Negara: Palestina

  • Tentara Israel Terekam Video Tendang Mayat dari Atap di Tepi Barat

    Tentara Israel Terekam Video Tendang Mayat dari Atap di Tepi Barat

    Tepi Barat

    Rekaman video yang beredar menunjukkan tentara Israel menyeret dan menendang sesosok mayat dari atap bangunan di wilayah Tepi Barat. Militer Tel Aviv menyebutnya sebagai “insiden serius” dan menyatakan sedang menyelidiki lebih lanjut.

    Sedangkan Amerika Serikat (AS), sekutu Israel, menyebut apa yang ditunjukkan dalam video itu “sangat meresahkan”.

    Video yang beredar luas secara online sejak Kamis (19/9) itu, seperti dilansir AFP dan Reuters, Sabtu (21/9/2024), awalnya menunjukkan tiga tentara Israel berada di atap sebuah bangunan di kota Qabatiyah, dekat Jenin, Tepi Barat.

    Dalam video tersebut, tentara-tentara Israel itu terlihat menyeret, mendorong, melempar, dan bahkan menendang, beberapa mayat dari atap bangunan tersebut.

    Salah satu tentara Israel itu, menurut laporan AFP, tampak menggunakan kakinya untuk menggulingkan mayat-mayat itu ke tepi atap bangunan dan mendorongnya ke bawah, masih dengan kakinya.

    Zakaria Zakarneh, paman dari salah satu pria yang mayatnya ditendang tentara Israel, mengatakan dirinya melihat apa yang terjadi. Dia menuturkan kepada Reuters bahwa tentara-tentara Israel naik ke atap bangunan setelah warga-warga Palestina terbunuh.

    “Mereka berusaha menurunkan jenazah itu dengan buldoser tapi tidak berhasil, sehingga mereka melemparkannya dari lantai dua hingga ke tanah. Saya terluka, sangat sedih dan marah sehingga saya tidak bisa berbuat apa-apa,” ucap Zakarneh.

    Qabatiyah yang terletak di bagian utara Tepi Barat, merupakan lokasi operasi penyerbuan besar-besaran militer Israel sejak akhir Agustus lalu, yang menurut otoritas kesehatan Palestina, telah menewaskan puluhan orang.

    Dalam pernyataan pada Jumat (20/9), militer Israel menyebut empat militan tewas “dalam baku tembak” di Qabatiyah, sedangkan tiga militan lainnya tewas dalam serangan udara terhadap sebuah kendaraan di area tersebut.

    Saat ditanya soal rekaman video yang beredar, militer Israel menyebut tindakan tersebut bertentangan dengan nilai-nilainya dan berjanji untuk menyelidikinya, serta memastikan ada pihak yang bertanggung jawab.

    “Ini adalah insiden serius yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan harapan dari pasukan IDF (Angkatan Bersenjata Israel). Insiden ini sedang ditinjau,” sebut militer Tel Aviv dalam pernyataannya.

    AS Sebut Video Tentara Israel Tendang Mayat ‘Sangat Meresahkan’

    AS telah mengomentari video yang beredar tersebut. Gedung Putih menyatakan pihaknya telah menuntut penjelasan dari Israel.

    “Kami telah melihat video itu, dan kami menganggapnya sangat meresahkan,” sebut juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, dalam pernyataannya.

    “Jika terbukti autentik, maka itu jelas menggambarkan perilaku menjijikkan dan mengerikan yang dilakukan tentara-tentara profesional,” ucap Kirby mengecam.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/dhn)

  • Siasat Percepat Aksesi Uni Eropa?

    Siasat Percepat Aksesi Uni Eropa?

    Ankara

    Turki secara resmi mengajukan permohonan untuk bergabung dengan BRICS, organisasi negara-negara ekonomi berkembang di dunia. BRICS awalnya terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, tapi kini sebagian besar didominasi oleh Moskow dan Beijing.

    Omer Celik, juru bicara dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) partai Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, mengonfirmasi hal ini dan mengatakan permintaan tersebut “tertunda.”

    “Presiden kami telah menyatakan beberapa kali bahwa kami ingin menjadi anggota BRICS,” ujar Omar Celik pada awal September. Presiden Rusia Vladimir Putin menyambut aspirasi Turki, menurut laporan media Turki, dan mengatakan ia akan “sepenuhnya mendukung” keanggotaan Turki.

    Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Jika benar-benar jadi anggota BRICS, yang sering digambarkan sebagai penyeimbang tatanan global yang dipimpin Barat, Turki dapat semakin menjauh dari keanggotaan Uni Eropa (UE) dan sejumlah keuntungan yang ditawarkannya.

    Turki ingin gabung UE sejak 2005

    “Kami mengharapkan semua negara kandidat UE untuk mendukung nilai-nilai UE dengan tegas, guna menghormati kewajiban yang berasal dari perjanjian perdagangan yang relevan, dan agar selaras dengan Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Bersama UE,” kata Peter Stano, juru bicara layanan diplomatik UE. kepada DW.

    Beberapa pihak melihat tujuan Turki untuk bergabung dengan kelompok BRICS sebagai reaksi terhadap lambatnya kemajuan dalam perundingan aksesi UE.

    Nacho Sanchez Amor, anggota parlemen dari kelompok Sosialis dan Demokrat di Parlemen Eropa menegaskan, jalan Turki menuju UE adalah melalui reformasi.

    “Belakangan ini kami melihat minat baru dari pemerintah Turki dalam menghidupkan kembali proses aksesi UE,” katanya dalam pernyataan 2023.

    “Proses ini tidak akan terjadi karena tawar-menawar geopolitik, tetapi hanya terjadi jika otoritas Turki menunjukkan minat nyata dalam menghentikan kemunduran yang terus-menerus dalam kebebasan fundamental dan supremasi hukum di negara itu.”

    Proses aksesi Turki dimulai pada tahun 2005, tetapi terhenti pada tahun 2018 karena beberapa masalah, termasuk kekhawatiran UE tentang pembatasan kebebasan media, kontrol eksekutif atas peradilan, dan lemahnya pengawasan sipil terhadap pasukan keamanan Turki.

    Frustrasi kepada EU, Turki main mata dengan BRICS?

    Ozgur Unluhisarcikli, pakar Turki di German Marshall Fund (GMF), menambahkan bahwa minat Turki terhadap BRICS adalah sinyal rasa frustrasi negara itu terhadap UE.

    Turki tidak hanya marah terhadap UE karena menunda proses aksesi. Negara ini juga dinilai stagnan dalam modernisasi bea cukai atau perjanjian perdagangan, atau dalam peta jalan untuk liberalisasi visa, yang dapat membuka jalan bagi warga negara Turki untuk bepergian tanpa visa ke negara-negara Eropa.

    Sementara jumlah negara anggota BRICS telah berlipat ganda sejak dibentuk 15 tahun lalu. Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab (UEA) telah menjadi anggota dan kelompok tersebut. Saat ini, masuk pula pendaftaran untuk bergabung dari hampir 20 negara, termasuk Turki.

    Para anggotanya bekerja sama dalam perdagangan dan perluasan ekonomi, serta memberikan apa yang mereka lihat sebagai penyeimbang politik lembaga-lembaga internasional yang didominasi oleh Amerika Serikat dan Eropa.

    Gabung BRICS bisa jadi bumerang buat Turki

    Para pakar Turki mengatakan, pendekatan Erdogan untuk bergabung dengan BRICS bisa jadi untuk mendapatkan pengaruh dalam upaya aksesi Turki ke UE.

    Asli Aydintasbas, peneliti di Brookings Institute yang mengkhususkan diri pada Turki mengatakan, proses aksesi Turki ke UE “telah lama mengalami koma.” Karena itu, politisi Turki mencoba untuk menghidupkannya kembali, atau merasa tidak ada salahnya bergabung dengan BRICS.

    “Eropa secara efektif telah membekukan proses aksesi Turki dan berencana menendang Turki sepenuhnya keluar dari agenda perluasan, sementara negara Balkan telah bergerak maju,” kata Aydintasbas kepada DW.

    Menurutnya, ini adalah cara Turki membuat Barat cemburu dan upaya meraih perhatian mereka.

    EU butuh Turki, tapi tidak percaya

    Serangkaian kebijakan luar negeri dan keamanan Turki tidak disambut baik oleh negara Barat.

    Turki menolak untuk mendukung sanksi terhadap Rusia, dan malah menjadi pembeli utama minyak mentah Rusia. Turki juga mendukung Hamas, kelompok militan Palestina yang diklasifikasikan sebagai organisasi teroris oleh UE, Amerika Serikat, Jerman, dan beberapa negara lain.

    Amerika Serikat dan sekutu NATO lainnya marah kepada Ankara, atas pembelian sistem pertahanan rudal S400 dari Rusia pada tahun 2017 dan pada 2022 ketika Turki menahan keanggotaan Swedia dan Finlandia di NATO selama dua tahun.

    Namun, lokasi strategis Turki antara barat dan timur membuatnya penting bagi misi NATO dan AS di kawasan tersebut. Selain itu, Turki juga menandatangani perjanjian dengan UE pada tahun 2016 yang memungkinkan pemulangan migran ilegal yang mencapai UE.

    Sebuah survei German Marshall Fund tentang hubungan Turki dengan sekutu Barat menyebutkan, “Turki adalah negara mitra yang paling tidak dapat diandalkan, menurut responden di setiap negara tempat survei dilakukan. Pada saat yang sama, responden Turki juga menganggap sulit mengandalkan sekutu.”

    Alexandra von Nahmen turut berkontribusi dalam artikel ini.

    Diadaptasi dari artikel DW Inggris

    (nvc/nvc)

  • Tekad Hizbullah Balas Israel Usai Ledakan Pager-Walkie Talkie

    Tekad Hizbullah Balas Israel Usai Ledakan Pager-Walkie Talkie

    Jakarta

    Rentetan ledakan mematikan mengguncang Lebanon melalui pager dan walkie-talkie. Hizbullah bertekad akan membalas perbuatan Israel itu.

    Seperti dilansir AFP Jumat (20/9/2024), Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, menegaskan tekad kelompoknya untuk terus bertempur melawan Israel setelah rentetan ledakan mengguncang Lebanon. Nasrallah menyatakan tekad Hizbullah melanjutkan perjuangan melawan Tel Aviv hingga gencatan senjata terwujud di Jalur Gaza.

    Hizbullah dan militer Israel terlibat serangan lintas perbatasan yang terjadi hampir setiap hari sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza. Hizbullah menyebut serangan-serangannya terhadap Israel sebagai bentuk dukungan untuk Palestina dan Hamas, sekutunya, yang berperang melawan Tel Aviv.

    Ketegangan antara kedua pihak semakin memuncak ketika rentetan ledakan perangkat komunikasi, seperti pager dan walkie-talkie, mengguncang Lebanon. Total sedikitnya 37 orang tewas dan nyaris 3.000 orang lainnya luka-luka akibat ledakan yang melanda selama dua hari berturut-turut.

    Perangkat-perangkat komunikasi yang meledak itu kebanyakan digunakan oleh para anggota Hizbullah yang ada di berbagai wilayah Lebanon.

    Nasrallah, dalam pidatonya pada Kamis (19/9) waktu setempat, mengakui Israel telah memberikan “pukulan besar yang belum pernah terjadi sebelumnya” terhadap Hizbullah. Dia juga menyebut Tel Aviv telah melanggar semua garis merah atau red line dengan serangan tersebut.

    “Dengan operasi ini, musuh telah melanggar semua… garis merah,” sebutnya.

    Dia kemudian bersumpah untuk terus melanjutkan pertempuran melawan Israel meskipun telah terjadi “semua pertumpahan darah ini” — merujuk pada ledakan mematikan di Lebanon pada Selasa (17/9) dan Rabu (18/9).

    “Front Lebanon tidak akan berhenti sampai agresi di Gaza berhenti,” tegas Nasrallah dalam pidatonya.

    Ditegaskan oleh Nasrallah dalam pidatonya bahwa Israel akan menghadapi “pembalasan dendam dan hukuman yang adil, baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan” atas ledakan pager dan walkie-talkie yang mengguncang Lebanon.

    Dalam pidatonya, Nasrallah juga menyinggung soal janji-janji para pemimpin Israel untuk memulangkan ribuan warganya yang terpaksa mengungsi dari rumah mereka di wilayah Israel bagian utara, dekat perbatasan Lebanon, akibat pertempuran lintas perbatasan yang meningkat.

    “Anda tidak akan bisa memulangkan penduduk wilayah utara ke wilayah utara,” ucapnya memperingatkan Israel.

    “Tidak ada eskalasi militer, tidak ada pembunuhan, dan tidak ada perang habis-habisan yang bisa memulangkan para penduduk ke perbatasan,” tegas Nasrallah.

    Ditambahkan Nasrallah bahwa “satu-satunya cara” untuk memulangkan penduduk ke Israel bagian utara adalah dengan “menghentikan perang di Gaza”.

    Halaman 2 dari 2

    (whn/aik)

  • Korban Tewas Ledakan Massal Walkie Talkie di Lebanon Jadi 20 Orang

    Korban Tewas Ledakan Massal Walkie Talkie di Lebanon Jadi 20 Orang

    Jakarta

    Gelombang kedua ledakan di basis Hizbullah menewaskan 20 orang dan melukai lebih dari 450 orang lainnya di Lebanon. Gelombang ledakan kedua ini memicu kekhawatiran akan perang habis-habisan dengan Israel.

    Seperti dilansir AFP, Kamis (19/9/2024), seorang sumber yang dekat dengan Hezbollah mengatakan walkie-talkie yang digunakan oleh para anggotanya meledak di basisnya di Beirut, sementara media pemerintah melaporkan ledakan serupa di Lebanon selatan dan timur.

    Rekaman AFP TV menunjukkan orang-orang berlarian mencari tempat berlindung ketika sebuah ledakan terjadi selama pemakaman anggota Hezbollah di Beirut selatan pada sore hari.

    “Gelombang ledakan musuh yang menargetkan walkie talkie…menewaskan 20 orang dan melukai lebih dari 450 orang,” kata kementerian kesehatan Lebanon dalam sebuah pernyataan.

    Ledakan itu terjadi sehari setelah ledakan serentak pager yang digunakan oleh Hezbollah menewaskan 12 orang, termasuk dua anak-anak, dan melukai hingga 2.800 orang lainnya di seluruh Lebanon, dalam serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dituduhkan kepada Israel.

    Tidak ada komentar dari Israel, yang hanya beberapa jam sebelum serangan hari Selasa (17/9) telah mengumumkan bahwa mereka memperluas tujuan perangnya dengan Hamas di Gaza untuk mencakup perangnya melawan sekutu kelompok Palestina, Hizbullah.

    “Pusat gravitasi bergerak ke utara,” kata Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant,saat berkunjung ke pangkalan udara pada Rabu (18/9). “Kita berada di awal fase baru dalam perang.”

    Amos Harel dari surat kabar Haaretz yang condong ke kiri mengatakan ledakan pager dan walkie-talkie telah menempatkan “Israel dan Hizbullah di ambang perang habis-habisan”.

    (rfs/rfs)

  • Saudi Tak Akan Berhubungan dengan Israel Tanpa Negara Palestina

    Saudi Tak Akan Berhubungan dengan Israel Tanpa Negara Palestina

    Jakarta

    Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), mengatakan bahwa kerajaan tersebut tidak akan menjalin hubungan dengan Israel sampai negara Palestina terbentuk. Hal tersebut merupakan pukulan bagi upaya Amerika Serikat (AS) untuk kesepakatan normalisasi.

    “Kami memperbarui penolakan dan kecaman keras kerajaan atas kejahatan otoritas pendudukan Israel terhadap rakyat Palestina,” kata Putra Mahkota Mohammed bin Salman dilansir AFP, Kamis (19/9/2024).

    “Kerajaan tidak akan menghentikan upayanya yang tak kenal lelah untuk mendirikan negara Palestina yang merdeka dengan Yerusalem timur sebagai ibu kotanya, dan kami menegaskan bahwa kerajaan tidak akan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel tanpa negara Palestina,” tambahnya.

    Kesepakatan normalisasi yang ditengahi oleh presiden AS saat itu Donald Trump pada tahun 2020 antara Israel dan Bahrain serta Uni Emirat Arab telah mengakhiri konsensus Arab yang telah lama ada bahwa tidak boleh ada normalisasi tanpa negara Palestina yang merdeka dan menyoroti tetangga mereka yang lebih kuat, Arab Saudi.

    Baru-baru ini pada awal bulan ini, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, telah mengulurkan prospek pembentukan hubungan yang cepat dengan raja minyak Teluk Arab sebagai potensi keuntungan bagi Israel dari kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera untuk Gaza.

    Blinken telah mengatakan selama kunjungan ke Haiti pada tanggal 6 September bahwa ia masih berharap untuk mengunci kesepakatan normalisasi antara Israel dan Arab Saudi sebelum Presiden AS Joe Biden mengundurkan diri pada bulan Januari.

    “Saya pikir jika kita bisa mendapatkan gencatan senjata di Gaza, masih ada peluang melalui keseimbangan pemerintahan ini untuk bergerak maju dalam normalisasi,” kata diplomat tinggi AS tersebut.

    Sebagai bagian dari kesepakatan apa pun, Riyadh diharapkan untuk bersikeras pada jalur menuju kenegaraan bagi Palestina serta jaminan keamanan bergaya aliansi dari Washington.

    “Untuk melanjutkan normalisasi, diperlukan dua hal–ketenangan di Gaza dan jalur yang kredibel menuju negara Palestina,” kata Blinken dalam pertemuan Forum Ekonomi Dunia di Riyadh.

    Namun, pemerintahan sayap kanan Israel pimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tetap menentang keras negara Palestina. Tingginya jumlah korban tewas warga sipil akibat perang Israel melawan Hamas di Gaza dan kerusakan besar yang terjadi di wilayah Palestina telah memberikan tekanan besar pada kerajaan itu untuk menahan diri dari pembukaan diplomatik besar apa pun.

    (rfs/rfs)

  • Ngeri Serangan Udara Israel Tewaskan 18 Orang di Gaza

    Ngeri Serangan Udara Israel Tewaskan 18 Orang di Gaza

    Jakarta

    Militer Israel terus melancarkan serangan udara ke Gaza. Tim penyelamat dan petugas medis Gaza mengatakan serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 18 orang di seluruh wilayah Palestina pada Minggu malam dan Senin pagi waktu setempat. Korban tewas termasuk 10 orang dalam satu serangan terhadap sebuah rumah.

    Dilansir kantor berita AFP, Senin (16/9/2024), ke-10 orang tewas dan 15 orang lainnya terluka ketika serangan udara menghantam rumah keluarga Al-Qassas di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah. Demikian diungkapkan seorang petugas medis di rumah sakit Al-Awda, tempat jenazah-jenazah tersebut dibawa, kepada AFP.

    Badan pertahanan sipil Gaza mengonfirmasi jumlah korban tewas. Juru bicaranya, Mahmud Bassal mengatakan serangan itu terjadi pada Senin pagi waktu setempat.

    Badan tersebut mengatakan enam warga Palestina tewas dalam serangan udara serupa pada Minggu malam di sebuah rumah di kawasan Zeitun, Kota Gaza, yang menjadi sasaran rutin serangan militer Israel sejak perang dimulai pada bulan Oktober lalu.

    Dua orang tewas dalam serangan udara lainnya semalam di Rafah yang menargetkan sebuah rumah milik keluarga Abu Shaar, kata badan tersebut.

    Beberapa orang juga terluka dalam serangan ini, kata petugas medis dan penyelamat.

    Serangan udara dan serangan artileri Israel terus berlanjut tanpa henti di tengah kebuntuan atas kesepakatan gencatan senjata untuk memfasilitasi pembebasan sandera yang tersisa di Gaza.

    Perang di Gaza meletus setelah serangan 7 Oktober oleh kelompok Hamas di Israel selatan, yang mengakibatkan kematian 1.205 orang, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi Israel.

    Para militan juga menangkap 251 sandera, 97 orang di antaranya masih ditahan di Gaza, termasuk 33 orang yang menurut militer Israel telah tewas.

    Serangan militer balasan Israel sejauh ini telah menewaskan sedikitnya 41.206 orang di Gaza, menurut kementerian kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas tersebut.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Rudal Houthi Capai Israel Tengah untuk Pertama Kali, Netanyahu Marah!

    Rudal Houthi Capai Israel Tengah untuk Pertama Kali, Netanyahu Marah!

    Jakarta

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu marah atas serangan rudal yang dilancarkan kelompok Houthi di Yaman ke wilayah Israel tengah. Netanyahu menegaskan Israel akan memberikan “harga yang mahal” kepada Houthi yang bersekutu dengan Iran, atas serangan rudal pada Minggu (15/9) waktu setempat itu. Ini merupakan pertama kalinya serangan rudal Houthi mencapai wilayah Israel tengah.

    Dilansir Reuters dan Al Arabiya, Senin (16/9/2024), juru bicara militer Houthi Yahya Sarea mengatakan kelompok itu menyerang dengan rudal balistik hipersonik baru yang menempuh jarak 2.040 km (1270 mil) hanya dalam 11 1/2 menit.

    Wakil kepala kantor media Houthi, Nasruddin Amer, mengatakan dalam sebuah posting di X pada hari Minggu, bahwa rudal tersebut telah mencapai Israel setelah “20 rudal gagal mencegatnya”, menyebutnya sebagai “awal.”

    Setelah awalnya mengatakan rudal itu jatuh di area terbuka, militer Israel kemudian mengatakan rudal itu mungkin pecah di udara, dan beberapa bagian pencegat telah mendarat di ladang dan dekat stasiun kereta api. Tidak ada yang dilaporkan terluka.

    Sirene serangan udara telah berbunyi di Tel Aviv dan di seluruh Israel tengah beberapa saat sebelum jatuh sekitar pukul 6:35 pagi waktu setempat (0335 GMT). Suara sirene itu membuat penduduk berlarian mencari tempat berlindung. Ledakan keras terdengar.

    Reuters melihat asap mengepul di lapangan terbuka di Israel tengah.

    Dalam rapat kabinet mingguan, Netanyahu mengatakan bahwa Houthi seharusnya tahu bahwa Israel akan menuntut “harga yang mahal” atas serangan terhadap Israel.

    “Siapa pun yang perlu diingatkan tentang hal itu diundang untuk mengunjungi pelabuhan Hodeida,” kata Netanyahu, mengacu pada serangan udara balasan Israel terhadap Yaman pada bulan Juli atas pesawat nirawak atau drone Houthi yang menghantam Tel Aviv.

    Houthi telah berulang kali menembakkan rudal dan drone ke Israel, dalam apa yang mereka katakan sebagai solidaritas dengan Palestina, sejak perang Gaza dimulai dengan serangan Hamas terhadap Israel pada bulan Oktober lalu.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • 6 Staf UNRWA Tewas dalam Serangan Israel ke Sekolah di Gaza

    6 Staf UNRWA Tewas dalam Serangan Israel ke Sekolah di Gaza

    Jakarta

    Badan pengungsi Palestina PBB atau UNRWA mengatakan enam staf tewas setelah dua serangan udara Israel menghantam sebuah sekolah di Gaza tengah pada hari Rabu (11/9) waktu setempat. UNRWA menyebut ini sebagai jumlah korban tewas tertinggi di antara stafnya dalam satu insiden.

    “Di antara mereka yang tewas adalah manajer tempat penampungan UNRWA dan anggota tim lainnya yang memberikan bantuan kepada orang-orang terlantar,” kata UNRWA dalam postingan di media sosial X, dilansir kantor berita Reuters dan Al Arabiya, Kamis (12/9/2024).

    Sebelumnya pada hari Rabu, militer Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa mereka melakukan serangan terhadap pusat komando dan kendali di Nuseirat di Gaza tengah, yang dikatakan dioperasikan oleh faksi militan Palestina Hamas.

    “Sekolah ini telah diserang lima kali sejak perang dimulai. Sekolah ini menampung sekitar 12.000 orang terlantar, terutama wanita dan anak-anak,” ujar UNRWA menambahkan.

    Kantor media pemerintah mengatakan serangan Israel tersebut menewaskan sedikitnya 18 orang, termasuk anggota staf UNRWA.

    Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan kepada Reuters pada hari Rabu, bahwa kurangnya akuntabilitas atas pembunuhan staf Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pekerja bantuan kemanusiaan di Gaza “sama sekali tidak dapat diterima.”

    Militer Israel mengatakan bahwa mereka telah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko bahaya bagi warga sipil. Militer Israel mengklaim bahwa setidaknya sepertiga dari korban tewas warga Palestina di Gaza adalah militan. Mereka menuduh Hamas menggunakan warga sipil Palestina sebagai tameng manusia. Hal ini telah dibantah Hamas.

    Perang di Gaza terjadi sejak 7 Oktober lalu ketika Hamas menyerang Israel, menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang, menurut penghitungan Israel. Serangan-serangan Israel berikutnya di Gaza telah menewaskan lebih dari 41.000 warga Palestina, menurut kementerian kesehatan wilayah Gaza yang dikuasai Hamas.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Murka AS Sebab Warganya Ditembak Mati Israel yang Ngaku Tak Sengaja

    Murka AS Sebab Warganya Ditembak Mati Israel yang Ngaku Tak Sengaja

    Jakarta

    Tel Aviv mengklaim tentaranya tidak sengaja menembak mati seorang aktivis Amerika Serikat dalam aksi protes di Tepi Barat pekan lalu. Tindakan Israel itu membuat Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken murka.

    Blinken menyebut pembunuhan semacam itu ‘tidak bisa dibenarkan’ dan menyerukan ‘perubahan mendasar’ pada cara pasukan Israel beroperasi di Tepi Barat setelah kematian aktivis perempuan, berkewarganegaraan AS, yang bernama Aysenur Ezgi Eygi tersebut.

    Teguran tajam Blinken itu dilontarkan setelah Angkatan Bersenjata Israel (IDF) mengatakan pada Selasa (10/9) waktu setempat bahwa Eygi “sangat mungkin terkena tembakan IDF secara tidak langsung dan secara tidak disengaja”.

    Dalam penyelidikan awal terhadap insiden itu, IDF mengatakan tembakan tersebut tidak ditargetkan terhadap sang aktivis, namun terhadap ‘penghasut utama’ dari ‘kerusuhan dengan kekerasan’ yang terjadi di Persimpangan Beita, yang diklaim menjadi lokasi warga Palestina membakar ban dan melemparkan batu ke arah pasukan Israel. Tidak disebutkan lebih lanjut nama tersangka penghasut yang dimaksud.

    Gerakan Solidaritas Internasional (ISM), di mana Eygi menjadi sukarelawan, mengatakan bahwa aksi protes kelompoknya pada 6 September lalu di Tepi Barat berlangsung damai.

    Dalam konferensi pers di London, pada Selasa (10/9), Blinken menyebut pembunuhan Eygi ‘tidak beralasan dan tidak bisa dibenarkan’. Dia menuntut perubahan aturan keterlibatan pasukan Israel yang beroperasi di wilayah Tepi Barat.

    “Tidak seorang pun, tidak seorang pun boleh ditembak dan dibunuh karena menghadiri aksi protes. Tidak seorang pun boleh mempertaruhkan nyawanya hanya karena mengutarakan pandangan mereka,” tegas Blinken dalam pernyataannya dilansir CNN, Rabu (11/9/2024).

    “Sekarang ada warga Amerika kedua yang terbunuh di tangan pasukan keamanan Israel. Itu tidak bisa diterima. Itu harus berubah. Dan kita akan memperjelas hal ini kepada anggota-anggota paling senior dalam pemerintahan Israel,” ucapnya.

    Warga Amerika pertama yang tewas di tangan pasukan Israel adalah Rachel Corrie, yang berstatus warga negara AS, yang terbunuh tahun 2003 silam saat berusaha menghentikan buldoser Israel menghancurkan rumah-rumah warga Palestina di Jalur Gaza.

    Blinken menambahkan bahwa AS “sudah sejak lama melihat” laporan soal pasukan Israel yang mengabaikan tindak kekerasan para pemukim Yahudi ekstremis terhadap warga Palestina di Tepi Barat, juga laporan soal penggunaan kekuatan berlebihan oleh tentara Tel Aviv terhadap warga Palestina.

    Tindak kekerasan Israel di wilayah Tepi Barat semakin meningkat dalam beberapa waktu terakhir, terutama setelah perang berkecamuk di Jalur Gaza pada Oktober tahun lalu. Dalam beberapa bulan terakhir, AS telah menjatuhkan rentetan sanksi menargetkan para pemukim Yahudi yang melakukan tindak kekerasan terhadap warga Palestina di Tepi Barat.

    Keluarga Aktivis AS Tak Percaya Investigasi Israel, Tuntut Penyelidikan Independen

    Keluarga aktivis AS berusia 26 tahun itu tidak mempercayai klaim Israel soal penembakan yang menewaskan Eygi dilakukan secara tidak disengaja. Mereka menyerukan kepada pemimpin-pemimpin AS untuk melakukan penyelidikan independen atas kematian Eygi.

    “Kami sangat tersinggung dengan anggapan bahwa pembunuhannya oleh seorang penembak jitu terlatih adalah hal yang tidak disengaja,” demikian pernyataan keluarga aktivis AS tersebut.

    Eygi yang lahir di Turki dan baru saja lulus dari Universitas Washington ini, ditembak saat berpartisipasi dalam aksi protes mingguan menentang permukiman Israel di dekat desa Beita, Palestina. Semua permukiman Yahudi yang dibangun Israel di Tepi Barat dianggap ilegal di bawah hukum internasional.

    Keluarga Eygi menyebut temuan penyelidikan Israel “sama sekali tidak memadai”.

    “Ini tidak boleh disalahartikan sebagai apa pun kecuali serangan yang disengaja, ditargetkan dan terarah oleh militer terhadap seorang warga sipil yang tidak bersenjata,” tegas pihak keluarga Eygi.

    Halaman 2 dari 2

    (whn/whn)

  • Serangan Udara Israel Hantam Sekolah di Gaza, 14 Orang Tewas

    Serangan Udara Israel Hantam Sekolah di Gaza, 14 Orang Tewas

    Jakarta

    Serangan udara Israel menghantam sebuah sekolah di pusat Gaza, dengan badan pertahanan sipil wilayah yang dikelola Hamas. Dilaporkan ada 14 orang tewas di sekolah itu yang diubah menjadi tempat perlindungan pengungsian.

    Dilansir AFP, Kamis (12/9/2024), sebagian besar dari 2,4 juta penduduk Jalur Gaza telah mengungsi setidaknya satu kali akibat perang. Mereka banyak yang mencari perlindungan di gedung-gedung sekolah.

    Pasukan Israel telah menyerang beberapa sekolah seperti itu dalam beberapa bulan terakhir, dengan mengatakan bahwa militan Palestina beroperasi di sana dan bersembunyi di antara warga sipil yang mengungsi. Tuduhan itu diketahui telah dibantah oleh Hamas.

    Sekolah Al-Jawni di Nuseirat, Gaza tengah, yang telah diserang beberapa kali selama perang, diserang lagi pada hari Rabu, kata juru bicara badan pertahanan sipil Mahmud Bassal kepada AFP.

    “Jumlah martir telah meningkat menjadi 14”, katanya.

    Adapun jumlah korban sebelumnya yaitu 10 orang tewas dalam pengeboman Israel terhadap sekolah Al-Jawni yang juga melukai banyak orang.

    AFP tidak dapat memverifikasi jumlah korban secara independen, yang menurut juru bicara tersebut mencakup beberapa wanita dan anak-anak.+++

    (azh/azh)