Negara: Palestina

  • Hamas Janji Bebaskan 3 Sandera Israel, Ditukar Dengan 90 Narapidana Palestina – Halaman all

    Hamas Janji Bebaskan 3 Sandera Israel, Ditukar Dengan 90 Narapidana Palestina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Militan sayap kanan Hamas, mengungkap rencana pembebasan tawanan Israel pada hari Sabtu (1/2/2025) sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata dan pertukaran sandera.

    Rencana ini diungkap oleh Juru bicara Klub Tahanan Palestina, Amani Sarahneh,

    Dalam keterangan resminya ia  mengatakan bahwa 3 tawanan Israel akan dikembalikan.

    Adapun ketiga sandera yang akan dibebaskan ini semuanya adalah laki-laki.

    Mereka adalah warga Israel Ofer Kalderon (53)  dan Yarden Bibas (34) serta warga Amerika-Israel Keith Siegel (65), sebagaimana dikutip dari BBC International.

    Rencana pembebasan sandera juga turut dikonfirmasi oleh pihak Israel yang mengatakan bahwa mereka telah menerima daftar 3 sandera yang akan dibebaskan Hamas besok Sabtu.

    Ini akan menandai pertukaran sandera dengan tahanan yang keempat sejak gencatan senjata mulai berlaku pada tanggal 19 Januari kemarin

    Israel Bebaskan 90 Tahanan Palestina

    Sebagai balasannya, Israel diketahui akan turut membebaskan 90 tahanan Palestina pada Sabtu besok.

    Pembebasan ini akan mencakup 81 tahanan yang menjalani hukuman jangka panjang dan sembilan lainnya yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.

    Pertukaran seperti ini akan terus dilakukan Hamas dan Israel dalam 42 hari, setidaknya akan ada 33 sandera Israel akan dibebaskan sebagai imbalan atas pembebasan 1.700 hingga 2.000 tahanan Palestina.

    Selain itu, gencatan senjata mencakup mekanisme penting untuk memastikan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza, dengan fokus pada penyediaan kebutuhan mendesak.

    Ratusan Truk Bantuan Antri Masuk Gaza

    Ratusan truk bantuan  kemanusiaan dilaporkan telah memasuki Jalur Gaza melalui penyeberangan Rafah pasca Hamas dan Israel melaksanakan gencatan senjata hari pertama.

    Adapun sebanyak  330 truk bantuan, termasuk 20 truk bahan bakar dilaporkan masuk ke Gaza melalui titik-titik perbatasan Al-Auja dan Kerem Shalom yang dikendalikan Israel.

    Selain itu bantuan tersebut juga diizinkan masuk ke Gaza melalui terminal di bagian utara Jalur Gaza dari Yordania.

    Tak hanya mengangkut bantuan pangan, mengutip dari Anadolu, truk kemanusiaan yang masuk juga turut membawa bahan bakar,serta berbagai pasokan alat medis.

    Sejalan dengan masuknya jumlah bantuan yang mengalir ke Gaza, Lebih dari 500.000 pengungsi Palestina dilaporkan telah pulang ke Gaza bagian utara dalam kurun waktu 72 jam.

    Para pengungsi baik pria wanita dan anak-anak berbondong-bondong berjalan kaki sambil membawa barang-barang mereka kembali setelah 15 bulan mengungsi.

    Meski banyak dari mereka kehilangan anggota keluarga serta kehilangan rumah, namun hal tersebut tak mengendurkan niat mereka untuk kembali ke kampung halaman.

    “Rasanya luar biasa ketika Anda kembali ke rumah, kembali ke keluarga, kerabat, dan orang-orang terkasih, dan memeriksa rumah Anda, apakah itu masih rumah,” kata pengungsi Gaza Ibrahim Abu Hassera kepada AFP, seperti dilansir New Arab.

    (Tribunnews.com / Namira)

  • Brigade Al-Qassam Punya Sub-Machine Gun CZ Scorpion EVO 3 Pasukan Khusus Israel, Kok Bisa? – Halaman all

    Brigade Al-Qassam Punya Sub-Machine Gun CZ Scorpion EVO 3 Pasukan Khusus Israel, Kok Bisa? – Halaman all

    Brigade Al Qassam Punya Sub-Machine Gun CZ Scorpion EVO 3 Pasukan Khusus Israel, Kok Bisa?

    TRIBUNNEWS.COM – Brigade Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Palestina, Hamas, ‘mengacungkan’ senjata baru pasukan elite Israel, Kamis (30/1/2025).

    Pemandangan itu terjadi saat pembebasan sandera Israel Agam Berger di kamp Jabalia di Jalur Gaza utara, dalam gelombang ketiga tahap pertama perjanjian gencatan senjata.

     

    Senjata macam apa itu? Kapan dan bagaimana Brigade Al-Qassam merebutnya?

    Khaberni, dalam ulasannya menulis, hal ini mengingatkan pada unggahan Brigade Al-Qassam di saluran media sosial milisi tersebut pada tanggal 26 Mei 2024.

    “Saat itu, Brigade Al-Qassam menerbitkan klip video yang menunjukkan pasukan khusus Israel dipancing ke salah satu terowongan di kamp Jabalia, Gaza Utara. Mereka terlibat pertempuran jarak dekat, menewaskan, melukai, dan menangkap semua anggota pasukan khusus Israel tersebut,” tulis ulasan tersebut dikutip Jumat (31/1/2025).

    Klip video tersebut menunjukkan, pada hari itu apa yang dikatakan Brigade Qassam sebagai “penyeretan” salah satu anggota pasukan Israel ke dalam terowongan.

    Brigade Al-Qassam kemudia memamerkan 3 senjata di antara perlengkapan tentara Israel.

    Al-Qassam mengakhiri klip video hari itu dengan kalimat, “Inilah yang diizinkan untuk dipublikasikan, dan masih banyak lagi yang akan datang,”.

    “Tampaknya, kalimat “masih banyak lagi yang akan datang” menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi dalam pembebasan Agam Berger kemarin,” kata ulasan tersebut.

    SMG PASUKAN ISRAEL – Tangkap layar situs Khaberni, Jumat (31/1/2025) yang menunjukkan Sub-machine gun (SMG) milik pasukan elite Israel yang kini dikuasai Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas. Senjata itu tampak diletakkan di meja yang menjadi tempat penandatanganan pembebasan sandera Israel, Agam Berger di Jabalia, Gaza Utara, Kamis (30/1/2025).

    Sub-Machine Gun CZ Scorpion EVO 3

    Dari analisis data gambar senjata, itu adalah Sub-Machine Gun (SMG) CZ Scorpion EVO 3, dengan peredam yang ditambahkan pada larasnya.

    “Penggunaan peredam senjata ini konsisten dengan sifat operasi rahasia yang diduga di dalam terowongan, di samping pegangan depan dan teropong dan magasin (slot amunisi) yang besar,” tulis ulasan tersebut.

    Situs Indomiliter, pernah mengulas seputar senjata ini dengan menggambarkan senjata ini sebagai senapan serbu compact.

    “Pada umumnya CZ Scorpion Evo 3 dihadirkan dengan opsi popor lipat, ciri khas dari senjata ini adalah mudah untuk dibongkar pasang. Dibangun dalam konfigurasi yang ergonomis, saat popor direntangkan senjata punya bentang 670 mm, sementara dengan popor dilipat panjangnya menjadi 410 mm. Panjang larasnya sendiri hanya 196 mm. Membuktikan sebagai senjata yang ringkas, CZ Scorpion Evo 3 punya lebar 60 mm dan tinggi 262 mm. Dari segi kinerja, CZ Scorpion Evo 3 punya kecepatan tembak 1.150 peluru per menit, sedangkan kecepatan luncur proyektil-nya 370 meter per detik,” tulis situs militer tersebut.

    Indomiliter melansir CZ Scorpion Evo 3 memiliki jangkauan hingga 250 meter bila ditembakkan dari bahu, sementara jarak jangkau efektifnya 50 meter ketika ditembakkan dalam posisi handheld dengan popor dilipat.

    Situs tersebut menjelaskan, SMG ini ditawarkan dalam dua pilihan magasin, masing-masing dengan kapasitas 20 peluru dan 30 peluru.

    Dijelaskan, mengikuti jejak senapan serbu AUG Steyr, CZ Scorpion Evo 3 mengadopsi magasin model transparan dari bahan polimer, dengan model ini menjadikan gunner dapat memantau langsung sisa amunisi yang tersedia di magasin.

    “Apa yang menarik dari CZ Scorpion Evo 3? Selain desain yang serba baru, rancangan laras senjata berbobot 2,77 kg ini dilengkapi picatinny rail dari atas, bawah, dan kiri serta kanan, menjadikan Scorpion Evo 3 sangat adaptif untuk dipasangi berbagai akesesoris alat bidik dan alat bantu penembakkan lainnya. Diantara aksesoris yang mendukung pada senjata ini mencakup opsi pemasangan grip (pegangan tangan), teropong bidik (sight), senter, dan laser pembidik. Kesemua aksesoris senjata ini mengacu pada standar Mil-1913,” kata laporan tersebut menggambarkan kecanggihan senjata ini.

    SMG TENTARA ISRAEL – Tangkapan layar dari media sosial, Jumat (31/1/2025) yang menunjukkan dua personel Brigade Al-Qassam tampak memegang sub-machine gun yang biasa dipakai pasukan elite Israel. Dua personel Al Qassam itu mengawal pembebasan sandera Agam Berger, di Jalabia, Gaza Utara, Kamis (30/1/2025).

    Pesan dari Hamas Soal Kekalahan Israel

    Terkait penampakan SMG CZ Scorpion Evo 3 di tangan personel Brigade Al-Qassam, laporan khaberni mengonfirmasi kalau, “Senjata dalam video Qassam juga cocok dengan senjata yang sama yang diletakkan di meja serah terima tahanan”.

    Ulasan tersebut menjabarkan, hal ini merupakan pesan lain yang dikirim oleh Hamas untuk menunjukkan kekalahan Israel selama pertempuran Banjir Al-Aqsa.

    “Pesan ini juga tergambar dari lokasi serah terima (pembebasan Agam Berger di Jabalia), tempat di mana Al-Qassam merebut senjata-senjata canggih tersebut,” kata ulasan tersebut.

    Pertunjukan senjata jenis ini oleh Brigade Al Qassam muncul setelah kemunculan senjata Israel yang dikenal sebagai “Tavor” (IWI Tavor) secara berulang dan mencolok.

    Tavor merupakan senapan serbu tentara elite Israel yang direbut oleh perlawanan Palestina dalam Operasi Banjir Al-Aqsa dan selama agresi Israel di Gaza.

    Kamis, Al-Qassam diketahui membebaskan sandera Israel, Agam Berger dari antara reruntuhan bangunan yang dihancurkan oleh pendudukan di kamp Jabalia, utara Jalur Gaza.

    “Proses serah terima ini mencakup sejumlah aspek yang melaluinya kelompok erlawanan mengirimkan banyak pesan ke pihak Israel, di antaranya peta Palestina dan benderanya hadir di samping Brigade Al-Qassam yang memamerkan senjata Israel,” tulis laporan itu.

    Sebelum ini, kedua tawanan Israel yang dibebaskan, Arbel Yehud dan Gadi Moses, juga diserahkan di depan rumah mendiang pemimpin Hamas Yahya Sinwar yang hancur di Khan Yunis, di Jalur Gaza selatan.

     

     

     

    (oln/khbrn/AJA/Indomltr/*)

     
     

  • Ribuan Warga Mesir Geruduk Perbatasan Rafah yang Akan Dibuka Militer Israel: Pasukan Eropa Datang – Halaman all

    Ribuan Warga Mesir Geruduk Perbatasan Rafah yang Akan Dibuka Militer Israel: Pasukan Eropa Datang – Halaman all

    Ribuan Warga Mesir Geruduk Perbatasan Rafah Gaza Selatan yang Akan Dibuka Militer Israel

    TRIBUNNEWS.COM – Otoritas Penyiaran Israel, KAN, mengutip sumber-sumber Palestina, melaporkan bahwa perbatasan Rafah akan dibuka Sabtu (1/2/2025) bukan pada Minggu seperti yang awalnya direncanakan berdasarkan perjanjian gencatan senjata Gaza.

    Kantor berita berbahasa Ibrani, Yedioth Ahronoth, mengutip seorang pejabat Uni Eropa, mengatakan bahwa Israel telah menanyakan tentang perkembangan proses pengerahan misi (pasukan keamanan) Eropa untuk membantu mengelola perlintasan perbatasan Rafah sebagai bagian dari upaya untuk membukanya kembali selama fase pertama gencatan senjata Gaza.

    Menurut pejabat tersebut, pasukan Eropa akan memainkan peran kunci dalam menstabilkan gencatan senjata.

    Peran pasukan Eropa ini berfokus pada rencana pembukaan kembali penyeberangan untuk memungkinkan warga sipil Palestina untuk bisa pergi ke luar Gaza, dengan memprioritaskan yang terluka, anak-anak, dan pasien yang membutuhkan perawatan medis di luar negeri.

    Pejabat itu menambahkan kalau petugas perbatasan Otoritas Palestina akan mengelola penyeberangan tersebut.

    “Sementara militer Israel akan tetap ditempatkan di sekitarnya untuk menjamin keamanan,” kata laporan RNTV, Jumat (31/1/2025).

    Laporan itu juga mencatat kalau UE berencana untuk mengerahkan hingga 100 petugas perbatasan sebagai bagian dari pengaturan keamanan baru, yang menggarisbawahi dukungan Eropa terhadap gencatan senjata dan kerja sama antara Tel Aviv dan Otoritas Palestina.

    DEMO BESAR – Sejumlah dari ribuan warga Mesir yang berunjuk rasa di perbatasan Rafah, di Sinai Utara yang berbatasan dengan Gaza Selatan, Jumat (31/1/2025). Mereka berdemo menentang seruan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump yang menyerukan perpindahan warga Gaza yang terusir agresi militer Israel ke wilayah Mesir.

    Digeruduk Ribuan Warga Mesir

    Sehari menjelang pembukaan perbatasan tersebut,  ribuan warga Mesir dilaporkan berkumpul di perbatasan Rafah di Sinai Utara, Jumat (31/1/2025).

    Ribuan warga Mesir itu datang  untuk memprotes rencana pengusiran paksa warga Palestina.

    Seperti dilansir media berita Mesir, Youm7, gerakan tersebut dimulai pada dini hari saat massa dalam jumlah besar dari berbagai provinsi, termasuk Qalyubia dan Ismailia, menuju Rafah.

    Mereka bergabung dalam perlawanan kolektif terhadap pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenai rencana pemindahan paksa warga Palestina ke Mesir.

    Menurut laporan Youm7, unjuk rasa ini merupakan penolakan yang jelas terhadap segala upaya untuk menempatkan warga Palestina di Mesir sebagai bagian dari rencana yang diduga untuk menyelesaikan agresi Israel.

    Peserta demonstrasi besar ini terdiri dari anggota partai politik, kelompok masyarakat sipil, dan aktivis masyarakat, serta anggota badan legislatif Mesir.

    “Para demonstran menegaskan kembali dukungan mereka yang teguh terhadap penentuan nasib sendiri Palestina dan mengecam solusi apa pun yang melibatkan pemindahan penduduk,” kata laporan tersebut.

    Mereka menekankan bahwa satu-satunya solusi yang layak adalah solusi dua negara, sesuai resolusi internasional, yang menjamin pengembalian tanah Palestina berdasarkan perbatasan sebelum tahun 1967.

    Youm7 melaporkan kalau para pengunjuk rasa membawa spanduk dan meneriakkan slogan-slogan yang mengecam usulan presiden AS untuk memukimkan kembali warga Palestina secara paksa.

    Para demonstran menyatakan keyakinan mereka bahwa rencana tersebut tidak hanya merupakan pelanggaran hak-hak Palestina tetapi juga tindakan destruktif yang akan merusak perjuangan Palestina untuk mendapatkan tanah air.

    Mereka menegaskan bahwa Mesir tetap dan akan terus menjadi pendukung utama Palestina di dunia Arab.

    “Kami tidak akan membiarkan pemindahan paksa saudara-saudari Palestina kami,” kata salah satu pembicara dalam rapat umum tersebut. “Ini bukan solusi. Satu-satunya solusi adalah perdamaian yang adil berdasarkan hukum internasional dan pengakuan hak-hak Palestina.”

    Aksi unjuk rasa tersebut juga mendapat dukungan luas dari para anggota parlemen, yang bergabung dengan massa untuk menyatakan penolakan mereka terhadap usulan tersebut.

    “Dukungan publik mencerminkan konsensus nasional yang menolak segala bentuk penyelesaian yang akan merugikan perjuangan Palestina,” tulis laporan tersebut.

    Seruan Trump ini, dilaporkan sudah ditolak secara tegas oleh pemerintah Yordania dan Mesir.

    ANTRE MASUK GAZA – Antrean truk pembawa bantuan yang berderet terhenti di sisi Mesir pada Perbatasan Rafah pada September 2024 silam. Mesir menutup perbatasan negaranya dengan Gaza tersebut karena kendali sisi Palestina direbut secara penuh oleh Israel. (khaberni/HO)

    Hamas: Terima Kasih Mesir dan Yordania

    Sebelumnya, Gerakan Pembebasan Palestina, Hamas menyatakan kalau mereka mengapresiasi sikap Yordania dan Mesir yang berani menolak permintaan Amerika Serikat (AS) terkait pengungsi Gaza yang terusir akibat agresi militer Israel.

    Sebelumnya, Presiden AS, Donald Trump menyatakan kalau dia telah berbicara dengan Raja Abdullah II dari Yordania mengenai pemindahan orang-orang dari Jalur Gaza yang hancur ke negara-negara tetangga.

    Trump mengindikasikan kalau dia juga akan berbicara dengan Presiden Mesir mengenai hal tersebut.

    Yordania dan Mesir belakangan dilaporkan menolak permintaan Trump ini.

    “Mesir dan Yordania menolak menggusur warga Palestina atau mendorong pemindahan mereka dari tanah mereka, setelah perjanjian gencatan senjata yang berlangsung selama lebih dari 15 bulan,” tulis laporan Khaberni, Senin (27/1/2025).

    Terkait sikap dua negara tetangga Palestina tersebut, Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan yang berbunyi:

    “Kami menghargai posisi sebenarnya dari Republik Arab Mesir dan Kerajaan Hashemite Yordania, yang menolak pengungsian rakyat Palestina atau mendorong pemindahan atau pencabutan tanah mereka dengan dalih atau pembenaran apa pun.”

    Hamas menambahkan, “Pada saat kami menegaskan kepatuhan rakyat Palestina terhadap tanah mereka dan penolakan mereka terhadap pengungsian dan deportasi, kami menyerukan kepada Liga Negara-negara Arab dan Organisasi Kerjasama Islam untuk menegaskan penolakan mereka terhadap segala bentuk pemindahan warga Palestina, rakyat Palestina kami, dan untuk mendukung hak nasional mereka untuk mendirikan negara Palestina merdeka dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya.”

    Warga Palestina yang mengungsi mulai kembali ke Gaza utara untuk pertama kalinya sejak perang genosida Israel dimulai, pada Senin 27 Januari 2025. (tangkap layar/Presstv)

    Seruan AS Sejalan Rencana Israel

    Juru bicara Hamas Hazem Qassem, terkait usulan Presiden AS Donald Trump untuk memindahkan penduduk Gaza ke Yordania dan Mesir, menyebut itu sebagai hal provokatif dan berbahaya.

    Seruan Trump ini, menurutnya, sejalan dengan rencana pihak Israel, khususnya, kelompok kanan ekstremis yang ingin menguasai tanah Palestina sepenuhnya menjadi pendudukan Israel.

    “Pernyataan Trump berbahaya dan sejalan dengan posisi kelompok ekstrem kanan Israel,” kata dia.

    Ia melanjutkan, “Usulan Trump tidak akan disetujui dan tidak akan diterima oleh warga Palestina mana pun.”

    Pemimpin Hamas Sami Abu Zuhri pada Minggu juga mengomentari usulan Presiden AS Donald Trump untuk “memindahkan penduduk Gaza ke negara-negara tetangga,” dengan mengatakan, “Rakyat Gaza menanggung kematian sehingga mereka tidak akan meninggalkan tanah air mereka.”

    Abu Zuhri mengatakan dalam konferensi pers: “Rakyat Gaza menanggung kematian agar tidak meninggalkan tanah air mereka, dan mereka tidak akan meninggalkannya karena alasan lain, jadi tidak perlu membuang waktu untuk proyek-proyek yang dicoba oleh Biden dan yang menyebabkan perang akan berkepanjangan.”

    Dia menambahkan: “Menerapkan perjanjian tersebut sudah cukup untuk menyelesaikan semua masalah di Jalur Gaza, dan upaya untuk menghindari perjanjian tersebut tidak ada gunanya.”

    Ratusan ribu warga Gaza yang terusir dan mengungsi karena agresi militer Israel, kembali ke rumah-rumah mereka ke wilayah Gaza Utara, Senin (27/1/2025). (RNTV/TangkapLayar)

    Yordania: Palestina untuk Palestina

    Sikap tegas Yordania atas seruan AS soal pengungsi Gaza ini ditegaskan oleh Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi.

    Safadi menegaskan kembali sikap mengenai perjuangan Palestina itu, dengan mengatakan kalau “Yordania adalah untuk Yordania, dan Palestina untuk Palestina”.

    Dalam konferensi pers dengan Koordinator Kemanusiaan dan Rekonstruksi Senior PBB untuk Gaza Sigrid Kaag, Safadi mengatakan, “Yordania bangga dengan perannya, di bawah kepemimpinan Raja Yang Mulia Abdullah, dalam memberikan bantuan kemanusiaan ke Gaza.”

    “Kami berharap dapat bekerja sama dengan pemerintah AS yang baru dan mendukung upaya perdamaian di kawasan ini,” kata Safadi.

    Dia menambahkan kalau Yordania tetap terlibat dengan semua pihak untuk mencapai perdamaian.

     “Soal Palestina harus diselesaikan dengan negara Palestina; di mana Yordania adalah untuk Yordania, dan Palestina untuk Palestina.

    “Posisi kami jelas – dua negara adalah satu-satunya jalan menuju perdamaian, dan penolakan kami terhadap perpindahan tidak tergoyahkan,” tegasnya.

    Sementara itu, Sigrid Kaag memuji peran penting Yordania dalam memberikan dan memfasilitasi pengiriman bantuan ke Gaza.

    “Ada kesempatan untuk mencapai solusi dua negara dan memberdayakan kedua belah pihak untuk mencapainya,” kata Koordinator Kemanusiaan dan Rekonstruksi Senior PBB, menambahkan bahwa mereka “berharap untuk melanjutkan kemitraan kemanusiaan kami dengan Yordania.”

     

    (oln/khbrn/anews/rntv/*)

     
     

  • Panggung Olok-olok, Hamas Ledek Logo-Logo Satuan Tempur Militer Israel Saat Pembebasan Agam Berger – Halaman all

    Panggung Olok-olok, Hamas Ledek Logo-Logo Satuan Tempur Militer Israel Saat Pembebasan Agam Berger – Halaman all

    Panggung Olok-olok, Hamas Ledek Logo-Logo Satuan Tempur Militer Israel Saat Pembebasan Sandera Agam Berger

    TRIBUNNEWS.COM – Hamas membuktikan kalau gerakan pembebasan Palestina itu masih mampu ‘hidup’ dan bahkan mengoordinir proses pembebasan sandera-sandera Israel sebagai panggung olok-olok terhadap militer Israel (IDF).

    Pembebasan sandera-sandera Israel ini merupakan bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang terjadi pada 19 Januari 2025 silam dengan imbalan pembebasan ribuan tahanan Palestina di penjara Israel dan penarikan mundur IDF dari sejumlah titik penting di Jalur Gaza.

    Diklaim Israel sudah tinggal ‘ampas’, Hamas menjadikan momen pembebasan sandera itu sebagai kesempatan pembuktian diri kalau mereka masih aktif sebagai organisasi  pemegang otoritas sekaligus militer dengan menyiapkan sejumlah hal-hal detail.

    Dalam dua kali kesempatan, Hamas -dibantu faksi lain milisi perlawanan Palestina- menyiapkan panggung besar demi ‘pertunjukan itu’.

    Patut diingat, panggung meriah ini dibuat di situasi luar biasa mengerikan akibat agresi militer Israel yang meluluhlantakkan Gaza menjadi sebagian besar hanya tinggal abu dan puing-puing kehancuran.

    Toh, Hamas masih bisa mempermalukan IDF, militer negara yang diklaim sebagai satu di antara terkuat di dunia, dalam pembebasan sandera Israel tersebut. 

    Dalam pertunjukan terbarunya, selama penyerahan prajurit IDF Agam Berger yang ditangkap di Jabalia, Gaza utara, Hamas memamerkan versi modifikasi lambang satuan-satuan tempur brigade IDF.

    “(Modifikasi logo-logo satuan tempur IDF ini) bertujuan untuk mengejek unit-unit IDF yang terlibat dalam perang Israel di Gaza,” tulis laporan RNTV, dikutip Jumat (31/1/2025).

    Simbol-simbol yang diubah itu ditampilkan secara mencolok pada platform (panggung) yang digunakan untuk ‘pertunjukan’ pembebasan sandera Agam Berger, menurut Anadolu Agency .

    Logo-logo yang didesain ulang terdiri dari lambang unit pasukan elite Israel termasuk Brigade Givati, Nahal, Kfir, dan Brigade Lapis Baja 401.

    “Semua unit tempur ini memainkan peran penting dalam agresi militer Israel di Gaza utara,” kata laporan itu.

    PEMBEBASAN SANDERA ISRAEL – Foto ini diambil pada Jumat (31/1/2025) dari publikasi resmi Telegram Brigade Al-Qassam (sayap militer Hamas) pada Kamis (30/1/2025), menunjukkan warga Palestina dan anggota Brigade Al-Qassam menyaksikan pertukaran tahanan ketiga di Jalur Gaza pada Kamis (30/1/2025). Hamas menyerahkan 3 sandera Israel dan 5 warga Thailand kepada ICRC sebelum dibawa ke negara masing-masing. (Telegram Brigade Al-Qassam)

    Rubah Givati Ditusuk Belati

    Secara rinci, perubahan logo satuan tempur militer IDF dalam konteks olok-olok ini dibuat Hamas secara kontras dengan reputasi yang dimiliki para satuan tempur IDF tersebut. 

    “Versi rancangan Hamas dari lambang rubah Brigade Givati ​​menggambarkan binatang itu ditusuk dengan belati, dengan frasa Ibrani “Jabalia, makam Givati” tertulis di atasnya,” tulis ulasan RNTV soal detail perubahan logo satuan tempur IDF yang diejek Hamas.

    Adapula lambang belati Brigade Kfir yang diubah untuk memperlihatkan belati itu menusuk tengkorak seorang prajurit IDF. 

    “Sementara itu, batang gandum Brigade Nahal diubah menjadi sabit yang menebas prajurit, dan lambang Brigade Lapis Baja ke-401 disesuaikan untuk memperlihatkan helm dengan tengkorak di dalamnya,” tulis ulasan tersebut.

    Sebagai informasi, unit-unit militer ini terlibat dalam operasi besar-besaran di Gaza utara, yang mengakibatkan kerusakan besar-besaran dan jatuhnya korban jiwa Palestina dalam jumlah besar.

    TERSENYUM – Senyum mengembang dari empat perempuan sandera Israel. Mereka dibebaskan Hamas dalam pertukaran tahanan demi gencatan senjata dengan Israel di alun-alun Kota Gaza, Sabtu (25/1/2025). (RNTV/TangkapLayar)

    Brigade Al Qassam Tenteng Senjata Pasukan Elite Israel

    Hamas sering menggunakan pesan simbolis selama pembebasan sandera Israel untuk mengirim sinyal psikologis kepada publik Israel, memastikan pesannya dipahami secara luas dengan menyertakan teks Ibrani.

    Dalam momen pembebasan sandera Israel sebelum ini, tepatnya pada 25 Januari 2025 kemarin, para personel milisi Brigade Al Qassam, sayap Hamas, dan Brigade Al Quds, sayap PIJ, dilaporkan dikerahkan ke lokasi, menjadikan alun-alun Gaza menjadi semakin padat dan meriah.

    Hal yang menarik lainnya dari pemandangan ini, situs Israel, Daily Express melaporkan kalau empat anggota Brigade Qassam yang muncul bersama para tawanan wanita Israel yang dibebaskan dari Gaza membawa senapan serbu Tavor yang digunakan oleh Pasukan Pendudukan Israel (IDF).

    Situs Israel tersebut menggarisbawahi kalau gambar yang menunjukkan para pengawal sandera Israel dari Brigade Al Qassam yang menenteng senapan serbu Tavor merupakan penghinaan terhadap militer Israel (IDF).

    Alih-alih hancur, seperti yang diklaim Israel, Al Qassam justru menunjukkan kalau mereka mampu menyita senjata penting yang digunakan pasukan elite IDF dalam agresi militer ke Gaza.

    Sabtu, Tiga Sandera Lain Israel Akan Dibebaskan

    Brigade Al-Qassam, sayap militer gerakan perlawanan Palestina Hamas, telah menerbitkan nama tiga tawanan Israel yang akan dibebaskan pada hari Sabtu.

    Juru Bicara Brigade al-Qassam, Abu Obeida membuat pengumuman tersebut dalam sebuah posting di saluran telegramnya pada Jumat (31/1/2025). 

    Ia mengatakan Ofer Calderon, Keith Siegel dan Yarden Bibas akan dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel yang mengakhiri perang genosida selama 15 bulan di Jalur Gaza.

    Sementara itu, pejabat Israel mengatakan keluarga ketiga tawanan telah diberitahu.

    Kelompok advokasi Palestina mengatakan bahwa Israel akan membebaskan 90 narapidana pada hari Sabtu dengan imbalan tiga tawanan Israel.

    “Sembilan puluh tahanan akan dibebaskan besok sebagai ganti tiga tahanan Israel, sembilan di antaranya menjalani hukuman seumur hidup dan 81 di antaranya menjalani hukuman panjang,” kata juru bicara Klub Tahanan Palestina Amani Sarahneh kepada AFP pada hari Jumat.

    Israel melancarkan serangan brutalnya ke Gaza pada 7 Oktober 2023, setelah Hamas melakukan operasi bersejarah terhadap entitas perampas kedaulatan tersebut sebagai balasan atas meningkatnya kekejaman terhadap rakyat Palestina.

    Rezim Tel Aviv gagal mencapai tujuan yang dideklarasikannya untuk membebaskan tawanan dan melenyapkan Hamas meskipun telah membunuh hampir 47.500 warga Palestina, kebanyakan wanita dan anak-anak, di Gaza.

    PEMBEBASAN SANDERA ISRAEL – Foto ini diambil pada Jumat (31/1/2025) dari publikasi resmi Telegram Brigade Al-Qassam (sayap militer Hamas) pada Kamis (30/1/2025), menunjukkan tentara wanita Israel, Agam Berger, yang dibebaskan anggota Brigade Al-Qassam melambaikan tangan kepada warga Palestina dalam pertukaran tahanan ketiga di Jalur Gaza pada Kamis (30/1/2025). (Telegram Brigade Al-Qassam)

    Mekanisme Pertukaran Sandera demi Gencatan Senjata Sejauh Ini

    Israel menerima persyaratan negosiasi lama Hamas di bawah gencatan senjata Gaza, yang dimulai pada 19 Januari.

    Adapun Israel telah membebaskan 110 tahanan Palestina, termasuk 30 anak-anak, setelah Hamas membebaskan delapan sandera Israel.

    Sempat diwarnai penundaan, Israel akhirnya melepas ratusan tahanan Palestina tersebut.

    Sebagai catatan, gencatan senjata Hamas-Israel dalam wujud pertukaran sandera-tahanan ini terdiri dari tiga tahap.

    Masing-masing tahap berlangsung selama 42 hari.

    Pada tahap pertama – tahap saat ini – sebanyak 33 tawanan Israel akan dibebaskan sebagai ganti sekitar 2.000 orang Palestina yang diculik di penjara rezim tersebut.

    Sejauh ini, Hamas telah membebaskan 10 tawanan Israel dan lima warga negara Thailand sebagai imbalan atas 400 tahanan Palestina.

    Tahap dua, masih akan diisi dengan negosiasi dari kedua pihak, di mana Israel dikhawatirkan akan membatalkan gencatan senjata karena sejumlah alasan.

     

     

    (oln/rntv/anadolu/afp/*)

     

  • 90 Tahanan Palestina Akan Dibebaskan dalam Fase Keempat Pertukaran Sandera pada Sabtu Besok  – Halaman all

    90 Tahanan Palestina Akan Dibebaskan dalam Fase Keempat Pertukaran Sandera pada Sabtu Besok  – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Komisi Palestina untuk Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan, bersama Masyarakat Tahanan Palestina telah mengumumkan pada Jumat (31/1/2025), bahwa Israel akan membebaskan 90 tahanan Palestina pada Sabtu (1/12/2025), besok.

    Pembebasan ini merupakan bagian dari fase keempat pertukaran sandera kesepakatan gencatan senjata.

    Kedua organisasi tersebut, mengonfirmasi bahwa pembebasan ini akan mencakup 81 tahanan yang menjalani hukuman jangka panjang serta 9 lainnya yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.

    Pembebasan ini merupakan imbalan dari pembebasan 3 sandera Israel oleh Hamas pada hari yang sama.

    Mereka di antaranya, Ofer Kalderon, Keith Siegel, dan Yarden Bibas.

    “Sembilan puluh tahanan akan dibebaskan besok sebagai ganti tiga tahanan Israel , sembilan di antaranya menjalani hukuman seumur hidup dan 81 di antaranya menjalani hukuman panjang,” kata juru bicara Klub Tahanan Palestina Amani Sarahneh kepada AFP, dikutip dari Al-Arabiya.

    Fase ini adalah lanjutan dari putaran ketiga pertukaran sandera yang dilakukan pada hari Kamis (30/1/2025).

    Di mana Hamas telah membebaskan 8 sandera Israel.

    Satu di antaranya tentara wanita Israel, 2 warga Israel dan 5 lainnya adalah warga Thailand.

    Kemudian, Israel membebaskan 110 tahanan sebagai imbalan.

    Dari jumlah tersebut, 32 tahanan yang menjalani hukuman seumur hidup, 48 tahanan dengan berbagai hukuman, dan 30 anak di bawah umur, dikutip dari Wafa English.

    Sebagai informasi, pertukaran sandera ini adalah bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang telah dimulai pada 19 Januari 2025.

    Gencatan senjata yang sedang berlangsung ini merupakan bagian dari upaya internasional yang bertujuan mengakhiri 470 hari serangan Israel terhadap Gaza.

    Selain perlindungan tahanan, perjanjian tersebut mencakup ketentuan penting lainnya.

    Seperti, pertukaran tahanan, pengiriman bantuan kemanusiaan untuk Gaza, serta diskusi terkait upaya de-eskalasi jangka panjang untuk mengurangi kekerasan yang sudah berlangsung lama.

    Gencatan senjata ini, disepakati setelah genosida 16 bulan yang dilakukan oleh Israel, yang menyebabkan jatuhnya banyak korban jiwa dan kerusakan yang meluas di Gaza.

    Sejumlah pejabat diplomat dari berbagai negara di kawasan dan internasional memainkan peran penting dalam mediasi kesepakatan ini.

    Fokus utama dari upaya-upaya ini adalah untuk mencegah kekerasan lebih lanjut dan mengurangi krisis kemanusiaan yang sangat mendalam.

    Poin penting dalam kesepakatan ini adalah pembebasan tahanan Palestina yang dilakukan secara bertahap.

    Selain itu, gencatan senjata mencakup mekanisme penting untuk memastikan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza, dengan fokus pada penyediaan kebutuhan mendesak.

    Seperti pasokan medis, makanan, dan tempat tinggal bagi ribuan warga sipil yang mengungsi akibat konflik yang telah berlangsung begitu lama.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Gencatan Senjata Gaza

  • Hidayat Nur Wahid: Hubungan PKS dan Partai Gelora Baik-baik Saja
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        31 Januari 2025

    Hidayat Nur Wahid: Hubungan PKS dan Partai Gelora Baik-baik Saja Nasional 31 Januari 2025

    Hidayat Nur Wahid: Hubungan PKS dan Partai Gelora Baik-baik Saja
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Wakil Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid (HNW) menegaskan, hubungan antara PKS dan Partai Gelora tetap berjalan baik, tanpa ada permasalahan apa pun.
    Hal itu disampaikan HNW saat menanggapi laporan terhadap politikus PKS, Mardani Ali Sera, ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR RI atas tuduhan menghina Partai Gelora.
    “Kita baik-baik saja (hubungannya),” ujar HNW di Kompleks Parlemen, Jumat (31/1/2025).
    Dia bahkan mengaku sempat bertemu dengan beberapa politikus Gelora dalam acara yang digelar di MPR RI.
    Dalam acara tersebut, HNW mengaku saling bertegur sapa dan bersalaman.
    “Tadi ada kawan Gelora yang datang juga. Saya juga salaman dengan mereka, enggak masalah,” jelas HNW.
    Terkait laporan terhadap Mardani, HNW menyatakan bahwa PKS menyerahkan sepenuhnya proses tersebut kepada MKD.
    Ia menekankan bahwa Mardani, sebagai anggota DPR, memiliki hak jawab untuk mengklarifikasi tuduhan yang dilayangkan.
    “MKD memiliki mekanismenya, dan Pak Mardani sebagai anggota DPR tentu juga mempunyai imunitas. Tapi sekaligus juga mempunyai hak jawab. Saya persilakan semuanya pergunakan hak yang diberikan oleh undang-undang,” kata HNW.
    Lebih lanjut, HNW menekankan bahwa PKS menghormati Partai Gelora sebagai salah satu peserta pemilu yang memiliki hak dan kewenangan sesuai dengan aturan yang berlaku.
    Wakil Ketua MPR RI itu juga memastikan bahwa PKS akan tetap menghormati semua proses yang berlangsung di DPR RI, termasuk mekanisme pelaporan ke MKD.
    “Gelora adalah salah satu partai politik yang ikut pemilu sebagaimana yang lain. Semuanya melaksanakan hak dan kewenangannya sesuai aturan yang ada. Tentu saja kita menghormati aturan-aturan yang ada, termasuk yang berlaku di DPR,” pungkasnya.
    Diberitakan sebelumnya, Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR sekaligus politikus PKS, Mardani Ali Sera, dilaporkan ke MKD karena dianggap telah menghina dan mengolok-olok Partai Gelora.
    “Terkait aduan saya itu, kalau saya bilang menyalahi kode etik. Karena dia selalu mengolok-ngolok Partai Gelora dengan partai 0 koma. Dan tidak hanya sekali, dia pun suka mengolok-ngolok, selalu mengolok-ngolok Partai Gelora,” kata simpatisan Partai Gelora, Eneng Ika Haryati, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (30/1/2025).
    Ika mengatakan, pernyataan Mardani yang ia permasalahkan terjadi saat acara ‘Silaturahmi Nasional BKSAP dengan Ormas dan Lembaga Kemanusiaan Peduli Palestina’ pada Selasa (21/1/2025) lalu.
    Ika menilai Mardani tidak pantas melakukan hal itu, apalagi dia menduduki jabatan Ketua BKSAP DPR.
    “Saya sebagai simpatisan Partai Gelora itu tidak terima. Itu melanggar kode etik, apalagi beliau itu kan ketua BKSAP. Di mana di acara itu dia menjelaskan, mengolok-ngolok dengan dalil bahwa ‘PKS jangan dekat-dekat Partai Gelora’, dengan tertawa yang terbahak-bahak,” tuturnya.
    “Kalau saya pikir sudah melanggar kode etik ya, karena dia selaku anggota dewan, sebagai Ketua BKSAP juga seharusnya tidak seperti itu bicaranya,” sambung Ika.
    Adapun di dalam laporan yang Ika sampaikan ke MKD DPR, tertulis bahwa Mardani dinilai menghina Partai Gelora.
    “Laporan dugaan pelanggaran kode etik atas pernyataan Teradu dalam sebuah acara resmi DPR RI (Silaturahmi Nasional BKSAP dengan Ormas dan Lembaga Kemanusiaan Peduli Palestina) pada 21 Januari 2025 kepada Partai Gelora yang dianggap sebagai penghinaan, diskriminasi, sarkasme, tidak adil, dan lebih mengutamakan golongannya yang dilakukan secara sadar terbuka yang ditayangkan oleh TVR Parlemen sehingga diketahui oleh masyarakat luas,” bunyi laporan tersebut.
    Dihubungi terpisah, Ketua MKD DPR, Nazaruddin Dek Gam, mengatakan pihaknya sudah menerima laporan dari simpatisan Gelora itu.
    Dek Gam menyebut MKD akan menindaklanjuti seluruh laporan tanpa tebang pilih.
    “Kita terima yang lapornya itu Eneng Ika Haryati melaporkan Mardani Ali Sera, laporan terkait dengan pernyataan teradu dalam sebuah acara resmi di DPR RI. Kita enggak ada urusan mau siapa pun yang melaporkan ke MKD, pastikan akan saya panggil,” kata Dek Gam.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Ngototnya Trump Relokasi Warga Gaza ke Mesir dan Yordania

    Ngototnya Trump Relokasi Warga Gaza ke Mesir dan Yordania

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bersikeras merelokasi warga Palestina keluar dari Jalur Gaza. Trump meyakini Mesir dan Yordania bersedia menerima pengungsi Gaza.

    Dirangkum detikcom, Jumat (31/1/2025), komentar Trump ini muncul sehari setelah Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi dan Raja Yordania Abdullah II menolak pemindahan paksa warga Gaza setelah perang antara Hamas dan Israel.

    “Mereka (Mesir dan Yordania-red) akan melakukannya. Mereka akan melakukannya,” tegas Trump saat ditanya apakah dirinya akan mempertimbangkan tindakan untuk menekan Kairo dan Amman agar menerima rencananya, termasuk mengenakan tarif.

    Demikian seperti dilansir AFP dan Anadolu Agency, Jumat (31/1/2025).

    “Mereka akan melakukannya, oke? Kita telah melakukan banyak hal untuk mereka, dan mereka akan melakukannya,” ucap Trump saat berbicara kepada wartawan di Ruang Oval Gedung Putih. Dia tidak menyebut lebih lanjut soal “banyak hal” yang dilakukan AS untuk Mesir dan Yordania tersebut.

    Alasan Trump Ngotot

    Donald Trump. Foto: DW (News)

    Akhir pekan lalu, Trump melontarkan gagasan untuk “membersihkan” Gaza setelah perang antara Israel dan Hamas, yang berkecamuk selama lebih dari 15 bulan terakhir, menjadikan wilayah Palestina itu bagaikan “area penghancuran”.

    Dia mempertegas kembali gagasannya pada pada Senin (27/1) waktu setempat. Trump menyatakan keinginan untuk memindahkan warga Palestina keluar dari Jalur Gaza, menuju ke lokasi-lokasi yang “lebih aman”, seperti Mesir atau Yordania.

    Trump juga mengatakan dirinya “ingin membuat mereka (warga Palestina di Gaza-red) tinggal di area di mana mereka bisa hidup tanpa banyak gangguan dan revolusi dan kekerasan”.

    Ditolak Mesir dan Yordania

    Pilu warga Palestina mencari tempat yang aman. Foto: REUTERS/Dawoud Abu Alkas

    Rencana Trump itu langsung ditolak oleh Mesir dan Yordania, serta menuai kecaman banyak pihak, termasuk negara-negara sekutu AS sendiri.

    Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi, dalam tanggapan publik pertamanya terhadap rencana Trump itu, mengatakan bahwa mengusir “rakyat Palestina dari tanah mereka adalah ketidakadilan yang tidak dapat kita ikut ambil bagian di dalamnya”.

    Sementara Raja Yordania Abdullah II, secara terpisah, menekankan “posisi tegas negaranya mengenai perlunya menjaga warga Palestina tetap di tanah mereka”.

    Kecaman untuk rencana Trump juga disampaikan oleh Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang menegaskan warga Palestina “tidak akan meninggalkan tanah dan tempat-tempat suci mereka”. Jerman dan Prancis, sekutu AS di Eropa, kompak menyebut rencana Trump itu “tidak dapat diterima”.

    Halaman 2 dari 3

    (taa/maa)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Imigran Pro-Palestina Tak Bisa Lagi Masuk AS? Donald Trump Keluarkan Perintah Eksekutif Baru

    Imigran Pro-Palestina Tak Bisa Lagi Masuk AS? Donald Trump Keluarkan Perintah Eksekutif Baru

    PIKIRAN RAKYAT – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengeluarkan perintah eksekutif baru. Perintah itu bertujuan untuk mendeportasi mahasiswa internasional yang telah menyatakan sentimen pro-Palestina atau berpartisipasi dalam demonstrasi pro-Palestina.

    Perintah tersebut dikeluarkan hanya seminggu setelah Trump memberlakukan larangan perjalanan yang secara samar-samar bertujuan untuk mendeportasi individu yang disebutnya sebagai “menganut ideologi kebencian”.

    Tindakan terhadap mahasiswa tersebut, menurut pakar, menandakan bagaimana pemerintahan Trump memfokuskan perhatiannya pada pemberantasan gerakan pro-Palestina di universitas AS, yang telah berkembang pesat sebagai respons terhadap perang Israel di Gaza.

    “Jika digabungkan, kedua perintah eksekutif ini pada dasarnya melarang semua non-warga negara, termasuk pemegang kartu hijau, untuk mengkritik pemerintah AS, lembaganya, atau negara Israel dengan ancaman deportasi,” kata Eric Lee, seorang pengacara imigrasi yang mewakili beberapa mahasiswa dalam kasus-kasus yang terkait dengan aktivisme Palestina.

    “Perintah terbaru ini bahkan lebih jauh lagi, berupaya mengubah universitas menjadi bagian dari Departemen Keamanan Dalam Negeri dengan menekan mereka untuk ‘memantau’ apa yang dikatakan atau ditulis mahasiswa di kelas dan apa yang diajarkan staf dan ‘melaporkannya’ kepada pihak berwenang,” ia menambahkan.

    Rincian Perintah Eksekutif

    Perintah eksekutif tersebut, yang diberi label sebagai tindakan untuk memerangi antisemitisme, mengharuskan lembaga federal untuk memberikan panduan kepada universitas tentang cara menyaring apakah warga negara asing tidak memenuhi syarat untuk memasuki negara tersebut.

    Undang-undang yang dikutip dalam perintah tersebut mengatakan bahwa setiap warga negara asing yang “mendukung aktivitas teroris” tidak diizinkan masuk ke negara tersebut.

    Perintah eksekutif itu meminta universitas untuk mengawasi mahasiswa internasional dan melaporkannya sehingga pemerintah dapat mengusir mereka.

    “Kepada semua penduduk asing yang bergabung dalam protes pro-jihadis, kami memberi tahu Anda: mulai tahun 2025, kami akan menemukan Anda, dan kami akan mendeportasi Anda,” kata Trump, menurut pernyataan yang dirilis oleh Gedung Putih.

    “Saya juga akan segera membatalkan visa pelajar semua simpatisan Hamas di kampus-kampus, yang telah dipenuhi dengan radikalisme seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya,” tambahnya.

    Meskipun pemerintah AS mungkin memerlukan waktu berbulan-bulan sebelum mencoba mendeportasi individu, kelompok pro-Israel telah mulai menyebutkan nama-nama individu yang akan dideportasi Trump.

    Minggu lalu, sebuah organisasi Zionis bernama Betar mengatakan telah mengirim daftar nama 100 mahasiswa pro-Palestina dan 20 staf pengajar yang harus dideportasi Trump.

    Dalam daftar tersebut ada Momodou Taal, seorang kandidat PhD dalam studi Afrika di Universitas Cornell. Taal telah menghadapi ancaman deportasi de facto karena aktivismenya yang pro-Palestina dan tidak asing lagi menjadi sasaran kelompok pro-Israel.

    “Pada dasarnya, kita dapat melihat bahwa perintah eksekutif ini merupakan respons terhadap advokasi pro-Palestina,” kata Taal.

    “Tidak mengherankan karena kita telah melihat selama satu setengah tahun terakhir bahwa orang-orang ini tidak akan berhenti untuk membungkam suara-suara pro-Palestina,” tambah Taal, mengacu pada kelompok Zionis yang menargetkan mahasiswa.

    “Selain itu, hal ini juga tidak mengejutkan karena kita telah melihat bahwa mereka adalah orang-orang yang sama yang akan dengan tidak malu-malu membela genosida. Jadi, mendeportasi seseorang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan itu. Jika mereka dapat membela sesuatu yang secara moral tidak dapat dipertahankan, maka saya pikir mendeportasi seseorang adalah hal yang sangat tepat,” tambah Taal.

    Mahasiswa Pro-Palestina dan Massa Pro-Israel

    Sejak perang Israel di Gaza dimulai pada Oktober 2023, kampus-kampus universitas di seluruh AS menyaksikan lonjakan demonstrasi pro-Palestina yang menyerukan diakhirinya perang serta diakhirinya investasi sekolah masing-masing di perusahaan-perusahaan yang mendapat untung dari perang.

    Beberapa universitas menanggapi protes tersebut dengan kekerasan polisi, dan dalam satu kasus di University of California-Los Angeles, massa pro-Israel menyerang demonstran mahasiswa yang telah mendirikan perkemahan solidaritas Gaza di halaman sekolah.

    Pada beberapa kesempatan, kelompok pro-Israel menuduh protes pro-Palestina sebagai antisemit.

    Saat klaim tersebut diselidiki pada sebuah demonstrasi di Institut Teknologi Massachusetts, ditemukan bahwa klaim tersebut menyamakan slogan pro-Palestina dengan antisemitisme, dan klaim bahwa siswa Yahudi dilarang menghadiri kelas adalah tidak benar.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Jenin Melawan Operasi Tembok Besi Israel, Personel Brigade Kfir Tewas Kena Tembak Milisi Tepi Barat – Halaman all

    Jenin Melawan Operasi Tembok Besi Israel, Personel Brigade Kfir Tewas Kena Tembak Milisi Tepi Barat – Halaman all

    Jenin Melawan Operasi Tembok Besi Israel, Tentara IDF Brigade Kfir Tewas Kena Tembak Milisi Tepi Barat

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang tentara Israel tewas dan lima lainnya terluka saat warga Palestina melawan serangan besar Israel di Jenin yang dimulai tepat setelah gencatan senjata menghentikan perang Israel selama 15 bulan di Gaza. 

    Militer Israel (IDF) mengumumkan dalam sebuah pernyataan bahwa sersan Liam Hazi (20) dari unit pengintaian Haruv Brigade Kfir, dari kota Rosh Haayin, tewas pada Kamis (30/1/2025).

    Mengonfirmasi bahwa salah satu korban luka dalam kondisi serius, IDF mengatakan kalau pasukannya terlibat baku tembak dengan sedikitnya dua pria Palestina bersenjata setelah memasuki sebuah bangunan di kamp Jenin.

    Kedua pria bersenjata itu tampaknya berhasil melarikan diri dari lokasi kejadian.

    Kematian tentara Israel itu terjadi di tengah agresi besar-besaran oleh pasukan rezim zionis di Tepi Barat utara yang dilancarkan minggu lalu.

    Pada hari Kamis, dua warga Palestina tewas dan beberapa lainnya, termasuk tiga wanita, terluka oleh tembakan Israel selama bentrokan di kamp pengungsi Jenin.

    Sumber-sumber lokal mengatakan kendaraan militer lapis baja Israel memasuki kamp tersebut pada Kamis malam, dan saling tembak dengan pejuang perlawanan Palestina.

    Kantor berita Palestina WAFA, mengutip Kementerian Kesehatan, melaporkan kalau kedua orang tersebut ditembak mati oleh pasukan Israel.

    Sumber keamanan Palestina mengidentifikasi warga Palestina yang tewas sebagai Yazan Hatem al-Hassan dan Amir Abu Hassan. Jenazah mereka telah ditahan oleh otoritas Israel.

    PASUKAN ISRAEL – Kendaraan militer Pasukan Pendudukan Israel (IDF) di Hebron, Tepi Barat. Menjelang gencatan senjata di Jalur Gaza, pasukan Israel mengintensifkan pengamanan di semua wilayah Tepi Barat. (khaberni/tangkap layar)

    IDF Kurung Tepi Barat

    Ketegangan meningkat di Tepi Barat akibat perang Israel di Gaza, yang telah menewaskan sedikitnya 47.460 orang dan melukai 111.580 lainnya sejak 7 Oktober 2023. 

    Gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan mulai berlaku di Gaza pada 19 Januari, yang menghentikan perang genosida Israel di wilayah pesisir tersebut.

    Selama periode yang sama, setidaknya 893 warga Palestina terbunuh dan lebih dari 6.700 terluka oleh pasukan Israel di Tepi Barat, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.

    Setidaknya 19 warga Palestina telah tewas di Jenin sejak gencatan senjata antara Israel dan Hamas mulai berlaku di Gaza. Puluhan orang terluka, ditahan, dan diusir paksa oleh keluarga-keluarga selama periode tersebut.

    Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) telah melaporkan bahwa militer Israel menghalangi upayanya untuk menjangkau yang terluka dan mengambil jenazah mereka. 

    Menurut PRCS, puluhan pos pemeriksaan dan penghalang militer telah didirikan di Tepi Barat, yang menyebabkan penundaan yang signifikan bagi warga sipil, dengan waktu tunggu antara enam hingga delapan jam.

    PENGEBOMAN – Asap hitam mebumbung dari lokasi pengeboman Israel di Jenin, Tepi Barat, Palestina. Israel memutuskan untuk memperluas agresi militer skala besar mereka ke kota-kota lain di Tepi Barat. (khaberni/tangkap layar)

    Operasi Tembok Besi

    Sebagai informasi, militer Israel (IDF) melancarkan operasi yang disebut “Tembok Besi” di kota Jenin dan kamp-kamp pengungsi Jenin yang berdekatan.

    Operasi militer ini berkembang dan meluas – termasuk di Tulkarm- di berbagai kota-kota Palestina di Tepi Barat.

    Serangan militer itu terjadi setelah penggerebekan selama berminggu-minggu oleh pasukan keamanan Otoritas Palestina (PA) di kamp pengungsi Jenin, tempat mereka menargetkan para pejuang Palestina setempat.

    Aksi represif PA ini didalilkan sebagai apa yang mereka definisikan sebagai upaya untuk memulihkan hukum dan ketertiban, tetapi banyak warga Palestina lihat sebagai tindakan keras terhadap kelompok bersenjata Palestina independen yang melawan pendudukan Israel.

    Di Mana Kekerasan Terjadi di Tepi Barat?

    Sebagai catatan, operasi militer IDF ini diiringi dengan pembiaran pada aksi-aksi kekerasan pemukim Yahudi ekstremis Israel yang menyerang warga Palestina dan propertinya di Tepi Barat.

    Al Jazeera melansir, kekerasan pemukim Israel difokuskan pada sedikitnya enam desa: Sinjil, Turmus Aya, Ein Siniya dan al-Lubban Ashaqiya (dekat Ramallah) dan Funduq dan Jinsafut, (keduanya dekat Nablus), Tepi Barat. 

    Menurut Guardian, keenam desa tersebut diidentifikasi sebagai pemukiman bagi perempuan dan anak-anak yang dibebaskan oleh pemerintah Israel sebagai bagian dari gencatan senjata.

    Di kota Jenin, tentara Israel telah mengepung rumah sakit yang dikelola pemerintah dan kamp pengungsi di dekatnya, dan dilaporkan memerintahkan evakuasi ratusan orang.

    Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menggambarkan operasi di Jenin sebagai “perubahan dalam… strategi keamanan” .

     Ia mengatakan upaya tersebut merupakan bagian dari rencana militer Israel untuk wilayah Tepi Barat yang diduduki dan merupakan “pelajaran pertama dari metode serangan berulang di Gaza”.

    Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengatakan bahwa mereka dicegah mencapai korban terluka dan jenazah korban meninggal oleh militer Israel.

    Puluhan pos pemeriksaan dan penghalang militer telah didirikan di Tepi Barat, yang menyebabkan antrean warga sipil berlangsung antara enam hingga delapan jam.

    EVAKUASI PAKSA – Pasukan Israel mengevakuasi warga Palestina dari lingkungan di Kamp Pengungsi Jenin, memaksa mereka meninggalkan daerah tersebut karena serangan dan kekerasan terus berlanjut setelah gencatan senjata di Gaza, pada tanggal 23 Januari 2025 di Jenin, Tepi Barat. (Anadolu Agency/Issam Rimawi)

    Apakah Jenin Pernah Menjadi Sasaran Serangan Sebelumnya?

    Jawabannya, sudah.

    Israel telah lama menuduh Iran menyalurkan senjata ke kelompok bersenjata di Jenin dan khususnya kamp pengungsinya.

    Jenin telah lama menjadi sarang perlawanan Palestina, dan pertumbuhan kelompok bersenjata independen, Brigade Jenin, telah membuat Israel khawatir.

    Brigade Jenin merupakan cabang dari Brigade Al-Quds, sayap militer dari gerakan Palestine Islamic Jihad (PIJ) yang disebut-sebut terafiliasi Iran.

     

    PASUKAN PA – Personel keamanan Otoritas Palestina (PA) di Jenin, Samaria utara, Tepi Barat yang diduduki Israel pada 16 Desember 2024. PA melakukan aksi-aksi represif ke warga Palestina di Tepi Barat dengan dalil penertiban stabilitas keamanan. (Foto oleh Nasser Ishtayeh/Flash90.)

    Pada bulan Desember, PA melancarkan apa yang dilaporkan sebagai konfrontasi terbesar dan paling keras dengan kelompok bersenjata di Tepi Barat sejak pengusirannya dari Gaza oleh Hamas pada tahun 2007.

    Banyak analis yang menganggap PA telah memosisikan dirinya sebagai administrator alami Gaza pascaperang , namun dituduh meniru taktik yang digunakan oleh pasukan Israel dalam serangan masa lalu terhadap Jenin dan di tempat lain.

    Taktik tiruan itu antara lain: mengepung kamp dengan pengangkut personel lapis baja, menembaki warga sipil tanpa pandang bulu, menahan dan menyiksa pemuda secara tiba-tiba, serta memutus pasokan air dan listrik ke warga sipil di dalamnya.

    Sebelum serangan oleh PA, ada sejumlah serangan terhadap Jenin oleh militer Israel.

    Koresponden Al Jazeera Shireen Abu Akleh dibunuh oleh Israel dalam salah satu serangan tersebut , pada bulan Mei 2022.

    Israel menargetkan Jenin pada bulan Juli 2023, sebelum pecahnya perang di Gaza. Selama serangan itu, tentara Israel menewaskan 12 orang dan melukai sekitar 100 orang, salah satu korban jiwa paling signifikan sejak operasi militer yang terkenal pada tahun 2002, selama Intifada kedua.

    Lima puluh dua warga Palestina , setengahnya warga sipil, dan 23 tentara Israel yang menyerang tewas selama serangan itu.

    Amnesty dan Human Rights Watch keduanya menuduh Israel melakukan kejahatan perang selama serangan tahun 2002.

    Eskalasi di Tepi Barat Terkait Gencatan Senjata Gaza?

    Jawaban singkat, iya dan tidak.

    Sementara sebagian besar tentara Israel diduduki di Gaza dan Lebanon, pemukim Israel melancarkan serangan paling kejam yang pernah tercatat di Tepi Barat.

    “Gencatan senjata tidak cukup bagi Israel,” kata Murad Jadallah dari kelompok hak asasi manusia Al-Haq dari Ramallah di Tepi Barat.

     “Kesepakatan penyanderaan tidak terasa seperti kemenangan yang telah dijanjikan,” imbuhnya, yang menunjukkan konsekuensi dari kekecewaan yang tampak setelah kematian lebih dari 47.000 orang kini terjadi di seluruh Tepi Barat dan di Jenin.

    Secara keseluruhan, menurut statistik dari Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) , pemukim Israel melancarkan setidaknya 1.860 serangan antara 7 Oktober 2023 – hari serangan yang dipimpin Hamas terhadap Israel – dan 31 Desember 2024.

    “Ini bukan seperti apa gencatan senjata,” kata Shai Parness dari kelompok hak asasi manusia Israel B’Tselem kepada Al Jazeera.

    “Sejak Israel dan Hamas mengumumkan gencatan senjata sementara di Jalur Gaza dan kesepakatan pembebasan sandera dan tahanan, Israel telah mengintensifkan kekerasannya terhadap warga Palestina di Tepi Barat.”

    Parness menambahkan: “Jauh dari menahan serangan terhadap Palestina, tindakan Israel menunjukkan bahwa mereka tidak berniat melakukan itu. Sebaliknya, mereka hanya mengalihkan fokus dari Gaza ke wilayah lain yang mereka kuasai di Tepi Barat.”

    Sejumlah faktor termasuk susunan pemerintah Israel yang berhaluan kanan ekstrem dan berkuasanya pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang sangat pro-Israel menandakan masa-masa sulit yang akan datang bagi Tepi Barat.

    Sementara pendahulu Trump, Presiden Joe Biden menawarkan dukungan tegas terhadap perang Israel di Gaza, yang sejauh ini telah menewaskan 47.283 orang , beberapa kekhawatiran diungkapkan oleh pemerintahannya atas kekerasan tak terkendali yang dilakukan oleh para pemukim di Tepi Barat, yang dipandang pemerintahan Biden sebagai sesuatu yang berpotensi mengganggu stabilitas kawasan.

    Namun, pencabutan sanksi Trump yang dijatuhkan pada para pemukim oleh pemerintahan Biden menawarkan gambaran awal potensial tentang apa yang diharapkan banyak orang dalam kelompok sayap kanan Israel – kebijakan AS yang lebih lunak terhadap ambisi para pemukim di Tepi Barat.

    Di Israel, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menghadapi pemberontakan dari kubu kanan, dengan Menteri Keamanan Nasional ultranasionalis Itamar Ben-Gvir mengundurkan diri dari kabinet koalisi Netanyahu terkait kesepakatan gencatan senjata.

    Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, yang tidak merahasiakan ambisinya untuk mencaplok Tepi Barat, tetap berada di pemerintahan, tetapi berjanji akan mengundurkan diri jika gencatan senjata Gaza mengakhiri perang.

    “Smotrich memiliki lebih banyak kekuatan dan pengaruh daripada sebelumnya,” kata Jadallah tentang negosiasi untuk mempertahankan Smotrich di jajaran direksi.

    “Pada akhirnya ia ingin mengesampingkan pemerintahan sipil Israel dan membiarkan Tepi Barat dikelola secara eksklusif oleh para pemukim,” imbuh Jadallah, merinci pandangannya mengenai langkah awal menuju aneksasi penuh Tepi Barat oleh Israel.

    Bukti pendekatan baru terhadap Tepi Barat dan para pemukimnya sudah terlihat jelas sebelum gencatan senjata dan masa jabatan presiden Trump.

    Pada Jumat pekan lalu, Katz mengumumkan bahwa semua pemukim yang masih ditahan di bawah penahanan administratif, sebuah proses penahanan tanpa batas waktu tanpa dakwaan, akan dibebaskan.

    Penahanan administratif sebagian besar telah digunakan untuk tahanan Palestina, meskipun sebelumnya telah diterapkan pada beberapa warga Israel.

    Terkait pembebasan para pemukim, Katz menulis dalam sebuah pernyataan bahwa “lebih baik bagi keluarga pemukim Yahudi untuk berbahagia daripada keluarga teroris yang dibebaskan”, mengacu pada perempuan dan anak-anak Palestina yang dibebaskan oleh Israel pada hari Minggu sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata.

     

    (oln/khbrn/aja/*)

  • 110 Warga Palestina Berhasil Dibebaskan dalam Putaran Ketiga Pertukaran Tahanan – Halaman all

    110 Warga Palestina Berhasil Dibebaskan dalam Putaran Ketiga Pertukaran Tahanan – Halaman all

    110 Warga Palestina Berhasil Dibebaskan dalam Putaran Ketiga Pertukaran Tahanan

    TRIBUNNEWS.COM- Perlawanan Palestina berhasil membebaskan 110 tahanan dari penjara Israel sebagai bagian dari tahap ketiga kesepakatan pertukaran tahanan.

    Perlawanan Palestina berhasil membebaskan 110 tahanan Palestina dari penjara Israel pada hari Kamis sebagai bagian dari tahap ketiga dari tahap pertama kesepakatan pertukaran tahanan. 

    Ribuan warga Palestina berkumpul di Kompleks Rekreasi Ramallah di Tepi Barat yang diduduki untuk menyambut para tahanan yang dibebaskan, seorang koresponden Al Mayadeen melaporkan.

    Di antara mereka yang dibebaskan terdapat 32 tahanan yang menjalani hukuman seumur hidup, 48 lainnya dengan berbagai hukuman, dan 30 anak di bawah umur. 

    Sebagian tahanan yang dibebaskan kembali ke Tepi Barat dan al-Quds yang diduduki, sementara yang lainnya menuju Gaza.

    Khususnya, di antara mereka yang dibebaskan adalah Zakaria Zubeidi, salah satu tahanan yang membebaskan diri mereka sendiri sebagai bagian dari Operasi Terowongan Kebebasan pada tahun 2021, dan Mohammad Atiya Abu Warda, yang dijatuhi hukuman 48 hukuman seumur hidup dan dianggap sebagai salah satu tahanan paling terkenal yang dibebaskan sejauh ini.

    Saluran 12 Israel melaporkan bahwa tahanan yang dibebaskan juga termasuk Rashid al-Rishq, yang diduga telah merencanakan upaya pembunuhan terhadap Menteri sayap kanan Israel Itamar Ben-Gvir dan operasi lainnya pada tahun 2022, yang membuatnya dijatuhi hukuman 13 tahun penjara.

    Sementara itu, media Palestina melaporkan bahwa pasukan Israel mencegah beberapa keluarga tahanan yang dibebaskan—yang dideportasi—untuk bepergian untuk bersatu kembali dengan orang yang mereka cintai.

    Perlawanan memaksa ‘Israel’ untuk bertindak

    Dalam sebuah pernyataan, Hamas memuji pembebasan tersebut sebagai momen “kebanggaan dan kehormatan” bagi rakyat Palestina, dan menekankan bahwa perlawanan tersebut “memaksa pendudukan untuk membuka sel-sel penjaranya” berdasarkan ketentuan gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan.

    “Penerimaan besar-besaran terhadap tawanan kami yang dibebaskan, meskipun Israel berupaya melecehkan mereka dan keluarga mereka, mengirimkan pesan yang jelas: perjuangan para tawanan adalah garis merah, dan penindasan Israel tidak akan menghalangi rakyat kami untuk berperang sampai semua tawanan dibebaskan dan tanah serta tempat-tempat suci kami direbut kembali,” kata Hamas.

    Gerakan ini menegaskan kembali komitmennya untuk menjamin pembebasan semua tahanan, dan bersumpah untuk “menghabiskan semua cara yang mungkin” untuk mencapai tujuan ini, terlepas dari ancaman atau pembalasan Israel. 

    Sebagai bagian dari tahap ketiga kesepakatan pertukaran tawanan, perlawanan Palestina juga menyerahkan tiga tawanan Israel kepada Komite Palang Merah Internasional, selain lima pekerja Thailand. 

    Pejabat Israel menggambarkan penyerahan itu sebagai “kegagalan total” bagi pendudukan Israel, karena gambar-gambar pemindahan itu disiarkan ke seluruh dunia, memperkuat kemampuan perlawanan untuk mendiktekan syarat-syarat dalam pertukaran yang sedang berlangsung.

    ‘Kegagalan total’

    Ben-Gvir mengkritik pemandangan dari Gaza pada hari Kamis, dengan mengatakan, “Gambar-gambar yang datang dari Gaza mengonfirmasi bahwa apa yang terjadi sejauh ini bukanlah kemenangan penuh, melainkan kegagalan total.”

    Ia lebih lanjut menyatakan bahwa “kesepakatan pertukaran tahanan ini belum pernah terjadi sebelumnya, dan pemerintah Israel telah memilih jalan penyerahan,” mengacu pada konsesi yang dibuat oleh rezim tersebut untuk mengamankan pembebasan tawanan Israel.

    Sementara itu, pemimpin partai Yisrael Beiteinu, Avigdor Lieberman, menyatakan bahwa “gambar-gambar dari Gaza membuktikan bahwa kita harus berpisah darinya selamanya.” 

    Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich juga menyatakan kekhawatirannya, dengan mengatakan, “Kami khawatir dengan harga yang harus kami bayar untuk kesepakatan ini, meskipun kami gembira dengan kembalinya para sandera.”

    Pernyataan ini muncul setelah rekaman menunjukkan kerumunan besar berkumpul di Jabalia di Gaza utara dan Khan Younis di selatan, khususnya di dekat rumah pemimpin Hamas Yahya Sinwar, saat tawanan Israel diserahkan.

    Koresponden Al Mayadeen  menyatakan bahwa warga Palestina terlihat melambaikan bendera perlawanan dan membawa gambar Sekretaris Jenderal Hizbullah yang gugur syahid Sayyed Hassan Nasrallah dan pemimpin Ansar Allah Sayyed Abdul-Malik al-Houthi di tengah kerumunan di Khan Younis.

     

    SUMBER: AL MAYADEEN