Negara: Palestina

  • Hamas Belum Tanggapi Draf Gencatan Senjata, Tunggu Israel Kirim Peta Penarikan IDF dari Gaza – Halaman all

    Hamas Belum Tanggapi Draf Gencatan Senjata, Tunggu Israel Kirim Peta Penarikan IDF dari Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang pejabat Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) mengatakan gerakan tersebut belum menyampaikan tanggapannya terhadap draf akhir perjanjian gencatan senjata karena Israel belum menyerahkan peta wilayah di mana mereka akan menarik diri.

    Peta tersebut termasuk penarikan tentara Israel dari poros Netzarim untuk mengamankan kembalinya para pengungsi ke rumah mereka.

    Selain itu, termasuk penarikan dari poros Philadelphia di perbatasan dengan Mesir, penarikan dari Jabalia di Jalur Gaza utara dan Rafah di Jalur Gaza selatan.

    Hamas mengatakan telah melakukan serangkaian kontak dan konsultasi dengan para pemimpin faksi Palestina.

    Mereka juga memberikan informasi terkini kepada mereka mengenai kemajuan yang dicapai dalam negosiasi yang sedang berlangsung di Doha.

    Sementara itu, media Israel mengatakan militer Israel sedang membahas peta yang menunjukkan wilayah penarikan tentaranya.

    “Komando Selatan tentara pendudukan Israel membahas persiapan penarikan bertahap pasukan tentara dari Gaza,” lapor Otoritas Penyiaran Israel, Selasa (14/1/2025).

    Surat kabar itu menjelaskan rencana sedang dibuat untuk mengerahkan kembali tentara di sekitar Jalur Gaza dan secara bertahap menarik diri dari Netzarim dan Philadelphia, di selatan Jalur Gaza.

    Laporan tersebut menunjukkan infrastruktur telah dibangun di poros Netzarim, termasuk antena komunikasi, dan akan memakan waktu sekitar satu minggu untuk mengevakuasi daerah tersebut.

    “Sumber keamanan Israel mengkonfirmasi tentara pendudukan sedang bersiap untuk meninggalkan penyeberangan Rafah segera setelah mencapai kesepakatan,” kata laporan tersebut.

    Sebelumnya pada Sabtu (11/1/2025), surat kabar Israel Haaretz mengutip sumber yang mengatakan tentara pendudukan Israel telah menyetujui rencana untuk segera menarik pasukan dari sebagian besar wilayah Gaza seiring dengan kemajuan negosiasi tahanan.

    Sumber tersebut mengindikasikan tentara pendudukan Israel akan melaksanakan perjanjian apa pun yang diratifikasi oleh tingkat politik, bahkan jika perjanjian tersebut mencakup penarikan segera. 

    Mereka juga percaya ada kemungkinan untuk menarik pasukan dari poros Netzarim meskipun ada fasilitas yang dibangun di sana.

    Sebelumnya, sekutu Israel, pemerintah Amerika Serikat (AS), yakin bahwa perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas dapat dicapai pada minggu ini.

    Jumlah Korban di Jalur Gaza

    Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 46.645 jiwa dan 110.012 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Selasa (14/1/2025) menurut Kementerian Kesehatan Gaza, dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.

    Sebelumnya, Israel mulai menyerang Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak pendirian Israel di Palestina pada 1948.

    Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 sandera Palestina pada akhir November 2023.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Menteri Israel Ancam Bubarkan Parlemen Netanyahu Jika Nekat Setujui Gencatan Senjata – Halaman all

    Menteri Israel Ancam Bubarkan Parlemen Netanyahu Jika Nekat Setujui Gencatan Senjata – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben Gvir mengancam akan membubarkan parlemen di pemerintahan Benjamin Netanyahu.

    Gvir juga menggertak akan mendesak para menteri Israel seperti Menteri Keuangan Bezalel Smotrich untuk hengkang dari kabinet yang dipimpin Netanyahu

    Ancaman itu dilontarkan Gvir, usai Netanyahu selaku pimpinan tertinggi di Israel itu diisukan menyetujui rencana gencatan senjata dengan milisi Hamas Palestina.

    “Langkah ini adalah satu-satunya kesempatan kita untuk mencegah pelaksanaan kesepakatan itu,” jelas Gvir dikutip dari Al Arabiya.

    “Mencegah Israel menyerah kepada Hamas, setelah lebih dari setahun perang berdarah, sekaligus untuk memastikan bahwa kematian lebih dari 400 tentara IDF yang gugur di Jalur Gaza, tidak sia-sia,” imbuhnya.

    Penolakan dilayangkan tepat setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyebut kesepakatan gencatan senjata Gaza dan pembebasan sandera antara Israel dan Hamas berada “di ambang” penyelesaian.

    Gedung Putih mengklaim kesepakatan gencatan senjata bisa dituntaskan pada minggu terakhir masa jabatan Biden usai para mediator internasional seperti Qatar, Mesir dan AS, mengintensifkan upaya untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata.

    “Dalam perang antara Israel dan Hamas, kita berada di ambang proposal yang saya jelaskan secara rinci beberapa bulan lalu akhirnya membuahkan hasil,” ucap Biden.

    Hal serupa juga dilontarkan Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan, ia mengungkapkan bahwa kesepakatan gencatan senjata semakin dekat.

    “Kita hampir mencapai kesepakatan, dan itu bisa diselesaikan pekan ini. Saya tidak membuat janji atau prediksi, namun hal ini ada untuk diwujudkan, dan kami akan berupaya untuk mewujudkannya,” ucap Sullivan saat berbicara kepada wartawan.

    Detail Draft Gencatan Senjata Gaza

    Dalam gencatan senjata kali antara Israel dan Gaza kabarnya akan dilakukan beberapa tahap.

    Untuk tahap awal perjanjian mencakup ketentuan mengenai pemulangan pengungsi, setidaknya akan ada 1.000 tahanan Palestina yang dibebaskan.

    Sebagai imbalan Hamas akan membebaskan 33 tawanan Israel, termasuk anak-anak, wanita, tentara wanita, pria di atas 50 tahun, serta yang terluka dan sakit.

    Tahap pertama juga akan terjadi penarikan pasukan Israel yang melakukan invasi secara bertahap dan sebagian.

    Kemudian pada tahap kedua,  akan dimulai 16 hari setelah gencatan senjata. Dalam proses ini akan difokuskan pada negosiasi untuk membebaskan sisa pria dan tentara yang ditahan di Gaza.

    Sementara pada tahap ketiga, kesepakatan akan membahas pengaturan jangka panjang, termasuk diskusi tentang pembentukan pemerintahan alternatif di Gaza dan rencana untuk membangunnya kembali.

    Meski masih tahap rencana, namun Pihak Hamas mengklaim bahwa para pemimpin berbagai faksi menyatakan kepuasan mereka terhadap jalannya negosiasi yang sedang berlangsung.

    “Para pemimpin berbagai faksi menyatakan kepuasan mereka terhadap negosiasi tersebut,” jelasnya.

    Sejauh ini pihak Israel maupun Hamas belum menyebut kapan kesepakatan gencatan senjata akan dimulai.

    Akan tetapi sumber-sumber Palestina mengatakan bahwa kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan di Gaza dapat ditandatangani pada hari Jumat.

    Sumber tersebut, yang berbicara kepada Anadolu dengan syarat anonim karena sifat pembicaraan yang sensitif, mengatakan bahwa kemajuan telah dicapai untuk menyelesaikan kesepakatan.

    (Tribunnews.com/Namira)

  • Sosok Mohammed Sinwar yang Membangun Kembali Hamas di Gaza: Lebih Misterius dari Yahya Sinwar – Halaman all

    Sosok Mohammed Sinwar yang Membangun Kembali Hamas di Gaza: Lebih Misterius dari Yahya Sinwar – Halaman all

    Sosok Muhammad Sinwar yang Membangun Kembali Hamas di Gaza, Lebih Misterius dari Yahya Sinwar

     
    TRIBUNNEWS.COM – Media Amerika Serikat (AS), The American Wall Street Journal melaporkan kalau Mohammed Sinwar, adik dari mantan ketua Gerakan Pembebasan Palestina, Hamas, mendiang Yahya Sinwar, sedang membangun kembali gerakan tersebut.

    Rekonstruksi kembali kekuatan Hamas ini dilakukan  dengan merekrut para petempur baru di Jalur Gaza.

    Laporan menyebut, tujuan rekonstruksi kembali gerakan Hamas ini guna menghadapi Israel dalam taktik perang atrisi (perang gesekan) dalam jangka panjang.

    Surat kabar tersebut melaporkan, gerakan Hamas mengalami pukulan hebat pada musim gugur lalu (Oktober 2024) setelah pembunuhan Yahya Sinwar.

    “Namun agresi Israel di Jalur Gaza juga menciptakan generasi pejuang baru dan memenuhi Gaza dengan persenjataan yang belum meledak sehingga perlawanan memproduksi ulang menjadi bom yang mereka gunakan di pertempuran yang sedang berlangsung di Jalur Gaza,” tulis laporan itu.

    Analis militer Israel, pensiunan Mayor Jenderal Israel Amir Afifi, menyatakan program rekrutmen petempur baru Hamas di bawah kepemimpinan Mohammed Sinwar ini membuat laju Hamas dalam membangun kembali kemampuannya lebih cepat dibandingkan laju pemusnahan pejuang Hamas oleh tentara Israel.

    Para petempur Brigade Al Qassam, sayap militer gerakan pembebasan Palestina, Hamas, di Jalur Gaza. Israel menyebut Hamas mampu memperbarui kekuatan militernya dengan merekrut puluhan ribu petempur baru. (khaberni/tangkap layar)

    “Kepemimpinan Mohammed Sinwar dan pertempuran yang sedang berlangsung  merupakan tantangan baru bagi Israel,” kata dia, dilansir Khaberni, Selasa (14/1/2025).

    Afifi menekankan kalau Mohammed Al-Sinwar “mengatur segalanya” dan bahwa dia “berfokus upaya untuk menghidupkan kembali Hamas.” 

    Dia mengatakan bahwa setelah pembunuhan Yahya Al-Sinwar, para pejabat gerakan Hamas di luar negeri memutuskan “untuk membentuk dewan kepemimpinan kolektif” untuk menunjuk pemimpin baru, namun para pejuang Hamas di Gaza tidak mematuhinya. 

    “Sekarang mereka secara mandiri bertempur di bawah kepemimpinan Si Sinwar Junior,” menurut mediator Arab yang terlibat dalam perundingan gencatan senjata dengan Israel.

    Surat kabar tersebut mengatakan bahwa Mohammed Al-Sinwar – yang berusia sekitar 50 tahun – dekat dengan kakak laki-lakinya, yang 10 tahun lebih tua darinya, bergabung dengan Hamas pada usia dini lewat Brigade Izz al-Din al-Qassam, sayap militer Hamas, di bawah komando Muhammad al-Deif.

    Yahya Sinwar (Kiri) dan Muhammad Sinwar (Kanan) (X/Twitter)

    Lebih Misterius

    Berbeda dari saudaranya Yahya Sinwar, yang dipenjara selama lebih dari dua dekade di Israel, Mohammed Sinwar tidak menghabiskan waktu lama di penjara pendudukan. 

    Dia juga lebih tidak dikenal dan teridentifikasi oleh Israel. 

    Sinwar Junior lebih banyak bekerja di belakang layar, yang membuatnya mendapat julukan “Manusia Bayangan.”

    Seorang pejabat senior Israel dari Komando Selatan tentara pendudukan mengatakan, “Kami bekerja keras untuk menemukannya,”.

    Laporan media AS tersebut, mengutip analis politik – menyatakan Mohammed Al-Sinwar sekarang adalah komandan militer tertinggi Hamas di Gaza, bersama dengan dengan Izz al-Din Haddad, komandan militer di Gaza utara.

    Menurut pejabat Israel, Mohammed al-Sinwar termasuk di antara mereka yang bertanggung jawab atas penculikan seorang tentara Israel pada tahun 2006.

    Penculikan tentara Israel ini akhirnya menyebabkan pembebasan saudaranya, Yahya Sinwar dalam kesepakatan pertukaran tahanan 5 tahun kemudian.

    Sebelum dimulainya agresi, Israel memperkirakan Hamas sebagai milisi akan memiliki hingga 30.000 pejuang yang didistribusikan di 24 batalyon dalam struktur yang mirip dengan tentara reguler. 

    Tentara pendudukan Israel saat ini mengklaim kalau mereka menghancurkan struktur terorganisir tersebut, membunuh sekitar 17.000 pejuang, dan menangkap ribuan lainnya.

    Penentu Keputusan Hamas Soal Draft Gencatan Senjata

    Situs web Israel, Walla melaporkan perkembangan negosiasi pertukaran tahanan dan sandera antara Gerakan Hamas dan Israel demi tercapainya kesepakatan gencatan di Gaza.

    Mengutip para pejabat Israel, laporan itu menyatakan kalau Israel dan para mediator (Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat) menyetujui rancangan terkait perundingan dengan gerakan Hamas.

    “Draf tersebut telah dikirim ke Hamas, dan tanggapannya diperkirakan akan diberikan dalam waktu 24 jam ke depan,” kata laporan itu dikutip Khaberni, Senin (13/1/2025).

    Menurut sumber tersebut, orang yang akan mengambil keputusan akhir atas rancangan tersebut adalah komandan sayap militer Hamas di Gaza, Mohammed Sinwar, dalam beberapa literatur menyebut dengan Muhammad al-Sanwar.

    Menurut situs Ibrani tersebut, pihak Israel sudah sangat fleksibel dalam beberapa hari terakhir mengenai sejumlah masalah dalam negosiasi tersebut.

    Para pejabat menambahkan, Israel menunggu tanggapan Hamas, setelah itu baru akan ditentukan apakah kesepakatan telah tercapai atau belum.

    Komandan Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas di Gaza, Muhammad al-Sanwar.

    Berada di Titik Kritis, Kesepakatan Israel-Hamas Hampir Final

    Negosiasi untuk gencatan senjata di Jalur Gaza dilaporkan berada pada titik “kritis”.

    Delegasi Israel tiba di ibu kota Qatar, Doha, pada Minggu (12/1/2025), dipimpin oleh Kepala Mossad, David Barnea.

    Seorang sumber senior di Hamas secara eksklusif mengatakan kepada situs berbahasa Arab milik The New Arab, Al-Araby Al-Jadeed, pada Sabtu bahwa hampir semua rincian dari “konsep akhir” kesepakatan gencatan senjata Gaza telah selesai.

    Sumber tersebut mengungkapkan bahwa para mediator kini bersiap mengumumkan kesepakatan gencatan senjata, setelah delegasi Israel yang dikirim oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tiba.

    Upaya gencatan senjata sebelumnya telah gagal, tetapi kali ini, sumber Palestina menunjukkan bahwa situasinya berbeda, dan kesepakatan gencatan senjata hampir siap.

    Sumber Palestina lainnya mengatakan kepada Al-Araby Al-Jadeed bahwa tim teknis dari negara-negara mediator, termasuk AS, Qatar, dan Mesir, serta kedua belah pihak, telah menyelesaikan persiapan kesepakatan tersebut.

    Mereka menambahkan bahwa kesepakatan itu akan dilaksanakan dalam 24 jam setelah Netanyahu menyetujuinya.

    Jejak asap terlihat setelah tembakan roket dari Jalur Gaza menuju Israel, pada 26 September 2024. (Foto oleh Abed Rahim Khatib/Flash90.)

    Utusan Donald Trump Hadir

    Pada Jumat (10/1/2025), Steve Witkoff, utusan Presiden Terpilih AS Donald Trump, tiba di Doha.

    Kunjungan tersebut bertujuan mempercepat proses negosiasi gencatan senjata.

    Witkoff bertemu dengan Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani.

    Setelah itu, ia bertemu dengan Netanyahu di Israel pada Sabtu.

    Faktor lain yang memperkuat kemungkinan tercapainya kesepakatan gencatan senjata kali ini adalah pertemuan yang akan datang antara Gal Hirsch, pejabat Israel yang bertanggung jawab atas negosiasi tawanan yang ditahan oleh Hamas, dengan Kepala Komite Internasional Palang Merah (ICRC), Mirjana Spoljaric Egger.

    Hamas dilaporkan akan membebaskan 33 tawanan Israel pada tahap awal perjanjian, sebagai imbalan pembebasan tahanan Palestina.

    Ada indikasi bahwa Trump ingin mengamankan kesepakatan gencatan senjata sebelum pelantikannya sebagai Presiden AS pada 20 Januari.

    Israel Mungkin Menarik Pasukan dari Koridor Philadelphia

    Meskipun rincian kesepakatan gencatan senjata masih dirahasiakan, Al-Araby Al-Jadeed melaporkan bahwa usulan gencatan senjata terbaru melibatkan penarikan pasukan Israel dari Koridor Philadelphia, yang memisahkan Jalur Gaza dari Mesir, pada hari-hari terakhir perjanjian tersebut.

    Netanyahu sebelumnya bersikeras untuk menguasai Koridor Philadelphia serta Persimpangan Netzarim di tengah Jalur Gaza.

    Hal ini yang menyebabkan gagalnya perundingan sebelumnya, yang memperpanjang Perang Gaza.

    Pada tahap awal perjanjian, pasukan Israel akan mundur sebagian dari Gaza, sementara pos pengamatan Israel di wilayah yang hancur akan tetap ada, menurut sumber yang berbicara kepada Al-Araby Al-Jadeed.

    Penarikan penuh pasukan Israel akan terjadi pada akhir perjanjian.

    Netanyahu Bicara dengan Biden

    Joe Biden diperkirakan menelepon PM Israel, Netanyahu bicarakan terkait Philadelphia pada Rabu (21/8/2024), malam (X/Twitter)

    Mengutip Al Jazeera, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara dengan Presiden AS Joe Biden pada Minggu.

    Netanyahu memberi tahu Biden tentang mandat yang telah dia berikan kepada tim negosiasi Israel, yang kini berada di Doha, untuk membahas gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan tawanan.

    Tim Israel diperkirakan akan tinggal setidaknya satu hari lagi di Doha untuk merampungkan rincian akhir kesepakatan potensial.

    Biden menekankan bahwa sekarang adalah waktu yang tepat untuk gencatan senjata, meskipun pernyataan serupa telah disampaikan lebih dari setahun yang lalu.

    Serangan Israel Berlanjut

    Meski ada kemajuan dalam negosiasi gencatan senjata, Israel terus melancarkan serangan terhadap warga sipil di Jalur Gaza.

    Serangan udara Israel menewaskan delapan orang di sebuah sekolah yang menampung pengungsi di Jabalia, Gaza Utara, dilansir The New Arab.

    Setidaknya 46.565 orang tewas akibat serangan Israel, sebagian besar wanita dan anak-anak, dengan lebih dari 109.000 lainnya terluka.

    Wilayah tersebut mengalami kehancuran total akibat serangan, dan sebagian besar penduduk terpaksa mengungsi berkali-kali. Jumlah korban tewas yang sebenarnya diyakini lebih tinggi daripada angka resmi.

     

    (oln/khbrn/*)

     

     
     

  • Penulis Israel: Kami Tak Akan Menang di Gaza Bahkan Jika Kami Menduduki Seluruh Timur Tengah – Halaman all

    Penulis Israel: Kami Tak Akan Menang di Gaza Bahkan Jika Kami Menduduki Seluruh Timur Tengah – Halaman all

    Penulis Israel: Kami Tak Akan Menang di Gaza Bahkan Jika Kami Menduduki Seluruh Timur Tengah

    TRIBUNNEWS.COM – Analis dan penulis Israel, Yair Assoulin menyatakan, Israel sejatinya tidak akan pernah memenangkan perang di Gaza.

    Jebolan Hebrew University di Yerusalem di jurusan filsafat dan sejarah tersebut menyatakan hal itu dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh surat kabar Haaretz, dilansir Khaberni, Selasa (14/1/2025).

    Menjelang kesepakatan gencatan senjata di Gaza antara Hamas dan Israel, tulisan Assoulin itu menyoroti, bahkan saat Israel seandainya menguasai Timur Tengah, negara pendudukan itu tidak akan menang juga di Gaza.

     “Bahkan jika kami (Israel) menduduki seluruh Timur Tengah dan bahkan jika semua orang menyerah kepada kami, kami tidak akan menang atas Gaza,” katanya.

    Hamas Puas Atas Jalannya Negoisasi Gencatan Senjata

    Terkait situasi di Gaza, Kelompok Palestina, Hamas mengumumkan bahwa perundingan gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan di Gaza telah mencapai tahap akhir.

    Dalam pernyataan resmi yang dirilis pada Selasa (14/1/2025), Hamas menekankan pentingnya melanjutkan konsultasi dengan para pemimpin faksi Palestina hingga kesepakatan tersebut diselesaikan.

    “Kami mengadakan serangkaian konsultasi dengan faksi-faksi Palestina untuk memberi mereka informasi terkini tentang kemajuan negosiasi Doha,” kata Hamas dalam keterangannya, dikutip dari Palestine Chronicle.

    Pihak Hamas menambahkan bahwa para pemimpin berbagai faksi juga menyatakan kepuasan mereka terhadap jalannya negosiasi yang sedang berlangsung.

    “Para pemimpin berbagai faksi menyatakan kepuasan mereka terhadap negosiasi tersebut,” jelasnya.

    Pernyataan Hamas lebih lanjut menekankan pentingnya persiapan untuk fase berikutnya dari kesepakatan ini. 

    “Kami menekankan perlunya persiapan untuk fase berikutnya,” tambahnya.

    Meskipun mereka tidak memberikan rincian lebih lanjut, Hamas menegaskan bahwa kesiapan nasional yang komprehensif akan sangat penting untuk fase mendatang dan persyaratannya.

    Hamas dan berbagai faksi Palestina terus melakukan konsultasi intensif, yang diperkirakan akan berlanjut hingga kesepakatan mencapai tahap akhir. 

    “Kami berharap putaran negosiasi ini akan berakhir dengan kesepakatan yang jelas dan komprehensif,” ujar Hamas, dikutip dari Anadolu Anjansi.

    Sebelumnya, pada pagi hari, Qatar telah mengatakan bahwa negosiasi yang sudah berlangsung telah menuju tahap akhir.

    Hasil dari negosiasi saat ini telah diserahkan oleh Qatar kepada Hamas dan Israel.

    Dengan begitu, kesepakatan akan diumumkan secepatnya.

    “Rancangan perjanjian telah diserahkan kepada Hamas dan Israel dan hambatan utama pada isu-isu utama yang disengketakan antara kedua pihak telah diatasi,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Majed al-Ansari dalam konferensi pers di Doha.

    Tahapan Gencatan Senjata

    Jika gencatan senjata benar-benar terwujud, tahap pertama gencatan senjata dapat membebaskan 1.000 tahanan Palestina dengan imbalan pembebasan hingga 33 tawanan Israel.

    Tahapan ini akan melibatkan pembebasan 33 tawanan, termasuk anak-anak, wanita, tentara wanita, pria di atas 50 tahun, serta yang terluka dan sakit.

    Saat ini, 94 tawanan masih berada di Gaza, dengan 34 di antaranya dinyatakan meninggal, dikutip dari The New Arab.

    Tahap pertama juga akan terjadi penarikan pasukan Israel yang melakukan invasi secara bertahap dan sebagian, dikutip dari Al Mayadeen.

    Menurut sumber Palestina yang dekat dengan perundingan tersebut, yang menambahkan bahwa tahap pertama akan berlangsung selama 60 hari.

    Kemudian pada tahap kedua,  akan dimulai 16 hari setelah gencatan senjata dan akan difokuskan pada negosiasi untuk membebaskan sisa pria dan tentara yang ditahan di Gaza.

    Sementara pada tahap ketiga, kesepakatan akan membahas pengaturan jangka panjang, termasuk diskusi tentang pembentukan pemerintahan alternatif di Gaza dan rencana untuk membangunnya kembali.

    Konflik Palestina vs Israel

    Israel telah melancarkan serangan mematikan di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023.

    Mereka mengabaikan resolusi DK PBB yang menuntut gencatan senjata segera dan terus melancarkan serangan tanpa henti hingga saat ini.

    Serangan Israel ini telah menewaskan lebih dari 46.500 warga Palestina.

    Sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak.

    Sejak saat itu, militer Israel telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza, mengusir hampir seluruh penduduknya yang berjumlah 2,3 juta orang dari rumah mereka.

    Pasukan Israel (IDF) dari divisi infanteri melakukan agresi militer darat ke Jalur Gaza. (khaberni/tangkap layar)

    Tentara Israel Mengakui Kejahatan Mereka di Gaza

    Adapun soal peperangan di Gaza, Associated Press melaporkan kesaksian tentara Israel yang berisi pengakuan melakukan kejahatan perang, menargetkan orang-orang yang tidak berdaya, dan menghancurkan serta menjarah rumah-rumah berstatus bukan ancaman selama partisipasi mereka dalam agresi yang sedang berlangsung terhadap Jalur Gaza.

    Kantor berita itu melaporkan kalau sekitar 200 tentara Israel menandatangani surat yang menyatakan kalau mereka akan berhenti berperang jika pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tidak mencapai kesepakatan gencatan senjata.

    Laporan itu menjelaskan kalau tentara Israel yang menolak berperang di Gaza mengatakan bahwa “mereka melihat atau melakukan hal-hal yang melanggar batas moral.”

    Dinyatakan bahwa beberapa dari mereka mengaku menerima perintah “untuk membakar atau menghancurkan rumah-rumah yang tidak menimbulkan ancaman apa pun”.

    “Mereka juga menyaksikan tentara menjarah dan merusak rumah-rumah,” kata laporan itu.

    Salah satu dari tentara Israel di laporan itu mengatakan kalau dia menerima instruksi untuk menembak siapa saja yang memasuki zona penyangga yang mereka kendalikan.

    “Tentara itu juga membenarkan kalau dia melihat nilai kehidupan manusia hilang selama periode itu, dan mencatat kalau gambar tentara membunuh seorang pemuda Palestina yang tidak berdaya terukir di dalam pikirannya,” tulis laporan itu.

    Seorang dokter Israel yang menghabiskan sekitar dua bulan di Gaza juga mengindikasikan bahwa tentara IDF ‘menodai’ rumah dan menjarah harta benda untuk dikumpulkan sebagai suvenir.

    Salah satu tentara Israel mengakui partisipasinya dalam kejahatan perang di Jalur Gaza dan mengungkapkan rasa penyesalan dan penyesalannya atas perbuatannya.

    “Sejumlah rekannya mengatakan kalau mereka butuh waktu untuk memahami apa yang mereka lihat di Gaza,” merujuk pada kondisi hilangnya kemanusiaan di Gaza.

    Para tentara Israel yang menandatangani surat penolakan berperang tersebut, melalui koalisi yang disebut “Prajurit Penyanderaan,” berusaha mendapatkan momentum yang lebih besar dengan mengadakan acara-acara dan mencoba meyakinkan lebih banyak tentara untuk bergabung dengan mereka.

    Di sisi lain, tentara Israel yang bertempur di Gaza mengkritik kelompok tersebut dan menganggap aktivitas mereka sebagai “tamparan” setelah lebih dari 800 tentara tewas dalam agresi tersebut.

    “Mereka merugikan kemampuan kami untuk membela diri,” kata dia.

    Mereka yang masuk dalam kelompok ‘pro-perang’ ini menganggap semua yang dilakukan tentara IDF itu perlu, termasuk meratakan rumah-rumah yang digunakan sebagai tempat persembunyian Hamas, menurut kata-katanya.

    Kelompok tentara IDF menegaskan, tentara tidak berhak menyetujui atau menentang keputusan pemerintah.

     

    (oln/khbrn/*)

     

  • Detail Draft Gencatan Senjata Gaza, Analis Israel: Dampaknya Suram, Tapi Israel Tak Punya Pilihan – Halaman all

    Detail Draft Gencatan Senjata Gaza, Analis Israel: Dampaknya Suram, Tapi Israel Tak Punya Pilihan – Halaman all

    Detail Draft Gencatan Senjata Gaza, Analis Israel: Dampaknya Suram, Tapi Israel Tak Punya Pilihan
     
    TRIBUNNEWS.COM – Peluang besar terciptanya gencatan senjata yang dilakukan lewat proses pertukaran sandera dan tahanan antara gerakan Hamas Palestina dan Israel disambut secara tidak antusias oleh sejumlah entitas Zionis.

    Analis Yossi Yehoshua dalam tulisannya di surat kabar Yedioth Ahronoth, menyatakan, kalau draft perjanjian gencatan senjata di Gaza sejatinya merugikan pihak Israel.

    Kerugian itu khususnya karena dengan begitu, target utama perang yaitu pembubaran Hamas, tidak tercapai.

    Ditambah, penarikan mundur pasukan Israel dari titik-titik simpul di Jalur Gaza, adalah puncak dari kesia-siaan agresi militer darat pasukan Israel yang telah berlangsung lebih dari 15 bulan dan menelan banyak korban dan biaya.

    “Hal ini tidak membebaskan kita dari menghadapi masa depan suram yang menanti kita di sisi lain, mengingat banyaknya kesenjangan (perbedaan dengan keinginan Israel) dalam perjanjian yang sedang dirancang,” kata Yossi, dikutip dari Khaberni, Selasa (14/1/2025).

    Berikut tulisan Yossi soal peluang gencatan di Gaza:

    Kita tidak perlu menutup-nutupi kenyataan yang ada. Perjanjian yang muncul ini berdampak buruk bagi Israel, namun Israel tidak punya pilihan selain menerimanya.

    Israel mempunyai kewajiban moral terhadap warga negaranya yang ditangkap dan tentara yang dibiarkan tanpa perlindungan.

    Lima belas bulan setelah dimulainya perang, tentara belum mampu membongkar kekuatan militer Hamas, dan kepemimpinan politik belum melakukan upaya untuk mencari alternatif pemerintahan di Gaza.

    Sebuah kesepakatan dicapai di mana kita membayar harga yang tinggi, yang seharusnya dibayar untuk kesepakatan yang komprehensif, dan bukan kesepakatan parsial yang setelah itu alat-alat tekanan yang bertujuan untuk memastikan tahap selanjutnya akan hilang.

    Pasukan Israel (IDF) dari divisi infanteri melakukan agresi militer darat ke Jalur Gaza. (khaberni/tangkap layar)

    Detail Draft Gencatan Senjata

    Berikut draf rancangan perjanjian gencatan senjata di Gaza, menurut apa yang diterbitkan oleh Hebrew Broadcasting Corporation:

    Tahap Pertama (42 hari):

    1. Penghentian sementara operasi militer timbal balik antara kedua pihak, dan penarikan pasukan Israel ke arah timur dan menjauh dari daerah berpenduduk ke daerah sepanjang perbatasan di seluruh wilayah Jalur Gaza, termasuk Lembah Gaza (poros Netzarim dan Alun-Alun Kuwait) .

    2. Penghentian sementara aktivitas udara (untuk tujuan militer dan pengintaian) di Jalur Gaza selama 10 jam setiap hari, dan 12 jam pada hari pembebasan korban penculikan dan tahanan.

    3. Pengembalian pengungsi ke daerah tempat tinggalnya, dan penarikan diri dari Lembah Gaza (poros Netzarim dan Alun-Alun Kuwait):

    • A. Pada hari ketujuh (setelah pembebasan 7 tahanan), pasukan Israel mundur sepenuhnya dari Jalan Al-Rashid ke arah timur ke Jalan Salah Al-Din, membongkar seluruh situs dan instalasi militer di daerah ini, dan mengembalikan para pengungsi ke daerah dan tempat tinggal mereka (tanpa membawa senjata selama kepulangan), dengan kebebasan bergerak warga di seluruh wilayah Jalur Gaza, dan masuknya bantuan kemanusiaan melalui Jalan Al-Rashid, dimulai dari hari pertama, tanpa hambatan.

    • B. Pada hari kedua puluh dua, pasukan Israel mundur dari pusat Jalur Gaza (terutama poros Netzarim dan poros Kuwait Square) di sebelah timur Jalan Salah al-Din ke daerah dekat perbatasan, dan situs serta instalasi militer sepenuhnya dihancurkan dan dibongkar, dan para pengungsi terus kembali ke tempat tinggal mereka (tanpa membawa senjata selama mereka kembali) di Jalur Gaza Utara, dengan kebebasan bergerak bagi penduduk di seluruh wilayah Jalur Gaza.

    • C. Mulai dari hari pertama, bantuan kemanusiaan, bahan bantuan dan bahan bakar dalam jumlah yang cukup dan intensif telah disalurkan (600 truk per hari, termasuk 50 truk bahan bakar, termasuk 300 untuk wilayah utara), termasuk bahan bakar yang dibutuhkan untuk mengoperasikan pembangkit listrik, perdagangan dan peralatan yang diperlukan untuk menghilangkan puing-puing dan merehabilitasi wilayah yang hancur. 

    Mengoperasikan rumah sakit, pusat kesehatan dan toko roti di seluruh wilayah Jalur Gaza, dan melanjutkannya di seluruh tahap perjanjian.

    4. Pertukaran sandera dan tawanan antara kedua belah pihak:

    A. Pada tahap pertama, Hamas membebaskan 33 tahanan Israel (hidup atau mati), termasuk wanita (warga sipil dan tentara wanita), anak-anak (di bawah usia 19 tahun selain tentara), orang tua (di atas usia 50 tahun), serta orang-orang yang terluka dan warga sipil yang sakit, dengan imbalan sejumlah tahanan di penjara dan pusat penahanan Israel, sesuai dengan ketentuan berikut:

    • Hamas membebaskan semua tahanan Israel yang masih hidup, termasuk perempuan dan anak-anak sipil (di bawah usia 19 tahun, bukan tentara). 

    Sebagai imbalannya, Israel membebaskan 30 anak-anak dan perempuan untuk setiap tahanan Israel yang dibebaskan, berdasarkan daftar yang diberikan oleh Hamas berdasarkan senioritas dalam tahanan.

    B. Hamas membebaskan semua tentara wanita Israel yang masih hidup.

    Sebagai imbalannya, Israel membebaskan 50 tahanan dari penjaranya untuk setiap tentara wanita Israel yang dibebaskan.

    5. Penjadwalan pertukaran korban penculikan dan tawanan antara kedua pihak pada tahap pertama:

    • Pada hari pertama perjanjian, Hamas membebaskan tiga sandera Israel (warga sipil).

    • Pada hari ketujuh perjanjian, Hamas kembali membebaskan empat sandera Israel (warga sipil).

    • Setelah itu, Hamas membebaskan lagi tiga sandera Israel setiap tujuh hari, dimulai dari perempuan (warga sipil dan tentara).

    Semua orang yang diculik akan dibebaskan hidup-hidup.

    • Pada minggu keenam, Hamas membebaskan seluruh tahanan sipil yang termasuk dalam fase ini. Sebagai imbalannya, Israel membebaskan sejumlah tahanan Palestina dari penjara sesuai dengan daftar yang disediakan oleh Hamas.

    • Pada hari ketujuh, Hamas mengirimkan informasi tentang jumlah warga Israel yang diculik dan akan dibebaskan pada tahap ini.

    • Pada minggu keenam (setelah pembebasan Hisham al-Sayyid dan Avra ​​​​Mengistu di antara total 33 penculik Israel setuju untuk dibebaskan pada tahap pertama perjanjian), Israel membebaskan 47 tahanan yang ditangkap kembali setelah kesepakatan.

    •  Jika jumlah korban penculikan Israel yang masih hidup yang dijadwalkan untuk dibebaskan tidak mencapai 33 orang, jumlah tersebut akan ditambah dengan jenazah dari kategori yang sama. Sebagai imbalannya, Israel akan membebaskan semua wanita dan anak-anak (di bawah usia 19 tahun) pada minggu keenam ditangkap dari Jalur Gaza setelah 7 Oktober 2023.

    • Proses pertukaran ini terkait dengan sejauh mana kepatuhan terhadap ketentuan perjanjian, termasuk penghentian operasi militer di kedua belah pihak, penarikan pasukan Israel, kembalinya pengungsi, dan masuknya bantuan kemanusiaan.

    • Tahanan Palestina yang dibebaskan tidak akan ditangkap lagi atas tuduhan yang sama seperti sebelumnya, dan Israel tidak akan mengambil inisiatif untuk menangkap kembali tahanan Palestina yang dibebaskan untuk menjalani sisa masa hukumannya.

    • Tahanan Palestina yang akan dibebaskan tidak diharuskan menandatangani dokumen apapun sebagai syarat pembebasan mereka.

    6. Pertukaran korban penculikan dan tahanan pada tahap pertama yang disebutkan di atas tidak akan dianggap sebagai dasar kriteria pertukaran pada tahap kedua.

    7. Selambat-lambatnya pada hari keenam belas, perundingan tidak langsung akan dimulai antara kedua pihak mengenai kesepakatan tentang syarat-syarat pelaksanaan perjanjian tahap kedua ini, termasuk yang berkaitan dengan kriteria pertukaran tawanan antara kedua belah pihak (tentara dan lain-lain).

    Kesepakatan mengenai hal ini harus dicapai sebelum akhir minggu kelima fase ini.

    8. Perserikatan Bangsa-Bangsa, badan-badannya dan organisasi internasional lainnya melanjutkan pekerjaan mereka dalam menyediakan layanan kemanusiaan di seluruh wilayah Jalur Gaza, dan akan terus melakukan hal tersebut sepanjang tahapan perjanjian.

    9. Memulai rehabilitasi infrastruktur (listrik, air, limbah, komunikasi, dan jalan) di seluruh wilayah Jalur Gaza, memperbolehkan penggunaan peralatan pertahanan sipil yang diperlukan, dan menghilangkan puing-puing, dan ini akan berlanjut di semua tahap perjanjian.

    10. Menyediakan perbekalan yang diperlukan untuk membangun tempat penampungan bagi para pengungsi yang kehilangan tempat tinggal selama perang (setidaknya 60.000 unit rumah sementara – karavan – dan 200.000 tenda).

    11. Setelah pembebasan seluruh tentara Israel, jumlah tentara yang terluka yang akan dipindahkan untuk perawatan medis melalui penyeberangan Rafah akan ditingkatkan, jumlah orang sakit dan terluka yang diizinkan menyeberang akan ditingkatkan, dan pembatasan terhadap pergerakan barang dan perdagangan akan dihilangkan.

    12. Mulai melaksanakan pengaturan dan rencana yang diperlukan untuk membangun kembali rumah, bangunan sipil, dan infrastruktur yang hancur akibat perang dan memberikan kompensasi kepada mereka yang terkena dampak, di bawah pengawasan sejumlah negara dan organisasi, termasuk Mesir, Qatar, dan PBB .

    13-Semua tindakan dalam fase ini, termasuk penghentian sementara operasi militer di kedua belah pihak, upaya pemberian bantuan dan perlindungan, penarikan pasukan, dll., akan berlanjut selama fase kedua seiring dengan berlanjutnya negosiasi mengenai syarat-syarat fase kedua dan pelaksanaannya.

    Tahap kedua (42 hari):

    14. Pengumuman kembalinya ketenangan berkelanjutan (penghentian permanen operasi militer dan semua aktivitas permusuhan) akan berlaku sebelum dimulainya pertukaran korban penculikan dan tahanan antara kedua pihak – semua pria Israel yang masih hidup (warga sipil dan tentara) – sebagai imbalan atas jumlah tahanan yang disepakati di penjara dan pusat penahanan Israel, Penarikan total pasukan Israel dari Jalur Gaza.

    Tahap ketiga (42 hari):

    15. Jenazah dan jenazah akan dipertukarkan antara kedua pihak setelah mereka ditemukan dan diidentifikasi.

    16. Melaksanakan rencana rekonstruksi Jalur Gaza selama jangka waktu 3 sampai 5 tahun, termasuk perumahan, bangunan sipil, dan infrastruktur sipil, dan memberikan kompensasi kepada semua yang terkena dampak, di bawah pengawasan sejumlah negara dan organisasi, termasuk Mesir, Qatar , dan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

    17. Membuka perlintasan dan memperbolehkan pergerakan orang dan barang.

     

    Penjamin perjanjian:

    Qatar, Mesir, Amerika Serikat

     

     

     

    (oln/khbrn/*)
     

  • Hamas Sebut Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza Sudah Tahap Akhir, Faksi Palestina Ungkap Kepuasan – Halaman all

    Hamas Sebut Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza Sudah Tahap Akhir, Faksi Palestina Ungkap Kepuasan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kelompok Palestina, Hamas mengumumkan bahwa perundingan gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan di Gaza telah mencapai tahap akhir.

    Dalam pernyataan resmi yang dirilis pada Selasa (14/1/2025), Hamas menekankan pentingnya melanjutkan konsultasi dengan para pemimpin faksi Palestina hingga kesepakatan tersebut diselesaikan.

    “Kami mengadakan serangkaian konsultasi dengan faksi-faksi Palestina untuk memberi mereka informasi terkini tentang kemajuan negosiasi Doha,” kata Hamas dalam keterangannya, dikutip dari Palestine Chronicle.

    Pihak Hamas menambahkan bahwa para pemimpin berbagai faksi juga menyatakan kepuasan mereka terhadap jalannya negosiasi yang sedang berlangsung.

    “Para pemimpin berbagai faksi menyatakan kepuasan mereka terhadap negosiasi tersebut,” jelasnya.

    Pernyataan Hamas lebih lanjut menekankan pentingnya persiapan untuk fase berikutnya dari kesepakatan ini. 

    “Kami menekankan perlunya persiapan untuk fase berikutnya,” tambahnya.

    Meskipun mereka tidak memberikan rincian lebih lanjut, Hamas menegaskan bahwa kesiapan nasional yang komprehensif akan sangat penting untuk fase mendatang dan persyaratannya.

    Hamas dan berbagai faksi Palestina terus melakukan konsultasi intensif, yang diperkirakan akan berlanjut hingga kesepakatan mencapai tahap akhir. 

    “Kami berharap putaran negosiasi ini akan berakhir dengan kesepakatan yang jelas dan komprehensif,” ujar Hamas, dikutip dari Anadolu Anjansi.

    Sebelumnya, pada pagi hari, Qatar telah mengatakan bahwa negosiasi yang sudah berlangsung telah menuju tahap akhir.

    Hasil dari negosiasi saat ini telah diserahkan oleh Qatar kepada Hamas dan Israel.

    Dengan begitu, kesepakatan akan diumumkan secepatnya.

    “Rancangan perjanjian telah diserahkan kepada Hamas dan Israel dan hambatan utama pada isu-isu utama yang disengketakan antara kedua pihak telah diatasi,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Majed al-Ansari dalam konferensi pers di Doha.

    Tahapan Gencatan Senjata

    Jika gencatan senjata benar-benar terwujud, tahap pertama gencatan senjata dapat membebaskan 1.000 tahanan Palestina dengan imbalan pembebasan hingga 33 tawanan Israel.

    Tahapan ini akan melibatkan pembebasan 33 tawanan, termasuk anak-anak, wanita, tentara wanita, pria di atas 50 tahun, serta yang terluka dan sakit.

    Saat ini, 94 tawanan masih berada di Gaza, dengan 34 di antaranya dinyatakan meninggal, dikutip dari The New Arab.

    Tahap pertama juga akan terjadi penarikan pasukan Israel yang melakukan invasi secara bertahap dan sebagian, dikutip dari Al Mayadeen.

    Menurut sumber Palestina yang dekat dengan perundingan tersebut, yang menambahkan bahwa tahap pertama akan berlangsung selama 60 hari.

    Kemudian pada tahap kedua,  akan dimulai 16 hari setelah gencatan senjata dan akan difokuskan pada negosiasi untuk membebaskan sisa pria dan tentara yang ditahan di Gaza.

    Sementara pada tahap ketiga, kesepakatan akan membahas pengaturan jangka panjang, termasuk diskusi tentang pembentukan pemerintahan alternatif di Gaza dan rencana untuk membangunnya kembali.

    Israel telah melancarkan serangan mematikan di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023.

    Mereka mengabaikan resolusi DK PBB yang menuntut gencatan senjata segera dan terus melancarkan serangan tanpa henti hingga saat ini.

    Serangan Israel ini telah menewaskan lebih dari 46.500 warga Palestina.

    Sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak.

    Sejak saat itu, militer Israel telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza, mengusir hampir seluruh penduduknya yang berjumlah 2,3 juta orang dari rumah mereka.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Sejumlah Tentara Israel Tolak Lanjutkan Perang di Gaza, Akui Diperintahkan Hancurkan Rumah-Rumah – Halaman all

    Sejumlah Tentara Israel Tolak Lanjutkan Perang di Gaza, Akui Diperintahkan Hancurkan Rumah-Rumah – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang perwira di korps lapis baja, Yotam Vilk, merupakan satu dari sejumlah tentara Israel yang menentang konflik Israel dan Hamas di Gaza selama 15 bulan.

    Ia juga menolak untuk bertugas lagi.

    Yotam Vilk mengatakan, mereka melihat atau melakukan hal-hal yang melanggar batas etika.

    Meskipun gerakan tersebut kecil, sekitar 200 tentara Israel menandatangani surat yang menyatakan mereka akan berhenti bertempur jika pemerintah tidak mengamankan gencatan senjata.

    Para tentara Israel mengatakan ini hanyalah puncak gunung es dan mereka ingin orang lain untuk maju.

    Penolakan para tentara ini terjadi di tengah meningkatnya tekanan terhadap Israel dan Hamas untuk mengakhiri pertempuran.

    Tujuh tentara yang menolak untuk melanjutkan pertempuran di Gaza berbicara dengan AP, menjelaskan bagaimana warga Palestina dibunuh tanpa pandang bulu dan rumah-rumah dihancurkan.

    Beberapa tentara Israel mengatakan, mereka diperintahkan untuk membakar atau menghancurkan rumah-rumah yang tidak menimbulkan ancaman.

    Mereka juga melihat tentara menjarah dan merusak rumah-rumah.

    Dilansir Arab News, setelah Hamas menyerbu Israel pada 7 Oktober 2023, Israel dengan cepat bersatu di belakang perang yang dilancarkan terhadap kelompok militan tersebut.

    Perpecahan di sini telah tumbuh seiring berjalannya perang, tetapi sebagian besar kritik difokuskan pada meningkatnya jumlah tentara yang tewas dan kegagalan untuk membawa pulang sandera, bukan tindakan di Gaza.

    Max Kresch, seorang penyelenggara, mengatakan tentara dapat menggunakan posisi mereka untuk menciptakan perubahan.

    “Kita perlu menggunakan suara kita untuk berbicara dalam menghadapi ketidakadilan, meskipun itu tidak populer,” katanya.

    Namun, beberapa orang yang bertempur dan kehilangan rekan menyebut gerakan itu sebagai “tamparan di wajah”.

    Lebih dari 830 tentara Israel telah tewas dalam perang itu, menurut tentara.

    “Mereka merusak kemampuan kita untuk membela diri,” kata Gilad Segal, seorang penerjun payung berusia 42 tahun yang menghabiskan dua bulan di Gaza pada akhir tahun 2023.

    Lalu, seorang mantan prajurit infanteri memberi tahu AP tentang perasaan bersalahnya.

    Dia mengaku melihat sekitar 15 gedung terbakar selama tugas dua minggu pada akhir tahun 2023.

    Ia mengatakan, jika dia bisa melakukannya lagi, dia tidak akan bertempur.

    “Saya tidak menyalakan korek api, tetapi saya berjaga di luar rumah.”

    “Saya berpartisipasi dalam kejahatan perang,” kata prajurit itu, yang berbicara dengan syarat anonim karena takut akan pembalasan.

    “Saya sangat menyesal atas apa yang telah kami lakukan,” imbuhnya.

    Ilustrasi – Pasukan Israel (IDF) dari divisi infanteri melakukan agresi militer darat ke Jalur Gaza. (khaberni/tangkap layar)

    Pembicaraan Gencatan Senjata

    Sementara itu, pembicaraan gencatan senjata sedang berlangsung.

    Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, maupun Presiden terpilih, Donald Trump, telah menyerukan kesepakatan sebelum pelantikan pada 20 Januari 2025.

    Israel dan Hamas tampaknya semakin dekat dengan kesepakatan gencatan senjata bertahap, kata sejumlah pejabat pada Senin (13/1/2025).

    Namun, kesepakatan belum tercapai dan masih ada sejumlah kendala yang dapat menggagalkan perundingan di Qatar.

    Diketahui, perang Israel melawan Hamas di Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023, ketika militan menyerbu Israel selatan dan menewaskan sekitar 1.200 orang serta menculik sekitar 250 orang.

    Sepertiga dari 100 sandera yang masih ditawan di Gaza diyakini telah tewas.

    Perang Israel-Hamas telah menewaskan lebih dari 46.000 warga Palestina di Gaza, menurut otoritas kesehatan di sana.

    Kementerian Kesehatan tidak membedakan antara pejuang dan warga sipil, tetapi mengatakan wanita dan anak-anak merupakan lebih dari separuh korban tewas.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

  • Kuba Gabung Afrika Selatan untuk Tuntut Israel di ICJ dalam Kasus Genosida Gaza – Halaman all

    Kuba Gabung Afrika Selatan untuk Tuntut Israel di ICJ dalam Kasus Genosida Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kuba akan bergabung dengan Afrika Selatan untuk menuntut Israel di Mahkamah Internasional (ICJ) mengenai kasus genosida di Jalur Gaza.

    “Kuba, dengan mengacu pada Pasal 63 Statuta Mahkamah, telah mengajukan deklarasi intervensi ke Kepaniteraan Mahkamah dalam kasus mengenai Penerapan Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida di Jalur Gaza,” kata ICJ dalam sebuah pernyataan, Senin (13/1/2025).

    Dengan deklarasi tersebut, Kuba bergabung dengan Turki, Nikaragua, Kolombia, Libya, Meksiko, Palestina, dan Spanyol dalam kasus tersebut.

    Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Kuba mengindikasikan keprihatinan yang sama dengan Afrika Selatan terhadap genosida yang dilakukan Israel di Jalur Gaza.

    “Havana mempunyai keprihatinan yang sama dengan yang diungkapkan oleh Republik Afrika Selatan terhadap Israel, akibat genosida di Palestina,” bunyi pernyataan kementerian itu.

    “Pengadilan sedang melalui titik balik sejarah yang kompleks, di mana kredibilitas sistem hukum, yang dibangun setelah Perang Dunia II, terancam runtuh selamanya,” tambahnya.

    Kuba menekankan negaranya wajib menerapkan tindakan untuk menghukum kejahatan genosida berdasarkan Konvensi PBB tentang Pencegahan Genosida tahun 1948.

    “Sebagai pihak dalam Konvensi 1948 tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida, Kuba berkewajiban untuk menerapkan semua tindakan untuk mencegah dan menghukum kejahatan genosida terhadap siapa pun yang berupaya menghancurkan suatu bangsa, etnis atau ras atau agama, secara keseluruhan atau sebagian,” kata kementerian itu, seperti diberitakan Al Mayadeen.

    Sebelumnya pada akhir Desember 2023, Afrika Selatan mengajukan gugatan terhadap Israel ke ICJ karena dianggap melanggar Konvensi PBB tentang Pencegahan Genosida tahun 1948.

    Afrika Selatan meminta ICJ untuk memutuskan tindakan pencegahan mengingat keseriusan situasi di Jalur Gaza.

    Pada tanggal 11-12 Januari 2024, ICJ menggelar sidang di Den Haag mengenai permintaan tindakan pencegahan genosida yang harus diterapkan oleh Israel di Jalur Gaza.

    Pada 26 Januari 2024, ICJ mengeluarkan instruksi terhadap Israel untuk sepenuhnya mematuhi arahan ICJ.

    Namun, pada 26 Februari 2024, Amnesty International dan Human Rights Watch mengatakan Israel tidak mematuhi arahan ICJ dan terus membatasi alisan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza serta meluncurkan serangan ke rakyat Palestina.

    Pada Oktober lalu, Afrika Selatan telah menyerahkan bukti genosida yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina.

    Sementara itu, Israel menolak tuduhan Afrika Selatan dan mengklaim penyerahan kasus tersebut ke ICJ merusak kredibilitas pengadilan.

    Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 46.584 jiwa dan 109.731 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Senin (13/1/2025) menurut Kementerian Kesehatan Gaza, dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.

    Sebelumnya, Israel mulai menyerang Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak pendirian Israel di Palestina pada 1948.

    Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 sandera Palestina pada akhir November 2023.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Lagi, Houthi Luncurkan Rudal Hipersonik ‘Palestina 2’ dan 4 Drone ke Israel, Serangan Diklaim Sukses – Halaman all

    Lagi, Houthi Luncurkan Rudal Hipersonik ‘Palestina 2’ dan 4 Drone ke Israel, Serangan Diklaim Sukses – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kelompok Houthi atau Ansrallah di Yaman kembali menyerang Israel dengan rudal dan drone atau pesawat nirawak, Senin malam, (13/1/2025).

    Juru bicara Houthi Brigjen Yahya Saree mengatakan dalam serangan itu pihaknya menggunakan satu rudal hipersonik berjenis Palestina 2. Dalam pada itu, jumlah drone yang diluncurkan berjumlah empat.

    Saree kembali menyebut bahwa serangan Houthi terbaru ini merupakan bentuk dukungan kepada rakyat Palestina di Jalur Gaza yang diinvasi Israel.

    “Sebagai balasan atas pembantaian terhadap rakyat kita di Gaza, dan tahapan kelima dalam pertempuran Penaklukan yang Dijanjikan dan Jihad Suci dan dalam rangka pembalasan atas agresi Israel di negara kita,” kata Saree dikutip dari kantor berita Saba.

    Houthi mengklaim serangan itu menargetkan wilayah Jaffa (Tel Aviv) dan menuai keberhasilan.

    “Angkatan Udara menjalankan operasi militer khusus yang menyerang target penting di Yaffa dengan empat drone, dan operasi itu sukses mencapai tujuannya,” ujar Saree.

    Saat serangan dilancarkan, sirene peringatan berbunyi di Tepi Barat, Lembah Yordan, dan sebagian Israel Utara.

    Dikutip dari i24 News, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengklaim ada satu rudal yang ditangkis sebelum memasuki zona udara Israel.

    Sementara itu, The Jerusalem Post melaporkan sistem pertahanan Israel berhasil menangkis drone di lokasi di Israel selatan yang tidak diungkapkan. Sirene peringatan tidak diaktifkan karena IDF meyakini serangan itu sudah bisa ditangani.

    Rudal hipersonik Palestina-2 milik Houthi. (Israel Alma)

    Serangan Israel ke Yaman

    Serangan terbaru Houthi dilancarkan beberapa hari setelah Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Israel menyerang Yaman.

    Israel dan sekutunya sempat berharap serangan ke Yaman bisa mencegah Houthi meluncurkan rudal lagi ke Israel. Meski memiliki kekuatan militer yang lebih baik, Israel dan sekutunya belum bisa membungkam Houthi.

    Dalam serangan ke Yaman, Israel dan koalisinya menargetkan pembangkit listrik Hezyaz lalu Pelabuhan Hodeidah dan Ras Issa di pantan barat Yaman.

    Serangan itu dilaporkan dikoordinasi oleh koalisi Inggris-Amerika yang menyerang target tertentu. Pada waktu yang sama Israel menyerang target lainnya.

    Ada lebih dari 20 jet tempur Israel yang dikerahkan dalam serangan tersebut. Sebanyak 50 bom telah dijatuhkan.

    Menurut laporan, 12 serangan di utara Ibu Kota Sanaa yang menargetkan fasilitas bawah tanah Houthi dilakukan oleh AS dan Inggris.

    320 drone sudah diluncurkan

    Militer Israel mengatakan kelompok Houthi sudah meluncurkan 40 rudal darat dan 320 drone  ke Israel sejak perang di Jalur Gaza meletus.

    Menurut IDF, kebanyakan rudal itu bisa ditangkis oleh sistem pertahanan.

    “Sejauh ini, satu rudal yang jatuh telah diidentifikasi, dan dua penangkisan yang menyebabkan pecahan-pecahan jatuh di area itu,” kata IDF hari Kamis, (9/1/2025), dikutip dari Xinhua.

    IDF mengklaim rudal Houthi lainnya gagal dalam perjalanan ke Israel.

    Lalu, IDF mengatakan Angkatan Udara Israel telah mencegat lebih dari 100 pesawat nirawak.

    Serangan rudal dan drone Houthi memunculkan korban jiwa dan kerusakan di Israel.

    Pada bulan Juli 2024 ada satu drone yang menghantam Tel Aviv dan menewaskan seorang pria di rumahnya.

    Kemudian, pada bulan Desember 2024 satu rudal merusak sekolah dasar di Ramat Efal, pinggiran Tel Aviv, meski sudah dicegat IDF.

    Houthi “the last man standing”

    Seth J. Frantzman, seorang analis di Jerusalem Post, menyebut Houthi sebagai the last man standing atau pihak terakhir yang masih bertahan dalam kelompok Poros Perlawanan yang dipimpin Iran.

    Berbeda dengan Houthi, Hizbullah sebagai salah satu anggota poros itu sudah sepakat untuk melakukan gencatan senjata dengan Israel.

    “Houthi yang didukung Iran tampaknya sendirian dalam upaya menyerang Israel karena Iran dan kelompok proksi Iran lainnya telah melemah,” kata Frantzman pertengahan bulan ini.

    “Mereka belum mengalami kemunduran besar sejak memulai serangan mereka terhadap Israel dan kapal-kapal setelah serangan Hamas tanggal 7 Oktober.”

    Dia mengklaim Houthi bisa melancarkan serangan jauhnya kemudian bersembunyi di gunung-gunung sekitar Sanaa, Yaman.

    Serangan Houthi itu sampai membuat sekutu dekat Israel, AS, harus campur tangan.

    AS menjalankan Operasi Penjaga Kemakmuran pada bulan Desember 2023 guna melawan serangan Houthi terhadap kapal-kapal dagang di Laut Merah. Operasi AS itu tidak membuahkan kesuksesan besar.

    Adapun Israel menyebut serangan Houthi sebagai salah satu front dalam perang perang tujuh front.

    Serangan rudal dan drone Houthi terus berlanjut, bahkan ketika Hamas dilaporkan didera kemunduran di Gaza dan Hizbullah sepakat untuk mengadakan gencatan senjata dengan Israel.

    “Rezim mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad telah tumbang. Milisi di Irak yang didukung Iran juga saat ini tampaknya telah berhenti menyerang Israel,” kata Frantzman.

    (*)

  • 50 Orang Tewas Akibat Serangan Israel di Gaza dalam Sehari

    50 Orang Tewas Akibat Serangan Israel di Gaza dalam Sehari

    Gaza

    Pasukan Israel terus melakukan serangan ke Gaza, Palestina. Badan pertahanan sipil Gaza melaporkan bahwa gelombang serangan udara Israel pada hari Senin menewaskan lebih dari 50 orang.

    Dilansir AFP, Selasa (14/1/2025), juru bicara badan tersebut Mahmud Bassal mengatakan serangan itu menghantam Kota Gaza sepanjang hari. Serangan menghantam rumah hingga sekolah.

    “(Serangan menghantam) sekolah, rumah, dan bahkan tempat berkumpulnya orang,” kata Bassal.

    Badan tersebut mengatakan 11 orang tewas dan beberapa lainnya terluka ketika serangan Israel menargetkan sebuah rumah milik keluarga Jaradah dan Abu Khater di lingkungan Shujaiya di kota itu.

    Tujuh orang tewas dalam serangan terhadap sekelompok warga Palestina di Jalan Al-Maamal di Kota Gaza. Kemudian, lima orang kehilangan nyawa mereka dalam serangan lain yang menghantam Sekolah Salaheddin Al-Ayyubi di lingkungan Al-Darraj.

    Korban yang tersisa terjadi dalam serangan lain di seluruh Kota Gaza sepanjang hari.

    “Tidak ada ruang di rumah sakit untuk menerima yang terluka,” kata Bassal kepada AFP.

    Lihat Video ‘Korban Tewas di Gaza Akibat Israel Capai 45 Ribu Orang’:

    (lir/lir)