Negara: Palestina

  • Makin Sporadis Israel Serang Gaza hingga Sekjen PBB Miris

    Makin Sporadis Israel Serang Gaza hingga Sekjen PBB Miris

    Jakarta

    Serangan Israel ke Gaza semakin parah. Bahkan Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres merasa ngeri.

    Guterres mengaku miris dengan serangan Israel ke konvoi ambulans di Gaza pada Jumat (3/11/2023). Dalam insiden ini terdapat 15 orang tewas dan 60 lainnya luka-luka.

    “Saya ngeri dengan laporan serangan di Gaza terhadap konvoi ambulans di luar rumah sakit Al Shifa. Gambaran jasad-jasad yang berserakan di jalan di luar rumah sakit sungguh mengerikan,” kata Guterres dalam pernyataannya, dikutip kantor berita AFP, Sabtu (4/11).

    Gutteres menyebut keamanan di Gaza kini ‘mengerikan’. Dia meminta serangan ini harus dihentikan.

    “Selama hampir satu bulan, warga sipil di Gaza, termasuk anak-anak dan perempuan, telah dikepung, tidak diberi bantuan, dibunuh, dan dibom keluar dari rumah-rumah mereka,” ujarnya.

    “Ini harus dihentikan,” tegas pemimpin badan dunia itu.

    20 Orang Tewas di Serangan Sekolah

    Sedikitnya 20 orang tewas dan puluhan lainnya terluka dalam serangan Israel yang “menargetkan” sebuah sekolah di Gaza utara. Demikian disampaikan Kementerian Kesehatan yang dikendalikan Hamas di wilayah Palestina tersebut pada Sabtu (4/11) pagi waktu setempat.

    “Beberapa mortir tank jatuh ke sekolah yang menjadi sasaran langsung tersebut,” imbuh kementerian.

    (azh/azh)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Turki Resmi Tarik Duta Besarnya untuk Israel!

    Turki Resmi Tarik Duta Besarnya untuk Israel!

    Jakarta

    Turki mengatakan pihaknya resmi menarik duta besarnya untuk Israel. Turki juga memutuskan kontak dengan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu sebagai protes atas pertumpahan darah di Gaza.

    Dilansir AFP, Minggu (5/11/2023), Ankara mengumumkan keputusan tersebut menjelang kunjungan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken ke Turki. Dalam hal ini Turki memperbaiki hubungan yang rusak dengan Israel sejak dimulainya perang Israel dan Hamas bulan lalu.

    Namun, Ankara memperkeras sikapnya terhadap Israel dan para pendukungnya di Barat, khususnya Amerika Serikat, ketika pertempuran meningkat dan jumlah korban tewas di kalangan warga sipil Palestina melonjak.

    Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan Duta Besar Sakir Ozkan Torunlar dipanggil kembali untuk berkonsultasi.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel Lior Haiat menyebut langkah tersebut sebagai langkah lain dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang berpihak pada organisasi teroris Hamas.

    Pasukan Israel diketahui telah mengepung kota terbesar di Gaza ketika mencoba untuk menghancurkan Hamas sebagai pembalasan atas serangan tanggal 7 Oktober ke Israel. Serangan itu diklaim Israel menewaskan sekitar 1.400 orang yang sebagian besar warga sipil dan menyebabkan sekitar 240 orang disandera.

    Sementara, Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan sekitar 9.500 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah tewas dalam serangan Israel.

    “Netanyahu bukan lagi seseorang yang dapat kami ajak bicara. Kami telah mengabaikannya,” ujar Erdogan.

    Lihat juga Video: RS Indonesia di Gaza Krisis Listrik, Padahal Harapan Warga Palestina

    (azh/azh)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Israel Kembali Gempur Sekolah PBB di Gaza, 12 Orang Tewas

    Israel Kembali Gempur Sekolah PBB di Gaza, 12 Orang Tewas

    Jakarta

    Militer Israel terus melancarkan serangan di Jalur Gaza. Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas, mengatakan sedikitnya 12 orang tewas pada Sabtu (4/11) ketika Israel menggempur sebuah sekolah milik badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), tempat ribuan pengungsi Palestina berlindung.

    Kementerian tersebut melaporkan dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip kantor berita AFP, Sabtu (4/11/2023), bahwa “12 orang menjadi martir dan lebih dari 54 orang terluka sejauh ini akibat serangan terhadap sekolah Al-Fakhura, yang menampung ribuan pengungsi di kamp (pengungsi) Jabalia di Jalur Gaza utara”.

    Pernyataan sebelumnya yang dikeluarkan oleh Kementerian Dalam Negeri mengatakan bahwa serangan tersebut merupakan “serangan pendudukan (Israel)” terhadap sekolah tersebut.

    Belum ada komentar langsung dari Israel, dan AFP tidak dapat mengkonfirmasi secara independen jumlah korban jiwa.

    Juga belum ada pernyataan dari badan bantuan PBB yang mendukung pengungsi Palestina, UNRWA.

    Sebelumnya pada hari Kamis, UNRWA mengatakan bahwa empat sekolahnya di Jalur Gaza yang menampung warga yang mengungsi akibat perang Hamas-Israel, telah rusak akibat gempuran Israel.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Israel Gempur Hizbullah Usai Serangan dari Lebanon

    Israel Gempur Hizbullah Usai Serangan dari Lebanon

    Jakarta

    Militer Israel menyatakan telah menggempur target kelompok Hizbullah sebagai respons atas upaya serangan dari Lebanon. Ini terjadi ketika serangan lintas batas terus berlanjut sementara perang antara Israel dan Hamas berkecamuk di Gaza.

    Insiden ini terjadi sehari setelah pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah memperingatkan bahwa perang antara Israel dan Hamas dapat berubah menjadi konflik regional, jika Israel terus melanjutkan serangannya di Gaza.

    “Sebagai respons terhadap dua sel teroris yang mencoba melepaskan tembakan dari Lebanon ke wilayah Israel, IDF (militer Israel) menyerang sel tersebut dan sebuah pos pemantauan Hizbullah,” kata sebuah pernyataan militer.

    Disebutkan bahwa pihaknya juga telah merespons tembakan mortir dari Lebanon ke Israel utara, di mana tidak ada korban jiwa yang dilaporkan.

    Sejak 7 Oktober, Israel telah terlibat dalam perang dengan Hamas di Gaza, setelah kelompok milisi Palestina itu melakukan serangan besar-besaran di Israel. Menurut pejabat-pejabat Israel, serangan Hamas itu menewaskan 1.400 orang, sebagian besar warga sipil.

    Israel membalas dengan serangan udara tanpa henti dan invasi darat ke Gaza, di mana lebih dari 9.200 orang, sebagian besar warga sipil, tewas menurut kementerian kesehatan Hamas.

    Perbatasan Lebanon-Israel juga sering menjadi lokasi serangan lintas perbatasan selama sebulan terakhir, dengan baku tembak antara militer Israel di satu sisi dan gerakan Hizbullah dan sekutunya-sekutunya di sisi lain.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Israel Gempur Hizbullah Usai Serangan dari Lebanon

    Tentara Israel Klaim Telah Kepung Hamas di Gaza

    Jakarta

    Tentara Israel mengklaim pasukannya telah mengepung kubu Hamas di Kota Gaza, Kamis waktu setempat. Pengepungan dilakukan setelah berhari-hari memperluas operasi darat di wilayah Palestina yang terkepung.

    “Tentara Israel telah menyelesaikan pengepungan kota Gaza, pusat organisasi teror Hamas,” kata juru bicara militer, Daniel Hagari kepada wartawan, dilansir AFP, Jumat (3/11/2023).

    Pasukan Israel telah terlibat dalam pertempuran darat yang sengit di dalam wilayah Palestina sejak Jumat malam. Bahkan ketika seruan semakin meningkat agar Israel menghentikan serangan udara dan daratnya.

    “Konsep gencatan senjata saat ini sama sekali tidak dibahas,” kata Hagari.

    Lihat Video ‘Israel Bakal Terus Menyerang, Minta Warga Gaza Pindah ke Selatan’:

    (dek/dek)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Momen Perdana Ratusan Warga Mulai Masuk Mesir dari Gaza

    Momen Perdana Ratusan Warga Mulai Masuk Mesir dari Gaza

    Jakarta

    Kondisi di Jalur Gaza masih mencekam usai tiga pekan pasukan Israel menggempur kawasan tersebut. Saat ini ratusan warga Gaza dan warga asing yang terluka mulai meninggalkan lokasi tersebut melalui jalur perbatasan Mesir.

    Peristiwa itu mulai terjadi pada Rabu (1/11). Mereka masuk ke wilayah Mesir melalui jalur perbatasan Rafah. Lokasi itu merupakan satu-satunya perlintasan yang tidak dikendalikan oleh Israel.

    Dari sejumlah foto yang diperoleh AFP, para warga yang melintasi jalur Rafah ini dalam kondisi terluka. Mereka mengaku kesulitan mendapatkan makanan dan minuman selama di Gaza.

    “Kami kewalahan… Kasihanilah kami. Kami orang Mesir dan tidak bisa menyeberang ke negara kami,” kata Umm Yussef, seorang warga negara Palestina-Mesir, kepada AFP di sisi Gaza.

    “Biarkan kami masuk. Kami kelelahan. Kami tidak bisa tidur atau makan,” imbuhnya, dikutip kantor berita AFP, Rabu (1/11/2023).

    Pemerintah Mesir mengumumkan bahwa orang-orang yang terluka, orang asing, dan berkewarganegaraan ganda dapat meninggalkan Gaza, yang telah mengalami gempuran tanpa henti selama berminggu-minggu oleh Israel.

    76 Warga Palestina Tinggalkan Gazar ke Mesir

    Sebanyak 335 orang pemegang paspor asing dan 76 warga Palestina yang mengalami luka-luka telah meninggalkan Gaza melalui pintu perbatasan Rafah – untuk pertama kalinya dalam tiga pekan terakhir.

    WNI yang berada di Gaza saat ini berjumlah 10 orang. Selain tiga relawan lembaga penyalur bantuan kemanusiaan MER-C, WNI di Gaza adalah orang yang menikah dengan warga lokal.

    Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, mengatakan tim Kemlu dari Kairo sudah berada di Rafah pada Rabu (01/11) untuk mempersiapkan kemungkinan evakuasi.

    “Diperoleh informasi kemungkinan pergerakan evakuasi WNA, termasuk WNI, melalui pintu Rafah kemungkinan, sekali lagi kemungkinan, akan dapat segera dilakukan,” ungkap Retno sebagaimana dikutip dari situs Kemlu RI.

    Retno mewanti-wanti bahwa situasinya sangat dinamis dan evakuasi kemungkinan tidak dilakukan secara sekaligus.

    “Pergerakan kemungkinan besar tidak akan dapat dilakukan secara sekaligus, tetapi bertahap dan dengan mengutamakan keselamatan. Sekali lagi, dengan mengutamakan keselamatan.”

    “Betul-betul situasi sangat dinamis. Tapi yang kita perlu pastikan adalah kalau toh ada perjalanan, maka perjalanan itu sudah mendapat jaminan keamanan dari semua pihak sehingga evakuasi dapat dilakukan dengan selamat,” papar Retno.

    Selain ratusan warga yang meninggalkan Gaza menuju Mesir, sebanyak 20 truk pengangkut bantuan diizinkan masuk ke Gaza dari Mesir. Sementara itu, di Gaza, layanan telepon dan internet terputus total, kata penyedia layanan komunikasi Paltel.

    Simak selengkapnya di halaman selanjutnya:

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Korsel Sebut Kim Jong Un Kerahkan Dukungan untuk Palestina Lawan Israel

    Korsel Sebut Kim Jong Un Kerahkan Dukungan untuk Palestina Lawan Israel

    Jakarta

    Badan Intelijen Korsel mengungkap Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un melakukan mobilisasi dukungan terhadap Palestina usai perang Hamas vs Israel. Korea Utara juga disebut terlibat jual beli senjata ke kelompok Hamas.

    Dikutip The Korean Herald, Kamis (2/11/2023), dalam audit tahun 2023 oleh Majelis Nasional yang dilakukan Rabu (1/11) waktu setempat, Direktur Badan Intelijen Nasional Kim Kyou-hyun mengatakan kepada anggota parlemen bahwa pemimpin Korea Utara diyakini telah menginstruksikan ‘berbagai dukungan’ untuk Palestina. Dukungan itu disebut untuk mendapatkan keuntungan dari perang yang terjadi.

    Kepala mata-mata Korea Selatan seperti dikutip Rep Yoo Sang-bum, sekretaris eksekutif komite intelijen Majelis, mengatakan kepada anggota parlemen bahwa Korea Utara dapat terlibat dalam perdagangan senjata dengan kelompok militan.

    Di sisi lain, Kepala mata-mata tersebut mengatakan kepada anggota parlemen bahwa Rusia kemungkinan besar menyediakan teknologi yang dapat meningkatkan peluang Korea Utara berhasil meluncurkan satelit mata-mata setelah dua kali gagal pada awal tahun ini.

    Korea Utara juga disebut memasok senjata ke Rusia untuk membantu perang melawan Ukraina, termasuk mengirimkan peluru artileri dan senjata lainnya melalui laut sejak bulan Agustus.

    Disebutkan jumlah artileri yang dikirim Korea Utara ke Rusia diperkirakan cukup untuk dua bulan untuk perang di Ukraina. Korea Utara juga dituding telah mengoperasikan pabriknya di seluruh negeri dengan kapasitas penuh untuk terus menyediakan senjata ke Rusia.

    Kepala mata-mata tersebut mengatakan kepada anggota parlemen bahwa lebih dari 80 persen serangan siber asing terhadap Korea Selatan dilakukan oleh Korea Utara dan Tiongkok. Frekuensi serangan siber yang dilakukan meningkat 32 persen sepanjang tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya.

    Dalam audit yang dilakukan hari Rabu, Partai Kekuatan Rakyat yang berkuasa dan Partai Demokrat Korea sepakat membentuk sebuah komite untuk menyelidiki kekhawatiran keamanan siber seputar Komisi Pemilihan Umum Nasional, yang pemilunya tinggal enam bulan lagi.

    Badan Intelijen Korea melakukan evaluasi keamanan siber bersama dengan Badan Internet dan Keamanan Korea sejak 17 Juli hingga 22 September dan menemukan ada kemungkinan untuk membobol database pemilih terdaftar milik pengawas pemilu nasional, mencetak surat suara tambahan, dan memanipulasi hasilnya.

    (rdh/idn)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Menhan-Menkeu Israel Cekcok Soal Pendapatan Pajak Otoritas Palestina

    Menhan-Menkeu Israel Cekcok Soal Pendapatan Pajak Otoritas Palestina

    Smotrich yang dinaungi partai nasionalis religius garis keras dan mendapat dukungan kuat dari kalangan pemukim Yahudi di Tepi Barat tersebut, merespons seruan Gallant dengan menyebutnya membuat ‘kesalahan serius’ dengan menuntut pencairan dana itu.

    Smotrich juga menegaskan dirinya tetap menentang pembayaran dana pendapatan pajak terhadap Otoritas Palestina, yang akan digunakan untuk membayar gaji sektor publik dan pengeluaran pemerintah lainnya. Dia bahkan menuduh warga Palestina di Tepi Barat mendukung serangan Hamas terhadap Israel awal bulan ini.

    “Saya tidak berniat membiarkan Negara Israel membiayai musuh-musuh kita di Yudea dan Samaria yang mendukung terorisme Hamas dan mendanai teroris 7/10 yang membunuh dan membantai kita,” sebutnya.

    Kedua menteri itu sempat terlibat perselisihan pada awal tahun ini, ketika Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu memecat Gallant karena penolakannya terhadap rencana pemerintah Israel merombak sistem peradilan, sebelum membatalkan keputusan itu usai ditentang publik secara besar-besaran.

    Sementara itu, diketahui bahwa pendapatan pajak, atau yang disebut sebagai maqasa oleh Palestina dan Israel, dikumpulkan oleh pemerintah Israel atas nama Otoritas Palestina atas impor dan ekspor Palestina. Israel, sebagai imbalannya, mendapatkan komisi sebesar 3 persen dari jumlah pendapatan yang dikumpulkan.

    Pendapatan pajak yang dikumpulkan itu diperkirakan mencapai sekitar US$ 188 juta setiap bulan, dan menjadi sumber pendapatan utama bagi Otoritas Palestina.

    (nvc/idh)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • AS Sebut Hamas Tak Bisa Jadi Masa Depan Pemerintahan Gaza

    AS Sebut Hamas Tak Bisa Jadi Masa Depan Pemerintahan Gaza

    Kirby dalam pernyataannya menyebut bahwa Hamas tidak mewakili warga Palestina yang ada di Jalur Gaza. Dia mencetuskan bahwa pemerintahan yang memiliki kepentingan terbaik dan memperhatikan aspirasi warga Palestina yang pantas memimpin Jalur Gaza di masa depan.

    “Apa pun itu, tidak bisa Hamas, dan itu harus pemerintahan yang memiliki kepentingan terbaik dan aspirasi rakyat Gaza, warga Palestina di Gaza, pada intinya, sebagai landasan, karena begitu banyak dari mereka, mereka tidak berkaitan dengan Hamas,” tegasnya.

    “Hamas tidak mewakili mereka. Kami tidak memiliki jawaban-jawaban tersebut, namun saya dapat meyakinkan Anda bahwa kami menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang sama kepada diri kami sendiri dan mitra-mitra kami, dan kami sedang berusaha melakukan upaya besar untuk memikirkan Gaza pascakonflik, dan seperti apa bentuknya,” jelas Kirby dalam pernyataannya.

    Sementara itu, saat ditanya lebih lanjut soal apakah AS berencana mengirim pasukan ke Jalur Gaza sebagai penjaga perdamaian jika Hamas disingkirkan dari daerah kantong Palestina itu, Kirby memberikan jawaban tegas.

    “Tidak ada rencana atau niat untuk menempatkan pasukan militer AS di Gaza baik sekarang atau pun di masa depan,” tegasnya.

    Sebelumnya, Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Antony Blinken menuturkan bahwa pemerintah Washington dan beberapa negara lainnya sedang mempertimbangkan ‘berbagai kemungkinan permutasi’ untuk masa depan Jalur Gaza, jika Hamas sepenuhnya disingkirkan dari kekuasaan.

    Blinken, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, mengatakan kepada Komite Alokasi Senat yang menggelar rapat pada Selasa (31/10) waktu setempat, bahwa status quo Hamas yang bertanggung jawab atas Jalur Gaza tidak bisa dilanjutkan. Di sisi lain, ujar Blinken, Israel juga tidak ingin menguasai Jalur Gaza.

    (nvc/idh)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Netanyahu Bertekad Tumpas Hamas, Apa Rencana Israel Usai Operasi Darat?

    Netanyahu Bertekad Tumpas Hamas, Apa Rencana Israel Usai Operasi Darat?

    Tel Aviv

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menolak gencatan senjata dan siap bertempur dalam waktu lama demi mewujudkan sumpahnya menumpas kelompok Hamas. Namun, pakar menilai Israel tak punya rencana pasti mencapai tujuan itu.

    Pemandangan horor yang terus menggentayangi Jalur Gaza usai perang pecah pada 7 Oktober lalu memang sekilas menunjukkan tekad Israel untuk menumpas habis Hamas.

    Tak peduli tekanan para kepala negara dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Netanyahu menolak seruan gencatan senjata dalam pernyataannya pada Senin (30/10).

    “Seruan gencatan senjata terhadap Israel sama dengan seruan bagi Israel untuk menyerah kepada Hamas, menyerah kepada terorisme,” ujar Netanyahu.

    Ia kemudian berkata, “Alkitab mengatakan, ‘Ada waktu untuk berdamai, dan ada waktu untuk berperang.’ Ini adalah waktu untuk berperang.”

    Di tengah retorika Netanyahu yang berapi-api itu, para pakar mempertanyakan rencana Israel untuk mewujudkan sumpahnya memberantas Hamas setelah perang berakhir.

    “Anda tidak dapat menggembar-gemborkan sebuah gerakan bersejarah seperti itu tanpa rencana ke depannya,” ujar kepala Studi Palestina di Pusat Moshe Dayan Universitas Tel Aviv, Michael Milshtein.

    “Anda harus melakukannya sekarang,” tuturnya.

    Sejumlah diplomat Barat mengaku sudah berdiskusi dengan Israel mengenai rencana ke depan itu, tapi hingga kini belum ada wujud konkretnya.

    “Betul-betul bukan rencana yang pasti. Anda bisa menggambarkan beberapa gagasan di atas kertas, tapi untuk mewujudkannya bakal membutuhkan waktu berminggu-minggu, berbulan-bulan diplomasi,” ujar seorang diplomat.

    Baca juga:

    Dari segi militer, sebenarnya sudah ada beberapa rencana, mulai dari mengerdilkan kemampuan militer Hamas hingga mengambil alih kendali sebagian besar wilayah Jalur Gaza.

    Namun, orang-orang yang berpengalaman menangani krisis-krisis sebelumnya ragu rencana-rencana tersebut dapat terlaksana.

    “Saya rasa tak ada solusi yang mungkin dilakukan bagi Gaza sehari setelah kita mengevakuasi pasukan,” ucap Haim Tomer, seorang mantan pejabat badan intelijen Israel, Mossad.

    Secara politik, Israel satu suara: Hamas harus dikalahkan. Menurut mereka, serangan pada 7 Oktober lalu terlampau mengerikan sehingga Hamas tak boleh lagi menguasai Gaza.

    Kendati demikian, Milshtein menekankan bahwa Hamas adalah sebuah pemikiran sehingga Israel tak bisa menghapus Hamas begitu saja.

    “Ini tidak seperti Berlin pada 1945, ketika Anda menancapkan bendera di Reichstag dan selesai,” katanya.

    Ia menganggap situasi Israel ini lebih mirip dengan Irak pada 2003 silam, ketika pasukan pimpinan Amerika Serikat berupaya menghapus jejak rezim Sadam Hussein.

    Upaya yang dikenal sebagai De-Baathifikasi itu bak bencana. Selama upaya itu digalakkan, ratusan ribu pegawai sipil Irak dan anggota pasukan bersenjata kehilangan pekerjaan, menabur benih pemberontakan yang akhirnya subur.

    Para veteran Amerika dari konflik itu saat ini berada di Israel, berbincang dengan militer setempat mengenai pengalaman mereka di titik-titik panas di Irak, seperti Falluja dan Mosul.

    “Saya berharap mereka menjelaskan kepada orang-orang Israel bahwa mereka membuat kesalahan besar di Irak. Contohnya, jangan berilusi memberangus partai berkuasa atau mengubah pikiran orang. Itu tak akan terjadi,” tutur Milshtein.

    Baca juga:

    Tak hanya pakar dari Israel, pengamat-pengamat Palestina juga memiliki pandangan serupa.

    “Hamas merupakan organisasi akar rumput. Jika mereka ingin menumpas Hamas, mereka harus melakukan pembersihan etnis di seluruh Gaza,” kata Presiden Inisiatif Nasional Palestina, Mustafa Barghouti.

    Gagasan pembersihan etnis dan pengusiran ratusan ribu warga Palestina dari Jalur Gaza ke negara tetangga, Mesir, pun mulai mengemuka.

    Sejumlah pihak Israel, termasuk mantan-mantan pejabat senior, sudah mulai sering membahas betapa penting memindahkan sementara warga Palestina dari Gaza ke Sinai.

    Mantan kepala Dewan Keamanan Nasional Israel, Giora Eiland, mengatakan satu-satunya jalan bagi Israel untuk memenuhi ambisinya tanpa membunuh banyak orang tak bersalah adalah dengan mengevakuasi warga Palestina dari Gaza.

    “Mereka harus menyeberang perbatasan ke Mesir secara sementara atau permanen,” ucapnya.

    Gagasan semacam ini lah yang paling ditakuti orang Palestina. Sebagai populasi yang punya rekam jejak panjang menjadi pengungsi, kemungkinan eksodus besar-besaran memantik ingatan akan kejadian traumatis pada 1948.

    “Kabur berarti hanya punya satu tiket pergi. Mereka tak akan mungkin bisa kembali,” ujar mantan juru bicara Organisasi Pembebasan Palestina, Diana Buttu.

    Ketakutan orang Palestina kian menjadi setelah Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, pada 20 Oktober lalu meminta Kongres menyetujui pemberian dana bantuan untuk Israel dan Ukraina.

    Hingga saat ini Israel memang belum menyatakan secara gamblang keinginan mereka agar warga Palestina melintasi perbatasan.

    Pasukan Pertahanan Israel (IDF) hanya berulang kali mendesak warga sipil ke “area-area” aman di kawasan selatan.

    Namun, Presiden Mesir, Abdel Fattah el-Sissi, sudah mewanti-wanti bahwa perang Israel di Gaza dapat menjadi “upaya untuk menekan warga sipil untuk bermigrasi ke Mesir.”

    Jika berasumsi masih ada warga Gaza di Jalur Gaza ketika perang berakhir, siapa yang akan memerintah mereka?

    “Itu pertanyaan sulit,” kata Milshtein.

    Milshstein menilai Israel harus mendukung pembentukan pemerintahan baru yang dikuasai oleh orang Gaza. Namun, orang-orang dalam pemerintahan itu harus mendukung AS, Mesir, dan mungkin Arab Saudi.

    Baca juga:

    Formasi pemerintahan itu juga harus diperkuat dengan Fatah, faksi rival Hamas di Palestina yang didepak dari Gaza setahun setelah pemilu pada 2006 silam.

    Fatah merupakan pengendali Otoritas Palestina (PA), yang berbasis di Ramallah, kota di Tepi Barat.

    Diana Buttu mengatakan PA kemungkinan secara diam-diam ingin kembali ke Gaza, tapi mereka tentu ogah “ikut menunggangi tank Israel.”

    Seorang politikus veteran Palestina yang sempat menjadi pejabat PA pada 1990-an, Hanan Ashrawi, juga tak mau pihak asing, termasuk Israel, lagi-lagi berupaya mendikte kehidupan Palestina.

    “Orang yang berpikiran bahwa ini merupakan percaturan dan mereka dapat menggerakkan beberapa pion ke sana ke mari dengan harapan gerakan checkmate pada akhirnya, itu tak akan terjadi,” ujar Ashrawi.

    “Anda mungkin bisa mendapatkan beberapa kolaborator, tapi warga Gaza tak akan menyambut baik mereka.”

    Di tengah kebuntuan ini, orang-orang yang sempat menangani perang-perang di Gaza sebelumnya pun memunculkan indikasi bahwa hampir semua solusi sudah pernah dicoba.

    Mantan pejabat Mossad, Haim Tomer, mengungkap pengalamannya setelah salah satu pertempuran di Gaza pada 2012 lalu.

    Saat itu, ia menemani direktur Mossad ke Kairo untuk pembicaraan rahasia yang berujung pada kesepakatan gencatan senjata.

    Ia bercerita bahwa saat itu, perwakilan Hamas berada “di seberang jalan”. Sebagai penengah, pejabat Mesir mondar-mandir untuk menyampaikan pesan.

    Menurutnya, mekanisme serupa dapat diterapkan lagi dalam upaya pembebasan warga yang disandera Hamas, tapi Israel kemungkinan bakal membayar lebih mahal.

    “Saya tidak peduli jika kita harus membebaskan beberapa ribu tahanan Hamas. Saya ingin warga kita kembali pulang,” tutur Tomer.

    Setelah warga berhasil diselamatkan, barulah Israel dapat memilih bakal melanjutkan operasi militer skala penuh atau gencatan senjata jangka panjang.

    Namun, pembatas fisik antara wilayah Gaza dan Israel sangat minim. Tomer pun menganggap Israel memang sudah ditakdirkan berurusan dengan Gaza selamanya.

    “Seperti duri di tenggorokan kita,” katanya.

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu