Negara: Palestina

  • MKD DPR terima aduan soal Ali Sera singgung Partai Gelora

    MKD DPR terima aduan soal Ali Sera singgung Partai Gelora

    Jakarta (ANTARA) – Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR RI menerima aduan soal Kepala Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI Mardani Ali Sera terkait pernyataannya yang menyinggung Partai Gelora.

    Mardani diadukan ke MKD DPR oleh seorang yang mengaku sebagai simpatisan Partai Gelora bernama Eneng Ika Haryati. Aduan tersebut disampaikan ke Kantor MKD di Kompleks Parlemen pada Kamis ini.

    “Kita terima, yang lapornya itu Eneng Ika Haryati melaporkan Mardani Ali Sera laporan terkait dengan pernyataan teradu dalam sebuah acara resmi di DPR RI,” kata Ketua MKD DPR RI Nazaruddin Dek Gam saat dikonfirmasi.

    Dia mengatakan bahwa pelapor tersebut akan dipanggil oleh MKD untuk memberikan keterangan lebih lanjut. Menurut dia, pemanggilan itu akan dilakukan pada pekan depan.

    Sementara itu, Eneng mengatakan bahwa Mardani diadukan karena mengolok-olok Partai Gelora dengan sebutan partai “nol koma”, dalam sebuah acara resmi.

    Sebagai simpatisan, dia mengaku tidak terima atas pernyataan Mardani tersebut. Menurut dia, Mardani diduga telah melanggar kode etik terkait pernyataannya itu.

    “Karena dia selaku anggota dewan, sebagai Ketua BKSAP juga seharusnya tidak seperti itu bicaranya,” ucap Eneng.

    Dia mengatakan aduan itu pun sudah diterima dengan baik oleh MKD DPR RI. Dia mengatakan bahwa aduan tersebut disampaikan sebagai inisiatif pribadi dan tidak mewakili Partai Gelora.

    “Dia mengolok-olok dengan dalil bahwa PKS jangan dekat-dekat Partai Gelora, dengan tertawa yang terbahak-bahak,” katanya.

    Adapun pernyataan yang disampaikan Mardani itu terjadi dalam acara bertajuk Silaturahmi Nasional BKSAP dengan Ormas dan Lembaga Kemanusiaan Peduli Palestina pada Selasa (21/1). Acara tersebut disiarkan secara langsung melalui kanal TVR Parlemen di YouTube.

    Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
    Editor: Chandra Hamdani Noor
    Copyright © ANTARA 2025

  • Israel Tunda Pembebasan 110 Tahanan Palestina, Bus Kembali ke Penjara Ofer – Halaman all

    Israel Tunda Pembebasan 110 Tahanan Palestina, Bus Kembali ke Penjara Ofer – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemerintah Israel telah memerintahkan penundaan pembebasan 110 tahanan Palestina yang sebelumnya dijadwalkan untuk dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tawanan hari ini.

    Menurut laporan lembaga penyiaran Israel, Kann, otoritas penjara Israel telah menerima instruksi untuk menangguhkan pembebasan ini hingga pemberitahuan lebih lanjut.

    Bus yang membawa tahanan Palestina dikabarkan kembali ke Penjara Ofer di Israel setelah keputusan ini diumumkan, dikutip dari The New Arab.

    Kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengklaim tahanan tidak akan dibebaskan hingga ada jaminan keamanan terkait pertukaran tawanan berikutnya.

    Menurut laporan, kesepakatan awal mencakup pembebasan 110 tahanan Palestina, termasuk 30 anak-anak, sebagai imbalan atas tiga tawanan Israel dan lima warga Thailand. 

    Namun, Israel menunda keputusan ini setelah melihat sambutan meriah terhadap tawanan Israel dan Thailand yang dibebaskan di Gaza.

    Juru bicara Perdana Menteri, Omer Dostri, meminta bahwa Israel menuntut jaminan dari mediator gencatan senjata sebelum melanjutkan pembebasan. 

    “Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, bersama Menteri Pertahanan Yisrael Katz, telah memerintahkan penundaan pembebasan para tahanan yang dijadwalkan hari ini, hingga pembebasan sandera kami yang aman terjamin dalam beberapa hari ke depan,” kata juru bicara perdana menteri, Omer Dostri, dalam sebuah pernyataan, dikutip dari CNN.

    Ini tentunya tidak sesuai dengan kesepakatan gencatan senjata.

    Di mana Israel seharusnya membebaskan 110 tahanan Palestina sebagai imbalan dari Hamas yang telah membebaskan 8 tahanan Israel, 5 di antaranya adalah warga Thailand.

    Adapun 110 tahanan Palestina ini di antaranya yang 32 orang yang telah menjalani hukuman seumur hidup, 48 orang menerima hukuman penjara yang bervariasi, dan 30 orang adalah anak di bawah umur.

    Hamas telah membebaskan 8 sandera Israel hari ini (30/1/2025) sesuai dengan kesepakatan gencatan senjata.

    Tahanan yang pertama dibebaskan adalah Agam Berger yang merupakan tentara wanita Israel.

    Dalam pemebebasan pertama ini, Berger dibebaskan di sebuah panggung di Khan Younis.

    Kemudian Berger diserahkan ke Palang Merah dan dipindahkan ke militer Israel.

    Berger merupakan pemuda berusia 20 tahun.

    Selama upacara serah terima Berger, perwakilan Palang Merah naik ke panggung untuk menandatangani protokol pembebasan prajurit tersebut, dikutip dari Anadolu Anjansi.

    Kemudian 7 lainnya dibebaskan dalam beberapa waktu kemudian.

    Adapun 2 di antaranya adalah Arbel Yehud dan Gad Moshe Mozes.

    Kemudian 5 warga Thailand yaitu Watchara Sriuan, Bannawat Seatho, Sathian Suwannakham, Pongsak Tanna dan Surasak Lamnau.

    Sebagai informasi, perjanjian gencatan senjata pada tahap 1 ini telah mulai berlaku sejak 19 Januari 2025.

    Sejak saat itu, Hamas telah membebaskan 10 tawanan Israel dan Israel telah membebaskan 290 tawanan.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Konflik Palestina vs Israel

  • 8 Sandera yang Dibebaskan di Khan Younis Kini Berada di Israel, Termasuk Warga Israel – Halaman all

    8 Sandera yang Dibebaskan di Khan Younis Kini Berada di Israel, Termasuk Warga Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengonfirmasi bahwa tujuh sandera yang dibebaskan dari Khan Younis, Gaza, telah tiba di Israel. 

    Dengan demikian, total delapan sandera yang dibebaskan pada hari Kamis kini berada di wilayah Israel.

    Menurut IDF, ketujuh sandera tersebut sedang menuju titik penerimaan di Israel selatan.

    Dari 8 sandera yang dibebaskan, 2 di antaranya adalah Arbel Yehud dan Gad Moshe Mozes.

    Sementara lima lainnya adalah warga Thailand.

    Kelima sandera Thailand ini di antaranya, Watchara Sriuan, Bannawat Seatho, Sathian Suwannakham, Pongsak Tanna dan Surasak Lamnau.

    “Dua sandera Israel yang kembali, Arbel Yehud dan Gad Moshe Mozes, akan dipertemukan kembali dengan keluarga mereka di sana” bersama dengan lima warga negara Thailand, kata IDF, dikutip dari CNN.

    Sebelumnya, tentara Israel Agam Berger dibebaskan dari lokasi lain di Gaza.

    Agam Berger, pertama kali ditampilkan di panggung oleh militan bersenjata di Khan Younis sebelum diserahkan ke Palang Merah dan kemudian dipindahkan ke militer Israel.

    Berger merupakan pemudia berusia 20 tahun yang ditangkap Hamas dari pangkalan militer Nahal  di perbatasan dengan Gaza, dikutip dari Euro News.

    Berger bekerja sebagai pengamat di pangkalan tersebut.

    Selama upacara serah terima Berger, perwakilan Palang Merah naik ke panggung untuk menandatangani protokol pembebasan prajurit tersebut, dikutip dari Anadolu Anjansi.

    Di Khan Younis, ribuan warga Palestina berkumpul di lokasi pengiriman dua tawanan Israel, mengganggu dan menunda penyerahan.

    Tahap enam minggu pertama perjanjian gencatan senjata mulai berlaku pada 19 Januari,

    Sepuluh tawanan Israel sejauh ini telah dibebaskan sebagai imbalan atas 290 tawanan Palestina sejak kesepakatan itu mulai berlaku.

    Sebagai imbalan, Israel dilaporkan akan membebaskan 110 tahanan Palestina pada hari yang sama.

    Menurut Masyarakat Tahanan Palestina (PPS), 32 orang di antaranya, menjalani hukuman seumur hidup, 48 orang menerima hukuman penjara yang bervariasi, dan 30 orang adalah anak di bawah umur.

    Pernyataan itu mencatat bahwa para tahanan dan narapidana yang dibebaskan diharapkan tiba di Ramallah.

    Sementara 20 dari mereka akan dideportasi ke luar wilayah Palestina, serupa dengan pembebasan sebelumnya, dikutip dari Al-Mayadeen.

    Berdasarkan kesepakatan tahap pertama, 33 tawanan Israel akan dibebaskan sebagai imbalan atas sekitar 1.700 hingga 2.000 tahanan Palestina.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Mana Dia saat Kita Dibunuh Rudal yang Didanai Amerika?

    Mana Dia saat Kita Dibunuh Rudal yang Didanai Amerika?

    PIKIRAN RAKYAT – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sebelumnya diketahui mengumumkan rencananya yang kontroversial untuk “membersihkan” Gaza, yaitu mengirim jutaan rakyat Palestina ke berbagai negara.

    Rencana Donald Trump itu berbarengan dengan ratusan ribu warga Palestina yang mengungsi mulai merayakan kepulangan mereka ke rumah, atau apapun yang masih tersisa di rumah, yang terletak di Jalur Gaza utara.

    Bagi banyak orang, kata-kata Trump tidak hanya meremehkan tetapi juga merupakan pengingat yang jelas tentang perjuangan selama puluhan tahun yang telah dialami warga Palestina untuk tetap tinggal di tanah air mereka.

    Tanah Air Tercinta

    Sejak gencatan senjata diumumkan antara Israel dan Hamas pada 19 Januari, Nizar Noman yang berusia 64 tahun telah menunggu di titik terdekat koridor militer Netzarim Israel yang melintasi Gaza tengah, untuk kembali ke rumahnya di Kota Gaza.

    “Karena saya adalah bagian dari tanah air saya, tanah air saya adalah milik saya. Saya tidak ingin menyia-nyiakan waktu untuk pergi dari rumah saya lagi,” ujarnya.

    Noman dan keluarganya dievakuasi ke selatan pada Desember 2024 setelah pasukan Israel mengepung lingkungan tempat tinggal mereka. Meskipun terjadi kekerasan dan kampanye pengungsian yang tak henti-hentinya selama 15 bulan serangan Israel, yang telah menghancurkan sebagian besar Gaza, Noman tidak pernah kehilangan harapan untuk kembali.

    “Saya menyesali hari ketika saya meninggalkan rumah dan pergi ke selatan. Sekarang saya lebih suka mati di bawah reruntuhan rumah saya daripada meninggalkannya lagi, bahkan untuk kota lain di Palestina,” ia berkata.

    Ia menanggapi saran Trump yang kontroversial tersebut, melihat ironi dalam pernyataan Presiden AS itu.

    “Presiden Trump berkhayal bahwa warga Gaza dapat pergi, meskipun keadaannya kacau seperti yang digambarkannya,” kata Noman.

    “Sekarang dia peduli dengan warga Gaza dan memikirkan masa depan kita? Di mana dia saat kita dibunuh oleh rudal Israel yang didanai oleh pajak Amerika?” tanyanya.

    Seorang pengusaha terkenal di Gaza, Noman memiliki beberapa toko di Kota Gaza, yang semuanya hancur atau terbakar selama serangan Israel. Rumah kedua putranya juga hancur menjadi puing-puing akibat serangan udara.

    Namun, Noman tidak pernah mempertimbangkan untuk meninggalkan Gaza, meskipun negara lain menawarkan insentif.

    “Ini tanah air kami. Baik saya, anak-anak saya, maupun cucu-cucu saya tidak akan pernah meninggalkannya,” tegasnya.

    Lelucon oleh Donald Trump

    Zaid Ali, 42, dari Jalur Gaza utara, percaya bahwa pernyataan Trump adalah bagian dari agenda tersembunyi untuk Nakba lainnya, ketika 750.000 orang dipaksa meninggalkan rumah mereka dan pindah ke negara-negara tetangga selama pembentukan negara Israel.

    “Amerika dan Israel selalu melakukan yang terbaik untuk ‘membersihkan’ tanah dengan paksa atau fasilitas, tetapi mereka juga selalu gagal karena jiwa kami terhubung dengan pasir di tanah ini,” kata Ali.

    Sejak 7 Oktober 2023, Ali dan keluarganya mengalami banyak pertempuran, kekalahan, kelaparan, penyakit, ketakutan, dan penghinaan. Namun, meninggalkan Gaza bukanlah pilihan.

    “Saya dan keluarga saya tetap teguh di Gaza utara. Kami bahkan tidak pernah berpikir untuk pergi,” katanya.

    Ali mengenang bagaimana ia dan lima saudaranya berusaha meyakinkan ayah mereka yang berusia 85 tahun untuk mengungsi ke Mesir sebelum perbatasan ditutup pada Mei 2024, terutama setelah kesehatannya memburuk menyusul hilangnya tiga cucu dalam serangan udara Israel. Namun ayah mereka menolak.

    “Ia menyaksikan Nakba dan pernah meninggalkan rumahnya saat masih kecil ketika mereka dipaksa mengungsi dari Haifa,” kata Ali.

    “Ia tidak akan pernah mengulangi kesalahan ayahnya. Kami butuh waktu berhari-hari untuk meyakinkannya agar mengungsi dari lingkungan kami ke lingkungan lain selama periode pemboman Israel yang intens.

    “Baginya, kata-kata Trump adalah lelucon,” ia menegaskan.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Respons Puan Terkait Isu Amerika Serikat yang Ingin Relokasi Warga Gaza ke Indonesia – Page 3

    Respons Puan Terkait Isu Amerika Serikat yang Ingin Relokasi Warga Gaza ke Indonesia – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Rencana pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk merelokasi dan mengevakuasi warga Gaza, Palestina ke beberapa negara, termasuk Indonesia, tengah mendapatkan sejumlah perhatian dari publik. Terkait isu tersebut, Ketua DPR RI Puan Maharani, turut memberikan tanggapannya.

    “Mungkin kita akan bahas di Komisi I, dan bagaimana sikap Pemerintah, (serta) DPR,” kata Puan di Gedung DPR, Selasa (21/1).

    Isu relokasi 2 juta warga sipil Palestina dari Jalur Gaza ke Indonesia pertama kali muncul dalam laporan NBC News. Media Amerika tersebut menyebutkan bahwa Presiden Trump, melalui utusannya untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, mengabarkan wacana tersebut.

    Namun, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI telah membantah kabar tersebut. Kemenlu menyatakan tidak ada pembicaraan resmi terkait relokasi 2 juta warga Gaza ke Indonesia setelah kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Kemenlu juga mengimbau Pemerintah dan masyarakat tidak berspekulasi tanpa informasi yang valid.

    Meski adanya isu tersebut, Puan menegaskan bahwa sikap Indonesia terkait Palestina tetap konsisten.

    “Sikap dari Indonesia tetap mendukung Pemerintahan Palestina,” tegasnya.

  • Trump Bakal Batalkan Visa Studi Mahasiswa Asing di AS yang Kedapatan Ikut Demo Pro-Palestina – Halaman all

    Trump Bakal Batalkan Visa Studi Mahasiswa Asing di AS yang Kedapatan Ikut Demo Pro-Palestina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Administrasi pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menerbitkan kebijakan kontroversial pada hari Rabu (29/1/2025) waktu setempat.

    Hal ini terjadi setelah Trump menandatangani perintah eksekutif untuk memerangi antisemitisme dengan mendeportasi mahasiswa asing serta individu lainnya yang terlibat dalam aksi unjuk rasa atau demo pro-Palestina.  

    Dikutip dari Reuters, perintah eksekutif dari Trump tersebut bersifat “disegerakan” oleh Departemen Kehakiman AS.

    Di dalam keterangannya, Trump mengaku kebijakan ini dikeluarkan untuk menindak ancaman teroris, pembakaran, vandalisme, dan kekerasan terhadap orang Yahudi Amerika.

    Selain itu, kebijakan ini juga digunakan untuk mengerahkan seluruh sumber daya federal AS guna memerangi apa yang disebutnya sebagai “ledakan antisemitisme di kampus dan jalan-jalan” pasca serangan 7 Oktober 2023 terhadap Israel oleh kelompok Hamas.  

    “Untuk semua warga asing yang bergabung dalam protes pro-jihadis, kami beri peringatan: pada 2025, kami akan menemui kalian, dan kami akan mendeportasi kalian,” kata Trump dalam rilis yang dibagikannya tersebut.  

    “Saya juga akan segera membatalkan visa mahasiswa untuk semua simpatisan Hamas di kampus-kampus, yang telah terinfeksi radikalisasi seperti tidak pernah sebelumnya,” tambah sang presiden, mengulang janji kampanyenya di tahun 2024 lalu.

    Di dalam kebijakan tersebut, Trump juga meminta inventarisasi dan analisis terhadap semua kasus unjuk rasa Pro-Palestina yang melibatkan sekolah K-12, perguruan tinggi dan universitas, serta dugaan pelanggaran hak sipil lainnya yang terkait dengan protes di kampus.

    Adapun dengan kebijakan tersebut, Trump memerintahkan tindakan untuk mengeluarkan staf atau mahasiswa asing yang terlibat. 

    Kebijakan terbaru Trump ini menuai kritik keras dari kelompok-kelompok hak asasi manusia dan para ahli hukum di AS.

    Carrie DeCell, pengacara senior di Knight First Amendment Institute di Universitas Columbia, mengatakan bahwa kebijakan baru Trump ini melanggar hak kebebasan berbicara yang dijamin konstitusi dan kemungkinan akan memicu tantangan hukum. 

    “Amandemen Pertama melindungi semua orang di Amerika Serikat, termasuk warga asing yang belajar di universitas-universitas Amerika,” kata Carrie.

    “Selain itu, mendeportasi warga asing berdasarkan pidato politik mereka adalah tindakan yang tidak konstitusional.”  sambungnya.

    Kecaman juga disampaikan Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), sebuah kelompok advokasi Muslim besar di AS.

    Dalam rilisnya menanggapi kebijakan Trump tersebut, CAIR mengatakan mereka akan mempertimbangkan untuk mengajukan gugatan atas perintah tersebut di pengadilan 

    Maraknya Demo Pro-Palestina di AS

    Seperti yang diketahui sebelumnya berlarut-larutnya serangan balasan Israel terhadap Hamas di wilayah Gaza menyebabkan aksi protes pro-Palestina terjadi di kampus-kampus AS pada tahun 2024 lalu.

    Selama beberapa bulan, kelompok hak sipil di AS juga mendokumentasikan lonjakan kejahatan kebencian dan insiden yang ditujukan kepada orang Yahudi, Muslim, Arab, dan kelompok keturunan Timur Tengah lainnya akibat gelombang unjuk rasa tersebut.  

    Menanggapi temuan tersebut, banyak peserta protes pro-Palestina yang membantah aksinya mendukung Hamas dapat dikategorikan sebagai tindakan antisemitik.

    Mereka beralasan bahwa unjuk rasa mereka murni disalurkan guna menentang serangan militer Israel di Gaza, di mana otoritas PBB mengatakan lebih dari 47.000 orang telah tewas dari pihak Palestina.  

    Hal ini diungkapkan Maya Berry, selaku direktur eksekutif Arab American Institute, sebuah kelompok hak sipil nonpartisan di AS.

    Maya mengatakan kelompok tersebut sangat terganggu oleh penggabungan kritik terhadap Israel dengan tuduhan antisemitisme.

    Ia juga mengatakan bahwa kebijakan baru Trump ini akan memiliki dampak yang mengekang kebebasan berbicara di seluruh AS.

    (Tribunnews.com/Bobby)

  • Iran Ejek Trump, Usul Kirim Warga Israel ke Greenland

    Iran Ejek Trump, Usul Kirim Warga Israel ke Greenland

    PIKIRAN RAKYAT – Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, baru-baru ini menyampaikan kritik pedas terhadap rencana relokasi warga Palestina dari Jalur Gaza yang diusulkan oleh Donald Trump.

    Araghchi juga menyoroti tantangan yang akan dihadapi dalam negosiasi nuklir antara Iran dan AS di masa depan.

    Menanggapi rencana relokasi warga Palestina, Araghchi dengan sarkastis menyarankan agar warga Israel yang direlokasi ke Greenland.

    Komentar ini merupakan bentuk protes terhadap usulan yang dianggap tidak manusiawi dan tidak adil bagi rakyat Palestina.

    “Saran saya berbeda. Alih-alih orang Palestina, usir saja orang Israel dan kirim mereka ke Greenland sehingga mereka bisa membunuh dua burung dengan satu batu,” kata Araghchi dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Iran International.

    Komentar ini muncul setelah adanya laporan bahwa Donald Trump telah berdiskusi dengan Raja Yordania Abdullah II tentang pembangunan perumahan untuk memindahkan lebih dari 1 juta warga Palestina dari Gaza ke negara-negara tetangga.

    Usulan ini pun telah ditolak mentah-mentah oleh Otoritas Palestina (PA) yang berpusat di Ramallah.

    Tantangan Negosiasi Nuklir

    Mengenai kemungkinan negosiasi ulang terkait program nuklir Iran, Araghchi menyatakan bahwa meskipun Teheran bersedia mendengarkan AS, mencapai kesepakatan baru akan jauh lebih menantang daripada tahun 2015, ketika kesepakatan nuklir awal berhasil dicapai.

    “Situasinya berbeda dan jauh lebih sulit daripada sebelumnya. Banyak hal yang harus dilakukan oleh pihak lain untuk mendapatkan kepercayaan kami… Kami belum mendengar apa pun kecuali kata ‘baik’, dan ini jelas tidak cukup,” katanya.

    Pernyataan ini menyiratkan bahwa Iran tidak akan terburu-buru untuk kembali ke meja perundingan tanpa adanya jaminan yang jelas dan langkah-langkah konkrit dari pihak AS untuk membangun kembali kepercayaan.

    Sikap Tegas Iran

    Araghchi juga menegaskan bahwa setiap serangan terhadap fasilitas nuklir Iran akan mendapatkan respons langsung.

    Ia menyebut tindakan semacam itu sebagai tindakan “gila” yang tidak akan membawa keuntungan bagi siapa pun.

    Sikap tegas Iran ini menunjukkan bahwa negara tersebut tidak akan ragu untuk mempertahankan kedaulatannya dan kepentingan nasionalnya.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Tepi Barat Bakal Jadi Gaza Selanjutnya? Israel Gencarkan Pembantaian, Banyak Korban Jiwa Berjatuhan

    Tepi Barat Bakal Jadi Gaza Selanjutnya? Israel Gencarkan Pembantaian, Banyak Korban Jiwa Berjatuhan

    PIKIRAN RAKYAT – Serangan udara Israel penjajah pada Rabu 29 Januari 2025 menewaskan sedikitnya 10 warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki. Aksi pembantaian itu terjadi dalam serangan yang diklaim militer Israel penjajah menargetkan militan bersenjata.

    Serangan udara itu terjadi di daerah Tubas, di Tepi Barat utara. Kekerasan di Tepi Barat telah melonjak sejak dimulainya genosida di Gaza.

    Ratusan warga Palestina telah tewas, banyak dari mereka bersenjata tapi juga termasuk pemuda pelempar batu atau warga sipil yang tidak terlibat. Selain itu, ribuan telah ditangkap oleh pasukan Israel penjajah.

    Tepi Barat, hamparan tanah berbentuk ginjal dengan panjang sekitar 100 km (62 mil), direbut oleh Israel penjajah dalam perang Timur Tengah 1967 dan dipandang oleh Palestina sebagai inti dari negara merdeka di masa depan, bersama dengan Gaza.

    Israel penjajah telah meningkatkan operasi di Tepi Barat sejak gencatan senjata di Gaza mulai berlaku pada 19 Januari 2025.

    Ledakkan Gudang dan Kelilingi Rumah Warga

    Operasi militer tentara Israel penjajah yang sedang berlangsung di daerah Jenin di Tepi Barat yang diduduki, diperluas ke Tulkarem empat hari lalu.

    Kantor berita Palestina Wafa melaporkan bahwa pasukan Israel penjajah telah meledakkan sebuah gudang di bawah sebuah bangunan tempat tinggal di lingkungan al-Wakala di kamp pengungsi Tulkarem.

    Kebakaran yang dihasilkan menyebar ke sebuah toko yang menjual tabung gas memasak, menyebabkan ledakan besar yang telah merusak beberapa rumah di dekatnya. Pasukan Israel penjajah telah mencegah kru penyelamat mencapai daerah itu untuk memadamkan api dan membantu keluarga yang mencoba mengungsi.

    Di kota Bir al-Basha, selatan Jenin, pasukan Israel penjajah juga telah mengepung sebuah rumah dan menuntut agar penghuninya menyerahkan diri.

    Israel Bakal Tetap di Jenin

    Pasukan Israel penjajah akan tetap berada di kamp pengungsi Jenin Palestina setelah serangan skala besar yang mereka luncurkan pekan lalu selesai.

    Ratusan tentara Israel penjajah yang didukung oleh helikopter, drone, dan kendaraan lapis baja telah bertempur baku tembak sporadis dengan militan Palestina sambil melakukan pencarian di jalan-jalan dan gang-gang untuk senjata dan peralatan.

    “Kamp pengungsi Jenin tidak akan seperti dulu,” ucap Menteri Pertahanan Israel penjajah, Katz saat berkunjung ke kamp pengungsi.

    “Setelah operasi selesai, pasukan IDF akan tetap berada di kamp untuk memastikan bahwa terorisme tidak kembali,” ujarnya menambahkan.

    Katz tidak memberikan rincian dan juru bicara militer menolak berkomentar.

    Sementara itu, Kementerian luar negeri Palestina mengutuk pernyataan “provokatif” Katz, dan menyerukan tekanan internasional terhadap Israel penjajah untuk menghentikan operasi tersebut, yang telah dikutuk oleh negara-negara termasuk Prancis dan Yordania.

    Pasukan Israel penjajah pergi ke Jenin segera setelah dimulainya gencatan senjata enam minggu di Gaza, dengan mengatakan bahwa itu bertujuan untuk menyerang kelompok-kelompok militan termasuk Hamas dan Jihad Islam, yang keduanya menerima dukungan dari Iran.

    Israel penjajah menganggap Tepi Barat sebagai salah satu bagian dari perang multi-front melawan kelompok-kelompok yang didukung Iran yang didirikan di sekitar perbatasannya, dari Gaza ke Lebanon dan termasuk Houthi di Yaman, dan mengalihkan perhatiannya ke daerah itu segera setelah penghentian pertempuran di Gaza.

    Sedikitnya 17 warga Palestina, termasuk enam anggota kelompok militan bersenjata dan seorang gadis berusia dua tahun, telah tewas di Jenin dan desa-desa sekitarnya selama operasi tersebut, menurut pejabat Palestina.

    Militer mengatakan bahwa pasukan telah membunuh sedikitnya 18 militan dan menahan 60 orang yang dicari, membongkar lebih dari 100 alat peledak dan merebut bengkel pembuatan senjata. Penyelidikan atas kematian gadis itu masih berlangsung.

    Di dalam kamp, puluhan rumah telah dihancurkan dan jalan-jalan telah digali oleh buldoser lapis baja khusus, mengusir ribuan orang dari rumah mereka. Air telah dipotong dan para pejabat Palestina mengatakan setidaknya 80% penduduk kamp telah dipaksa meninggalkan rumah mereka.

    “Ini menakutkan, ledakan, kebakaran, rumah-rumah yang dihancurkan,” kata Intisar Amalka, seorang penghuni kamp pengungsi yang mengatakan mobil keponakannya telah dihancurkan oleh buldoser Israel penjajah, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Reuters.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Presiden Palestina Puji Mesir yang Tolak Rencana Trump untuk Pindahkan Warga Gaza: Sangat Menghargai – Halaman all

    Presiden Palestina Puji Mesir yang Tolak Rencana Trump untuk Pindahkan Warga Gaza: Sangat Menghargai – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas, menyampaikan apresiasinya kepada Presiden Mesir, Abdel Fattah el-Sisi.

    Mahmoud Abbas memberi pujian karena Mesir menolak rencana pemindahan paksa warga Palestina dari Gaza – seperti yang diusulkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    Mahmoud Abbas memuji pemimpin Mesir tersebut dalam sebuah surat menyusul komentar yang disampaikan oleh el-Sisi dalam sebuah konferensi pers pada Rabu (29/1/2025).

    Ketika itu, el-Sisi mengatakan bahwa Mesir tidak akan mengambil bagian dalam pengusiran warga Palestina dari Gaza, yang menurutnya akan menjadi sebuah “ketidakadilan”.

    Atas sikap Mesir tersebut, Mahmoud Abbas mengatakan pihaknya sangat menghargai.

    “Kami sangat menghargai sikap tegas Mesir yang menolak pemindahan warga kami dari Gaza,” kata Abbas dalam surat tersebut, Kamis (30/1/2025), dilansir Al Jazeera.

    Abbas juga berterima kasih kepada el-Sisi karena “menentang ketidakadilan terhadap rakyat Palestina, dan menjunjung tinggi dukungan Mesir yang bersejarah dan tak tergoyahkan terhadap perjuangan Palestina”.

    Pada Minggu (26/1/2025), Presiden AS Donald Trump mengatakan dia ingin Mesir dan Yordania menerima warga Palestina dari Gaza.

    Trump mengatakan dia telah mengajukan permintaan tersebut kepada Raja Yordania Abdullah dan juga berencana menanyakannya kepada Presiden Mesir.

    Trump menggambarkan Gaza sebagai “lokasi pembongkaran”.

    “Anda berbicara tentang sekitar satu setengah juta orang, dan kami hanya membersihkan seluruh tempat itu,” katanya, dikutip dari BBC.

    Trump menambahkan bahwa pemindahan itu “bisa bersifat sementara” atau “bisa bersifat jangka panjang”.

    Namun, baik Hamas maupun Otoritas Palestina mengecam usulan tersebut.

    Yordania dan Mesir juga menolak gagasan tersebut.

    Diketahui, Trump menyampaikan komentarnya tersebut saat berbicara kepada wartawan di dalam pesawat Air Force One.

    “Hampir semuanya hancur dan orang-orang sekarat di sana.”

    “Jadi saya lebih suka terlibat dengan beberapa negara Arab dan membangun perumahan di lokasi berbeda, di mana mungkin mereka bisa hidup dengan damai untuk perubahan,” katanya.

    Trump tidak memberikan perincian lebih jauh mengenai usulan tersebut, dan subjek tersebut tidak dirujuk dalam pernyataan resmi Gedung Putih.

    Saat ini, gencatan senjata sedang dipatuhi di Gaza setelah kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk menghentikan perang yang dimulai ketika Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023.

    Sekitar 1.200 orang tewas dan 251 orang dibawa ke Gaza sebagai sandera.

    Sebagian besar dari dua juta penduduk Gaza telah mengungsi dalam 15 bulan terakhir akibat perang, yang telah menghancurkan sebagian besar infrastruktur Gaza.

    Perserikatan Bangsa-Bangsa sebelumnya memperkirakan bahwa 60 persen bangunan di seluruh Gaza telah rusak atau hancur, dan perlu waktu puluhan tahun untuk membangunnya kembali.

    PENGUNGSI PALESTINA – Tangkapan Layar YouTube Al Jazeera English yang diambil pada Selasa (28/1/2025) menunjukkan puluhan ribu warga Palestina yang mengungsi kembali ke Gaza utara, setelah 15 bulan perang Israel pada Senin (27/1/2025). (Tangkapan Layar YouTube Al Jazeera English)

    Perkembangan Terkini Konflik Palestina Vs Israel

    Serangan udara Israel menewaskan sebanyak 10 warga Palestina di kota Tammun, Tepi Barat yang diduduki, saat militer Israel mengintensifkan operasi di wilayah yang diduduki.

    Lebih dari 500.000 warga Palestina telah kembali ke Gaza utara di mana mereka menunggu Israel untuk mengizinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan memasuki wilayah kantong itu.

    Larangan Israel terhadap badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) di Yerusalem Timur yang diduduki, Gaza dan Tepi Barat yang diduduki akan dimulai hari ini.

    Pertukaran tawanan ketiga dengan tahanan Palestina akan dilakukan hari ini sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

    Delapan tawanan yang ditahan di Gaza – tiga warga Israel dan lima warga Thailand – akan dibebaskan oleh Hamas, sementara 110 tahanan Palestina – 30 di antaranya berusia di bawah 18 tahun – akan dibebaskan oleh Israel.

    Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan tentara Israel akan tetap berada di kamp pengungsi Jenin, yang telah menjadi sasaran operasi militer selama berminggu-minggu oleh pasukan keamanan Israel dan Otoritas Palestina, dan berjanji “tidak akan kembali seperti semula”.

    Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan delapan orang terluka dalam serangan Israel pada hari Rabu, meskipun ada perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah.

    Serangan udara Israel telah menewaskan tiga warga negara Turki yang berusaha menyeberang secara ilegal dari Lebanon ke Israel, kata Kementerian Luar Negeri Turki.

    Perang Israel di Gaza telah menewaskan sebanyak 47.417 warga Palestina dan melukai 111.571 orang sejak 7 Oktober 2023.

    Setidaknya 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas hari itu dan lebih dari 200 orang ditawan.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

  • Kasih Palestina Berhasil Salurkan Bantuan ke Pengungsi Palestina di Yordania dan Gaza

    Kasih Palestina Berhasil Salurkan Bantuan ke Pengungsi Palestina di Yordania dan Gaza

    loading…

    Lembaga kemanusiaan Kasih Palestina sukses menyelesaikan misi penyaluran bantuan kepada pengungsi Palestina di Yordania dan Gaza. Foto/Dok. SINDOnews

    JAKARTA – Lembaga kemanusiaan Kasih Palestina sukses menyelesaikan misi penyaluran bantuan kemanusiaan kepada pengungsi Palestina di Yordania dan Gaza . Di kamp pengungsian Palestina di Yordania, bantuan yang diberikan meliputi hotmeal, sembako, jaket, dan selimut. Sementara itu, bantuan berupa tepung gandum telah berhasil dikirimkan ke Gaza untuk mendukung kebutuhan pangan masyarakat di wilayah tersebut.

    Tim Kasih Palestina kembali ke Indonesia pada 27 Januari 2025 setelah menjalankan misi selama sembilan hari. Mereka yakni Sopian Suprianto (CEO Kasih Palestina), Yeremia Purwadi Sastra (Chief Program Officer), Ai Hidayatunnajah (Staff Program Officer), dan S. Febrianti Patimah (Chief Fundraising Officer).

    “Kami bersyukur atas kelancaran misi ini. Bantuan yang kami salurkan diharapkan dapat memberikan kenyamanan dan dukungan bagi para pengungsi Palestina yang menghadapi berbagai tantangan dalam situasi sulit ini,” kata Sopian Suprianto dalam siaran pers, Kamis (30/1/2025).

    Selain penyaluran bantuan, tim Kasih Palestina juga melakukan kunjungan strategis ke KBRI di Yordania, kantor UNRWA (United Nations Relief and Works Agency), serta bertemu dengan JHCO (Jordan Hashemite Charity Organization). Kunjungan ini bertujuan memperkuat sinergi kemanusiaan dan memastikan distribusi bantuan dilakukan secara tepat sasaran.

    Sebagai bagian dari misi kemanusiaan ini, tim juga menyalurkan bantuan kesehatan kepada penderita kanker asal Palestina yang dirawat di Jordan University Cancer Hospital. “Bantuan ini merupakan wujud kepedulian kami untuk meringankan beban pasien kanker Palestina. Kami ingin mereka merasakan bahwa mereka tidak sendiri dalam menghadapi perjuangan ini,” ujarnya.

    Misi ini merupakan bagian dari program unggulan Kasih Palestina, yaitu “Selamatkan Palestina”. Meliputi berbagai bidang, seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan pemberdayaan ekonomi.

    Melalui program ini, Kasih Palestina terus bekerja sama dengan berbagai pihak, baik nasional maupun internasional, guna memberikan dampak positif yang berkelanjutan. Keberhasilan misi ini kembali memperkokoh peran Kasih Palestina sebagai lembaga kemanusiaan terpercaya yang senantiasa hadir memberikan solusi nyata bagi rakyat Palestina di tengah tantangan yang dihadapi.

    (poe)