Negara: Palestina

  • Warga Palestina Tolak Keras Trump yang Ingin Bersihkan Gaza

    Warga Palestina Tolak Keras Trump yang Ingin Bersihkan Gaza

    Warga Palestina mengutuk keras usulan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang bertujuan agar mereka diusir dari Jalur Gaza dan dikirim ke Mesir dan Yordania. Usulan tersebut dinilai menimbulkan kekhawatiran akan adanya pembersihan etnis.

    Dilansir Al Jazeera, Senin (27/1) sebelumnya, pada Sabtu (25/1) Trump mengatakan kepada wartawan bahwa sudah waktunya untuk “membersihkan” Jalur Gaza yang terkepung dan mendesak para pemimpin Yordania dan Mesir untuk menerima warga Palestina dari Gaza, baik untuk sementara ataupun permanen.

    Keesokan harinya, Minggu (26/1) rencana tersebut langsung ditolak mentah-mentah oleh para warga Palestina. Otoritas Palestina (Palestinian Authority/PA) yang bermarkas di Ramallah, Tepi Barat mengatakan proposal itu melanggar “garis merah”, ketika warga Gaza bersikeras bahwa mereka bakal tetap berada di wilayah pesisir tersebut.

    “Tak mungkin bagi orang untuk menerima hal ini,” kata warga Palestina Nafiz Halawa kepada Al Jazeera dari Nuseirat di Gaza tengah.

    “Yang lemah mungkin akan meninggalkan negaranya karena penderitaan yang mereka alami, tapi gagasan untuk meninggalkan negara kita itu benar-benar mustahil,” dia menambahkan.

    Warga Gaza lainnya, Elham Al-Shabli pun menolak gagasan tersebut. “Jika kami ingin pergi, kami telah melakukannya sejak lama. Perang genosida yang mereka lakukan tidak bakal menghasilkan apa-apa terhadap Palestina dan kami akan tetap bertahan apapun yang terjadi,” ungkap dia.

    Otoritas Palestina: Rencana Trump adalah pelanggaran terhadap “garis merah”

    Donald Trump (instagram.com/realdonaldtrump)

    Kemudian dalam sebuah pernyataan, Otoritas Palestina menyebut rencana Trump itu merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap “garis merah” yang sudah mereka peringatkan secara konsisten.

    “Kami menekankan bahwa rakyat Palestina tidak akan pernah meninggalkan tanah atau tempat suci mereka, dan kami tidak akan membiarkan terulangnya bencana (Nakba) tahun 1948 dan 1967. Rakyat kami akan tetap tabah dan tidak akan meninggalkan Tanah Air mereka,” kata Otoritas Palestina.

    Selain itu, mereka mendesak Trump untuk mempertahankan perjanjian gencatan senjata di Gaza, memastikan penarikan penuh pasukan Israel, menetapkan Otoritas Palestina sebagai badan pemerintahan di wilayah tersebut, dan memajukan upaya menuju pembentukan negara Palestina yang berdaulat.

    Senada dengan Otoritas Palestina, kelompok Palestina yang menguasai Gaza, Hamas mengatakan bahwa Pemerintah AS harus meninggalkan proposal yang sejalan dengan skema Israel dan bertentangan dengan hak-hak rakyat Palestina. Di mana telah menentang tindakan genosida paling keji dan pengungsian sejak Israel melancarkan perangnya di Gaza pada Oktober 2023.

    Adapun kelompok militan yang telah berjuang bersama Hamas di Gaza selama lebih dari 15 bulan, Jihad Islam Palestina (The Palestinian Islamic Jihad/PIJ), menyebut pernyataan Trump merupakan dorongan kejahatan perang.

    Yordania dan Mesir tolak usulan Trump

    ilustrasi Mesir (pexels.com/David McEachan)

    Pernyataan Trump juga tampaknya menarik perhatian dari Senator Senior AS Partai Republik, Lindsey Graham yang mengatakan dalam sebuah wawancara dengan CNN bahwa dia tidak menganggap gagasan tersebut terlalu praktis dan percaya bahwa negara-negara Arab di kawasan bakal menolaknya.

    Sementara itu, Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi mengatakan bahwa prinsip-prinsip pihaknya tetap jelas dan mendukung warga Palestina untuk tetap tinggal di tanah mereka adalah posisi nasional yang tegas dan tidak berubah. Dia menambahkan, penolakan Yordania terhadap usulan Trump merupakan hal yang tegas dan penting untuk mencapai stabilitas serta perdamaian yang diinginkan semua orang.

    Dia pun menegaskan kembali bahwa penyelesaian masalah Palestina berada di tangan Palestina.

    “Yordania adalah untuk rakyat Yordania, dan Palestina adalah untuk rakyat Palestina,” kata Ayman dalam pernyataan persnya, Minggu (26/1) dikutip dari Middle East Monitor.

    Lanjut dia, mengikuti arahan kerajaan, Yordania bakal melanjutkan upayanya untuk memberikan bantuan sebanyak mungkin ke Gaza. Ayman pun menegaskan terdapat cita-cita Yordania untuk bekerja sama dengan Pemerintah AS untuk mencapai perdamaian di kawasan tersebut.

    Selain Yordania, Mesir juga menolak seruan Trump untuk memukimkan kembali warga Palestina di luar wilayah mereka.

    “Dukungan berkelanjutan Mesir terhadap ketahanan rakyat Palestina di Tanah Air mereka dan komitmen mereka terhadap hak-hak sah mereka di Tanah Air mereka, sesuai dengan hukum internasional dan hukum kemanusiaan internasional,” tegas Kementerian Luar Negeri Mesir dalam sebuah pernyataannya, dikutip Anadolu, Senin (27/1).

    Kemudian, pernyataan Trump juga dianggap Mesir sebagai ancaman terhadap stabilitas, peringatan akan meluasnya konflik regional, dan penghalang terhadap peluang perdamaian serta hidup berdampingan di antara masyarakat di kawasan.

    Mesir mendesak komunitas internasional untuk mengupayakan implementasi nyata dari solusi dua negara, meliputi pembentukan negara Palestina di seluruh wilayah nasionalnya dalam konteks persatuan Gaza dan Tepi Barat termasuk Yerusalem Timur. Hal itu sesuai dengan resolusi legitimasi internasional dan perbatasan tanggal 4 Juni 1967 silam.

    “Mesir tidak dapat menjadi bagian dari solusi apa pun yang melibatkan pemindahan warga Palestina ke Sinai,” kata Kedutaan Besar (Kedubes) Mesir di Washington, mengutip opini yang diterbitkan oleh Duta Besar Mesir untuk AS Motaz Zahran di situs AS The Hill pada Oktober 2023 lalu.

    Israel cegah pengungsi Palestina kembali ke Gaza Utara

    ilustrasi israel (unsplash.com/Taylor Brandon)

    Untuk diketahui, pernyataan Trump soal rencana pemindahan paksa warga Palestina itu muncul sepekan sesudah mulai berlakunya perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza, dengan dua putaran pertukaran tawanan telah usai. Namun, ribuan warga Palestina menunggu di penghalang jalan pada Minggu (26/1) untuk kembali ke rumah mereka masing-masing di Gaza utara.

    Hal itu terjadi karena Israel menolak membuka titik persimpangan setelah menuduh Hamas melanggar perjanjian gencatan senjata. Israel menyebut akan membuka titik penyeberangan setelah PIJ membebaskan sandera warga sipil Israel bernama Arbel Yehud. Menurut Israel, berdasarkan perjanjian gencatan senjata, tawanan sipil harus dibebaskan sebelum tentara.

    Di sisi lain, PIJ mengatakan kepada Al Jazeera pada Minggu (26/1) bahwa Yehud bakal dibebaskan sebelum Sabtu (1/2) dengan imbalan 30 sandera Palestina dari Israel. Wakil Sekretaris Jenderal PIJ Mohammed Al-Hindi juga mengatakan kelompoknya menunggu tanggapan praktis dari para mediator soal bagaimana warga Palestina bakal diizinkan kembali ke rumah mereka di Gaza Utara.

    Hani Mahmoud dari Al Jazeera, melaporkan dari titik persimpangan di Jalan Al-Rasheed di Gaza dengan mengatakan bahwa tak ada tenda untuk menyediakan perlindungan bagi para pengungsi Palestina. “Tidak ada tempat bagi mereka di sini, tidak ada tenda,” ungkap dia.

    “Kebanyakan orang tinggal di sini karena mereka membongkar tendanya, mereka mengira setelah empat tawanan Israel dibebaskan, mereka akan bisa menyeberang ke bagian utara Jalur Gaza, sesuai kesepakatan. Tapi sepertinya mereka harus tidur di sini lagi malam ini,” tutur Mahmoud.

  • Kecaman Keras Palestina soal Rencana Trump Relokasi Warga Gaza

    Kecaman Keras Palestina soal Rencana Trump Relokasi Warga Gaza

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengusulkan untuk merelokasi warga Gaza ke Mesir dan Yordania. Hal ini mendapat kecaman dari Presiden Palestina Mahmud Abbas.

    Dilansir kantor berita AFP, Senin (27/1/2025), tanpa menyebut nama pemimpin AS tersebut, Abbas “menyatakan penolakan dan kecaman keras terhadap proyek apa pun yang bertujuan untuk menggusur warga kami dari Jalur Gaza”. Warga Palestina pun “tidak akan meninggalkan tanah dan tempat-tempat suci mereka”.

    Dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh kepresidenan Palestina, Abbas mengatakan: “Kami tidak akan membiarkan terulangnya bencana yang menimpa rakyat kami pada tahun 1948 dan 1967”. Bencana yang dimaksud dikenal warga Palestina sebagai Nakba atau “malapetaka”, ketika ratusan ribu orang mengungsi selama perang yang bertepatan dengan berdirinya Israel.

    Perang Arab-Israel tahun 1967, di mana Israel menaklukkan Gaza dan Tepi Barat, dikenal sebagai Naksa, atau “kemunduran”, dan menyebabkan beberapa ratus ribu orang lainnya mengungsi dari wilayah tersebut.

    Ilustrasi warga Gaza (Foto: REUTERS/Ammar Awad)

    Selain itu, Abbas juga menolak apa yang disebutnya “setiap kebijakan yang merusak persatuan tanah Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat, termasuk Yerusalem timur”.

    Baca berita di halaman selanjutnya.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Tentara Israel Blokir Jalan, Ribuan Warga Gaza Tak Bisa Pulang

    Tentara Israel Blokir Jalan, Ribuan Warga Gaza Tak Bisa Pulang

    Jakarta, CNBC Indonesia – Puluhan ribu warga Palestina terpaksa menunggu di jalan yang diblokir untuk kembali ke rumah mereka di Gaza utara pada Minggu (26/1).

    Sayangnya, para tentara Israel diduga berusaha menghalangi warga Palestina mendekat di sepanjang jalan pesisir. Para warga yang menunggu itu pun merasa frustrasi setelah Israel menuduh Hamas melanggar perjanjian gencatan senjata dan menolak membuka titik penyeberangan.

    Melansir Reuters, ribuan orang berbaris di Gaza Tengah, menunggu jalanan dibuka, beberapa di antaranya menggunakan kendaraan, ada juga yang berjalan kaki, kata para saksi.

    Foto: REUTERS/Hatem Khaled
    A man sits as Palestinians wait to be allowed to return to their homes in northern Gaza after they were displaced to the south at Israel’s order during the war, amid a ceasefire between Israel and Hamas, in the central Gaza Strip, January 26, 2025. REUTERS/Hatem Khaled

    “Lautan orang sedang menunggu sinyal untuk kembali ke Kota Gaza dan ke utara. Ini kesepakatan yang telah ditandatangani, bukan?,” kata Tamer Al-Burai, seorang pengungsi dari Kota Gaza.

    “Banyak dari mereka tidak tahu apakah rumah mereka di kampung halaman masih berdiri. Namun, mereka tetap ingin pulang, mereka ingin mendirikan tenda di samping reruntuhan rumah mereka, mereka ingin merasa seperti di rumah,” katanya kepada Reuters.

    Pada Minggu, para saksi mengatakan banyak orang tidur semalam di Jalan Salahuddin, jalan raya utama yang membentang dari utara ke selatan dan di jalan pesisir yang mengarah ke utara. Mereka rela berlama di jalan demi menunggu untuk melewati posisi militer Israel di koridor Netzarim yang membentang di tengah Jalur Gaza.

    Petugas Rumah Sakit Al-Awda mengatakan seorang warga Palestina tewas dan 15 lainnya terluka akibat tembakan Israel, yang tampaknya dilakukan oleh tentara untuk mencegah orang-orang mendekat di sepanjang jalan pesisir. Militer Israel mengatakan mereka melepaskan tembakan peringatan kepada tersangka yang mengancam pasukannya.

    Mobil, truk, dan becak kelebihan muatan karena mengangkut kasur, makanan, hingga tenda yang digunakan sebagai tempat berlindung selama lebih dari setahun bagi warga Palestina.

    Berdasarkan perjanjian yang dibuat dengan mediator Mesir dan Qatar serta didukung oleh AS, Israel bermaksud mengizinkan warga Palestina yang mengungsi dari utara untuk kembali ke rumah mereka.

    Sayangnya, Israel mencoba mengingkari perjanjian dengan mengatakan bahwa Hamas gagal menyerahkan daftar sandera yang dijadwalkan untuk dibebaskan yakni Arbel Yehud, seorang wanita Israel yang disandera dari rumah kibbutz-nya selama serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023.

    Akibatnya, pos pemeriksaan di Gaza tengah tidak akan dibuka untuk mengizinkan penyeberangan ke utara. Hamas menyalahkan Israel atas keterlambatan tersebut dan menuduhnya mengulur-ulur waktu.

    Para mediator mengadakan pembicaraan intensif untuk menyelesaikan pertikaian dan membebaskan Yehud lebih awal dari jadwal pertukaran berikutnya pada hari Sabtu, kata seorang pejabat Palestina dan Israel.

    Seorang pejabat dari kelompok militan Gaza yang menahannya, Jihad Islam, mengatakan akomodasi semacam itu telah disetujui tetapi pejabat Israel mengatakan pembicaraan masih berlangsung, meskipun kemajuan telah dibuat.

    (hsy/hsy)

  • Hamas Sebut Kepulangan Warga Palestina ke Gaza Utara sebagai Kekalahan Israel – Halaman all

    Hamas Sebut Kepulangan Warga Palestina ke Gaza Utara sebagai Kekalahan Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kelompok militan Hamas menyebut kepulangan ratusan ribu warga Palestina ke Gaza utara sebagai kekalahan bagi Israel.

    Eksodus massal ini terjadi setelah 15 bulan perang yang menyebabkan banyak korban jiwa dan kerusakan parah di Gaza.

    Kembalinya warga Palestina ke Gaza Utara adalah bagian dari kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, Al Jazeera melaporkan.

    Pada Senin (27/1/2025) pagi, warga Palestina yang sebelumnya mengungsi mulai berjalan kaki menuju Gaza Utara.

    Mereka membawa barang-barang mereka dalam kantong plastik dan karung.

    Israel mengizinkan mereka menyeberangi jalan-jalan tertentu mulai pukul 07.00 GMT untuk berjalan kaki, dan menggunakan kendaraan pada pukul 09.00 GMT.

    Hamas menyatakan bahwa kepulangan ini adalah kemenangan bagi Palestina.

    Mereka mengatakan bahwa ini menunjukkan hubungan kuat warga Palestina dengan tanah mereka dan upaya Israel untuk menggusur mereka telah gagal.

    Kelompok Jihad Islam Palestina juga menganggap kepulangan ini sebagai respons terhadap Israel yang ingin mengusir rakyat Palestina.

    Penuh Harapan

    Pada awal perang, Israel memaksa sekitar 1,1 juta orang untuk meninggalkan Gaza Utara untuk mempersiapkan serangan darat.

    Kini, meskipun banyak daerah Gaza Utara yang hancur, warga Palestina kembali dengan semangat baru.

    Warga Palestina merasa sangat senang dan penuh harapan bisa pulang ke rumah mereka.

    Bagi mereka, hari ini adalah hari kemenangan.

    “Saya akan mulai membangun kembali rumah saya – bata demi bata, dinding demi dinding,” kata seorang warga Palestina yang telah lama mengungsi.

    Mereka merasa ini adalah momen yang sangat bersejarah bahkan menyamakan kepulangan ini dengan pengumuman gencatan senjata.

    Meskipun mereka kembali, optimisme terkait masa depan Gaza Utara masih terbatas.

    Omar Baddar, mantan wakil direktur Institut Arab Amerika, mengatakan bahwa meskipun ini adalah langkah yang baik, banyak bagian Gaza Utara yang sudah hancur dan tidak bisa dihuni.

    “Israel belum memberikan izin untuk membangun kembali rumah yang telah rusak,” katanya.

    Bagi Hamas dan pendukungnya, kepulangan warga Palestina ke Gaza Utara bukan hanya sekadar kemenangan simbolis.

    Ini adalah bukti bahwa perjuangan mereka untuk mempertahankan tanah mereka dari pendudukan Israel terus berlanjut.

    Meski banyak tantangan, semangat mereka untuk membebaskan tanah mereka tetap kuat.

    Usulan Trump soal Pemindahan Warga Palestina

    Selain itu, ada kekhawatiran tentang pemindahan warga Palestina lebih lanjut, yang sebelumnya diusulkan oleh mantan Presiden AS Donald Trump, CNN melaporkam.

    Usulan ini mengingatkan pada peristiwa sejarah ketika banyak warga Palestina dipaksa meninggalkan rumah mereka pada tahun 1948, yang dikenal dengan Nakba dan pada perang 1967 yang dikenal dengan Naksa.

    Usulan pemindahan ini membuat warga Palestina khawatir akan terjadinya pemindahan massal yang lebih besar.

    Hamas dan kelompok Jihad Islam Palestina dengan tegas menolak rencana tersebut.

    Kelompok hak asasi manusia juga mengecamnya.

    Mereka mengatakan bahwa pemindahan warga Palestina akan meningkatkan penderitaan mereka dan merupakan bentuk pembersihan etnis.

    Jumlah Korban

    Konflik ini telah mengakibatkan banyak korban.

    Sejak Oktober 2023, sedikitnya 47.306 warga Palestina tewas dan lebih dari 111.000 orang terluka.

    Banyak warga Palestina terpaksa mengungsi beberapa kali karena serangan yang terus menerus.

    Banyak dari mereka yang kembali kini mendapati rumah mereka hancur dan tidak bisa dihuni.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Prabowo tegaskan dukungan RI-Malaysia untuk kemerdekaan Palestina

    Prabowo tegaskan dukungan RI-Malaysia untuk kemerdekaan Palestina

    Jakarta (ANTARA) – Presiden Prabowo Subianto menegaskan sikap Indonesia yang sejalan dengan Malaysia dalam mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina dan solusi damai melalui pendekatan dua negara (two-state solution).

    Hal itu disampaikan Presiden Prabowo dalam pertemuannya dengan Raja Malaysia Yang di-Pertuan Agong XVII Sultan Ibrahim, di Menara Kembar Petronas, Kuala Lumpur City Center, Malaysia, Senin.

    “Masalah Palestina kita berada dalam satu garis. Kita tetap mendukung kemerdekaan Palestina dan kita sangat tegas bahwa the only solution is a two-state solution,” ujar Presiden Prabowo diikuti dalam jaringan Sekretariat Presiden di Jakarta.

    Presiden Prabowo juga menyambut baik adanya gencatan senjata yang tengah berlangsung di wilayah konflik. Ia berharap gencatan senjata ini dapat bertahan dan menjadi langkah awal menuju perdamaian yang lebih permanen.

    “Itu pun yang kita selalu sampaikan. Kita terima dengan baik gencatan senjata yang sekarang. Tentunya kita berharap gencatan senjata ini akan bertahan,” ujarnya.

    ndonesia dan Malaysia terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung hak-hak rakyat Palestina melalui diplomasi aktif di tingkat regional dan internasional. Dukungan terhadap Palestina tetap menjadi salah satu prioritas dalam kebijakan luar negeri kedua negara.

    Kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza dicapai pada Rabu (15/1) melalui mediasi Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat.

    Gencatan senjata ini melibatkan penghentian konflik selama 42 hari, pertukaran tawanan, penarikan pasukan Israel dari perbatasan Gaza, serta pengiriman bantuan kemanusiaan.

    Menteri Luar Negeri Qatar mengumumkan bahwa kesepakatan mulai berlaku pada Minggu (19/1) pukul 8.30 waktu setempat. Meski begitu, tahap kedua dan ketiga kesepakatan ini masih dalam proses pembahasan.

    Sekjen Hizbullah Naim Qassem menyambut kesepakatan tersebut, memuji ketangguhan Hamas, dan menyatakan perselisihan di Israel semakin mendalam pasca-gencatan senjata.

    Ia juga meminta militer Lebanon melawan pelanggaran kedaulatan Lebanon oleh Israel. Para penjamin kesepakatan telah sepakat mendirikan pusat koordinasi di Kairo, Mesir.

    Pewarta: Andi Firdaus
    Editor: Laode Masrafi
    Copyright © ANTARA 2025

  • JK Targetkan 10 Masjid untuk Gaza Rampung Saat Ramadan, DMI Buka Donasi – Page 3

    JK Targetkan 10 Masjid untuk Gaza Rampung Saat Ramadan, DMI Buka Donasi – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Dewan Masjid Indonesia (DMI) memulai pengumpulan dana untuk pembangunan 10 masjid semi permanen untuk warga Gaza, Palestina. Donasi tersebut dibuka mulai hari ini, Senin (27/1/2025) yang juga bertepatan dengan momentum peringatan Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW, 27 Rajab 1446 H.

    DMI menargetkan, pembangunan 10 masjid di Gaza tersebut sudah rampung saat memasuki bulan suci Ramadan 1446 H/2025 M.

    “Lebih dari satu tahun setengah di Gaza, ada seribu masjid yang dihancurkan oleh pihak Israel. Karena itu, ada perencanaan sementara untuk membangun masjid-masjid semi permanen dulu,” tutur Ketua Umum DMI Jusuf Kalla alias JK di Gedung Pengurus Pusat DMI, Matraman, Jakarta Timur, Senin.

    “Targetnya bulan Ramadan ini (selesai 10 masjid),” sambungnya.

    Menurut JK, pembangunan 10 masjid untuk Gaza itu akan menggunakan dana DMI yang sebelumnya telah terkumpul. Sementara, target pembangunan 100 masjid nanti akan melibatkan alokasi dana dari seluruh masjid di Indonesia.

    “Sementara ini, telah diputuskan sendiri untuk segera membangun 10 masjid. Tapi untuk perencanaan lanjut, Bulan Ramadan ini kita harapkan bahwa masjid, jamaah masjid, dalam rangka mengumpulkan sadaqah, infaq, dan zakat, itu menyumbangkan untuk kira-kira 5 sampai 10 persen sesuai kemampuan masjid masing-masing untuk program pembangunan masjid di Gaza,” ucap JK.

    Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 itu berharap seluruh masjid di Indonesia dapat ikut mendukung upaya pembangunan masjid untuk warga Gaza, Palestina. DMI sendiri berencana membuka kerjasama dengan Baznas dan pihak terkait lainnya.

    “Tadi kita sudah bicara dengan Muhammadiyah juga, Muhammadiyah barusan ini sudah siapkan juga. Nanti kita bersama-sama semua, kita atur. Memang yang kita harapkan kalau kita bisa kumpulkan minimum Rp30 miliar,” ucap JK menandaskan.

  • Israel Awalnya Perintahkan Warga Gaza Jalan Kaki, Tentara Bayaran AS Turun Tangan Periksa Kendaraan – Halaman all

    Israel Awalnya Perintahkan Warga Gaza Jalan Kaki, Tentara Bayaran AS Turun Tangan Periksa Kendaraan – Halaman all

    Warga Gaza Awalnya Kembali Hanya Boleh Jalan Kaki, Tentara Bayaran AS Turun Tangan Periksa Kendaraan

    *Hamas: Israel Gagal Usir Paksa Warga Palestina dari Gaza

    TRIBUNNEWS.COM – Warga Palestina di Jalur Gaza yang terusir karena agresi Israel, pada  Senin (27/1/2025) mulai kembali ke rumah mereka di Jalur Gaza utara.

    Kembali para pengungsi Gaza ke rumah-rumah mereka ini untuk pertama kalinya sejak Israel melancarkan perang pada bulan Oktober 2023 di daerah kantong itu.

    Atas kembalinya warga Gaza ke rumah, Hamas mengatakan kalau ini adalah kemenangan bagi rakyat Palestina dan kekalahan bagi Israel serta rencana pengusiran paksanya terhadap warga Gaza.

    Selain membalas Hamas, agresi Israel ke Jalur Gaza selama 15 bulan terakhir, terindikasi untuk mengusir warga Palestina di wilayah tersebut untuk kemudian mendirikan pemukiman-pemukiman Yahudi di sana.

    “Kembalinya para pengungsi adalah kemenangan bagi rakyat kami dan deklarasi kegagalan dan kekalahan pendudukan (Israel) dan rencana pemindahannya,” kata pemimpin senior Izzat al-Rishq dalam sebuah pernyataan dikutip Anews, Senin.

    “Kembalinya para pengungsi kami ke rumah mereka membuktikan sekali lagi kegagalan pendudukan dalam mencapai tujuan agresinya untuk memindahkan rakyat kami dan mematahkan tekad mereka,” tambahnya.

    Ia juga mendesak untuk meningkatkan pengiriman bantuan dan pertolongan ke semua wilayah kantong Palestina (Gaza) yang diblokade, tempat kampanye militer Israel sejak 7 Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 47.000 orang dan membuat sebagian besar penduduknya mengungsi.

    Ratusan ribu warga Gaza yang terusir dan mengungsi karena agresi militer Israel, kembali ke rumah-rumah mereka ke wilayah Gaza Utara, Senin (27/1/2025).

    Awalnya, Warga Gaza Kembali ke Utara Hanya Boleh dengan Berjalan Kaki

    Puluhan ribu warga Palestina mulai kembali ke Gaza utara sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan kelompok Palestina Hamas yang mulai berlaku pada 19 Januari.

    Tentara Israel mengatakan warga Palestina akan diizinkan kembali dengan berjalan kaki ke Gaza utara melalui Koridor Netzarim dan Jalan Al-Rashid di pesisir mulai pukul 7 pagi waktu setempat (0500GMT).

    Perkembangan ini terjadi setelah Qatar mengumumkan bahwa kelompok Palestina, Hamas, setuju untuk membebaskan tawanan perempuan Israel Arbel Yehud dan dua orang lainnya pada hari Jumat.

    Warga Palestina yang mengungsi mulai kembali ke Gaza utara untuk pertama kalinya sejak perang genosida Israel dimulai, pada Senin 27 Januari 2025. (tangkap layar/Presstv)

    Pada hari Sabtu, Hamas membebaskan empat tentara perempuan Israel dengan imbalan 200 tahanan Palestina.

    Adapun Kementerian Dalam Negeri Gaza mengumumkan penerapan langkah-langkah yang memungkinkan penduduk yang terlantar untuk kembali ke Gaza utara melalui Jalan Al-Rashid mulai Senin pagi.

    Kementerian menyatakan kalau pergerakan pejalan kaki di kedua arah di Jalan Al-Rashid diizinkan dari pukul 7:00 pagi waktu setempat, sementara pergerakan kendaraan di jalan ini tetap dilarang berdasarkan perjanjian saat ini.

    Koresponden RNTV melaporkan kalau, “Ribuan warga Palestina yang terlantar mulai berjalan kembali ke Gaza utara melalui Jalan Al-Rashid Senin pagi.”

    Dalam pembaruan terkait, kementerian mengkonfirmasi bahwa Salah Al-Din Street akan dibuka untuk kendaraan yang menuju utara mulai pukul 9:00 pagi, dengan semua kendaraan mengalami inspeksi sebelum diizinkan lewat.

    Media Ibrani melaporkan bahwa kendaraan yang kembali ke Gaza utara akan menjalani inspeksi yang dilakukan oleh perusahaan swasta yang berbasis di AS.

    Militer Israel mengumumkan dimulainya prosedur baru yang memfasilitasi kembalinya penduduk Gaza ke wilayah utara. 

    Menurut pernyataan mereka, pergerakan pejalan kaki melalui jalan pantai Netzarim dan Al-Rashid dimulai pada pukul 07:00.

    Antrean dan tumpukan kendaraan saat ratusan ribu warga Gaza yang terusir dan mengungsi karena agresi militer Israel, kembali ke rumah-rumah mereka ke wilayah Gaza Utara, Senin (27/1/2025).

    Tentara Bayaran AS Periksa Kendaraan Warga Gaza

    Belakangan, pergerakan pengungsi Gaza mengunakan kendaraan diperbolehkan.

    “Lalu lintas kendaraan melalui Jalan Salah Al-Din akan dimulai pada pukul 9:00 pagi setelah pemeriksaan keamanan,” tulis Anadolu.

    Militer IDF menekankan bahwa akses ke penyeberangan Rafah, Rute Philadelphia, dan semua zona militer ‘Israel’ tetap dilarang keras.

    Kendaraan Palestina telah mulai bergerak ke utara melalui Jalan Salah al-Din di bawah protokol pemeriksaan ketat, sumber-sumber lokal melaporkan Senin.

    Menurut media Ibrani, sebuah perusahaan swasta Amerika telah ditugaskan untuk mengawasi proses inspeksi untuk semua kendaraan yang kembali ke Gaza utara.

    Perkembangan ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan untuk mengatur kembalinya penduduk ke daerah utara setelah perjanjian baru-baru ini. Semua kendaraan harus menjalani pemeriksaan menyeluruh sebelum diizinkan untuk melanjutkan.

     

     

    (oln/anews/rntv/khbrn/anadolu/*)

  • Jusuf Kalla Tanggapi Trump soal Relokasi Warga Gaza ke Indonesia: Tidak Mungkin – Page 3

    Jusuf Kalla Tanggapi Trump soal Relokasi Warga Gaza ke Indonesia: Tidak Mungkin – Page 3

    Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Anis Matta menanggapi rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang ingin merelokasi warga Palestina ke Indonesia. Menurut dia, hingga kini pemerintah belum membicarakan soal relokasi warga Gaza ke Indonesia.

    “Pada dasarnya sampai sekarang tidak ada pembicaraan soal itu,” kata Anis kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (22/1/2025).

     Menurut dia, Indonesia tak bisa menerima relokasi warga Gaza dari Palestina. Anis menilai rekonstruksi tak dapat dijadikan alasan untuk merelokasi warga Gaza dari negaranya.

    “Pada dasarnya kan kita tidak bisa menerima relokasi warga Gaza dari Gaza. Karena rekonstruksi bukan jadi kendala, bukan jadi alasan untuk melakukan relokasi,” jelasnya.

    Dia menuturkan pemerintah berencana menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Gaza.

    “Kita sekarang masih koordinasi teknis terkait dengan penyaluran bantuan kemanusiaan. Itu saja yang kita kerjakan,” ujar Anis.

    Di sisi lain, Anis menuturkan bahwa Presiden Prabowo Subianto akan melakukan kunjungan ke sejumlah negara di Timur Tengah dalam waktu dekat ini.

    “Presiden akan melakukan perjalanan ke luar negeri dalam waktu dekat. Insya Allah ke beberapa negara di Timur Tengah,” pungkas Anis.

    Sebelumnya, Tim transisi Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, yang menyebutkan bahwa Indonesia menjadi salah satu lokasi yang dipertimbangkan untuk menampung pengungsi dari Gaza.

    Adapun kabar Indonesia jadi salah satu lokasi relokasi sejumlah warga Gaza beredar dari pemberitaan NBC mengutip utusan Donald Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff.

    “Utusan Presiden terpilih Donald Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, kemudian mengusulkan untuk merelokasi sebagian penduduk Gaza ke Indonesia saat proses pembangunan kembali dimulai,” demikian laporan NBC mengutip utusan tersebut pada hari Minggu (19/1/2025).

    “Pertanyaan tentang bagaimana membangun kembali Gaza termasuk ke mana sekitar 2 juta warga Palestina dapat direlokasi sementara ini. Indonesia, misalnya, adalah salah satu lokasi yang sedang dibahas untuk relokasi sejumlah dari mereka,” kata pejabat tim transisi Donald Trump itu.

  • Kisah Pencarian Mengerikan Orang-orang yang Hilang di Gaza

    Kisah Pencarian Mengerikan Orang-orang yang Hilang di Gaza

    Jakarta

    Semuanya telah campur aduk. Tas ransel anak warna-warni. Sepatu lari. Panci yang berlubang terkena pecahan peluru. Potongan tempat tidur, kursi, kompor, dan penutup lampu. Kaca jendela, cermin, dan gelas minum yang pecah. Potongan-potongan pakaian.

    Barang-barang yang berserakan dan berdebu ini bisa menjadi penanda. Seringkali, barang ini adalah milik orang-orang yang tewas terkubur di dekat bangunan yang runtuh.

    “Sejak tentara pendudukan Israel menarik diri dari Rafah, kami telah menerima sekitar 150 panggilan dari warga sipil tentang keberadaan jenazah kerabat mereka di bawah rumah,” kata Haitham al-Homs, direktur Layanan Darurat dan Ambulans untuk badan Pertahanan Sipil di Rafah, ujung paling selatan Jalur Gaza.

    Otoritas kesehatan Palestina memperkirakan ada 10.000 orang warganya yang hilang.

    Tidak ada tanda-tanda yang jelas seperti pakaian di permukaan tanah. Tim pencarian bergantung pada informasi dari kerabat dan tetangga, atau mereka mengikuti bau kematian yang tercium dari reruntuhan.

    PERINGATAN: Cerita ini mengandung detail kekerasan yang dapat mengganggu Anda

    BBCHaitham al-Homs, direktur Layanan Darurat dan Ambulans di Rafah.

    Di setiap penghujung hari, Haitham selalu memperbarui daftar orang-orang yang ditemukan.

    Mereka bekerja menggali puing-puing reruntuhan dengan hati-hati, menyadari bahwa yang sedang mereka cari adalah potongan-potongan manusia yang telah hancur.

    Sering kali yang ditemukan tidak lebih dari sekadar tumpukan tulang. Bom-bom berdaya ledak tinggi Israel telah meledakkan dan menghancurkan banyak korban jiwa di Gaza.

    Tulang-tulang dan potongan-potongan pakaian dimasukkan ke dalam kantong mayat putih. Di atas kantong itu, Haitham menuliskan kata Arab majhoul, yang berarti “tidak dikenal”.

    BBCSisa tubuh manusia di antara reruntuhan di Rafah.

    Seorang warga Rafah, Osama Saleh, kembali ke rumahnya setelah gencatan senjata dan menemukan kerangka manusia di dalamnya. Tengkoraknya retak.

    Saleh memperkirakan tubuh itu tergeletak di sana selama empat hingga lima bulan.

    “Kami adalah manusia yang memiliki perasaan… Saya tidak dapat menyampaikan kepada Anda betapa menyedihkannya tragedi ini,” katanya.

    Baca juga:

    Dikelilingi oleh bau mayat yang membusuk setiap hari adalah pengalaman yang sangat traumatis, seperti yang sering dialami oleh mereka yang telah menyaksikan dampak kematian massal.

    BBCOsama Saleh menemukan kerangka manusia di rumahnya.

    “Mayat-mayat itu sungguh menakutkan. Kami melihat teror,” kata Osama Saleh. “Saya bersumpah, ini adalah perasaan yang menyakitkan, saya menangis.”

    Banyak keluarga yang juga menuju rumah sakit untuk mencari sisa-sisa jenazah kerabat mereka.

    Di halaman Rumah Sakit Eropa di selatan Gaza, kumpulan tulang dan pakaian terhampar di atas kantong jenazah.

    Salah satunya adalah Zaki. Dia mencari keponakannya bernama Abdul Salam al-Mughayer, 19 tahun, dari Rafah, yang hilang di daerah Shaboura.

    BBC

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    Zaki mengatakan Shaboura adalah tempat yang tidak akan pernah Anda datangi lagi jika pergi ke sana selama perang.

    “Jadi, kami tidak pergi mencarinya ke sana karena alasan itu. Kami tidak akan kembali.”

    Dia meyakini bahwa satu set tulang dan pakaian di depannya adalah milik Abdul Salam yang hilang. Dia berdiri bersama seorang pekerja rumah sakit, Jihad Abu Khreis, menunggu kedatangan saudara laki-laki Abdul Salam.

    “Saya 99% yakin mayat itu adalah dia,” kata Abu Khreis, “tetapi sekarang kita membutuhkan konfirmasi akhir dari saudaranya, orang-orang terdekatnya, untuk memastikan bahwa celana dan sepatu itu adalah miliknya.”

    BBCSaudara dari Abdul Salam memeriksa pakaian yang ditemukan beserta tulang-tulang.

    Tak lama kemudian, saudara laki-lakinya tiba dari kamp pengungsi tenda al-Mawasi, juga di selatan Gaza. Dia memiliki foto Abdul Salam di ponselnya. Ada foto sepatu larinya.

    Dia berlutut di depan kantong jenazah dan membuka penutupnya. Dia menyentuh tengkorak, pakaian. Dia melihat sepatu itu.

    Lalu, air mata menetes di matanya. Identifikasi selesai.

    Masih di tempat yang sama, satu keluarga tengah berjalan di sepanjang deretan kantong jenazah. Terlihat ada seorang nenek bersama putranya, saudari perempuan, dan seorang balita.

    Balita itu dijaga di belakang mereka, sementara perempuan tua dan putranya melihat ke balik penutup kantong jenazah.

    Mereka menatap selama beberapa detik kemudian saling berpelukan dalam kesedihan.

    Setelah itu, keluarga tersebut, dibantu oleh pekerja rumah sakit, membawa pergi sisa-sisa jenazah. Mereka menangis, tetapi tidak ada yang menangis keras.

    HandoutHandout Aya al-Dabeh, 13 tahun, terbunuh dalam serangan Israel ketika dia tinggal di sebuah sekolah.

    Aya al-Dabeh berusia 13 tahun dan tinggal bersama keluarganya serta ratusan pengungsi lain di sebuah sekolah di Tal al-Hawa, Kota Gaza utara. Dia memiliki delapan saudara.

    Suatu hari pada awal konflik, Aya pergi ke kamar mandi di lantai atas sekolah dan – menurut keluarganya – dia ditembak di dada oleh seorang sniper Israel.

    Angkatan Pertahanan Israel selalu membantah bahwa mereka tidak menargetkan warga sipil dan menyalahkan Hamas karena menyerang dari daerah sipil.

    Namun, selama perang, Kantor Hak Asasi Manusia PBB mengatakan bahwa telah terjadi “penembakan intensif oleh pasukan Israel di daerah padat penduduk yang mengakibatkan pembunuhan yang melanggar hukum, termasuk terhadap warga sipil tak bersenjata.”

    Keluarga tersebut lalu menguburkan Aya di samping sekolah, dan ibunya, Lina al-Dabah, 43 tahun, membungkusnya dengan selimut “untuk melindunginya dari hujan dan matahari”.

    Ketika militer Israel mengambil alih sekolah, Lina melarikan diri ke selatan. Dia pergi bersama empat anak lainnya, dua anak perempuan dan dua anak laki-laki.

    Lina bersatu kembali dengan suaminya yang telah pergi membawa anak-anak yang lain.

    Lina tidak punya pilihan selain meninggalkan putrinya di tempat dia terbaring.

    Di dalam hati, dia berharap untuk dapat kembali dan mengambil jenazahnya agar dilakukan penguburan yang layak setelah kedamaian tiba.

    “Aya adalah gadis yang sangat baik hati, dan semua orang mencintainya. Dia mencintai semua orang, guru-gurunya dan studinya, dan dia sangat pandai di sekolah. Dia mendoakan yang terbaik untuk semua orang,” kata Lina.

    Ketika gencatan senjata datang, Lina meminta kerabat yang masih tinggal di utara untuk memeriksa kuburan anaknya.

    BBCAnggota keluarga yang selamat melihat foto Aya.

    Ternyata kabar yang diterima Lina sangat memilukan.

    “Mereka memberi tahu kami bahwa kepalanya ada di satu tempat, kakinya ada di tempat lain, sementara tulang rusuknya ada di tempat lain. Orang yang pergi mengunjunginya terkejut dan mengirimkan foto-foto itu kepada kami,” katanya.

    “Ketika saya melihatnya, saya tidak mengerti bagaimana putri saya dikeluarkan dari kuburnya, dan bagaimana anjing-anjing memakannya? Saya tidak percaya itu.”

    Kerabat Lina telah mengumpulkan tulang Aya. Lina dan keluarganya berencana segera ke utara untuk membawa sisa-sisa jenazah anaknya untuk dimakamkan dengan layak.

    Namun, ada kesedihan yang tak berakhir, dan pertanyaan yang tidak ada jawaban – pertanyaan sama yang melekat di Lina dan juga banyak orang tua yang kehilangan anak-anak mereka di Gaza.

    Upaya apa yang bisa mereka lakukan mengingat perang telah merusak semuanya?

    “Saya tidak bisa membawanya dari tempat dia dikuburkan,” kata Lina.

    Kemudian dia bertanya: “Kemana saya bisa membawanya?”

    Laporan tambahan oleh Malak Hassouneh, Alice Doyard, Adam Campbell.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Pengungsi Palestina Mulai Kembali ke Gaza, Hamas: Ini Kemenangan!

    Pengungsi Palestina Mulai Kembali ke Gaza, Hamas: Ini Kemenangan!

    Jakarta

    Massa pengungsi Palestina mulai kembali ke utara Jalur Gaza yang dilanda perang pada hari Senin (27/1), setelah Israel dan kelompok Hamas mengatakan mereka telah mencapai kesepakatan untuk membebaskan enam sandera lainnya.

    Terobosan ini mempertahankan gencatan senjata dan membuka jalan bagi lebih banyak pertukaran sandera-tahanan berdasarkan kesepakatan, yang bertujuan untuk mengakhiri konflik selama lebih dari 15 bulan.

    Israel sebelumnya telah mencegah warga Palestina untuk kembali ke rumah mereka di Gaza utara, seiring Israel menuduh Hamas melanggar ketentuan gencatan senjata. Namun, kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan pada Minggu malam, bahwa mereka akan diizinkan untuk melintas setelah kesepakatan baru tercapai.

    Dilansir kantor berita AFP, Senin (27/1/2025), massa mulai berjalan kaki ke utara di sepanjang jalan pesisir pada Senin pagi waktu setempat, membawa barang-barang apa pun yang mereka bisa.

    “Rasanya luar biasa ketika Anda kembali ke rumah, kembali ke keluarga, kerabat, dan orang-orang terkasih, dan memeriksa rumah Anda — jika itu masih sebuah rumah,” kata warga Gaza yang mengungsi Ibrahim Abu Hassera kepada AFP.

    Hamas menyebut kepulangan itu sebagai “kemenangan” bagi warga Palestina yang “menandakan kegagalan dan kekalahan rencana pendudukan dan pemindahan”.

    Sementara itu, sekutunya, Jihad Islam, menyebutnya sebagai “respons bagi semua orang yang bermimpi menggusur rakyat kami”.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu