Negara: Palestina

  • 5 Tentara Israel Tewas di Gaza Utara, Ditembak Rekan Sendiri

    5 Tentara Israel Tewas di Gaza Utara, Ditembak Rekan Sendiri

    Gaza City

    Militer Israel melaporkan lima tentaranya tewas dalam pertempuran di wilayah Jalur Gaza bagian utara. Namun Tel Aviv mengungkapkan bahwa kelima tentaranya itu kehilangan nyawa akibat tembakan rekan sesama tentara Israel.

    Seperti dilansir AFP, Kamis (16/5/2024), militer Israel dalam pernyataannya menyebut lima tentaranya tewas “dalam pertempuran” di Jalur Gaza bagian utara pada Rabu (15/5) malam. Area itu menjadi lokasi pertempuran sengit terbaru antara pasukan Israel dan militan Hamas yang berperang selama tujuh bulan terakhir.

    Awalnya militer Israel tidak menjelaskan lebih lanjut soal penyebab kematian tentara-tentaranya itu.

    Namun kemudian militer Israel mengakui bahwa kelima tentaranya tewas akibat tembakan rekan sesama tentara, atau terkena “friendly fire”, saat bertempur melawan militan Hamas.

    Saat diminta untuk mengonfirmasi laporan media yang menyebut lima tentaranya tewas akibat tembakan sesama tentara Israel, salah satu juru bicara militer Tel Aviv menjawab singkat: “Iya.”

    Dalam pernyataan terbaru, militer Israel menyebut kelima tentara yang tewas berasal dari Batalion Penerjun Payung yang ditugaskan ke Jalur Gaza bagian utara.

    “Lima tentara dari Batalion Penerjun Payung ke-202 tewas tadi malam dalam insiden yang menimbulkan korban massal akibat tembakan pasukan kami,” demikian pernyataan terbaru militer Israel.

    Disebutkan juga bahwa tujuh tentara Israel lainnya mengalami luka-luka dalam insiden yang sama.

    Lebih lanjut, militer Israel dalam pernyataannya menjelaskan bahwa dua tank, yang terlibat pertempuran sengit di area tersebut, melepaskan tembakan ke arah sebuah rumah yang digunakan oleh seorang wakil komandan batalion Israel.

    “Penembakan itu melibatkan dua peluru tank. Dari penyelidikan awal…tampaknya para petempur tank, dari kompi penerjun payung Hetz ultra-Ortodoks, mengidentifikasi laras senapan yang keluar dari salah satu jendela bangunan, dan saling membidik satu sama lain untuk menembak ke arah bangunan itu,” sebut militer Israel dalam penjelasannya.

    Kematian lima tentaranya itu menambah jumlah personel militer Israel yang terbunuh dalam perang melawan Hamas di Jalur Gaza. Sedikitnya 278 tentara Israel, menurut data otoritas Tel Aviv, tewas di Jalur Gaza sejak serangan darat dilancarkan pada 27 Oktober tahun lalu.

    Pertempuran berkobar kembali dalam beberapa hari terakhir di Jalur Gaza bagian utara. Juru bicara militer Israel menyebut ada “upaya-upaya Hamas untuk membangun kembali kemampuan militernya” beberapa bulan setelah Israel menyatakan struktur komando kelompok militan itu dimusnahkan.

    Pertempuran sengit dan pengeboman besar-besaran oleh militer Israel dilaporkan melanda area kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza bagian utara dan kamp pengungsi Nuseirat di Jalur Gaza bagian tengah, sejak pasukan Tel Aviv melancarkan operasi “terarah” yang fokus pada Rafah di selatan daerah kantong Palestina itu pada awal Mei.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • PM Malaysia Bertemu Bos Hamas di Qatar, Bahas Apa?

    PM Malaysia Bertemu Bos Hamas di Qatar, Bahas Apa?

    Doha

    Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim bertemu pemimpin Hamas Ismail Haniyeh saat berkunjung ke Qatar. Dalam pertemuan itu, Anwar mendesak Israel untuk menghentikan kekejaman terhadap warga Palestina.

    Seperti dilansir Channel News Asia, Selasa (14/5/2024), pertemuan antara Anwar dan Haniyeh itu terjadi saat sang PM Malaysia melakukan kunjungan ke Qatar selama tiga hari. Anwar disebut bertemu dengan delegasi Hamas yang dipimpin oleh Haniyeh dan mantan pemimpin kelompok itu, Khaled Mashal.

    Hamas yang menguasai Jalur Gaza diketahui memiliki kantor biro politik di Doha, Qatar.

    Disebutkan bahwa dalam pertemuan itu, para pemimpin Hamas memberikan penjelasan kepada Anwar soal situasi terkini di Jalur Gaza, terutama di Rafah.

    Anwar, dalam postingan Facebook-nya pada Selasa (14/5), menyerukan Israel untuk membebaskan semua tahanan Palestina dan menyetujui rencana perdamaian.

    Dia juga mengatakan bahwa Malaysia akan terus memainkan perannya dalam upaya menghentikan serangan terhadap Rafah dan mengerahkan lebih banyak upaya untuk membantu korban perang di Jalur Gaza.

    Israel berencana melancarkan serangan darat secara besar-besaran terhadap Rafah, yang diyakini menjadi benteng besar terakhir Hamas di Jalur Gaza. Serangan militer terhadap kota itu berlanjut hingga Senin (13/5) waktu setempat, yang membuat warga sipil bergegas mencari keselamatan.

    “Sejak konflik pecah (hampir) delapan bulan lalu, ratusan ribu warga Palestina terbunuh dan terluka dengan separuh wilayah Gaza hancur permanen akibat kebrutalan rezim Zionis,” sebut Anwar dalam pernyataannya.

    “Malaysia mengapresiasi kesediaan Hamas untuk membebaskan para tahanan, terutama anak-anak dan perempuan, dan untuk menerima rencana perdamaian dari dunia Arab, OKI (Organisasi Kerja Sama Islam), dan masyarakat internasional,” imbuhnya.

    Pertemuan di Qatar itu menjadi pertemuan tatap muka yang pertama dengan Haniyeh sejak Anwar menjabat PM Malaysia. Anwar sebelumnya sudah dua kali bertemu Haniyeh, yakni tahun 2019 lalu dan tahun 2020 ketika pemimpin Hamas itu berkunjung ke Malaysia.

    Dalam kunjungannya, seperti dilaporkan kantor berita Bernama, Anwar juga bertemu dua pemimpin tertinggi Qatar untuk membahas konflik di Jalur Gaza. Dia menyebut kedua negara menyepakati bahwa semua pihak harus berperan dalam mencari solusi untuk mengakhiri penderitaan rakyat Palestina.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Israel Dituduh Aniaya Tahanan Palestina, AS Serukan Penyelidikan

    Israel Dituduh Aniaya Tahanan Palestina, AS Serukan Penyelidikan

    Washington DC

    Israel dituduh melakukan penganiayaan terhadap para tahanan Palestina, yang disebut ditutup matanya dan dipukuli. Amerika Serikat (AS) sebagai sekutu dekat mengakui prihatin dan menyerukan Tel Aviv menyelidiki laporan yang disampaikan oleh media terkemuka CNN tersebut.

    Seperti dilansir AFP, Selasa (14/5/2024), CNN dalam laporannya menyebut pihaknya berbicara dengan tiga whistleblower Israel di pangkalan Sde Teiman di gurun Negev, yang menjadi tempat menahan atau menampung warga Palestina yang luka-luka selama operasi militer di Jalur Gaza.

    Salah satu whistleblower yang dikutip CNN menunjukkan sejumlah foto dan berbicara soal para tahanan Palestina yang ditutup matanya dan diperintahkan duduk tegak serta tidak boleh berbicara, dengan para penjaga meneriakkan “diam” kepada mereka dalam bahasa Arab.

    Laporan CNN menyebut bahwa bagian lainnya dari kamp itu merupakan fasilitas medis di mana para dokter mengamputasi anggota tubuh tahanan yang luka-luka akibat diborgol terlalu lama.

    Disebutkan CNN dalam laporannya bahwa kamp itu menampung sekitar 70 tahanan yang berada dalam situasi penahanan ekstrem, serta menjadi lokasi sebuah rumah sakit lapangan, di mana beberapa tahanan yang terluka “diikat” ke tempat tidur dengan menggunakan popok dan diberi makan melalui sedotan.

    Salah satu whistleblower yang enggan disebut namanya mengatakan kepada CNN bahwa para tahanan dipukuli bukan untuk mengumpulkan informasi intelijen, tetap “sebagai balas dendam” atas serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober tahun lalu yang memicu perang.

    Menanggapi laporan itu, Angkatan Bersenjata Israel (IDF) mengatakan pihaknya sedang memeriksa setiap tuduhan pelanggaran dan mengaku tidak mengetahui adanya insiden “pemborgolan yang melanggar hukum”.

    Sementara itu, saat dimintai tanggapan soal tuduhan itu, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Vedant Patel menyampaikan keprihatinannya.

    “Kami prihatin dengan tuduhan itu, dan kami sedang menyelidiki tuduhan itu dan tuduhan-tuduhan pelecehan lainnya terhadap warga Palestina di dalam tahanan,” ucap Patel dalam pernyataan kepada wartawan setempat.

    Dia mengatakan bahwa AS telah memberitahu Israel jika mereka memiliki “kewajiban untuk menyelidiki secara menyeluruh” tuduhan-tuduhan pelanggaran hukuman kemanusiaan internasional yang kredibel.

    “Kami sudah memperjelas dan konsisten dengan negara mana pun, termasuk Israel, bahwa mereka harus memperlakukan semua tahanan secara manusiawi, secara bermartabat, dan sesuai dengan hukum internasional dan harus menghormati hak asasi para tahanan,” sebut Patel.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • AS Bilang Apa yang Terjadi di Gaza Bukan Genosida

    AS Bilang Apa yang Terjadi di Gaza Bukan Genosida

    Washington DC

    Penasihat keamanan nasional Amerika Serikat (AS), Jake Sullivan, mengatakan pemerintahan Presiden Joe Biden tidak menganggap pembunuhan warga Palestina oleh militer Israel dalam perang yang berkecamuk di Jalur Gaza adalah genosida.

    Namun Sullivan mengakui bahwa Tel Aviv seharusnya bisa melakukan lebih banyak hal untuk melindungi warga sipil tidak bersalah yang terjebak perang di Jalur Gaza. Demikian seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Selasa (14/5/2024).

    “Kami meyakini Israel bisa dan harus berbuat lebih banyak hal untuk menjamin perlindungan dan kesejahteraan warga sipil yang tidak bersalah,” ucap Sullivan dalam pernyataan kepada wartawan setempat.

    “Kami tidak meyakini apa yang terjadi di Gaza adalah genosida. Kami dengan tegas menolak anggapan tersebut,” tegasnya.

    Dalam pernyataan kepada wartawan, Sullivan mengatakan bahwa AS ingin melihat Hamas dikalahkan. Namun dia juga memperingatkan bahwa warga sipil Palestina yang terjebak di tengah-tengah perang bagaikan berada “di neraka”.

    Lebih lanjut, Sullivan menegaskan kembali penolakan yang disampaikan berulang kali oleh pemerintahan Biden terhadap operasi militer besar-besaran Israel terhadap Rafah, Jalur Gaza bagian selatan. Dia menyebut operasi militer terhadap Rafah adalah sebuah kesalahan.

    Menurut Sullivan, AS prihatin dengan invasi Israel terhadap Rafah yang disebutnya tidak mempertimbangkan “apa yang akan terjadi selanjutnya”. Dia merujuk pada operasi militer besar-besaran Israel di Jalur Gaza bagian utara dan kemudian kembalinya militan Hamas.

    Sullivan dalam pernyataannya juga menyampaikan keprihatinan atas laporan para pemukim Israel yang menyerang konvoi bantuan kemanusiaan yang sedang dalam perjalanan ke perlintasan perbatasan Erez di Jalur Gaza bagian utara. Insiden itu menjadi yang kedua dalam waktu kurang dari seminggu.

    “Sangat disayangkan ada orang yang menyerang dan menjarah barang-barang ini. Ini benar-benar perilaku yang tidak bisa diterima,” ucapnya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Gawat, Sistem Kesehatan di Gaza Bisa Kolaps Beberapa Jam Lagi

    Gawat, Sistem Kesehatan di Gaza Bisa Kolaps Beberapa Jam Lagi

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan bahwa sistem kesehatan di wilayah Palestina yang terkepung itu kini berada di ambang kehancuran. Disebutkan bahwa sistem kesehatan di Gaza hanya “beberapa jam lagi” sebelum kolaps, setelah pertempuran menghalangi pengiriman bahan bakar melalui penyeberangan utama.

    “Kita hanya beberapa jam lagi menuju kolapsnya sistem kesehatan di Jalur Gaza karena kurangnya bahan bakar yang diperlukan untuk mengoperasikan generator di rumah sakit, ambulans, dan [kendaraan] untuk mengangkut para staf,” kata Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir media Al Arabiya, Selasa (14/5/2024).

    Sebelumnya pada hari Senin (13/5) waktu setempat, pasukan Israel bergerak lebih jauh ke dalam wilayah tepi utara Gaza untuk merebut kembali wilayah di mana mereka mengklaim telah mengalahkan Hamas beberapa bulan yang lalu. Sementara di ujung lain dari daerah kantong tersebut, tank-tank dan tentara Israel terus maju ke kota Rafah.

    Militer Israel mengatakan pada hari Minggu lalu, bahwa mereka telah membuka perlintasan perbatasan baru ke Gaza utara sebagai “bagian dari upaya untuk meningkatkan jalur bantuan.”

    Sebelumnya, kelompok Hamas menanggapi pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden yang menyebut gencatan senjata akan terwujud di Jalur Gaza jika Hamas membebaskan para sandera yang tersisa. Hamas mengecam Biden atas pernyataan itu, dan menyebutnya sebagai “kemunduran” dalam perundingan gencatan senjata.

    “Kami mengutuk sikap Presiden AS ini, kami menganggapnya sebagai kemunduran dari hasil perundingan putaran terbaru, yang mengarah pada persetujuan gerakan ini terhadap proposal yang diajukan para mediator,” demikian pernyataan Hamas, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Senin (13/5/2024).

    Pernyataan Biden yang dikecam Hamas itu disampaikan pada Sabtu (11/5) waktu setempat, ketika sang Presiden AS menghadiri acara penggalangan dana untuk kampanye pilpres di luar Seattle, Washington, tepatnya di kediaman seorang mantan eksekutif Microsoft.

    iden memberikan tanggapan soal perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, setelah sebelumnya menghindari topik itu dalam tiga acara serupa pada Jumat (10/5) lalu.

    Dalam pernyataannya, Biden mengatakan bahwa gencatan senjata dalam perang Israel-Hamas mungkin terjadi “besok” jika Hamas membebaskan para sandera yang ditangkap sejak serangan 7 Oktober tahun lalu.

    “Akan ada gencatan senjata besok jika Hamas membebaskan para sandera,” ucap Biden.

    “Israel mengatakan terserah pada Hamas, jika mereka menginginkannya, kita bisa mengakhirinya besok. Dan gencatan senjata akan dimulai besok,” kata Biden saat berbicara di hadapan sekitar 100 orang yang hadir dalam acara tersebut.

    Pernyataan itu disampaikan Biden setelah sebelumnya mengancam Israel bahwa AS bisa menghentikan pasokan senjata, terutama peluru artileri, jika sekutunya itu tetap mengirimkan pasukan darat dalam jumlah besar dalam invasi ke Rafah, Jalur Gaza bagian selatan.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Pejabat Intelijen Militer AS Mundur karena Negaranya Dukung Israel

    Pejabat Intelijen Militer AS Mundur karena Negaranya Dukung Israel

    Washington DC

    Seorang mantan pejabat intelijen militer Amerika Serikat (AS) merilis surat untuk menjelaskan alasan dirinya resign atau mengundurkan diri dari Badan Intelijen Pertahanan (DIA). Dia menyinggung soal “cedera moral” yang dipicu dukungan AS terhadap Israel dalam perang Gaza dan dampaknya terhadap warga Palestina.

    Seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Selasa (14/5/2024), Harrison Mann yang berpangkat Mayor Angkatan Darat menjadi pejabat DIA pertama yang diketahui mengundurkan diri karena tidak setuju dengan dukungan yang diberikan AS kepada Israel.

    Sebelumnya, seorang penerbang AS nekat membakar dirinya sendiri hingga tewas di luar Kedutaan Besar Israel di Washington DC pada Februari lalu, dan sejumlah personel militer AS lainnya menggelar aksi memprotes perang di Jalur Gaza.

    Mann, yang mengundurkan diri dari DIA pada November tahun lalu, menuturkan dirinya selama berbulan-bulan tetap bungkam soal alasannya mengundurkan diri karena takut.

    “Saya takut. Takut melanggar norma profesional kami. Takut mengecewakan para perwira yang saya hormati. Takut Anda akan merasa dikhianati. Saya meyakini beberapa dari Anda merasakan hal yang sama saat membaca ini,” ucap Mann dalam suratnya yang dikirimkan kepada rekan-rekannya bulan lalu, dan dipublikasikan via akun LinkedIn-nya pada Senin (13/5) waktu setempat.

    Dalam pernyataan terpisah, seorang pejabat DIA yang enggan disebut namanya mengonfirmasi kepada Reuters bahwa Mann memang pernah bekerja pada Badan Intelijen Pertahanan AS.

    “Pengunduran diri karyawan merupakan peristiwa rutin di DIA, seperti halnya di perusahaan lainnya, dan para karyawan mengundurkan diri karena berbagai alasan dan motivasi,” ucap pejabat tersebut, tanpa menjelaskan lebih spesifik soal pengunduran diri Mann.

    Kasus Mann berbeda dengan para pejabat pemerintah AS lainnya, termasuk beberapa pejabat Departemen Luar Negeri, yang secara terbuka menyesalkan kebijakan AS sebagai alasan pengunduran diri mereka, dan tidak menunggu berbulan-bulan untuk mengungkap alasan mereka resign.

    Dalam suratnya, Mann menuturkan dirinya merasa malu dan bersalah karena membantu memajukan kebijakan AS, yang menurutnya, berkontribusi terhadap pembunuhan massal warga Palestina.

    “Pada tahap tertentu — apa pun pembenarannya — Anda akan memajukan kebijakan yang memungkinkan terjadinya kelaparan massal pada anak-anak, atau tidak,” tulis Mann dalam suratnya.

    Perang di Jalur Gaza dimulai setelah serangan Hamas terhadap Israel bagian selatan pada 7 Oktober tahun lalu, yang dilaporkan menewaskan sekitar 1.200 orang dan membuat lebih dari 250 orang lainnya disandera.

    Militer Israel melancarkan rentetan serangan terhadap Jalur Gaza untuk membalas Hamas. Lebih dari 35.000 orang dilaporkan tewas akibat rentetan serangan Israel di Jalur Gaza sejauh ini, dengan lebih dari 78.000 orang lainnya mengalami luka-luka.

    Kekhawatiran soal bencana kelaparan di Jalur Gaza meningkat setelah aliran bantuan kemanusiaan yang diizinkan masuk ke Jalur Gaza dibatasi oleh Israel.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Biden Akui Bom Pasokan AS ke Israel Tewaskan Warga Palestina

    Biden Akui Bom Pasokan AS ke Israel Tewaskan Warga Palestina

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengakui bahwa warga sipil di Palestina telah terbunuh oleh bom-bom yang dipasok pihaknya ke Israel.

    “Warga sipil tewas di Gaza akibat bom-bom tersebut, serta cara-cara lain yang mereka gunakan untuk mengincar pusat-pusat populasi,” kata Joe Biden dalam sebuah wawancara dengan kantor berita CNN.

    Joe Biden menambahkan bahwa Amerika Serikat masih berkomitmen terhadap hak Israel membela diri dan masih akan mengirim pasokan roket pencegat Iron Dome.

    Namun, AS bakal memberlakukan batasan aturan jika Israel menyerbu ke Rafah. “Kami tidak akan memasok lagi senjata dan peluru artileri yang digunakan, yang telah digunakan.”

    Pihak AS telah berulang kali mendesak Israel untuk tidak melanjutkan serangan ke kawasan selatan Kota Gaza.

    Sebelumnya pada awal pekan ini, pimpinan Israel telah menyetujui operasi militer di Rafah, tempat 1,2 juta warga Palestina berlindung.

    Pihak militer Israel telah menyerang target-target Hamas di bagian timur kota tersebut, setelah mengeluarkan perintah evakuasi kepada ribuan penduduk Rafah.

    Pihak RS laporkan 36 orang Palestina tewas di Rafah

    Pihak RS mengatakan dari puluhan korban itu, termasuk di antaranya anak-anak yang rumahnya dihantam oleh serangan udara Israel.

    Kementerian Kesehatan yang dikelola oleh Hamas menyebut sedikitnya 19 orang lagi tewas di sekitar Jalur Gaza dalam waktu 24 jam terakhir. Pihak Hamas juga menyebut secara keseluruhan setidaknya 34.844 orang Palestina tewas sejak dimulainya konflik ini.

    Meskipun data yang dikeluarkan Hamas itu dianggap akurat oleh para pengamat internasional, tapi jumlah itu tidak membedakan antara warga sipil dan militan, serta tidak bisa diverifikasi secara independen. Pihak Hamas memperkirakan bahwa sekitar sepertiga dari korban tewas di Gaza adalah anak-anak.

    Israel Defense Forces (IDF) atau Pasukan Pertahanan Israel melaporkan bahwa beberapa pasukan militan Hamas telah terbunuh dalam sejumlah pertempuran di Rafah, di mana sejumlah aksi mata melaporkan serangan Israel yang tengah berlangsung kepada kantor berita dpa.

    Sementara itu, United Nations Population Fund UNFPA pada Rabu (08/05) menyebut bahwa rumah sakit bersalin utama di Rafah telah berhenti menerima pasien.

    Kepada Reuters, UNFPA mengatakan bahwa RS Bersalin Emirat telah menangani sekitar 85 kelahiran per hari, jumlah ini hampir setengah dari total kelahiran di seluruh Gaza, sebelum peningkatan pertempuran antara Hamas dan IDF di luar Rafah.

    Pekerja kemanusiaan di Rafah laporkan adanya serangan udara, tembakan dan ledakan

    Seorang pekerja kemanusiaan di Rafah mengaku telah mendengar ledakan besar, serangan udara dan tembakan setelah Israel melancarkan serangan ke kota tersebut.

    “Kami menyaksikan … setelah militer Israel memulai operasi darat di bagian timur kota, ledakan besar, baku tembak yang terdengar dari sisi timur kota, selain itu juga serangan udara di berbagai daerah di seluruh wilayah Rafah, tempat di mana satu juta orang tinggal,” kata Pekerja Komite Palang Merah Internasional (International Committee of the Red Cross/ICRC) di Rafah, Hisham Mhanna, kepada DW.

    “Kami juga menyaksikan gelombang besar pengungsi yang melarikan diri dari sisi timur kota, kawasan yang mendapat peringatan evakuasi, membawa apa pun yang dapat mereka bawa dengan cepat, berpindah menggunakan mobil dan kendaraan lain, bahkan gerobak yang ditarik oleh keledai, dan banyak juga yang berjalan kaki membawa tas ransel yang berat,” papar Mhanna.

    “Anak-anak, perempuan, orang tua berbagai usia kini terpaksa mengungsi tanpa tujuan yang jelas.”

    Mhanna menyebut ICRC terus memberikan bantuan dari sistem pelayanan kesehatan dan menyediakan makanan hangat untuk ribuan orang.

    Namun, hal ini tidak cukup untuk membantu warga sipil Palestina yang terjebak di wilayah yang terkepung, ungkap Mhanna.

    “Kami berusaha memaksimalkan respons kemanusiaan,” ucap Mhanna.

    “Kami berusaha menjangkau sebanyak mungkin orang yang membutuhkan. Namun, ini masih layaknya setetes air di lautan jika permusuhan terus berlanjut, karena selama ada jual beli serangan, ini berarti kebutuhan yang lebih besar yang pasti tidak akan terpenuhi.”

    “Tantangannya sangat besar,” kata Mhanna. “Pertama, tidak ada jaminan keamanan untuk pergerakan kami. Bantuan yang telah meningkat secara signifikan untuk masuk ke Gaza perlu diubah menjadi aliran bantuan tanpa hambatan, benar-benar aman, sehingga kami sebagai pekerja kemanusiaan dapat memasoknya ke ratusan ribu orang yang sangat membutuhkan di seluruh Jalur Gaza.”

    Operasi militer Israel ke Gaza berawal dari serangan militan Hamas ke Israel 7 Oktober lalu yang menewaskan lebih 1200 orang. Hamas ketika itu juga menculik lebih dari 200 orang yang dibawa sebagai sandera ke Jalur Gaza. Israel kemudian melancarkan serangan balasan ke Gaza dengan tujuan untuk “menghancurkan Hamas”.

    Kelompok militan Hamas dikategorikan sebagai kelompok teroris oleh AS, Jerman, Uni Eropa dan beberapa negara lain.

    mh/hp (AP, Reuters, AFP, dpa)

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • 49 Mayat Ditemukan di RS Al-Shifa Gaza yang Pernah Diserbu Israel

    49 Mayat Ditemukan di RS Al-Shifa Gaza yang Pernah Diserbu Israel

    Gaza City

    Para pekerja medis di Jalur Gaza menemukan sedikitnya 49 jenazah di kompleks Rumah Sakit Al-Shifa, yang pernah diserbu pasukan Israel beberapa waktu lalu. Temuan puluhan jenazah didapat pada area yang diyakini sebagai kuburan massal ketiga yang ditemukan di kompleks rumah sakit, beberapa bulan terakhir.

    Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Kamis (9/5/2024), militer Israel telah berulang kali menargetkan RS Al-Shifa, yang merupakan rumah sakit terbesar di wilayah Jalur Gaza, dan fasilitas-fasilitas medis lainnya dalam perang melawan Hamas yang berkecamuk sejak Oktober tahun lalu.

    Tel Aviv menuduh Hamas memanfaatkan rumah sakit di Jalur Gaza sebagai pusat komando, dan lokasi penahanan para sandera yang diculik sejak tahun lalu. Tuduhan itu telah dibantah keras oleh Hamas.

    “Kuburan massal ketiga ditemukan di dalam rumah sakit ini,” ucap kepala unit gawat darurat RS Al-Shifa, Motassem Salah, saat berbicara kepada wartawan.

    Kantor media pemerintah Gaza mengatakan dalam pernyataan terpisah bahwa setidaknya 49 jenazah ditemukan dari kompleks RS Al-Shifa pada Rabu (8/5) waktu setempat.

    Dalam pernyataannya, kantor media pemerintah Gaza menuduh Israel telah melakukan “pembunuhan… di dalam dan di luar rumah sakit”. Tidak dijelaskan lebih lanjut kondisi jenazah-jenazah yang ditemukan.

    Militer Israel belum memberikan komentar atas temuan jenazah tersebut.

    Rekaman video AFP dari RS Al-Shifa menunjukkan setidaknya selusin jenazah dibungkus kantong jenazah berwarna hitam.

    Lihat Video ‘Israel Serang Rafah, Sejumlah Anak Terluka Dilarikan ke RS’:

    Salah yang berbicara kepada wartawan sambil berdiri di depan reruntuhan rumah sakit, mengatakan bahwa beberapa jenazah telah membusuk. RS Al-Shifa mengalami kehancuran akibat pertempuran sengit selama dua pekan pada Maret lalu.

    Temuan jenazah di kompleks RS Al-Shifa ini bukan yang pertama kalinya. Bulan lalu, sekitar 30 jenazah didapati terkubur di dua area kuburan massal lainnya yang ditemukan di halaman rumah sakit.

    Setelah pasukan Israel menyerbu RS Al-Shifa pada Maret lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut rumah sakit itu telah menjadi abu, meninggalkan “cangkang kosong” dengan banyak mayat.

    Pasukan Israel bertempur melawan militan Palestina di rumah sakit tersebut, bahkan saat banyak pasien terjebak di sana. Militer Israel sebelumnya mengklaim 200 militan tewas dan ratusan militan ditahan, sedangkan otoritas Pertahanan Sipil Gaza melaporkan sedikitnya ada “300 martir” dalam pertempuran dua minggu itu.

    Pada Rabu (8/5) waktu setempat, kantor media pemerintah Gaza mengatakan bahwa para petugas medis terus menemukan mayat-mayat di kompleks rumah sakit.

    Sejauh ini, menurut kantor media pemerintah Gaza, total 520 jenazah ditemukan dari “tujuh kuburan massal” yang ditemukan di tiga rumah sakit berbeda di Jalur Gaza dalam beberapa pekan terakhir.

    Lihat Video ‘Israel Serang Rafah, Sejumlah Anak Terluka Dilarikan ke RS’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Dubes Israel Respons Ancaman Biden Setop Pasokan Senjata: Mengecewakan!

    Dubes Israel Respons Ancaman Biden Setop Pasokan Senjata: Mengecewakan!

    New York

    Ancaman Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk menghentikan pasokan senjata menuai reaksi keras dari Israel. Duta Besar Israel untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Gilad Erdan, menyebut ancaman Biden untuk Tel Aviv itu “sangat mengecewakan”.

    Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Kamis (9/5/2024), Biden dalam peringatan paling keras, mengancam akan menghentikan pasokan senjata untuk Israel, jika negara Yahudi itu melancarkan serangan darat secara besar-besaran terhadap Rafah, Jalur Gaza bagian selatan.

    Washington berulang kali memperingatkan Tel Aviv untuk tidak menginvasi Rafah, yang menjadi tempat berlindung bagi lebih dari satu juta pengungsi Palestina, tanpa adanya rencana kemanusiaan yang jelas.

    “Ini adalah pernyataan yang sulit dan sangat mengecewakan untuk didengar dari seorang presiden yang selalu menjadi tempat kami berterima kasih sejak awal perang,” ucap Erdan dalam pernyataan kepada radio Israel, Kan.

    Pernyataan Erdan menjadi reaksi pertama dari Israel terhadap ancaman Biden.

    Dalam tanggapannya, Erdan juga menyebut pernyataan Biden itu akan ditafsirkan oleh musuh-musuh Israel, seperti Iran, Hamas, dan Hizbullah, sebagai “sesuatu yang memberi mereka harapan untuk bisa sukses”.

    “Jika Israel dilarang memasuki wilayah penting dan sentral seperti Rafah di mana terdapat ribuan teroris, para sandera, dan para pemimpin Hamas, bagaimana tepatnya kami bisa mencapai tujuan kami?” tanya sang Dubes Israel untuk PBB.

    “Ini bukan senjata defensif. Ini tentang serangan bom tertentu. Pada akhirnya Negara Israel harus melakukan apa yang menurutnya perlu dilakukan demi keamanan warganya,” imbuhnya.

    Israel menentang keberatan internasional, termasuk dari AS, dengan mengerahkan tank-tank militer dan melakukan “operasi terarah” di Rafah, yang merupakan kota perbatasan yang menghubungkan Jalur Gaza dengan Mesir.

    Tel Aviv meyakini Rafah menjadi markas bagi batalion terakhir Hamas yang tersisa. Namun Rafah juga menjadi tempat perlindungan bagi lebih dari satu juta pengungsi Palestina yang menghindari rentetan serangan Israel.

    “Saya telah memperjelas, jika mereka (militer Israel-red) masuk ke Rafah, saya tidak akan memasok persenjataan yang telah digunakan secara historis untuk menghadapi Rafah, untuk menghadapi kota-kota itu — yang berurusan dengan masalah itu,” ucap Biden dalam wawancara dengan CNN pada Rabu (8/5).

    “Kami tidak akan memasok senjata dan peluru artileri yang telah digunakan,” tegasnya dalam peringatan paling keras kepada Israel sejak perang Gaza dimulai.

    Biden juga menyesalkan bahwa warga sipil terbunuh akibat dijatuhkannya bom-bom pasokan AS oleh Israel di wilayah Palestina. Pernyataan ini disampaikan setelah Washington menangguhkan pengiriman bom berat untuk Israel sejak pekan lalu, karena mengkhawatirkan digunakan untuk menyerang Rafah.

    “Warga sipil terbunuh di Gaza sebagai akibat bom-bom tersebut dan cara-cara lainnya yang mereka (Israel-red) lakukan untuk menyerang pusat-pusat populasi,” ucapnya. “Itu salah,” sebut Biden dalam wawancara dengan CNN.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Israel Gempur Rafah Usai Biden Ancam Setop Pasokan Senjata

    Israel Gempur Rafah Usai Biden Ancam Setop Pasokan Senjata

    Rafah

    Israel kembali menggempur Rafah di Jalur Gaza bagian selatan pada Kamis (9/5) waktu setempat. Gempuran terbaru itu dilancarkan Tel Aviv setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengancam akan menghentikan pasokan senjata jika sekutunya itu nekat menginvasi Rafah.

    Seperti dilansir AFP, Kamis (9/5/2024), Israel menentang keberatan internasional dengan mengerahkan tank-tank militer dan melakukan “operasi terarah” di Rafah, yang merupakan kota perbatasan yang menghubungkan Jalur Gaza dengan Mesir.

    Tel Aviv meyakini Rafah menjadi markas terakhir bagi batalion terakhir Hamas yang tersisa. Namun Rafah juga diketahui menjadi tempat perlindungan bagi lebih dari satu juta pengungsi Palestina yang menghindari rentetan serangan Israel.

    Sejumlah jurnalis AFP melaporkan gempuran besar-besaran melanda Rafah pada Kamis (9/5) pagi waktu setempat. Belum diketahui apakah gempuran itu memicu kerusakan atau memakan korban jiwa.

    Militer Israel dalam pernyataan terpisah menyebut pasukannya juga menyerang “posisi Hamas” di Jalur Gaza bagian tengah.

    Gempuran terbaru itu terjadi setelah seorang tentara Israel mengalami luka ringan saat perlintasan perbatasan Kerem Shalom dihantam serangan roket pada Rabu (8/5) tengah malam. Kerem Shalom menghubungkan wilayah Israel dengan Jalur Gaza bagian selatan.

    Sehari sebelumnya, militer Israel mengatakan bahwa pasukannya melancarkan “operasi yang terarah di perlintasan perbatasan Rafah pada sisi Gaza”, yang terletak di bagian timur Rafah.

    Lihat Video ‘Israel Serang Rafah, Sejumlah Anak Terluka Dilarikan ke RS’:

    Gempuran terhadap Rafah itu terjadi setelah Biden mengancam akan menghentikan pasokan senjata untuk Israel, jika negara Yahudi itu melancarkan serangan darat secara besar-besaran terhadap Rafah.

    Ancaman itu menjadi peringatan paling langsung yang disampaikan Biden kepada Israel sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza tahun lalu.

    “Saya telah memperjelas, jika mereka (militer Israel-red) masuk ke Rafah, saya tidak akan memasok persenjataan yang telah digunakan secara historis untuk mengatasi Rafah, untuk mengatasi kota-kota itu — yang berurusan dengan masalah itu,” ucap Biden dalam pernyataannya pada Rabu (8/5) waktu setempat.

    “Kami tidak akan memasok senjata dan peluru artileri yang telah digunakan,” tegasnya.

    Lihat Video ‘Israel Serang Rafah, Sejumlah Anak Terluka Dilarikan ke RS’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini