Negara: Palestina

  • Hamas Bebaskan 1 Sandera Lagi, Berkewarganegaraan Israel-Amerika    
        Hamas Bebaskan 1 Sandera Lagi, Berkewarganegaraan Israel-Amerika

    Hamas Bebaskan 1 Sandera Lagi, Berkewarganegaraan Israel-Amerika Hamas Bebaskan 1 Sandera Lagi, Berkewarganegaraan Israel-Amerika

    Gaza City

    Kelompok Hamas membebaskan satu sandera Israel lainnya, yang juga berstatus warga negara Amerika Serikat (AS), di Jalur Gaza. Ini berarti sudah tiga sandera Israel yang dibebaskan Hamas sepanjang Sabtu (1/2) waktu setempat, sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata.

    Sandera Israel-Amerika yang dibebaskan Hamas itu, seperti dilansir AFP dan Reuters, Sabtu (1/2/2025), diidentifikasi sebagai Keith Siegel yang berusia 65 tahun. Siegel menjadi sandera ketiga yang dibebaskan oleh Hamas di Jalur Gaza pada Sabtu (1/2) waktu setempat.

    Beberapa jam sebelumnya, Hamas membebaskan dua sandera lainnya — Ofer Kalderon dan Yarden Bibas — di area Khan Younis, Jalur Gaza bagian selatan. Kalderon disebut berkewarganegaraan ganda Israel-Prancis, sedangkan Bibas berkewarganegaraan Israel.

    Prosesi pembebasan kedua sandera itu, menurut laporan koresponden AFP, berlangsung cepat dan terorganisir dengan disaksikan sedikit orang. Kalderon dan Bibas kini telah berada di wilayah Israel setelah diserahkan oleh Hamas kepada pejabat Komite Palang Merah Internasional (ICRC) di Jalur Gaza.

    Sementara Siegel, berdasarkan laporan koresponden AFP, telah diserahkan oleh Hamas kepada tim ICRC dalam prosesi terpisah di area pelabuhan Gaza City.

    Bahkan dilaporkan jika para petempur Hamas sempat mengarak Siegel hingga ke atas sebuah panggung khusus yang dibangun di area pelabuhan, untuk semacam prosesi serah terima.

    Militer Israel, dalam pernyataan terbaru seperti dikutip AFP, menyebut Siegel telah menyeberangi perbatasan dan kini berada di wilayah Israel, setelah dibebaskan oleh Hamas. Disebutkan juga bahwa Siegel akan menjalani pemeriksaan medis.

    “Beberapa saat yang lalu, sandera sipil yang kembali, Keith Siegel, telah melintasi perbatasan ke wilayah Israel dengan didampingi oleh pasukan IDF (Angkatan Bersenjata Israel) dan pasukan ISA (dinas keamanan Israel),” sebut militer Israel dalam pernyataannya.

    Berdasarkan kesepakatan, Hamas membebaskan tiga sandera Israel pada Sabtu (1/2) waktu setempat, yang ditukarkan dengan 183 tahanan Palestina yang akan dibebaskan dari penjara Israel pada hari yang sama.

    Pertukaran sandera dan tahanan pada Sabtu (1/2) ini merupakan pertukaran kedua yang dilakukan sepanjang pekan ini, dan pertukaran keempat sejak gencatan senjata dimulai pada 19 Januari lalu.

    Prosesi pembebasan sandera pada Sabtu (1/2) ini berlangsung lancar tanpa adanya kekacauan seperti yang terjadi pada Kamis (30/1) kemarin, ketika para petempur Hamas berjuang keras melindungi sandera-sandera dari kerumunan massa di Jalur Gaza yang ingin menyaksikan pembebasan mereka.

    Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi Qatar, Mesir dan AS, total 33 sandera akan dibebaskan Hamas pada tahap pertama yang berlangsung 42 hari. Para sandera itu akan ditukarkan dengan sekitar 1.900 tahanan Palestina yang akan dibebaskan dari penjara-penjara Israel.

    Perundingan lanjutan untuk tahap kedua akan digelar mulai Senin (3/2) mendatang. Tahap selanjutnya diperkirakan akan membahas pembebasan sandera yang tersisa dan mencakup diskusi soal penghentian perang yang lebih permanen.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • 3 Sandera Israel Bebas, Keith Siegel Jadi yang Terakhir Diserahkan ke ICRC Hari Ini di Gaza – Halaman all

    3 Sandera Israel Bebas, Keith Siegel Jadi yang Terakhir Diserahkan ke ICRC Hari Ini di Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Keith Siegel menjadi sandera Israel ketiga yang dibebaskan oleh Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) di Jalur Gaza pada hari ini, Sabtu (1/2/2025).

    Brigade Al-Qassam sebelumnya membebaskan dua sandera Israel Yarden Bibas dan Ofer Calderon pada hari ini di tempat yang terpisah dengan Keith Siegal.

    Kedua sandera tersebut dibebaskan di Khan Yunis dan diserahkan kepada Komite Internasional Palang Merah (ICRC) sebelum dibawa ke Israel.

    Sementara Keith Siegel, yang memiliki kewarganegaraan Israel-Amerika, dibebaskan di pelabuhan Kota Gaza dan diserahkan kepada anggota ICRC.

    Keith Siegal terlihat mengenakan topi hitam dan berjalan bersama anggota Brigade Al-Qassam ke atas panggung yang dihiasi dengan slogan “Zionisme tidak akan menang” dan gambar-gambar pemimpin militer Hamas yang terbunuh dalam serangan Israel.

    Ia melambaikan tangan sebentar kepada warga Palestina yang menyaksikan pembebasannya.

    Sementara itu, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan ICRC telah memberi tahu mereka bahwa Keith Siegel telah diserahkan kepada anggota ICRC.

    “ICRC kini membawa Keith Siegel kepada pasukan IDF dan Shin Bet di Jalur Gaza untuk kemudian dikawal keluar dari sana,” kata IDF dalam pernyataannya di Telegram.

    Keith Siegel adalah warga negara Israel-AS yang berasal dari Carolina Utara, ditawan bersama istrinya Aviva dari Kibbutz Kfar Aza selama Operasi Banjir Al-Aqsa yang diluncurkan Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Aviva dibebaskan selama gencatan senjata sebelumnya pada November 2023.

    Tahun ini, Israel-Hamas menyetujui perjanjian gencatan senjata dan berlaku mulai pada 19 Januari lalu, yang akan dibagi menjadi tiga tahap.

    Hari tersebut sekaligus menjadi hari pertukaran tahanan pertama yang membebaskan tiga wanita Israel dengan imbalan 90 warga Palestina yang ditahan di penjara Israel.

    Pertukaran kedua terjadi pada 25 Januari 2025, membebaskan 4 tentara wanita Israel dengan imbalan 200 tahanan Palestina.

    Kemudian pertukaran ketiga terjadi pada 30 Januari 2025, membebaskan tiga sandera Israel dengan imbalan 110 tahanan Palestina.

    Pertukaran pada hari ini, 1 Februari 2025, merupakan yang ketiga, membebaskan tiga sandera Israel dengan imbalan 183 tahanan Palestina.

    SANDERA ISRAEL DIBEBASKAN – Foto tangkapan layar ini diambil pada Sabtu (1/2/2025) dari siaran langsung di channel YouTube The Times pada hari yang sama, menunjukkan sandera Israel, Keith Siegel, mengenakan topi ketika berjalan dengan didampingi anggota Brigade Al-Qassam (sayap militer Hamas) selama pertukaran tahanan ke-4 pada Sabtu (1/2/2025) sebagai bagian dari implementasi perjanjian gencatan senjata Israel-Hamas di Jalur Gaza. Tiga sandera Israel; Ofer Calderon, Yarden Bibas, dan Keith Siegel, dibebaskan dengan imbalan 183 tahanan Palestina. (Tangkapan Layar YouTube The Times and The Sunday Times)

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • 2 Sandera Israel Dibebaskan Hamas, Satu Sandera Lainnya Menyusul    
        2 Sandera Israel Dibebaskan Hamas, Satu Sandera Lainnya Menyusul

    2 Sandera Israel Dibebaskan Hamas, Satu Sandera Lainnya Menyusul 2 Sandera Israel Dibebaskan Hamas, Satu Sandera Lainnya Menyusul

    Gaza City

    Kelompok Hamas telah membebaskan dua sandera Israel di Jalur Gaza pada Sabtu (1/2) waktu setempat, sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata. Satu sandera lainnya akan dibebaskan oleh Hamas belakangan pada hari yang sama.

    Laporan sebelumnya menyebut setidaknya tiga sandera Israel akan dibebaskan Hamas pada Sabtu (1/2), yang ditukarkan dengan 183 tahanan Palestina yang akan dibebaskan dari penjara Israel pada hari yang sama.

    Tayangan siaran langsung televisi setempat, seperti dilansir Reuters dan AFP, Sabtu (1/2/205), menunjukkan para petempur Hamas menyerahkan dua sandera Israel kepada seorang pejabat Komite Palang Merah Internasional (ICRC) di area Khan Younis, Jalur Gaza bagian selatan.

    Laporan koresponden AFP menyebut prosesi pembebasan kedua sandera itu berlangsung cepat dan terorganisir dengan disaksikan sedikit orang.

    Kedua sandera yang dibebaskan itu diidentifikasi sebagai Ofer Kalderon, yang memiliki kewarganegaraan ganda Israel-Prancis, dan Yarden Bibas yang berkewarganegaraan Israel.

    Satu sandera lainnya, atau sandera ketiga, diperkirakan akan dibebaskan di lokasi lainnya pada hari yang sama. Sandera ketiga ini diidentifikasi sebagai Keith Siegel, yang memiliki kewarganegaraan ganda Israel-Amerika Serikat (AS).

    Bibas yang dibebaskan oleh Hamas itu merupakan ayah dari dua sandera termuda, bayi Kfir yang baru berusia 9 bulan dan Ariel yang berusia 4 tahun ketika diculik Hamas pada Oktober 2023 lalu.

    Hamas mengatakan pada November 2023 lalu bahwa kedua bocah laki-laki itu dan ibunda mereka, Shiri, yang diculik pada saat yang sama, telah tewas dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza. Sejak saat itu, belum ada kabar mengenai mereka.

    Lihat juga Video: Detik-detik Hamas Bebaskan Sandera Tentara Wanita Israel Agam Berger

    Hamas mengatakan Israel diharapkan membebaskan 183 tahanan Palestina sebagai pertukaran untuk pembebasan sandera tersebut.

    Militer Tel Aviv, dalam pernyataannya, menyebut kedua sandera yang dibebaskan Hamas itu telah menyeberangi perbatasan dan masuk ke wilayah Israel. Disebutkan bahwa kedua sandera itu dikawal oleh para personel Angkatan Bersenjata Israel (IDF) dan dinas keamanan dalam negeri Israel (ISA).

    “Beberapa saat yang lalu, para sandera sipil yang kembali, Ofer Kalderon dan Yarden Bibas, telah melintasi perbatasan ke wilayah Israel,” demikian pernyataan militer Israel seperti dilansir AFP.

    Pertukaran sandera dan tahanan pada Sabtu (1/2) ini merupakan pertukaran kedua yang dilakukan sepanjang pekan ini, dan pertukaran keempat sejak gencatan senjata dimulai pada 19 Januari lalu.

    Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi Qatar, Mesir dan AS, total 33 sandera akan dibebaskan Hamas pada tahap pertama yang berlangsung 42 hari. Para sandera itu akan ditukarkan dengan sekitar 1.900 tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel.

    Perundingan lanjutan untuk tahap kedua akan digelar mulai Senin (3/2) mendatang. Tahap-tahap selanjutnya diperkirakan akan membahas pembebasan sandera yang tersisa dan mencakup diskusi soal penghentian perang yang lebih permanen.

    Lihat juga Video: Detik-detik Hamas Bebaskan Sandera Tentara Wanita Israel Agam Berger

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • 2 Sandera Israel Dibebaskan Hamas Hari Ini, 1 Sandera Segera Menyusul – Halaman all

    2 Sandera Israel Dibebaskan Hamas Hari Ini, 1 Sandera Segera Menyusul – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas), menyerahkan dua sandera Israel dan bersiap untuk menyerahkan sandera ketiga di Jalur Gaza pada hari ini, Sabtu (1/2/2025).

    Sebagai balasannya, Israel akan membebaskan 183 tahanan Palestina.

    Hamas sebelumnya mengumumkan pada Jumat (31/1/2025), mereka akan membebaskan tiga sandera Israel yaitu Yarden Bibas, Ofer Calderon dan Keith Siegel pada Sabtu hari ini.

    Pertukaran ini merupakan pertukaran tahanan keempat sebagai bagian dari implementasi perjanjian gencatan senjata Israel-Hamas di Jalur Gaza yang dimulai pada 19 Januari lalu.

    Sementara itu, penyeberangan Rafah diperkirakan akan dibuka kembali hari ini.

    “Unit Bayangan Brigade Al-Qassam menyerahkan tahanan Yarden Bibas dan Ofer Calderon ke Palang Merah Internasional di Khan Yunis,” lapor Al Jazeera, Sabtu.

    Media Israel Channel 12 Israel mengatakan Unit Bayangan tersebut mengangkut dua sandera Israel dengan kendaraan militer yang direbut perlawanan dari Jalur Gaza.

    Dalam penyerahan dua sandera itu, Brigade Al-Qassam mengerahkan anggotanya untuk mengamankan wilayah sekitar di Khan Yunis dan pelabuhan Kota Gaza.

    “Kendaraan Palang Merah Internasional (ICRC) mengangkut kedua tahanan yang dibebaskan ke titik tentara Israel terdekat di sekitar poros Netzari,” kata koresponden Al Jazeera.

    “Ratusan pejuang Brigade Al-Qassam dan warga Palestina berkumpul di pelabuhan Gaza dalam persiapan untuk penyerahan tahanan Keith Siegel, yang memegang kewarganegaraan ganda Amerika-Israel,” kata koresponden tersebut.

    Sandera ketiga akan dibebaskan setelah dua sandera sebelumnya diserahkan kepada ICRC sebelum dibawa ke Israel.

    Koresponden tersebut mencatat sandera yang sakit ini, Keith Siegel, seharusnya dibebaskan lebih awal, tetapi Israel menghalangi itu.

    Dalam proses serah terima dua sandera tersebut, dipamerkan foto para pemimpin Brigade Al-Qassam yang gugur dalam pertempuran melawan pasukan pendudukan Israel di Jalur Gaza, termasuk panglima tertinggi, Mohammad Deif, dan anggota dewan militer.

    Sejumlah pejuang perlawanan tampak membawa senjata yang mereka rampas dari pasukan Israel selama pertempuran, dan yang lainnya membawa senapan Ghoul yang dikembangkan oleh Brigade Al-Qassam.

    Hamas-Israel telah mulai mengimplementasikan perjanjian gencatan senjata di Jalur Gaza mulai 19 Januari 2025.

    Tahap pertama akan berlangsung selama 42 hari dan akan membebaskan 33 sandera Israel dengan imbalan pembebasan ratusan warga Palestina dari penjara Israel.

    Berikut ini daftar pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas yang masih berlangsung:

    19 Januari 2025: Hamas membebaskan tiga sandera Israel, sementara Israel membebaskan 90 tahanan Palestina.
    25 Januari 2025: Empat tentara wanita Israel ditukar dengan 200 tahanan Palestina.
    30 Januari 2025: Tiga sandera Israel dan lima warga Thailand dibebaskan dengan imbalan 110 tahanan Palestina.
    1 Februari 2025: Tiga sandera Israel dibebaskan dengan imbalan 183 tahanan Palestina.

    Sementara itu, sejak serangan Israel di Gaza pada 7 Oktober 2023, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan lebih dari 47.417 orang tewas dan 111.571 lainnya terluka menurut data hingga tanggal 30 Januari 2025, dikutip dari Anadolu.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • Warga Mesir Berdemo Protes Rencana Trump Relokasi Warga Gaza    
        Warga Mesir Berdemo Protes Rencana Trump Relokasi Warga Gaza

    Warga Mesir Berdemo Protes Rencana Trump Relokasi Warga Gaza Warga Mesir Berdemo Protes Rencana Trump Relokasi Warga Gaza

    Kairo

    Ribuan warga Mesir berunjuk rasa di dekat perlintasan perbatasan Rafah, yang menghubungkan negara tersebut dengan Jalur Gaza. Dalam aksinya, para demonstran memprotes rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk merelokasi warga Gaza ke Mesir dan Yordania.

    Presiden Abdel Fattah al-Sisi sebelumnya menolak gagasan Trump soal Mesir akan memfasilitasi warga Palestina yang dipindahkan keluar dari Jalur Gaza yang dilanda perang berkepanjangan. Al-Sisi bahkan mengatakan warga Mesir akan turun ke jalan untuk menyatakan ketidaksetujuan mereka.

    Dalam aksinya di dekat Rafah, seperti dilansir Reuters, Sabtu (1/2/2025), para demonstran Mesir meneriakkan slogan berbunyi “Hidup Mesir” dan melambaikan bendera nasional Mesir serta bendera Palestina.

    “Kami mengatakan tidak pada pengungsian apa pun dari Palestina atau Gaza dengan mengorbankan Mesir, di tanah Sinai,” tegas seorang warga Sinai bernama Gazy Saeed dalam aksi protes pada Jumat (31/1) tersebut.

    Sumber keamanan Mesir mengatakan kepada Reuters bahwa pihak-pihak yang dekat Al-Sisi mengerahkan bus-bus untuk mengangkut para demonstran ke dekat perlintasan perbatasan Rafah, di mana pergerakan warga sipil biasanya dibatasi.

    Disebutkan sumber keamanan tersebut bahwa aksi protes itu menunjukkan ketidaksetujuan publik, dan bukan hanya dari para pemimpin Kairo, terhadap rencana Trump merelokasi warga Gaza.

    Akhir pekan lalu, Trump melontarkan gagasan untuk “membersihkan” Gaza setelah perang antara Israel dan Hamas, yang berkecamuk selama lebih dari 15 bulan terakhir, yang disebutnya menjadikan wilayah Palestina itu bagaikan “area penghancuran”.

    Dia mempertegas kembali gagasannya pada pada Senin (27/1) waktu setempat. Trump menyatakan keinginan untuk memindahkan warga Palestina keluar dari Jalur Gaza, menuju ke lokasi-lokasi yang “lebih aman”, seperti Mesir atau Yordania.

    Lihat juga Video: Kala Trump Mau Pindahkan Warga Gaza ke Mesir-Yordania

    Gagasan itu ditolak mentah-mentah oleh Kairo dan Amman. Namun pada Kamis (30/1) kemarin, Trump ngotot dan bersikeras mengatakan Mesir dan Yordania akan mematuhi dan menampung warga Gaza, meskipun kedua negara itu berulang kali menolak rencana tersebut.

    “Mereka (Mesir dan Yordania-red) akan melakukannya. Mereka akan melakukannya,” tegas Trump saat ditanya apakah dirinya akan mempertimbangkan tindakan untuk menekan Kairo dan Amman agar menerima rencananya, termasuk mengenakan tarif.

    “Mereka akan melakukannya, oke? Kita telah melakukan banyak hal untuk mereka, dan mereka akan melakukannya,” ucap Trump saat berbicara kepada wartawan di Ruang Oval Gedung Putih. Dia tidak menyebut lebih lanjut soal “banyak hal” yang dilakukan AS untuk Mesir dan Yordania tersebut.

    Lihat juga Video: Kala Trump Mau Pindahkan Warga Gaza ke Mesir-Yordania

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Sosok Erbil Yehud, Tawanan Israel yang Digenggam Erat oleh Pasukan Hamas saat Akan Dibebaskan – Halaman all

    Sosok Erbil Yehud, Tawanan Israel yang Digenggam Erat oleh Pasukan Hamas saat Akan Dibebaskan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Inilah sosok Erbil Yehud, tawanan Israel yang dibebaskan oleh pasukan Hamas, dalam pertukaran tahanan sebagai bagian dari gencatan senjata Israel-Palestina.

    Diketahui Arbel Yehud ditangkap oleh Hamas selama serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Dirinya ditangkap dari rumahnya di Nir Oz, sebuah desa di Israel selatan dekat perbatasan daerah kantong Palestina.

    Yehud, yang saat itu berusia 28 tahun saat diculik.

    Tak hanya Yehud, pasangannya, Ariel Cunio, juga diculik oleh Hamas.

    Mengutip The New York Times, Yehud memiliki akar yang dalam di komunitas Nir Oz sebagai anggota generasi ketiga yang mendiami wilayah tersebut.

    Hal itu menurut Hostages and Missing Families Forum, sebuah organisasi akar rumput yang mengadvokasi pembebasan para sandera.

    Dia pernah bekerja di sistem pendidikan masyarakat.

    Lantas dirinya pernah menjadi pemandu di GrooveTech, pusat pembelajaran inovatif di Israel selatan yang berfokus pada eksplorasi ruang angkasa dan teknologi.

    Diketahui saat diculik oleh Hamas 2023 lalu, Yehud dan pasangannya Cunio baru saja kembali dari tur di Amerika Selatan.

    Minta Digenggam Oleh Pasukan Hamas

    Erbil Yehud menyita perhatian saat momen akan dibebaskan oleh pasukan Palestina, di Gaza.

    Hal itu terlihat dalam unggahan story Instagram Hatem H Rawagh seorang jurnalis asal Palestina, @hatem.h.rawagh, Kamis (30/1/2025).

    Dalam unggahannya, tampak tentara wanita Israel bernama Erbil Yehud dalam proses dibebaskan dan pertukaran tawanan.

    Awalnya, Erbil Yehud berada di dalam mobil, bersiap keluar dari kendaraan tersebut.

    Beberapa pejuang Palestina, termasuk Pasukan Al-Qassam tampak mengerumuni mobil, memberikan pengamanan ketat.

    Lantas, saat akan keluar, wanita Israel itu menyodorkan tangannya kepada pasukan Al-Qassam, bak meminta untuk digandeng.

    Beberapa saat kemudian, pasukan Al-Qassam menggenggam tangan Erbil Yehud, dan menuntun wanita itu keluar dari mobil.

    Selama proses itu, pasukan pembebasan Palestina berjaga-jaga di sekitaran memberikan pengamanan.

    “The palestinian resistance releases the Israeli prisoner Erbil Yehud, south of the Gaza strip (Perlawanan Palestina membebaskan tahanan Israel Erbil Yehud, di selatan Jalur Gaza),” tulis Hatem H Rawagh dalam unggahannya.

    Erbil Yehud Bertemu Gadi Mozes

    Diberitakan sebelumnya, Brigade Al-Quds sayap militer Gerakan Jihad Islam menerbitkan gambar yang menunjukkan tahanan Israel Erbil Yehud dan tahanan Gadi Mozes sebelum mereka diserahkan ke pihak Israel.

    Video tersebut memperlihatkan momen Yehud dan Moses saling bertemu dan berpelukan hangat sambil dikawal para pejuang brigade.

    Kedua tahanan tersebut dijadwalkan akan dibebaskan saat pertukaran tahanan gelombang ketiga antara kelompok perlawanan dan Israel.

    Sejumlah besar pejuang perlawanan telah dikerahkan di wilayah Jalur Gaza untuk menyaksikan penyerahan tahanan baru, sementara ribuan pengungsi yang kembali berkumpul di Razan Square di pusat kamp Jabalia untuk menghadiri penyerahan beberapa tahanan.

    (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

  • Transformasi Angkatan Laut Turki & Ambisi Kekuatan Maritim di Perairan Mediterania hingga Laut Hitam – Halaman all

    Transformasi Angkatan Laut Turki & Ambisi Kekuatan Maritim di Perairan Mediterania hingga Laut Hitam – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dalam beberapa tahun terakhir, Turki telah meningkatkan ambisi maritimnya secara signifikan di Laut Mediterania.

    Tujuannya adalah untuk menegaskan pengaruh dan melindungi kepentingannya di kawasan tersebut.

    Latihan Mavi Vatan 2025, yang berlangsung dari 7 hingga 16 Januari 2025, menjadi salah satu contoh nyata dari aspirasi strategis maritim Ankara.

    Keberadaan sumber daya energi dan jalur perdagangan yang strategis telah mendorong Turki untuk bersaing langsung dengan pemain regional lainnya.

    Angkatan Laut Turki kini menjadi instrumen kunci dalam manuver geopolitik negara tersebut.

    TCG Anadolu: Simbol Ambisi Maritim

    Dalam konteks pemilihan presiden Mei 2023, kapal TCG Anadolu yang disebut oleh Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, sebagai kapal induk drone UCAV pertama di dunia, melakukan tur di pelabuhan-pelabuhan Turki.

    Kapal ini tidak hanya merayakan peluncurannya tetapi juga menjadi simbol kampanye Erdogan dan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP).

    Kemal Kilicdaroglu, pemimpin partai oposisi, mengkritik penggunaan TCG Anadolu dalam kampanye politik. “Militer harus tetap di luar politik,” kata Kilicdaroglu.

    Transformasi Angkatan Laut Turki

    Erman Çete, jurnalis Turki dan salah satu penulis buku perang Suriah, menulis, peluncuran TCG Anadolu menandakan transformasi yang lebih luas, di mana Turki muncul sebagai kekuatan maritim yang serius.

    Ia merujuk pada pernyataan Erdogan, tingkat lokalisasi kapal ini mencapai 70 persen, dan ini menjadi salah satu pilar kebijakan baru Turki di dalam dan luar negeri.

    Pengembangan Kapal Perang

    Angkatan Laut Turki saat ini sedang membangun 31 kapal perang, termasuk kapal induk, penghancur berpeluru kendali, frigat multirole, dan kapal selam serang.

    TCG Anadolu, yang dirancang sebagai kapal serbu amfibi multipurpose, kini sedang dioptimalkan untuk sistem pesawat tempur tanpa awak (UCAV).

    Doktrin Maritim: Mavi Vatan

    Pengembangan Angkatan Laut Turki tidak hanya terbatas pada TCG Anadolu.

    Turki juga membangun berbagai jenis kapal lainnya, termasuk Korvet Kelas ADA dan Kapal Patroli HISAR.

    Semua ini berlandaskan doktrin Mavi Vatan, yang bertujuan untuk memperluas kontrol maritim Turki di kawasan Mediterania Timur, Aegean, dan Laut Hitam.

    Meskipun Erdogan dan AKP menggunakan perkembangan ini untuk kepentingan politik domestik, kritik menyatakan bahwa pembangunan angkatan laut yang kuat adalah proses jangka panjang.

    Retired Rear Admiral Ali Deniz Kutluk menyatakan bahwa setiap proyek pengembangan direncanakan untuk memenuhi kebutuhan strategis yang lebih besar.

    Dengan doktrin Mavi Vatan, Turki berusaha mengeklaim dan mempertahankan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) yang luas.

    Meskipun ada tantangan dari negara-negara tetangga seperti Yunani dan Siprus, ambisi Turki untuk menguasai jalur transit laut ke Eropa tetap menjadi tujuan utama dalam kebijakan luar negerinya.

    Ekspansi angkatan laut Turki yang agresif telah menyebabkan meningkatnya ketegangan dengan Yunani, Mesir, dan Israel, yang semuanya memiliki klaim yang tumpang tindih di Mediterania Timur. Yunani, khususnya, telah bereaksi keras terhadap doktrin “Tanah Air Biru”, karena takut akan pelanggaran batas wilayah perairannya.

    “Oleh karena itu, perluasan angkatan laut Turki tidak hanya tentang pertahanan tetapi juga tentang persaingan kekuatan regional. Penempatan pasukan angkatan laut Turki yang tegas di perairan yang disengketakan ini telah meningkatkan ketegangan diplomatik dan menimbulkan kekhawatiran tentang potensi konfrontasi militer,” ujarnya dikutip dari Cradle.

    Meskipun ada ketegangan dengan sekutu barat atas berbagai masalah seperti sistem rudal S-400 Rusia dan sengketa energi, Turki tetap menjadi anggota NATO yang penting. 

    Ia menambahkan, latihan angkatan laut baru-baru ini dengan AS, seperti latihan gabungan Agustus 2024 di Mediterania Timur, menandakan bahwa Ankara terus mempertahankan hubungan militer yang kuat dengan Washington.

    Latihan tersebut dipahami sebagai latihan harmonisasi antarkapal antara Turki, yang memiliki angkatan laut kapal serbu amfibi di Mediterania Timur, dan AS, dengan tujuan untuk ‘mencegah agresi dan memastikan stabilitas’ di kawasan tersebut.

    Kapal perang amfibi AS USS Wasp muncul di media Turki berkat pengumumannya di akun media sosial kapal perang tersebut. “Latihan harmonisasi” antara Wasp dan TCG Anadolu di Mediterania Timur didampingi oleh kapal pendarat AS USS Oakhill dan fregat Turki TCG Gokova.

    Wasp telah berada di Mediterania sejak akhir Juni. Kapal ini merupakan salah satu dari dua kapal serbu amfibi AS yang dikirim ke wilayah tersebut untuk melawan serangan Iran atau Hizbullah terhadap Israel di tengah kampanye militer negara pendudukan tersebut di Gaza, tempat lebih dari 50.000 warga Palestina telah tewas.

    Ambisi regional

    Meskipun belum dapat menyaingi kekuatan angkatan laut global seperti AS atau Tiongkok, Turki kini memiliki angkatan laut terkuat di Asia Barat dan menempati peringkat di antara 10 kekuatan angkatan laut teratas di seluruh dunia.

    Mantan komandan AL Turki Sevim mencatat bahwa meskipun kekuatan angkatan laut Turki telah berkembang pesat, negara ini masih dalam fase transisi, menjadi ‘kekuatan berukuran sedang’ di tingkat global dan ‘kekuatan berskala besar’ di tingkat regional.

    Ia menyarankan bahwa peran Turki di masa depan akan bergantung pada bagaimana negara ini mengintegrasikan kemajuan angkatan laut ini ke dalam strategi geopolitik yang lebih luas. 

  • Hamas-Israel Bersiap Kembali Lakukan Pertukaran Sandera-Tahanan    
        Hamas-Israel Bersiap Kembali Lakukan Pertukaran Sandera-Tahanan

    Hamas-Israel Bersiap Kembali Lakukan Pertukaran Sandera-Tahanan Hamas-Israel Bersiap Kembali Lakukan Pertukaran Sandera-Tahanan

    Gaza City

    Kelompok Hamas dan Israel akan kembali melakukan pertukaran sandera dan tahanan pada Sabtu (1/2) sebagai bagian kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza. Setidaknya tiga sandera Israel akan dibebaskan Hamas, yang ditukar dengan 183 tahanan Palestina yang akan dibebaskan dari penjara Israel.

    Sejak gencatan senjata mulai diberlakukan di Jalur Gaza pada 19 Januari lalu, seperti dilansir AFP, Sabtu (1/2/2025), Hamas telah membebaskan total 15 sandera yang ditahan sejak 7 Oktober 2023 ketika kelompok militan itu melancarkan serangan mengejutkan terhadap Tel Aviv.

    Tiga sandera Israel yang akan dibebaskan Hamas pada Sabtu (1/2), menurut kelompok Forum Keluarga Sandera dan Orang Hilang, terdiri atas Yaden Bibas, Keith Siegel dan Ofer Kalderon. Siegel juga memegang kewarganegaraan Amerika Serikat (AS), sedangkan Kalderon juga memegang kewarganegaraan Prancis.

    Sebagai imbalannya, sebut kelompok advokasi Klub Tahanan Palestina, otoritas Israel akan membebaskan 183 tahanan Palestina — angka itu mencapai dua kali lipat dibandingkan laporan awal yakni 90 tahanan.

    Sejak gencatan senjata dimulai Januari lalu, Tel Aviv telah memberikan ratusan tahanan Palestina, dengan kebanyakan mereka adalah tahanan perempuan dan anak di bawah umur.

    Dalam serangan terhadap Israel pada Oktober 2023 lalu yang memicu perang Gaza, Hamas menculik 251 sandera dan menahan mereka di Jalur Gaza. Dari jumlah tersebut, dilaporkan sebanyak 79 sandera masih berada di Gaza, termasuk sekitar 34 orang yang, menurut militer Tel Aviv, telah tewas.

    Pertukaran sandera dan tahanan pada Sabtu (1/2) ini merupakan pertukaran kedua yang dilakukan sepanjang pekan ini, dan pertukaran keempat sejak gencatan senjata dimulai pada pertengahan Januari lalu.

    Pembebasan sandera oleh Hamas pada Kamis (30/1) kemarin sempat diwarnai kekacauan, yang mendorong Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu untuk mengutuk situasi itu sebagai hal yang “mengejutkan”.

    Lihat juga video: Hamas Setujui Kesepakatan Penuh Gencatan Senjata, Siap Pertukaran Sandera

    Kekacauan terjadi saat kerumunan orang yang ingin menyaksikan momen tersebut memenuhi lokasi pembebasan sandera di Khan Younis, yang membuat para sandera merasa terganggu dan tertekan. Terdapat delapan sandera yang dibebaskan Hamas pada Kamis (30/1) kemarin.

    Kekacauan itu sempat menunda proses pembebasan tahanan Palestina oleh Israel. Komite Palang Merah Internasional (ICRC) menyerukan semua pihak untuk memastikan kondisi yang lebih aman untuk pertukaran sandera-tahanan selanjutnya.

    Otoritas Israel, pada Kamis (30/1) malam, akhirnya membebaskan 110 tahanan Palestina dari penjara Ofer di Tepi Barat, termasuk mantan komandan militan bernama Zakaria Zubeidi (49).

    Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi Qatar, Mesir dan Amerika Serikat (AS), total 33 sandera akan dibebaskan Hamas selama tahap pertama yang berlangsung 42 hari sejak 19 Januari lalu. Para sandera itu akan ditukarkan dengan sekitar 1.900 tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel.

    Perundingan lanjutan untuk tahap kedua akan digelar mulai Senin (3/2) mendatang. Tahap-tahap selanjutnya diperkirakan akan membahas pembebasan sandera yang tersisa dan mencakup diskusi soal penghentian perang yang lebih permanen.

    Lihat juga video: Hamas Setujui Kesepakatan Penuh Gencatan Senjata, Siap Pertukaran Sandera

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Inggris-Prancis-Jerman Kompak UNRWA Tidak Tergantikan dan Berupaya Wujudkan Solusi Dua Negara

    Inggris-Prancis-Jerman Kompak UNRWA Tidak Tergantikan dan Berupaya Wujudkan Solusi Dua Negara

    JAKARTA – Inggris, Prancis dan Jerman kompak menyebut peran badan bantuan PBB untuk Palestina (UNRWA) di Jalur Gaza tidak tergantikan, serta akan memanfaatkan momentum gencatan senjata Hamas-Israel untuk melakukan upaya mewujudkan solusi dua negara.

    Dalam pernyataan bersama yang diterbitkan Pemerintah Inggris, ketiga negara menegaskan kembali kekhawatiran besar atas penerapan undang-undang Israel yang melarang segala kontak antara pejabatnya dan UNRWA.

    “Kami mendesak pemerintah Israel untuk bekerja sama dengan mitra internasional, termasuk PBB, untuk memastikan kelangsungan operasi,” kata pernyataan bersama tersebut, melansir Reuters 31 Januari.

    Pernyataan para menteri luar negeri ketiga negara tersebut juga meminta Pemerintah Israel untuk mematuhi kewajiban internasionalnya dan memenuhi tanggung jawabnya untuk memastikan bantuan kemanusiaan secara penuh, cepat, aman dan tanpa hambatan serta penyediaan layanan dasar bagi penduduk sipil.

    “Tidak ada entitas atau badan PBB lain yang saat ini memiliki kapasitas atau infrastruktur untuk menggantikan mandat dan pengalaman UNRWA,” bunyi pernyataan bersama tersebut, dikutip dari WAFA.

    Pengungsi Gaza di sekolah UNRWA. (Sumber: WAFA)

    Para menteri menegaskan kembali dukungan mereka terhadap mandat PBB UNRWA untuk menyediakan layanan penting dan bantuan kemanusiaan bagi para pengungsi Palestina di Wilayah Palestina yang Diduduki.

    Mereka menyoroti, UNRWA tetap menjadi penyedia layanan utama bagi para pengungsi Palestina di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur dan memainkan peran integral dalam menanggapi krisis kemanusiaan di Gaza.

    Dalam kesempatan yang sama, para menteri juga menyatakan dukungan penuh mereka terhadap perjanjian gencatan senjata, menyambut baik peningkatan bantuan kemanusiaan yang mencapai Gaza sejak gencatan senjata dimulai, mendesak semua pihak untuk memastikan kelangsungan bantuan tersebut.

    “Kami akan memainkan peran penuh kami dalam beberapa hari dan minggu mendatang untuk memanfaatkan peluang gencatan senjata ini dan memastikannya mengarah pada jalur yang kredibel menuju solusi dua negara di mana orang Israel dan Palestina dapat hidup berdampingan dalam damai,” kata pernyataan tersebut.

    Undang-undang yang diadopsi Knesset (Parlemen Israel) pada 28 Oktober 2023, mulai berlaku Kamis kemarin. Itu melarang UNRWA beroperasi di wilayah Israel dan mencegah badan tersebut melakukan kontak apa pun dengan otoritas Israel.

    Pejabat Israel menuduh beberapa staf UNRWA terlibat dalam serangan 7 Oktober 2023 oleh Hamas dan menjadi anggota kelompok militan Palestina.

    PBB sendiri pada Hari Kamis mengatakan, UNRWA terus memberikan bantuan dan layanan di Jalur Gaza, Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

    Didirikan pada tahun 1949, UNRWA menyediakan bantuan, layanan kesehatan dan pendidikan kepada jutaan orang di wilayah Palestina dan negara-negara Arab tetangga seperti Suriah, Lebanon dan Yordania.

  • HNW Respons Donald Trump: Kalau Ingin Perdamaian, Bawa Saja Orang Israel ke Amerika – Halaman all

    HNW Respons Donald Trump: Kalau Ingin Perdamaian, Bawa Saja Orang Israel ke Amerika – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Wakil Ketua MPR RI Fraksi PKS Hidayat Nur Wahid (HNW), memberi respons wacana untuk merelokasi masyarakat Palestina, dari Gaza.

    Wacana itu sebelumnya disampaikan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    HNW justru menyarankan agar Trump membawa warga Israel untuk pindah ke Amerika.

    “Lebih baik kalau Donald Trump justru melaksanakan janji kampanyenya, menghentikan perang, menghadirkan perdamaian, bawa saja orang-orang Israel itu ke Amerika Serikat,” kata HNW di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (31/1/2025).

    Sebab HNW menegaskan bahwa konflik yang terjadi di Jalur Gaza selama ini, karena adanya Israel yang menduduki wilayah Palestina.

    Sehingga HNW menyarankan agar warga Israel yang direlokasi.

    “Pasti masyarakat Amerika juga tidak keberatan kalau orang-orang Israel dipindah ke sana,” ucapnya.

    HNW menambahkan, Indonesia dan negara lain yang tergabung dalam liga Arab menolak wacana relokasi masyarakat Palestina. 

    HNW menduga usulan Trump itu untuk memuluskan Israel menduduki wilayah Palestina seutuhnya.

    “Jadi sekali lagi, kami bersama dengan PBB bersama dengan OKI liga Arab, Bersama juga dengan anggota tetap dewan keamanan PBB minus Amerika, kami menolak Karena itu memang bentuk lain daripada ethnic cleansing. Itu bentuk lain daripada memuluskan jalan Israel untuk menguasai sepenuhnya tanah-tanah Palestina,” pungkas HNW.

    Sebelumnya, Trump telah menyerukan keinginannya untuk merelokasi warga Gaza pada hari Sabtu (25/1/2025).

    Trump mengklaim bahwa pihaknya ‘hanya ingin membersihkan’ Gaza.

    Ia juga mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan panggilan telepon dengan  Raja Abdullah II dari Yordania pada hari sebelumnya dan akan berbicara dengan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi untuk merelokasi warga Palestina dari Gaza ke Mesir dan Yordania.

    “Saya ingin Mesir menerima orang-orang,” kata Trump, dikutip dari Al Jazeera.

    “Anda berbicara tentang sekitar satu setengah juta orang, dan kita hanya membersihkan semuanya dan berkata: ‘Anda tahu, ini sudah berakhir,” tambahnya.

    Trump mengatakan ia memuji Yordania karena telah berhasil menerima pengungsi Palestina.

    Kemudian ia mengklaim bahwa raja harus menerima lebih banyak warga Palestina karena ingin membersihkan Jalur Gaza.
    “Saya ingin Anda menerima lebih banyak pengungsi, karena saya sedang melihat seluruh Jalur Gaza sekarang, dan semuanya kacau. Benar-benar kacau,” terangnya.

    Menurut pengakuan Trump, pemindahan bisa bersifat sementara atau bahkan selamanya.

    “Penduduk Gaza dapat dipindah untuk sementara atau bisa juga untuk jangka panjang,” katanya.