Jakarta, CNN Indonesia —
Setidaknya 137 truk yang membawa bantuan kemanusiaan sudah memasuki Gaza, Palestina di hari pertama gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Bagikan:
url telah tercopy

Jakarta, CNN Indonesia —
Setidaknya 137 truk yang membawa bantuan kemanusiaan sudah memasuki Gaza, Palestina di hari pertama gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Bagikan:
url telah tercopy

Jakarta, CNN Indonesia —
Israel telah menerima daftar sandera yang akan dibebaskan oleh Hamas. Daftar itu didapat pada hari pertama gencatan senjata antara Hamas dengan Israel di Jalur Gaza.
Penerimaan daftar ini menyusul pembebasan 24 orang yang ditahan Hamas beberapa waktu lalu. Pemerintah Israel mengkaji daftar tersebut.
“Pejabat-pejabat keamanan Israel sedang mengecek ulang daftar tersebut,” kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dilansir Reuters, Sabtu (25/11).
Tiga belas orang dari tahanan yang dibebaskan adalah warga Israel. Ada pula 10 orang pekerja Thailand dan seorang warga Filipina yang dibebaskan bersamaan.
Tahanan-tahanan itu telah diserahkan ke otoritas Mesir di perbatasan Rafah. Delapan orang anggota Palang Merah Internasional ikut serta dalam penerimaan para tahanan.
“Mereka kemudian dibawa ke Israel untuk pemeriksaan kesehatan dan bertemu kerabat,” tulis Reuters.
Pada saat bersamaan, Israel membebaskan 39 warga Palestina yang mereka tahan. Tahanan-tahanan itu terdiri dari anak-anak dan perempuan.
Sebelumnya, Israel dan Hamas menyetujui gencatan senjata selama empat hari. Selama gencatan senjata itu, mereka sepakat untuk membebaskan para tahanan.
Jalur bantuan kemanusiaan pun dibuka melalui Rafah. Organisasi Bulan Sabit Merah Palestina menyebut 196 truk konvoi mengirim bantuan kemanusiaan pada Jumat (24/11).
Bantuan ini disebut menjadi yang terbesar setelah serangan Israel ke Gaza beberapa pekan lalu. Sekitar 1.759 truk telah memasuki daerah tersebut sejak 21 Oktober.
Presiden AS Joe Biden mengatakan ada peluang nyata untuk memperpanjang gencatan senjata di Gaza. Peluang ini penting untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Dia tak ingin berspekulasi berapa lama perang Israel-Hamas akan berlangsung. Ketika ditanya pada konferensi pers apa harapannya, dia mengatakan tujuan Israel untuk melenyapkan Hamas adalah sah namun sulit.
(dhf/pmg)
[Gambas:Video CNN]

Sampang (beritajatim.com) – Polisi tengah memburu pelaku pembunuhan seorang wanita berambut pirang berinisial SW (29), warga Pemalang, Jawa Tengah. SW menjadi korban pembunuhan di Kabupaten Sampang, Jawa Timur.
Satreskrim Polres Sampang, telah memintai keterangan tiga orang saksi. Hasil pemeriksaan tersebut telah mengarah kepada terduga pelaku.
Kasat Reskrim Polres setempat, Iptu Edi Eko Purnomo mengatakan. Dalam proses penyelidikan, sebanyak tiga orang saksi telah diperiksa.
“Untuk saksi ini yang berada di Tempat Kejadian Perkara (TKP),” terangnya, Sabtu (25/11/2023).
Ia menambahkan, saat ini pihaknya masih melakukan penyelidikan terhadap orang yang diduga sebagai pelaku.
“Tunggu perkembangan selanjutnya nanti akan kita update,” ujarnya.
BACA JUGA:
Perempuan Tewas dengan Luka Tusuk di Sampang, Polisi Amankan Sejumlah Barang Bukti
Seperti yang diberitakan sebelumnya, wanita berambut pirang dengan kondisi terluka dan berlumuran darah, tergeletak di pinggir jalan Dusun Toroi, Desa Kara, Kecamatan Torjun, Kabupaten Sampang.
Kasi Humas Polres Sampang, Ipda Sujianto, membenarkan adanya peristiwa tersebut, bahwa ada seorang perempuan meninggal di pinggir jalan yang ditemukan sekira pukul 14:00 WIB, Kamis (16/11/2023) kemarin.
Ia menjelaskan, korban pertama kali ditemukan oleh warga dalam kondisi terluka dan berlumuran darah. Selanjutnya, warga melarikan ke Puskesmas Torjun untuk mendapatkan perawatan medis.
BACA JUGA:
Gelar Istighosah dan Penggalangan Dana di Sampang, FPPP Kumpulkan Rp32 Juta untuk Palestina
“Sayangnya, nyawa korban tidak tertolong dan meninggal,” tegasnya.
Lanjut Sujianto, setelah itu pihak Puskesmas merujuk untuk dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Mohammad Zyn guna dilakukan autopsi.
“Korban kemudian dievakuasi ke rumah sakit, untuk dilakukan autopsi,” tandasnya. [sar/beq]

Jakarta –
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) gagal lagi menciptakan konsensus untuk menghentikan perang antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza. Penyebabnya, Amerika Serikat (AS), dan Inggris menentang rencana resolusi karena menyebut soal gencatan senjata.
Sidang Dewan Keamanan PBB sebelumnya juga gagal menyepakati resolusi soal Jalur Gaza, termasuk karena adanya dua veto dari AS. Situasi ini semakin menggarisbawahi kompleksitas dalam mencapai konsensus mengenai masalah penting ini.
Diketahui bahwa resolusi Dewan Keamanan PBB berbeda dengan resolusi Majelis Umum PBB, yang dalam rapat darurat pada akhir Oktober lalu berhasil meloloskan resolusi yang menyerukan ‘gencatan senjata kemanusiaan segera’ di Jalur Gaza.
Resolusi Majelis Umum PBB soal gencatan senjata itu mendapatkan 122 suara dukungan dan 14 suara menolak, dengan sebanyak 55 negara lainnya abstain. Meskipun didukung mayoritas negara anggota, resolusi Majelis Umum PBB tidak mengikat dan hanya mencerminkan sikap berbagai negara.
Sementara itu, resolusi Dewan Keamanan PBB diketahui bersifat mengikat secara hukum, dan bisa digunakan untuk menuntut Israel agar menerima gencatan senjata atau jeda kemanusiaan di Jalur Gaza.
Seperti dilansir CNN, Selasa (7/11/2023), Dewan Keamanan PBB menggelar sidang tertutup pada Senin (6/11), waktu setempat. Sidang itu diharapkan bisa menghasilkan resolusi untuk menangani perang dan krisis kemanusiaan di Gaza.
Rancangan resolusi tersebut, sebelumnya disusun oleh kelompok E-10, yang terdiri dari 10 negara anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.
Namun, AS dan Inggris yang sama-sama merupakan anggota tetap Dewan Keamanan PBB, dan memiliki hak veto, menentang rancangan resolusi tersebut.
Negara-negara Barat, khususnya AS dan Inggris, menolak isi resolusi yang menyertakan seruan gencatan senjata di Jalur Gaza. Padahal, seruan gencatan senjata telah didukung oleh beberapa anggota Dewan Keamanan PBB lainnya.
Lihat juga Video ‘Israel Rilis Video Pengeboman Jalur Masuk Terowongan Hamas’:
Selanjutnya: AS ingin jeda kemanusiaan.
AS, sekutu dekat Israel, lebih mendorong ‘jeda kemanusiaan’ dibandingkan gencatan senjata di Jalur Gaza. Mereka juga belum menentukan berapa lama jeda dalam pertempuran akan diberlakukan.
Wood menyatakan bahwa pembahasan soal jeda kemanusiaan sedang berlangsung. “Dan kami tertarik untuk membahas hal tersebut,” ujarnya.
Namun demikian, lanjut Wood, ada juga perbedaan pendapat dalam Dewan Keamanan PBB mengenai apakah hal itu bisa diterima.
Duta Besar China Jun Zhang, secara terpisah, menyerukan sentimen senada yang disampaikan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres, dengan menekankan bahwa ‘Gaza menjadi kuburan bagi anak-anak’. Dia menyerukan gencatan senjata segera untuk memfasilitasi penyaluran bantuan kemanusiaan.
“Saat kita berbicara saat ini, warga sipil Palestina terus dibunuh. Anak-anaklah yang paling terkena dampaknya, seperti yang telah disampaikan oleh beberapa pejabat AS. Gaza menjadi kuburan bagi anak-anak. Tidak ada yang aman,” tegasnya.
Dalam sidang Dewan Keamanan PBB pada awal pekan ini, negara-negara anggota mendengarkan penjelasan dari para pejabat kemanusiaan PBB soal situasi keamanan yang mengerikan di daerah kantong Palestina tersebut.
Selanjutnya: Israel tolak gencatan senjata.
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menolak gencatan senjata tanpa adanya pembebasan sandera yang ditahan Hamas di Jalur Gaza. Namun dia mempertimbangkan ‘jeda taktis’ demi memfasilitasi masuknya bantuan kemanusiaan atau pembebasan sandera.
Seperti dilansir Al Arabiya dan Al Jazeera, Selasa (7/11), serangan udara Israel terhadap Jalur Gaza dan operasi darat menargetkan Hamas masih berlanjut. Menurut otoritas kesehatan Gaza, sedikitnya 10.000 orang tewas akibat serangan Israel selama sebulan terakhir.
Gempuran Israel itu menjadi respons atas serangan mengejutkan Hamas pada 7 Oktober lalu, yang menurut para pejabat Tel Aviv, menewaskan lebih dari 1.400 orang dan membuat 240 orang disandera di Jalur Gaza. Tidak hanya warga sipil dan tentara Israel, sejumlah warga negara asing juga menjadi sandera Hamas.
Baik Israel dan Hamas menolak tekanan internasional yang semakin besar untuk menerapkan gencatan senjata di Jalur Gaza. Israel meminta Hamas membebaskan para sandera terlebih dahulu, sedangkan Hamas menyatakan enggan membebaskan sandera atau menghentikan pertempuran saat Jalur Gaza terus diserang.
Ketika ditanya apakah dirinya bersedia menerima jeda kemanusiaan di Jalur Gaza dalam wawancara dengan media terkemuka Amerika Serikat (AS), ABC News, Netanyahu menjawab: “Ya, tidak akan ada gencatan senjata, tidak ada gencatan senjata secara umum di Gaza tanpa pembebasan para sandera.”
Namun dia menambahkan soal kemungkinan adanya ‘jeda taktis’ yang berlangsung sebentar demi membuka akses untuk bantuan kemanusiaan atau membuka peluang untuk pembebasan sandera oleh Hamas.
“Namun untuk jeda taktis sebentar — satu jam di sini, satu jam di sana — kami sudah pernah melakukan itu sebelumnya,” ucap Netanyahu dalam wawancara dengan ABC News seperti dilansir Reuters.
“Saya kira kami akan memeriksa keadaannya, demi memungkinkan barang-barang, barang-barang kemanusiaan, bisa masuk, atau para sandera, sandera individu, bisa pergi,” cetusnya.
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

Gaza –
Jumlah korban tewas terus bertambah seiring serangan Israel terhadap militan Palestina makin intens. Total korban jiwa di Gaza sudah mencapai 10 ribu orang.
Dilansir AFP, Selasa (7/11/2023), diketahui Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah berjanji tidak akan menyerah meskipun ada seruan untuk gencatan senjata. Pejabat Israel mengatakan hal itu buntut serangan Hamas pada 7 Oktober yang menyebabkan 1.400 orang tewas di Israel, yang menurutnya sebagian besar warga sipil, dan menyebabkan lebih dari 240 orang disandera.
Gedung Putih mengatakan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Netanyahu membahas potensi ‘jeda taktis’ dalam panggilan telepon pada Senin (6/11) kemarin.
Namun tidak ada kesepakatan yang diumumkan kedua pihak. Selain itu, kedua pihak tidak membicarakan kemungkinan gencatan senjata kemanusiaan, yang menurut PBB sangat diperlukan.
Korban tewas akibat serangan Israel di Gaza terus bertambah. Foto: REUTERS/MOHAMMED SALEM
Sementara itu, Kementerian Kesehatan menyebut korban tewas di Gaza termasuk lebih dari 4.000 anak-anak. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan kepada wartawan bahwa wilayah yang dibombardir itu menjadi ‘kuburan bagi anak-anak’.
Biden sebelumnya mempertanyakan validitas angka yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Gaza, meskipun juru bicara Pentagon pada Senin mengakui bahwa korban sipil berjumlah ribuan.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya
Pasukan darat dengan tank telah membanjiri bagian utara Jalur Gaza dan memperketat pengepungan Kota Gaza, yang secara efektif membagi wilayah tersebut menjadi dua.
Tentara Israel mengatakan mereka telah menggempur Gaza dengan serangan ‘signifikan’ terhadap 450 sasaran selama 24 jam sejak Minggu pagi, dan pasukannya menargetkan komandan Hamas di terowongan bawah tanah.
Korban tewas akibat serangan Israel di Gaza terus bertambah. Foto: REUTERS/MOHAMMED SALEM
“Kami akan mampu membongkar Hamas, benteng demi benteng, batalion demi batalion, sampai kami mencapai tujuan akhir, yaitu menyingkirkan Jalur Gaza – seluruh Jalur Gaza – dari Hamas,” kata juru bicara militer Israel Jonathan Conricus.
Namun pejabat tinggi Hamas di Lebanon, Osama Hamdan, mengatakan kelompok tersebut-yang militannya menembakkan 16 roket dari Lebanon ke arah Israel utara pada Senin kemarin, tidak akan pernah menerima pemerintahan boneka di Gaza dan mengatakan bahwa “tidak ada kekuatan di bumi yang dapat memusnahkannya”.
Sementara itu, pemberontak Huthi di Yaman yang didukung Iran mengklaim bahwa mereka telah melancarkan serangan pesawat tak berawak baru terhadap Israel, meningkatkan kampanye serangan yang mengganggu di tengah kekhawatiran perang dapat meluas.
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

Jakarta –
Ratusan aktivis Yahudi di Amerika Serikat menggelar aksi damai menduduki Patung Liberty di New York untuk menuntut gencatan senjata, dan diakhirinya “bombardir genosida” terhadap warga sipil di Gaza.
Mengenakan kaos hitam bertuliskan slogan-slogan “Yahudi menuntut gencatan senjata sekarang” atau “Bukan atas nama kami,” para pengunjuk rasa membentangkan spanduk bertuliskan “Seluruh dunia menyaksikan” dan “Warga Palestina harus bebas” dalam aksi pada Senin (6/11) waktu setempat.
“Kata-kata terkenal dari nenek moyang Yahudi kami, Emma Lazarus, yang terukir di monumen ini mendorong kami untuk mengambil tindakan mendukung warga Palestina di Gaza yang ingin bernapas lega,” kata Jay Saper dari Jewish Voice for Peace (JVP), penyelenggara acara tersebut, dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip AFP dan Al Arabiya, Selasa (7/11/2023).
Emma Lazarus adalah aktivis abad ke-19 yang membantu pengungsi Yahudi yang melarikan diri ke New York dari Eropa.
Pernyataan tersebut mengutip puisi Lazarus “New Colossus,” yang diukir di dasar Patung Liberty sebagai syair untuk para imigran AS.
Para peserta dari Institute for Middle East Understanding menuntut “diakhirinya bombardir genosida Israel terhadap warga sipil Palestina di Gaza.”
“Selama masyarakat Gaza berteriak, kami perlu berteriak lebih keras, tidak peduli siapa yang mencoba membungkam kami,” kata fotografer Nan Goldin, yang berdiri di samping beberapa pejabat terpilih setempat, beberapa di antaranya memiliki akar kuat dalam politik kiri.
Kota New York, yang terkenal sebagai tempat berkumpulnya para migran, selama sebulan terakhir telah diramaikan oleh aksi-aksi demonstrasi pro-Israel dan pro-Palestina.
Kota ini adalah rumah bagi sekitar dua juta umat Yahudi dan ratusan ribu umat Muslim, dan sejauh ini terhindar dari kekerasan apa pun terkait konflik tersebut, meskipun ketegangan masih terlihat jelas di tempat-tempat tertentu seperti kampus-kampus.
Sebelumnya, pada hari Sabtu lalu, puluhan ribu demonstran, beberapa dibawa oleh Jewish Voice for Peace (JVP), berkumpul di Washington untuk menyerukan gencatan senjata segera di Jalur Gaza, dan mengecam kebijakan AS yang mendukung Israel.
Pada akhir Oktober, ribuan pengunjuk rasa, sebagian besar dikumpulkan oleh JVP, menduduki stasiun Grand Central di Manhattan dengan tuntutan yang sama.
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

Washington DC –
Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dilaporkan berencana memasok sejumlah bom berpresisi tinggi ke Israel, yang sedang berperang melawan Hamas di Jalur Gaza. Pasokan bom berpresisi tinggi itu disebut bernilai mencapai US$ 320 juta (Rp 5 triliun).
Seperti dilansir Al Arabiya dan Reuters, Selasa (7/11/2023), rencana AS memasok bom ke Israel itu diungkapkan oleh media terkemuka Wall Street Journal (WSJ) dalam laporan terbarunya, yang mengutip sumber yang memahami rencana tersebut.
Laporan WSJ menyebut pemerintahan Biden telah mengirimkan pemberitahuan resmi kepada Kongres AS pada 31 Oktober lalu, soal rencana memasok bom presisi bernama ‘Spice Family Gliding Bom Assemblies’, merupakan sejenis senjata berpemandu presisi yang ditembakkan dari jet tempur.
Berdasarkan perjanjian tersebut, menurut laporan WSJ, produsen senjata Rafael USA akan memasok bom tersebut ke perusahaan induknya di Israel, Rafael Advanced Defense Systems, untuk digunakan oleh Kementerian Pertahanan Israel.
Namun disebutkan juga bahwa pasokan bom itu telah diminta oleh Israel sebelum serangan mengejutkan Hamas terjadi pada 7 Oktober lalu.
“Senjata tersebut diminta oleh Israel sebelum tanggal 7 Oktober, dengan pemberitahuan awal dan informal yang dikirimkan kepada para pemimpin Kongres awal tahun ini,” sebut WSJ dalam laporannya.
Informasi soal kesepakatan senjata ini mencuat saat perang berkecamuk di Jalur Gaza, dengan Israel terus menggempur daerah kantong Palestina itu untuk merespons serangan Hamas sebulan lalu. Laporan terbaru otoritas kesehatan Gaza menyebut lebih dari 10.000 orang tewas akibat serangan Israel.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres, pada Senin (6/11) waktu setempat, memperingatkan bahwa Jalur Gaza menjadi ‘kuburan bagi anak-anak’.
“Operasi darat oleh Angkatan Bersenjata Israel dan pengeboman yang terus berlanjut, menghantam warga sipil, rumah sakit, kamp pengungsi, masjid, gereja, dan fasilitas PBB — termasuk tempat penampungan. Tidak ada yang aman,” sebut Guterres.
“Pada saat yang sama, Hamas dan militan-militan lainnya menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia dan terus meluncurkan roket tanpa pandang bulu ke arah Israel,” imbuhnya.
Dalam pernyataannya, Guterres kembali menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera di Jalur Gaza.
“Bencana yang sedang terjadi membuat kebutuhan akan gencatan senjata kemanusiaan menjadi semakin mendesak seiring berjalannya waktu,” cetus Guterres.
“Pihak-pihak yang berkonflik — dan tentu saja, masyarakat internasional — menghadapi tanggung jawab mendesak dan mendasar: menghentikan penderitaan kolektif yang tidak manusiawi ini dan secara dramatis memperluas bantuan kemanusiaan ke Gaza,” ujarnya.
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu