Negara: Palestina

  • Israel Pakai Uang Pajak Palestina untuk Bayar Utang Listrik Rp 8,8 T

    Israel Pakai Uang Pajak Palestina untuk Bayar Utang Listrik Rp 8,8 T

    Tel Aviv

    Israel berencana untuk menggunakan pendapatan pajak yang dikumpulkan atas nama Otoritas Palestina (PA) untuk membayar utang listrik PA sendiri, yang besarnya nyaris mencapai 2 miliar Shekel atau setara Rp 8,8 triliun.

    Utang listrik sebesar itu, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Senin (13/1/2025), harus dibayarkan oleh Otoritas Palestina kepada Israel Electric Co (IEC), perusahaan listrik Israel yang dikelola negara.

    Israel selama ini memungut pajak atas barang-barang yang melewati Israel ke Tepi Barat atas nama Otoritas Palestina dan mentransfer pendapatannya ke Otoritas Palestina yang berkedudukan di Ramallah berdasarkan perjanjian jangka panjang antara kedua belah pihak.

    Sejak Hamas melancarkan serangan mematikan terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 yang kemudian memicu perang di Jalur Gaza, Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich menahan sejumlah dana pajak yang dialokasikan untuk biaya administrasi di Jalur Gaza.

    Dana yang dibekukan itu disimpan di Norwegia dan, menurut Smotrich dalam rapat kabinet pada Minggu (12/1), akan digunakan untuk membayar utang kepada IEC yang jumlahnya mencapai 1,9 miliar Shekel.

    “Prosedur ini diterapkan setelah beberapa tindakan anti-Israel dan termasuk pengakuan sepihak Norwegia atas negara Palestina,” kata Smotrich saat berbicara kepada para menteri kabinet pemerintahan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu.

    “Utang PA kepada IEC mengakibatkan tingginya pinjaman dan suku bunga, serta berdampak pada kredit IEC, yang pada akhirnya dialihkan kepada warga Israel,” ucapnya.

  • Iran Gelar Latihan Udara ‘Al-Qihadar 1403’, Siap Lindungi Fasilitas Nuklir dari Israel-AS – Halaman all

    Iran Gelar Latihan Udara ‘Al-Qihadar 1403’, Siap Lindungi Fasilitas Nuklir dari Israel-AS – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Tentara Iran meluncurkan manuver “Al-Qihadar 1403” pada Minggu (12/1/2025) untuk menguji kekuatan pertahanan udara di wilayah barat dan utara negara itu.

    Latihan militer itu juga bertujuan untuk melindungi fasilitas nuklir di wilayah Fordow dan Khondab.

    “Mereka meluncurkan manuver pertahanan udara di Iran barat dan utara untuk melindungi fasilitas nuklir Fordow dan Khondab, setelah manuver selama beberapa hari terakhir yang dilakukan Garda Revolusi Iran (IRGC) untuk melindungi fasilitas nuklir Natanz dan Isfahan,” lapor Al Araby.

    Kegiatan tersebut diikuti oleh unit rudal dan radar, unit peperangan elektronik, sistem pertahanan udara, pesawat berawak, dan drone Angkatan Udara.

    Manuver ini dilakukan di tengah meningkatnya ancaman Israel dan sekutunya Amerika Serikat untuk menyerang fasilitas nuklir Iran.

    Hal ini mendorong Iran untuk melakukan manuver pertahanan udara yang dimulai beberapa hari lalu.

    Sehari sebelumnya, militer Iran melakukan manuver Eqtedar 1403 pada Sabtu, yang dilakukan oleh Pasukan Pertahanan Udara Angkatan Darat Iran dan Angkatan Udara.

    “Kegiatan ini bertujuan untuk memperkirakan efektivitas operasional rencana pertahanan udara terhadap serangan musuh, memastikan keunggulan intelijen dan mencapai kemampuan untuk mendeteksi target secara tepat waktu,” lapor kantor berita Iran, IRNA.

    Dalam manuver tersebut, militer Iran menggunakan berbagai sensor radar aktif, pencegat sinyal pasif, sensor optik, dan pengawasan yang tersedia kepada angkatan udara Iran.

    Selain itu, mereka juga mengevaluasi kinerja taktis dan teknis para personel dalam kondisi nyata di medan perang untuk pertahanan udara.

    Mereka juga dilatih untuk menerapkan prinsip-prinsip pertahanan non-operasional untuk sistem pertahanan udara dengan pergerakan cepat dan reposisi.

    Iran, yang tidak mengakui Israel sebagai negara, telah menjadikan dukungan terhadap perjuangan Palestina sebagai landasan kebijakan luar negerinya sejak Revolusi Islam 1979.

    Hubungan Iran dan Israel semakin memburuk setelah Israel meluncurkan serangan udara di kedutaan besar Iran di Damaskus, Suriah pada 1 April 2024, membunuh jenderal IRGC Mohammad Reza Zahedi.

    Iran dan Israel terlibat beberapa aksi saling serang setelahnya.

    Fasilitas Nuklir Iran

    Iran memiliki sejumlah fasilitas nuklir yang tersebar di wilayahnya, namun hanya beberapa lokasi yang diketahui oleh publik.

    Setidaknya ada lima lokasi fasilitas nuklir Iran yaitu di Natanz, Isfahan, Fordow, Khondab, dan Bushehr.

    Iran memiliki pusat teknologi nuklir besar di pinggiran Isfahan, termasuk Pabrik Fabrikasi Pelat Bahan Bakar (FPFP) dan fasilitas konversi uranium (UCF) yang dapat memproses uranium menjadi uranium heksafluorida yang dimasukkan ke dalam sentrifus.

    Lokasi kedua yaitu di Natanz, yang merupakan kompleks nuklir di dataran yang berbatasan dengan pegunungan di luar kota suci Muslim Syiah Qom, sebelah selatan Teheran.

    Natanz memiliki fasilitas yang mencakup dua pabrik pengayaan: Pabrik Pengayaan Bahan Bakar (FEP) bawah tanah yang luas dan Pabrik Pengayaan Bahan Bakar Pilot (PFEP) di atas tanah.

    Selanjutnya ada fasilitas nuklir di Fordow, yang merupakan situs pengayaan yang digali di gunung sehingga lebih terlindungi dari potensi pemboman daripada FEP.

    Iran kini memiliki lebih dari 1.000 sentrifus yang beroperasi di sana, sebagian kecil di antaranya adalah mesin IR-6 canggih yang melakukan pengayaan hingga 60 persen.

    Selain itu, Iran juga memiliki reaktor air berat yang sebagian sudah dibangun di Khondab.

    Reaktor air berat menimbulkan risiko proliferasi nuklir karena dapat dengan mudah menghasilkan plutonium yang dapat digunakan untuk membuat inti bom atom.

    Lokasi kelima yaitu di Bushehr, di mana pembangkit listrik tenaga nuklir satu-satunya beroperasi di Iran.

    Pembangkit listrik ini menggunakan bahan bakar Rusia yang kemudian diambil kembali oleh Rusia ketika bahan bakar tersebut habis, sehingga mengurangi risiko proliferasi, seperti diberitakan Reuters.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • Hamas Selesaikan Rancangan Kesepakatan Gencatan Senjata di Jalur Gaza

    Hamas Selesaikan Rancangan Kesepakatan Gencatan Senjata di Jalur Gaza

    QATAR – Kelompok perjuangan kemerdekaan Palestina, Hamas, pada Sabtu (11/1) mengumumkan telah menyelesaikan rancangan kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza dan menunggu persetujuan pihak Israel, yang mengindikasikan kemajuan dalam upaya mengakhiri konflik.

    Juru bicara kelompok Hamas, Jihad Taha, mengatakan kepada media pan-Arab yang berkantor di London, Al-Araby Al-Jadeed TV, bahwa sejumlah mediator telah menyelesaikan rancangan kesepakatan yang mencakup syarat-syarat gencatan senjata dan pertukaran tahanan.

    Dia mengatakan Hamas menunggu perwakilan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Doha untuk menyetujui dan menandatangani kesepakatan tersebut.

    Laporan menyebutkan bahwa pembicaraan mengenai gencatan senjata telah mengalami kemajuan positif. Saluran televisi yang berkantor di Qatar, Al-Araby TV, mengutip pejabat Hamas, menyatakan negosiasi telah mendekati tahap akhir. Beberapa jam mendatang dianggap penting untuk menyelesaikan kesepakatan tersebut.

    Menurut Al Araby TV, pada tahap awal rancangan kesepakatan, Israel akan menarik pasukan dari beberapa titik tertentu, termasuk penyeberangan perbatasan Rafah di Gaza selatan dan bagian dari Koridor Philadelphi atau zona penyangga di perbatasan Gaza dan Mesir.

    Sepekan setelah gencatan senjata dimulai, tahanan akan dibebaskan, dan Israel akan mundur dari area yang telah disepakati. Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat diperkirakan mengadakan konferensi pers untuk mengungkapkan rincian kesepakatan, jadwal implementasi, dan tanggal dimulainya gencatan senjata.

    Presiden AS Joe Biden pada Kamis (9/1) memastikan bahwa telah ada kemajuan dalam mencapai kesepakatan. Sejak 7 Oktober 2023, tentara Israel melancarkan perang dan genosida di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 46.500 korban jiwa, dengan mayoritas perempuan dan anak-anak, kendati Dewan Keamanan PBB menyerukan gencatan senjata segera.

    Pada November, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas perangnya di wilayah tersebut.

  • Sebut Israel Didasari Ideologi Sesat Zionis, Yahudi Yudaisme Taurat: Mereka adalah Nazi Masa Kini – Halaman all

    Sebut Israel Didasari Ideologi Sesat Zionis, Yahudi Yudaisme Taurat: Mereka adalah Nazi Masa Kini – Halaman all

    TRIBUNNEWS.com – Kelompok Yahudi Yudaisme Taurat menyerukan kepada negara-negara di dunia untuk memutuskan semua hubungan dengan Israel.

    Mereka menyebut Israel terbentuk karena didasari “ideologi sesat” Zionisme.

    Lewat cuitan di X, Minggu (12/1/2025), kelompok tersebut mendesak semua negara untuk tidak membantu Israel lagi, bahkan tidak membiarkan warga Netanyahu memasuki wilayah mereka begitu saja.

    “Kami menyerukan kepada semua negara dan masyarakat untuk memutus semua hubungan dengan Israel dan Zionis.”

    “Jangan bantu mereka, jangan biarkan mereka masuk ke negara Anda.”

    “Karena jika mereka merasa Anda telah menunjukkan kelemahan sekecil apapun, mereka akan mencoba menghancurkan Anda, mendominasi Anda, dan memperbudak Anda,” kata kelompok tersebut.

    Kelompok Yahudi Yudaisme Taurat secara tegas membela Yudaisme sebagai agama yang sangat menentang dan tidak diwakili oleh Zionisme.

    Menurut mereka, Zionisme adalah ideologi yang mendirikan Israel atas darah orang-orang Yahudi yang bekerja sama dengan Nazi.

    Secara rinci, pernyataan kelompok itu menjelaskan, orang-orang Yahudi yang menentang Zionisme dikirim ke kamp-kamp kematian Nazi, dengan anggapan yang terus berlanjut hingga sekarang.

    “Ketika kaum Zionis melihat orang-orang Yahudi anti-Israel, hal pertama yang mereka katakan adalah: Hitler seharusnya membunuh kalian juga, kalian semua pantas mati di kamar gas,” tutur kelompok tersebut.

    “Zionis mendirikan negara (Israel) dengan menggunakan (alasan) korban Holocaust.”

    “Negara yang didirikan ini (Israel), didirikan atas rencana kotor Zionis dan darah kaum Yahudi,” lanjutnya.

    Sehari setelahnya, Senin (13/1/2025), Yahudi Yudaisme Taurat kembali membahas mengenai Israel.

    Kelompok itu mengunggah sebuah video di X, yang memperlihatkan Israel membuka tur bagi umum untuk melihat apa yang terjadi di Gaza.

    “Siapa saja yang mendukug Zionis harus menonton video ini. Perhatikan bagaimana Zionis yang Anda dukung menyaksikan pengeboman Gaza dari tempat yang tinggi, seolah-olah mereka sedang menonton film.”

    “Ketika tentara Israel melakukan genosida di Gaza, Zionis tanpa malu-malu menyelenggarakan tur bagi mereka yang ingin menontonnya.”

    “Kami tidak mengatakan tanpa alasan, Zionisme adalah Nazisme masa kini, karena mereka benar-benar Nazi masa kini.”

    “Tidak ada sedikit pun jejak hati nurani di hati para Zionis,” urai kelompok tersebut.

    Seruan ini muncul di tengah meningkatnya pengawasan publik terhadap Israel karena genosida di Gaza.

    Sejauh ini, jumlah total warga Palestina yang tewas sejak dimulainya perang Israel di Gaza pada 7 Oktober 2023, telah meningkat menjadi 46.565 orang.

    Sementara, 109.660 orang terluka, menurut laporan harian pada hari ke-464 agresi, dilansir Al Mayadeen.

    Militer Israel melakukan dua pembantaian terhadap keluarga di Jalur Gaza, yang mana 28 di antaranya mati syahid dan 89 korban luka tiba di rumah sakit dalam 48 jam, Kementerian Kesehatan di Gaza mengumumkan pada Sabtu (11/1/2025).

    Gerakan global untuk mengakhiri genosida dan meminta pertanggungjawaban pendudukan Israel atas kekejamannya di Jalur Gaza muncul tak lama setelah serangan massal dimulai pada 2023.

    (Tribunnews.com/Pravitri Retno W)

  • Potret Baru ‘Neraka’ Bak Gaza di LA AS, Penampakan Sebelum & Sesudah

    Potret Baru ‘Neraka’ Bak Gaza di LA AS, Penampakan Sebelum & Sesudah

    Di sisi lain, aktivis Code Pink menghubungkan perang di Gaza dengan perubahan iklim yang menyebabkan kebakaran besar di AS itu. “Ketika pajak AS digunakan untuk membakar orang hidup-hidup di Gaza, kami tidak akan terkejut ketika api itu kembali menyala,” ujar Code Pink, kelompok aktivis sayap kiri AS di Instagram. Kelompok Yahudi AS Jewish Voice for Peace yang anti-Zionis, dalam sebuah unggahan Instagram juga menyinggung hal sama. “Alih-alih mengalokasikan sumber daya untuk membuat negara kita layak huni, pemerintah malah mengalokasikan miliaran dolar untuk genosida yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina di Gaza,” katanya. (REUTERS)

  • 28 Orang Tewas Akibat Serangan Israel dalam 24 Jam Terakhir di Gaza

    28 Orang Tewas Akibat Serangan Israel dalam 24 Jam Terakhir di Gaza

    Jakarta

    Israel terus melancarkan serangan di Gaza, Palestina. Kementerian Kesehatan Gaza menyebutkan 28 orang tewas di Gaza dalam 24 jam terakhir akibat serangan Israel.

    Dilansir kantor berita AFP, Senin (13/1/2025), korban tewas di Gaza terus mengalami lonjakan. Padahal, saat ini tengah diupayakan gencatan senjata.

    Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 28 orang tewas dalam 24 jam terakhir. Total korban tewas secara keseluruhan menjadi 46.565 orang.

    Israel melancarkan serangannya ke Gaza sebagai respons atas serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Sedikitnya 109.660 orang terluka dalam lebih dari 15 bulan perang antara Israel dan Hamas.

    (whn/whn)

  • UIA Dalami Kajian Kebangkitan Syam dan Masa Depan Dakwah Dunia Islam

    UIA Dalami Kajian Kebangkitan Syam dan Masa Depan Dakwah Dunia Islam

    GELORA.CO – Apa yang terjadi di Syam adalah kisah dunia yang terus berkembang.

    Dari Suriah hingga Palestina, dari Lebanon hingga Yordania, wilayah yang menjadi saksi peradaban besar ini kini bangkit dari abu konflik menuju harapan baru.

    Menyikapi dinamika ini, Universitas Islam Asy-Syafi’iyah (UIA) pada Program Studi Doktoral (S3) Ilmu Dakwah menggelar seminar internasional bertema Kebangkitan Syam dan Masa Depan Dakwah Dunia Islam melalui Zoom pada Sabtu (11/1/2025).

    Beberapa narasumber dalam seminar ini di antaranya, H.E. Abdulmonem Anan (Duta Besar Suriah untuk Indonesia), Dr. Washfi Abu Zaid (akademisi Turkiye), Dr. Salahudin Miqati (akademisi Lebanon), ⁠H. Anis Matta Lc (Wamenlu RI), Prof.Dr. Daud Rasyid MA (Kaprodi S3 Ilmu Dakwah UIA), Prof.Dr. Masduki Ahmad ( Rektor UIA) dan Abdul Hamid (Dekan FAI UIA).

    Selaku penggagas, Prof. Dr. Daud Rasyid menyampaikan bahwa kegiatan ini dilatarbelakangi oleh posisi strategis wilayah Syam, yang mencakup Suriah, Palestina, Lebanon dan Yordania, sebagai pusat peradaban dunia dan sejarah Islam.

    Ia menjelaskan, Suriah memang sudah 50 tahun dicengkeram oleh rezim zalim Bashar Al Assad yang berpaham Syiah.

    Di mana, paham Syiah cuma 15 persen di Suriah tapi sangat mencengkeram dengan kuat.

    Bahkan, ulama besar Mufti Syiriah Syekh Said Ramadhan Al Buthi menjadi korban yang difitnah sebagai Syiah dan meregang nyawa bersama keluarganya dalam ledakan bom yang dipicu pertikaian antara Sunni garis keras dan Syiah.

    Menurut Prof. Daud, dari sinilah Sunni garis keras menurunkan rezim Bashar Al Asad karena dianggap terlalu tangan besi saat memimpin pemerintahan.

    Ia menjelaskan, Syam bukan sembarang negeri karena tercantum dalam Al-Qur’an Surat Al Isra.

    Dalam surat itu, disebutkan keberkahan di sekitar Masjid Al Aqsa di Palestina adalah termasuk negeri Syam.

    Namun, Syam selalu luput dari perhatian umat Islam dibanding Palestina.

    Selain itu, Syam adalah tempat turunnya Dajjal pada saat akhir zaman menjelang datangnya kiamat.

    “Pascakonflik yang berkepanjangan di Suriah, diskusi ini diharapkan mampu memberikan wawasan strategis untuk masa depan perdamaian, pembangunan, dan dakwah di kawasan tersebut,” tuturnya.

    Secara konsisten, Prof. Daud memberikan arahan bahwa wilayah Syam tidak hanya istimewa bagi umat Islam, tetapi juga menjadi kunci bagi stabilitas global.

    Dengan sejarahnya yang panjang sebagai pusat agama, politik dan budaya, kawasan ini menjadi barometer perdamaian dunia.

    Ia mengatakan, seminar internasional itu bertujuan untuk mendorong dialog yang konstruktif demi perdamaian dan rekonstruksi wilayah Syam.

    Sebelum event ini dimulai, para panitia telah melakukan silaturahmi ke narasumber yaitu Kedutaan Besar Suriah dan Wamenlu RI, dikordinasikan langsung oleh Habib Ir Nabiel Al Musawa, MSc dan Ustazah Dra. Nurfitria Farhana, MA. sebagai Ketua Dewan Penasihat Yayasan Perguruan Tinggi As-Syafi’iyah.

    Sementara itu, Dubes Suriah untuk Indonesia, Abdulmonem Anan, dalam pemaparannya, menyampaikan bahwa seminar ini menjadi bukti kepedulian umat Islam Indonesia terhadap Syam.

    Kemudian, akademisi dari Lebanon, Dr. Salahudin Miqati, menyampaikan pentingnya memberikan rasa kepedulian terhadap umat Islam di Syam sebagai orang beriman yang memang terikat dalam persaudaraan dengan memberikan kontribusinya dengan apapun.

    Untuk diketahui, acara ini diawali sambutan Rektor UIA, Prof. Dr. Masduko Ahmad, dilanjut oleh Dekan Fakultas Agama Islam, Abdul Hamid Lc,M.Kom. Ph.D

    Kemudian, Ketua Pelaksana Seminar Internasional, Deni Rahman, M.I.Kom menjelaskan, acara ini berlangsung secara daring dengan menghadirkan pakar internasional, akademisi dan praktisi untuk mendiskusikan isu strategis terkait kebangkitan kawasan Syam, dunia Arab dan pembangunan perdamaian.

    “Acara ini diharapkan menjadi langkah awal menuju kolaborasi internasional yang lebih luas untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi kawasan tersebut,” katanya.

    Seminar tersebut membahas analisis kebangkitan Suriah dari aspek politik, ekonomi, sosial dan budaya.

    Selain itu, mendiskusikan peran negara-negara Arab dalam mendukung stabilitas kawasan Syam.

    Kegiatan tersebut juga diagendakan akan menyusun rekomendasi strategis untuk perdamaian dan pembangunan di Syam.

    Serta meningkatkan pemahaman publik tentang signifikansi wilayah Syam dalam konteks global.

  • Pasukan Rontok di Beit Hanoun, Tentara Israel Ubah Metode Operasi, Balas Dendam Personel Tewas – Halaman all

    Pasukan Rontok di Beit Hanoun, Tentara Israel Ubah Metode Operasi, Balas Dendam Personel Tewas – Halaman all

    Pasukan Rontok di Beit Hanoun, Tentara Israel Ubah Metode Operasi, Balas Dendam Personel Tewas

    TRIBUNNEWS.COM – Surat kabar Ibrani, Maariv, pada Minggu (12/1/2025) mengutip para pejabat keamanan Israel, melaporkan kalau tentara Israel (IDF) mengubah metode pertempurannya di Beit Hanoun, Gaza Utara setelah mengalami kerugian besar.

    Laporan itu menyebutkan, insiden yang menewaskan 4 tentara Brigade Nahal IDF serta melukai 6 personel lainnya membuat Divisi Gaza IDF melakukan penyelidikan dan mengubah metode serta pergerakan pasukan IDF di Beit Hanoun.

    “Manuver darat di Beit Hanoun sangat penting untuk memulihkan keamanan di Jalur Gaza dan permukiman Sderot, wilayah pemukiman Yahudi Israel yang berada di sekitaran Gaza,” kata laporan itu dilansir Khaberni, Minggu.

     Selain itu, laporan juga mengulas kerugian besar yang diderita IDF selama melaksanakan operasi di Beit Hanoun. 

    “Sejak dimulainya manuver di Beit Hanoun lebih dari dua minggu lalu, 11 perwira dan tentara Israel tewas dan sekitar 20 lainnya terluka,” tulis laporan tersebut.

    Pasukan Israel (IDF) dari divisi infanteri melakukan agresi militer darat ke Jalur Gaza.

    Mengamuk Balas Dendam

    Dalam laporan lain media Israel, JNS, menyebut pasukan IDF dari Brigade Nahal, kembali mengintensifkan operasi militer mereka seusai rontoknya personel karena serangan milisi perlawanan Palestina di Beit Hanoun.

    “Brigade Nahal IDF melanjutkan operasi di daerah Beit Hanoun di timur laut Gaza, terlibat dalam pertempuran jarak dekat, membongkar infrastruktur Hamas, dan menemukan senjata seperti bahan peledak, peluncur RPG, dan senjata api,” tulis laporan JS, Minggu.

    Mengutip pembaruan (Update) dari IDF, laporan menjelaskan kalau Brigade Nahal mengamuk dengan menyerang bangunan-bangunan yang dipasangi jebakan dan lokasi penyimpanan senjata yang dipandu oleh Pusat Pengendalian Tembakan.

    Seperti dijelaskan di atas, pertempuran sengit baru-baru ini telah mengakibatkan tewasnya sejumlah prajurit IDF.

    “IDF menyampaikan belasungkawa kepada keluarga yang ditinggalkan dan berjanji untuk melanjutkan misinya untuk mengenang mereka,” kata laporan itu.

    “Kami akan terus berjuang dengan semangat dan mengenang para korban,” kata komandan Brigade Nahal.

    Empat tentara IDF tewas dan enam lainnya terluka pada hari Sabtu.

    Menurut penyelidikan awal IDF, para tentara tersebut terkena bahan peledak di Beit Hanoun.

    Petugas layanan darurat dan petugas keamanan di rumah Sderot, Israel yang terkena roket yang ditembakkan dari Gaza pada 6 Januari 2025. (timesofisrael)

    Sirene Meraung di Sderot dan Kerem Shalom

    Meski membabi-buta, operasi militer IDF belum juga menjinakkan peluncuran roket yang berasal dari Jalur Gaza ke wilayah pendudukan Israel.

    Pada Sabtu, sirene peringatan serangan roket berbunyi di sejumlah pemukiman Yahudi Israel, termasuk di Sderot.

    Angkatan Udara Israel mencegat sebuah roket yang ditembakkan dari selatan Jalur Gaza menuju negara Yahudi itu pada Sabtu pagi, kata IDF.

    Sirene tanda bahaya serangan udara juga berbunyi di Kibbutz Kerem Shalom, yang terletak di dekat persimpangan perbatasan Jalur Gaza dan Mesir. 

    Tidak ada korban luka atau kerusakan properti yang dilaporkan.

    Sementara itu di daerah Jabalia di Jalur utara, pasukan IDF mengklaim mengeleminasi tiga milisi perlawanan Palestina.

    “Pasukan infanteri Brigade “Givati” ke-84 mengidentifikasi para milisi Palestina yang berencana menyergap pasukan Israel dari gedung di dekatnya,” klaim IDF. 

    Dengan menggunakan pesawat nirawak, IDF menemukan lubang bawah tanah di dalam gedung tempat para milisi tampaknya keluar. IDF menembaki dua militan, dan setelah penyergapan yang terarah, para pejuang Givati ​​membunuh yang ketiga, kata IDF.

    Seorang warga Palestina terlihat di tengah kehancuran akibat serangan udara Israel di kamp pengungsi Bureij yang terletak di tengah Jalur Gaza pada 02 November 2023. (Belal Khaled – Anadolu Agency)

    IDF Serang Sekolahan di Jabalia, Korban Gaza Tembus 46.537 Jiwa

    Amukan pasukan Israel di Gaza juga menyasar sekolah.

    Di Jabalia, pesawat Angkatan Udara Israel menargetkan sebuah sekolah di Jabalia yang mereka tuding sebagai wilayah operasi milisi Hamas.

    Sekolah tersebut diubah menjadi pusat komando bagi orang-orang bersenjata Hamas “untuk melakukan serangan terhadap pasukan IDF dan Negara Israel,” menurut IDF.

    Sebelum serangan udara tersebut, “banyak langkah telah diambil untuk mengurangi kemungkinan terjadinya korban sipil, termasuk penggunaan persenjataan presisi, observasi udara, dan sarana intelijen tambahan,” tambah IDF.

    Pada faktanya, korban sipil Palestina lah yang menjadi sasaran pengeboman Israel tersebut.

    Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan pada Sabtu, kalau Pasukan Pendudukan Israel melakukan lima pembantaian di Jalur Gaza, yang menyebabkan 32 orang mati syahid dan 193 orang terluka selama 48 jam terakhir.
     
    Kementerian memperingatkan bahwa masih ada sejumlah korban di bawah reruntuhan dan di jalan, dan bahwa IOF mencegah ambulans dan kru pertahanan sipil menjangkau mereka.
    Diumumkan bahwa jumlah total korban tewas akibat agresi Israel telah meningkat menjadi 46.537 orang yang menjadi martir dan 109.571 orang yang terluka sejak 7 Oktober 2023. 

    Pada hari Jumat, Menteri Pertahanan Israel Katz menginstruksikan IDF untuk segera mengembangkan rencana untuk kemenangan yang menentukan atas Hamas di Gaza jika kesepakatan penyanderaan tidak tercapai pada tanggal 20 Januari.

    “Jika kesepakatan penyanderaan tidak terwujud pada saat Presiden Trump menjabat, Hamas di Gaza harus menghadapi kekalahan total,” kata Katz dalam rilis yang dikeluarkan kantornya.

    Pernyataan tersebut menekankan bahwa Israel harus menghindari terseret ke dalam perang atrisi yang berkepanjangan, yang akan memakan biaya besar dan gagal memberikan kemenangan strategis atau mengakhiri konflik di Gaza.

    Katz menyerukan rencana yang memastikan kekalahan total Hamas, yang diharapkan akan disampaikan IDF selama penilaian keamanan mendatang.

     

    (oln/rntv/jns/*)

  • Hamas Masih Ada, Sandera Belum Bebas, Israel Telan Kerugian Ekonomi Rp 1.102 di Perang Gaza – Halaman all

    Hamas Masih Ada, Sandera Belum Bebas, Israel Telan Kerugian Ekonomi Rp 1.102 di Perang Gaza – Halaman all

    Hamas Masih Ada, Sandera Belum Bebas, Israel Telan Kerugian Ekonomi Rp 1.102 di Perang Gaza

    TRIBUNNEWS.COM – Israel menderita kerugian besar dan belum juga mencapai target perang mereka di Jalur Gaza sejak melancarkan invasi militer darat ke wilayah kantung Palestina tersebut pada 7 Oktober 2023 silam.

    Dalam 16 bulan, kerugian ekonomi akibat perang Israel yang sedang berlangsung di Gaza mencapai sekitar 250 miliar shekel ($67,57 miliar atau setara Rp 1.102 triliun) pada akhir tahun 2024, menurut sebuah laporan.

    Surat kabar bisnis Israel, Calcalist merilis angka tersebut pada hari Jumat yang mencerminkan perkiraan Bank Israel,

    Kerugian ekonomi itu mencakup biaya militer langsung, pengeluaran sipil, dan kerugian pendapatan, tetapi bukan dampak finansial sepenuhnya.

    Laporan tersebut menggambarkan biaya tersebut sebagai ” beban berat ” dan mengkritik “kegagalan” upaya perang, menyoroti perlunya peningkatan substansial dalam anggaran pertahanan Israel selama dekade berikutnya.

    Ketegangan anggaran telah memicu diskusi di Israel , khususnya mengenai realokasi pendapatan dari sumber daya gas alam di Mediterania, yang awalnya ditujukan untuk perawatan kesehatan dan pendidikan tetapi sekarang tampaknya dialokasikan untuk belanja pertahanan.

    Laporan itu juga menyebutkan rekomendasi terkini dari Komite Nagel , yang menyarankan tambahan 275 miliar shekel ($74 miliar) untuk pertahanan selama dekade berikutnya dengan peningkatan tahunan sebesar 27,5 miliar shekel ($7 miliar).

    Dua serdadu Israel (IDF) tampak membetulkan rantai tank tempur yang bermasalah. Perang banyak front yang berlarut secara nyata menguras ekonomi Israel sebagai dampak dari beban perang. (khaberni/tangkap layar)

    Komite mengusulkan untuk memperkuat sistem pertahanan udara berlapis-lapis milik Israel , termasuk Iron Dome dan sistem laser yang baru dioperasikan, di samping memperkuat perbatasan Lembah Jordan dengan penghalang yang dijaga ketat.

    Tentara Israel telah menewaskan lebih dari 46.000 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, di Gaza sejak serangan lintas perbatasan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Serangan tersebut telah menghancurkan daerah kantong itu dan risiko kelaparan meluas.

    Namun, di balik aksi genosida tersebut, Israel belum bisa mencapai target perang yang mereka ditetapkan di awal invasi, termasuk memberangus gerakan Hamas dan membebaskan para sandera Israel yang ditahan di Gaza.

    Keluarga sandera Israel yang ditawan oleh militan Palestina menyalakan Hanukkiah, sebuah kandil menorah bercabang sembilan yang digunakan pada hari raya Yahudi Hanukkah (AHMAD GHARABLI / AFP)

    Sandera Israel di Gaza Dikawal Brigade Bunuh Diri

    Terkait kondisi sandera Israel di Gaza, seorang pejabat senior Hamas mengklaim tanggung jawab pengamanan warga Israel yang disandera di Jalur Gaza diserahkan kepada brigade khusus yang disebut “brigade bunuh diri”.

    Brigade itu berisi para pejuang terlatih yang memang ditugaskan memastikan keamanan dan perlindungan bagi para sandera di tengah perundingan gencatan senjata Hamas-Israel.

    Saat diwawancarai Al Araby Al Jadeed, pejabat yang enggan disebutkan namanya itu tidak mengungkapkan rincian tentang struktur dan metode brigade itu.

    Dia lalu menyinggung keputusan Hamas baru-baru ini perihal upaya untuk mendorong kemajuan perundingan gencatan senjata.

    Keputusan itu, misalnya kesepakatan untuk menambah sandera yang akan dibebaskan, adalah respons atas situasi buruk kemanusiaan yang dihadapi warga Gaza.

    “Kami tidak jauh dari perjanjian (gencatan senjata) jika [Perdana Menteri Israel] Benjamin Netanyahu menunjukkan respons positif atas isu gencatan senjatan senjata permanen dan penarikan mundur [pasukan Israel],” katanya.

    Dia mengatakan Hamas dan faksi-faksi Palestina lainnya ingin secepatnya mewujudkan perjanjian gencatan senjata.

    “Kami bernegosiasi dengan fokus yang jelas untuk memperluas kepentingan rakyat kami,” kata dia.

    Petempur Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas, membidik sasaran. (Khaberni)

    Menurutnya, pemerintah Israel menekan Hamas agar bisa mendapatkan rincian identitas dan lokasi para sandera. Hal itu adalah bagian dari strategi intelijen Israel.

    Namun, Hamas dan sekutunya tetap teguh melawan setiap upaya untuk memanipulasi proses perundingan demi mendapatkan data intelijen.

    “Situasinya sudah jelas. Netayahu memainkan permainan berbahaya dengan nyawa para sandera, dan setiap keterlambatan dalam proses ini tidak bisa dibenarkan,” ujarnya.

    Kata dia, jika militer atau dinas intelijen Israel berhasil mendapatkan lokasi para sandera, Israel tidak akan mendapatkan para sandera itu hidup-hidup, kecuali kesepakat berhasil dicapai.

    “Bahkan, jika mereka bisa mengetahui lokasi sandera, peluang untuk memulangkan mereka hidup-hidup sangat kecil. Satu-satunya skenario yang bisa memungkinkan kembalinya mereka secara aman ialah dengan perjanjian yang dinegosiasikan.”

    Perundingan gencatan senjata antara Hamas dan Israel ditengahi oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat (AS). Selama beberapa hari terakhir digelar pembicaraan di Kota Doha, Qatar.

    Perundingan itu berfokus pada tahap pertama gencatan yang melibatkan pembebasan sandera.

    Poin yang paling penting ialah perihal “akhir perang”. Israel menyodorkan usul “penghentian operasi militer secara permanen” dan “penerapan ketenangan secara penuh”.

    Hamas menolak usul itu karena tidak jelas dan hanya menunjukkan penghentian pertempuran untuk sementara saja.

    Biden: Ada kemajuan nyata

    Presiden AS Joe Biden pada hari Kamis menyebut ada “kemajuan nyata” dalam pembicaraan gencatan senjata Israel-Hamas.

    “Kita membuat sedikit kemajuan nyata, saya bertemu dengan para negosiator dari ini,” kata Biden di Gedung Putih, dikutip dari Al Arabiya.

    “Saya masih berharap kita bisa mewujudkan pertukaran tahanan.”

    Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengklaim gencatan senjata dan pembebasan sandera “sudah sangat dekat”.

    Blinken berharap hal itu bisa terwujud sebelum Biden lengser dan pemerintahan dipegang oleh Donald Trump.

    Menurut dia, andaipun gencatan senjata itu belum bisa terwujud pada masa pemerintahan Biden, rezim selanjutnya akan mewujudkannya.

    Presiden AS Joe Biden (Instagram Joe Biden)

    Sandera mengeluh

    Seorang warga Israel yang disandera Hamas di Gaza mengungkapkan kekecewaannya kepada pemerintahan Netanyahu.

    Keluh kesahnya itu disampaikan lewat video yang diunggah sayap militer Hamas, Brigade Al Qassam, hari Sabtu, (4/1/2025).

    Dalam pernyataannya selaama 3,5 menit, sandera berama Liri Albag itu mengklaim kabinet Netanyahu ingin membunuh para sandera.

    “Kalian ingin membunuh kami?” tanya Elbag dikutip dari IRNA.

    Albag berusia 19 tahun. Sebelumnya, dia menjadi tentara perempuan yang bertugas memantau perbatasan Israel-Gaza.

    Dia mengkritik pemerintah Israel. Menurutnya, pembebasan sandera di Gaza bukanlah prioritas kabinet maupun militer Israel.

    Albag juga khawatir dunia mulai melupakan para sandera. Kata dia, keberlangsungan hidup sandera tergantung pada penarikan pasukan Israel dan upaya IDF untuk menjangkau sandera.

    “Jika orang-orang terkasih kalian disandera, akankah perang masih berlanjut?” tanya Albag.

    Perempuan itu meragukan komitmen Israel untuk mengakhiri perang di Gaza yang sudah berlangsung lebih dari setahun.

    Kemudian, dia menyampaikan pesan kepada Menteri Pertahanan Israel.

    “Lihatlah mata ayah saya dan beri tahu dia dan ibu saya bahwa mereka tak akan pernah memeluk anak perempuan mereka lagi,” katanya.

    “Anda tidak punya keberanian untuk melakukan itu. Saya sadar bahwa kami hanya pion dalam permainan Anda.”

    Di samping itu, dia berpesan kepada orang-orang yang berada di dalam kabinet Netanyahu.

    “Kalian tidak akan menyelamatkan kami melalui operasi militer, kalian tahu tak akan bisa.”

    “Ini pencarian yang menjengkelkan, dan kami dibombardir setiap hari. Bagaimana bisa seseorang tinggal di suatu tempat yang kalian bombardir, tanpa tempat berlindung?”

     

  • Ancaman Iran ke Amerika: Jangan Pikir Kami Lemah, Semua Kepentingan AS di Timur Tengah Jadi Target – Halaman all

    Ancaman Iran ke Amerika: Jangan Pikir Kami Lemah, Semua Kepentingan AS di Timur Tengah Jadi Target – Halaman all

    Iran ke Amerika: Jangan Pikir Kami Lemah, Semua Kepentingan AS di Timur Tengah Jadi Target

    TRIBUNNEWS.COM – Hossein Salami, Panglima Garda Revolusi Iran (IRGC), memperingatkan pemerintahan baru Amerika Serikat (AS) di Washington agar tidak membuat kesalahan strategis terhadap negara itu dalam konteks geopolitik di kawasan.

    Dalam pernyataannya pada Sabtu malam di sela-sela pemeriksaannya terhadap pangkalan rudal milik Garda Revolusi, Salami mengatakan, “Hati-hati, jangan membuat kesalahan strategis atau salah perhitungan,” tanpa menyebut langsung Presiden terpilih AS, Donald Trump.

    Salami menambahkan, “Musuh harus menyadari bahwa kemauan politik Republik Iran dalam menghadapi hegemoni, ambisi dan ancaman musuh-musuhnya adalah kemauan tegas yang tidak dirusak oleh kesenjangan apapun, dan para pemimpin serta pejuang kita akan menghadapinya,” menurut apa yang dilaporkan oleh Kantor Berita Iran (IRNA).

    Dia merespons ancaman AS -sekutu abadi Israel- dalam apa yang dia sebut sebagai “musuh Republik Iran” dengan mengatakan, 

    “Pertimbangkan kembali perhitungan Anda dan jangan membuat kesalahan, dan berhati-hatilah. Kami adalah pekerja, dan kami akan mengambil langkah-langkah pada waktu yang tepat dan tepat waktu. sejauh yang diperlukan tanpa mengabaikan apa pun.”

    Panglima Garda Revolusi Iran menambahkan, “Kami memantau pergerakan Anda, dan kami menunggu dengan segala kesiapan dan kesiapan. Kami telah mengarahkan para pemimpin militer kami untuk bersiap dan menunggu saat ketika masalah tersebut terungkap. kehebatan kekuatan ini, terima kasih kepada Tuhan, seperti yang telah kami lakukan sebelumnya.”

    Dia melanjutkan, Iran memiliki kemampuan militer yang sangat maju di tengah anggapan kalau negara itu lemah.

    Hossein Salami (tehrantimes.com)

    “Mungkin musuh percaya bahwa Iran telah melemah, namun kami memiliki kemampuan militer yang maju dan siap untuk pertempuran besar dan panjang melawan musuh dan sekutunya di kawasan,” kata dia menurut apa yang dilaporkan Kantor Berita ISNA”.

    Dia juga mengatakan, “Rudal-rudal Angkatan Bersenjata Iran setiap hari mengimbangi kemajuan teknis dalam kuantitas dan kualitas, serta dalam hal desain dan kinerja.”

    Dia menambahkan, “Musuh mungkin mengklaim bahwa kapasitas produksi kami telah berhenti, namun dia harus tahu bahwa tren peningkatan kemampuan rudal kami adalah yang paling maju, dan rudal kami berkembang setiap hari dalam hal kinerja dan desain,”.

    Dia  menekankan kalau “Rakyat Iran dapat menghadapi musuh-musuh mereka dengan segala kemampuan dan ketegasan.”

    Salami membuat pernyataan serupa pada hari Jumat, di mana ia mengatakan bahwa kemampuan pertahanan dan pencegahan negaranya tidak terpengaruh oleh kejadian baru-baru ini di wilayah tersebut, merujuk pada jatuhnya kekuasaan Bashar al-Assad yang menjadi proksi mereka di Suriah.

    Dia menekankan bahwa Iran masih memiliki kekuatan yang cukup untuk menghadapi ancaman apa pun.

    Pangkalan militer Amerika Serikat Al-Tanf di Suriah. (npasyria)

    Semua Kepentingan AS Jadi Sasaran Iran

    Senada Panglima Angkatan Darat Iran, Brigadir Jenderal Kiumars Heidari juga melontarkan ancaman keras terhadap AS.

    “Semua kepentingan Amerika di kawasan ini menjadi sasaran kami,” kata komandan senior militer Iran itu memperingatkan pada Sabtu (11/1/2025).

    “Musuh telah melancarkan perang hibrida terhadap Iran, dan kita harus selalu siap menghadapi musuh,” katanya.

    “Tujuan perang psikologis dan hibrida musuh adalah menguasai opini dan mengarahkan pikiran ke arah kepentingan yang tidak sah; Oleh karena itu, mengelola dan menangani pendekatan musuh ini harus menjadi agenda,” tegasnya.

    Ia lebih lanjut menyebutkan bahwa semua tank, helikopter, dan drone milik Angkatan Darat Iran di kawasan tersebut berada dalam kesiapan tempur penuh.

    “Semua kepentingan Amerika di kawasan ini menjadi fokus kami dan kami memiliki kemampuan operasional.”

    Pangkalan Rudal Bawah Tanah

    Sebelumnya, Televisi pemerintah Iran menyiarkan rekaman komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) yang sedang meninjau pangkalan rudal bawah tanah rahasia pada hari Jumat (10/1/2025).

    Pangkalan rudal yang terletak di lokasi rahasia di pegunungan itu dilaporkan menyimpan puluhan jenis rudal yang berbeda, dikutip dari Al Mayadeen.

    Menurut laporan, pangkalan ini memainkan peran penting dalam serangan langsung kedua Iran terhadap Israel pada Oktober lalu atas pelanggaran yang dilakukan Israel.

    Saat itu, Israel telah membunuh sejumlah pemimpin militan yang berpihak pada Teheran dan seorang jenderal di Garda revolusi Iran, dikutip dari Al-Arabiya.

    Komandan Garda Revolusi Hossein Salami terlihat memeriksa fasilitas tersebut.

    Salami menegaskan kesiapan Iran untuk menghadapi ancaman regional. 

    Peristiwa ini terjadi beberapa hari sebelum pelantikan Presiden terpilih AS Donald Trump, yang selama masa jabatan pertamanya dikenal dengan kebijakan keras terhadap Iran, termasuk pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani dan penerapan kembali sanksi ekonomi.

    Kunjungan ini dilakukan hanya beberapa jam setelah pawai besar paramiliter Basij berlangsung di Teheran.

    Parade Pangkalan Militer

    Pada hari yang sama, ribuan relawan paramiliter Basij yang terafiliasi dengan Garda Revolusi berparade di jalan-jalan Teheran. 

    Parade tersebut menampilkan kendaraan berat bersenjata, peluncur roket, unit artileri, hingga pasukan komando angkatan laut. 

    Pejuang Basij dengan perlengkapan tempur lengkap juga terlihat membawa peluncur roket.

    Sementara sejumlah wanita bersenjata ikut bergabung dalam aksi tersebut.

    Beberapa peserta parade bahkan menyeret peti mati yang dihiasi bendera Israel.

    Bendera Hizbullah juga tampak berkibar di antara spanduk Iran dan Palestina.

    Demonstrasi ini bertujuan menunjukkan kesiapan Iran menghadapi ancaman dari musuh-musuhnya.

    Pidato Komandan Senior IRGC

    Dalam kesempatan tersebut, salah satu komandan senior Garda Revolusi, Jenderal Mohammadreza Naghdi menyampaikan pidato.

    Pidato tersebut mengecam keras Amerika Serikat dan Israel.

    Ia mengatakan AS sebagai pihak yang bertanggung jawab atas berbagai krisis di dunia Muslim.

    “Amerika Serikat berada di balik semua kemalangan di dunia Muslim,” ujar Naghdi.

    Kemudian ia menegaskan prioritas utama Iran saat ini adalah menghancurkan rezim Zionis dan mengusir pangkalan militer AS dari wilayah Iran.

    “Jika kita mampu menghancurkan rezim Zionis dan menarik pangkalan Amerika di kawasan tersebut, salah satu masalah besar kita akan terselesaikan,” katanya.

    Senada dengan Naghdi, komandan Garda Revolusi Teheran, Jenderal Hassan Hassanzadeh, mengungkapkan dukungan penuh Iran terhadap perjuangan Palestina. 

    “Kami bertujuan untuk mendukung masyarakat Gaza dan Palestina. Basij siap menghadapi semua ancaman dari musuh-musuh revolusi Islam,” tegas Hassanzadeh.

    Sejak Revolusi Islam 1979, dukungan terhadap perjuangan Palestina telah menjadi landasan kebijakan luar negeri Iran. 

    Pernyataan Hassanzadeh memperkuat komitmen Iran dalam menghadapi ancaman dari rezim Zionis dan pengaruh Amerika Serikat di kawasan.

     

    (oln/khbrn/MNA/IRNA/*)