Negara: Palestina

  • Trump Beri Kebebasan ke Israel untuk Menyerang Tepi Barat, Bagaimana Nasib Gencatan Senjata di Gaza? – Halaman all

    Trump Beri Kebebasan ke Israel untuk Menyerang Tepi Barat, Bagaimana Nasib Gencatan Senjata di Gaza? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah memberi ‘lampu hijau’ kepada Israel untuk melakukan serangan di Tepi Barat.

    Dukungan ini membuat Israel berharap bahwa nantinya Trump akan memberikan lampu hijau kepada negara pendudukan untuk mencaplok Tepi Barat.

    Selama masa jabatan pertamanya, Trump menjauh dari solusi dua negara dan berpihak pada Israel dengan cara yang lebih jelas.

    Ia juga telah mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel dan memindahkan kedutaannya dari Tel Aviv ke kota yang diduduki.

    AS juga mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki.

    Tak hanya itu, AS telah melunakkan pendiriannya terhadap permukiman ilegal Israel di Tepi Barat yang diduduki, meninggalkan posisinya selama empat dekade bahwa permukiman itu “tidak sesuai dengan hukum internasional”.

    Bahkan, utusan Trump untuk PBB, Elise Stefanik telah mendukung pandangan kontroversial bahwa Israel memiliki “hak alkitabiah” atas Tepi Barat.

    Dikutip dari Middle East Monitor, Stefanik secara terbuka mendukung posisi yang dipegang oleh menteri sayap kanan Israel seperti Bezalel Smotrich dan Itamar Ben-Gvir, yang mendukung kedaulatan Israel atas Tepi Barat yang diduduki berdasarkan klaim Alkitab.

    Ketika didesak oleh Senator Chris Van Hollen untuk berbagi pandangan Smotrich mengenai hak-hak alkitabiah atas seluruh Tepi Barat dan apakah ia percaya bahwa Israel telah diberi wilayah itu oleh Tuhan, Stefanik secara eksplisit menegaskan posisinya dengan jawaban “ya”.

    Van Hollen mencatat bahwa pandangan seperti itu bahkan tidak dianut oleh para pendiri Israel, yang merupakan “Zionis sekuler, bukan Zionis religius”.

    Posisi Stefanik sejalan dengan faksi politik sayap kanan Israel, yang berupaya menciptakan kembali apa yang mereka anggap sebagai batas-batas kuno Alkitab, yang secara efektif mengabaikan sejarah dua ribu tahun dan hukum internasional saat ini.

    Penafsiran ini digunakan untuk membenarkan perluasan pemukiman ilegal di Wilayah Pendudukan.

    Selama sidang, Stefanik secara khusus menghindari pengakuan langsung atas hak Palestina untuk menentukan nasib sendiri.

    Sambil menyatakan bahwa “rakyat Palestina berhak atas hak asasi manusia”, ia mengalihkan pertanyaan tentang hak mereka untuk menentukan nasib sendiri dengan berfokus pada kritik terhadap Hamas.

    Nasib Gencatan Senjata di Gaza

    Pasca serangan Israel di Tepi Barat, banyak yang menyebut tindakan ini akan merusak kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas di Gaza.

    Selama empat hari berturut-turut, tentara Israel melancarkan serangan militer besar-besaran ke Kota Jenin, Tepi Barat dengan dalih melenyapkan “perlawanan Palestina”.

    Sejauh ini, tentara Israel telah menewaskan sekitar 12 warga Palestina, termasuk anak-anak, dan memaksa ratusan keluarga mengungsi dari rumah mereka.

    Serangan Israel terhadap Jenin mendorong banyak penduduk di Jalur Gaza yang dilanda perang untuk mengungkapkan rasa takut yang semakin besar bahwa serangan di Tepi Barat dapat meluas kembali ke daerah kantong pantai yang terkepung itu.

    Berbicara kepada The New Arab, warga Palestina di Gaza berpendapat bahwa kejahatan Israel di Jenin bertujuan untuk memprovokasi perlawanan Palestina di Gaza untuk meluncurkan roket.

    Hal itu berarti bahwa gencatan senjata yang rapuh akan segera berakhir.

    “Kami hampir tidak punya waktu untuk bernapas sejak gencatan senjata dimulai beberapa hari lalu.”

    “Kami masih terjebak dalam masa depan yang tidak diketahui, jadi kami tidak sanggup menanggung perang lagi,” kata Om Ismail, seorang perempuan Palestina yang mengungsi di Deir al-Balah.

    “Kini kami mendengar tentang penderitaan di Jenin, dan rasanya hanya masalah waktu sebelum bom kembali jatuh di sini. Saya takut perang akan kembali terjadi,” kata ibu tiga anak itu.

    Di tengah meningkatnya ketegangan, banyak warga di Gaza mendesak Hamas dan faksi bersenjata Palestina lainnya untuk menahan diri dan menghindari tindakan yang dapat menyebabkan perang yang menghancurkan lagi.

    Setelah mengalami konflik berulang kali, warga Palestina di Gaza sangat waspada terhadap konsekuensi bencana dari permusuhan yang baru terjadi.

    Meskipun ada seruan untuk menahan diri, pejabat senior Hamas telah mengulangi peringatan kepada Israel mengenai kekerasan yang terus berlanjut di Tepi Barat yang diduduki.

    “Darah rakyat kami di Jenin tidak akan diabaikan. Gaza siap membela semua tanah Palestina, dan perlawanan akan dilakukan, jika perlu,” kata seorang pejabat senior Hamas yang berkantor di Turki.

    “Agresi terhadap rakyat kami di Tepi Barat merupakan kelanjutan dari kejahatan pendudukan Zionis. Kekerasan sistematis ini hanya akan memperkuat tekad perlawanan,” imbuhnya.

    Ia juga meminta negara-negara Arab dan Islam untuk menekan Israel agar menghentikan perangnya terhadap Palestina.

    “Di Palestina, ada tempat-tempat suci Islam yang bukan hanya milik Palestina tetapi juga milik semua umat Islam. Kami (Hamas) tidak tahu mengapa seluruh dunia tetap bungkam terhadap kejahatan Israel,” tegasnya.

    (Tribunnews.com/Whiesa)

  • Sempat Ragu, Trump Kini Berharap Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza Dipertahankan – Halaman all

    Sempat Ragu, Trump Kini Berharap Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza Dipertahankan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menyatakan kesepakatan gencatan senjata Gaza harus dipertahankan.

    Sebab, kata Donald Trump, Israel terus berperang dalam “perang multifront” yang kini meluas hingga ke Tepi Barat yang diduduki.

    Sambil menunjukkan optimisme yang hati-hati, Donald Trump memperingatkan, “Kesepakatan itu harus dipertahankan, tetapi jika tidak, akan ada banyak masalah.”

    Diberitakan The New Arab, pernyataan Trump ini melunakkan pernyataan sebelumnya.

    Pekan lalu, Donald Trump menyatakan keraguan mengenai keberlangsungan gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

    Komentarnya muncul saat operasi militer Israel di kota Jenin, Tepi Barat yang diduduki memasuki hari keempat pada Jumat (24/1/2025).

    Menurut pejabat kesehatan Palestina, 12 warga Palestina telah tewas dan 40 lainnya terluka sejak operasi dimulai.

    Ini menandai serangan militer besar ketiga Israel di Jenin dalam waktu kurang dari dua tahun.

    Eskalasi ini telah memicu peringatan dari Prancis dan Yordania, yang mendesak agar tidak terjadi kekerasan lebih lanjut di Tepi Barat, yang telah mengalami peningkatan ketegangan tajam sejak dimulainya perang di Gaza.

    Trump Tak Yakin Kesepakatan Gencatan Senjata Akan Berhasil

    Sebelumnya, Donald Trump mengatakan dia tidak yakin kesepakatan gencatan senjata di Gaza akan terwujud.

    Ketika ditanya oleh seorang reporter saat kembali ke Gedung Putih apakah kedua pihak akan mempertahankan gencatan senjata dan melanjutkan perjanjian, Trump berkata, “Saya tidak yakin.”

    “Itu bukan perang kita; itu perang mereka. Tapi saya tidak yakin,” kata Trump, Senin (20/1/2025), dikutip dari Arab News.

    Namun, Trump mengatakan ia yakin Hamas telah “dilemahkan” dalam perang yang dimulai dengan serangan tak terduga pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel.

    “Saya melihat gambar Gaza. Gaza seperti lokasi pembongkaran besar-besaran,” lanjut Trump.

    Diketahui, pada Minggu (19/1/2025), Israel dan Hamas mulai melaksanakan kesepakatan gencatan senjata yang mencakup pertukaran sandera dan tahanan.

    Rencana tersebut awalnya diuraikan oleh Presiden AS saat itu, Joe Biden, pada bulan Mei dan didorong setelah diplomasi bersama yang tidak biasa oleh utusan Biden dan Donald Trump.

    Trump, sambil mendorong kesepakatan itu, juga telah menjelaskan bahwa ia akan dengan teguh mendukung Israel.

    Dalam salah satu tindakan pertamanya, ia mencabut sanksi terhadap pemukim ekstremis Israel di Tepi Barat yang dijatuhkan oleh pemerintahan Biden atas serangan terhadap warga Palestina.

    Kesepakatan gencatan senjata muncul pada Rabu (15/1/2025) setelah mediasi oleh Qatar, Mesir, dan AS untuk menghentikan perang di Gaza.

    Kesepakatan tersebut menguraikan gencatan senjata awal selama enam minggu dengan penarikan pasukan Israel secara bertahap.

    Puluhan sandera yang ditawan oleh Hamas akan dibebaskan sebagai ganti ratusan tahanan Palestina yang ditahan di Israel.

    Warga Palestina membawa barang-barang mereka saat berjalan kembali ke kota Rafah di Jalur Gaza selatan setelah penarikan sebagian pasukan Israel dari kota tersebut. (Quds News Network)

    Perkembangan Terkini Konflik Palestina Vs Israel

    Dilansir Al Jazeera, pasukan Israel membunuh dua warga Palestina lagi di Tepi Barat yang diduduki saat rencana diumumkan untuk memperluas serangan militer mereka ke kamp pengungsi Jenin yang telah menewaskan 12 orang dan melukai puluhan lainnya sejak Selasa di seluruh provinsi Jenin.

    Militer dan badan intelijen Israel mengatakan bahwa “serangkaian operasi” akan dilakukan di Jenin saat Israel berperang dalam “perang multi-front” yang kini telah bergeser ke Tepi Barat yang diduduki.

    Saat truk bantuan kemanusiaan terus mengalir ke Gaza, badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) memperingatkan bahwa warga Palestina yang kembali ke rumah mereka di daerah kantong yang dilanda perang itu akan mendapati sebagian besar dari mereka hancur atau tidak dapat dihuni.

    Pejuang Palestina telah menargetkan pasukan Israel dengan alat peledak di kota Jenin, Tepi Barat yang diduduki, sementara pertempuran yang telah berlangsung selama berhari-hari terus berlanjut di daerah yang terkepung tersebut.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan mengunjungi Presiden Trump di AS dalam “beberapa minggu ke depan”, menurut duta besar Israel untuk PBB Danny Danon.

    Trump mengatakan bahwa ia berpikir kesepakatan gencatan senjata Gaza “harus dipertahankan”, karena laporan media Israel menunjukkan utusan Timur Tengahnya Steve Witkoff akan mengunjungi Israel minggu depan untuk merundingkan tahap kedua.

    Panglima Hamas Hussein Fayyad, yang sebelumnya dilaporkan tewas oleh militer Israel setelah operasi di Jabalia pada bulan Mei, tampaknya muncul dalam keadaan hidup di Gaza.

    Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina telah membantah klaim pihaknya akan mengambil alih beberapa operasi dari badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), karena larangan Israel mulai berlaku pada akhir Januari.

    Perang Israel di Gaza telah menewaskan sebanyak 47.283 warga Palestina dan melukai 111.472 orang sejak 7 Oktober 2023.

    Setidaknya 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas hari itu dan lebih dari 200 orang ditawan.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

  • Perang Gaza Berakhir, Israel Bikin Ulah di Tepi Barat, Serang Jenin hingga Buat Warga Mengungsi – Halaman all

    Perang Gaza Berakhir, Israel Bikin Ulah di Tepi Barat, Serang Jenin hingga Buat Warga Mengungsi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Bak kurang kerjaan, pasukan Israel melakukan serangan di Kamp Jenin, Tepi Barat pasca gencatan senjata di Gaza dimulai.

    Serangan Israel ini membuat ratusan warga Jenin meninggalkan rumah mereka pada Kamis (23/1/2025).

    Mereka pergi dari daerah tersebut setelah drone Israel memberikan pesan kepada warga untuk meninggalkan rumah mereka.

    Operasi tersebut, yang melibatkan konvoi kendaraan besar yang didukung oleh helikopter dan pesawat tak berawak, diluncurkan pada minggu pertama gencatan senjata di Gaza.

    Para pejabat Israel mengatakan operasi Jenin ditujukan pada apa yang menurut militer merupakan kelompok militan di kamp pengungsi yang berdekatan dengan kota itu.

    “Kita perlu bersiap untuk melanjutkan di kamp Jenin yang akan membawa kita ke tempat yang berbeda,” kata Kepala IDF, Letjen Herzi Halevi, dikutip dari Middle East Monitor.

    Meski begitu, militer Israel membantah telah memaksa penduduk Jenin untuk meninggalkan rumah mereka.

    Militer Israel mengatakan bahwa mereka “memungkinkan penduduk mana pun yang memilih untuk keluar dari area tersebut untuk melakukannya melalui rute yang aman dan terorganisasi dengan perlindungan pasukan keamanan Israel”.

    Saat operasi berlanjut, suara tembakan dan dengungan pesawat nirawak yang terbang di atas kepala dapat terdengar di atas kamp pengungsi. Di kota, hanya ada sedikit pergerakan di jalan-jalan.

    Pada Rabu malam, pasukan Israel menewaskan dua pria bersenjata yang berlindung di dalam sebuah gedung di Burqin, di luar Jenin, setelah baku tembak.

    Keduanya diduga melakukan serangan di dekat desa Palestina Al-Funduq awal bulan ini, yang menewaskan tiga warga Israel.

    Keduanya diklaim oleh sayap bersenjata Hamas, yang memiliki kehadiran kuat di kamp pengungsian tersebut.

    Secara keseluruhan sejak dimulainya operasi, 12 warga Palestina tewas dan 40 lainnya terluka, kata pejabat kesehatan Palestina.

    Serangan itu, operasi besar ketiga oleh militer Israel di Jenin dalam waktu kurang dari dua tahun, memicu peringatan dari Prancis dan Yordania terhadap eskalasi di Tepi Barat.

    Hamas Bebaskan 4 Sandera

    Seorang pejabat senior Hamas mengatakan bahwa mereka akan memberikan kepada Israel nama-nama keempat sandera yang akan dibebaskannya pada Sabtu (25/1/2025).

    “Besok (Jumat) kami akan memberikan nama keempat sandera yang akan dibebaskan kepada para mediator,” kata pemimpin senior Hamas, Zaher Jabarin, dikutip dari Times of Israel.

    Pertukaran kedua dalam kesepakatan itu akan berlangsung pada Sabtu sore, ketika Hamas diperkirakan akan membebaskan empat wanita — keduanya tentara dan warga sipil.

    Hamas juga diharapkan memberikan Israel rincian tentang status 30 sandera yang tersisa yang akan dibebaskan pada tahap pertama kesepakatan, memberikan informasi spesifik yang telah lama dicari tentang sandera mana yang masih hidup.

    Namun, lembaga penyiaran publik, Kan, mengutip pejabat keamanan, mengatakan Israel bersiap menghadapi kemungkinan bahwa Hamas hanya akan memberikan jumlah sandera yang masih hidup, dan bukan rincian atau nama spesifik.

    Meski begitu, jumlah sandera yang masih hidup akan memungkinkan Israel mempersiapkan jumlah tahanan keamanan Palestina yang tepat untuk dibebaskan.

    Pada hari Rabu, media berbahasa Ibrani melaporkan bahwa Israel mengatakan kepada Hamas bahwa mereka memperkirakan kelompok itu akan membebaskan sandera Arbel Yehud dalam pertukaran hari Sabtu.

    Yehud adalah salah satu sandera sipil yang ditawan oleh Hamas, dan, sebagai warga sipil perempuan, seharusnya berada di kelompok berikutnya yang dibebaskan.

    Namun, ia diduga ditawan oleh kelompok Jihad Islam Palestina dan bukan Hamas, yang tampaknya menimbulkan kekhawatiran di Yerusalem bahwa Hamas mungkin akan mencoba menunda pembebasannya.

    Ia adalah salah satu dari tujuh sandera perempuan yang tersisa dari daftar asli 33 sandera yang akan dibebaskan pada tahap pertama kesepakatan gencatan senjata.

    Yang lainnya adalah Shiri Silberman Bibas (33), Liri Albag (19), Karina Ariev (20), Agam Berger (21), Danielle Gilboa (20), dan Naama Levy (20).

    Untuk setiap prajurit wanita, Israel akan membebaskan 50 tahanan Palestina, 30 di antaranya adalah terpidana yang menjalani hukuman seumur hidup.

    Senin pagi, Israel membebaskan 30 tahanan untuk masing-masing dari tiga sandera perempuan sipil — Romi Gonen, Emily Damari, dan Doron Steinbrecher — yang dibebaskan Hamas pada sore sebelumnya.

    (Tribunnews.com/Whiesa)

  • Israel Sambut Baik Langkah Trump Tetapkan Houthi ‘Organisasi Teroris’

    Israel Sambut Baik Langkah Trump Tetapkan Houthi ‘Organisasi Teroris’

    Tel Aviv

    Israel menyambut baik keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dalam kembali menetapkan kelompok Houthi, yang bermarkas di Yaman, sebagai “organisasi teroris”. Tel Aviv menyebut Houthi, yang didukung Iran, sangat mengganggu stabilitas regional dan tatanan global.

    “Houthi adalah proksi Iran yang mengganggu kebebasan navigasi, mengancam perdagangan global dan mengganggu stabilitas regional dan tatanan global,” sebut Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, dalam tanggapannya via media sosial X, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Jumat (24/1/2025).

    “Ini merupakan langkah penting dalam memerangi teror dan memerangi unsur-unsur yang mengganggu stabilitas di kawasan kita,” ucapnya.

    Trump, pekan ini, kembali menetapkan Houthi sebagai Organisasi Teroris Asing (FTO) setelah pemerintahan mantan Presiden Joe Biden membatalkan penetapan tersebut.

    Langkah membatalkan penetapan FTO itu diambil Biden karena pada saat itu dianggap menghambat pengiriman bantuan kemanusiaan ke Yaman, yang mengalami salah satu krisis kemanusiaan paling parah di dunia.

    Langkah Trump kembali menetapkan Houthi sebagai FTO menandai kedua kalinya dia mengambil kebijakan tersebut, setelah melakukan hal serupa pada masa jabatan pertamanya. Perintah yang ditandatangani Trump ini juga mengutuk Iran karena mendukung Houthi.

    Kelompok Houthi memberikan reaksi keras atas langkah terbaru Trump tersebut. Houthi menuduh AS menetapkan kelompok mereka sebagai organisasi teroris karena mereka mendukung rakyat Palestina, yang menjadi motif kelompok itu menyerang Israel dan kapal-kapal di Laut Merah selama berbulan-bulan.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Hamas akan Serahkan Nama 4 Sandera Israel yang Segera Dibebaskan pada Sabtu Besok – Halaman all

    Hamas akan Serahkan Nama 4 Sandera Israel yang Segera Dibebaskan pada Sabtu Besok – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang pejabat senior Hamas mengungkapkan bahwa kelompok tersebut akan memberikan nama-nama 4 sandera yang akan dibebaskan kepada Israel.

    Keempat nama sandera Israel ini dilaporkan akan diserahkan oleh Hamas pada hari Jumat (24/1/2025), dikutip dari The Times of Israel.

    Pembebasan ini merupakan bagian dari langkah pertukaran sandera-tahanan kedua dalam fase pertama perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

    Menurut media Yedioth Ahronoth, keempat sandera tersebut diperkirakan akan diserahkan kepada Komite Palang Merah Internasional (ICRC) pada Sabtu (25/1/2025), sore. 

    Setelah itu, mereka akan dipindahkan ke pasukan Israel.

    Israel menduga salah satu dari keempat sandera yang dibebaskan adalah Arbel Yehud, yang sebelumnya ditangkap bersama pacarnya, Ariel Cunio, dari rumah mereka di Kibbutz Nir Oz pada 7 Oktober 2023, dikutip dari Anadolu Anjansi.

    Pertukaran Sandera Tahap 2

    Seorang pejabat Hamas telah merilis rincian pertukaran sandera tahap 2.

    Palestine Chronicle melaporkan bahwa Hamas akan membebaskan 4 tahanan wanita.

    Adapun 3 di antaranya adalah tentara wanita Israel dan seorang warga sipil.

    Kemudian Israel akan membebaskan 90 tahanan Palestina yang menjalani hukuman seumur hidup. 

    Rincian Kesekapatan Gencatan Senjata

    Kesepakatan ini mencakup pembebasan sandera dan penarikan bertahap pasukan Israel dari daerah kantong tersebut.

    Kesepakatan gencatan senjata ini, berlaku selama enam minggu dan mulai berlaku pada Minggu, 19 Januari 2025.

    Berikut rincian kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas:

    1. Pertukaran Tahanan dan Sandera

    Israel akan membebaskan 30 tahanan Palestina untuk setiap sandera Israel, dan 50 tahanan Palestina lainnya untuk setiap tentara wanita Israel yang ditahan di Gaza.

    Untuk tahapan ini, yang akan menjadi prioritas adalah sandera perempuan dan mereka yang berusia di bawah 19 tahun, dikutip dari Al-Arabiya.

    Dalam 42 hari pertama kesepakatan, 33 warga Israel diperkirakan akan dibebaskan.

    Sebagai informasi, jumlah tahanan Palestina yang dibebaskan bisa mencapai 1.650.

    2. Negosiasi tentang Koridor Philadelphia

    Israel akan secara bertahap menarik diri dari Koridor Netzarim dan Philadelphi.

    Awalnya, Israel menginginkan peran pengawasan di Koridor Philadelphia, tetapi permintaan ini ditolak dalam kesepakatan akhir.

    Tuntutan Israel untuk perwakilan tetap di Penyeberangan Rafah juga tidak diterima.

    3. Fase Kedua

    Negosiasi untuk tahap kedua kesepakatan akan dimulai pada hari keenam belas gencatan senjata.

    Tahap ini mencakup pembebasan semua sandera yang tersisa dan penarikan penuh pasukan Israel dari Jalur Gaza.

    4. Bantuan Kemanusiaan

    Sebanyak 600 truk bantuan kemanusiaan akan memasuki Gaza setiap hari selama periode enam minggu gencatan senjata.

    Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyambut baik kesepakatan ini dan menekankan pentingnya menghilangkan hambatan dalam pengiriman bantuan.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Gencatan Senjata di Gaza

  • Video: Operasi “Pengusiran” Israel, Warga Tepi Barat Tinggalkan Rumah

    Video: Operasi “Pengusiran” Israel, Warga Tepi Barat Tinggalkan Rumah

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ratusan warga Jenin di Tepi Barat Palestina terpaksa meninggalkan rumah, setelah pesan peringatan dari drone dengan pengeras suara, menyuruh mereka untuk mengungsi.

    Selengkapnya dalam program Squawk Box CNBC Indonesia (Jumat, 23/01/2025) berikut ini.

  • Video: Trump Cabut Sanksi AS Ke Pemukim Ilegal Israel di Palestina

    Video: Trump Cabut Sanksi AS Ke Pemukim Ilegal Israel di Palestina

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mencabut sanksi yang dijatuhkan ke para pemukim ilegal di Israel. Pencabutan itu tertuang dalam perintah eksekutif yang diteken Trump setelah dilantik pada Senin lalu.

    Selengkapnya dalam program Squawk Box CNBC Indonesia (Jumat, 23/01/2025) berikut ini.

  • Reaksi Houthi usai Disebut Trump sebagai Organisasi Teroris, Buntut Solidaritas untuk Palestina? – Halaman all

    Reaksi Houthi usai Disebut Trump sebagai Organisasi Teroris, Buntut Solidaritas untuk Palestina? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pada Rabu (22/1/2025), Presiden Donald Trump mengumumkan keputusan untuk menetapkan kelompok Houthi yang didukung oleh Iran di Yaman sebagai Organisasi Teroris Asing (FTO).

    Langkah ini menandai perbedaan signifikan dengan kebijakan yang diterapkan oleh Presiden Joe Biden, CNN melaporkan.

    Setelah mengambil alih Gedung Putih pada 2021, Biden mencabut label “organisasi teroris asing” yang diberikan oleh Trump.

    Biden lalu menggantinya dengan penunjukan sebagai “Teroris Global yang Ditunjuk Secara Khusus”.

    Label ini memberikan sanksi yang lebih ringan dibandingkan dengan status “organisasi teroris asing”.

    Penunjukan Houthi sebagai organisasi teroris asing memiliki beberapa implikasi hukum yang lebih berat:

    Dukungan Material Terlarang

    Hukum federal AS menetapkan bahwa memberikan dukungan material atau sumber daya kepada organisasi teroris asing merupakan tindak pidana. Ini berarti kelompok-kelompok yang teridentifikasi sebagai organisasi teroris asing tidak bisa mendapatkan dukungan finansial atau sumber daya dari bank dan perusahaan.

    Anggota kelompok yang terdaftar sebagai organisasi teroris asing tidak akan diterima untuk memasuki Amerika Serikat.

    Korban dari serangan yang dilakukan oleh kelompok tersebut dapat mengajukan tuntutan hukum terhadap kelompok teroris dan entitas yang mendukung mereka.

    Gedung Putih menjelaskan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk mengakhiri kemampuan dan operasi Houthi, serta merampas sumber daya mereka.

    Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya untuk menghentikan serangan yang dilakukan oleh kelompok tersebut terhadap personel dan warga sipil AS, mitra AS, dan jalur pengiriman laut di Laut Merah.

    Gedung Putih juga mengungkapkan bahwa Trump telah mengarahkan Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) untuk mengakhiri hubungannya dengan entitas yang melakukan pembayaran kepada Houthi.

    Selain itu, USAID juga diminta untuk menghentikan kerja sama dengan pihak-pihak yang mendukung upaya internasional melawan Houthi tanpa mengambil tindakan tegas terhadap terorisme dan pelanggaran yang dilakukan oleh kelompok tersebut.

    Serangan-serangan yang dilancarkan oleh Houthi di Laut Merah telah menyebabkan beberapa perusahaan pelayaran dan perusahaan minyak terbesar di dunia terpaksa menghentikan transit mereka melalui salah satu rute perdagangan laut yang paling penting di dunia.

    Keputusan Trump ini mencerminkan ketegasan AS dalam menghadapi ancaman yang ditimbulkan oleh kelompok Houthi di kawasan tersebut.

    Reaksi Houthi Ditetapkan sebagai Organisasi Teroris

    Kelompok Houthi merespons usai tindakan Trump yang kembali menetapkannya sebagai organisasi teroris asing.

    Houthi menduga penetapan itu karena pihaknya mendukung Palestina.

    Dikutip dari kantor berita AFP, Jumat (24/1/2025), kelompok Houthi menduga motif Trump menetapkan itu karena pihaknya mendukung Palestina.

    “Penetapan Amerika itu ditujukan kepada seluruh rakyat Yaman dan posisi terhormat mereka dalam mendukung rakyat Palestina yang tertindas,” kata pernyataan Houthi yang dikutip oleh saluran TV Al-Masirah.

    Houthi Yaman Bebaskan Awak Kapal Galaxy Leader

    Kelompok Houthi Yaman membebaskan awak kapal Galaxy Leader.

    Tercatat sudah lebih dari setahun kelompok bersenjata yang bersekutu dengan Iran itu menyita kapal berbendera Bahama tersebut di lepas pantai Laut Merah Yaman.

    Pembebasan para awak kapal diumumkan oleh TV Al Masirah yang dikelola Houthi pada Rabu (22/1/2025).

    “Pembebasan kru Galaxy Leader dilakukan sebagai bentuk solidaritas kami dengan Gaza dan dukungan terhadap perjanjian gencatan senjata,” demikian bunyi pernyataan dewan politik tertinggi Houthi, dikutip dari The Guardian.

    Awak kapal tersebut terdiri dari 25 orang, dengan kewarganegaraan Bulgaria, Ukraina, Filipina, Meksiko, dan Rumania, yang dipekerjakan oleh pemilik kapal Galaxy Maritime.

    Kapal tersebut disewa oleh Nippon Yusen dari Jepang.

    Kapal Galaxy Leader disita oleh pasukan Houthi pada 19 November 2023, di Laut Merah, di dekat pelabuhan Hodeidah, wilayah yang dikuasai oleh Houthi di Yaman utara.

    Serangan tersebut terjadi segera setelah pecahnya perang Gaza.

    Pemimpin Houthi, Abdul Malik al-Houthi, menyatakan bahwa kelompoknya siap bertindak jika Israel melanggar perjanjian gencatan senjata Gaza.

    “Kami selalu siap untuk campur tangan segera setiap kali Israel kembali melakukan eskalasi, kejahatan genosida, dan pengepungan di Jalur Gaza,” tegasnya, dikutip dari Reuters.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Komandan Hamas yang Dikira Tewas Muncul Lagi, Pidato Strategi, Masalah IDF Jelang Penyerahan Sandera – Halaman all

    Komandan Hamas yang Dikira Tewas Muncul Lagi, Pidato Strategi, Masalah IDF Jelang Penyerahan Sandera – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang komandan pejuang Hamas di Beit Hanun dan tempat lain di Gaza utara, yang diyakini tewas pada bulan Mei 2024 lalu kini muncul dalam sebuah video pada hari Rabu (22/1/2025).

    Ia yang bernama Hussein Fiad itu memberikan pidato singkat setelah muncul kembali setelah gencatan senjata. 

    Berdiri bersama beberapa pria, Fiad yang kurus kering, dengan janggut pendek, berbicara tentang bagaimana Hamas berhasil di Gaza .

    Israel belum mencapai tujuannya di Gaza, katanya, seraya menambahkan bahwa ketika seseorang tidak mencapai tujuannya, mereka kalah.

    Inilah yang mereka sebut “aturan militer: Yang kuat kalah ketika dia tidak menang,” katanya, diberitakan Jerusalem Post.

    Fiad menyiratkan bahwa pihak yang lebih lemah, Hamas, menang hanya karena tidak kalah. Ia menjabarkan dengan jelas apa strategi Hamas: Tidak mau kalah.

    Cara mengukur kekalahan masih belum jelas, tetapi nampaknya Hamas yakin selama ia bangkit setelah perang dan dapat memerintah Gaza, ia belum kalah.

    Israel mengukur kemenangan secara berbeda. Israel tidak memiliki strategi yang jelas di Gaza. Oleh karena itu, lebih sulit baginya untuk menang, karena tampaknya tidak memiliki tujuan yang jelas atau rencana “hari berikutnya”.

    Hamas mengetahui hal ini dan berasumsi jika mereka menunggu cukup lama, maka mereka akan “menang.” Fiad adalah semacam simbol tantangan ini di Gaza.

    Mei lalu, IDF mengklaim telah membunuh Fiad.

    Dikatakan bahwa ia adalah komandan Batalyon Beit Hanun, dan bahwa ia telah terbunuh di Jabalya. IDF menyalahkannya atas serangan roket dan rudal terhadap Israel.

    “Sebagai bagian dari aktivitas operasional IDF di wilayah Jabalya, pasukan khusus Angkatan Udara Israel dan unit khusus Teknik Tempur Yahalom melenyapkan teroris Hussein Fiad, komandan Batalyon Beit Hanun Hamas, yang berada di sebuah terowongan di Gaza utara,” Ynet melaporkan pada bulan Mei.

    Kemunculan kembali Fiad adalah contoh masalah yang dihadapi IDF di Gaza selama perang. Beit Hanun adalah kota di Gaza utara yang dekat dengan perbatasan Israel.

    Pinggiran Beit Hanun berjarak kurang dari dua kilometer dari Sderot.

    Komandan Hamas, Hussein Fiad sempat dianggap telah tewas oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dalam pertempuran pada Mei 2024. Kini, Hussein Fiad muncul di hadapan publik setelah gencatan senjata di Gaza dimulai. (The Jerusalem Post)

    Daerah ini telah digunakan untuk mengancam Israel selama bertahun-tahun. Roket sering ditembakkan dari Beit Hanun. Daerah perkotaan ini juga sering rusak parah dalam beberapa putaran konflik sebelumnya. Namun, Hamas selalu kembali dan menggunakannya untuk mengancam Israel.

    Setelah gencatan senjata pada 19 Januari, IDF mengerahkan kembali Brigade Nahal, yang telah bertempur di Beit Hanun, ke daerah perbatasan untuk mempersiapkan misi baru.

    Hal ini sekali lagi menggambarkan tantangan yang dihadapi IDF di Gaza utara.

    Tiga bulan pertempuran sengit dari Oktober hingga Januari menunjukkan betapa sulitnya mengusir Hamas sepenuhnya dari wilayah ini. Seseorang seperti Fiad tidak hanya bertahan hidup tetapi juga muncul untuk menyatakan kemenangan adalah contoh dari rencana Hamas selama ini.

    Hamas selalu percaya bahwa yang harus dilakukannya hanyalah bersembunyi di reruntuhan dan menunggu. Hamas tidak perlu menghadapi IDF dengan “batalion” pejuang. Hamas membagi mereka ke dalam kelompok-kelompok kecil dan menunggu.

    Meskipun Hamas mungkin telah menderita ribuan korban – menurut perkiraan IDF, hampir 20.000 pejuangnya tewas – kelompok teroris itu terus bertahan di Gaza. Jika tidak ada kelompok lain yang bersedia mengelola wilayah itu, Hamas akan terus menjalankan berbagai hal dengan orang-orang seperti Fiad.

    Dia tidak merahasiakan strategi Hamas. Tantangan yang dihadapi Israel dalam menghadapi strategi semacam itu adalah belum adanya strategi balasan yang efektif.

    Nama-nama Sandera

    Sementara Daily Post mengabarkan, seorang pejabat senior Hamas mengumumkan bahwa kelompoknya akan menyerahkan nama empat sandera kepada otoritas Israel pada hari Jumat, menjelang pembebasan mereka yang direncanakan pada hari Sabtu sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata Israel-Hamas yang sedang berlangsung.

    Berbicara kepada kantor berita Qatar Al-Araby, pemimpin Hamas Zaher Jabarin menyatakan: “Besok kami akan memberikan kepada para mediator nama-nama keempat sandera yang akan dibebaskan.”

    Pertukaran tersebut direncanakan melibatkan empat wanita, termasuk warga sipil dan tentara.

    Hal ini mengikuti tahap pertama kesepakatan, yang mencakup pembebasan tiga sandera wanita awal minggu ini dengan imbalan tahanan Palestina.

    Untuk setiap sandera, Israel setuju untuk membebaskan 50 tahanan Palestina, termasuk individu yang dihukum karena kejahatan serius.

    Israel telah meminta rincian tentang status 30 sandera tambahan yang dijadwalkan dibebaskan berdasarkan perjanjian saat ini.

    Namun, laporan menunjukkan bahwa Hamas mungkin hanya memberikan jumlah total sandera yang masih hidup, dan bukan rincian atau nama, sehingga menimbulkan ketidakpastian tentang langkah selanjutnya.

    Di antara mereka yang diharapkan dibebaskan adalah sandera sipil Arbel Yehud. Namun, karena ia diyakini ditahan oleh Jihad Islam Palestina dan bukan Hamas, pembebasannya masih belum pasti. Yehud adalah satu dari tujuh wanita yang masih menunggu pembebasan dari daftar awal 33 sandera.

    Selain upaya dalam negeri, duta besar Israel untuk Rusia, Simona Halperin, mengungkapkan pembicaraan yang sedang berlangsung dengan Moskow untuk membantu mengamankan pembebasan tiga sandera, termasuk Sasha Trufanov, yang termasuk di antara mereka yang diharapkan akan dibebaskan pada tahap pertama kesepakatan.

    Diskusi juga melibatkan Maxim Herkin dan dua sandera lainnya tanpa kewarganegaraan Rusia.

    Perdana Menteri Benjamin Netanyahu meyakinkan keluarga sandera yang dibebaskan bahwa upaya untuk membawa pulang semua sandera akan terus berlanjut.

    “Kami tidak menyerah dan tidak akan menyerah pada yang lain,” katanya saat menelepon keluarga.

    Mantan menteri pertahanan Benny Gantz juga menyatakan dukungannya terhadap kesepakatan gencatan senjata saat ini sambil mengkritik penanganan konflik yang lebih luas oleh pemerintah.

    Gantz menjanjikan dukungan partainya untuk memastikan kembalinya para sandera tetap menjadi prioritas utama, meskipun ada ketegangan politik.

    Perjanjian gencatan senjata muncul di tengah tekanan internasional dan domestik yang signifikan untuk mengatasi tantangan kemanusiaan dan keamanan di Gaza.

    (Tribunnews.com/ Chrysnha)

  • Reaksi Houthi Usai Ditetapkan Trump Sebagai Organisasi Teroris

    Reaksi Houthi Usai Ditetapkan Trump Sebagai Organisasi Teroris

    Jakarta

    Kelompok Houthi merespons usai tindakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang kembali menetapkannya sebagai Organisasi Teroris Asing (FTO). Houthi menduga penetapan itu karena pihaknya mendukung Palestina.

    Dilansir kantor berita AFP, Jumat (24/1/2025), kelompok Houthi menduga motif Trump menetapkan itu karena pihaknya mendukung Palestina.

    “Penetapan Amerika itu ditujukan kepada seluruh rakyat Yaman dan posisi terhormat mereka dalam mendukung rakyat Palestina yang tertindas,” kata pernyataan Houthi yang dikutip oleh saluran TV Al-Masirah.

    Houthi, yang didukung Iran, mulai menyerang kapal militer AS dan kapal komersial di Laut Merah dan kapal-kapal yang mereka klaim terkait Israel. Aksi itu dilakukan Houthi untuk mendukung Hamas usai serangan mengejutkan pada 7 Oktober 2023 terhadap Tel Aviv yang memicu perang Gaza.

    Trump Kembali Tetapkan Houthi sebagai Organisasi Teror

    Donald Trump kembali menetapkan kelompok Houthi sebagai Organisasi Teroris Asing (FTO). Penetapan kembali dilakukan oleh Trump setelah sebelumnya pemerintahan mantan Presiden Joe Biden membatalkan penetapan FTO tersebut.

    Itu juga menandai kedua kalinya Trump menetapkan Houthi sebagai FTO. Trump mengambil kebijakan serupa pada masa jabatan pertamanya.

    (whn/whn)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu