Negara: Palestina

  • Abaikan Kritik Internasional Terkait Perang Gaza, Biden Akan Kirim Senjata Lagi ke Israel – Halaman all

    Abaikan Kritik Internasional Terkait Perang Gaza, Biden Akan Kirim Senjata Lagi ke Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berencana memberi Israel tambahan $8 miliar (sekitar Rp129,6 triliun) dalam penjualan senjata ke Israel.

    Padahal, pemerintahan Joe Biden menghadapi kritik internasional buntut pengiriman senjata ke Israel terkait perang Gaza.

    Namun, Washington telah mendukung Israel selama serangannya terhadap Gaza.

    Diberitakan Al Jazeera, para pengunjuk rasa di seluruh dunia telah menuntut embargo senjata terhadap Israel selama berbulan-bulan, tetapi kebijakan AS sebagian besar tetap tidak berubah.

    Pada Agustus 2024, Amerika Serikat menyetujui penjualan jet tempur dan peralatan militer lainnya senilai $20 miliar (sekitar Rp324 triliun) kepada Israel.

    AS Pasok Senjata untuk Israel

    AS sejauh ini merupakan pemasok senjata terbesar bagi Israel, yang telah membantunya membangun salah satu militer berteknologi paling canggih di dunia.

    Menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI), AS menyumbang 69 persen dari impor senjata konvensional utama Israel antara tahun 2019 dan 2023.

    Dilansir BBC, AS memberikan Israel bantuan militer tahunan sebesar $3,8 miliar berdasarkan perjanjian 10 tahun yang dimaksudkan untuk memungkinkan sekutunya mempertahankan apa yang disebutnya “keunggulan militer kualitatif” atas negara-negara tetangga.

    Sebagian dari bantuan tersebut – $500 juta per tahun – disisihkan untuk mendanai program pertahanan rudal, termasuk sistem Iron Dome, Arrow, dan David’s Sling yang dikembangkan bersama.

    Israel mengandalkan sistem tersebut selama perang untuk mempertahankan diri dari serangan roket, rudal, dan pesawat nirawak oleh kelompok bersenjata Palestina di Gaza, serta kelompok bersenjata lain yang didukung Iran yang bermarkas di Lebanon, Suriah, Irak, dan Yaman.

    Pada hari-hari setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, Presiden Joe Biden mengatakan AS “memberikan bantuan militer tambahan” ke Israel.

    SIPRI mengatakan AS dengan cepat mengirimkan ribuan bom berpemandu dan rudal ke Israel pada akhir tahun 2023, tetapi total volume impor senjata Israel dari AS tahun itu hampir sama dengan tahun 2022.

    Israel juga merupakan rumah bagi depot senjata besar AS yang didirikan pada 1984 untuk menempatkan persediaan bagi pasukannya jika terjadi konflik regional, serta untuk memberi Israel akses cepat ke senjata dalam keadaan darurat.

    Pentagon mengirimkan sekitar 300.000 peluru artileri 155mm dari War Reserve Stockpile Ammunition-Israel ke Ukraina setelah invasi Rusia.

    Amunisi yang ditimbun di depot tersebut juga dilaporkan telah dipasok ke Israel sejak dimulainya perang Gaza.

    Perkembangan Terkini Konflik Palestina Vs Israel

    Setidaknya 150 orang tewas dalam dua hari serangan udara hebat di Gaza, termasuk setidaknya 73 orang pada Jumat (3/1/2025), dan 77 orang yang dikonfirmasi pada hari Kamis (2/1/2025).

    Amnesty International mengatakan penahanan Israel terhadap direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, Dr. Hussam Abu Safia, merupakan simbol dari “niat genosida” dalam upaya Israel yang lebih luas untuk “memusnahkan” sektor perawatan kesehatan Gaza.

    Saat perundingan dilanjutkan di Qatar, pejabat senior Hamas, Basem Naim, mengatakan kelompok Palestina itu serius tentang kesepakatan gencatan senjata, penarikan pasukan Israel dari Gaza, dan mengembalikan penduduk daerah kantong itu ke rumah mereka.

    Kepala hak asasi manusia PBB, Volker Turk, mengatakan badan dunia itu mencatat 136 serangan Israel terhadap 27 fasilitas kesehatan di Gaza, yang menyebabkan “kematian dan kehancuran yang signifikan”.

    Dua Tentara Israel di pagar keamanan yang memisahkan wilayah pendudukan Israel dengan Jalur Gaza. (khaberni/tangkap layar)

    Serangan Israel terus berlanjut di Gaza sepanjang malam, termasuk serangan terhadap kendaraan sipil dekat Khan Younis yang menewaskan enam orang, dan serangan terhadap sebuah rumah di Kota Gaza yang menewaskan satu keluarga beranggotakan tiga orang.

    Sumber-sumber medis di daerah kantong yang terkepung itu mengatakan kepada Al Jazeera, jumlah korban tewas gabungan akibat serangan Israel di Gaza sejak fajar hari Jumat telah meningkat menjadi sedikitnya 73 orang.

    Seorang dokter anak di Rumah Sakit Nasser di Gaza mengatakan, ia memperkirakan akan lebih banyak anak yang mencari perawatan untuk hipotermia akan dirawat di fasilitas tersebut dalam beberapa hari mendatang.

    Pemerintahan Biden yang akan berakhir masa jabatannya telah memberi tahu Kongres tentang paket senjata terakhir senilai $8 miliar untuk Israel yang akan mencakup amunisi untuk jet tempur dan helikopter serang, serta peluru artileri, situs berita Axios melaporkan.

    Serangan pemukim menggunakan pentungan dan batu di kota Silwad, Tepi Barat yang diduduki telah menyebabkan tujuh warga Palestina terluka, sementara pemukim juga menyerang seorang pria tua di kota Masafer Yatta.

    Perang Israel  di Gaza telah menewaskan sebanyak 45.658 warga Palestina dan melukai 108.583 orang sejak 7 Oktober 2023.

    Setidaknya 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas hari itu dan lebih dari 200 orang ditawan.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

  • Serangan Israel Terus Berlanjut, Gencatan Senjata di Gaza Masih Jauh – Halaman all

    Serangan Israel Terus Berlanjut, Gencatan Senjata di Gaza Masih Jauh – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Hamas telah mengungkapkan keinginan untuk segera merealisasikan gencatan senjata dengan Israel.

    Pejabat senior Hamas, Basem Naim, menyatakan bahwa kelompok tersebut sangat serius dalam pembicaraan gencatan senjata yang berlangsung di Doha, Qatar.

    Pernyataan ini disampaikan Naim pada Jumat (3/1/2025).

    Naim mengungkapkan bahwa pembicaraan kali ini difokuskan pada kesepakatan gencatan senjata permanen dan penarikan pasukan Israel.

    Para mediator dari Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat telah terlibat dalam negosiasi selama berbulan-bulan.

    Namun, Israel tampaknya enggan untuk menyetujui kesepakatan gencatan senjata secara permanen.

    “Kami sangat serius dalam menciptakan kesepakatan gencatan senjata sesegera mungkin,” tegas Naim.

    Meskipun ada optimisme dari Qatar terkait momentum perundingan setelah kemenangan Donald Trump dalam pemilu AS, tantangan tetap ada.

    Sementara pembicaraan gencatan senjata berlangsung, Israel kembali melancarkan serangan udara di Gaza pada Jumat (3/1/2025).

    Otoritas kesehatan Palestina melaporkan lebih dari 110 orang tewas akibat serangan tersebut selama 24 jam terakhir, dengan lebih dari 40 orang di antaranya tewas pada hari Jumat.

    Militer Israel mengklaim telah menyerang sekitar puluhan lokasi yang dianggap sebagai titik kumpul Hamas, serta pusat komando dan kontrol.

    Mereka menyatakan telah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko terhadap warga sipil, termasuk penggunaan amunisi presisi.

    Tuduhan dan Tanggapan

    Hamas dituduh oleh Israel menempatkan pejuang di wilayah sipil, termasuk bangunan yang sebelumnya digunakan sebagai sekolah.

    Namun, Hamas membantah tuduhan tersebut dan menegaskan bahwa mereka tidak menggunakan penduduk sipil sebagai perisai.

    Di tengah serangan ini, militer Israel meminta warga sipil di daerah al-Bureij untuk mengungsi demi keselamatan mereka.

    Sementara itu, cuaca buruk di musim dingin menambah kesulitan bagi ratusan ribu orang yang berlindung di perkemahan tenda darurat.

    Hingga saat ini, Israel telah menahan lebih dari 10.300 tahanan Palestina, sementara Hamas dilaporkan menahan sekitar 100 tawanan Israel.

    Kelompok tersebut juga mengeklaim bahwa puluhan tawanan tewas akibat serangan udara Israel yang terus berlanjut.

    Sejak 7 Oktober 2023, lebih dari 45.650 korban, sebagian besar wanita dan anak-anak, dilaporkan tewas akibat konflik yang berlangsung di Gaza.

    Dengan situasi yang semakin memanas dan serangan yang terus berlanjut, nasib gencatan senjata antara Hamas dan Israel masih belum pasti.

    Apakah pembicaraan ini akan membuahkan hasil atau justru semakin memperburuk keadaan, masih harus ditunggu.

    (Tribunnews.com/Whiesa)

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Tentara Israel Lagi-lagi Serang RS Indonesia di Gaza, Situasinya Mencekam

    Tentara Israel Lagi-lagi Serang RS Indonesia di Gaza, Situasinya Mencekam

    Jakarta

    Pasukan tentara Israel kembali menyerbu Rumah Sakit Indonesia yang berada di kota Beit Lahia, Gaza Utara. Mereka melontarkan ancaman kepada para staf medis rumah sakit dan pasien, serta memerintahkan untuk segera mengungsi.

    Dikutip dari Middle East Monitor (MEMO) dan Gulf Times, rumah sakit tersebut kini berada di bawah pengepungan para pasukan Israel. Sebagian besar yang terjebak di dalam rumah sakit adalah wanita dan anak-anak, serta sejumlah pasien yang sulit untuk bergerak.

    Para tentara Israel tersebut juga terus melepaskan tembakan dan granat. Bangunan-bangunan di sekitaran rumah sakit juga ikut rusak. Mereka juga menghancurkan bagian oksigen, listrik, sehingga mustahil untuk rumah sakit kembali memberikan layanan medis.

    Serangan ini terjadi seminggu setelah pasukan Israel menyerbu dan mengevakuasi secara paksa orang-orang yang ada di Rumah Sakit Kamal Adwan. Mereka mengirim para pasien ke Rumah Sakit Indonesia yang telah mengalami kerusakan parah akibat serangan udara sebelumnya.

    Saat ini, Gaza Utara tidak memiliki rumah sakit layak untuk dapat memberikan layanan medis kepada setidaknya 300.000 warga Palestina di daerah itu. Di sisi lain, tentara Israel masih terus melanjutkan aksi mereka.

    (dpy/suc)

  • Pilu Ayah-Anak Palestina Tewas Ditembak di Kamp Pengungsi Jenin

    Pilu Ayah-Anak Palestina Tewas Ditembak di Kamp Pengungsi Jenin

    Tepi Barat

    Seorang pria Palestina dan anaknya tewas ditembak di area kamp pengungsi Jenin di wilayah Tepi Barat yang diduduki Israel. Otoritas keamanan Palestina menuduh militan setempat sebagai dalang penembakan tersebut.

    Kota Jenin dan kamp pengungsi Palestina yang ada di area tersebut sering menjadi lokasi bentrokan mematikan antara kelompok militan setempat dengan pasukan keamanan Otoritas Palestina yang berbasis di Ramallah. Bentrokan itu dipicu oleh penangkapan yang dilakukan akhir tahun lalu.

    Juru bicara pasukan keamanan Palestina di Tepi Barat, Anwar Rajab, seperti dilansir AFP, Sabtu (4/1/2025), mengatakan bahwa seorang pria Palestina bernama Mahmud al-Hajj tewas bersama anak laki-lakinya yang bernama Qassem “dalam sebuah insiden” di area kamp pengungsi Jenin pada Jumat (3/1) waktu setempat.

    Sementara anak perempuan al-Hajj mengalami luka-luka dalam insiden yang sama.

    “Area di mana insiden itu terjadi berada di luar wilayah operasional di mana pasukan keamanan aktif di dalam kamp tersebut,” ucap Rajab dalam pernyataannya.

    Lebih lanjut, Rajab menuduh “orang-orang yang melanggar hukum” telah mendalangi pembunuhan ayah dan anak di Jenin tersebut.

    Direktur rumah sakit pemerintah di Jenin, Wisam Bakr, mengonfirmasi kepada AFP bahwa jenazah al-Hajj dibawa ke fasilitasnya, bersama dengan anak perempuannya yang luka-luka. Sedangkan jenazah anak laki-laki al-Hajj diangkut ke rumah sakit lainnya di area Jenin.

  • Tentara Israel Serbu Rumah Sakit Indonesia di Gaza Paksa Evakuasi, Incar Benteng Medis Terakhir – Halaman all

    Tentara Israel Serbu Rumah Sakit Indonesia di Gaza Paksa Evakuasi, Incar Benteng Medis Terakhir – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pasukan pendudukan Israel pada Jumat (3/1/2025) menyerbu Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara.

    Mereka melontarkan ancaman terhadap staf medis dan pasiennya, serta memerintahkan evakuasi segera, Pusat Informasi Palestina melaporkan seperti dikutip dari MEMO.

    Disebutkan, rumah sakit tersebut kini berada di bawah pengepungan ketat pasukan Israel.

    Tak hanya mengepung, tentara IDF terus menembakkan peluru tajam ke sekelilingnya.

    Sebagian besar orang di dalam rumah sakit yang terkepung adalah wanita dan anak-anak, serta sejumlah orang terluka yang sama sekali tidak dapat bergerak.

    Direktur Rumah Sakit Indonesia telah menyatakan bahwa rumah sakit telah kehabisan persediaan medis, dan menyerukan tindakan internasional yang mendesak untuk menyelamatkan nyawa warga sipil yang terluka.

    Ia menunjukkan bahwa tentara Israel terus menghancurkan dan menghancurkan area di sekitar rumah sakit hari ini.

    Ia menambahkan bahwa tentara Israel juga menghancurkan bagian oksigen dan listrik rumah sakit, sehingga mustahil untuk menyediakan layanan medis penting.

    Serangan terhadap fasilitas kesehatan itu terjadi seminggu setelah Israel menyerbu dan mengevakuasi secara paksa Rumah Sakit Kamal Adwan, mengirim mereka yang membutuhkan perawatan medis mendesak ke Rumah Sakit Indonesia.

    Sekarang tidak ada lagi rumah sakit yang beroperasi di Gaza utara, yang membahayakan nyawa 300.000 warga Palestina di daerah itu, sementara Israel terus melanjutkan apa yang Amnesty International dan kelompok hak asasi lainnya nyatakan sebagai genosida terhadap rakyat Palestina.

    Ancaman Bom

    Diberitakan The Peninsula, tak hanya Rumah Sakit Indonesia, tentara pendudukan Israel juga mengancam Rumah Sakit Al Awda di kamp Jabalia di Jalur Gaza utara dengan pengeboman.

    Sama halnya yang terjadi di Beit Lahia (lokasi Rumah Sakit Indonesia), tentara Israel menuntut penghuni rumah sakit untuk mengungsi.

    Tentara pendudukan mengancam sekitar 96 warga dari staf medis, pasien, yang terluka dan pekerja di rumah sakit, menuntut mereka untuk segera mengevakuasi diri.

    Jika tidak, rumah sakit akan dibom ke arah mereka yang ada di dalamnya, yang mengancam akan menghilangkan akses perawatan kesehatan bagi 40 ribu warga di Jalur Gaza utara.

    Tentara pendudukan menembakkan bom dari pesawat tak berawak ke arah bagian penerima tamu dan unit gawat darurat, yang menyebabkan sejumlah staf medis terluka, dan artilerinya terus menembaki halaman rumah sakit dan gerbangnya.

    Rumah Sakit Al Awda di daerah Tal al-Zaatar di kamp Jabalia adalah benteng medis terakhir di provinsi Gaza utara, karena pendudukan telah mengepung orang-orang di dalamnya selama 90 hari, di tengah kondisi kesehatan dan kemanusiaan yang mengerikan.

    Agresi pasukan pendudukan terhadap rumah sakit terjadi dalam kerangka penargetan sistem kesehatan di Jalur Gaza, seperti yang telah terjadi pada Rumah Sakit Kamal Adwan di kota Beit Lahia, sebelah utara Jalur Gaza, yang merupakan salah satu rumah sakit terbesar di daerah itu, dan menyediakan layanannya kepada lebih dari 400 ribu orang beberapa hari yang lalu.

    Tentara pendudukan kemudian memaksa pasien, yang terluka, dan staf medis, termasuk direktur rumah sakit, dr. Hussam Abu Safia, beserta kru pers, untuk meninggalkan rumah sakit secara paksa, disertai dengan tembakan peluru dan mortir ke arahnya, sehingga api menghancurkan bagian operasi, laboratorium, ambulans, gawat darurat, dan bagian penerima tamu.

    Pendudukan Israel terus melancarkan agresinya di Jalur Gaza, baik melalui darat, laut, maupun udara, sejak 7 Oktober 2023, menyisakan bencana kemanusiaan, di tengah kekurangan bantuan pokok yang parah, ditambah cuaca dingin yang ekstrem yang menambah penderitaan warga sipil dan memperparah kondisi sulit yang dihadapi penduduk. 

    (Tribunnews.com/Chrysnha)

  • Tentara Israel Lagi-lagi Serang RS Indonesia di Gaza, Situasinya Mencekam

    Militan Kirim Roket Usai Serangan Israel Tewaskan 16 Orang di Gaza

    Jakarta

    Militer Israel melaporkan tiga roket yang menargetkan wilayahnya pada hari Jumat dari Jalur Gaza. Roket ditembakkan usai serangan Israel di Jalur Gaza menewaskan 16 orang.

    Dilansir AFP, Sabtu (4/1/2025), Roket tersebut merupakan serangan terbaru oleh militan di wilayah Palestina yang hancur. Atas serangan tersebut, Menteri Pertahanan Israel Israel Katz memperingatkan tentang serangan balasan yang lebih intens jika mereka terus menggempur wilayahnya.

    Setelah lebih dari 14 bulan perang antara Israel dan militan Hamas Palestina di Gaza, peluncuran semacam itu menjadi langka. Peluncuran tersebut telah meningkat sejak akhir Desember, saat Israel melanjutkan serangan darat dan udara besar selama tiga bulan di wilayah utara.

    Militer mengatakan salah satu roket hari Jumat waktu setempat “jatuh berdekatan dengan komunitas Nir Am”, di Israel di ujung timur laut Gaza, sementara yang kedua mendarat di daerah tak berpenghuni.

    Sebelumnya pada hari itu, dikatakan roket lain yang ditembakkan dari Gaza telah memicu sirene di dekat Beeri, di seberang Gaza tengah.

    Tidak ada korban luka yang dilaporkan.

    Di Gaza, petugas tanggap darurat melaporkan temuan 16 jenazah warga Palestina akibat gempuran Israel. Beberapa korban di antaranya anak-anak.

    “Hari Jumat adalah hari yang berat bagi penduduk Gaza, khususnya di Kota Gaza, karena pemboman Israel yang terus-menerus,” katanya kepada AFP.

    Beberapa korban tewas terjadi dalam serangan dan penembakan di Gaza utara dan tengah, dan dua di antaranya di selatan, kata Bassal.

    Tiga anak tewas dalam penembakan Israel di lingkungan Zietun, Kota Gaza, sementara serangan udara menewaskan dua orang di wilayah selatan Rafah, kata Pertahanan Sipil.

    (taa/taa)

  • PBB Sebut Israel Tak Berikan Bukti RS di Gaza Markas Hamas

    PBB Sebut Israel Tak Berikan Bukti RS di Gaza Markas Hamas

    Jakarta, CNN Indonesia

    Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengatakan Israel belum memberikan bukti atas tuduhan rumah sakit di Gaza jadi markas Hamas. Tudingan ini kerap dijadikan dalih gempuran Tel Aviv terhadap fasilitas kesehatan.

    PBB mencatat ada 136 serangan yang dilakukan Israel terhadap 27 fasilitas kesehatan di Gaza. Aksi keji Israel ini menyebabkan kematian warga hingga kerusakan yang signifikan.

    “Israel belum memberikan informasi yang cukup untuk mendukung klaim ini, yang seringkali tidak jelas dan luas,” kata Kepala hak asasi manusia PBB, Volker Turk dalam sambutannya di Dewan Keamanan PBB, dikutip Aljazeera, Sabtu (4/1).

    “Dalam beberapa kasus, klaim tersebut tampaknya bertentangan dengan informasi yang tersedia untuk umum,” imbuhnya.

    Israel sering menuding milisi Palestina menggunakan rumah sakit di Gaza untuk kepentingan militer.

    Tuduhan ini kerap dijadikan alasan pembenaran Negara Zionis itu menyerang fasilitas kesehatan.

    Turk menyebut tudingan-tudingan Israel belum disertai bukti. Ia pun menyerukan penyelidikan independen untuk menginvestigasi serangan Israel terhadap rumah sakit di Gaza dan tuduhan Hamas menggunakan fasilitas kesehatan untuk tujuan militer.

    Seluruh rumah sakit di Jalur Gaza utara, Palestina, dinyatakan lumpuh total, menyusul agresi brutal Israel yang tak kunjung mereda sejak 7 Oktober 2023 per 5 November 2024.

    Kantor Media Pemerintah Gaza melaporkan bahwa semua rumah sakit di bagian utara Jalur Gaza sudah tidak dapat berfungsi. Hal ini terjadi di tengah bombardir Israel tanpa henti dan pengepungan militer yang memblokade akses bantuan kemanusiaan, termasuk pasokan medis, ke Jalur Gaza.

    Akhir 2024 lalu, Israel mengempur rumah sakit Kamal Adwan, yang merupakan RS terakhir yang berfungsi di Gaza Utara.

    Tentara Israel Israel juga menangkap direktur rumah sakit, melucuti pakaian para pekerja medis, dan melakukan kekerasan terhadap mereka.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan hancurnya Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza Utara merupakan hukuman mati bagi ribuan warga Palestina yang kini hidup di bawah serangan tanpa pandang bulu oleh Israel

    Kementerian Kesehatan Jalur Gaza Palestina menyatakan pasien dan korban luka yang terpaksa dievakuasi dari Rumah Sakit Kamal Adwan ke Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara tadi malam berada dalam “kondisi yang sangat memprihatinkan dan sulit.”

    Pemindahan paksa pasien dan staf medis ini dilakukan lantaran Israel terus menggempur hingga membakar RS Kamal Adwan pada Jumat (27/12/2024). Gempuran Israel ini sampai menewaskan lima staf medis yang dilaporkan meninggal karena terbakar hidup-hidup.

    (pta/pta)

  • Mati Satu Tumbuh Seribu, Saat Pasukan Israel Kaget Petempur Hamas Tak Habis-habis di Gaza – Halaman all

    Mati Satu Tumbuh Seribu, Saat Pasukan Israel Kaget Petempur Hamas Tak Habis-habis di Gaza – Halaman all

    Mati Satu Tumbuh Seribu, Saat Israel Kaget Petempur Hamas Tak Habis-habis di Gaza

     

    TRIBUNNEWS.COM – Sebuah laporan dari saluran televisi Israel, Channel 12 menyiratkan keterkejutan pihak pendudukan Israel terkait kekuatan militer gerakan pembebasan Palestina, Hamas dalam Perang Gaza yang sudah berlangsung lebih dari 14 bulan tersebut.

    Laporan itu mengungkapkan kalau Hamas secara militer mampu kembali memiliki kendali di Jalur Gaza dengan merekrut pasukan baru.

    Bak pepatah, Mati Satu Tumbuh Seribu, Hamas dilaporkan mampu merestrukturisasi kekuatan militernya di Gaza terlepas dari banyaknya pejuangnya yang gugur ‘dinetralisir’ Pasukan Israel (IDF).

     
    Channel 12 Israel melaporkan, Hamas saat ini memiliki antara 20 dan 23 ribu pejuang, bekerja sama dengan kekuatan dari gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ).

    Menurut laporan tersebut, tingkat perekrutan petempur baru yang dilakukan Hamas melebihi tingkat ‘netralisasi dan pengurangan’ kekuatan tempur mereka oleh pasukan Israel (IDF).

    Berdasarkan data, jumlah pejuang milisi pembebasan Palestina yang saat ini beroperasi di Jalur Gaza, dalam berbagai bentuk dan organisasi berbeda, berkisar antara 20 hingga 23 ribu petempur.

    Data tersebut juga menunjukkan kalau sebanyak 9.000 pejuang terorganisir aktif di seluruh sektor dan front pertempuran di Jalur Gaza.

    “Setengah dari mereka di divisi utara Gaza dan separuh lainnya di divisi selatan Gaza,” tulis laporan itu. 

    Selain itu, terdapat antara 7.000 dan 10.000 pejuang tambahan yang tersebar di seluruh Jalur Gaza yang tidak beroperasi secara terorganisir, dan sekitar 4.000 pejuang dari Brigade Al-Quds, sayap militer gerakan Jihad Islam, dan organisasi lainnya, hadir di seluruh Gaza.

    Kesamaan Nasib

    Pejabat militer di Israel mengatakan kalau Hamas tahu cara efektif merekrut petempur baru hingga hari ini.

    IDF menduga Hamas menggunakan bantuan kemanusiaan untuk memikat mereka serta uang.

    IDF menyebut kalau kebutuhan pokok dan uang adalah sesuatu yang sulit ditolak merujuk pada situasi mengerikan di Jalur Gaza saat ini.

    Namun, sejumlah ulasan menyebut ada faktor ideologis yang cenderung dilupakan Israel seputar faktor jitunya Hamas merekrut petempur baru.

    Faktor ideologis itu adalah adalah kesamaan nasib untuk sama-sama memperjuangkan tanah air mereka, Palestina.

    Pola militer Israel yang cenderung melakukan pengusiran paksa, ditambah pembantaian di kamp-kamp pengungsi dan zona yang mereka sebut ‘aman’, menjadi motivasi lain warga sipil Gaza untuk bergabung menjadi kombatan.

    “Peluang mereka untuk hidup cenderung kecil baik sebagai warga sipil maupun sebagai kombatan. Dengan kondisi itu, menjadi kombatan adalah cara terbaik menghadapi penderitaan,” tulis sebuah ulasan yang dikutip, Jumat (3/1/2025).

    Metode militer Israel dalam penghancuran masif dan terstruktur Gaza, dinilai juga menjadi faktor lain.

    Warga sipil yang tadinya cenderung enggan bergabung dengan kelompok-kelompok milisi, secara sekejap berubah pikiran setelah melihat anggota keluarga mereka ikut menjadi korban.

    Beda Data antara IDF dan Pemerintah Israel

    Tentara Israel terakhir kali mengumumkan kalau mereka telah membunuh antara 17.000 dan 20.000 pejuang Hamas dan PIJ selama perang Gaza berlangsung. 

    Laporan media Israel tersebut menunjukkan, selama 15 bulan terakhir, terdapat kesenjangan beberapa ribu antara data tentara Israel dan pihak pemerintah Israel di bawah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

    “Perbedaan data soal kekuatan Hamas ini menimbulkan keraguan terhadap perkiraan tersebut,” kata laporan tersebut.

    Pada bulan Juni, tentara Israel mengatakan kalau antara 14.000 dan 16.000 pejuang Hamas telah terluka, sementara surat kabar Amerika, The Washington Post, melaporkan kalau lebih dari 6.000 warga Gaza ditangkap oleh tentara Israel selama perang, dan setidaknya 4.300 di antaranya masih dalam tahanan.

    “Paling banyak 2.200 orang dikembalikan ke Gaza, karena dianggap kurang berbahaya,” kata laporan itu.

    Adapun surat kabar The Jerusalem Post mengindikasikan bahwa angka-angka yang dipublikasikan tampaknya bertentangan dengan laporan IDF baru-baru ini kepada para jurnalis.

    IDF mengklaim kalau sebagian besar wilayah utara Gaza telah dibersihkan dari para pejuang milisi Palestina.

    “Perkiraan tentara Israel lebih terbatas, mengingat bahwa sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza telah mengungsi, dievakuasi dan dipindahkan beberapa kali dalam perang ini, sehingga sulit membedakan antara kombatan dan warga sipil,” kata laporan itu.

    Kolase kejadian-kejadian saat serangan Banjir Al-Aqsa oleh milisi perlawanan Palestina, Hamas, ke perbatasan Gaza-Israel pada 7 Oktober 2023 silam. (tangkap layar)

    Hamas Beralih ke Metode Perang Gerilya di Wilayah yang Telah Hancur

    Dalam laporan terpisah, surat kabar Israel berbahasa Ibrani, Yedioth Ahronoth menerbitkan laporan baru mengenai perkembangan pertempuran di Jalur Gaza utara.

    Laporan itu menunjukkan kalau militer Israel (IDF) kewalahan seiring berubahnya situasi militer di wilayah tersebut.

    “Situasi di Gaza Utara menjadi lebih kompleks dan sulit untuk mengakhiri pertempuran saat ini,” kata laporan media itu dilansir Khaberni, Selasa (2/1/2024).

    Surat kabar tersebut menjelaskan, “Tingginya harga yang harus dibayar oleh tentara Israel dalam hal hilangnya nyawa personel menunjukkan kalau pertempuran tersebut belum mencapai tahap yang menentukan.”

    Surat kabar tersebut melaporkan kalau gerakan pembebasan Palestina, Hamas terus melakukan perlawanan dengan kegigihan.

    “Hamas tidak menunjukkan tanda-tanda menyerah, namun terus melanjutkan upayanya untuk menembakkan roket ke kota-kota utara Israel,” kata laporan tersebut.

    Laporan tersebut menambahkan, Hamas semakin banyak menggunakan taktik gerilya yang disempurnakan.

    Selain menyesuaikan diri dengan situasi medan yang hancur, serangan dilakukan dengan menggunakan kelompok kecil yang terdiri dari tiga hingga empat orang atau mungkin kurang, dalam upaya untuk melumpuhkan tentara Israel.

    Tentara Israel berdiri di atas tank, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Pembebasan Palestina Hamas, dekat perbatasan Israel-Gaza, di Israel selatan, 1 Januari 2024. (Tangkap Layar/REUTERS/Violeta Santos Moura)

    Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa Hamas telah berhasil beradaptasi dengan kondisi perang saat ini.

    “Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas telah beralih ke metode perang gerilya di wilayah yang telah hancur, sehingga meningkatkan kesulitan operasi militer bagi tentara Israel di wilayah tersebut,” kata khaberni, mengutip laporan itu.

    Personel Brigade Al Qassam, sayap militer gerakan pembebasan Palestina, Hamas di Jalur Gaza. Hamas menyatakan tidak ada pertukaran sandera sebelum pasukan Israel menghentikan agresinya di Jalur Gaza. (khaberni/HO)

    Jumlah Anggota Hamas Bertambah

    Selain metode perang, pasukan militan Palestina, Hamas, dikabarkan bangkit dengan menambah jumlah prajuritnya.

    Namun, jumlah penambahan milisi baru yang bergabung masih simpang siur, sejumlah media memiliki jumlah versinya masing-masing.

    Sementara dari versi penambahan jumlah tersebut, berbeda dengan versi agresi militer dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF).

    IDF disebut-sebut berbohong dengan jumlah pasukan Hamas yang terluka akibat pertempuran.

    Baik The Jerusalem Post maupun Channel 12 telah menerima informasi yang menunjukkan bahwa Hamas tengah melakukan upaya bangkit secara substansial dengan merekrut pasukan baru.

    Channel 12 mengatakan pada Rabu (1/1/2025) malam bahwa Hamas memiliki sekitar 20.000-23.000 pejuang, bersama dengan Jihad Islam

    Informasi yang diterima The Post dalam periode terkini menunjukkan jumlahnya mendekati sekitar 12.000.

    Fluktuasi liar dalam angka-angka tersebut menjadi lebih mencolok jika dibandingkan dengan angka-angka sebelumnya yang dikeluarkan oleh IDF atau Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

    Angka terakhir yang dipublikasikan adalah bahwa IDF telah membunuh sekitar 17.000-20.000 pasukan Hamas dan Jihad Islam selama perang.

    Terjadi perbedaan beberapa ribu antara IDF dan Netanyahu sepanjang perang, yang membuat beberapa perkiraan dipertanyakan.

    Pada bulan Juni, IDF mengatakan bahwa sekitar 14.000-16.000 pejuang Hamas telah terluka.

    Lebih jauh, The Post mengetahui bahwa lebih dari 6.000 warga Gaza telah ditahan oleh IDF selama perang, dengan setidaknya 4.300 orang masih dalam tahanan dan paling banyak 2.200 orang dikembalikan ke Gaza karena dianggap kurang berbahaya.

    Perbedaan Jumlah

    Mengingat pada awal perang, IDF mengatakan pasukan penuh Hamas berjumlah 25.000.

    Jumlah tersebut tidak mendekati jumlah sebenarnya kecuali jika seseorang memperhitungkan bahwa Hamas telah merekrut hampir seluruh pasukan baru, yang sepenuhnya menggantikan pasukan lamanya.

    Alternatif lain adalah meskipun IDF memperkirakan pada awal perang bahwa pasukan Hamas berjumlah 25.000 orang, perkiraan sebelumnya sebelum perang dimulai memperkirakan jumlahnya 30.000 atau bahkan 40.000 orang.

    Post diberi tahu pada Rabu malam bahwa angka 40.000 lebih akurat.

    Hal ini dapat menunjukkan bahwa mayoritas pejuang Hamas masih berasal dari pasukan asli mereka, sementara mereka pasti telah menambah ribuan rekrutan baru.

    Bulan Juni menandai laporan pertama mengenai kebangkitan besar Hamas setelah IDF menarik diri dari Gaza utara pada bulan Januari-Februari dan menarik diri dari Khan Yunis pada tanggal 7 April.

    Jika laporan Channel 12 benar, laporan itu mengatakan bahwa sekitar 9.000 pasukan Hamas terbagi antara Gaza utara dan selatan, bahwa Jihad Islam memiliki 4.000 pejuang lainnya, dan bahwa ada 7.000-10.000 pejuang yang tidak terorganisir, lebih lokal, dan tersebar di seluruh Jalur tersebut.

    Angka-angka ini tampaknya bertentangan dengan pengarahan terbaru IDF kepada Post dan media lainnya yang menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Gaza utara telah dibersihkan dari para pejuang.

    Sebaliknya, jumlah Hamas mendekati 12.000, dengan lebih banyak pejuang di Gaza selatan daripada di Gaza utara.

    Namun, beberapa sumber pada Rabu malam mendukung angka-angka Channel 12.

    Namun, bahkan angka-angka Channel 12 memiliki kesenjangan dan spektrum yang signifikan, sehingga perkiraan IDF mungkin lebih terbatas dalam kurun waktu ketika sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza berdesakan bersama di beberapa wilayah kemanusiaan kecil, dengan sedikit kemampuan untuk membedakan antara teroris dan warga sipil.

    Sumber lain mengatakan kepada  The Post bahwa jumlah totalnya tidak jelas tetapi kualitas pejuang Hamas baru yang diberi senjata oleh kelompok teror itu jauh lebih rendah daripada sebelumnya dalam perang, mengingat banyak dari mereka adalah anak di bawah umur yang belum terlatih.

    Populasi Turun

    Populasi Gaza telah turun enam persen sejak perang Israel di daerah kantong yang terkepung itu dimulai hampir 15 bulan yang lalu ketika sekitar 100.000 warga Palestina meninggalkan daerah kantong itu sementara lebih dari 55.000 orang diperkirakan tewas, menurut Biro Pusat Statistik Palestina (PCBS).

    Sekitar 45.500 warga Palestina, lebih dari separuhnya wanita dan anak-anak, telah terbunuh sejak perang dimulai tetapi 11.000 lainnya hilang, kata biro tersebut, mengutip angka dari Kementerian Kesehatan Palestina.

    Dengan demikian, populasi Gaza telah menurun sekitar 160.000 selama perang menjadi 2,1 juta, dengan lebih dari satu juta atau 47 persen dari total anak-anak berusia di bawah 18 tahun, kata PCBS, dikutip dari NewArab.

    Ditambahkan pula bahwa Israel telah “melancarkan agresi brutal terhadap Gaza yang menyasar semua jenis kehidupan di sana; manusia, bangunan, dan infrastruktur vital… seluruh keluarga telah dihapus dari catatan sipil. Terjadi kerugian manusia dan material yang sangat besar.”

    Israel menghadapi tuduhan genosida di Gaza karena skala kematian dan kehancuran.

    Mahkamah Internasional (ICJ), badan hukum tertinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa, memutuskan Januari lalu bahwa Israel harus mencegah tindakan genosida terhadap warga Palestina.

    Sementara Paus Fransiskus menyarankan masyarakat global harus mempelajari apakah kampanye Israel di Gaza merupakan genosida.

    PCBS mengatakan sekitar 22 persen penduduk Gaza saat ini menghadapi tingkat kerawanan pangan akut yang sangat parah, menurut kriteria Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu, sebuah pemantau global.

    Termasuk dalam 22 persen itu sekitar 3.500 anak yang berisiko meninggal karena kekurangan gizi dan kekurangan makanan, kata biro tersebut.

     

    (oln/khbrn/*)

     

     

  • Pukulan Telak Buat AS, Drone MQ-9 Reaper ke-14 Ditembak Jatuh Houthi di Marib: Rp 6,8 Triliun Hangus – Halaman all

    Pukulan Telak Buat AS, Drone MQ-9 Reaper ke-14 Ditembak Jatuh Houthi di Marib: Rp 6,8 Triliun Hangus – Halaman all

    Pukulan Telak Buat AS, Drone MQ-9 Reaper ke-14 Ditembak Jatuh Houthi di Marib: Rp 6,8 T Hangus

    TRIBUNNEWS.COM – Angkatan Bersenjata Yaman (YAF) yang terafiliasi kelompok bersenjata Houthi dilaporkan telah menembak jatuh pesawat nirawak MQ-9 Reaper Amerika Serikat (AS) yang ke-14 Kamis (2/1/2025).

    Laporan ini datang hanya beberapa hari setelah Houthi menembak jatuh pesawat nirawak canggih ke-13 milik AS tersebut.

    Brigadir Jenderal Yahya Saree, juru bicara pasukan YAF, menyatakan bahwa drone MQ-9 Reaper ke-14 AS ini dicegat saat “melaksanakan misi yang mengancam keamanan Yaman” di wilayah Marib, Suriah.

    Saree mengklaim kalau pesawat tak berawak canggih AS, yang bernilai sekitar 30 juta dolar AS (Rp 486 miliar), ditembak jatuh menggunakan rudal Saqr 358.

    Rudal Saqr, menurut klaim Houthi, diproduksi di dalam negeri.
     
    Sejak Oktober tahun lalu, militer AS telah kehilangan 14 pesawat tak berawak MQ-9 Reaper yang diperkirakan bernilai 420 juta dolar AS (setara Rp 6, 8 triliun) akibat serangan petempur Houthi.

    “Hilangnya 14 pesawat tak berawak berteknologi tinggi merupakan pukulan telak bagi operasi militer AS,” tulis laporan situs militer DAS, dikutip Jumat (3/1/2025).

    Sabtu lalu, Angkatan Udara AS kehilangan pesawat tak berawak MQ-9 Reaper ke-13, yang ditembak jatuh oleh pasukan Houthi di atas wilayah Bayda, Yaman.

     

    Puing-puing pesawat nirawak MQ-9 Reaper setelah ditembak jatuh oleh pejuang Houthi di Yaman. (foto arsip) (DSA)

    Bisa Terbang Hingga 27 Jam

    Militer AS menggunakan MQ-9 Reaper, yang dikembangkan oleh General Atomics Aeronautical Systems (GASI), untuk mengamankan wilayah maritim di lepas pantai Yaman, Laut Merah, untuk pengiriman komersial. 

    AS juga menggunakan drone itu untuk melakukan operasi pengintaian dan pengeboman di tanah Yaman.
      
    Secara teknis, MQ-9 Reaper dapat beroperasi hingga 27 jam terus menerus pada ketinggian 50.000 kaki, membawa muatan melebihi 1,7 ton, termasuk sensor canggih dan komponen elektronik sensitif.

    Drone MQ-9 Reaper (DSA)

    Terutama digunakan untuk misi Intelijen, Pengawasan, dan Pengintaian (ISR), drone ini juga dapat dipersenjatai dengan rudal Hellfire, bom GBU-12 Paveway II, dan GBU-38 Joint Direct Attack Munition (JDAM) untuk operasi penyerangan.

    Hingga tahun 2021, militer AS, khususnya Angkatan Udara AS (USAF), mengoperasikan lebih dari 300 drone MQ-9 Reaper, yang pertama kali diperkenalkan ke satuan tempur pada tahun 2007.

    AS berencana untuk memensiunkan MQ-9 Reaper pada tahun 2035.

    Rudal mode ganda “Saqr 358” buatan Iran. (DSA)

    Seputar Rudal Saqr 358

    Pihak Houthi mengklaim MQ-9 Reaper ke-14 ditembak jatuh menggunakan rudal Saqr 358 mode ganda.

    Rudal Saqr 358 menggabungkan kemampuan pesawat tak berawak kamikaze dengan fungsi antipesawat, khususnya menargetkan pesawat tak berawak musuh yang dioperasikan oleh musuh Iran di zona konflik Timur Tengah.

    Dikembangkan oleh Iran, rudal canggih ini secara efektif digunakan oleh pasukan proksi Iran, termasuk Houthi di Yaman, serta kelompok bersenjata di Irak dan Hizbullah di Lebanon selatan.

    Fleksibilitas dan efektivitas rudal Saqr 358 menjadikannya senjata pilihan bagi proksi Iran, yang memungkinkan mereka mengganggu pengintaian dan pengawasan musuh, khususnya oleh Israel dan Amerika Serikat.

    Sedikit yang diketahui tentang spesifikasi teknis rudal tersebut, tetapi Saqr 358 berukuran panjang sekitar 3 meter dengan diameter rudal 152 mm.

    Dengan berat 50 kg, rudal ini ditenagai oleh mesin turbojet kecil dan dapat menyerang target pada jarak 10 km hingga 100 km.

    Rudal tersebut membawa hulu ledak fragmentasi tinggi seberat 10 kg dan tidak memerlukan sistem peluncuran yang canggih, membuatnya mudah untuk dipindahkan dan disebarkan.

    Rudal mode ganda ini juga telah dipamerkan di beberapa parade militer Iran yang menampilkan Saqr 358.

    Teknologi Houthi Lebih Canggih dari yang Diperkirakan Israel

    Terkait kemampuan militer Houthi, seorang pejabat Israel mengakui bahwa teknologi yang dimiliki Houthi lebih canggih daripada yang diperkirakan banyak orang.

    Oleh karena itu, upaya Israel untuk melawan kelompok dari Yaman itu barangkali akan lebih sulit.

    Kepada media terkenal asal Amerika Serikat, The New York Times, pejabat yang enggan disebutkan namanya itu mengatakan Houthi tak seharusnya diremehkan.

    Menurutnya, berkat bantuan Iran, Houthi mampu mengambil “langkah praktis” dalam mengejar tujuannya, yakni menghancurkan Israel.

    Sementara itu, Yoel Guzansky, mantan pejabat Dewan Keamanan Nasional Israel, menyebut Houthi hendak melancarkan perang atrisi melawan Israel.

    “Houthi menginginkan perang atrisi melawan Israel dengan terus menembak sehingga mereka bisa berkata, ‘Kami adalah perlawanan nyata,’” kata Guzansky.

    Dia berujar sebagian rencana Houthi didasarkan pada ekonomi sederhana.

    Rudal dan pesawat nirawak atau drone yang diluncurkan Houthi mungkin hanya berbiaya beberapa ribu dolar. Namun, biaya yang dikeluarkan Israel untuk menangkisnya mencapai puluhan ribu dolar.

    Sejarawan militer Danny Orbach di Universitas Ibrani mengungkapkan tantangan lain yang harus dihadapi Israel.

    Tantangan itu ialah jarak yang begitu jauh. Houthi berada di Yaman yang berjarak lebih dari seribu mil dari Israel.

    Jarak jauh itu juga disinggung oleh Amatzia Baram, seorang guru besar sejarah Timur Tengah dan Direktur Pusat Kajian Irak di Universitas Haifa.

    “Jaraknya sangat jauh, hampir 2.000 km. Ini bukan Tartus, Latakia, atau Beirut, ini dunia yang sepenuhnya berbeda,” kata Baram saat diwawancarai Maariv.

    Menurutnya, Israel butuh lima jam penerbangan pulang pergi untuk menyerang Houthi.

    “Houthi mengetahui ini, mereka punya rudal. Rudal mereka bisa menjangkau kita. Kita tak punya rudal yang cocok untuk tugas ini. Kita hanya punya angkatan udara.”

    “Dengan sebuah rudal, kalian menekan tombol, mengirimnya, dan pergi tidur. Rudal akan membereskan yang lainnya. Angkatan udara tidak bekerja seperti itu. Hampir tiga jam untuk berangkat, tiga jam kembali.”

    Kelompok Ansarallah Houthi Yaman meneguhkan dukungan ke Perlawanan Palestina dengan meningkatkan serangan ke Israel. (Khaberni)

    Baram juga mengomentari serangan terbaru Israel ke Bandara Sanaa di Yaman. Menurutnya serangan itu sangat efektif karena merusak menara kendali sehingga menyusahkan pendaratan pesawat angkut Iran.

    Meski demikian, dia berkata pesawat masih bisa mendarat. “Tetapi akan sangat susah, itu akan problematis.”

    Houthi ‘The Last Man Standing’

    Seth J. Frantzman, seorang analis di Jerusalem Post, menyebut Houthi sebagai the last man standing atau pihak terakhir yang masih bertahan dalam kelompok Poros Perlawanan yang dipimpin Iran.

    Berbeda dengan Houthi, Hizbullah sebagai salah satu anggota poros itu sudah sepakat untuk melakukan gencatan senjata dengan Israel.

    “Houthi yang didukung Iran tampaknya sendirian dalam upaya menyerang Israel karena Iran dan kelompok proksi Iran lainnya telah melemah,” kata Frantzman pertengahan bulan ini.

    “Mereka belum mengalami kemunduran besar sejak memulai serangan mereka terhadap Israel dan kapal-kapal setelah serangan Hamas tanggal 7 Oktober.”

    Dia mengklaim Houthi bisa melancarkan serangan jauhnya kemudian bersembunyi di gunung-gunung sekitar Sanaa, Yaman.

    Serangan Houthi itu sampai membuat sekutu dekat Israel, AS, harus campur tangan.

    AS menjalankan Operasi Penjaga Kemakmuran pada bulan Desember 2023 guna melawan serangan Houthi terhadap kapal-kapal dagang di Laut Merah. Operasi AS itu tidak membuahkan kesuksesan besar.

    Kawah besar tercipta di Israel setelah rudal yang ditembakkan Houthi menghantam Tel Aviv, Sabtu dini hari, 21 Desember 2024. (Jack GUEZ / AFP)

    Adapun Israel menyebut serangan Houthi sebagai salah satu front dalam perang perang tujuh front.

    Serangan rudal dan drone Houthi terus berlanjut, bahkan ketika Hamas dilaporkan didera kemunduran di Gaza dan Hizbullah sepakat untuk mengadakan gencatan senjata dengan Israel.

    “Rezim mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad telah tumbang. Milisi di Irak yang didukung Iran juga saat ini tampaknya telah berhenti menyerang Israel,” kata Frantzman.

    (oln/DSA/*)

  • Video: Anis Matta Ungkap Peran Indonesia di Konflik Timur Tengah

    Video: Anis Matta Ungkap Peran Indonesia di Konflik Timur Tengah

    Jakarta, CNBC Indonesia – Wakil Menteri Luar Negeri Anis Matta menuturkan Timur Tengah menjadi spot konflik regional yang paling berbahaya di banding wilayah lain. Genosida yang terjadi di Palestina berubah menjadi perang kemerdekaan. Indonesia sendiri disebut memiliki peranan strategis dalam perdamaian di konflik Timur Tengah. Seperti apa?

    Selengkapnya saksikan wawancara Jurnalis CNBC Indonesia Serliana Salsabila bersama Wakil Menteri Luar Negeri Anis Matta di Program Nation Hub CNBC Indonesia, Jumat (03/01/2025).