Negara: Palestina

  • Arab Saudi Umumkan Donasi Rp 625 Miliar untuk UNRWA

    Arab Saudi Umumkan Donasi Rp 625 Miliar untuk UNRWA

    Riyadh

    Arab Saudi mengumumkan donasi sebesar USD 40 juta atau setara Rp 625,8 miliar untuk badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk pengungsi Palestina, UNRWA, yang sedang menghadapi pemotongan pendanaan besar-besaran dan seruan pembubaran yang dicetuskan oleh Israel.

    Seperti dilansir AFP, Kamis (21/3/2024), Pusat Bantuan Kemanusiaan Raja Salman (KSrelief) mengumumkan pada Rabu (20/3) bahwa pendanaan itu akan mendukung “upaya bantuan kemanusiaan UNRWA di Jalur Gaza”, yang dilanda perang selama lima bulan terakhir.

    “Pendanaan ini akan menyediakan makanan bagi lebih dari 250.000 orang dan tenda untuk 20.000 keluarga,” sebut KSrelief dalam pernyataannya.

    UNRWA yang dibentuk tahun 1949 silam berada di bawah pengawasan ketat setelah Israel menuduh belasan pegawai badan PBB itu terlibat dalam serangan mematikan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan memicu perang di Jalur Gaza.

    Banyak negara telah menangguhkan pendanaan mereka untuk UNRWA, meskipun PBB mengatakan bahwa Israel belum memberikan bukti apa pun atas tuduhannya. PBB telah meluncurkan penyelidikan internal dan independen terhadap tuduhan-tuduhan yang muncul terkait UNRWA.

    “Sangat penting untuk memenuhi kebutuhan mendesak masyarakat di Gaza,” ucap kepala KSrelief, Abdullah al-Rabeeah, dalam pernyataannya.

    Kepala UNRWA Phillipe Lazzarini, dalam pernyataannya, menyebut donasi dari Riyadh “mencerminkan solidaritas yang selalu ditunjukkan oleh Kerajaan (Saudi) kepada warga Palestina”.

    UNRWA mempekerjakan sekitar 30.000 orang di wilayah-wilayah Palestina yang diduduki, termasuk 13.000 staf di wilayah Jalur Gaza, dan di negara-negara tetangga seperti Yordania, Lebanon dan Suriah.

    Lazzarini yang merupakan seorang veteran dalam badan PBB dan mengurusi misi kemanusiaan lainnya, mengatakan bulan lalu bahwa dirinya meyakini tujuan Israel adalah “menghancurkan UNRWA” yang telah sejak lama berada di garis depan upaya bantuan dan pendidikan di Jalur Gaza.

    Upaya bantuan kemanusiaan telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir, termasuk pengiriman bantuan melalui udara dan peluncuran koridor kemanusiaan maritim dari Siprus.

    Namun PBB dan lembaga bantuan lainnya memperingatkan bahwa bantuan-bantuan itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan mendesak di Jalur Gaza yang kini ada di ambang bencana kelaparan.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Israel Gempur Tepi Barat, 5 Orang Termasuk Komandan Jihad Islam Tewas

    Israel Gempur Tepi Barat, 5 Orang Termasuk Komandan Jihad Islam Tewas

    Tepi Barat

    Rentetan serangan udara dari militer Israel menghantam dua lokasi berbeda di wilayah Tepi Barat pada Rabu (20/3) sore dan Kamis (21/3) dini hari. Total sedikitnya lima orang, termasuk komandan Jihad Islam, tewas dalam serangan di area Jenin dan di area kamp pengungsi Nur Shams.

    Seperti dilansir Reuters dan AFP, Kamis (21/3/2024), serangan udara Israel menghantam area Jenin di Tepi Barat pada Rabu (20/3) sore waktu setempat. Serangan itu dilaporkan menewaskan sedikitnya tiga warga Palestina, termasuk seorang komandan Jihad Islam, dan melukai satu orang lainnya.

    Jenin selama ini diyakini menjadi markas kuat faksi bersenjata Palestina di Tepi Barat bagian utara.

    Serangan udara Israel pada Rabu (20/3) sore waktu setempat itu menghantam sebuah mobil yang berisi empat petempur Palestina di area Jenin, dengan dua orang di antaranya merupakan anggota senior kelompok Jihad Islam, sekutu Hamas.

    Ratusan orang, termasuk para pemuda yang menembakkan senapan otomatis ke udara, menghadiri pemakaman ketiga warga Palestina yang tewas dalam serangan Israel di Jenin tersebut pada Rabu (20/3) malam waktu setempat.

    Serangan udara Israel lainnya terjadi pada Kamis (21/3) dini hari waktu setempat, dengan militer Israel menyebut pasukannya melancarkan operasi di area kamp pengungsi Palestina di Nur Shams, yang berbatasan dengan kota Tulkarem di Tepi Barat bagian barat laut

    Sedikitnya dua warga Palestina, yang disebut memberikan “ancaman” bagi tentara Israel, tewas dalam serangan itu.

    Kementerian Kesehatan Otoritas Palestina, dalam pernyataan terpisah, melaporkan bahwa dua orang tewas akibat serangan Israel di kamp Nur Shams. Jenazah kedua korban tewas telah dievakuasi ke rumah sakit di Tulkarem.

    Tindak kekerasan semakin meningkat di Tepi Barat sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza pada Oktober lalu.

    Menurut Otoritas Palestina, setidaknya 430 warga Palestina tewas dibunuh oleh tentara Israel atau para pemukim Yahudi di Tepi Barat sejak perang dimulai dan ribuan orang lainnya ditangkap.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Sentilan PBB ke Israel Pakai ‘Senjata’ Kelaparan Adalah Kejahatan

    Sentilan PBB ke Israel Pakai ‘Senjata’ Kelaparan Adalah Kejahatan

    Jakarta

    Kepala Hak Asasi Manusia (HAM) PBB Volter Turk menyentil Israel yang menyerang wilayah Gaza, Palestina. Menurut Turk, militer Israel menggunakan kelaparan sebagai senjata perang.

    PBB menyorot tentang pembatasan ketat Israel terhadap bantuan ke Gaza. PBB menyebut pembatasan ditambah serangan militer berarti Israel menggunakan kelaparan sebagai “senjata perang”, dan hal ini merupakan “kejahatan perang”.

    Dalam sebuah pernyataan yang dikecam oleh Israel, Turk mengatakan, “Situasi kelaparan adalah akibat dari pembatasan ekstensif Israel terhadap masuknya dan distribusi bantuan kemanusiaan dan barang-barang komersial.”

    Hal itu terkait dengan “pengungsian sebagian besar penduduk, serta kehancuran infrastruktur sipil yang penting”, katanya.

    “Besarnya pembatasan yang dilakukan Israel terhadap masuknya bantuan ke Gaza, dan cara mereka terus melakukan permusuhan, mungkin berarti penggunaan kelaparan sebagai metode perang, yang merupakan kejahatan perang,” imbuhnya seperti dikutip dari kantor berita AFP, Rabu (20/3/2024).

    Juru bicara Turk, Jeremy Laurence, mengatakan kepada wartawan di Jenewa, Swiss bahwa keputusan akhir apakah “kelaparan digunakan sebagai senjata perang” akan ditentukan oleh pengadilan.

    Kelaparan akan segera terjadi

    Komentar Turk tersebut disampaikan setelah penilaian keamanan pangan yang didukung PBB menetapkan bahwa wilayah Gaza sedang menghadapi kelaparan.

    Tanpa gelombang bantuan, kelaparan akan menimpa 300.000 orang di bagian utara Gaza yang dilanda perang pada bulan Mei, katanya.

    Misi diplomatik Israel di Jenewa menolak pernyataan Turk, dan bersikeras bahwa dia berusaha “sekali lagi menyalahkan Israel atas situasi ini dan sepenuhnya melepaskan tanggung jawab PBB dan Hamas”.

    “Meskipun terjadi serangan roket, penyekapan sandera-sandera kami, tindakan kejahatan murni pada tanggal 7 Oktober, Israel berkomitmen untuk memfasilitasi bantuan kemanusiaan ke Gaza,” kata misi diplomatik Israel tersebut, dan menegaskan bahwa “Israel berperang dengan Hamas, bukan rakyat Palestina”.

    Negara tersebut, ujarnya, “melakukan segala cara untuk mengaliri Gaza dengan bantuan, termasuk melalui darat, udara dan laut”.

    “PBB juga harus mengambil tindakan,” imbuhnya.

    Selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Kanada Stop Kirim Senjata

    Kanada, sekutu utama Amerika Serikat, yang memberikan bantuan militer miliaran dolar kepada Israel setiap tahunnya, telah mengurangi pengiriman senjatanya ke Israel menjadi peralatan tidak mematikan seperti radio, setelah serangan Hamas pada 7 Oktober.

    “Situasi di lapangan membuat kami tidak bisa mengekspor peralatan militer apa pun,” kata seorang pejabat pemerintah Kanada yang tidak ingin disebutkan namanya kepada AFP, Rabu (20/3/2024).

    Menteri Luar Negeri Kanada Melanie Joly mengatakan kepada surat kabar Toronto Star pada hari Selasa (19/3), bahwa Ottawa akan menghentikan ekspor senjata ke Israel di masa depan.

    Israel mengecam keputusan tersebut, dan Menteri Luar Negeri Israel Katz mengatakan keputusan tersebut “merusak hak Israel untuk membela diri melawan Hamas.”

    “Sejarah akan menilai tindakan Kanada saat ini dengan keras,” katanya dalam sebuah postingan di platform media sosial X

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Warga Gaza Korban Tewas Akibat Serangan Israel Tembus 31.645 Jiwa

    Warga Gaza Korban Tewas Akibat Serangan Israel Tembus 31.645 Jiwa

    Jakarta

    Korban tewas akibat invasi Israel di Gaza, Palestina, terus bertambah. Kini, korban tewas telah mencapai 31.645 orang.

    Dilansir Al Arabiya, Minggu (17/3/2024), korban tewas terus bertambah setiap hari sejak Israel melakukan invasi ke Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023. Selain korban tewas, ada 73.676 orang terluka.

    “Setidaknya 31.645 orang telah tewas di wilayah tersebut selama lebih dari lima bulan perang antara Israel dan militan Palestina,” kata Kementerian Kesehatan Gaza.

    Kemenkes Gaza mengatakan ada 92 korban yang meninggal dunia dalam 24 jam terakhir. Sementara 73.676 orang terluka sejak konflik dimulai.

    “73.676 orang terluka di Gaza sejak perang dimulai ketika militan Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober,” katanya.

    Israel telah menggempur Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh kelompok Hamas pada bulan Oktober 2023. Serangan Hamas menewaskan 1.200 warga di Israel.

    Sementara itu dalam pernyataan terbarunya, Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan tentara Israel akan melancarkan serangan darat di Rafah, Gaza. Netanyahu menegaskan Israel tidak akan menghentikan serangan meskipun dikecam berbagai negara.

    Sementara itu dilansir Al Arabiya, Netanyahu mengatakan tidak akan pernah melupakan serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 lalu. Netanyahu menegaskan kembali bahwa Israel akan melanjutkan serangannya di Gaza, termasuk di kota Rafah, dan mengevakuasi warga sipil dari zona pertempuran.

    “Kepada teman-teman kita di komunitas internasional saya berkata: apakah ingatan Anda begitu pendek? Begitu cepatnya Anda melupakan tanggal 7 Oktober, pembantaian terburuk yang dilakukan terhadap orang Yahudi sejak Holocaust?” kata Netanyahu mengatakan pada awal pertemuan kabinetnya.

    “Sebegitu cepatnya Anda siap menolak hak Israel untuk mempertahankan diri melawan monster Hamas?” imbuhnya.

    (whn/rfs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Dikecam Berbagai Negara, Netanyahu Tetap Luncurkan Serangan ke Rafah

    Dikecam Berbagai Negara, Netanyahu Tetap Luncurkan Serangan ke Rafah

    Jakarta

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan tentara Israel akan melancarkan serangan darat di Rafah, Gaza. Netanyahu menegaskan Israel tidak akan menghentikan serangan meskipun tekanan datang dari internasional.

    “Tekanan internasional sebesar apa pun tidak akan menghentikan kami mewujudkan seluruh tujuan perang. Untuk melakukan hal ini, kami juga akan beroperasi di Rafah,” kata Netanyahu dalam rapat kabinet berdasarkan video yang dirilis oleh kantornya, dilansir AFP, Minggu (17/3/2024).

    Sementara itu dilansir Al Arabiya, Netanyahu mengatakan tidak akan pernah melupakan serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 lalu. Netanyahu menegaskan kembali bahwa Israel akan melanjutkan serangannya di Gaza, termasuk di kota Rafah, dan mengevakuasi warga sipil dari zona pertempuran.

    “Kepada teman-teman kita di komunitas internasional saya berkata: apakah ingatan Anda begitu pendek? Begitu cepatnya Anda melupakan tanggal 7 Oktober, pembantaian terburuk yang dilakukan terhadap orang Yahudi sejak Holocaust?” kata Netanyahu mengatakan pada awal pertemuan kabinetnya.

    “Sebegitu cepatnya Anda siap menolak hak Israel untuk mempertahankan diri melawan monster Hamas?” imbuhnya.

    Hamas Tawarkan Gencatan Senjata

    Perang di Gaza, Palestina, telah berlangsung hampir 6 bulan. Hamas sebelumnya memberikan proposal gencatan senjata permanen di Gaza yang terbagi dalam tiga tahap.

    Dilansir Al Jazeera, Minggu (17/3), Hamas telah mengajukan rencana gencatan senjata baru untuk mengakhiri perang di Gaza yang mencakup pembebasan tawanan Israel dengan imbalan tahanan Palestina.

    Berdasarkan keterangan sumber yang dilaporkan Al Jazeera, masing-masing tahap akan berlangsung selama 42 hari. Pada tahap pertama, Hamas mengatakan pasukan Israel harus mundur dari jalan al-Rashid dan Salah al-Din untuk memungkinkan kembalinya warga Palestina yang kehilangan tempat tinggal dan masuknya bantuan.

    Pada tahap kedua, gencatan senjata permanen harus diumumkan sebelum pertukaran tentara yang ditangkap dapat dimulai. Sementara, tahap ketiga akan mencakup proses rekonstruksi di Gaza dan mencabut pengepungan Israel di wilayah kantong tersebut.

    (whn/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Hamas Tawarkan Rencana Gencatan Senjata Permanen di Gaza, Terbagi 3 Tahap

    Hamas Tawarkan Rencana Gencatan Senjata Permanen di Gaza, Terbagi 3 Tahap

    Gaza

    Perang di Gaza, Palestina, telah berlangsung hampir 6 bulan. Kini, Hamas memberikan proposal gencatan senjata permanen di Gaza yang terbagi dalam tiga tahap.

    Dilansir Al Jazeera, Minggu (17/3/2024), Hamas telah mengajukan rencana gencatan senjata baru untuk mengakhiri perang di Gaza yang mencakup pembebasan tawanan Israel dengan imbalan tahanan Palestina.

    100 orang tahanan di antaranya sedang menjalani hukuman seumur hidup. Gencatan senjata ini akan dilakukan dalam tiga fase.

    Berdasarkan keterangan sumber yang dilaporkan Al Jazeera, masing-masing tahap akan berlangsung selama 42 hari. Pada tahap pertama, Hamas mengatakan pasukan Israel harus mundur dari jalan al-Rashid dan Salah al-Din untuk memungkinkan kembalinya warga Palestina yang kehilangan tempat tinggal dan masuknya bantuan.

    Salah al-Din adalah jalan arteri utama yang membentang dari utara ke selatan di Gaza. Berdasarkan proposal yang dilihat Reuters, Hamas menawarkan pembebasan awal warga Israel akan mencakup perempuan, anak-anak, orang tua dan tawanan yang sakit dengan imbalan 700 hingga 1.000 tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.

    Hamas mengatakan 50 tahanan Palestina yang mereka pilih – 30 di antaranya menjalani hukuman seumur hidup – harus dibebaskan dengan imbalan pembebasan satu perempuan tentara cadangan Israel yang ditawan di Gaza.

    Pada tahap kedua, gencatan senjata permanen harus diumumkan sebelum pertukaran tentara yang ditangkap dapat dimulai. Sementara, tahap ketiga akan mencakup proses rekonstruksi di Gaza dan mencabut pengepungan Israel di wilayah kantong tersebut.

    Negosiasi selama berhari-hari dengan Hamas bulan ini mengenai gencatan senjata di Gaza gagal mencapai terobosan sebelum dimulainya bulan suci Ramadan. Para mediator Qatar, Mesir dan Amerika Serikat menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk mencoba mempersempit perbedaan antara Israel dan Hamas mengenai seperti apa gencatan senjata yang akan terjadi karena krisis kemanusiaan yang semakin parah.

    Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi berusaha mencapai gencatan senjata di Gaza, meningkatkan pengiriman bantuan ke jalur tersebut dan memungkinkan pengungsi Palestina di wilayah selatan dan tengah wilayah kantong tersebut untuk pindah ke wilayah utara.

    “Kita berbicara tentang mencapai gencatan senjata di Gaza, yang berarti gencatan senjata, memberikan bantuan dalam jumlah terbesar,” katanya.

    El-Sisi memperingatkan bahaya serangan Israel ke Rafah di Gaza selatan di perbatasan dengan Mesir, yang kini menjadi rumah bagi lebih dari separuh populasi Gaza yang berjumlah 2,3 juta orang.

    Sekretaris Jenderal Inisiatif Nasional Palestina, Mustafa Barghouti, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa proposal terbaru ini ‘jauh lebih fleksibel dan terbuka’ dibandingkan dengan proposal sebelumnya.

    “Hal terpenting yang menjadi perselisihan di sini adalah bahwa Hamas dan gerakan perlawanan bersikeras bahwa orang-orang yang diusir secara paksa, melalui pemboman dari rumah mereka, akan diizinkan kembali ke utara dan Israel ingin melakukan diskriminasi (terhadap mereka),” ujarnya.

    “Bayangkan – mereka ingin mengizinkan perempuan dan anak-anak tetapi tidak mengizinkan laki-laki. Mereka ingin memecah setiap keluarga menjadi dua bagian, dan itu tidak bisa diterima,” sambung Barghouti.

    Israel mendeklarasikan perang di Gaza dengan alasan untuk menghancurkan Hamas usai serangan Hamas ke wilayah mereka yang menewaskan 1.200 orang pada 7 Oktober 2023. Militer Israel kemudian melakukan serangan besar-besaran dan menyebabkan lebih dari 30 ribu warga Gaza tewas, lebih dari 70 ribu terluka dan jutaan orang menjadi pengungsi.

    Lihat juga Video: Hizbullah: Netanyahu Bakal Kalah Perang Meski Invasi Rafah

    (haf/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Keji! 29 Warga Gaza Tewas Diserang Israel Saat Antre Bantuan

    Keji! 29 Warga Gaza Tewas Diserang Israel Saat Antre Bantuan

    Gaza City

    Sedikitnya 29 warga Palestina dilaporkan tewas akibat dua serangan militer Israel di wilayah Jalur Gaza. Otoritas kesehatan Gaza menyebut puluhan warga Palestina itu sedang antre menunggu bantuan kemanusiaan saat tiba-tiba digempur militer Israel pada Kamis (14/3) waktu setempat.

    Namun, militer Israel, dalam pernyataannya, membantah telah menyerang pusat penyaluran bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza. Demikian seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Jumat (15/3/2024),

    Laporan otoritas kesehatan Gaza menyebut bahwa dalam serangan pertama, sedikitnya delapan orang tewas akibat serangan udara terhadap pusat distribusi bantuan di area kamp Al-Nuseirat, Jalur Gaza bagian tengah.

    Dalam serangan kedua, masih menurut otoritas kesehatan Gaza, sedikitnya 21 orang tewas dan lebih dari 150 orang lainnya mengalami luka-luka akibat rentetan tembakan pasukan Israel terhadap kerumunan yang menunggu kedatangan truk pengangkut bantuan kemanusiaan di area bundaran Gaza bagian utara.

    Menanggapi laporan tersebut, militer Israel membantah keras bahwa pasukannya telah menyerang pusat-pusat penyaluran bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza. Militer Israel menggambarkan laporan dan klaim itu sebagai “salah”.

    “Laporan pers soal pasukan Israel menyerang puluhan warga Gaza di titik distribusi bantuan adalah sebuah kesalahan,” tegas militer Israel dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP.

    “Ketika IDF (Angkatan Bersenjata Israel) memeriksa insiden tersebut dengan ketelitian yang layak, kami mendesak media untuk melakukan hal yang sama dan hanya mengandalkan informasi yang kredibel,” tegas pernyataan itu.

    Saksikan juga ‘Meski Dikecam Dunia, Netanyahu Tetap Ngotot Akan Invasi Rafah’:

    Perang yang berkecamuk di Jalur Gaza sejak awal Oktober tahun lalu telah memaksa sebagian besar dari total 2,3 juta jiwa penduduk Jalur Gaza untuk mengungsi. Situasi kacau dan insiden mematikan terjadi selama penyaluran bantuan kemanusiaan ketika orang-orang yang sangat kelaparan berebut makanan.

    Dalam insiden pada 29 Februari lalu, otoritas kesehatan Palestina mengklaim pasukan Israel menembak mati lebih dari 100 warga Palestina saat mereka menunggu kedatangan truk pengangkut bantuan di dekat Gaza City.

    Tel Aviv, pada saat itu, menyebut kematian terjadi karena kerumunan orang mengepung truk-truk pengangkut bantuan hingga saling berdesakan hingga terinjak atau terlindas kendaraan yang ada di lokasi.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Ulah Israel Tega-teganya Serbu Gudang Bantuan UNRWA di Rafah

    Ulah Israel Tega-teganya Serbu Gudang Bantuan UNRWA di Rafah

    Jakarta

    Tindakan tega dilakukan Israel dengan menyerang gudang penyimpanan bantuan Badan PBB untuk Pengungsi Palestina, UNRWA, di Rafah, Jalur Gaza bagian selatan, Palestina. Serangan itu pun menewaskan empat orang.

    Dilansir AFP, Kamis (14/3/2024), UNRWA mengatakan “salah satu stafnya tewas dan 22 lainnya terluka” dalam serangan Israel yang menghantam pusat distribusi makanannya di kota selatan Gaza, Rafah.

    Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza, yang dikuasai Hamas, mengatakan empat orang tewas dalam “pengeboman gudang” termasuk staf UNRWA Husni Youssef Mussa Abu Jazar.

    Korban lain yang tewas dalam serangan itu adalah Muhammad Abu Hasna, seorang petugas polisi Hamas yang bertanggung jawab atas keamanan di pusat UNRWA.

    Militer Israel menuduh Abu Hasna seorang “teroris Hamas”. Dalam sebuah pernyataan, Israel mengatakan Abu Hasna terbunuh dalam “serangan tepat” di Rafah.

    Tentara merilis video hitam-putih serangan tersebut, tanpa menyebutkan lokasi pastinya di Rafah.

    Serangan mematikan ini menyoroti kekhawatiran atas memburuknya kondisi kemanusiaan di Gaza, di mana kampanye militer Israel untuk melenyapkan Hamas telah berlangsung sejak serangan kelompok Palestina pada 7 Oktober di Israel selatan.

    Ia menambahkan bahwa Abu Hasna “mengkoordinasikan kegiatan berbagai unit Hamas”, memimpin “ruang operasi intelijen”, dan “juga terlibat dalam mengambil kendali bantuan kemanusiaan dan mendistribusikannya kepada Hamas.”

    Israel Akan Invasi Rafah

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menegaskan akan melanjutkan operasi militer hingga ke Rafah. Padahal, dunia internasional menekan agak Tel Aviv tidak menginvasi Rafah.

    Seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Rabu (13/3/2024), suara yang menyerukan agar pasukan darat Israel tidak menginvasi Rafah semakin meningkat. Rafah yang terletak dekat perbatasan Mesir, merupakan salah satu daerah terakhir yang relatif aman yang menjadi tempat berlindung bagi 1,5 juta pengungsi Palestina.

    “Kami akan menyelesaikan pekerjaan di Rafah, sambil memungkinkan para penduduk sipil untuk terhindar dari bahaya,” tegas Netanyahu dalam pidato via video yang ditayangkan dalam konferensi organisasi AIPAC yang pro-Israel di Washington DC, Amerika Serikat (AS), pada Selasa (12/3) waktu setempat.

    Selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Ini merupakan kesekian kalinya Netanyahu menegaskan pasukan Israel akan melancarkan serangan darat terhadap Rafah, meskipun ada banyak seruan internasional, termasuk dari sekutunya AS, agar Tel Aviv tidak menginvasi kota tersebut.

    Penegasan terbaru Netanyahu itu muncul ketika para pemimpin Uni Eropa berencana mendesak Israel agar tidak melancarkan operasi darat ke Rafah, yang dimuat dalam draf kesimpulan untuk pertemuan puncak Uni Eropa.

    “Dewan Eropa mendesak pemerintah Israel untuk menahan diri dari operasi darat di Rafah, di mana lebih dari satu juta warga Palestina saat ini mencari keselamatan dari pertempuran dan mencari akses terhadap bantuan kemanusiaan,” demikian penggalan draf kesimpulan pertemuan puncak Uni Eropa.

    Draf itu membutuhkan persetujuan dari 27 pemimpin negara anggota Uni Eropa untuk bisa diadopsi dalam pertemuan puncak pada 21-22 Maret mendatang.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Presiden Palestina Tunjuk Mohammad Mustafa Jadi Perdana Menteri Baru

    Presiden Palestina Tunjuk Mohammad Mustafa Jadi Perdana Menteri Baru

    Jakarta

    Presiden Palestina Mahmud Abbas telah menunjuk Perdana Menteri baru pengganti Mohammad Shtayyeh yang mengundurkan diri. Mahmud Abbas menunjuk Mohammad Mustafa sebagai Perdana Menteri baru Palestina.

    Dilansir AFP, Jumat (15/3/2024), penunjukan Mustafa terjadi kurang dari tiga minggu setelah Mohammad Shtayyeh mengundurkan diri. Pria berusia 69 tahun itu kini menghadapi tugas membentuk pemerintahan baru untuk Otoritas Palestina, yang memiliki kekuasaan terbatas di beberapa wilayah Tepi Barat yang diduduki Israel.

    Mustafa, yang belajar di Universitas George Washington di Washington, adalah anggota komite eksekutif independen Organisasi Pembebasan Palestina – yang didominasi oleh gerakan Fatah yang berkuasa.

    Ia pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri untuk urusan ekonomi, Dewan di Dana Investasi Palestina, dan bekerja di sejumlah posisi senior di Bank Dunia. Dia juga pernah menjadi penasihat pemerintah Kuwait dan dana kekayaan negara Arab Saudi, Dana Investasi Publik.

    Sebagai informasi, perang Gaza pecah setelah militan Hamas menyerang Israel selatan pada 7 Oktober 2023 lalu, yang mengakibatkan kematian sekitar 1.160 orang, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP atas angka-angka Israel.

    Serangan balasan militer Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 31.341 orang. Kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan wilayah tersebut.

    (maa/maa)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Pilu Pasien Kanker Ditolak Lintasi Perbatasan Rafah Saat Akan Berobat

    Pilu Pasien Kanker Ditolak Lintasi Perbatasan Rafah Saat Akan Berobat

    Jakarta

    “Obat saya sudah habis. Saya sangat lelah. Saya hampir tidak bisa melihat depan saya. Kemoterapi saya sudah lama usai,” kata Siham.

    Perempuan berusia 62 tahun itu menderita leukemia. Sebelum perang pecah, dia dirawat di Rumah Sakit Persahabatan Palestina-Turki di Gaza tengah satu-satunya rumah sakit kanker di Jalur Gaza.

    Siham adalah satu dari sekitar 10.000 pasien kanker yang tidak bisa mendapatkan perawatan atau obat-obatan sejak rumah sakit ditutup pada pekan pertama November tahun lalu karena kurangnya bahan bakar.

    Seperti warga Palestina lainnya yang terlantar di Gaza PBB memperkirakan ada 1,7 juta orang Siham meninggalkan rumahnya di utara ketika pemukimannya terkena serangan udara.

    Ketika kami berbicara dengannya, ia sedang berlindung bersama putrinya, yang baru saja melahirkan bayinya, di sebuah sekolah di Rafah yang dikelola oleh badan PBB untuk pengungsi Palestina, yakni UNRWA.

    Siham sudah berusaha berbulan-bulan untuk keluar dari Gaza demi mendapat perawatan yang dapat menyelamatkan nyawanya, namun ia ditolak di perbatasan Rafah sebanyak lima kali sejak perang dimulai.

    Saat ini, perbatasan Rafah merupakan satu-satunya jalan keluar dari Gaza.

    ‘Apakah hidup kami tidak penting?’

    Mesir, Turki, Uni Emirat Arab dan Yordania telah berjanji untuk merawat ribuan pasien kanker seperti Siham, serta mereka yang terluka dalam perang.

    Adapun sebuah daftar berisi nama-nama orang yang diizinkan untuk pergi yang diterbitkan setiap harinya.

    Nama Siham pertama kali muncul dalam daftar yang diterbitkan pada 19 November untuk evakuasi ke Turki.

    Namun, ia ditolak oleh agen ketika dia tiba di perbatasan.

    Siham sudah kehabisan obat dan belum menerima perawatan sejak rumah sakit Persahabatan Palestina Turki tutup pada November lalu (BBC)

    “Mereka mengatakan utusan Turki belum tiba. Apakah hidup kami tidak sepenting kedatangan utusan Turki? Bagaimana seseorang bisa keluar? Atau apakah karena kami tidak memiliki orang dalam?” katanya.

    Agen perbatasan Palestina mengatakan bahwa karena utusan Turki tidak ada untuk menerima Siham, mereka tidak bisa membiarkannya keluar. Tetapi kami telah berbicara dengan orang-orang lain yang diperbolehkan melakukan perjalanan ke Turki pada hari itu.

    Mona Al Shorafi didiagnosis menderita kanker payudara tiga tahun lalu, dan menerima perawatan di Yerusalem sebelum 7 Oktober.

    Ia telah mengkoordinasikan inisiatif untuk memberikan dukungan psikologis bagi penderita kanker lainnya dan menunggu tiga hari lagi untuk sesi kemoterapi berikutnya ketika perang dimulai.

    “Kami harus meninggalkan rumah kami dan tinggal di tempat penampungan dan sekolah dengan banyak keluarga lain, dan kami sangat khawatir karena sistem kekebalan tubuh kami lemah,” katanya.

    Baca juga:

    Nama Mona ada di dalam daftar evakuasi yang sama dengan Siham pada 19 November. Ia diizinkan melewati perbatasan ke Mesir, dan naik pesawat ke Ankara bersama lebih dari 130 orang lainnya.

    Ia bahkan diizinkan untuk membawa dua putrinya yang masih kecil, meskipun setiap pasien hanya diizinkan secara resmi membawa satu pendamping.

    “Saya memutuskan jika mereka tidak memperbolehkan salah satu putri saya pergi, maka saya tidak akan keluar, saya tidak bisa meninggalkan mereka,” kata Mona.

    Sementara, suami Mona dan anak-anaknya masih tinggal di sebuah tenda di daerah Tal Al Sultan di Rafah.

    Otoritas perbatasan Palestina di Gaza tidak menanggapi pertanyaan kami tentang mengapa Siham tidak diperbolehkan untuk pergi.

    Kami telah berbicara dengan dua pasien kanker lainnya yang ditolak di perbatasan meskipun nama mereka tercantum di dalam daftar evakuasi.

    BBCMona Al Shorafi diperbolehkan membawa kedua putrinya ke Turki, di mana dia menerima perawatan untuk kanker payudara.

    Salah satu dari mereka, yang tidak ingin disebutkan namanya, memberi tahu kami bahwa dia juga seharusnya pergi pada 19 November, tetapi percaya bahwa dia ditolak karena pendampingnya adalah putranya yang masih kecil.

    Ia mengatakan otoritas perbatasan Palestina lebih memilih pendamping perempuan bagi pengungsi, untuk mengurangi kemungkinan bahwa mereka yang pergi bisa menjadi pejuang Hamas.

    Pasien lain, yang seharusnya dievakuasi ke Uni Emirat untuk perawatan pada Desember diberitahu di perbatasan bahwa para pejabat tidak dapat menemukan namanya.

    Dr Sobhi Skaik, Direktur Rumah Sakit Persahabatan Turki di Gaza, mengatakan kepada kami bahwa dari sekitar 10.000 pasien kanker Gaza, “hanya sekitar 3.800 nama telah diberi izin untuk meninggalkan Gaza untuk perawatan di luar negeri”.

    “Namun kenyataannya hanya sekitar 600 telah meninggalkan Jalur Gaza sejak awal perang, baik orang dewasa atau anak-anak “.

    Bagaimana cara kerja proses evakuasi?

    Kami telah berbicara dengan dokter di Gaza, pejabat kementerian kesehatan di Tepi Barat, dan diplomat Palestina di Mesir untuk lebih memahami proses evakuasi yang rumit.

    Seorang dokter atau rumah sakit di Gaza menominasikan pasien yang membutuhkan perawatan medis paling mendesak ke kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza.

    Nama-nama itu kemudian dikirim ke pihak pemerintah Mesir, yang melakukan pemeriksaan keamanan. Setelah Mesir menyetujuinya, daftar tersebut kemudian diperiksa oleh otoritas Israel, yang juga harus menyetujui nama-nama tersebut.

    Sesudah daftar akhir disetujui, dokumen itu dibagikan kepada negara-negara yang mengatakan mereka bersedia menerima pasien dan dipublikasikan secara daring.

    Setiap kelompok pasien disetujui untuk pergi pada tanggal tertentu. Namun, apakah seorang pasien akhirnya diizinkan untuk keluar dari Gaza tergantung pada keputusan penjaga perbatasan Palestina.

    Baca juga:

    Ketika ditanya mengapa banyak pasien tidak diizinkan lewat, Kementerian Pertahanan Israel mengatakan kepada kami:

    “Perbatasan Rafah berada di bawah kuasa Mesir. Oleh karena itu, dari pihak Israel, tidak ada pembatasan jumlah pasien yang dapat menyeberang perbatasan Rafah untuk mendapatkan perawatan medis di luar Jalur Gaza.”

    Kementerian Kesehatan Mesir, Kementerian Luar Negeri Mesir, dan otoritas perbatasan Palestina menolak menjawab pertanyaan kami tentang proses evakuasi pasien dari Gaza.

    Pemerintah Turki mengatakan pada awal November bahwa mereka bersedia menerima hingga 1.000 pasien kanker, sementara Uni Emirat Arab mengumumkan bahwa mereka juga akan menerima 1.000 pasien kanker dan 1.000 anak-anak yang terluka.

    Para pejabat Turki mengatakan kepada kami bahwa negara itu saat ini sedang merawat beberapa ratus pasien kanker dan terluka dari Gaza, dan bersedia menerima ratusan lainnya.

    “Jika Gaza memberi kami daftar 600 orang, kami tidak memilah-milah [pasien yang boleh masuk]. Bagi kami, semakin banyak pasien dan orang terluka yang dapat dikirim, semakin baik,” kata seorang pejabat Turki.

    “Kami memiliki kapasitas untuk merawat mereka semua,” lanjutnya.

    Uang sebagai jalan keluar

    Tetapi, ada cara-cara lain yang digunakan orang agar bisa keluar dari Gaza.

    Perang itu menimbulkan monopoli yang menguntungkan bagi satu agen perjalanan Mesir, Hala, yang dilaporkan mengenakan biaya US$ 5.000 (setara Rp77,8 juta) per orang bagi warga Palestina yang ingin meninggalkan Gaza dalam waktu satu hingga dua pekan.

    Sebelum perang, mereka menetapkan harga US$350 (setara Rp5,45 juta) per orang untuk pergi dari Gaza ke Mesir.

    Setelah 7 Oktober, harganya meroket menjadi hampir US$12.000 (Rp186,9 juta) per orang, sebelum perusahaan membatasinya menjadi US$5.000 untuk orang dewasa Palestina dan US$2.500 (Rp38,9 juta) untuk anak-anak meskipun Hala tidak secara resmi mempromosikan ini.

    Biaya evakuasi untuk satu orang dewasa melebihi empat kali gaji tahunan rata-rata di Gaza.

    Di luar kantor Hala di Kairo, orang-orang berkerumun setiap hari, mencoba untuk mendapatkan kesempatan untuk keluar dari Gaza.

    Baca juga:

    Seorang pria Palestina, yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan bahwa dia harus membayar untuk memasuki kantor Hala, dan melakukan pembayaran tambahan sebesar US$300 (Rp4,67 juta) kepada seorang staf Hala demi memasukkan keluarganya ke dalam daftar evakuasi.

    Ini merupakan biaya tambahan di luar US$10.000 (Rp155,7 juta) yang dia bayar untuk mengevakuasi istri dan dua anaknya.

    Kami berbicara dengan 10 orang yang menggunakan layanan Hala untuk meninggalkan Gaza. Mereka mengaku telah membayar hingga US$4.000 (Rp62,3 juta) kepada karyawan untuk mendapatkan perlakuan istimewa ketika mengevakuasi keluarga mereka.

    Beberapa dari mereka telah pergi dan beberapa masih menunggu untuk pergi.

    BBCOrang-orang berkerumun di luar kantor Hala di Kairo berharap untuk memasukan nama anggota keluarga mereka dalam daftar evakuasi.

    Permintaan yang tinggi juga memunculkan pasar sekunder berupa agen perantara yang memanfaatkan keputusasaan warga Palestina dengan keluarga yang terperangkap di Gaza dan mengklaim mereka bisa menaruh nama mereka di peringkat atas daftar evakuasi dengan harga tertentu.

    Seorang perantara di Mesir mengatakan kepada seorang perempuan bahwa dia bisa mengeluarkan dana US$2.500 tambahan untuk memasukan keluarganya di Gaza ke dalam daftar evakuasi.

    Dalam pesan suara yang ia bagikan kepada kami, agen itu mengatakan bahwa kontaknya di Hala “harus menerima uang di tangan” sebelum dia mendaftarkan nama dan bersikeras:

    “Saya melakukan ini untuk membantu Anda, saya bahkan tidak mengambil sepeser pun.”

    Keluar dari Gaza berkat koneksi politik

    Berbeda dengan Siham dan sebagian besar warga Palestina, orang-orang yang paling terhubung di Gaza dapat pergi tanpa mengeluarkan uang sama sekali.

    Kami menemukan nama-nama warga Palestina yang meninggalkan Gaza dengan menyamar sebagai warga negara Mesir.

    Mereka mengatakan kepada kami bahwa mereka dibantu meninggalkan Gaza oleh orang-orang dengan koneksi politik, yang telah menambahkan nama mereka ke daftar warga Mesir.

    Seorang perempuan, yang putranya membutuhkan perawatan medis mendesak, mengatakan orang-orang dengan koneksi politik membantu mereka masuk ke daftar VIP khusus, yang tidak dipublikasikan secara daring.

    Ia mengatakan kepada kami bahwa nama putranya “tidak muncul dalam daftar kementerian kesehatan. Namanya ada di daftar khusus lain” yang dibacakan di perbatasan.

    Baca juga:

    Baik Hala maupun Kementerian Luar Negeri Mesir tidak menanggapi pertanyaan kami tentang kegiatan perusahaan itu.

    Di Gaza, waktu hampir habis untuk Siham dan pasien kanker lainnya, yang terjebak dalam situasi suram dan birokrasi di perbatasan.

    Karena sudah putus asa dan ingin membantu ibunya pergi, putranya Saqr memberi tahu kami bahwa dia mencoba mengatur agar Siham bisa dievakuasi melalui perusahaan Hala.

    “Jika kami punya uang, kami tidak akan ragu-ragu. Ketika kami bertanya tentang evakuasi pribadi, mereka mengatakan minimum yang diminta Hala adalah US$5.000 (sekitar Rp77,8 juta), tetapi kami tidak mampu membayar US$5.000. “

    Setelah upaya pertamanya untuk menyeberang, Siham kembali ke perbatasan empat kali lagi untuk melihat apakah mereka akan membiarkannya lewat, karena namanya sudah disetujui.

    Namun dia ditolak, dan kesehatannya sekarang memburuk dengan cepat.

    “Saya hampir tidak bisa berjalan selangkah tanpa merasa pusing sekarang. Saya tidak tahu apa yang sedang mereka tunggu,” katanya.

    Berita terkait

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini