” katanya di samping tubuh anaknya yang berlumuran darah, dengan masih mengenakan baju pelindung pers.

    Turki tidak menganggap Hamas organisasi teroris

    Presiden Turki Tayyip Erdogan melontarkan komentar terkuatnya sepanjang konflik Gaza.

    Ia mengatakan kelompok militan Palestina Hamas bukan organisasi teroris, namun kelompok pembebasan yang ingin melindungi tanah Palestina.

    “Hamas bukan organisasi teroris, melainkan kelompok pembebasan ‘mujahideen’ yang berperang untuk melindungi tanah dan para warganya,” ujarnya.

    Turki mengutuk kematian warga Israel akibat serangan Hamas pada 7 Oktober, tapi menyerukan agar tentara Israel untuk mencoba menahan diri saat menanggapinya.

    Sikap Turki, sebagai anggota NATO, berbeda dengan kebanyakan negara anggota NATO dan Uni-Eropa lainnya, yang menganggap Hamas sebagai kelompok teroris.

    Australia membantu Gaza

    Sementara itu,Pemerintah Australia sudah memberikan bantuan tambahan sebesar AU$15 juta untuk warga sipil di Gaza yang terkena dampak perang Hamas dan Israel, setelah sebelumnya menyumbang AU$10 juta.

    Perdana Menteri Anthony Albanese mengumumkannya saat melakukan konferensi pers bersama dengan Presiden AS Joe Biden di Gedung Putih.

    PM Albanese kembali mengecam”serangan teroris” yang dilakukan Hamas di Israel, dan menyerukan penghormatan terhadap hukum kemanusiaan internasional.

    Dalam pidatonya, Presiden Biden mengatakan masa depan Israel dan Palestina mencakup solusi dua negara untuk kedua belah pihak.

    Israel harus berintegrasi dengan negara-negara tetangga Arabnya, katanya.

    “Israel dan Palestina sama-sama berhak hidup berdampingan dengan aman, bermartabat, dan damai,” kata Presiden Biden.

    Albanese juga memanfaatkan kunjungannya untuk memuji dukungan setia Presiden Biden terhadap Israel dan menyoroti perlunya melindungi warga sipil di Gaza.

  • Kata-katanya Bikin Marah Israel, Sekjen PBB Bilang Gini

    Kata-katanya Bikin Marah Israel, Sekjen PBB Bilang Gini

    Jakarta

    Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres angkat bicara setelah pernyataannya membuat marah Israel, yang telah bersumpah akan membalas terhadap badan dunia tersebut. Menurut Guterres, pernyataannya telah disalahtafsirkan.

    “Saya terkejut dengan salah tafsir beberapa pernyataan saya kemarin di Dewan Keamanan – seolah-olah saya membenarkan tindakan teror yang dilakukan Hamas,” kata Guterres kepada wartawan, tanpa menyebut nama Israel, sebagaimana dikutip kantor berita AFP, Kamis (26/10/2023).

    Sebelumnya, saat berpidato di sidang Dewan Keamanan pada hari Selasa (24/10) waktu setempat, Guterres, tanpa menyebut nama Israel, mengutuk “pelanggaran nyata terhadap hukum kemanusiaan internasional yang kita saksikan di Gaza.”

    “Penting juga untuk menyadari bahwa serangan Hamas tidak terjadi dalam ruang hampa,” kata Sekjen PBB itu. “Rakyat Palestina telah mengalami pendudukan yang menyesakkan selama 56 tahun. Mereka menyaksikan tanah mereka terus-menerus dirusak oleh pemukiman dan kekerasan; perekonomian mereka terhambat; orang-orang mereka mengungsi dan rumah mereka dihancurkan,” ujarnya.

    “Tetapi keluhan rakyat Palestina tidak bisa membenarkan serangan mengerikan yang dilakukan Hamas. Dan serangan mengerikan itu tidak bisa membenarkan hukuman kolektif terhadap rakyat Palestina. Perang pun ada aturannya,” kata pemimpin badan dunia itu dalam pidatonya pada Selasa.

    Ucapannya itu membuat marah Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen. Sembari menunjuk ke arah Guterres dan meninggikan suaranya, Cohen menceritakan kisah-kisah tentang warga sipil termasuk anak-anak yang tewas dalam serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober lalu.

    “Mr Sekretaris Jenderal, Anda tinggal di dunia apa?” cetus Cohen.

    Lihat Video: Biden Ogah Percaya Jumlah Korban Tewas Akibat Serangan Israel di Gaza

  • Kisah Biarawati Tolak Tinggalkan Gaza Demi Rawat Korban Serangan Israel

    Kisah Biarawati Tolak Tinggalkan Gaza Demi Rawat Korban Serangan Israel

    Jakarta

    “Halo, saya Suster Mara del Pilar… Kemarin sore kami menghadiri pemakaman 18 umat Kristiani yang meninggal akibat pengeboman Israel.

    Itulah pesan singkat yang direkam oleh seorang biarawati asal Peru di Jalur Gaza. Versi penuh video itu disiarkan portal Voz Catlica.

    Sosok yang berbicara dalam video tersebut adalah Suster Mara del Pilar Llerena Vargas. Dia berasal dari sebuah kota di bagian selatan Peru, Arequipa.

    Suster Maria telah melayani di Paroki Keluarga Kudus di Gaza selama empat tahun terakhir. Di paroki itulah berdiri satu-satunya gereja Katolik di Palestina.

    Suster Maria tergabung dalam kongregasi Pelayan Tuhan dan Perawan Matara, yang merupakan bagian dari Institut Sabda Inkarnasi. Dia melayani di Gaza bersama saudara kembarnya, yang juga seorang biarawati, Suster Mara del Perpetuo Socorro.

    Kedua kakak-beradik itu, bersama para biarawati dari kongregasi lain, selama ini melayani lebih dari 600 orang di paroki Gaza – termasuk anak-anak difabel, orang sakit, dan orang lanjut usia yang menggunakan kursi roda.

    Israel melancarkan operasi pengeboman di Gaza beberapa jam setelah serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.

    Kepala Bagian Konsuler Kedutaan Besar Peru di Mesir, Giancarlo Pedraza Ruiz, membenarkan bahwa pihaknya “melakukan upaya evakuasi warga Peru dan kerabat mereka yang berkewarganegaraan lain di Gaza menuju Mesir.

    Pedraza Ruiz berkata, terdapat sembilan orang yang telah mereka evakuasi. Empat di antaranya adalah warga Peru, termasuk seorang anak perempuan berusia enam tahun.

    Suster Mara del Perpetuo Socorro dan Suster Mara del Pilar Llerena Vargas adalah dua warga Peru yang juga masuk daftar evakuasi. Namun kedua biarawati itu menyatakan bahwa mereka tidak akan meninggalkan Gaza.

    Berikut petikan dialog Suster Mara del Pilar dengan BBC Mundo.

    Suster Mara del Pilar, dalam rekaman pesan video, Anda mengatakan bahwa paroki Gaza tidak memiliki akses air bersih dan listrik. Bagaimana situasi di paroki Gaza saat ini?

    Di sini terdapat sekitar 600 orang. Seperti daerah lain di Gaza, kami tidak memiliki akses air bersih. Namun kita punya air sumur alami. Kami menggunakan air itu untuk mandi dan aktivitas lainnya. Kami tidak tahu berapa lama persediaan air itu bisa bertahan. Kami sudah membeli air mineral agar masyarakat bisa minum. Kami membelinya dengan harga tiga kali lipat dari harga biasanya.

    Anda mengatakan bahwa Anda menghadiri pemakaman 18 umat Kristiani yang tewas akibat bom yang menghancurkan Gereja Ortodoks Santo Porfirius.

    Militer Israel membantah telah menargetkan gereja dan juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel, Lior Hayat, mengatakan kepada BBC Arabic bahwa gereja “terkena kerusakan kolateral” ketika Israel menyerang “pusat komando dan kendali Hamas di dekat tempat beribadah itu. Bisakah Anda menjelaskan apa yang terjadi?

    Mereka meninggal karena pengeboman Israel. Salah satu kamar tempat mereka tidur, runtuh. Akibatnya, banyak umat Kristiani meninggal, begitu juga anak-anak yang ikut atau datang ke kegiatan paroki kami atau bersekolah di sekolah kami.

    Saya keluar dari kompleks paroki untuk pertama kalinya sejak awal kejadian untuk bisa menemani keluarga Kristen di pemakaman, untuk sedikit menghibur mereka, meskipun saya tahu itu sangat sulit.

    Baca juga:

    Di mana para korban dimakamkan?

    Setiap paroki di sini memiliki kuburannya sendiri.

    Anda menyebutkan bahwa di permakaman Anda melihat gambaran yang tidak akan pernah terhapus dari pikiran Anda.

    Itu memang benar. Sayangnya memang demikian.

    Saat saya pergi ke permakaman, saya merasakan kepedihan saat seorang anak yang mengucapkan selamat tinggal kepada ayahnya. Kepedihan orang tua yang berpamitan dengan anaknya memang lebih menyakitkan. Ada keluarga-keluarga yang seluruh anaknya meninggal. Dan mereka adalah anak-anak yang kami kenal. Itu sangat menyakitkan.

    Apakah Anda mempunyai stok makanan? Hanya beberapa truk bantuan yang diperbolehkan masuk.

    Syukurlah, Patriark Latin Yerusalem membantu kami dan masyarakat.

    Kedua gereja, Latin dan Ortodoks, bekerja sama dengan sangat baik, dan itu merupakan berkat besar dari Tuhan. Kami membeli makanan, membeli kasur. Memang dengan harga yang lebih mahal, tapi, syukur kepada Tuhan, kami punya makanan.

    Apakah pihak gereja juga melindungi orang-orang yang mengungsi di Gereja Ortodoks sebelum pengeboman tanggal 20 Oktober?

    Ya, beberapa orang memutuskan untuk datang kepada kami karena jelas sebagian bangunan tempat tinggal mereka runtuh. Beberapa dari mereka ikut bersama kami.

    Baca juga:

    Konsulat Peru di Mesir menegaskan bahwa mereka mengambil langkah-langkah untuk evakuasi warga negara Peru dan keluarganya. Apakah Anda bersedia meninggalkan Gaza?

    Tidak. Mereka menelepon kami dari Kedutaan Peru di Israel. Dan setelah itu giliran kedutaan dan konsulat Peru di Mesir yang mengontak kami. Mereka memberi tahu kami bahwa mereka memiliki semua informasi kami, bahwa segala sesuatunya sudah siap di perbatasan saat kami ingin berangkat.

    Namun mereka tidak pernah menanyakan niat kami.

    Kami tidak akan meninggalkan umat kami. Saya telah tinggal di sini selama empat tahun dan inilah hidup saya. Ini adalah paroki saya. Mereka adalah orang-orang penting dalam kehidupan saya dan saya tidak akan pergi dari sini. Mereka membutuhkan bantuan kami.

    Apakah Anda mengambil keputusan itu meskipun Anda tahu bahwa dengan adanya serangan udara, risiko kematian Anda meningkat setiap hari?

    Ya, saya sangat sadar akan hal itu karena saya mendengar suara ledakan. Saya yakin semua orang di paroki ini mengetahui hal itu.

    Semua umat Kristiani sebenarnya bisa pergi ke selatan Gaza untuk menyelamatkan diri, tapi tidak satu pun dari mereka yang mau pergi. Setiap orang ingin tinggal di parokinya. Dengan kata lain, mereka ingin berada dekat dengan Sakramen Kudus, dekat dengan Tuhan. Mereka merasa aman berada di sini.

    Israel menyebarkan selebaran kepada orang-orang di Gaza utara untuk memperingatkan bahwa mereka yang tidak pergi ke selatan Sungai Wadi Gaza berisiko dianggap sebagai “kaki tangan organisasi teroris. Seperti apa kenyataannya di lapangan?

    Di paroki ada anak-anak, ada orang difabel.

    Banyak orang yang datang menggunakan kursi roda, ada pula orang lanjut usia dan banyak di antara mereka yang tidak bisa berjalan. Ada juga seseorang yang menderita kanker yang menjalani operasi otak. Kami menampung beberapa orang yang terluka dari paroki Ortodoks yang dirawat di sini karena di antara para pengungsi kami ada pula dokter.

    Bagaimana cara mengangkut 600 orang, termasuk anak-anak, orang sakit, orang tua? Kami tidak bisa. Kami benar-benar tidak bisa melakukannya.

    Saya percaya ini adalah alasan kemanusiaan dan semestinya Israel dapat memahami kami, semestinya mereka dapat memahami bahwa kami tidak dapat bergerak.

    Kami menginginkan perdamaian, kami hanya menginginkan perdamaian.

    Untuk itu kami harus banyak berdoa. Paus Fransiskus menyebut tanggal 27 Oktober ini sebagai Hari Doa. Saya percaya inilah saatnya bagi kita semua untuk bersatu dalam permohonan besar ini untuk mendoakan perdamaian.

    Lihat Video: Prancis Kritik Israel soal Rencana Invasi Darat ke Gaza

    (ita/ita)

  • Kata-katanya Bikin Marah Israel, Sekjen PBB Bilang Gini

    Pernyataan Sekjen PBB soal Gaza Bikin Israel Berang

    Tel Aviv

    Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres melontarkan pernyataan soal pelanggaran hukum internasional di Gaza. Israel pun marah gara-gara pernyataan Guterres itu.

    Guterres menyebut ada pelanggaran hukum internasional di Gaza dan mendesak gencatan senjata segera. Hal itu disampaikan Guterres saat membuka sidang tingkat tinggi Dewan Keamanan PBB pada Selasa (24/10/2023) waktu setempat.

    Guterres mengatakan tidak ada alasan untuk kekerasan ‘mengerikan’ yang dilakukan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober lalu. Namun, dia juga mengingatkan tidak boleh ada ‘hukuman kolektif’ terhadap warga Palestina.

    “Saya sangat prihatin dengan pelanggaran nyata terhadap hukum kemanusiaan internasional yang kita saksikan di Gaza. Biar saya perjelas: Tidak ada pihak dalam konflik bersenjata yang berada di atas hukum kemanusiaan internasional,” kata Guterres, tanpa menyebut nama Israel secara eksplisit sebagaimana dilansir AFP, Rabu (25/10/2023).

    Guterres juga mengatakan serangan Hamas ‘tidak terjadi dalam ruang hampa’ karena Palestina telah ‘mengalami 56 tahun pendudukan yang menyesakkan’. Ucapannya itu kemudian membuat marah Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen.

    Sembari menunjuk ke arah Guterres, Cohen menceritakan kisah-kisah tentang warga sipil Israel, termasuk anak-anak yang tewas dalam serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober lalu.

    “Mr Sekretaris Jenderal, Anda tinggal di dunia apa?” cetus Cohen sambil meninggikan suaranya.

    Israel sendiri memberlakukan blokade terhadap wilayah tersebut yang berlaku sejak Hamas mengambil alih kekuasaan di Gaza. Israel juga masih menduduki Tepi Barat.

    Sementara itu, Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan meminta Guterres untuk mengundurkan diri. Hal itu ditulisnya dalam postingan di X seraya mengatakan bahwa Guterres telah ‘menyatakan pemahamannya terhadap terorisme dan pembunuhan’.

    Guterres telah berulang kali menyerukan gencatan senjata kemanusiaan. Dia mengatakan hal itu perlu untuk mengirim bantuan bagi warga sipil.

    “Untuk meringankan penderitaan yang luar biasa, membuat pengiriman bantuan lebih mudah dan aman, dan memfasilitasi pembebasan sandera, saya mengulangi seruan saya untuk segera melakukan gencatan senjata kemanusiaan,” ucap Guterres.

    Israel, yang didukung oleh Amerika Serikat, telah menolak seruan untuk menghentikan serangan tersebut. Israel mengatakan gencatan senjata hanya akan memungkinkan Hamas untuk bersatu kembali.

    PBB Keluhkan soal BBM

    PBB juga mengeluhkan pengiriman bantuan untuk warga sipil Palestina di Jalur Gaza bisa terhenti jika tidak ada bahan bakar (BBM) yang dipasok ke wilayah itu. Militer Israel kemudian menyarankan agar PBB meminta pasokan bahan bakar kepada Hamas yang menguasai Jalur Gaza.

    Tel Aviv mengatakan Hamas memiliki banyak pasokan bahan bakar di dalam wilayah Jalur Gaza. Dilansir Reuters dan Al Arabiya, Rabu (25/10/2023), Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina atau UNRWA memposting peringatannya via media sosial X.

    Peringatan itu menyatakan UNRWA terpaksa menghentikan operasi penyaluran bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza pada Rabu (25/10) malam jika tidak segera mendapatkan bahan bakar.

    “Jika kami tidak segera mendapatkan bahan bakar, kami akan terpaksa menghentikan operasi kami di Jalur Gaza mulai besok malam,” demikian bunyi peringatan UNRWA yang diposting pada Selasa (24/10) waktu setempat.

    Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

  • Cerita Warga Israel yang Disekap Hamas di Labirin Terowongan Bawah Tanah

    Cerita Warga Israel yang Disekap Hamas di Labirin Terowongan Bawah Tanah

    Jakarta

    Perempuan berkewarganegaraan Israel berusia 85 tahun, Yocheved Lifschitz, dibebaskan oleh Hamas, Senin (23/10), setelah dua pekan disandera oleh kelompok milisi tersebut. Dia mengaku mengalami peristiwa buruk, meski diperlakukan secara baik oleh personel Hamas.

    Lifschitz dan suaminya mengaku bahwa mereka diculik oleh sejumlah pasukan Hamas yang bersenjata. Dia membuat klaim bahwa para milisi itu membawa mereka dengan sepeda motor ke “labirin terowongan” bawah tanah di Gaza.

    Menurut Lifschitz, dia terluka saat dibawa pasukan Hamas menuju labirin bawah tanah tersebut. Namun, kata dia, secara umum milisi Hamas memperlakukan dia dan para sandera yang lain dengan baik, antara lain dengan memberikan akses medis dan obat-obatan.

    Lifschitz dibebaskan bersama seorang perempuan lain berusia 79 tahun, bernama Nurit Cooper.

    Merujuk sejumlah foto, Lifschitz terlihat menjabat tangan seorang milisi bersenjata Hamas. Peristiwa mereka saling berjabat tangan itu terjadi beberapa detik sebelum Lifschitz diantar ke sebuah ambulans milik Palang Merah Internasional yang kemudian mengantarnya kembali ke Israel.

    “Shalom,” kata Lifschitz kepada laki-laki bersenjata itu. Shalom adalah sebuah kata dalam bahasa Ibrani yang bermakna ‘damai’ dan diucapkan pada sebuah perjumpaan dan perpisahan.

    Lifschitz diculik, bersama suaminya yang bernama Oded, dari permukiman Nir Oz, di Israel bagian selatan pada 7 Oktober lalu. Oded sampai saat ini belum dibebaskan oleh Hamas.

    Kronologi versi Lifschitz

    Berbicara kepada pers di sebuah rumah sakit di Tel Aviv beberapa jam setelah pembebasannya, Lifschitz menceritakan yang terjadi kepadanya setelah Hamas menculiknya.

    Lifschitz mengaku dia dipukul dengan tongkat selama perjalanan ke Gaza. Akibat pukulan itu, dia mengaku mengalami memar dan kesulitan bernapas.

    Lifschitz berkata, dia termasuk di antara 25 sandera yang dibawa ke dalam labirin terowongan bawah tanah di Gaza. Setelah beberapa jam, lima orang dari permukimannya, termasuk dirinya, dibawa ke ruangan terpisah oleh pasukan Hamas. Di sana, masing-masing dari mereka diawasi tapi mendapat akses ke paramedis dan dokter.

    Lifschitz menyebut kondisi lokasi penyanderaan itu bersih. Tersedia kasur di lantai untuk para sandera. Tawanan lain yang terluka parah dalam kecelakaan sepeda motor dalam perjalanan ke Gaza dirawat oleh dokter.

    “Mereka memastikan kami tidak sakit dan kami selalu menemui dokter setiap dua atau tiga hari, ujarnya.

    Lifschitz juga mengatakan bahwa para sandera memiliki akses terhadap obat-obatan yang mereka butuhkan. Dia berkata, terdapat banyak perempuan di lokasi itu yang mengetahui tentang “kebersihan kewanitaan.

    Para sandera memakan makanan yang sama seperti yang dimakan penjaga Hamas, antara lain roti pitta dengan keju dan mentimun.

    Baca juga:

    Seorang jurnalis bertanya kepada Lifschitz mengapa dia berjabat tangan milisi Hamas. Lifschitz berkata, para penyandera memperlakukannya dengan baik. Para sandera asal Israel yang lainnya pun, kata dia, berada dalam kondisi baik.

    Anak perempuan Lifschitz, Sharone, menyebut tidak terkejut dengan sikap ibunya. “Cara dia berjalan, lalu kembali lagi ke arah para milisi dan mengucapkan terima kasih, sungguh luar biasa bagi saya. Begitulah dia,” kata Sharone kepada BBC.

    Lifschitz dan suaminya, menurut keluarga mereka, terlibat dalam gerakan damai. Mereka turut mengangkut orang-orang sakit keluar dari Gaza dan melarikan mereka ke rumah sakit di Israel.

    Sama seperti suami Lifschitz, suami sandera lain asal Israel, Nurit Cooper, saat ini juga masih ditahan oleh Hamas.

    Hingga saat ini setidaknya terdapat empat sandera yang telah dibebaskan oleh Hamas. Dua dari empat orang itu adalah warga berkewarganegaraan Amerika Serikat-Israel serta seorang ibu dan anak perempuan bernama Judith dan Natalie Raanan. Hamas membebaskan mereka Jumat pekan lalu.

    Menurut estimasi yang diklaim oleh pemerintah Israel, sekitar 200 warga mereka kini masih disandera oleh Hamas. Mereka memperkirakan setidaknya 1.400 warga Israel tewas akibat serangan Hamas.

    Di sisi lain, Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengatakan lebih dari 5.000 orang telah tewas sejak Israel mulai membom wilayah tersebut sebagai balasan atas serangan Hamas.

    Jumlah korban jiwa di atas 5.000 itu termasuk 2.055 anak, 1.119 perempuan, dan 217 lansia, menurut Kementerian Kesehatan Palestina. Sebanyak 15.273 lainnya dalam kondisi luka.

    Seberapa panjang terowongan bawah tanah Gaza?

    Labirin terowongan bawah tanah di Gaza selama ini telah menjadi salah satu titik fokus dalam pertikaian bersenjata antara militer Israel dan Hamas.

    Israel sebelumnya menyebut akan menyerang bagian-bagian dari labirin terowongan rahasia yang dibangun oleh Hamas tersebut. Israel mengeklaim, labirin terowongan tersebut bukanlah tempat perlindungan bagi warga sipil Palestina, melainkan tempat Hamas melancarkan serangan terhadap Israel.

    Sangat sulit untuk menentukan ukuran jejaring terowongan tersebut, yang dijuluki oleh Israel sebagai “Gaza Metro”.

    Militer Israel (IDF) menyatakan telah menghancurkan lebih dari 100 kilometer terowongan itu melalui operasi serangan udara. Namun Hamas membantah klaim Israel dengan berkata bahwa hanya 5% bagian terowongan itu yang terdampak, dari total bangunan labirin sepanjang 500 kilometer.

    Untuk menempatkan angka-angka itu ke dalam perspektif, panjang jaringan kereta api London Underground terbentang sepanjang 400 kilometer dan sebagian besarnya berada di atas tanah.

    BBC

    Pembangunan terowongan dimulai di Gaza sebelum Israel menarik pasukan dan pemukimnya pada tahun 2005.

    Namun Hamas menggenjot pembangunan setelah mereka menguasai Jalur Gaza dua tahun kemudian, yang mendorong Israel dan Mesir untuk mulai membatasi pergerakan barang dan orang masuk dan keluar demi alasan keamanan.

    Pada puncaknya, hampir 2.500 terowongan yang berada di bawah perbatasan Mesir digunakan untuk menyelundupkan barang-barang komersial, bahan bakar dan senjata oleh Hamas serta kelompok militan lainnya.

    Penyelundupan menjadi kurang penting bagi Gaza setelah tahun 2010, ketika Israel mulai mengizinkan lebih banyak barang diimpor melalui perlintasannya.

    Mesir kemudian menghentikan penyelundupan dengan membanjiri atau menghancurkan terowongan.

    BBC

    Hamas dan faksi lainnya juga mulai menggali terowongan untuk menyerang pasukan Israel.

    Pada tahun 2006, Hamas menggunakan satu terowongan yang berada di bawah perbatasan dengan Israel untuk membunuh dua tentara Israel dan menangkap tentara ketiga, Gilad Shalit, yang mereka sandera selama lima tahun.

    Pada tahun 2013, IDF menemukan terowongan sepanjang 1,6 kilometer dengan kedalaman 18 meter yang dilapisi dengan atap dan dinding beton. Terowongan itu disebut mengarah dari Jalur Gaza ke sepetak lahan di dekat sebuah permukiman Israel. Israel mengumpulkan informasi ini setelah penduduk mendengar suara-suara aneh.

    Pada tahun berikutnya, Israel bertekad mengatasi ancaman serangan milisi yang menggunakan terowongan di bawah jalur perbatasan. IDF mengatakan pasukannya menghancurkan lebih dari 30 terowongan selama perang. Namun sekelompok milisi juga dapat menggunakan salah satu terowongan untuk melancarkan serangan yang menewaskan empat tentara Israel.

    Terowongan digali di bawah perbatasan Mesir untuk membawa berbagai macam barang dan senjata. (Getty Images)

    Terowongan di dalam Gaza diyakini berada hingga 30 meter di bawah permukaan tanah. Terowongan ini disebut memiliki pintu masuk yang terletak di lantai rumah, masjid, sekolah, dan bangunan umum lainnya untuk memungkinkan milisi Hamas menghindari deteksi Israel.

    Militer Israel menuduh Hamas mengalihkan donasi jutaan dolar yang diberikan ke Gaza untuk membangun terowongan. IDF menuduh Hamas memanfaatkan bantuan uang itu untuk membeli puluhan ribu ton semen yang seharusnya digunakan untuk membangun kembali rumah-rumah yang hancur dalam perang sebelumnya.

    “Terowongan lintas batas ini cenderung sederhana, artinya hampir tidak ada fortifikasi. Terowongan ini digali untuk satu tujuan saja, yaitu untuk menyerang wilayah Israel,” kata Daphne Richemond-Barak, pakar perang bawah tanah yang mengajar di Universitas Reichman di Israel.

    Richemond memperingatkan bahwa tidak realistis bagi pemerintah Israel dan masyarakat umum untuk percaya bahwa IDF dapat menghancurkan seluruh jaringan terowongan Hamas di Gaza, sementara ratusan ribu tentara sedang berkumpul di sekitarnya untuk bersiap melakukan operasi darat.

    “Akan ada bagian dari jaringan di mana warga sipil, apa pun alasannya, tidak akan mengungsi. Beberapa bagian dari jaringan bawah tanah tidak diketahui. Dan bagi beberapa di antaranya, dampak kerusakannya akan terlalu tinggi,” ujarnya.

    Lebih dari itu, menurut Richemond, menghancurkan terowongan juga akan mengakibatkan banyak korban jiwa, baik pasukan Israel di lapangan, warga sipil Palestina, maupun para sandera.

    (ita/ita)

  • Memanas! Serangan Udara Israel Tewaskan 8 Tentara Suriah

    Memanas! Serangan Udara Israel Tewaskan 8 Tentara Suriah

    Jakarta

    Serangan udara Israel menewaskan delapan tentara di Suriah selatan pada hari Rabu (25/10). Militer Israel menyebut serangan tersebut sebagai respons terhadap serangan roket sebelumnya.

    Baku tembak roket dan artileri yang terus-menerus dengan kelompok Hizbullah di Lebanon dan faksi-faksi Palestina yang bersekutu di perbatasan utara Israel dengan Lebanon dan Suriah, telah menimbulkan kekhawatiran akan terbentuknya front baru dalam perang Israel dengan Hamas di Jalur Gaza.

    Faksi-faksi Palestina di selatan Suriah telah beberapa kali terlibat baku tembak lintas perbatasan dengan Israel sejak pekan lalu.

    “Sekitar pukul 01.45, musuh Israel melakukan agresi udara dari Dataran Tinggi Golan yang diduduki,” lapor media pemerintah Suriah, dikutip kantor berita AFP, Rabu (25/10/2023).

    Serangan tersebut juga melukai tujuh tentara dan menyebabkan kerusakan material, menurut laporan tersebut.

    Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, sebuah lembaga pemantau yang berbasis di Inggris dengan jaringan luas sumber-sumber di Suriah, jumlah tentara yang tewas sebanyak 11 orang, termasuk empat perwira.

    Disebutkan bahwa serangan tersebut “menghancurkan gudang senjata dan radar pertahanan udara Suriah” dan juga menargetkan unit infanteri.

  • Pemimpin Hizbullah Bertemu Petinggi Hamas-Jihad Islam, Bahas Apa?

    Pemimpin Hizbullah Bertemu Petinggi Hamas-Jihad Islam, Bahas Apa?

    Beirut

    Pemimpin kelompok Hizbullah yang bermarkas di Lebanon melakukan pertemuan dan pembicaraan dengan tokoh senior Hamas dan Jihad Islam Palestina. Pembicaraan ketiga pihak yang anti-Israel itu, digelar saat perang berkecamuk di Jalur Gaza.

    Seperti dilansir Associated Press dan Al Arabiya, Rabu (25/10/2023), pertemuan pada Rabu (25/10) waktu setempat itu, digelar oleh pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah bersama wakil pemimpin Hamas Saleh al-Arouri dan pemimpin Jihad Islam Ziad al-Nakhala. Pertemuan itu digelar di Beirut, ibu kota Lebanon.

    Menurut pernyataan singkat yang dirilis media yang dikelola Hizbullah dan media pemerintah Lebanon, Nasrallah setuju dengan al-Arouri dan al-Nakhala mengenai langkah selanjutnya yang harus diambil oleh ketiga kelompok tersebut — bersama para milisi lain yang didukung Iran — pada ‘tahap sensitif’ ini.

    Tujuan mereka, menurut pernyataan singkat itu, adalah mencapai ‘kemenangan nyata bagi perlawanan di Gaza dan Palestina’, juga menghentikan ‘agresi berbahaya dan brutal Israel terhadap rakyat yang tertindas dan tabah di Gaza dan Tepi Barat’.

    Laporan televisi al-Manar milik Hizbullah, seperti dilansir Reuters, menyebut pertemuan itu menilai apa yang harus dilakukan aliansi kelompok-kelompok tersebut untuk ‘mencapai kemenangan nyata bagi perlawanan’ di Gaza.

    “Pertemuan itu … menilai posisi yang diambil secara internasional dan apa yang harus dilakukan oleh Poros Perlawanan,” sebut al-Manar dalam laporannya.

    Sebutan ‘Poros Perlawanan’ merujuk pada aliansi antara Iran, kelompok militan Palestina, Suriah, Hizbullah dan faksi-faksi lainnya.

  • Israel Segera Serangan Darat ke Gaza, Bagaimana Pertempuran Berlangsung?

    Israel Segera Serangan Darat ke Gaza, Bagaimana Pertempuran Berlangsung?

    Jakarta

    Wilayah Gaza bagian utara bisa menjadi medan pertempuran berdarah antara Hamas dan militer Israel, dan puluhan ribu warga sipil bisa terjebak di tengah-tengahnya.

    Peluang itu mengemuka ketika Israel mengerahkan puluhan ribu tentaranya ke wilayah dekat perbatasan dengan Gaza, untuk mempersiapkan serangan darat.

    Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengatakan aksi militer di Gaza “mungkin memakan waktu satu, dua atau tiga bulan, tetapi pada akhirnya tidak akan ada lagi Hamas”.

    Gallant mengatakan operasi darat yang ditunggu-tunggu, “akan segera dilakukan”. Namun, kapan operasi tersebut berlangsung masih belum jelas.

    Jika pasukan Israel masuk, mereka akan menghadapi perlawanan dari kelompok milisi Hamas di daerah perkotaan yang padat penduduk.

    Wartawan BBC Arab, Feras Kilani, yang telah meliput beberapa perang di Timur Tengah dan berkali-kali melaporkan peristiwa dari Gaza, menganalisis dampak apa yang akan muncul dari langkah ini.

    Getty ImagesJaringan terowongan Hamas di Gaza memungkinkan kelompok tersebut memindahkan pasokan dan pasukan.

    Juru kamera yang bersama saya menjelaskan bahwa ini terjadi karena jauh di bawah aspal, tanah telah dilubangi untuk menciptakan jaringan terowongan yang sangat luas.

    Digali oleh Hamas, terowongan tersebut membentang ratusan kilometer dan memungkinkan kelompok militan tersebut untuk memindahkan pasokan di bawah jalan-jalan sempit dan padat penduduk di Gaza tanpa terdeteksi.

    BBC

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah bersumpah untuk “meremukkan dan menghancurkan Hamas setelah mereka menyerang Israel pada 7 Oktober, menewaskan lebih dari 1.400 orang.

    Pasukan Israel telah melancarkan serangan udara ke Gaza dan langkah mereka selanjutnya diperkirakan adalah serangan darat. Jika hal ini terwujud, terowongan-terowongan ini akan menjadi bagian penting dari strategi tempur Hamas.

    Hamas telah mengantisipasi serangan darat Israel dengan menimbun persediaan makanan, air, hingga senjata di jaringan terowongan itu.

    BBC

    Terowongan Hamas, yang beberapa di antaranya diyakini meluas hingga ke wilayah Israel, berpotensi memungkinkan para anggota kelompok itu bergerak tanpa hambatan dan menyergap pasukan Israel dari belakang saat mereka bergerak melalui Gaza utara.

    Israel meyakini bahwa Hamas memiliki hingga 30.000 personel yang dilatih menggunakan senapan otomatis, granat berpeluncur roket, dan rudal anti-tank. Jumlah anggota Hamas sendiri didukung oleh kelompok lain seperti Jihad Islam Palestina dan faksi Islam yang lebih kecil.

    Sejarah baru-baru ini menunjukkan betapa berbahayanya pertempuran di daerah perkotaan dan saya telah melihat sendiri apa yang bisa terjadi ketika kekuatan militer yang terlatih sekalipun mencoba mengepung dan menghancurkan musuh yang gigih dalam situasi seperti ini.

    BBC

    Pertempuran kota

    Pada 2016, saya bersama dengan pasukan khusus Irak ketika mereka bersiap untuk menyerang Kota Mosul.

    Pihak berwenang telah memutuskan untuk mengepung kelompok militan ISIS, dan memastikan mereka tidak punya jalan untuk mundur. Kebijakan ini menempatkan kota ini dalam arena pertempuran yang brutal dan mematikan.

    Pada hari kami memasuki distrik pertama Mosul, perlawanan yang dilakukan para militan sungguh luar biasa. Mereka menembakkan apa saja ke arah konvoi mobil Humvee kami, termasuk senapan, granat, dan rudal yang diluncurkan dari bahu.

    Kemudian, perangkap dipasang di dalam atau di atas apa saja yang dapat Anda bayangkan – dari lemari es, televisi di rumah-rumah penduduk, hingga bongkahan emas serta senjata yang dibiarkan tergeletak di tanah.

    Mengambil atau berdiri di atas benda yang salah berujung maut.

    Bahaya yang sama juga bisa menanti pasukan Israel jika mereka bergerak ke kota Gaza.

    Getty ImagesPertempuran Mosul, antara tentara Irak dan pejuang ISIS, berlangsung lebih dari sembilan bulan pada tahun 2016-2017.

    Pada tahap-tahap terakhir pertempuran di Mosul, saya melihat banyak tentara Irak yang fokusnya telah berubah.

    Pertempuran itu begitu hebat dan berbahaya sehingga mereka hanya bisa memikirkan nyawa sendiri dan tidak bisa mengambil risiko untuk melindungi warga sipil.

    Risiko lainnya adalah penembak jitu, yang bersembunyi di gedung-gedung dan reruntuhan di seluruh kota. Pasukan Irak sering menggunakan kekuatan udara untuk mengebom seluruh wilayah guna menghentikan mereka.

    Pasukan Israel mungkin dihadapkan pada pilihan baik itu mengambil risiko besar dengan melawan penembak jitu Hamas yang terlatih atau meratakan seluruh bangunan dari udara untuk menghentikan mereka.

    Baca juga:

    Konvoi pasukan yang kami tumpangi di Mosul terkena oleh beberapa bom mobil dan lima tentara yang bersama kami tewas dalam ledakan besar yang terjadi setelahnya.

    Syok para penyintas, yang melihat teman maupun lawan mereka tewas oleh ledakan tersebut, terlihat jelas.

    Hamas tidak diketahui sering menggunakan bom mobil, namun mereka pernah mengerahkan pelaku bom bunuh diri sebelumnya. Dampak serangan semacam ini terhadap pasukan keamanan bisa sangat besar.

    Tidak jelas berapa lama serangan darat di Gaza akan berlangsung, namun berkaca pada perlawanan sengit yang dilakukan oleh kelompok ISIS di Mosul membuat pasukan Irak membutuhkan waktu sembilan bulan sampai akhirnya menguasai wilayah tersebut.

    BBCKonvoi yang diikuti Feras ke Mosul beberapa kali dihantam bom mobil.

    Jalur yang aman

    Kondisi sangat berbeda terjadi di Kota Raqqa, Suriah, pada 2017. Kala itu, sekelompok besar milisi dikepung di daerah padat penduduk.

    Namun dalam situasi tersebut, koalisi pimpinan pasukan AS dan Kurdi memutuskan untuk memberikan pilihan kepada para milisi untuk pergi.

    Saya telah meliput usaha keras Kurdi melawan ISIS selama bertahun-tahun dan salah satu pemimpin mereka membawa saya ke pertemuan rahasia dengan seorang komandan AS di Suriah.

    Dia menyetujui permintaan para pemimpin Arab setempat untuk mengizinkan anggota ISIS dan keluarga mereka meninggalkan Raqqa.

    Kesepakatan ini menghindarkan kota tersebut dari kehancuran total akibat pertempuran. Jumlah korban baik di kalangan militer maupun warga sipil pun jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan jumlah korban di Mosul.

    Getty ImagesKesepakatan yang ditengahi oleh koalisi AS-Kurdi mencegah pertempuran jalanan yang berkepanjangan di kota Raqqa, Suriah pada tahun 2017.

    Sehari setelah para milisi pergi, warga sipil yang masih tinggal di kota keluar dari rumah dengan perasaan lega karena mereka selamat. Mereka takut akan tewas dalam serangan besar-besaran di kota itu.

    Apakah pertempuran darat di Gaza bisa seperti ini?

    Kesepakatan semacam ini sulit menjadi pilihan bagi Israel dan Hamas mengingat letak geografis Gaza.

    Raqqa adalah kota yang relatif terpencil di Suriah dan para militan yang diizinkan meninggalkan wilayah tersebut dapat pergi ke pedesaan sekitarnya.

    Jika dibandingkan, Jalur Gaza sangatlah kecil dan tidak ada tempat yang bisa dituju oleh para militan Hamas.

    Pengasingan

    Pada masa lalu, kesepakatan telah ditempuh untuk mengirim orang-orang ke tempat yang jauh.

    Pada 1982, Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) setuju meninggalkan Beirut di Libanon, tempat mereka dikepung oleh pasukan Israel selama tiga bulan.

    Pimpinan PLO pergi ke Tunisia dan anggota lainnya mengungsi di Afrika Utara dan Timur Tengah.

    Meskipun kesepakatan seperti ini mungkin menawarkan cara untuk meminimalkan pertempuran dan kematian warga sipil di Gaza, sulit untuk melihat apakah hal ini bisa dilakukan secara politis.

    Pemerintah Israel telah berjanji untuk menghancurkan Hamas setelah serangan pada tanggal 7 Oktober. Lagipula, membiarkan pimpinan Hamas melarikan diri ke negara asing akan menimbulkan kemarahan publik Israel.

    Jika Israel berkeras melancarkan serangan darat, pertempuran Gaza bagian utara bisa menjadi medan pertempuran berdarah antara Hamas dan pasukan Israel, dan puluhan ribu warga sipil bisa terjebak di tengah-tengahnya.

    Lihat Video ‘Israel Gempur Gaza dalam 24 Jam: 400 Orang Tewas, 320 Titik Diserang’:

    (ita/ita)