Negara: Palestina

  • Gencatan Senjata Dimulai, PBNU dan BZS Mesir Kirim 5 Ambulans ke Gaza – Halaman all

    Gencatan Senjata Dimulai, PBNU dan BZS Mesir Kirim 5 Ambulans ke Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang dimulai pada 19 Januari 2025 di Palestina, menjadi kesempatan bagi  Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Nahdlatul Ulama (Lazisnu) PBNU dan Bayt Zakat wa as-Shadaqat (BZS) Al-Azhar Mesir, menunjukkan komitmennya dalam memberikan bantuan kemanusiaan bagi rakyat Palestina.

    Sebanyak lima unit ambulans akan segera dikirimkan untuk mendukung kebutuhan medis masyarakat Palestina yang menjadi korban genosida Israel.

    Ketua Lazisnu PBNU, Habib Ali Hasan Al Bahar menyatakan bahwa gencatan senjata ini merupakan peluang strategis untuk mempercepat distribusi bantuan kemanusiaan kepada rakyat Palestina.

    “Momen ini menjadi kesempatan penting bagi kami untuk mengirimkan bantuan medis yang sangat dibutuhkan. Ambulans yang kami distribusikan diharapkan dapat meningkatkan akses masyarakat Palestina terhadap layanan kesehatan yang memadai,” jelas Habib Ali di Jakarta, Kamis (23/01/2025) sore.

    Selain itu, Habib Ali memberikan apresiasi kepada BZS Mesir atas kontribusinya yang signifikan dalam mewujudkan misi kemanusiaan ini. 

    “Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr Sahar Nashr, Direktur Bayt Zakat wa as-Shadaqat Al-Azhar atas kerja sama dan dedikasi beliau yang luar biasa. Peran beliau sangat penting dalam memastikan bantuan ini dapat terkoordinasi dengan baik dan tepat sasaran. Ini adalah bentuk nyata dari solidaritas lintas bangsa untuk kemanusiaan,” ungkapnya.

    Sementara itu, Direktur Eksekutif NU Care-Lazisnu PBNU Qohari Cholil mengungkapkan rasa syukur atas kelancaran proses penyaluran bantuan ambulans.

    “Kami sangat bersyukur karena komitmen kami untuk dapat mendistribusikan bantuan lima unit ambulans, insyaallah akan segera dikirim.  Sehingga dengan ini kami dapat memastikan bahwa setiap bantuan yang kami salurkan dapat memberikan dampak langsung bagi penerima,” ucap Qohari.

    Ambulans yang dikirimkan, sambungnya, merupakan bagian dari upaya berkelanjutan NU Care-Lazisnu untuk mendukung pemulihan kondisi di Palestina.

    “Kami berharap inisiatif ini dapat membantu memenuhi kebutuhan mendesak, terutama terkait layanan kesehatan bagi rakyat Palestina. Bantuan ambulans melalui BZS Al-Azhar Mesir ini merupakan bantuan kemanusiaan dari NU Care-LAZISNU untuk Palestina melalui mitra-mitra global kami seperti BZS, GDD, AWC. Bantuan berkelanjutan ini juga menjadi simbol solidaritas global untuk perdamaian dan kemanusiaan di Palestina,” tegasnya.

    Direktur Program NU Care-Lazisnu PBNU, Syarifuddin menambahkan bahwa lima unit ambulans sore ini, waktu Mesir, telah siap untuk diberangkatkan ke Gaza. 

    “Kelima ambulans ini akan mulai bergerak menuju Gaza sore ini. Kami telah mempersiapkan segala kebutuhan logistik dan koordinasi di lapangan untuk memastikan bantuan ini tiba dengan selamat dan tepat waktu,” ujarnya.

  • Tentara Israel Terapkan ‘Eksekusi di Tempat’ di Jenin: Hukuman Kolektif Buat Warga Tepi Barat – Halaman all

    Tentara Israel Terapkan ‘Eksekusi di Tempat’ di Jenin: Hukuman Kolektif Buat Warga Tepi Barat – Halaman all

    Tentara Israel Terapkan ‘Eksekusi di Tempat’ di Jenin: Hukuman Kolektif Buat Warga Tepi Barat Palestina

    TRIBUNNEWS.COM – Palestinian Prisoners’ Club, Klub Tahanan Palestina, mengatakan pasukan pendudukan Israel (IDF) melakukan ‘eksekusi lapangan’ selama operasi militer di Jenin dan kampnya.

    Klub Tahanan Palestina adalah organisasi nonpemerintah yang membela hak-hak warga Palestina yang dipenjara Israel.

    Organisasi Palestina non-pemerintah ini didirikan pada tahun 1993 dengan sekitar 1.600 anggota mantan tahanan Palestina yang telah mendekam di penjara Israel selama setidaknya satu tahun.

    Klub Tahanan menyatakan, pasukan IDF menangkap 22 warga Palestina Rabu (22/1/2025) malam dan Kamis (23/1/2025) dini hari di Tepi Barat.

    Organisasi itu menyatakan kalau operasi penangkapan dan eksekusi lapangan berupa tembak mati di tempat oleh IDF adalah bentuk pembalasan dan hukuman kolektif terhadap warga Palestina untuk melemahkan kelompok perlawanan.

    Pasukan Israel (IDF) menangkap warga Palestina di Jenin, Tepi Barat saat operasi militer besar-besaran di wilayah tersebut, Kamis (23/1/2025) dini hari. IDF menerapkan eksekusi di tempat terhadap warga Palestina yang mereka curigai sebagai anggota milisi perlawanan.

    Tembak Mati Pria di Depan Istrinya

    Satu di antara contoh ‘eksekusi lapangan’ Pasukan pendudukan Israel dilakukan saat membunuh seorang pria Palestina di Tepi Barat yang diduduki di hadapan istri dan anak-anaknya sehubungan dengan operasi militer yang sedang berlangsung di kota itu.

    Dalam kejahatan baru yang tercatat dalam catatannya, pasukan Israel membunuh seorang pria Palestina saat dia sedang mengendarai mobilnya bersama istri dan anak-anaknya di kota Jenin, di Tepi Barat utara.

    Pembunuhan itu didokumentasikan dalam sebuah video yang direkam oleh putra korban dari dalam mobil, yang kemudian beredar luas di media sosial. 

    Video lain yang direkam oleh para aktivis menunjukkan mobil itu keluar jalur dan menabrak trotoar setelah pengemudinya ditembak.

    Bashir Mtahen, Direktur Hubungan Masyarakat di Kotamadya Jenin, mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa korban diidentifikasi sebagai Ahmad Shayeb, warga kota Burqin di Provinsi Jenin. 

    “Ia sedang pulang dari taman kanak-kanak bersama istri dan tiga anaknya,” kata Mtahen.

    Menurut Motahen, “Sang martir berada di pinggiran kamp pengungsi Jenin, menuju pusat komersial kota tersebut ketika seorang penembak jitu yang ditempatkan di pos militer di daerah tersebut melepaskan tembakan ke arahnya.”

    Kendaraan militer pasukan Israel (IDF) dalam operasi penyerbuan besar-besaran di Kota Jenin, Tepi Barat, Rabu (21/1/2025). (khaberni/tangkap layar)

    Eskalasi Israel di Jenin

    Pasukan Israel telah meningkatkan serangan mereka terhadap Jenin, termasuk mengepung sebuah rumah di desa Ta’anak, di sebelah barat laut kota, dan melakukan pemboman udara di lingkungan Harat al-Safouri di kamp tersebut. 

    Laporan menunjukkan bahwa pasukan pendudukan Israel mengerahkan bala bantuan tambahan ke Jenin, dengan buldoser menghancurkan infrastruktur dan jalan di seluruh kota.

    Militer Israel telah mengumumkan dimulainya kampanye militer baru di kota Jenin, Tepi Barat, yang dijuluki “Tembok Besi”.

    Media Israel melaporkan bahwa kampanye tersebut dilaksanakan atas perintah eselon politik, menyusul pertemuan Kabinet Jumat lalu, yang menambahkan Tepi Barat ke dalam tujuan perang yang sedang berlangsung.

    Menteri Keamanan Israel, Israel Katz, mengatakan operasi militer di Jenin “dipersiapkan untuk melindungi para pemukim dan pos-pos permukiman di daerah tersebut,” sementara sumber keamanan Israel mengatakan kepada media Israel bahwa “operasi di Jenin akan menjadi operasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam ukuran dan cakupannya.” 

    Media Israel juga mencatat bahwa militer Israel, Shin Bet, dan “Penjaga Perbatasan” memulai operasi yang bertujuan untuk “menggagalkan terorisme” di Jenin, yang akan terus berlanjut selama beberapa hari mendatang, dengan menegaskan bahwa pasukan IDF yang besar telah maju ke Jenin dari segala arah setelah Shin Bet mengganggu komunikasi internet di seluruh Kamp Pengungsi Jenin.

    Operasi IDF di Jenin Belajar dari Gaza

    Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, Rabu (22/1/2025) mengatakan kalau operasi militer pasukan Israel (IDF) di Jenin, Tepi Barat Utara, menandai perubahan dalam strategi keamanan Israel di daerah tersebut.

    Katz mengunjungi pos komando militer di wilayah Brigade Teritorial Menashe IDF pada Selasa untuk memantau operasi militer Israel di wilayah Palestina itu.

    “’Operasi Tembok Besi’ di kamp pengungsi Jenin akan menjadi perubahan dalam doktrin keamanan IDF di Yudea dan Samaria,” ujat Katz dalam pernyataan yang diterbitkan oleh kantornya pada Rabu pagi, dikutip JNS.

    Sebagai informasi, Yudea dan Samaria adalah Tepi Barat. Nama ini digunakan oleh Israel untuk merujuk pada seluruh Tepi Barat.

    Katz mengklaim, pelaksanaan agresi militer besar-besaran IDF itu merupakan hasil dari pelajaran yang dipetik dari Jalur Gaza.

    Memakai diksi ‘teror’ dan ‘terorisme’ terhadap aksi perlawanan kelompok milisi pembebasan Palestina, Katz mendalilkan, operasi militer IDF merupakan upaya tekanan agar kelompok perlawanan Palestina tidak menjadi besar seperti di Gaza.

     “Operasi berintensitas tinggi untuk melenyapkan ‘teroris’ dan infrastruktur ‘teror’ di kamp—tanpa munculnya kembali ‘teror’ di kamp setelah operasi berakhir—adalah pelajaran nomor satu dari metode penggerebekan berulang kali di Jalur Gaza,” lanjut pernyataan itu.

    Pernyataan Katz melalui kantornya itu mengindikasikan, Israel mencurigai kalau pengaruh Iran sudah muncul dan tumbuh di Tepi Barat.

    “Kami tidak akan membiarkan lengan gurita Iran dan Islam Sunni radikal membahayakan nyawa penduduk [Israel] dan mendirikan front perlawanan timur melawan Negara Israel,” imbuh Katz.

    Katz bersumpah, “Kami akan menyerang lengan gurita itu dengan keras hingga mereka putus.”

    Kendaraan militer Pasukan Israel saat melancarkan serangan baru ke Tepi Barat, Senin (9/9/2024). (khaberni)

    Operasi Militer IDF di Tepi Barat Bisa Berbulan-bulan

    Pada Selasa malam, seorang pasukan keamanan senior Israel yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada Channel 14 News kalau kampanye skala besar melawan kelompok perlawanan yang didukung Iran di Tepi Barat utara bisa memakan waktu berbulan-bulan.

    “Ketika ini berakhir, kamp-kamp ‘teroris’ (diksi Israel untuk kelompok perlawanan Palestina) akan berhenti beroperasi. Apa yang kami lakukan di Gaza, akan kami lakukan juga kepada mereka; kami akan meninggalkan mereka dalam reruntuhan,” kata sumber itu.

    Pasukan Pertahanan Israel mengumumkan dalam sebuah pernyataan pada Rabu pagi bahwa mereka “menyerang infrastruktur ‘teroris’ dari udara, menyerang sejumlah ‘teroris’ dan menghancurkan alat peledak di Jenin.”

    “Selama 24 jam terakhir, pasukan Israel telah menyerang lebih dari sepuluh teroris. Selain itu, serangan udara dilakukan terhadap infrastruktur perlawanan di daerah tersebut dan banyak alat peledak yang ditanam milisi perlawanan di jalan dihancurkan,” kata IDF. “Pasukan melanjutkan operasi.”

    Menurut Kementerian Kesehatan Otoritas Palestina, sedikitnya sembilan orang tewas oleh pasukan keamanan Israel di Jenin sepanjang hari pada hari Selasa, dan lebih dari 40 orang dikatakan terluka.

    Media Ynet melaporkan bahwa Pasukan Pertahanan Israel melakukan serangan pesawat tak berawak terhadap sel milisi perlawanan Jenin yang sedang menanam alat peledak.

    “Operasi Tembok Besi” melibatkan IDF, perwira Badan Keamanan Israel (Shin Bet) dan Polisi Perbatasan, menurut pernyataan militer Israel pada hari Selasa.

    Media Ibrani melaporkan bahwa empat batalyon IDF ikut serta dalam operasi tersebut, yang berjumlah beberapa ratus pasukan darat.

    Personel keamanan Otoritas Palestina. Dalam beberapa pekan belakangan, Otoritas Palestina terlibat bentrokan bersenjata dengan sejumlah milisi perlawanan Palestina seperti Brigade Al-Quds di Jenin dan Brigade Martir Al-Aqsa. (khaberni/tangkap layar)

    PA Mundur dari Jenin, Ibu Kota Para Martir

    Menurut laporan media Arab, IDF memasuki Jenin segera setelah polisi PA meninggalkan daerah itu.

    Awal minggu ini, dilaporkan kalau PA mencapai kesepakatan dengan kelompok Batalion Jenin -cabang Brigade Al-Quds, sayap militer kelompok Palestine Islamic Jihad’.

    PIJ dianggap Israel merupakan proksi Iran.

    Kesepakatan antara PA dan Batalion Jenin ini mengakhiri  operasi PA yang berlangsung selama sebulan di kota itu.

    Pasukan darat Israel memasuki kota tersebut dengan tujuan yang dinyatakan untuk menjaga kemampuan Yerusalem untuk bertindak cepat melawan kelompok perlawanan di Jenin.

    Jenin dikenal di kalangan warga Palestina sebagai “Ibu Kota Para Martir” karena banyaknya pelaku serangan terhadap entitas Israel termasuk ‘bom bunuh diri’, yang berasal dari daerah tersebut.

    Harian  Israel Hayom melaporkan kalau penyerbuan pasukan Israel ini awalnya direncanakan pada bulan Desember, tetapi ditunda atas permintaan eselon politik setelah PA melancarkan operasi Jenin.

    “Atas arahan Kabinet Keamanan, IDF, Shin Bet dan Polisi Israel hari ini meluncurkan operasi militer yang besar dan signifikan untuk memberantas teror di Jenin—’Tembok Besi,’” kata kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam sebuah pernyataan pada Selasa sore.

    “Ini adalah langkah lain menuju tujuan yang telah kami tetapkan—memperkuat keamanan di Yudea dan Samaria. Kami bertindak secara sistematis dan tegas melawan poros Iran di mana pun senjatanya berada—di Gaza, Lebanon, Suriah, Yaman, serta Yudea dan Samaria,” imbuh PMO.

    Pada bulan Agustus, saat menjabat sebagai menteri luar negeri Yerusalem, Katz menyerukan “evakuasi sementara penduduk Palestina dan langkah-langkah apa pun yang diperlukan” di tengah meningkatnya serangan teror yang berasal dari Jenin.

    Iran berupaya “untuk mendirikan front perlawanan timur” di Yudea dan Samaria (Tepi Barat), dakwa Katz.

    Iran, kata dalil Israel, mengikuti model proksinya di Lebanon dengan Hizbullah dan Jalur Gaza dengan Hamas, dengan “membiayai dan mempersenjatai perlawanan dan menyelundupkan senjata canggih dari Yordania.”

    Medan Perang Baru

    “Atas arahan Kabinet Keamanan, IDF, ISA, dan Kepolisian Israel hari ini telah memulai operasi militer untuk mengalahkan terorisme di Jenin.”

    Demikian sepenggal pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dikutip dari JPost, Rabu (22/1/2025).

    Pernyataan Netanyahu itu muncul setelah Israel dan Hamas sepakat melakukan gencatan senjata di Gaza, Palestina.

    Setelah 15 Bulan Israel Bombardir Gaza

    Militer Israel telah berperang di berbagai front selama lima belas bulan.

    Serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 menjadi pemicu bagi kelompok-kelompok lain seperti Hizbullah untuk berperang melawan Israel. 

    Perang ini telah berkembang secara bertahap.

    Menurut media Israel Jerussalem Post, awalnya Tepi Barat tidak dianggap sebagai garis depan utama perang. 

    Akan tetapi, wilayah utara Tepi Barat telah mengalami peningkatan ancaman terhadap Israel.

    Ancaman tersebut mencakup penggunaan alat peledak rakitan (IED) serta sejumlah besar senapan di tangan teroris.

    Israel melancarkan operasi baru di Tepi Barat pada tanggal 21 Januari 2025. 

    Operasi ini menyusul keputusan yang jelas untuk menggunakan gencatan senjata dan ketenangan relatif di wilayah Gaza dan Lebanon, untuk memulai tindakan keras di Tepi Barat utara.

    Kepemimpinan politik sangat peduli dengan pertempuran ini.

    Ini bukan sekadar operasi taktis biasa, seperti yang telah dilakukan Israel selama satu setengah tahun terakhir.

    Faktanya, Militer Israel/IDF telah melakukan operasi yang semakin gencar di Jenin dan daerah lain selama dua tahun terakhir.

    Ini dimulai dengan Operasi Home and Garden pada bulan Juli 2023 yang merupakan operasi terbesar di Tepi Barat dalam hampir dua dekade.

    IDF juga mulai menggunakan pesawat nirawak terhadap teroris di Tepi Barat dan serangan udara, sesuatu yang juga merupakan pertama kalinya sejak Intifada Kedua.

    Operasi Itu Bernama ‘Tembok Besi’

    Namun, operasi yang dijuluki Tembok Besi pada 21 Januari 2025 itu berbeda.

    Operasi ini mengikuti keputusan Israel untuk menambahkan keamanan di Tepi Barat sebagai salah satu tujuan perang di berbagai front.

    Hal ini juga terjadi setelah IDF memutuskan untuk memfokuskan sumber daya di Tepi Barat.

    Israel menambahkan Tepi Barat sebagai fokus setelah gencatan senjata di Gaza.

    Ini bisa dilihat sebagai keputusan politik untuk meredakan politikus nasional sayap kanan yang menentang kesepakatan penyanderaan Gaza.

    Namun, ini bukan sekadar politik.

    Tepi Barat adalah tempat yang penuh dengan bahan peledak.

    Pasukan Keamanan Otoritas Palestina telah mencoba mengatasi masalah ini tapi tidak tuntas.

    Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan pada tanggal 21 Januari “atas arahan Kabinet Keamanan, IDF, ISA dan Kepolisian Israel hari ini telah memulai operasi militer yang luas dan signifikan untuk mengalahkan terorisme di Jenin – ‘Tembok Besi’.”

    Ia mengatakan hal ini terkait dengan tujuan baru untuk memperkuat keamanan di Tepi Barat.

    “Kami bertindak secara metodis dan penuh tekad melawan poros Iran di mana pun ia berada – di Gaza, Lebanon, Suriah, Yaman, Yudea, dan Samaria – dan kami masih aktif.”

    Pada tanggal 20 Januari, Kepala Staf IDF Herzi Halevi mengatakan, “selain persiapan pertahanan yang ditingkatkan di Jalur Gaza, kita harus siap untuk operasi kontraterorisme yang signifikan di Yudea dan Samaria dalam beberapa hari mendatang untuk mencegah dan menangkap mereka sebelum mereka menyerang warga sipil kita.”

    IDF juga telah menyiapkan pasukan.

    Beberapa pasukan baru-baru ini telah dikerahkan kembali dari Gaza atau dari Israel utara.

    IDF baru-baru ini mengatakan bahwa pasukan Brigade Nahal, di bawah komando Divisi ke-162, sedang mempersiapkan misi berikutnya setelah berminggu-minggu beroperasi di daerah Beit Hanun di Jalur Gaza utara.

    Semua ini mengarah pada operasi penting di Tepi Barat utara. Namun, ini adalah operasi yang sulit untuk dipecahkan.

    Para pejuang perlawanan aktif di Jenin, Tulkarm, Qalqilya, Nablus dan banyak desa di Tepi Barat utara seperti di sekitar Tubas dan daerah yang menghadap Ghor al-Faria, sebuah lembah yang membentang dari Tepi Barat menuju lembah Sungai Yordan.

    Lokasi ancaman lainnya adalah kamp Fara kecil di dekat Tubas.

    Gambaran keseluruhan yang terlihat selama setahun terakhir adalah bahwa Jihad Islam Palestina dan kelompok-kelompok lain mulai membangun akar yang lebih besar.

    Dimana Tepi Barat dan Jenin?

    Jalur Gaza dan Tepi Barat sebenarnya dua wilayah Palestina yang dulunya merupakan bagian dari Palestina dan direbut oleh Israel selama perang enam hari pada tahun 1967. 

    Terdapat lebih dari 5 juta warga Palestina yang tinggal di kedua wilayah tersebut. 

    Jalur Gaza merupakan wilayah seluas 140 mil persegi yang terletak di sudut barat daya Israel, di sepanjang pantai Laut Tengah.

    Jalur ini juga berbatasan dengan Mesir di sebelah selatan. 

    Sementara Tepi Barat adalah wilayah lain yang sebenarnya disengketakan Israel dan Palestina tetapi wilayah ini jauh lebih luas daripada Jalur Gaza yakni 2.173 mil persegi.

    Tepi Barat membentang melintasi perbatasan timur Israel di sepanjang tepi barat Sungai Yordan dan sebagian besar Laut Mati. 

    Kota suci Yerusalem dianggap oleh hukum internasional sebagai bagian dari Tepi Barat, dengan Yerusalem Timur diklaim sebagai ibu kota oleh Israel dan Palestina.

    Sementara Jenin adalah sebuah kota yang terletak di Tepi Barat dan juga terletak di Governorat Jenin.

    Kota ini merupakan kota pusat pertanian Palestina.

    Jenin juga merujuk kepada Kamp Pengungsi Jenin dan nama dari sebuah distrik di Tepi Barat.

    Walaupun kota ini berada di bawah kekuasaan Otoritas Nasional Palestina, Israel merebut kota ini tahun 2002.

     

    (oln/khbrn/JNS/*)

     
     

  • Analis Geopolitik Minta Pemerintah Indonesia Tegas Tolak Keinginan Donald Trump Relokasi Pengungsi Gaza ke Indonesia

    Analis Geopolitik Minta Pemerintah Indonesia Tegas Tolak Keinginan Donald Trump Relokasi Pengungsi Gaza ke Indonesia

    Jakarta (beritajatim.com) – Analis Geopolitik Dina Sulaeman meminta Pemerintah Republik Indonesia menolak rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk merelokasi sebagian pengungsi Gaza ke luar wilayah Palestina, termasuk ke Indonesia selama rekonstruksi pasca perang berlangsung.

    “Pemerintah Indonesia secara tegas harus menolak keinginan Presiden Donald Trump (tersebut),” ujar Dina Sulaeman.

    Dia menjelaskan, relokasi ke luar wilayah Palestina justru akan memberi dalih bagi Israel untuk mengusir warga Gaza dari tanah airnya, merampas dan menduduki tanah Gaza seluruhnya.

    “Ide Trump atau tim transisinya untuk mengeluarkan orang orang Gaza dari Gaza itu, sejalan dengan keinginan Israel selama ini yang menginginkan Gaza kosong dan kemudian diduduki. Saya pikir pemerintah Indonesia perlu menolak dengan tegas,” kata Dina Sulaeman.

    Menurut Dina, persoalan Palestina akan selesai apabila Palestina Merdeka. Sebab, hukum internasional sudah menegaskan, bahwa Israel tidak sah menduduki tanah-tanah Palestina. Maka Israel harus keluar dari Tepi Barat, dan berhenti memblokade Gaza.

    “Saya pikir di sinilah Indonesia punya peran penting untuk meminta Dewan Keamanan PBB agar membentuk pasukan penjaga perdamaian atau peacekeeping operation untuk menjaga gencatan senjata,” katanya.

    Dia berharap dunia internasional mengawal gencatan senjata dengan menyetujui pembentukan pasukan penjaga perdamaian. Bukan sebaliknya, malah menyetujui keinginan Trump dan tim transisinya untuk merelokasi pengungsi Gaza ke luar wilayahnya selama rekonstruksi pasca perang berlangsung.

    “Kita tahulah karakternya Trump itu, dia itu pengusaha, yang dia lihat hanya keuntungan saja. Di satu sisi dia ingin mendapatkan dukungan publik secara domestik dari rakyatnya, dan disisi lain seakan-akan menjadi pahlawan di depan pendukungnya. Tetapi semua kebijakan Trump itu hanya sensasional saja,” ujarnya.

    Artinya, Trump memang sejalan dengan keinginan Israel agar dua juta warga Gaza itu diusir dari wilayahnya. Sehingga gencatan senjata menjadi tidak berarti, jika warga Gaza terusir dari tanah airnya sendiri.

    “Jadi kebijakan Trump arahnya hanya pencitraan atau yang penting dia populer di dalam negeri. Perdamaian akan terjadi, jika semuanya dikembalikan ke rakyat Gaza sendiri,” katanya.

    Hal senada disampaikan Ketua DPP Koordinator Bidang Hubungan Luar Negeri Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Henwira Halim menyebut, di AS saat ini, rakyatnya terbelah antara mendukung Palestina dan Israel.

    Sehingga Trump menginginkan agar situasi saat pelantikan dirinya sebagai Presiden AS berjalan stabil. Maka diciptakan upaya gencatan senjata antara Palestina-Israel.

    Henwira mengatakan, AS saat ini menghadapi tekanan isu kemanusiaan secara global agar ada gencatan senjata di Palestina.

    “Israel sudah kewalahan secara militer, sementara dukungan politik di dalam negeri berkurang. Ada tekanan internasional, karena Palestina sekarang sudah dilihat, bukan isu agama lagi, tetapi ini isu kemanusiaan,” ujarnya. [hen/ian]

  • Video: Israel Lakukan Operasi Militer di Tepi Barat

    Video: Israel Lakukan Operasi Militer di Tepi Barat

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pasukan Israel kembali melakukan operasi militer besar di kota Jenin, Tepi Barat, yang mengakibatkan sedikitnya sembilan warga Palestina tewas dan puluhan lainnya luka-luka.

    Selengkapnya dalam program Evening Up CNBC Indonesia, Kamis (23/01/2025).

  • Israel Lancarkan Operasi Besar-besaran, Ratusan Warga Tinggalkan Kamp Pengungsi Jenin di Tepi Barat – Halaman all

    Israel Lancarkan Operasi Besar-besaran, Ratusan Warga Tinggalkan Kamp Pengungsi Jenin di Tepi Barat – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang pejabat Palestina mengatakan ratusan penduduk kamp pengungsi Jenin di Tepi Barat yang diduduki meninggalkan rumah mereka, Kamis (23/1/2025).

    Hal itu terjadi beberapa hari setelah serangan besar-besaran Israel di daerah tersebut.

    “Ratusan penduduk kamp mulai meninggalkan kamp setelah tentara Israel menggunakan pengeras suara pada pesawat nirawak dan kendaraan militer.”

    “Memerintahkan mereka untuk mengevakuasi kamp, tempat militer Israel melancarkan operasi militer besar-besaran minggu ini,” kata Gubernur Jenin, Kamal Abu Al-Rub kepada AFP, Kamis.

    Sementara itu, tentara Israel mengatakan kepada AFP bahwa mereka “tidak mengetahui adanya perintah evakuasi bagi penduduk di Jenin sampai saat ini.”

    Salim Saadi, seorang penduduk Jenin yang tinggal di tepi kamp pengungsi, mengatakan tentara telah meminta penduduk kamp untuk meninggalkan kamp.

    “Ada puluhan penduduk kamp yang mulai meninggalkan kamp,” katanya.

    “Tentara berada di depan rumah saya. Mereka bisa masuk kapan saja,” imbuhnya.

    Israel Klaim Bunuh 2 Militan Palestina

    Pasukan Israel mengklaim telah menewaskan dua militan Palestina yang melakukan serangan mematikan terhadap sebuah bus di Tepi Barat awal bulan ini.

    Pada Kamis ini, militer Israel mengatakan kedua pria itu membuat barikade di sebuah bangunan di desa Burqin, Tepi Barat, dan saling tembak dengan pasukan Israel sebelum mereka tewas pada malam hari.

    Dikutip dari AP News, militer Israel juga mengatakan seorang prajurit terluka cukup parah.

    Militer mengatakan Mohammed Nazzal dan Katiba al-Shalabi adalah anggota kelompok militan Jihad Islam.

    Di sisi lain, kelompok militan Hamas merilis pernyataan yang mengklaim kedua pria itu adalah anggota sayap bersenjatanya dan memuji serangan bus tersebut.

    Hamas dan Jihad Islam yang lebih kecil dan lebih radikal adalah sekutu yang terkadang melakukan serangan bersama.

    Serangan pada 6 Januari terhadap bus yang membawa warga Israel menewaskan tiga orang dan melukai enam lainnya.

    Sebelumnya, militer Israel melancarkan operasi di Jenin pada Selasa (21/1/2025), dengan mengatakan bahwa operasi itu bertujuan untuk mengusir militan Palestina dari kamp dan kota tersebut.

    Serangan itu dimulai beberapa hari setelah kesepakatan gencatan senjata menghentikan pertempuran di Jalur Gaza.

    Serangan Israel telah menewaskan sebanyak 10 warga Palestina dan melukai 40 lainnya, menurut kementerian kesehatan Palestina yang berpusat di Ramallah.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa “Operasi Tembok Besi,” sebagaimana operasi itu dijuluki, akan “memberantas terorisme” di kota Tepi Barat yang dikenal sebagai benteng militansi Palestina.

    Sebagai informasi, Israel merebut Tepi Barat dalam perang Timur Tengah tahun 1967.

    Palestina menginginkannya menjadi bagian utama negara masa depan mereka.

    Kendaraan militer pasukan Israel (IDF) dalam operasi penyerbuan besar-besaran di Kota Jenin, Tepi Barat, Rabu (22/1/2025). (khaberni/tangkap layar)

    Perkembangan Terkini Konflik Palestina Vs Israel

    Diberitakan Al Jazeera, tentara Israel membunuh dua warga Palestina lagi di Tepi Barat yang diduduki saat mereka melanjutkan serangan militer yang membuat kamp pengungsi Jenin “hampir tidak dapat dihuni”.

    Seorang pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan badan-badan bantuan di Gaza meningkatkan distribusi makanan, menyediakan kembali dan merehabilitasi rumah sakit, dan memperbaiki jaringan air sementara gencatan senjata Israel-Hamas sebagian besar masih berlaku.

    Upaya bantuan ini dilakukan saat kelompok-kelompok bantuan memperingatkan larangan Israel terhadap badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) yang dapat sangat membahayakan upaya pemulihan di Gaza.

    Setidaknya 122 jenazah, termasuk 120 orang yang tewas dalam serangan Israel sebelum gencatan senjata, dan 306 orang yang terluka telah diterima oleh rumah sakit di Gaza, menurut Kementerian Kesehatan daerah kantong itu.

    Puluhan penduduk telah mengonfirmasi kepada Al Jazeera bahwa pasukan Israel memaksa warga Palestina di kamp pengungsi Jenin di Tepi Barat yang diduduki untuk meninggalkan rumah mereka, bertepatan dengan pengepungan daerah tersebut.

    Dewan Pengungsi Norwegia (NRC) telah menyatakan “kekhawatiran” di tengah operasi militer Israel di Tepi Barat, dengan mengatakan bahwa mereka “melihat pola-pola yang mengganggu dari penggunaan kekuatan yang tidak sah di Tepi Barat yang tidak perlu, tidak pandang bulu dan tidak proporsional”.

    Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar, yang saat ini berada di Budapest, telah mengucapkan terima kasih kepada mitranya dari Hungaria atas penolakan negara tersebut untuk menghormati surat perintah penangkapan Pengadilan Kriminal Internasional terhadap PM Israel Benjamin Netanyahu.

    Badan pengatur ICC mengatakan sangat prihatin menyusul upaya AS untuk memberikan sanksi kepada lembaga PBB tersebut atas surat perintah penangkapannya terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant.

    Perang Israel di Gaza telah menewaskan sebanyak 47.283 warga Palestina dan melukai 111.472 orang sejak 7 Oktober 2023.

    Setidaknya 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas hari itu dan lebih dari 200 orang ditawan.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

  • Israel Minta AS Tunda Penarikan Tentara IDF dari Lebanon, Ingin Diperpanjang 30 Hari – Halaman all

    Israel Minta AS Tunda Penarikan Tentara IDF dari Lebanon, Ingin Diperpanjang 30 Hari – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel meminta Amerika Serikat (AS) memberikan waktu tambahan 30 hari untuk melaksanakan penarikan pasukannya dari Lebanon selatan.

    Permintaan itu disampaikan sebelum batas waktu 60 hari yang ditetapkan dalam perjanjian gencatan senjata dengan Hizbullah.

    “Berdasarkan ketentuan perjanjian gencatan senjata tanggal 27 November 2024, tentara Israel harus mundur dari semua posisinya di Lebanon selatan demi kepentingan tentara Lebanon pada tanggal 26 Januari 2025,” lapor surat kabar Haaretz, Kamis (23/1/2025).

    “Namun, dalam beberapa minggu terakhir, Israel memperkirakan bahwa tentara Lebanon telah menyebar terlalu lambat ke seluruh wilayah, sehingga menunda penarikan pasukan IDF,” lanjutnya.

    Haaretz melaporkan Amerika Serikat dan Perancis sedang mendiskusikan permintaan perpanjangan tersebut dengan pejabat Israel dan Lebanon.

    Prancis sebagai mediator diperkirakan tidak melihat ada masalah dalam pemberian perpanjangan, asalkan pihak lain menyetujuinya.

    Pada Kamis pagi hari ini, Radio Angkatan Darat melaporkan pemerintahan Presiden AS Donald Trump cenderung tidak menunda penarikan tentara Israel hingga 30 hari, dan ingin menyelesaikan penarikan penuh pada hari Minggu (26/1/2025).

    Namun duta besar Israel untuk Amerika Serikat yang akan habis masa jabatannya mengatakan dia yakin Israel  dan AS akan mencapai kesepahaman mengenai masalah ini dan perpanjangan waktu tersebut pada akhirnya akan diberikan.

    Pendudukan Israel terus melanggar perjanjian gencatan senjata dengan Lebanon, terlepas dari perjanjian apa pun yang dibuat di bawah naungan internasional. 

    Sementara itu, Hizbullah Lebanon memperingatkan bahwa kesabaran mereka bisa habis kapan saja.

    Sebelumnya, Hizbullah mendukung Hamas di Gaza dan terlibat pertempuran dengan Israel di perbatasan Lebanon selatan sejak 8 Oktober 2023. 

    Hizbullah sebelumnya mengatakan tidak akan berhenti menyerang Israel jika Israel masih melanjutkan serangannya di Jalur Gaza.

    Namun pada 27 November 2024, Israel dan Hizbullah menyetujui perjanjian gencatan senjata.

    Sementara itu Hamas menghormati keputusan Hizbullah meski saat itu Israel masih melanjutkan serangannya di Jalur Gaza.

    Pada Minggu (19/1/2025), Israel-Hamas melakukan pertukaran 3 wanita Israel dengan 90 warga Palestina sebagai bagian dari tahap 1 dalam perjanjian gencatan senjata.

    Israel dan Hamas dijadwalkan akan kembali melakukan pertukaran tahanan pada 25 Januari 2025, dengan menukar 4 tahanan Israel dengan 120 tahanan Palestina.

    Jumlah Korban di Jalur Gaza

    Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 46.916 jiwa dan 110.760 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Senin (20/1/2025) menurut Kementerian Kesehatan Gaza, dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.

    Sebelumnya, Israel mulai menyerang Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak pendirian Israel di Palestina pada 1948.

    Israel mengklaim ada 101 tahanan yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 tahanan dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Dosa Besar Google Terungkap Lewat Dokumen Rahasia

    Dosa Besar Google Terungkap Lewat Dokumen Rahasia

    Jakarta, CNBC Indonesia – Peran Google dalam memfasilitasi teknologi untuk Israel ternyata lebih besar dari yang pernah diungkap sebelumnya.

    Sebuah laporan baru dari The Washington Post, Google berulang kali bekerja sama dengan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan Kementerian Pertahanan Israel (IDM) untuk memperluas akses pemerintah ke alat AI.

    Pada 2021, Google menandatangani kontrak komputasi awan atau cloud senilai US$1,2 miliar dengan pemerintah Israel, yang dinamai project Nimbus, bersama dengan Amazon.

    Dokumen internal menunjukkan bahwa karyawan Google berulang kali meminta akses yang lebih besar ke teknologi AI perusahaan atas nama Israel. Tindakan ini dimulai tak lama setelah serangan yang terjadi di Gaza Palestina, Oktober 2023 lalu.

    Seorang karyawan di divisi cloud Google dilaporkan meningkatkan permintaan dari IDM untuk akses yang lebih besar ke Vertex, demikian dikutip dari Engadget, Kamis (23/1/2025)

    Dalam sebuah dokumen, seorang karyawan diduga memperingatkan IDM jika beralih ke Amazon, yang akan membuat Google kehilangan bisnisnya.

    Dokumen lain yang ditemukan pada November diduga menunjukkan karyawan tersebut berterima kasih kepada rekan kerjanya karena telah membantu permintaan dari Israel.

    Dokumen tambahan dari 2024 menunjukkan permintaan yang berlanjut hingga November 2024, dengan seorang karyawan meminta IDF menerima akses ke teknologi Gemini AI untuk mengembangkan asisten AI-nya sendiri.

    Permintaan tersebut adalah untuk meningkatkan pemrosesan audio dan dokumen, tetapi tidak jelas untuk apa teknologi ini digunakan dalam hal operasi militer.

    Berita ini memberikan titik terang pada protes karyawan atas kontrak Google Cloud dengan pemerintah Israel.

    Sebelumnya, karyawan Google melakukan protes dan menentang hubungan perusahaan dengan Israel sejak kontrak dimulai. Protes itu kemudian berlanjut membawa seruan dari para karyawannya agar Google keluar dari Nimbus.

    Sebaliknya, Google telah memecat lebih dari 50 karyawan karena memprotes kontrak tersebut karena apa yang disebutnya sebagai “perilaku yang mengganggu.”

    Pada pertengahan 2024, lebih dari 100 karyawan Google, yang terdiri dari para manajer dan anggota kelompok hak asasi manusianya, dilaporkan mengirim email kepada perusahaan untuk meninjau kembali kontrak Nimbus, tetapi Google mengabaikannya.

    (fab/fab)

  • Wamenlu Anis Matta Kumpulkan NGO untuk Koordinasi Bantuan ke Palestina

    Wamenlu Anis Matta Kumpulkan NGO untuk Koordinasi Bantuan ke Palestina

    Jakarta: Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Anis Matta melakukan pertemuan dengan berbagai organisasi non-pemerintah (NGO) dan lembaga kemanusiaan Indonesia yang fokus menyalurkan bantuan ke Palestina. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan akuntabilitas bantuan, serta memastikan dukungan Indonesia membawa dampak yang signifikan.

    “Alhamdulillah, kemarin saya berkesempatan berdialog dengan hampir semua NGO dan organisasi kemanusiaan Indonesia yang mengurusi bantuan ke Palestina,” ujar Anis Matta melalui akun media sosialnya, Kamis, 23 Januari 2025.

    Dalam pertemuan tersebut, Anis Matta menegaskan komitmen Kementerian Luar Negeri (Kemlu) untuk membantu mengoordinasikan bantuan. Koordinasi ini diharapkan untuk menciptakan tata kelola yang baik dan akuntabilitas. 

    Baca juga: Indonesia Bantah Rencana Relokasi Warga Gaza ke NKRI oleh Pejabat Trump

    “Saya menegaskan komitmen Kemlu untuk membantu mengoordinasikan bantuan tersebut agar membawa dampak signifikan sesuai dengan ukuran negara Indonesia, efektif, tidak tumpang-tindih, dan dapat dipertanggungjawabkan kepada para dermawan,” jelasnya.
    Koordinasi dengan Negara Tetangga Palestina
    Sebagai bagian dari upaya koordinasi, Kemlu juga akan memaksimalkan peran Indonesia di tingkat internasional, termasuk bekerja sama dengan negara-negara yang berbatasan langsung dengan Palestina, seperti Mesir dan Yordania.

    “Dengan bergerak bersama Kemlu, sebagai wujud kehadiran negara Indonesia, koordinasi dengan negara-negara yang berbatasan dengan Palestina, yakni Mesir dan Jordan, akan dapat berjalan lancar,” tambah Anis.
    Momentum Perjuangan Kemerdekaan Palestina
    Dalam kesempatan tersebut, Anis Matta juga menekankan pentingnya memanfaatkan gencatan senjata yang tengah berlangsung sebagai momentum perjuangan untuk kemerdekaan Palestina.

    “Gencatan senjata ini harus digunakan untuk membangun momentum perjuangan kemerdekaan Palestina. Pemerintah RI akan melakukan semua dalam kuasanya untuk mendukung upaya tersebut, secara diplomasi, politik, dan bantuan kemanusiaan,” tegasnya.

    Pertemuan ini menjadi langkah strategis pemerintah Indonesia untuk memperkuat dukungan terhadap Palestina di tengah krisis kemanusiaan yang terus berlangsung. Dengan sinergi antara pemerintah dan NGO, Indonesia berharap bantuan yang diberikan dapat semakin terarah dan berdampak nyata.

    Jakarta: Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Anis Matta melakukan pertemuan dengan berbagai organisasi non-pemerintah (NGO) dan lembaga kemanusiaan Indonesia yang fokus menyalurkan bantuan ke Palestina. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan akuntabilitas bantuan, serta memastikan dukungan Indonesia membawa dampak yang signifikan.
     
    “Alhamdulillah, kemarin saya berkesempatan berdialog dengan hampir semua NGO dan organisasi kemanusiaan Indonesia yang mengurusi bantuan ke Palestina,” ujar Anis Matta melalui akun media sosialnya, Kamis, 23 Januari 2025.
     
    Dalam pertemuan tersebut, Anis Matta menegaskan komitmen Kementerian Luar Negeri (Kemlu) untuk membantu mengoordinasikan bantuan. Koordinasi ini diharapkan untuk menciptakan tata kelola yang baik dan akuntabilitas. 

    Baca juga: Indonesia Bantah Rencana Relokasi Warga Gaza ke NKRI oleh Pejabat Trump
     
    “Saya menegaskan komitmen Kemlu untuk membantu mengoordinasikan bantuan tersebut agar membawa dampak signifikan sesuai dengan ukuran negara Indonesia, efektif, tidak tumpang-tindih, dan dapat dipertanggungjawabkan kepada para dermawan,” jelasnya.

    Koordinasi dengan Negara Tetangga Palestina

    Sebagai bagian dari upaya koordinasi, Kemlu juga akan memaksimalkan peran Indonesia di tingkat internasional, termasuk bekerja sama dengan negara-negara yang berbatasan langsung dengan Palestina, seperti Mesir dan Yordania.
     
    “Dengan bergerak bersama Kemlu, sebagai wujud kehadiran negara Indonesia, koordinasi dengan negara-negara yang berbatasan dengan Palestina, yakni Mesir dan Jordan, akan dapat berjalan lancar,” tambah Anis.

    Momentum Perjuangan Kemerdekaan Palestina

    Dalam kesempatan tersebut, Anis Matta juga menekankan pentingnya memanfaatkan gencatan senjata yang tengah berlangsung sebagai momentum perjuangan untuk kemerdekaan Palestina.
     
    “Gencatan senjata ini harus digunakan untuk membangun momentum perjuangan kemerdekaan Palestina. Pemerintah RI akan melakukan semua dalam kuasanya untuk mendukung upaya tersebut, secara diplomasi, politik, dan bantuan kemanusiaan,” tegasnya.
     
    Pertemuan ini menjadi langkah strategis pemerintah Indonesia untuk memperkuat dukungan terhadap Palestina di tengah krisis kemanusiaan yang terus berlangsung. Dengan sinergi antara pemerintah dan NGO, Indonesia berharap bantuan yang diberikan dapat semakin terarah dan berdampak nyata.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (DHI)

  • Brigade Givati IDF Hancur-hancuran Saat Ditarik Mundur dari Gaza, Israel Gagal Capai Target Perang – Halaman all

    Brigade Givati IDF Hancur-hancuran Saat Ditarik Mundur dari Gaza, Israel Gagal Capai Target Perang – Halaman all

    Brigade Givati IDF Hancur-hancuran Ditarik Mundur dari Gaza Saat Israel Gagal Capai Target Perang

     
    TRIBUNNEWS.COM – Militer Israel (IDF) mengungkapkan kerugian yang diderita Brigade Givati, pasukan infanteri Israel yang menarik diri dari Jalur Gaza selama beberapa hari terakhir.

    Dikutip Khaberni, Brigade Givati diakui IDF kehilangan 86 prajurit dan perwira tingginya, termasuk sejumlah komandan di pasukan tersebut.

    Kematian personel Brigade Givati terjadi selama pertempuran di Jalur Gaza dan dalam serangan Banjir Al-Aqsa Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Tentara IDF menambahkan dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan pada Rabu (22/1/2025), “Pasukan Brigade Givati ​​​​di bawah komando Divisi 162 sedang mempersiapkan misi yang akan datang setelah berminggu-minggu pertempuran di wilayah Jabalia di Jalur Gaza utara”.

    Brigade Givati ​​​​adalah salah satu dari lima brigade infanteri di ketentaraan Israel.

    Mereka mundur dari Jalur Gaza utara dengan berlakunya perjanjian gencatan senjata antara Gerakan Perlawanan Palestina Hamas dan Israel pada Minggu lalu.

    Sebelumnya, media Israel memberitakan Brigade Givati ​​​​mundur dari Gaza, tanpa mendapat perintah untuk bersiap kembali lagi.

    Faksi-faksi milisi perlawanan Palestina menimbulkan kerugian besar pada tentara pendudukan Israel selama serangan dahsyat yang dilancarkan di Jalur Gaza utara selama lebih dari 100 hari.

    Sejak awal perang pada Oktober 2023, jumlah perwira dan tentara yang tewas di tentara Israel – yang namanya boleh dipublikasikan – telah mencapai 841 orang tewas, dan 5.656 orang terluka, namun laporan Palestina dan Israel menunjukkan bahwa jumlah korban sebenarnya adalah lebih tinggi dari itu.

    Banyak Kaki Tentara Brigade Givati Diamputasi

    Pada Februari 2024 silam, seorang perwira militer IDF, mengakui situasi sulit yang dialami pasukannya dalam pertempuran melawan kelompok perlawanan Palestina.

    Dilansir PT, dia mengakui kalau pasukan Israel, setiap hari masuk perangkap Hamas.

    Perwira tersebut adalah Kapten Avihai Sorshan, perwira militer Israel, dari Brigade Givati, pasukan infanteri Israel.

    Pada Selasa (6/2/2024) Sorshan mengatakan kalau dalam pertempuran, Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas dan Brigade Al Quds, sayap militer PIJ, menghujani mereka dengan tembakan roket yang mematikan.

    “Roket-roket layaknya hujan deras menimpa kepala kami, oleh karena itu banyak tentara kami yang terbunuh, dan terluka,” katanya.

    Selain banyak yang terbunuh, tentara IDF juga banyak yang mengalami cacat seumur hidup karena serangan tersebut.

    “Banyak tentara di Brigade Givati, kehilangan kakinya, dan harus diamputasi, dan tidak ada yang bisa menghalangi neraka jahanam ini. Mereka kehilangan nyawanya demi para tawanan, dan kami setiap hari masuk perangkap Hamas.”

    Gadi Eisenkot, seorang anggota Knesset dan Kabinet Perang Israel mengumumkan, Israel, dalam proses pertukaran tawanan dengan Hamas, akan membayar biaya yang sangat besar, dan mengerikan.

    Tentara Israel membawa peti jenazah tentara IDF yang tewas di wilayah Al Quds, Palestina, pada 9 November 2023. (tangkap layar AP/Al-Mayadeen)

    Sementara itu, Juru bicara Angkatan Bersenjata Rezim Zionis, Daniel Hagari, mengatakan, baru-baru ini 31 tawanan Israel, terbunuh di Jalur Gaza per Februari 2024.

    Terkait hal ini, Hamas berulangkali mengumumkan, puluhan tawanan Israel, di Gaza, terbunuh karena serangan, dan pemboman pasukan IDF sendiri.

    Di sisi lain, Militer Israel, mengabarkan, Mayor David Shakori, Wakil Komandan Batalyon ke-601, Angkatan Bersenjata Israel, terbunuh dalam pertempuran di utara Jalur Gaza.

    Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Herzi Halevi, menghadiri upacara peletakan karangan bunga untuk memperingati Hari Peringatan Holocaust bagi enam juta orang Yahudi yang tewas dalam Perang Dunia II, di Monumen Holocaust Yad Vashem di Yerusalem pada 6 Mei 2024. (AMIR COHEN / POOL / AFP)

    Israel Gagal Capai Target Perang

    Pengumuman IDF tentang kerugian yang dialami Brigade Givati datang setelah pengakuan Kepala IDF Letnan Jenderal Herzi Halevi atas kegagalan lainnya militer Israel di Perang Gaza.

    Halevi yang mengundurkan diri pada Selasa, mengatakan mereka belum mencapai semua tujuan militernya di Gaza.

    “Tujuan perang belum semuanya tercapai. Militer akan terus berjuang untuk lebih menghancurkan Hamas dan kemampuan pemerintahannya, memastikan kembalinya para sandera dan memungkinkan warga Israel yang mengungsi untuk kembali ke rumah,” katanya dalam surat pengunduran dirinya.

    Dalam surat pengunduran dirinya yang dirilis oleh militer, Halevi mengatakan kalau dia mengundurkan diri, “Karena pengakuan saya atas tanggung jawab atas kegagalan (militer) pada tanggal 7 Oktober.”

    Pemimpin oposisi “Israel” Yair Lapid memuji Halevi karena mengundurkan diri dan meminta Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk melakukan hal yang sama.

    “Sekarang, saatnya bagi mereka untuk bertanggung jawab dan mengundurkan diri — perdana menteri dan seluruh pemerintahannya yang membawa bencana,” katanya.

    Mayor Jenderal Yaron Finkelman, kepala komando militer selatan Israel, yang bertanggung jawab atas Gaza, juga mengundurkan diri.

    Herzi Halevi meminta untuk meninggalkan jabatannya pada tanggal 6 Maret, dengan mengatakan, “Sampai saat itu, saya akan menyelesaikan penyelidikan atas peristiwa tanggal 7 Oktober dan memperkuat kesiapan (militer)”.

     

    (oln/khbrn/pt/*)

     
     

  • Tentara Israel Mengumumkan Pembunuhan Seorang Anggota “Jihad” di Gaza Meskipun Ada Gencatan Senjata – Halaman all

    Tentara Israel Mengumumkan Pembunuhan Seorang Anggota “Jihad” di Gaza Meskipun Ada Gencatan Senjata – Halaman all

    Tentara Israel mengumumkan pada hari Rabu bahwa mereka telah membunuh seorang anggota Jihad Islam di Gaza

    Tayang: Kamis, 23 Januari 2025 18:38 WIB

    Quds News Network

    Warga Palestina membawa barang-barang mereka saat berjalan kembali ke kota Rafah di Jalur Gaza selatan setelah penarikan sebagian pasukan Israel dari kota tersebut. 

    Tentara Israel Mengumumkan Pembunuhan Seorang Anggota “Jihad” di Gaza Meskipun Ada Gencatan Senjata

    TRIBUNNEWS.COM- Tentara Israel mengumumkan pada hari Rabu bahwa mereka telah membunuh seorang anggota Jihad Islam di Gaza selatan, dalam insiden pertama sejak dimulainya gencatan senjata dengan Hamas di Jalur Palestina pada hari Minggu.

    Tentara mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pasukan Israel di Gaza selatan “mendeteksi sejumlah tersangka bersenjata yang memberikan ancaman,” dan “menghilangkan ancaman tersebut dan menghilangkan” elemen “Jihad Islam,” faksi yang bersekutu dengan “Hamas.” Tentara menegaskan bahwa mereka berkomitmen terhadap ketentuan gencatan senjata yang mulai berlaku pada hari Minggu.

    Tentara menambahkan, “Di beberapa daerah di Jalur Gaza, sejumlah tersangka bertopeng terlihat bergerak ke arah pasukan yang melepaskan tembakan untuk mengusir mereka.”

    Pernyataan itu menambahkan bahwa tentara “bertekad untuk melaksanakan ketentuan perjanjian secara penuh untuk mengembalikan para korban penculikan.”
    Dalam kerangka perjanjian gencatan senjata tahap pertama yang berlangsung selama 42 hari, Israel harus menarik diri dari wilayah padat penduduk di Jalur Gaza.

    Dalam pernyataannya, tentara memperbarui “seruannya kepada warga Palestina untuk mematuhi instruksi mereka dan tidak mendekati pasukan yang dikerahkan di wilayah tersebut.”

     

    SUMBER: ASHARQ AL-AWSAT

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’15’,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini