Negara: Palestina

  • Jihad Islam Palestina Sebut Trump Dukung Kejahatan Perang dengan Serukan Pembersihan Etnis Gaza – Halaman all

    Jihad Islam Palestina Sebut Trump Dukung Kejahatan Perang dengan Serukan Pembersihan Etnis Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Jihad Islam Palestina (PIJ) mengecam keras usulan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menyerukan pemindahan warga Palestina dari Jalur Gaza ke Mesir dan Yordania.

    PIJ menilai pernyataan Trump sebagai bentuk dukungan terhadap “kejahatan perang” yang bertentangan dengan hak-hak rakyat Palestina dan memperburuk penderitaan mereka.

    Kelompok tersebut menyebut langkah tersebut sebagai bagian dari upaya pembersihan etnis, yang tidak hanya mengancam warga Gaza, tetapi juga menambah intensitas kekerasan yang telah berlangsung sejak Israel melancarkan perang di Gaza pada Oktober 2023.

    Usulan Trump langsung mendapat penolakan tegas dari berbagai pihak di Palestina, Al Jazeera melaporkan.

    Otoritas Palestina (PA) yang berpusat di Ramallah menyatakan bahwa rencana ini melanggar “garis merah” yang telah mereka tetapkan .

    PA menegaskan bahwa rakyat Palestina tidak akan meninggalkan tanah air mereka.

    Mereka menentang setiap upaya yang berupaya mengulang bencana besar seperti yang terjadi pada tahun 1948 dan 1967, yang dikenal sebagai Nakba, ketika banyak warga Palestina dipaksa mengungsi.

    Warga Gaza juga menolak keras ide tersebut.

    Banyak yang bersikeras bahwa mereka akan tetap tinggal di Gaza meskipun berada dalam kesulitan besar.

    Nafiz Halawa, seorang warga Gaza, menegaskan bahwa meskipun penderitaan yang mereka alami sangat besar, meninggalkan tanah air mereka adalah hal yang mustahil.

    Sementara itu, Elham al-Shabli menambahkan bahwa jika mereka benar-benar ingin meninggalkan Gaza, mereka sudah melakukannya sejak lama.

    “Perang genosida yang mereka lakukan tidak akan menghasilkan apa pun terhadap Palestina, dan kami akan tetap tinggal meskipun apa pun yang terjadi,” katanya.

    Hamas, yang memerintah Gaza, juga mengecam pernyataan Trump dan meminta Amerika Serikat untuk membatalkan proposal tersebut.

    Hamas menilai usulan ini sebagai bagian dari “skema” Israel yang bertujuan untuk menghilangkan hak-hak dasar rakyat Palestina.

    Negara-negara Arab juga menanggapi dengan penolakan yang tegas terhadap proposal ini.

    Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi, menegaskan bahwa negaranya tidak akan menerima pengungsian warga Palestina dan akan terus bekerja sama dengan pemerintahan Trump untuk memajukan pengakuan negara Palestina yang berdaulat.

    Situasi Terkini di Gaza dan Blokade Israel

    Komentar Trump ini muncul di tengah upaya untuk memperbarui gencatan senjata antara Israel dan Hamas, yang telah disetujui beberapa waktu sebelumnya.

    Ribuan warga Palestina yang terjebak di blokade jalan pada hari Minggu terhalang untuk kembali ke rumah mereka di Gaza utara.

    Israel menolak membuka titik penyeberangan dan menyalahkan Hamas karena melanggar kesepakatan gencatan senjata, sementara Jihad Islam Palestina menuntut agar warga Gaza dapat kembali ke rumah mereka.

    Warga Palestina yang terpaksa tinggal di titik persimpangan di Gaza tanpa tempat berteduh yang memadai, seperti yang dilaporkan oleh wartawan Al Jazeera, Hani Mahmoud.

    Mahmoud mengungkapkan bahwa tidak ada tenda yang disediakan untuk pengungsi, dan sebagian besar orang tinggal di sana karena mereka percaya bahwa setelah pertukaran tawanan, mereka akan diperbolehkan kembali ke Gaza utara.

    Mereka kini terpaksa tidur di tempat yang tidak layak, menunggu kejelasan mengenai kembalinya mereka.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Sandera Israel Dibebaskan, Keluarga Berterima Kasih ke Trump

    Sandera Israel Dibebaskan, Keluarga Berterima Kasih ke Trump

    Jakarta

    Keluarga dari empat sandera Israel yang dibebaskan dari Gaza berdasarkan kesepakatan gencatan senjata, menyerukan pembebasan semua orang yang masih ditawan di wilayah Palestina tersebut.

    Keluarga tersebut juga berterima kasih kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang pemerintahannya telah terlibat dalam mengamankan gencatan senjata Gaza dan kesepakatan pembebasan sandera.

    Dilansir kantor berita AFP, Senin (27/1/2025), Yoni Levy, yang putrinya, Naama Levy adalah salah satu dari empat sandera yang dibawa kembali pada hari Sabtu lalu, mengatakan bahwa “Naama aman bersama kami sekarang, tetapi pertarungan belum berakhir.”

    Keempatnya, yang semuanya tentara wanita, dibebaskan oleh kelompok bersenjata Hamas dan Jihad Islam setelah lebih dari 15 bulan ditawan di Gaza. Mereka dibebaskan dengan imbalan pembebasan 200 tahanan di tahanan Israel, yang hampir semuanya warga Palestina.

    Rumah sakit di dekat Tel Aviv, tempat keempat mantan sandera itu dirawat, mengatakan mereka dalam kondisi “stabil”.

    Sasha Ariev, saudara perempuan dari sandera yang dibebaskan, Karina Ariev, mengatakan: “Ucapan terima kasih yang sangat khusus ditujukan kepada Presiden Trump.”

    Eli Albag, ayah dari sandera Liri Albag, berterima kasih kepada para menteri Israel yang memberikan suara untuk menyetujui kesepakatan itu sambil mengecam mereka yang menentangnya, dengan mengatakan “rakyat akan membuat Anda membayarnya”.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Video Reaksi Marah Israel saat Hamas Akrab dengan Sandera, Sebut Aksi Propaganda dan Diberi ‘Obat’ – Halaman all

    Video Reaksi Marah Israel saat Hamas Akrab dengan Sandera, Sebut Aksi Propaganda dan Diberi ‘Obat’ – Halaman all

    Hamas telah membebaskan 4 tentara wanita Israel yang menjadi sandera di Gaza pada Sabtu (25/1/2025).

    Tayang: Senin, 27 Januari 2025 14:23 WIB

    TRIBUNNEWS.COM – Hamas telah membebaskan empat tentara wanita Israel yang menjadi sandera di Gaza pada Sabtu (25/1/2025). 

    Dalam pembebasan itu, Hamas menerbitkan video yang memperlihatkan kondisi keempat tentara wanita Israel. 

    Terlihat keempat sandera menggunakan seragam semi militer saat hendak dipulangkan. 

    Militan Palestina ini juga memberi sertifikat berbingkai dan gantungan kunci bergambar bendera Palestina. 

    Bahkan keempat sandera mengucapkan terima kasih kepada Hamas dalam Bahasa Arab. 

    Namun perlakuan Hamas mendapat kecaman dari Juru Bicara Militer Israel, Daniel Hagari. 

    (*)

    Berita selengkapnya simak video di atas.

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’15’,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Koridor Netzarim Dibuka, Israel Mulai Izinkan Pengungsi Palestina Kembali ke Gaza Utara – Halaman all

    Koridor Netzarim Dibuka, Israel Mulai Izinkan Pengungsi Palestina Kembali ke Gaza Utara – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel per hari ini, Senin, (27/1/2025), mulai mengizinkan para pengungsi Palestina untuk kembali ke Gaza utara yang sudah hancur lebur oleh serangan Israel.

    Ribuan pengungsi Palestina dilaporkan menuju ke Gaza utara. Sebelumnya, mereka telah menunggu berhari-hari agar diizinkan ke sana.

    Wartawan Associated Press menyebut ada beberapa orang yang menyeberangi Koridor Netzarim setelah pukul 07.00 waktu setempat. Saat itu adalah jam pembukaan titik pemeriksaan.

    Israel akhirnya mengizinkan pengungsi kembali ke Gaza utara setelah ada penundaan selama dua hari.

    Penundaan itu dipicu oleh ketidaksepakatan antara Hamas dan Israel perihal pembebasan sandera. Israel menyebut Hamas telah mengubah urutan sandera yang akan dibebaskannya.

    Pada awal perang, Israel pernah mengevakuasi paksa warga Palestina di Gaza utara. Sekitar satu juta orang akhirnya mengungsi ke Gaza selatan dan tidak diizinkan kembali.

    Meski demikian, ada sebanyak ratusan ribu warga Palestina tetap bertahan di Gaza utara.

    Wanita Palestina berada di Gaza utara yang hancur karena serangan Israel. (Haaretz)

    Tempo hari Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyebut warga Palestina tak akan diizinkan kembali ke Gaza utara jika seorang warga Israel bernama Arbel Yehoud dibebaskan Hamas.

    Israel berkata Yehoud seharusnya sudah dibebaskan minggu lalu. Namun, seorang pejabat Hamas mengatakan Yehoud baru akan dibebaskan minggu berikutnya.

    Pada hari Sabtu lalu ada ratusan warga Palestina yang berkumpul di Wadi Gaza dan berharap bisa menuju ke Gaza utara. Wadi Gaza adalah wadi atau sungai yang menjadi batas Gaza utara dengan wilayah lainnya.

    “Saya menunggu izin [Israel] sehingga saya bisa mencari putra saya yang tewas dalam perang dan memberinya pemakaman yang layak,” kata salah satu pengungsi wanita Palestina, dikutip dari Euro News.

    Dalam perjanjian gencatan senjata, Israel diharuskan menarik militernya dari area padat penduduk dan mengizinkan warga Palestina kembali ke rumah masing-masing.

    Pembebasan sandera dan tahanan juga menjadi bagian dalam perjanjian gencatan.

    Pada tahap pertama yang berlangsung 6 minggu, Hamas akan membebaskan 33 warga Israel yang disanderanya. Di sisi lain, Israel akan membebaskan ratusan warga Palestina yang ditahan di penjara.

    Tahap kedua akan mengarah kepada penghentian perang di Gaza secara permanen. Pada tahap ini Hamas akan membebaskan sandera yang tersisa, sedangkan Israel akan melepaskan sekitar 1.000 warga Palestina yang ditahan.

    Di samping itu, pada tahap ini militer Israel akan menarik diri sepenuhnya dari Gaza.

    Adapun tahap ketiga atau yang terakhir adalah pembangunan kembali Gaza. Hamas akan menyerahkan jasad sandera yang meninggal.

    Rincian tahap dua dan ketiga akan dimatangkan saat tahap pertama berlangsung.

    Warga Palestina membawa barang-barang mereka saat berjalan kembali ke kota Rafah di Jalur Gaza selatan setelah penarikan sebagian pasukan Israel dari kota tersebut. (Quds News Network)

    Trump ingin pengungsi Gaza pindah ke Yordania dan Mesir

    Sementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ingin Yordania, Mesir, dan negara-negara Arab lainnya menerima lebih banyak pengungsi dari Jalur Gaza.

    Pemindahan pengungsi itu ditujukan untuk “sekadar membersihkan” area yang hancur lebur karena perang dan menciptakan awal yang baru.

    Di sisi lain, Yordania dan Mesir telah menolak usulan semacam itu dan menganggapnya sebagai ancaman. Kedua negara itu menyinggung Israel yang menolak untuk berkomitmen mengizinkan para pengungsi untuk kembali ke Gaza.

    The Times of Israel melaporkan banyak warga Palestina yang takut tidak akan bisa kembali ke Gaza. 

    Meski demikian, sejak perang di Gaza meletus 1,5 tahun lalu, sudah ada lebih dari 100.000 warga Gaza yang berhasil mengungsi ke Mesir.

    Mereka dilaporkan diminta membayar biaya sangat mahal agar bisa masuk wilayah Mesir. Selain itu, kebanyakan dari mereka tidak mendapat bantuan apa pun karena Mesir menolak mengakui mereka sebagai pengungsi.

    Gagasan tentang pemindahan sebagian pengungsi Gaza juga sudah diwacanakan oleh AS di bawah Presiden Joe Biden pada awal perang. Namun, Yordania dan Mesir langsung menolaknya mentah-mentah.

    Akan tetapi, AS yang kini dipimpin Trump kembali menggulirkan wacana pemindahan itu. Saat ini ada lebih dari 2 juta warga Palestina di Gaza.

    Saat diwawancarai wartawan di dalam pesawat Air Force One, Trump menyebut Gaza sebagai “lokasi pembongkaran”.

    Dia mengaku sudah berbicara kepada Raja Yordania Abdullah II perihal masalah itu. Lalu, dia mengatakan akan bertemu dengan Presiden Mesir Abdel Fattah Al Sissi pada hari Minggu.

    Trump menceritakan sedikit percakapannya dengan Abdullah.

    “Saya akan senang jika Anda menerima lebih banyak [pengungsi] karena saya melihat seluruh wilayah Gaza saat ini, dan Gaza berantakan, Gaza benar-benar berantakan,” kata Trump kepada Abdullah.

    Ketika ditanya apakah pemindahan itu solusi sementara atau jangka panjang, Trump berkata, “Bisa keduanya.”

    “Kalian berbicara tentang mungkin sekitar 1,5 juta orang, dan kita sekadar membersihkan semua itu. Kalian tahu, selama berabad-abad ada banyak sekali, banyak, konflik di tempat itu. Dan saya tidak tahu, sesuatu harus terjadi.”

    “Secara harfiah, Gaza kini lokasi pembongkaran. Hampir segalanya dibongkar dan orang-orang di sana sekarat.”

    “Jadi, saya lebih suka terlibat dengan beberapa negara Arab dan membangun perumahan di lokasi berbeda, tempat mereka mungkin bisa tinggal damai, berbeda dengan biasanya.”

    (*)

  • Video: Wacana Trump Pindahkan Warga Gaza ke Mesir-Yordania

    Video: Wacana Trump Pindahkan Warga Gaza ke Mesir-Yordania

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengusulkan rencana pemindahan warga Palestina dari Gaza ke negara-negara tetangga seperti Mesir dan Yordania. Usulan kontroversial ini sebelumnya ditolak oleh pemerintahan mantan Presiden Joe Biden.

    Simak informasi selengkapnya dalam Bell CNBC Indonesia (Senin, 27/01/2025) berikut ini.

  • Presiden Palestina Kecam Keras Rencana Trump Relokasi Warga Gaza!

    Presiden Palestina Kecam Keras Rencana Trump Relokasi Warga Gaza!

    Jakarta

    Presiden Palestina Mahmud Abbas mengecam “proyek apa pun” untuk merelokasi warga Gaza ke luar wilayah tersebut. Hal ini disampaikan, setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyarankan untuk merelokasi warga Gaza ke Mesir dan Yordania.

    Dilansir kantor berita AFP, Senin (27/5/2025), tanpa menyebut nama pemimpin AS tersebut, Abbas “menyatakan penolakan dan kecaman keras terhadap proyek apa pun yang bertujuan untuk menggusur warga kami dari Jalur Gaza”. Demikian menurut sebuah pernyataan dari kantornya, seraya menambahkan bahwa warga Palestina “tidak akan meninggalkan tanah dan tempat-tempat suci mereka”.

    Sebelumnya, Trump mengatakan pada hari Sabtu bahwa ia ingin Yordania dan Mesir mengambil warga Palestina dari Gaza, menyarankan “kita bersihkan saja semua itu”.

    Gagasan itu langsung ditolak oleh Yordania. Mesir juga sebelumnya telah menentang segala usulan bahwa warga Gaza dapat dipindahkan ke negara tersebut.

    Dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh kepresidenan Palestina, Abbas mengatakan: “Kami tidak akan membiarkan terulangnya bencana yang menimpa rakyat kami pada tahun 1948 dan 1967.”

    Bencana tersebut dikenal oleh warga Palestina sebagai Nakba, atau “malapetaka”, ketika ratusan ribu orang mengungsi selama perang yang bertepatan dengan berdirinya Israel.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Warga Palestina Merayakan Pembebasan 200 Tawanan dari Penjara Israel – Halaman all

    Warga Palestina Merayakan Pembebasan 200 Tawanan dari Penjara Israel – Halaman all

    Warga Palestina Merayakan Pembebasan 200 Tawanan dari Penjara Israel

    TRIBUNNEWS.COM- Otoritas Israel membebaskan 200 warga Palestina dari penjara Israel pada tanggal 25 Januari sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata Gaza dengan Hamas.

    Kantor berita WAFA melaporkan bahwa menurut Komisi Palestina untuk Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan dan Masyarakat Tahanan Palestina, kelompok tersebut mencakup 121 orang yang menjalani hukuman seumur hidup dan 79 orang yang menjalani hukuman jangka panjang.

    Hamas membebaskan empat tentara wanita Israel sebagai bagian dari kesepakatan sebelumnya pada hari itu.

    Seratus empat belas tahanan Palestina dipindahkan dari Penjara Ofer di Tepi Barat yang diduduki untuk dibebaskan di Ramallah, 16 dikembalikan ke Gaza, dan 70 diasingkan di luar Palestina, WAFA menambahkan. Mesir akan menampung mereka selama 48 jam sebelum mereka dikirim ke Tunisia, Aljazair, dan Turki – yang semuanya setuju untuk menerima mereka.

    Di antara mereka yang dibebaskan adalah Mohammad al-Tous yang berusia 67 tahun dari desa Al-Jabaa, sebelah selatan Bethlehem. Tous telah menghabiskan 39 tahun di penjara Israel.

    Raed al-Saadi yang berusia lima puluh tujuh tahun dari kota Silat Al-Harithiya, sebelah barat Jenin, juga dibebaskan. Saadi telah dipenjara oleh Israel selama 35 tahun – sejak Intifada pertama pada tahun 1989.

    Saudara Abu Hmeid, Nasser, Mohammad, dan Sharif, dari kamp pengungsi Al-Amari di Ramallah, juga dibebaskan. Ketiganya dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Mereka diasingkan secara paksa ke luar Palestina.

    Saudara mereka, Nasser Abu Hmeid, meninggal karena kanker saat berada di penjara pada tahun 2022. Ia telah ditahan selama 20 tahun. Pihak berwenang Israel menolak untuk mengembalikan jenazahnya.

    Di tengah pembebasan tersebut, pasukan Israel menyatakan daerah dekat Penjara Ofer sebagai zona militer tertutup sambil membubarkan keluarga tahanan dan pendukungnya dengan peluru tajam dan gas air mata.

    Ratusan orang berkumpul di Ramallah untuk merayakan kepulangan orang-orang yang mereka cintai dari Ofer. Warga Palestina, yang masih mengenakan seragam penjara abu-abu, digendong di bahu para anggota kerumunan yang meneriakkan yel-yel. Layla Ghannam, Gubernur Ramallah, dan pejabat Palestina lainnya menghadiri acara tersebut untuk menyambut kepulangan para tahanan.

    Bus-bus berisi tahanan Palestina yang akan dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran antara Israel dan perlawanan Palestina sedang menuju kota Beitunia, sebelah barat Ramallah, Tepi Barat yang diduduki.

    Mohammad al-Tous, seorang pemimpin Fatah yang lahir pada tahun 1956, adalah salah satu dari 23 tahanan pra-Oslo yang masih ditahan oleh Israel. Ia pernah selamat dari serangan udara Israel terhadap mobil yang ditumpanginya, sehingga ia dijuluki ‘martir yang hidup’. Ia bergabung dengan Fatah pada tahun 1970 di usia 14 tahun, dan menjadi bagian dari beberapa operasi antara tahun 1983 dan 1985 yang menargetkan pasukan dan permukiman Israel.

    Al-Tous ditangkap beberapa kali. Ia pertama kali masuk penjara pada tahun 1970 dan melarikan diri pada tahun 1975, menjadi buronan sebelum ditangkap kembali empat kali pada tahun 1985. Ia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup oleh pengadilan militer karena menolak untuk hadir di pengadilan. Di penjara, ia menjadi salah satu pemimpin gerakan tahanan, dan berpartisipasi dalam aksi mogok makan untuk memprotes kebijakan penjara.

    Al-Tous telah menulis dua buku: Eye of the Mountain (2021), yang merinci kehidupan, aktivitas perlawanan, dan pandangannya tentang perjuangan Palestina, dan Sweetness and Bitterness (2023), yang menceritakan pengalamannya di penjara.

    Dia diperkirakan akan dibebaskan.

    Di antara mereka yang akan dibebaskan pada hari Sabtu sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran adalah tahanan Palestina Zakaria Zubaidi—mantan kepala Brigade Martir Al-Aqsa di Jenin, pelarian Penjara Gilboa, dan simbol Intifada Kedua.

    Pasukan Israel menyerbu rumahnya di Kamp Jenin, menyerang dan mengikat istri dan anak-anaknya sebelum melepaskan mereka.

    Pemandangan yang menakjubkan di Ramallah. Sungguh.

    Tawanan Palestina yang baru saja dibebaskan diangkut di pundak ratusan warga Palestina — bendera Fatah, PFLP, dan Hamas semuanya dikibarkan di tempat yang sama. Sebuah contoh yang menggambarkan persatuan Palestina.

    Kelompok kedua tahanan Palestina yang dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata Gaza mencakup 121 orang yang menjalani hukuman seumur hidup.

    SUMBER: THE CRADLE

  • Hamas, Mesir, Yordania Tolak Ide Trump untuk Usir Warga Gaza: Ini Pembersihan Etnis – Halaman all

    Hamas, Mesir, Yordania Tolak Ide Trump untuk Usir Warga Gaza: Ini Pembersihan Etnis – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Wakil ketua Hamas di luar negeri, Musa Abu Marzouk, mengomentari pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tentang pengusiran warga Palestina dari Jalur Gaza.

    Dia mengatakan gagasan Donald  Trump untuk menggusur warga Jalur Gaza sudah lama diungkapkan di publik.

    “Tidak ada orang Palestina atau Arab yang akan menerima gagasan perpindahan dari Donald Trump,” kata Abu Marzouk kepada Al Arabiya, Minggu (26/1/2025).

    “Gagasan Presiden AS tentang pengungsian berarti pembersihan etnis masyarakat Gaza,” lanjutnya.

    Dia mengatakan ide tersebut tidak akan berhasil.

    Sementara itu, Mesir dan Yordania juga menanggapi pernyataan Donald Trump tentang pengusiran warga Palestina dari Jalur Gaza.

    Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Al-Safadi, mengatakan solusi terhadap masalah Palestina adalah solusi Palestina.

    Ia menegaskan Yordania menolak pengungsian warga Palestina dari wilayah Palestina mana pun.

    “Kerajaan Yordania adalah untuk rakyat Yordania dan Negara Palestina adalah untuk rakyat Palestina,” tegasnya.

    Menteri tersebut mengatakan Yordania melanjutkan penyaluran bantuan ke Jalur Gaza, sebelum upaya rekonstruksi.

    Yordania juga berharap dapat bekerja sama dengan sekutu utama Israel, Amerika Serikat (AS), untuk mencapai perdamaian di kawasan tersebut.

    Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Mesir mengatakan masalah Palestina belum selesai karena Israel menunda untuk menyelesaikannya, di antaranya Israel belum mengakhiri pendudukannya dan memulihkan hak rakyat Palestina.

    “Mesir menolak setiap pelanggaran terhadap hak-hak yang tidak dapat dicabut ini, baik melalui pemukiman atau pencaplokan tanah atau mengevakuasi tanah dari pemiliknya melalui penggusuran atau mendorong warga Palestina pergi dari tanah mereka, baik sementara atau jangka panjang,” kata kementerian itu.

    Mesir menyerukan komunitas internasional untuk mulai mengimplementasikan solusi dua negara, termasuk perwujudan negara Palestina sesuai dengan resolusi legitimasi internasional dan garis tanggal 4 Juni 1967.

    Donald Trump Ingin Usir Warga Palestina dari Jalur Gaza

    Presiden AS Donald Trump mengatakan dia ingin Mesir dan Yordania menerima warga Palestina dari Gaza.

    Donald Trump mengatakan dia telah mengajukan permintaan tersebut kepada Raja Yordania Abdullah dan berencana menanyakannya kepada presiden Mesir pada Minggu juga.

    Sebelumnya, Donald Trump menggambarkan Gaza sebagai “lokasi pembongkaran”.

    “Anda berbicara tentang sekitar satu setengah juta orang, dan kami hanya membersihkan seluruh tempat itu. Pemindahan itu bisa bersifat sementara atau bisa bersifat jangka panjang,” kata Donald Trump, Minggu, seperti diberitakan BBC.

    Baik Hamas maupun Otoritas Palestina, mengecam usulan tersebut. Yordania dan Mesir juga menolak gagasan tersebut.

    Pemerintah AS merupakan sekutu utama Israel dan pendonor terbesar untuk militer Israel sejak pendirian negara tersebut di Palestina pada 1948 dan menyalurkan bantuan militer per tahun ke Israel.

    Selain itu, banyak warga Israel yang memiliki kewarganegaraan ganda, termasuk dari AS, dan mendirikan pemukiman ilegal di wilayah Palestina.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • Usai Dibebaskan, Tentara Wanita Israel Senyum & Lambaikan Tangan

    Usai Dibebaskan, Tentara Wanita Israel Senyum & Lambaikan Tangan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Empat tentara wanita Israel telah dibebaskan oleh Hamas. Terlihat unggahan video yang tersebar memperlihatkan para tentara tersebut seraya mengucapkan terima kasih kepada faksi Palestina.

    Berdasarkan video yang diunggah Brigade Al-Qassam, sayap bersenjata Hamas, ucapan terima kasih tersebut disampaikan atas atas perlakuan manusiawi mereka selama ditawan dan atas perlindungan terhadap nyawa mereka meskipun telah Israel melakukan pemboman yang gencar.

    Dalam video tersebut, terlibat para tentara berasa dalam sebuah kendaraan saat mereka diangkut untuk diserahkan kepada Komite Internasional Palang Merah, sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata antara kelompok perlawanan Palestina dan Israel.

    Sebelum proses penyerahan sandera, para tentara menyampaikan rasa terima kasih atas perlakuan baik yang mereka terima dari Brigade Al-Qassam.

    “Assalamualaikum, terima kasih kepada Brigade Al-Qassam atas perlakuan yang baik,” ujar seseorang dalam video itu, melansir Anadolu, dikutip Senin (27/1/2025).

    “Terima kasih atas makanan, minuman, dan pakaian,” kata tentara lainnya.

    Tentara lainnya juga mengucapkan terima kasih kepada para pejuang karena telah melindungi dari pemboman. Sementara, lainnya menyatakan harapan bahwa hari itu akan menjadi hari bahagia bagi semua orang.

    Di akhir video, para tentara terlihat meneriakkan dengan keras 25 Januari yang menjadi tanggal pembebasan mereka. Rekaman itu direkam di dekat pantai Gaza sebelum penyerahan.

    Sekitar 200 tahanan Palestina juga dibebaskan pada hari Sabtu sebagai pengganti keempat tentara tersebut.

    (ayh/ayh)

  • Setelah IDF Bunuh 22 Orang, Hizbullah Desak Israel Mundur dari Lebanon sesuai Perjanjian – Halaman all

    Setelah IDF Bunuh 22 Orang, Hizbullah Desak Israel Mundur dari Lebanon sesuai Perjanjian – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Hizbullah Lebanon menyerukan mediator untuk mewajibkan Israel menarik diri sepenuhnya dari Lebanon selatan pada Minggu (26/1/2025), sesuai kesepakatan gencatan senjata yang disetujui pada 27 November 2024.

    Dalam perjanjian itu, Israel harus menarik pasukannya dari Lebanon dan diberi waktu hingga 60 hari.

    Namun, pada Minggu kemarin, pasukan Israel masih berada di Lebanon dan menembaki perbatasan hingga menewaskan 22 orang dan melukai 124 lainnya.

    “Komunitas internasional, yang dipimpin oleh negara-negara yang mensponsori perjanjian tersebut, diharuskan memikul tanggung jawabnya dalam menghadapi pelanggaran dan kejahatan musuh Israel dan mewajibkan mereka untuk sepenuhnya menarik diri dari tanah kami,” kata Hizbullah pada Minggu (26/1/2025).

    Sementara itu, tentara Lebanon mengumumkan mereka berdiri berdampingan dengan penduduk kota-kota perbatasan di selatan negara itu dalam menghadapi tentara Israel.

    Tentara Lebanon mengatakan penembakan tersebut terjadi karena Israel menargetkan rakyat Lebanon dan terang-terangan menolak untuk mematuhi gencatan senjata.

    Tentara Lebanon juga mengimbau warganya untuk tidak memasuki beberapa tempat yang masih ada tentara Israel.

    Sementara itu, tentara Israel merilis pernyataan yang mengatakan, “Tentara (Israel) melepaskan tembakan peringatan setelah melihat tersangka mendekati mereka,” menurut klaim mereka.

    Tentara Israel mengatakan mereka menangkap sejumlah orang yang merupakan ancaman bagi pasukannya dan mereka sedang diinterogasi.

    Perjanjian Gencatan Senjata Israel-Hizbullah

    Perjanjian gencatan senjata Israel dan Hizbullah mulai berlaku pada 27 November 2024, dengan mediasi dari sekutu Israel, Amerika Serikat (AS).

    Perjanjian itu mengharuskan Israel menarik pasukannya dari Lebanon dalam waktu 60 hari, yaitu paling lambat pada 26 Januari 2025, dan disertai dengan peningkatan penempatan Angkatan Darat Lebanon dan UNIFIL.

    Sementara itu, Hizbullah harus menarik anggota dan peralatannya serta mundur ke utara Sungai Litani, yang berjarak sekitar 30 kilometer dari perbatasan, dan membongkar semua struktur militer yang tersisa di wilayah Selatan.

    Namun, pada Jumat (24/1/2025), Israel menuduh pemerintah Lebanon tidak sepenuhnya menerapkan perjanjian tersebut.

    Sementara, tentara Lebanon menganggap Israel tidak mematuhi perjanjian itu karena tidak menarik semua pasukannya hingga batas waktu.

    Tentara Lebanon mengatakan telah meningkatkan penempatan pasukan di selatan Sungai Litani dan berkoordinasi dengan komite lima partai yang mengawasi pelaksanaan perjanjian itu dan UNIFIL.

    Tentara Lebanon menegaskan, keterlambatan dalam sejumlah tahap terjadi karena penundaan penarikan pasukan Israel.

    Mereka menekankan siap untuk menyelesaikan penempatan tentara Lebanon segera setelah Israel menarik pasukannya dari Lebanon.

    Sebelumnya, Hizbullah mendukung Hamas di Gaza dan terlibat pertempuran dengan Israel di perbatasan Lebanon selatan sejak 8 Oktober 2023. 

    Hizbullah sebelumnya mengatakan tidak akan berhenti menyerang Israel jika Israel masih melanjutkan serangannya di Jalur Gaza.

    Namun, pada 27 November 2024, Israel dan Hizbullah menyetujui perjanjian gencatan senjata.

    Sementara itu, Hamas menghormati keputusan Hizbullah meski saat itu Israel masih melanjutkan serangannya di Jalur Gaza.

    Jumlah Korban di Jalur Gaza

    Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 47.306 jiwa dan 111.483 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Minggu (26/1/2025) menurut Kementerian Kesehatan Gaza, dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.

    Sebelumnya, Israel mulai menyerang Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak pendirian Israel di Palestina pada 1948.

    Israel mengklaim ada 101 tahanan yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 tahanan dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

    Pada Minggu (19/1/2025), Israel-Hamas melakukan pertukaran 3 wanita Israel dengan 90 warga Palestina sebagai bagian dari tahap 1 dalam perjanjian gencatan senjata.

    Israel dan Hamas melakukan pertukaran tahanan kedua pada 25 Januari 2025, dengan menukar 4 tahanan tentara wanita Israel dengan 200 tahanan Palestina.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel