Negara: Palestina

  • Profil Johnny Wong, Ayah dari Baim Wong yang Meninggal Hari Ini

    Profil Johnny Wong, Ayah dari Baim Wong yang Meninggal Hari Ini

    Jakarta, Beritasatu.com – Kabar duka datang dari dari aktor dan YouTuber terkenal Baim Wong. Ayah tercinta, Johnny Djaelani atau Johnny Wong meninggal dunia, Selasa (7/1/2025). Berikut profil Johnny Wong yang meninggal pada usia 78 tahun.

    Mendiang diketahui mengembuskan napas terakhir pada pukul 04.27 WIB di Rumah Sakit Abdi Waluyo, Jakarta Pusat. Kabar ini juga disampaikan langsung oleh Baim Wong melalui akun Instagram pribadinya.

    “Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Telah berpulang ke Rahmatullah, Papa kami tercinta,” tulis Baim Wong, dikutip Selasa (7/1/2025).

    Jenazah Johnny Wong direncanakan bakal disemayamkan di rumah duka yang terletak di Jalan Teuku Cik Ditiro 2 Nomor 1A, Gondangdia, Jakarta Pusat.

    Profil Johnny Wong

    Johnny Wong lahir sebagai non-muslim dan kemudian menjadi mualaf. Ia mualaf ketika menikah dengan ibu Baim Wong, mendiang Kartini Marta Atmadja. Setelah mualaf, Johnny Wong mengubah namanya menjadi Johnny Jailani, tetapi ia tetap terkenal dengan nama Johnny Wong.

    Johnny Wong dikenal luas sebagai seorang desainer ternama di era Orde Baru. Kariernya sebagai pengusaha sukses membawa Johnny berhubungan dengan berbagai tokoh penting, termasuk Bambang Trihatmodjo, putra dari Presiden Soeharto, serta cendekiawan muslim Quraish Shihab dan tokoh pejuang Palestina Yasser Arafat.

    Dalam dunia desain, Johnny dikenal sebagai sosok yang memiliki pengaruh besar pada waktu itu, dan kiprahnya tidak hanya terbatas pada karya-karya desain, tetapi juga pada pengaruh sosial dan politik di Indonesia.

    Demikian profil dari Johnny Wong, ayah dari Baim Wong yang tutup usia pada Selasa (7/1/2025). Semoga amal ibadah beliau diterima Allah Swt.

  • Hamas Tembakkan Roket, Iron Dome Jebol, Rumah Warga Israel 3 Kali Dihantam Roket: Mengerikan – Halaman all

    Hamas Tembakkan Roket, Iron Dome Jebol, Rumah Warga Israel 3 Kali Dihantam Roket: Mengerikan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Hamas dilaporkan menembakkan tiga roket ke Israel selatan, Senin pagi, (61/2025).

    Militer Israel mengatakan salah satu roket yang diluncurkan dari Gaza utara itu menghantam Kota Sderot. Rumah seorang rabi rusak ringan setelah terkena pecahan roket.

    Roket kedua bisa ditangkis oleh Israel. Adapun roket ketiga jatuh di area tak berpenduduk.

    The Times of Israel melaporkan tidak ada korban jiwa dalam serangan roket itu. Namun, seorang lansia perempuan berusia 68 tahun harus dirawat di rumah sakit lantaran terluka saat bergegas menuju tempat perlindungan.

    Warga Israel hanya punya waktu beberapa detik untuk masuk ke shelter setelah sirene peringatan serangan udara. Oleh karena itu, korban luka akibat kepanikan bukanlah hal langka.

    Roket yang sukses menghantam Sderot itu menembus pagar rumah dan merusak trotoar. Puing-puing terbang. Pecahannya juga menghantam tabung gas sehingga menimbulkan kebocoran, tetapi tidak memicu ledakan.

    Roket itu tampaknya gagal ditangkis oleh sistem pertahanan udara Iron Dome yang biasa digunakan untuk mencegat roket dari Gaza.

    Rudal yang ditembakkan Hamas dari Gaza menghantam rumah warga Israel di Kota Sderot, Senin pagi, (6/1/2025).

    Tzviah Pizam, warga Israel yang rumahnya dihantam roket, mengaku sudah tiga kali roket dari Gaza jatuh di rumahnya. Rumahnya belum pula diperbaiki akibat kerusakan imbas serangan roket.

    “Ini mengerikan, ini bukan pertama kalinya, bukan yang kedua,” kata Pizam kepada Yedioth Ahronoth.

    “Kami sempat berpikir serangan itu sudah selesai, tetapi rudal menghantam tabung gas.”

    Salah satu warga Israel lainnya, Pinhas Cohen, mengaku terjatuh dari kursi di kantornya karena gelombang kejut.

    “Kami terjatuh dari kursi kami. Itu adalah ledakan yang sangat besar,” kata Cohen.

    Sebelumnya, Hamas sudah meluncurkan roket ke Israel selama sembilan hari berturut sejak 27 Desember 2024.

    Lebih dari 20 roket sudah ditembakkan selama periode itu. Kebanyakan roket ditembakkan dari Kota Beit Hanoun, Gaza utara. Di sana Pasukan Pertahanan Israel (IDF) sedang melakukan operasi militer besar-besaran terhadap Hamas.

    Sebagian besar serangan roket dari Gaza sudah berhenti sejak musim semi 2024. Menurut Times of Israel, hal itu mungkin berkaitan dengan pencapaian militer Israel dalam operasinya melawan Hamas.

    Kebanyakan serangan roket dalam beberapa hari belakangan diluncurkan dari Gaza utara yang menjadi tempat pertempuran sengit sejak Oktober 2024. IDF berupaya mencegah Hamas bangkit kembali di sana.

    Sebelumnya, Hamas menembakkan roket dari area-area yang menjadi sasaran gerak maju IDF. Pejuang Hamas berupaya mencegah Israel menangkap mereka.

    Menurut IDF, jumlah serangan Israel ke Gaza telah meningkat. Sudah ada lebih dari 100 serangan udara dalam seminggu terakhir.

    Sementara itu, Kementerian Kesehatan Gaza pada hari Senin menyebut ada 49 orang tewas akibat serangan Israel dalam 24 jam terakhir. Jumlah seluruh korban tewas sejak perang dimulai 7 Oktober 2023 kini mencapai 45.854.

    Sebanyak 1,9 warga Palestina di Gaza terpaksa mengungsi ke ke tempat yang diklaim Israel sebagai “zona kemanusiaan”.

    2 tentara Israel tewas, 2 lainnya terluka

    Adapun IDF baru saja mengumumkan ada dua tentaranya yang tewas di Gaza utara. Dua tentara lain juga terluka.

    Salah satu tentara tewas bernama Kapten Eitan Israel Shiknazi (24) yang menjabat sebagai Wakil Komandan Kompi Batalian Ke-932 Brigade Nahal.

    Militer Israel mengatakan, nama satu tentara lain yang tewas akan segera diumumkan.

    Sementara itu, dua tentara terluka parah akibat peristiwa yang sama di Beit Hanoun itu.

    (*)

     

     

  • Desakan Sekjen WHO ke Israel: Diminta Bebaskan Direktur RS Terakhir yang Beroperasi di Gaza Utara – Halaman all

    Desakan Sekjen WHO ke Israel: Diminta Bebaskan Direktur RS Terakhir yang Beroperasi di Gaza Utara – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sekretaris Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, mendesak Israel untuk membebaskan direktur rumah sakit utama di Gaza utara, Dr Hussam Abu Safia.

    Rumah Sakit Kamal Adwan menjadi rumah sakit terakhir yang beroperasi di bagian paling utara Gaza.

    Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan, Dr Hussam Abu Safiya ditangkap pada Jumat (27/12/2024) bersama puluhan staf lainnya dan dibawa ke pusat interogasi.

    Mengenai penangkapan itu, Sekjen WHO lantas memberi desakan kepada Israel untuk membebaskan direktur Rumah Sakit Kamal Adwan.

    “Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza Utara tetap tidak beroperasi dan kami belum menerima kabar terbaru tentang keselamatan dan kesejahteraan direkturnya, Dr Hussam Abu Safia, sejak penahanannya pada 27 Desember,” ungkapnya, Senin (6/1/2025), dikutip dari Al Jazeera.

    “Kami terus mendesak Israel untuk membebaskannya. Kami ulangi: serangan terhadap rumah sakit dan tenaga kesehatan harus dihentikan.”

    “Warga di Gaza membutuhkan akses ke perawatan kesehatan,” tegas Tedros, mengulangi seruannya untuk gencatan senjata.

    Penangkapan Direktur RS Kamal Adwan

    Tentara Israel menahan direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, Dr. Hussam Abu Safiya.

    Militer Israel menuduh militan Hamas menggunakan fasilitas itu dan mengatakan lebih dari 240 orang ditahan.

    Pasukan Israel menyerbu rumah sakit dan memaksa banyak staf dan pasien keluar serta menyuruh mereka menanggalkan pakaian di cuaca musim dingin.

    Militer Israel juga telah mengonfirmasi bahwa mereka menahan direktur rumah sakit untuk diinterogasi dan menyebutnya sebagai tersangka anggota Hamas tanpa memberikan bukti apa pun.

    Diberitakan AP News, militer Israel mengatakan bahwa mereka mengepung rumah sakit tersebut dan pasukan khusus masuk serta menemukan senjata di area tersebut.

    Militer Israel mengatakan bahwa militan menembaki pasukannya dan mereka “dilenyapkan.”

    Seorang juru bicara militer Israel, Letkol. Nadav Shoshani, kemudian menegaskan kepada wartawan bahwa sebagian besar dari mereka yang ditahan adalah anggota Hamas.

    Sementara itu, militer Israel membantah telah memasuki atau membakar kompleks rumah sakit, tetapi mengakui telah memerintahkan orang-orang keluar.

    Militer mengulangi klaim bahwa militan Hamas beroperasi di dalam Kamal Adwan, yang dibantah oleh pejabat rumah sakit.

    Sebelumnya, rumah sakit tersebut telah diserang beberapa kali selama tiga bulan terakhir oleh pasukan Israel yang melancarkan serangan di wilayah Gaza utara, yang sebagian besar terisolasi terhadap pejuang Hamas yang katanya telah berkumpul kembali.

    Sebanyak 350 pasien beserta tenaga medis telah dievakuasi dari Kamal Adwan dalam beberapa minggu terakhir.

    Kemudian, sebanyak 95 pasien, perawat, dan tenaga medis lainnya dievakuasi ke Rumah Sakit Indonesia selama operasi tersebut.

    Para korban dirawat di dalam rumah sakit Kamal Adwan di Beit Lahia di Jalur Gaza utara, setelah serangan Israel di sekitar kompleks medis tersebut pada tanggal 6 Desember 2024, saat perang antara Israel dan kelompok militan Hamas Palestina berlanjut. (AFP)

    Perkembangan Terkini Konflik Palestina Vs Israel

    Pasukan Israel terus menggempur Gaza, menewaskan sebanyak enam warga Palestina dalam dua serangan terpisah di Kota Gaza utara.

    Sementara itu, bayi Palestina kedelapan meninggal karena hipotermia di Jalur Gaza, tempat keluarga-keluarga menghadapi musim dingin yang keras karena Israel terus membatasi masuknya bantuan kemanusiaan, termasuk selimut dan tenda.

    Pengeboman Israel yang tak henti-hentinya di Jalur Gaza terus berlanjut, dengan sedikitnya enam orang tewas di Kota Gaza utara, menurut media Palestina.

    Para korban termasuk wanita dan anak-anak.

    Kantor berita Reuters melaporkan bahwa Hamas telah memberikan daftar 34 tawanan yang disetujui untuk dibebaskan pada tahap pertama kesepakatan gencatan senjata potensial setelah kantor Netanyahu menolak menerima persetujuan tersebut.

    Sementara itu, kantor berita AFP melaporkan seorang pejabat Hamas mengatakan daftar tersebut mencakup wanita, anak-anak, orang tua, dan tawanan sakit yang masih ditahan di Gaza.

    Namun, ia mengatakan kelompok itu butuh waktu seminggu untuk berkomunikasi dengan para penculik dan mengidentifikasi mereka yang masih hidup dan yang sudah meninggal.

    Relief International, sebuah kelompok kemanusiaan, mengecam serangan berkelanjutan Israel terhadap Rumah Sakit al-Awda di Jabalia, dan mengatakan staf di sana yang ketakutan menunggu izin untuk mengevakuasi pasien dengan aman ke Kota Gaza.

    Media Lebanon melaporkan bahwa pasukan Israel mengebom kota Taybeh di distrik Marjayoun, yang melanggar gencatan senjata yang disepakati dengan Hizbullah pada bulan November.

    Perang Israel  di Gaza  telah menewaskan sebanyak 45.805 warga Palestina dan melukai 109.064 orang sejak 7 Oktober 2023.

    Setidaknya 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas hari itu, dan lebih dari 200 orang ditawan.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

  • Bus Berisi Warga Israel Ditembak di Tepi Barat, 3 Orang Tewas-7 Terluka

    Bus Berisi Warga Israel Ditembak di Tepi Barat, 3 Orang Tewas-7 Terluka

    Jakarta

    Insiden penembakan terjadi di Tepi Barat, Palestina. Sejumlah orang melakukan penembakan ke sebuah bus dan kendaraan lainnya di lokasi.

    “Sejumlah pria bersenjata melepaskan tembakan pada Senin ke arah sebuah bus dan kendaraan lain di dekat sebuah desa di Tepi Barat yang diduduki. Menewaskan tiga orang dan melukai tujuh lainnya,” kata militer dan layanan darurat Israel dilansir AFP, Selasa (7/1/2025).

    Peristiwa itu terjadi pada Senin (6/1) waktu setempat. Penyedia layanan darurat, Megan David Adom, mengatakan dua korban meninggal berjenis kelamin perempuan.

    “Paramedis telah mengkonfirmasi kematian tiga korban, termasuk dua perempuan dan satu laki-laki,” kata penyedia layanan darurat Magen David Adom.

    Militer Israel mengatakan ketiga orang tewas merupakan warga negara Israel. Mereka mengatakan pasukan Israel akan “mengejar teroris” yang melakukan serangan di dekat desa Al-Funduq.

    Panglima militer Israel Letnan Jenderal Herzi Halevi mengatakan dari lokasi serangan bahwa tentara akan meningkatkan “pertempuran intens dan luas” yang sedang berlangsung melawan militansi bersenjata di Tepi Barat.

    “Bagi teroris yang melakukan penyerangan ini, waktu terus berjalan,” ujarnya.

    “Ini adalah serangan hebat yang tersebar di beberapa lokasi di mana kendaraan dan bus terkena tembakan,” kata paramedis Avichai Ben Zruya dalam sebuah pernyataan.

    “Selama pencarian awal kami untuk mencari korban, kami menemukan dua wanita berusia sekitar 60 tahun di dalam kendaraan, tidak sadarkan diri tanpa denyut nadi atau pernapasan, dengan luka tembak,” katanya, seraya menambahkan bahwa mereka dinyatakan meninggal.

    Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan telah mengarahkan militer untuk “bertindak dengan kekuatan” untuk menemukan para penyerang.

    “Kami tidak akan mentolerir kenyataan seperti Gaza di Yudea dan Samaria (Tepi Barat), dan siapa pun yang mengikuti jalur Hamas di Gaza dan memungkinkan atau mendukung pembunuhan dan penganiayaan terhadap orang-orang Yahudi akan membayar harga yang mahal,” kata Katz dalam cuitannya di X.

    Kelompok militan Palestina, Hamas, yang memerangi pasukan Israel di Gaza, memuji serangan penembakan di Tepi Barat. Hamas mengatakan serangan itu bukti perlawanan di Tepi Barat belum selesai.

    “Serangan penembakan itu… menegaskan bahwa perlawanan di Tepi Barat akan terus berlanjut meskipun ada tindakan terorisme dan keamanan yang dilakukan pendudukan,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan.

    “Operasi ini merupakan respons heroik terhadap kejahatan yang sedang berlangsung dan perang pemusnahan yang dilakukan oleh pendudukan terhadap rakyat kami,” sambungnya.

    (ygs/ygs)

  • Mesir Bantah Mau Serbu Yaman, Houthi Siapkan Kejuatan Buat Israel – Halaman all

    Mesir Bantah Mau Serbu Yaman, Houthi Siapkan Kejuatan Buat Israel – Halaman all

    Mesir Bantah Mau Serbu Yaman, Houthi Siapkan Kejuatan Buat Israel

    TRIBUNNEWS.COM – Sumber resmi Mesir kemarin membantah laporan media Israel bahwa Kairo tengah bersiap untuk melakukan intervensi militer di Yaman. 

    Sumber tersebut mengonfirmasi kepada Cairo News bahwa laporan tersebut dan informasi menyesatkan yang dikandungnya sama sekali tidak berdasar.

    “Mesir tengah bersiap untuk menyerang Houthi setelah mengalami kerugian ekonomi yang signifikan akibat meningkatnya ancaman terhadap Terusan Suez, yang merupakan jalur vital bagi perdagangan global,” klaim laporan tersebut.

    “[Mesir] telah menunjukkan keinginan yang semakin meningkat untuk memainkan peran aktif dalam konflik Yaman, dengan pesawat yang siap melakukan operasi udara yang menargetkan Houthi.”

    Sejak akhir November 2023, perusahaan pelayaran global telah mengubah arah mereka untuk menghindari Laut Merah, setelah Houthi menargetkan kapal-kapal yang terkait dengan Israel yang melewati jalur air tersebut, “sebagai respons terhadap perang Israel yang sedang berlangsung melawan Jalur Gaza.”

    Pemimpin Houthi, Abdul-Malik Al-Houthi, sebelumnya mengatakan bahwa, “Tentara Mesir merasa terancam oleh apa yang terjadi pada tentara Suriah.”

    Ia menambahkan bahwa Kairo khawatir musuh-musuhnya mungkin dapat “menciptakan kekacauan besar untuk menghancurkan semua kemampuan militer Mesir,” menurut TV Al-Masirah.

    Penurunan Pendapatan Terusan Suez

    IRNA mengutip laporan media Yaman pada Rabu (1/1/2025), melansir kalau indikasi Mesir segera mengyerang Houthi itu dinyatakan Yehoshua Meir Lichter, seorang peneliti Israel dan anggota Pusat Dayan di Universitas Tel Aviv, dalam sebuah unggahan di platform X (dulu twitter).

    Lichter mengatakan, ada “informasi rahasia” tentang intervensi yang segera dilakukan Mesir, didukung oleh Israel, untuk menghalangi aksi blokade jalur pelayaran Laut Merah oleh Houthi.

    Intervensi ini, dinyatakan untuk menghentikan penurunan pendapatan Terusan Suez bagi Mesir.

    “Angkatan Udara Mesir sedang merencanakan tindakan ofensif terhadap Houthi, yang telah menyebabkan kerugian signifikan bagi Mesir,” tambah Lichter.

    Pendapatan Mesir dari Terusan Suez turun 40 persen setelah pemberontak Houthi yang didukung Iran melakukan serangkaian serangan terhadap kapal-kapal kargo di Laut Merah. (Anadolu Agency)

    Pakar Geopolitik: Mesir Punya Hak Menyerang

    Terkait kabar ini, Mohamed Mahmoud Mehran, pakar hukum internasional, menekankan kalau Mesir memiliki hak untuk mengambil tindakan yang diperlukan guna melindungi keamanan nasionalnya.

    Mehran menjelaskan kalau ancaman terhadap navigasi maritim dan jalur pelayaran merupakan ancaman langsung terhadap keamanan Mesir.

    Ia mencatat bahwa hukum internasional, termasuk Pasal 51 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, memberikan hak kepada sebuah negara untuk membela diri atas kepentingannya. 

    Ia juga menyoroti bahwa Konvensi Hukum Laut 1982 menegaskan hak negara untuk melindungi rute maritim dan menekankan bahwa setiap tindakan potensial Mesir harus proporsional dengan skala ancaman dan sejalan dengan prinsip-prinsip hukum internasional.

    Ia memperingatkan, pelanggaran berkelanjutan Israel di kawasan tersebut merupakan salah satu penyebab utama meningkatnya ketegangan regional.

    “Masyarakat internasional harus bertindak untuk memastikan penghormatan terhadap hukum internasional dan stabilitas regional,” katanya.

    Latihan militer Houthi Yaman menggunakan rudal jelajah pada 12 Maret 2024, di Sana’a, Yaman. (dok. Gerakan Houthi via Getty Images/Middle East Monitor)

    Siapkan Kejutan Buat Israel

    Adapun kelompok Houthi atau Ansrallah di Yaman mengaku sedang menyiapkan “kejutan” untuk Israel.

    Awalnya seorang pejabat senior Houthi mengatakan Yaman tak akan berhenti membela warga Palestina di Jalur Gaza. Caranya ialah dengan cara terus menyerang Israel.

    Menurut pejabat itu, peningkatan teknologi Yaman tak hanya perihal senjata stratregis, tetapi juga intelijen dan rencana Yaman untuk mencegah agenda musuh.

    Dia menyebut operasi militer terbaru Yaman di laut dan serangan ke wilayah Israel dilakukan dengan beberapa taktik militer.

    Kata pejabat itu, beberapa rudal Houthi mampu menjangkau Tel Aviv, ibu kota Israel, tanpa bisa ditangkis sistem pertahanan. Rudal-rudal itu termasuk rudal balistik hipersonik dan rudal balistik Zulfiqar.

    Lalu, dia menyebut tentara Yaman sedang menyiapkan “kejutan” untuk Israel.

    “Yaman memiliki banyak sekali pilihan dalam hal militer. Amerika dan Inggris gagal memecahkan kode teknis Yaman,” kata pejabat itu dikutip dari Al Mayadeen.

    Sistem pertahanan udara Arrow Israel mencegat rudal yang ditembakkan kelompok Houthi Yaman. Untuk ketiga kali dalam sepekan, Houthi menyerang Israel tengah dengan Tel Aviv sebagai sasarannya, Selasa (24/12/2024). (khaberni/tangkap layar)

    Dia mengklaim pihaknya memiliknya senjata canggih dan akurat yang dirancang untuk mengalahkan dan menembus semua sistem pertahanan udara.

    Tentara Yaman, kata dia, kini memberlakukan “keadilan” dalam dunia militer. Serangan terhadap pembangkit listrik Yaman akan dibalas dengan serangan terhadap pembangkit listrik musuh, begitu pula dengan serangan terhadap bandara.

    Kemudian, pejabat itu mengatakan Houthi kini memantau ketat semua pergerakan yang mencurigakan.

    Dia menyinggung serangan terhadap Hodeidah dan Sanaa oleh Amerika Serikat (AS) dan Inggris pada hari Selasa, (31/12/2024). Menurutnya, serangan musuh-musuh Houthi itu tak akan mengubah sikap Yaman.

    Serangan tersebut menargetkan Taman 21 September yang berada di barat laut Sanaa. Tempat itu sebelumnya menjadi markas Divisi Lapis Baja Pertama.

    Pejabat itu mengatakan AS dan Inggris trut menargetkan kompleks yang berisi kantor-kantor Kementerian Pertahanan dan administrasi militer di area Bab al-Yaman, Sanaa bagian tengah.

    Lalu, ada pula serangan terhadap Kompleks Industri Militer 22 Mei di kawasan al-Nahda, barat laut Sanaa.

    Juru bicara Houthi, Mohammad Abdelsalam, menyebut serangan terhadap Yaman merupakan serangan terang-terangan terhadap kedaulatan suatu negara yang merdeka. Serangan itu dilakukan sebagai dukungan kepada Israel.

    “Yaman akan terus membela diri untuk melawan setiap agresi dan tetap teguh mendukung Gaza,” kata Abdelsalam.

    Pemukim Israel jadi “zombie”

    Media Israel Yedioth Ahronoth menyebut serangan Houthi telah membuat warga Israel menjadi semacam “zombie” atau mayat hidup.

    Hal itu karena dalam sepekan kemarin warga Israel harus bangun sebanyak empat kali karena mendengar sirine yang memperingatkan adanya serangan Houthi.

    Di sisi lain, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) merampungkan penyelidikannya tentang serangan rudal Houthi ke Tel Aviv. Sirene peringatan tidak langsung berbunyi setelah ada serangan.

    Israel mengaku sudah mendapat pelajaran dari insiden itu dan bersiap untuk menghadapi eskalasi selanjutnya.

    Teknologi Houthi lebih canggih dari perkiraan

    Seorang pejabat Israel mengakui bahwa teknologi yang dimiliki Houthi lebih canggih daripada yang diperkirakan banyak orang.

    Oleh karena itu, upaya Israel untuk melawan kelompok dari Yaman itu barangkali akan lebih sulit.

    Kepada media terkenal asal Amerika Serikat, The New York Times, pejabat yang enggan disebutkan namanya itu mengatakan Houthi tak seharusnya diremehkan.

    Menurutnya, berkat bantuan Iran, Houthi mampu mengambil “langkah praktis” dalam mengejar tujuannya, yakni menghancurkan Israel.

    Sementara itu, Yoel Guzansky, mantan pejabat Dewan Keamanan Nasional Israel, menyebut Houthi hendak melancarkan perang atrisi melawan Israel.

    “Houthi menginginkan perang atrisi melawan Israel dengan terus menembak sehingga mereka bisa berkata, ‘Kami adalah perlawanan nyata,’” kata Guzansky.

    Dia berujar sebagian rencana Houthi didasarkan pada ekonomi sederhana.

    Rudal dan pesawat nirawak atau drone yang diluncurkan Houthi mungkin hanya berbiaya beberapa ribu dolar. Namun, biaya yang dikeluarkan Israel untuk menangkisnya mencapai puluhan ribu dolar.

    Sejarawan militer Danny Orbach di Universitas Ibrani mengungkapkan tantangan lain yang harus dihadapi Israel.

    Tantangan itu ialah jarak yang begitu jauh. Houthi berada di Yaman yang berjarak lebih dari seribu mil dari Israel.

    Jarak jauh itu juga disinggung oleh Amatzia Baram, seorang guru besar sejarah Timur Tengah dan Direktur Pusat Kajian Irak di Universitas Haifa.

    “Jaraknya sangat jauh, hampir 2.000 km. Ini bukan Tartus, Latakia, atau Beirut, ini dunia yang sepenuhnya berbeda,” kata Baram saat diwawancarai Maariv.

    Menurutnya, Israel butuh lima jam penerbangan pulang pergi untuk menyerang Houthi.

    “Houthi mengetahui ini, mereka punya rudal. Rudal mereka bisa menjangkau kita. Kita tak punya rudal yang cocok untuk tugas ini. Kita hanya punya angkatan udara.”

    “Dengan sebuah rudal, kalian menekan tombol, mengirimnya, dan pergi tidur. Rudal akan membereskan yang lainnya. Angkatan udara tidak bekerja seperti itu. Hampir tiga jam untuk berangkat, tiga jam kembali.”

     

    (oln/irna/*)

  • Houthi Minta Pemukim Israel Pindah ke Siprus Kalau Mau Aman: Kami Tak Akan Tinggalkan Gaza – Halaman all

    Houthi Minta Pemukim Israel Pindah ke Siprus Kalau Mau Aman: Kami Tak Akan Tinggalkan Gaza – Halaman all

    Houthi Minta Pemukim Israel Pindah ke Siprus Kalau Mau Aman: Kami Tak Akan Tinggalkan Gaza

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang anggota tingkat tinggi gerakan Ansarullah (Houthi) Yaman menyarankan para pemukim ilegal Israel di wilayah Palestina yang diduduki untuk meninggalkan wilayah tersebut dan kembali ke tempat asal mereka kalau mau aman.

    Hal itu lantaran, kelompok Yaman tidak akan menghentikan operasi balasan ke wilayah pendudukan Israel.

    Hizam al-Assad, anggota Biro Politik Ansarullah, membuat pernyataan tersebut dalam sebuah posting di X pada Senin.

    “Siapa pun yang ingin tidur dengan nyaman harus pergi ke Siprus atau negaranya sendiri,” katanya.

    Pejabat itu menegaskan, Angkatan Bersenjata Yaman (YAF) terafiliasi Houthi akan mempertahankan serangan pro-Palestina selama rezim Israel terus melancarkan perang genosida terhadap Jalur Gaza.

    Houthi, kata dia, juga akan terus menyerang jika Israel tidak menghentikan serangan yang telah dilancarkannya terhadap Yaman untuk mencoba menghentikan operasi negara Jazirah Arab itu.

    “Kami tidak akan meninggalkan Gaza sendirian,” katanya.

    Pejabat Houthi itu menggarisbawahi kalau Israel akan terus menghadapi serangan militer mendadak dari pihak pasukan Yaman selama rezim tersebut mempertahankan pendekatan agresifnya terhadap negaranya.

    Kelompok Ansarallah Houthi Yaman mengklaim rudal hipersonik Palestine 2 yang mereka luncurkan ke Israel menghantam pangkalan udara Nevatim, Negev, wilayah pendudukan Israel pada Sabtu (29/12/2024). (Anews/File)

    “Operasi militer kami akan terus menargetkan jantung wilayah pendudukan,” ujarnya.

    “Kejutan-kejutan ini akan berlangsung hingga rezim menghentikan agresi dan pengepungannya terhadap Gaza,” Assad mencatat, mengacu pada blokade yang dilakukan Tel Aviv terhadap wilayah pesisir itu.

    Pasukan Yaman mulai melancarkan operasi mereka terhadap target-target Israel pada Oktober 2023 untuk mendukung Jalur Gaza dan Lebanon, yang masing-masing berada di bawah perang genosida dan peningkatan serangan mematikan oleh rezim Israel.

    Serangan yang berhasil itu didahului dan diikuti oleh agresi mematikan yang meningkat oleh rezim dan Amerika Serikat, sekutu terbesarnya, terhadap wilayah Yaman.

    Pasukan tersebut telah menanggapi dengan meningkatkan serangan mereka terhadap target-target strategis dan sensitif milik Israel dan Amerika, termasuk kapal perang dan kapal induk AS yang dikerahkan di lepas pantai Yaman.

    Latihan militer Houthi Yaman menggunakan rudal jelajah pada 12 Maret 2024, di Sana’a, Yaman. (dok. Gerakan Houthi via Getty Images/Middle East Monitor)

    Rudal Hipersonik Hantam Pembangkit Listrik Haifa

    Juru bicara Angkatan Bersenjata Yaman (YAF) terafiliasi gerakan Ansarallah (Houthi) Yaman, Yahya Saree, mengumumkan, pasukan rudal YAF melakukan operasi militer yang menargetkan pembangkit listrik Orot Rabin Israel di wilayah selatan Haifa yang diduduki Israel.

    Operasi tersebut dilakukan dengan menggunakan rudal balistik hipersonik Palestine-2 dan berhasil mencapai tujuannya, kata Brigadir Jenderal Yahya Saree mengumumkan pada Minggu (5/1/2025), Al Mayadeen melaporkan.

    Angkatan Bersenjata Yaman mengklaim menembakkan rudal ke arah bagian utara wilayah Palestina yang diduduki Israel di mana rudal itu mengenai sasaran yang dituju secara akurat.

    Kantor Media Pemerintah negara itu mengumumkan pelaksanaan operasi serangan ini pada Minggu pagi.

    Laporan media tersebut juga menegaskan kalau rudal Houthi itu melewati semua sistem pertahanan udara (sistem intersepsi rudal) Israel.

    “Meskipun rezim pendudukan Israel mengklaim telah mencegat rudal Yaman di luar langit Palestina yang diduduki, proyektil tersebut terbang melewati semua sistem rudal rezim Zionis,” kantor tersebut mencatat, menurut Press TV.

    Latihan militer Houthi Yaman menggunakan rudal jelajah pada 12 Maret 2024, di Sana’a, Yaman. (dok. Gerakan Houthi via Getty Images/Middle East Monitor)

    Sirene Meraung di Berbagai Kota Israel

    Sebelumnya, militer Israel mengklaim telah mengenai rudal tersebut sebelum memasuki wilayah udara wilayah pendudukan.

    Namun, diakui bahwa serangan Houthi itu memicu suara alarm di wilayah Talmei Elazar.

    Pemukim Yahudi di bagian tengah wilayah Palestina yang diduduki Israel juga melaporkan mendengar ledakan, kata militer Israel (IDF), mengklaim bahwa ledakan itu terjadi sebagai akibat dari intersepsi.

    Alarm juga berbunyi di kota suci al-Quds yang diduduki (Yerusalem) serta kota Tel Mond dan pemukiman ilegal Rishon Lezion, Kfar Saba, Ganei Tikva, Petah Tikva, Hod Hasharon, Kokhav Yair, Lod, Tayibe, dan pemukiman ilegal Sal’it di Tepi Barat yang diduduki, katanya.

    Pada Sabtu, pasukan Yaman menembakkan rudal balistik hipersonik dan pesawat tak berawak ke arah kota Yaffa dekat Tel Aviv, dan juga menyerang target yang dituju secara akurat.

    Gambar yang dilansir IRNA, mengabarkan kalau satu rudal yang ditembakkan Angkatan Bersenjata Yaman (YAF) terafiliasi Houthi, menyasar pangkalan militer Israel (IDF) di Ramallah, Jumat (3/1/2025). (Irna/Tangkap Layar)

    YAF dan Houthi menggambarkan operasi tersebut sebagai perwujudan dari “kemenangan bagi rakyat Palestina dan para Mujahidin mereka, dan sebagai respons terhadap pembantaian terhadap rakyat kami di Gaza, dan sebagai bagian dari fase kelima dari tahapan-tahapan pendukung dalam pertempuran Penaklukan yang Dijanjikan dan Jihad Suci (Perjuangan) dan sebagai balasan atas agresi terhadap negara kami.”

    Pasukan Yaman mulai melancarkan operasi mereka terhadap target-target Israel Oktober lalu untuk mendukung Jalur Gaza dan Lebanon, yang masing-masing telah menjadi sasaran perang genosida dan peningkatan serangan mematikan oleh rezim Israel.

    Serangan yang berhasil itu didahului dan diikuti oleh agresi mematikan yang meningkat oleh rezim dan Amerika Serikat, sekutu terbesarnya, terhadap wilayah Yaman.

    Pasukan tersebut telah menanggapi dengan meningkatkan serangan mereka terhadap target-target strategis dan sensitif milik Israel dan Amerika, termasuk kapal perang dan kapal induk AS yang dikerahkan di lepas pantai Yaman.

    Mereka telah bersumpah untuk meneruskan operasi mereka selama rezim tersebut melanjutkan agresinya dan pengepungan yang dilancarkannya terhadap Gaza.

    Media Yaman melaporkan serangan udara baru oleh AS dan Inggris di negara tersebut. Saluran TV Al Masirah Yaman mengatakan pada Minggu (5/1/2025) pagi bahwa serangan udara terbaru menargetkan provinsi utara Sa’ada, Yaman Utara. (mna/tangkap layar)

    AS dan Inggris Kembali Lancarkan Serangan udara di Yaman Utara

    Pada laporan lain, media Yaman melaporkan serangan udara baru oleh Amerika Serikat (AS) dan Inggris di negara Arab tersebut.

    Saluran TV Al Masirah Yaman mengatakan pada Minggu (5/1/2025) pagi bahwa serangan udara terbaru menargetkan provinsi utara Sa’ada.

    Dikatakan bahwa jet tempur AS dan Inggris mengebom provinsi tersebut tiga kali, tanpa memberikan rincian tentang kemungkinan korban atau kerusakan.

    Kedua negara Barat tersebut telah mengebom berbagai wilayah di Yaman, terutama kota pelabuhan utama di bagian barat, Hodeidah, sejak pertengahan Januari 2024.

    AS mengklaim bahwa serangan udara tersebut bertujuan untuk melindungi pelayaran internasional pasca operasi Yaman terhadap kapal-kapal yang menuju Israel.

    Yaman memulai operasi tersebut pada 19 November 2024, dalam upaya untuk menekan rezim Israel agar mengakhiri perangnya di Gaza.

    Yaman telah berjanji akan melanjutkan operasi pro-Gaza meskipun ada agresi udara AS-Inggris yang menurut Sana’a ditujukan untuk mendukung rezim Israel. 

     

    (oln/MNA/*)

     

  • Brigade Kfir Israel Ditarik Mundur dari Gaza Utara, Pakar Militer: IDF dan Hamas Sama-sama Kelelahan – Halaman all

    Brigade Kfir Israel Ditarik Mundur dari Gaza Utara, Pakar Militer: IDF dan Hamas Sama-sama Kelelahan – Halaman all

    Brigade Kfir Israel Ditarik Mundur dari Gaza Utara, Pakar Militer: IDF dan Hamas Sama-sama Kelelahan

    TRIBUNNEWS.COM – Media Israel melaporkan, Brigade Kfir militer Israel (IDF) ditarik mundur dari Jalur Gaza utara pada Senin (6/1/2025) malam.

    Penarikan mundur pasukan elite IDF itu setelah mereka terjun dalam operasi militer selama dua bulan pertempuran di Jabalia, Beit Lahia, dan Beit Hanoun.

    Laporan menambahkan, brigade ini kehilangan 13 personel yang tewas selama periode tersebut.

    “Tentara Israel mengakui pembunuhan 41 tentara sejak dimulainya operasi militernya di Jalur Gaza utara pada 5 Oktober,” kata laporan Khaberni.

    Volume Operasi Militer IDF di Gaza Utara Tetap Intensif

    Pakar militer asal Yordania, Mayor Jenderal Muhammad Al-Samadi mengatakan kalau penarikan salah satu brigade elite tentara pendudukan Israel dari wilayah operasi di Jalur Gaza utara “tidak berarti mengurangi volume operasi militer di sana.”

    Al-Sammadi menjelaskan – dalam pernyataannya kepada saluran satelit Al-Jazeera – kalau tentara pendudukan Israel melakukan tekanan militer yang luar biasa di Gaza utara.

    “Hal ini menunjukkan kalau mereka bertekad untuk mengosongkan wilayah utara Jalur Gaza, dan menghancurkan semua aspek kehidupan di sana setelah sebelumnya secara paksa menggusur penduduk dari sana,” kata pakar militer tersebut.

    Menurut pakar militer tersebut, peningkatan kekuatan militer Israel di Gaza utara akan meningkatkan laju perlawanan yang akan menargetkan pasukan IDF.

    Penarikan mundur Brigade Kfir militer Israel (IDF) dari jalur Gaza Utara untuk digantikan pasukan lain dengan jumlah yang lebih besar.

    “Kerasnya perlawanan dari faksi milisi Palestina itu membuat Brigade Kfir ditarik mundur, terutama dengan kehadiran dua brigade infanteri dan brigade lapis baja ketiga IDF. Kehadiran pasukan pengganti ini setara dengan satu divisi militer di wilayah tersebut,” kata Al-Samadi.

    Kemarin, Minggu, Radio Tentara Israel melaporkan bahwa Brigade Kfir ditarik dari Gaza semalaman setelah dua bulan pertempuran terus menerus di Jalur Gaza utara, menunjukkan bahwa hal ini tidak berarti pengurangan operasi militer di wilayah tersebut.

    Radio Israel menambahkan bahwa selama periode ini, “Brigade Kfir kehilangan 13 pejuang dalam pertempuran di Jalur Gaza utara, menghancurkan banyak infrastruktur militer, dan melenyapkan ratusan militan.”

    Seorang personel militer Israel (IDF) membidik sasaran dalam agresi militer mereka di Gaza Utara. Pakar militer menyebut, Israel ingin mengosongkan wilayah Gaza Utara dengan mengusir penduduknya dan menghancurkan segala aspek kehidupan di sana.

    Perluasan Buffer Zone Mengarah ke Selatan, IDF-Hamas Kelelahan

    Sebagai informasi, Brigade No 900 (Kfir) didirikan pada tahun 2005. 

    Brigade ini dianggap sebagai salah satu brigade infanteri terbesar di tentara Israel, dan mencakup beberapa batalyon dan unit elite yang digambarkan berspesialisasi dalam peperangan di wilayah perkotaan dan kompleks.

    Menurut pakar militer tersebut, proses perluasan zona penyangga dari Gaza utara semakin mengarah ke Kota Gaza di selatan.

    Hal ini terlihat saat kamp-kamp di Gubernuran Pusat menjadi sasaran pemboman yang kejam dan intens.

    Al-Sammadi menyatakan keyakinannya bahwa kedua belah pihak telah kelelahan selama perang saat ini.

    “Ketika tentara pendudukan Israel memasuki tahap kelelahan perang, pihak milisi perlawanan telah habis dan menderita kerugian besar. Meskipun tindakan perlawanan mereka legendaris, namun hal ini tidak cukup dalam menghadapi perang, pembunuhan, dan mesin kriminal Israel,” kata dia.

    Dia menyimpulkan bahwa tentara pendudukan Israel dan milisi perlawanan di Gaza berusaha menghentikan pertempuran.

    Namun pada saat yang sama Al-Samadi juga bertanya-tanya: “Apakah gencatan senjata akan berlangsung dalam jangka waktu terbatas dan hanya mencakup momen pertukaran tahanan?”

    Ada peningkatan pembicaraan mengenai kemajuan dalam negosiasi yang sedang berlangsung antara pendudukan dan Gerakan Perlawanan Palestina Hamas.

    Surat kabar “Israel Today” melaporkan bahwa pemimpin Mossad David Barnea akan berangkat ke Qatar hari ini, Senin, untuk berpartisipasi dalam negosiasi pertukaran sandera.

    Pada gilirannya, Reuters mengutip seorang pejabat Hamas yang mengatakan bahwa gerakan tersebut telah menyetujui daftar yang diajukan oleh Israel yang mencakup nama 34 tahanan Israel, untuk ditukar dengan tahanan Palestina sebagai bagian dari kemungkinan perjanjian gencatan senjata di Gaza.

     

    (oln/khbrn/*)

     
     

     

  • PNGO Tekankan Bahaya Serius Israel Serang Lembaga Kemanusiaan, 111 Jurnalis Palestina Tewas – Halaman all

    PNGO Tekankan Bahaya Serius Israel Serang Lembaga Kemanusiaan, 111 Jurnalis Palestina Tewas – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Jaringan Non-Pemerintah Palestina (PNGO) menekankan bahaya serius dari penargetan sistematis pasukan pendudukan Israel terhadap organisasi kemanusiaan dan pekerja bantuan saat mereka melakukan upaya kemanusiaan di Jalur Gaza.

    Dalam sebuah pernyataan pers, jaringan tersebut mengatakan bahwa pendudukan sengaja menargetkan pekerja bantuan untuk mengintensifkan strategi kelaparannya.

    Yakni yang merupakan bagian integral dari kampanye genosida yang telah dilancarkannya terhadap rakyat Palestina di Gaza selama hampir 15 bulan, diberitakan Gulf Times.

    PNGO menyerukan kepada semua badan internasional untuk memberikan tekanan serius pada otoritas Israel agar menghentikan agresi mereka terhadap warga Palestina dan lembaga kemanusiaan.

    Ia juga mendesak perlindungan organisasi kemanusiaan dan pekerja bantuan dan memastikan pengiriman bantuan tanpa batas ke Jalur Gaza.

    Jaringan tersebut juga mengatakan bahwa pasukan pendudukan melakukan kejahatan dengan menargetkan titik distribusi bantuan kemanusiaan milik Pusat Pengembangan MA’AN di Gaza tengah, yang mengakibatkan cedera serius pada tiga anggota staf.

    Asosiasi Jurnalis dan Reporter Palestina dalam sebuah laporan menunjuk pada penargetan insan media pada tahun 2024 yang menjadi martir oleh pasukan rezim pasukan Israel.

    Mereka menyatakan bahwa 111 jurnalis pria dan wanita Palestina menjadi martir oleh rezim pendudukan Israel pada tahun ini, situs web Shahab News melaporkan.

    Dengan gugurnya 111 jurnalis Palestina, jumlah total jurnalis yang gugur di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 telah mencapai 202.

    Sejak dimulainya perang Gaza, telah tercatat 145 penangkapan dan penahanan jurnalis dan reporter, sekitar 60 dari jurnalis ini masih ditahan, tambah laporan itu.

    IDF Bisa Terjebak Selamanya

    Seorang jurnalis senior Israel bernama Alon Ben-David mengklaim pasukan Israel telah “terjebak” di Gaza.

    Awalnya Ben-David menyebut perang yang dikobarkan Israel di Jalur Gaza, Lebanon, dan Suriah mirip dengan “jebakan” saat Israel menginvasi Lebanon tahun 1982.

    Invasi itu memicu perang mahal dan pendudukan selama 18 tahun yang tidak bisa dilanjutkan.

    “Israel memasuki tahun 2025 sebagai negara yang tetap terluka, dengan beberapa lukanya yang masih terbuka dan berdarah,” kata Ben-David yang menjadi koresponden senior bidang pertahanan di kolom Maariv, dikutip dari Sputnik.

    “Negara ini mengakhiri tahun 2024 dengan pencapaian militer besar, tetapi pencapaian itu tidak bisa diterjemahkan sebagai penciptaan realitas yang lebih baik dan mengubah Israel menjadi negara yang lebih baik untuk ditinggali.”

    “Sebaliknya, tiap hari situasi makin buruk karena kita terbenam dan menggali di Gaza, Lebanon, dan Suriah,” kata dia yang pernah menjadi jurnalis Pasukan Pertahanan Israel (IDF) saat invasi Israel ke Lebanon tahun 1982.

    Pasukan Israel (IDF) melakukan evakuasi terhadap rekan tentara mereka yang terluka dan tewas dalam pertempuran di Jalur Gaza menggunakan helikopter. (Khaberni)

    Dia mengatakan, di tengah berlanjutnya konflik, nasib warga Israel di utara dan selatan tetap tidak menentu. Tidak diketahui apakah mereka akan bisa kembali pulang ke rumah masing-masing.

    Salah satu yang menjadi sorotan Ben-David adalah wilayah Israel utara yang terdampak oleh pertempuran Israel-Hizbullah. Warga Israel di sana terpaksa mengungsi.

    Dia menyebut baru ada sedikit warga Israel yang kembali sejak gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah diumumkan.

    “Hanya ada puluhan warga yang sudah kembali, kebanyakan adalah lansia,” kata dia mengenang kunjungan di Kota Metula, Israel utara.

    Mengenai operasi militer Israel di Gaza, Ben-David menyebut ada keraguan yang muncul.

    “Keraguan juga terdengar dalam suara para komandan IDF ketika mereka menjelaskan pentingnya misi ini,” ucapnya.

    Kata dia, IDF menghujankan bom-bom kuat, mengerahkan tank, dan merampas area demi area di Gaza.

    Namun, suara-suara mesin perang Israel dan pembunuhan terhadap para pejuang Hamas tidak membuat Israel lebih dekat dengan kemenangan.

    “Hampir seluruh area di Jalur Gaza utara sudah dibersihkan dari warga sipil dan Hamas. Menara-menara di kawasan Beit Lahiya yang menjadi tempat para staf dan dokter telah diratakan. Tak tersisa satu pun rumah yang menghadap halaman Netiv HaAsara atau jalur kereta api menuju Sderot,” kata dia.

    Dua serdadu Israel (IDF) tampak membetulkan rantai tank tempur yang bermasalah. Perang banyak front yang berlarut secara nyata menguras ekonomi Israel sebagai dampak dari beban perang. (Khaberni)

    Menurut dia, IDF menghabiskan tiap hari di Gaza untuk menguras darahnya sendiri. Bahkan, IDF kini bersiap mengerahkan divisi keempatnya untuk beraksi di Gaza.

    “Perlu diulangi: Kita tidak akan bisa membunuh setiap orang yang diidentifikasi sebagai Hamas. Jumlah mereka di Gaza tak terbatas. Kita juga tidak akan pernah bisa menghancurkan roket atau RPG terakhir.”

    “Jika kita tidak bisa mengambil apa yang sudah kita capai saat ini, kita akan mendapati diri kita berkubang dan berdarah di Gaza selama bertahun-tahun tanpa harapan dan tanpa sandera, yang beberapa di antaranya masih hidup.”

    Ben-David memperingatkan bahwa tanpa pemikiran strategis dan sistematis dari para pemimpin politik Israel, IDF bisa terjebak selamanya dalam perang di Gaza, Lebanon, dan Suriah.

    “Seperti pada tahun 1982 ketika kita mengusir warga Palestina dari Lebanon dan terseret ke dalam perang berdarah selama 18 tahun di sana, hal yang sama terjadi saat ini: IDF sedang mencari penjelasan untuk membenarkan keberadaannya [di Gaza] dan pendarahan itu.”

    Dia menyebut sejarah telah membuktikan bahwa upaya menaklukkan wilayah asing harus dibayar dengan harga mahal.

    “Biasanya penakluk yang masuk [wilayah asing] dengan gembar-gembor akan pulang dengan kekalahan dan rasa malu.”

    Menurutnya, Israel tidak memerlukan wilayah lebih banyak. Israel perlu memulihkan diri, salah satu syaratnya adalah memulangkan para sandera.

    Dia mengimbau perang untuk dikurangi untuk mencegah pertumbahan darah yang tidak diperlukan.

    Hamas bangkit

    Sementara itu, target utama Israel di Gaza, yakni Hamas, dilaporkan bangkit lagi. The Jerusalem Post dan Channel 12 menyampaikan Hamas telah merekrut personel baru.

    Channel 12 menyebut Hamas dan kelompok Jihad Islam disebut memiliki 20.000 hingga 23.000 pejuang, sedangkat The Jerusalem Post mengklaim jumlah pejuang Hamas mencapai sekitar 12.000 orang.

    Menurut Pasukan Pertahanan Israel (IDF), pada awal perang jumlah pejuang Hamas mencapai 25.000 personel. IDF mengatakan ada 14.000 hingga 16.000 pejuang Hamas yang terluka.

    Adapun The Jerusalem Post berujar ada lebih dari 6.000 warga Gaza yang ditahan Israel saat perang.

    “Hamas sukses membuat comeback besar dengan merekrut pasukan baru,” kata The Jerusalem Post hari Kamis pekan lalu.

    IDF punya masalah besar

    Sementara itu, pakar militer Israel bernama Avi Askhenazi mengatakan IDF di Jalur Gaza punya masalah besar yang bisa memicu bencana bagi Israel.

    Askhenazi  dengan tegas mengatakan masalah itu ialah burnout atau kelelahan fisik dan mental.

    Askhenazi yang menjadi kontributor media Israel Maariv menyebut burnout merupakan perkara besar, tetapi tidak terperikan.

    Menurutnya, perang di Gaza yang sudah berlangsung hampir 1,5 tahun membuat para tentara Israel merasa tidak nyaman dan memunculkan kesalahan di medan tempur.

    Awalnya Askhenazi menyinggung tewasnya seorang kapten Israel di Gaza yang bernama Amit Levi.

    Kematian Levi masih misterius. Belum diketahui dengan pasti apakah dia tewas ditembak oleh rekan sendiri ataukah diserang pejuang Hamas.

    Pada saat kejadian, pasukan Levi sedang bergerak di atas sebuah kendaraan. Kendaraan itu melaju tanpa penerangan.

    Diyakini ada ada pasukan lain yang beroperasi di area itu dan melepaskan tembakan setelah melihat gerakan misterius.

    “Tampaknya pasukan Levi didentifikasi sebagai pasukan musuh [oleh pasukan Israel lainnya] dan tidak ada koordinasi di antara dua pasukan itu,” kata Askhenazi dalam kolom di Maariv hari Kamis, (26/12/2024).

    Namun, hingga kini belum ada konfirmasi dari IDF mengenai penyebab pasti kematian misterius Levy.

    Lalu, Askhenazi mengatakan Divisi 99 dan 162 IDF sudah beroperasi di Gaza selama berbulan-bulan. Tingkat keletihan kedua divisi itu sangat tinggi.

    Dia mengatakan tentara Israel yang beroperasi di tempat yang sama memunculkan burnout.

    “Tentara mulai membuat kesalahan, fokus dalam misi mulai berkurang, ketegangan operasional berkurang, risiko kecelakaan yang menimbulkan korban jiwa meningkat,” kata seorang narasumber militer yang dikutip oleh Askhenazi.

    Askhenazi mengatakan tentara Israel dikerahkan terlalu lama di medan tempur akan merasa lebih aman dan kurang terancam. Hal itu membuat banyak musuh bisa mendekat tanpa diketahui.

    “Ada kekacauan di dalam batalion. Para tentara dan komandan sudah letih. Ada masalah dengan para penjaga, ada masalah dengan keputusan komandan kompi yang merencanakan keluarnya kita dari posisi bertahan dengan cara yang berbahaya,” kata salah satu tentara Israel yang terluka karena kecelakaan.

    Askhenazi menyebut IDF telah mengakui bahwa keletihan tentara akibat operasi militer memang tinggi, terutama di Divisi 162 dan 99 yang hanya beroperasi di Gaza.

    Sementara itu, satuan dan divisi lain beroperasi di zona tempur berbeda, misalnya di Israel, Lebanon, dan Suriah.

    Banyak tentara Israel alami trauma

    Awal tahun ini media-media Israel menyebutkan bahwa ada banyak tentara Israel yang mengalami trauma dan stres setelah dibebastugaskan dari operasi di Gaza.

    Salah satu dari mereka bahkan dilaporkan menembak kawan sendiri di Tel Aviv.

    “Seorang tentara Israel yang baru-baru saja kembali dari pertempuran di Jalur Gaza membunuh kawannya di dalam apartemen,” demikian laporan Channel 12.

    Sementara itu, Haaretz pada bulan Desember 2023 menyebut sebanyak 18 persen dari tentara Israel yang ikut dalam serangan di Gaza mengalami masalah kesehatan mental.

    Salah seorang dari mereka ada yang tiba-tiba bangun dari mimpi buruk lalu menembakkan senjata.

    (Tribunnews.com/ Chrysnha, Febri)

  • Roket-Roket dari Gaza Utara Sasar Pemukiman Yahudi Israel di Sderot, Satu Rumah Kena Hantam 3 Kali – Halaman all

    Roket-Roket dari Gaza Utara Sasar Pemukiman Yahudi Israel di Sderot, Satu Rumah Kena Hantam 3 Kali – Halaman all

    Roket-Roket dari Gaza Utara Sasar Pemukiman Yahudi Israel di Sderot, Satu Rumah Kena Hantam Tiga Kali

    TRIBUNNEWS.COM – Militer rezim Israel (IDF) mengonfirmasi adanya penembakan tiga roket dari Jalur Gaza yang terkepung pada Senin (6/1/2025).

    IDF mengatakan kalau satu roket menghantam pemukiman Yahudi Israel di Sderot.

    “Tiga roket diluncurkan dari Jalur Gaza utara di Sderot, di selatan Israel,” kata militer Israel pada hari Senin.

    IDF mengklaim, salah satu roket berhasil dicegat, sementara roket lainnya menghantam kota, menyebabkan kerusakan pada sebuah rumah, klaim militer dalam sebuah pernyataan pada hari Senin, menurut Times of Israel.

    Roket ketiga tampaknya menghantam area terbuka, tanpa menyebabkan kerusakan besar, tambah laporan itu.

    Ledakan besar terdengar di wilayah selatan Israel akibat peluncuran roket dan upaya untuk mencegatnya.

    Petugas layanan darurat dan petugas keamanan di rumah Sderot, Israel yang terkena roket yang ditembakkan dari Gaza pada 6 Januari 2025.

    Kena Hantam Lagi

    Lokasi serangan roket, menurut laporan, cenderung menghantam lokasi yang sama.

    Sebuah rumah yang dilaporkan media Israel pada Senin pagi, juga terkena pada dua serangan roket sebelumnya.

    “Rumah yang terkena serangan roket dari Gaza pagi ini telah rusak oleh proyektil roket pada dua serangan sebelumnya,” demikian dilaporkan situs berita Ynet.

    Pemilik rumah mengatakan kepada situs tersebut bahwa mereka belum selesai memperbaiki kerusakan akibat hantaman terakhir.

    Serangan hari ini menyebabkan kerusakan ringan pada properti di kota yang dekat dengan perbatasan Gaza.

    Roket lainnya berhasil dicegat sementara roket ketiga menghantam tanah terbuka.

    Serangan roket dari wilayah Gaza ke wilayah pendudukan Israel di Yerusalem. (khaberni/tangkap layar)

    Serangan 8 Hari Beruntun

    Kelompok perlawanan Palestina di Gaza melancarkan sejumlah serangan rudal dan roket terhadap pasukan dan pemukiman Israel pada tanggal 3 Januari, yang memicu alarm di komunitas Yahudi terdekat untuk pertama kalinya dalam hampir satu tahun.

    Sayap militer Hamas, Brigade Qassam, mengumumkan peluncuran rudal permukaan-ke-udara (SAM) yang sukses terhadap helikopter Apache Israel di sebelah timur kamp Al-Bureij di Gaza tengah bekerja sama dengan para pejuang Brigade Al-Nasser Salah al-Din – sayap militer Komite Perlawanan Rakyat (PRC).

    Serangan Palestina mengaktifkan sirene serangan udara di Kibbutz Beeri , sebuah pemukiman yang dikuasai oleh pejuang Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menjadi lokasi pembantaian besar-besaran oleh Israel terhadap rakyatnya.

    “Terakhir kali ada sirene di Beeri setelah tembakan roket dari Gaza adalah pada bulan Maret, hampir 10 bulan yang lalu. Sejak itu, alarm hanya berbunyi satu kali di kibbutz yang dievakuasi, selama serangan Iran pada awal Oktober,” harian berbahasa Ibrani Yedioth Ahronoth melaporkan pada hari Jumat.

    ILUSTRASI Sebuah roket diluncurkan dari Jalur Gaza ke kawasan pemukiman Israel di sekitaran Jalur Gaza. (khaberni/HO)

    Beberapa jam kemudian, dua roket diluncurkan dari Gaza utara, menargetkan kota Sderot di Israel.

    “Satu proyektil jatuh di dekat komunitas Nir Am, dan proyektil kedua jatuh di area terbuka,” demikian pengumuman militer Israel.

    Operasi tersebut menandai hari kedelapan berturut-turut serangan Palestina yang menargetkan permukiman Israel di dekatnya. Operasi tersebut juga dilakukan saat kampanye pembersihan etnis yang disponsori AS di Gaza memasuki bulan ke-15.

    Operasi perlawanan yang menargetkan pasukan penyerang juga terus berlanjut di dalam wilayah kantong tersebut, termasuk wilayah utara yang hancur. Pada Jumat malam, Brigade Qassam melaporkan penghancuran beberapa tank Merkava Israel di Jabalia.

    Sayap militer Front Demokratik untuk Pembebasan Palestina (DFLP), Pasukan Martir Omar al-Qassem, juga melancarkan serangan mortir terhadap pasukan Israel yang berkumpul di lokasi Administrasi Sipil di sebelah timur kamp pengungsi Jabalia.

    Laporan di media Israel telah mengonfirmasi bahwa perlawanan Palestina di Gaza “sedang bangkit kembali secara substansial ” dengan merekrut pasukan baru setelah lebih dari setahun genosida.

    Lebih dari 70 orang telah dibunuh oleh tentara Israel di Gaza sejak fajar pada hari Jumat ketika pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terus maju tanpa gentar dengan rencana pemusnahannya .

    “Pendudukan Israel melakukan delapan pembantaian terhadap keluarga-keluarga di Jalur Gaza, yang mengakibatkan 77 orang mati syahid dan 145 orang terluka yang dirawat di rumah sakit selama 24 jam terakhir,” demikian pengumuman Kementerian Kesehatan Gaza.

    Selain menjatuhkan lebih dari 85.000 ton bahan peledak di daerah kantong itu, Tel Aviv juga memblokir pengiriman bantuan kemanusiaan dan secara sistematis menargetkan sistem perawatan kesehatan Gaza yang sedang runtuh.

    “Penghancuran sistem perawatan kesehatan di Gaza, dan tingkat pembunuhan pasien, staf, dan warga sipil lainnya dalam serangan ini, merupakan konsekuensi langsung dari pengabaian hukum humaniter dan hak asasi manusia internasional,” demikian pernyataan laporan PBB yang diterbitkan pada tanggal 31 Desember.

    Saat pembantaian terus berlanjut, Hamas mengumumkan pada Jumat malam bahwa negosiasi tidak langsung mengenai gencatan senjata di Gaza “akan dilanjutkan hari ini di Doha.”

    “Keseriusan dan upaya kami untuk mencapai kesepakatan sesegera mungkin, yang mewujudkan aspirasi dan tujuan rakyat kami, yang terpenting adalah menghentikan agresi,” kata kelompok itu.

    Setelah lebih dari setahun genosida, kelompok perlawanan Palestina di Gaza kembali memperkuat barisan dan terus memberikan pukulan berat kepada tentara penjajah.

  • Tentara Israel Menyamar Jadi Paramedis Pakai Ambulans Tembaki Warga Palestina di Tepi Barat – Halaman all

    Tentara Israel Menyamar Jadi Paramedis Pakai Ambulans Tembaki Warga Palestina di Tepi Barat – Halaman all

    Tentara Israel Menyamar Jadi Paramedis Pakai Ambulans Tembaki Warga Palestina di Tepi Barat

    TRIBUNNEWS.COM – Pasukan Israel (IDF), dilaporkan menyamar sebagai paramedis, memasuki kamp pengungsi Palestina dan menembaki penduduk baru-baru ini di Tepi Barat.

    Aksi IDF itu ditunjukkan dalam rekaman video yang menjadi viral.

    “Sebuah video yang baru-baru ini dibagikan di media sosial Palestina menunjukkan pasukan Israel memasuki Kamp Balata di Tepi Barat utara dua minggu lalu dengan menyamar sebagai paramedis di dalam ambulans, yang mengakibatkan tewasnya seorang wanita tua dan seorang pria muda,” kata laporan MNA, Senin (6/1/2025).

    Serangan ini terjadi pada hari Kamis, 19 Desember 2024, di kamp Balata, yang terletak di timur kota Nablus, yang mengakibatkan tewasnya dua warga Palestina dan empat lainnya terluka.

    Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan, Halimeh Saleh Awail yang berusia 80 tahun meninggal akibat luka tembak di dada dan kakinya, dan Qasi Hamid Sarouji yang berusia 25 tahun meninggal karena cedera kepala parah.

    Menurut Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS), seorang pria berusia 65 tahun dan dua pemuda lainnya juga terluka oleh tembakan Israel.

    Dalam serangan ini, Israel tidak hanya menggunakan ambulans tetapi juga mencegah masuknya ambulans dan petugas penyelamat ke lokasi kejadian setelah menembaki warga Palestina.

    PRCS juga melaporkan bahwa seorang pemuda menderita cedera wajah akibat peluru yang ditembakkan oleh pasukan militer Israel.

    Gambar ini menunjukkan markas besar Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) di Kota Gaza pada 15 Februari 2024, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Hamas. – Beberapa negara termasuk Amerika Serikat, Inggris, Jerman dan Jepang telah menangguhkan pendanaan untuk badan UNRWA sebagai tanggapan atas tuduhan Israel bahwa beberapa anggota stafnya ikut serta dalam serangan militan Hamas pada 7 Oktober. (Photo by AFP) (AFP/-)

    UNRWA Tutup di Tepi Barat

    Terkait situasi konflik di Palestina yang diduduki Israel, Pejabat PBB yang berbicara dengan New York Times (NYT) mengatakan bahwa badan utama yang menyediakan bantuan kemanusiaan untuk Palestina sedang “bersiap” untuk mengakhiri operasinya di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki. 

    Badan PBB tersebut telah menjadi sasaran kampanye kotor Israel, yang mencakup pemaksaan pengakuan para pegawai UNRWA agar mengakui hubungan dengan Hamas.

    “Dampaknya akan sangat besar terhadap situasi yang sudah sangat buruk. Jika memang itu yang diinginkan Israel, yaitu menghilangkan kemampuan kita untuk menyelamatkan nyawa, Anda harus mempertanyakan apa yang dipikirkan dan apa tujuan akhirnya?” kata koordinator kemanusiaan dan residen PBB Jamie McGoldrick kepada NYT pada tanggal 2 Januari.

    UNRWA merupakan penyedia utama kebutuhan pokok dan layanan penting, yang diandalkan oleh ribuan warga Palestina untuk mata pencaharian dan kebutuhan dasar mereka. Sejak dimulainya genosida Israel di Gaza, UNRWA telah menjadi garda terdepan dalam menyalurkan bantuan kepada warga Palestina yang mengungsi, menyediakan makanan, air, dan obat-obatan, serta mengawasi pengiriman bantuan dan mengelola tempat penampungan.

    UNRWA telah menyediakan bahan bakar ke rumah sakit yang tersisa dan telah berupaya membersihkan limbah yang terkumpul, yang sangat penting di tengah merebaknya penyakit seperti kolera. 

    “Dunia telah meninggalkan kami. Kami tidak punya apa-apa selain bantuan yang kami dapatkan dari UNRWA untuk bertahan hidup,” kata Sami Abu Darweesh kepada NYT.  

    Tuduhan Israel terhadap UNRWA menyatakan bahwa karyawan organisasi tersebut ikut serta dalam Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober. Penyelidikan PBB menemukan sembilan karyawan berpartisipasi aktif dalam operasi yang dipimpin Hamas dan kemudian dipecat. Tuduhan lainnya terhadap UNRWA telah ditolak dan dikecam oleh PBB.

    Juru bicara UNRWA Juliette Touma sebelumnya mengungkapkan bahwa “Beberapa staf kami telah menyampaikan kepada tim UNRWA bahwa mereka dipaksa membuat pengakuan di bawah penyiksaan dan perlakuan buruk.” 

    Pada bulan Oktober 2024, Knesset meloloskan dua RUU yang melarang UNRWA di Israel, yang akan mulai berlaku pada bulan Januari. Meskipun Israel belum secara langsung membahas apakah RUU tersebut mencakup operasi UNRWA di Gaza dan Tepi Barat, undang-undang tersebut akan memaksa PBB untuk menutup operasinya di kedua wilayah tersebut.

    Berdasarkan RUU tersebut, pejabat Israel dilarang berinteraksi dengan UNRWA, dan karena pengiriman bantuan memerlukan koordinasi dengan tentara Israel, operasi tidak mungkin dilanjutkan. 

    Larangan Israel terhadap Al Jazeera di Israel dan penutupannya baru-baru ini di Tepi Barat juga merupakan konsekuensi dari apa yang disebut Israel sebagai keterlibatan dalam 7 Oktober. Sementara genosida di Gaza terus berlanjut, penggerebekan oleh tentara Israel semakin sering terjadi, yang terakhir terjadi pada 2 Januari. 

    Warga Palestina telah bergantung pada organisasi kemanusiaan internasional dan kelompok nonpemerintah selama beberapa dekade. UNRWA mendukung para pengungsi Palestina di Gaza, Tepi Barat, Yordania, Lebanon, dan Suriah. UNRWA menjalankan berbagai fungsi, termasuk sekolah, rumah sakit dan klinik, pengumpulan sampah, bank makanan, dan pusat pelatihan kerja. 

    Sebelum Oktober 2023, tidak ada organisasi kemanusiaan lain yang menawarkan bantuan yang sama kepada warga Palestina. Penutupan operasi UNRWA di Gaza akan memutus jalur kehidupan penting yang tak tergantikan bagi warga Palestina.