Negara: Palestina

  • Netanyahu Tegaskan Israel Akan Capai Semua Tujuan Perang Gaza

    Netanyahu Tegaskan Israel Akan Capai Semua Tujuan Perang Gaza

    Tel Aviv

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa negaranya akan mencapai semua tujuan perang Gaza yang telah ditetapkan. Netanyahu mengatakan bahwa Tel Aviv “bertekad” untuk mengamankan pemulangan jenazah semua sandera yang masih ada di Jalur Gaza.

    Saat berbicara dalam seremoni kenegaraan untuk mengenang tentara yang gugur dalam perang melawan Hamas, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Kamis (16/10/2025), Netanyahu mengatakan bahwa “perjuangan belum berakhir”.

    “Kita bertekad untuk menjamin pemulangan semua sandera,” kata Netanyahu saat berbicara dalam seremoni kenegaraan yang digelar di pemakaman militer Gunung Herzl di Yerusalem pada Kamis (16/10).

    Dalam pernyataannya, Netanyahu juga mengatakan bahwa musuh-musuh Israel telah menyadari bahwa siapa pun yang melawannya akan membayar harga yang sangat mahal.

    “Perjuangan belum berakhir, tetapi satu hal yang jelas — siapa pun yang menyentuh kita mengetahui bahwa mereka akan membayar harga yang sangat mahal,” tegasnya.

    “Kita bertekad untuk meraih kemenangan yang akan membentuk lingkungan sekitar kita selama bertahun-tahun,” sebut Netanyahu.

    Pernyataan itu disampaikan setelah sayap bersenjata Hamas, Brigade Ezzedine Al-Qassam, mengatakan kelompoknya telah menyerahkan semua jenazah sandera yang dapat ditemukan sejauh ini dan membutuhkan peralatan khusus untuk mengevakuasi jenazah-jenazah sandera lainnya dari reruntuhan Gaza.

    “Perlawanan telah memenuhi komitmennya terhadap perjanjian dengan menyerahkan semua perlawanan Israel yang masih hidup dalam tersingkir, serta pemakaman-jenazah yang dapat diakses,” kata pernyataan Brigade Ezzedine Al-Qassam dalam via media sosial.

    “Mengenai jenazah-jenazah yang tersisa, diperlukan upaya ekstensif dan peralatan khusus untuk pengambilan dan ekstraksi mereka. Kami mengerahkan upaya besar untuk menyelesaikan persoalan ini,” imbuh pernyataan tersebut.

    Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata Gaza yang berlaku sejak 10 Oktober, Hamas harus menyerahkan total 48 sandera yang masih berada di Jalur Gaza. Jumlahnya terdiri atas 20 sandera yang masih hidup dan 28 sandera yang sudah mati.

    Hamas telah menyerahkan semua 20 sandera yang masih hidup kepada Israel, melalui ICRC, pada Senin (13/10) waktu setempat. Sebagai imbalan, Israel membebaskan sebanyak 1.968 tahanan dan narapidana Palestina pada hari yang sama.

    Namun dari 28 jenazah sandera yang masih ada di Jalur Gaza, Hamas sejauh ini baru menyerahkan sembilan jenazah sandera kepada Israel, melalui ICRC. Satu jenazah di antaranya yang diserahkan Hamas telah dipastikan oleh Tel Aviv, bukanlah jenazah sandera.

    Sebelumnya, Menteri Pertahanan (Menhan) Israel, Israel Katz, mengancam akan melanjutkan pertempuran di Jalur Gaza, jika Hamas tidak menghormati kesepakatan gencatan senjata — yang merujuk pada penyerahan jenazah sandera yang tidak sesuai kesepakatan.

    “Jika Hamas menolak untuk mematuhi perjanjian tersebut, Israel, berkoordinasi dengan Amerika Serikat, akan melanjutkan pertempuran dan bertindak untuk mewujudkan kekalahan total Hamas, mengubah kenyataan di Gaza, dan mencapai semua tujuan perang,” tegas Katz dalam pernyataannya.

    Tonton juga video “Netanyahu Jelang Pertukaran Sandera: Peristiwa Bersejarah” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Seberapa Realistis Rencana Perlucutan Senjata Hamas?

    Seberapa Realistis Rencana Perlucutan Senjata Hamas?

    Gaza City

    Merujuk rencana Trump, senjata milisi di Jalur Gaza Palestina harus sepenuhnya dilucuti. Namun, sejauh ini hal tersebut belum terjadi.

    Menurut laporan media Israel, Jerusalem Post, organisasi militan Islam tersebut terlibat dalam pertempuran sengit melawan kelompok-kelompok pesaingnya. Sedikitnya 32 orang dilaporkan tewas.

    Di media sosial juga beredar video yang disebut-sebut menunjukkan Hamas mengeksekusi atau menyiksa orang-orang yang dituduh berkolaborasi dengan Israel. Sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Jerman, dan Uni Eropa mengklasifikasikan Hamas sebagai organisasi teroris.

    Belum jelas apakah perlucutan senjata Hamas akan berhasil. Presiden AS Donald Trump memberikan pernyataan yang kontradiktif “Hampir seluruh kawasan telah menyetujui rencana untuk segera demiliterisasi Gaza, melucuti senjata Hamas, dan memastikan bahwa Israel tidak lagi terancam,” ujarnya dalam pidatonya di Knesset, parlemen Israel.

    Namun sebelumnya, dalam penerbangannya ke Israel, Trump menyatakan bahwa pemerintahnya telah mengizinkan Hamas untuk sementara mempersenjatai diri. Hamas, katanya, sedang berusaha mengembalikan ketertiban setelah berbulan-bulan perang.

    “Pesan yang jelas”

    Fakta bahwa Hamas segera hadir setelah penarikan pasukan Israel dan mengirimkan pasukan bersenjatanya ke Kota Gaza menyampaikan pesan yang jelas, kata Simon Wolfgang Fuchs, pakar studi Islam di Hebrew University Yerusalem.

    “Hamas dengan tegas menunjukkan bahwa keberadaan mereka yang sama sekali tidak hilang dari Jalur Gaza. Sebaliknya, mereka terus mengklaim peran mereka di sana.”

    Menurut analisis dari lembaga think tank Amerika Serikat, Atlantic Council, proses perlucutan senjata Hamas kemungkinan akan memakan waktu lama. Selama Hamas tetap eksis, baik sebagai kelompok bersenjata, gerakan politik, atau bahkan sekadar ide – akan selalu ada risiko besar mereka kembali memperluas pengaruhnya di Gaza untuk mengejar kepentingannya sendiri. Hal yang tampaknya sedang terjadi saat ini.

    Senjata sebagai jaminan eksistensi

    Hamas menganggap persenjataan mereka sebagai jaminan eksistensi baik secara militer, politik, maupun secara simbolis, ujar Simon Engelkes, Kepala Yayasan Konrad Adenauer di Ramallah, “Tanpa imbalan politik yang nyata, Hamas kemungkinan besar tidak akan menyetujui langkah semacam itu. ‘Jaminan keamanan’ dari Presiden Trump bahwa perang di Jalur Gaza tidak akan berlanjut setelah perjanjian gencatan senjata saat ini tidak cukup.”

    Meskipun struktur militer Hamas telah sangat dilemahkan selama perang, jaringan dan kehadiran mereka yang terlihat di Gaza tetap utuh, lanjut Engelkes. “Hal itu menjamin kelangsungan gerakan politik mereka, setidaknya dalam jangka pendek hingga menengah.”

    Siapa yang bertanggung jawab atas keamanan di Jalur Gaza?

    Perlucutan senjata total Hamas juga akan sulit dilakukan karena keamanan internal Jalur Gaza selama ini berada di tangan Hamas – sebelum Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023. Setelah mengambil alih pemerintahan wilayah tersebut pada tahun 2007, Hamas bertanggung jawab atas kepolisian, keamanan dalam negeri, serta sistem peradilan dan hukum.

    Belum jelas siapa yang akan menjalankan fungsi-fungsi tersebut ke depannya. Mesir dan Yordania telah menyatakan bahwa mereka sedang mempersiapkan hingga 5.000 personel keamanan untuk penugasan di Jalur Gaza. Kepolisian dari otoritas Palestina juga akan dilibatkan dalam pasukan tersebut.

    Namun, hal ini bisa menjadi masalah, kata Fuchs. “Sangat mungkin Israel akan menggunakan hak veto terhadap pasukan lokal ini.”

    Pemerintah di Yerusalem tidak ingin memberikan peran apa pun kepada otoritas Palestina di Gaza. Sebaliknya, mereka ingin mencegah kehadiran kekuatan mana pun berhubungan dengan pemerintahan Ramallah. “Dengan demikian, masih terbuka bagaimana kesepakatan akan dicapai dan di tangan siapa nantinya layanan keamanan itu akan berada,” jelas Fuchs.

    Bukan sekadar perlucutan senjata

    Banyak negara tidak ingin Hamas kembali berkuasa. Presiden Prancis Emmanuel Macron memperingatkan tentang ancaman terus-menerus dari milisi tersebut.

    “Kelompok teroris dengan ribuan pejuang, terowongan, dan persenjataan seperti itu tidak dapat dihancurkan dalam semalam,” ujar Macron setelah kesepakatan gencatan senjata tercapai di Sharm el-Sheikh, Mesir. Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengatakan bahwa negaranya siap membantu perlucutan senjata Hamas. Pemerintah Jerman turut menolak kelanjutan politik Hamas.

    Menurut Engelkes, pertikaian yang sesungguhnya masih di depan mata, “Persoalannya bukan sekadar perlucutan senjata, melainkan juga kontrol politik dan legitimasi: siapa yang akan berbicara untuk Gaza di masa depan dan dengan kewenangan apa?”

    Potensi ancaman kawasan Arab juga Eropa

    Mengabaikan kepentingan Hamas juga berisiko, jelas Martin Jger, Kepala Badan Intelijen Federal Jerman (BND), dalam sebuah rapat dengar pendapat di Parlemen Jerman. Jika Hamas tidak dilibatkan dalam pemerintahan transisi Gaza, diusir dari wilayah tersebut atau dipaksa kembali ke bawah tanah, maka ada “risiko nyata” bahwa mereka akan bertindak di luar Gaza. “Hal ini tentu akan berdampak pada kawasan Arab, dan sangat mungkin juga Eropa.”

    Dalam jangka panjang, para pengamat sepakat bahwa kunci stabilitas terletak pada upaya memberi rakyat Palestina kehidupan yang bermartabat. Jika hal tersebut tidak terwujud, kekerasan dapat kembali muncul di masa depan.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman

    Diadaptasi oleh Sorta Caroline

    Editor: Yuniman Farid

    Tonton juga video “Trump Tidak Akan Pakai Militer AS untuk Melucuti Senjata Hamas” di sini:

    (nvc/nvc)

  • Hamas Akui Telah Serahkan Semua Jasad Sandera yang Bisa Ditemukan

    Hamas Akui Telah Serahkan Semua Jasad Sandera yang Bisa Ditemukan

    Gaza City

    Hamas mengatakan telah menyerahkan semua jenazah sandera yang dapat ditemukan sejauh ini, saat gencatan senjata Gaza berlangsung. Hal itu disampaikan Hamas setelah menyerahkan dua jenazah sandera lainnya kepada Israel, melalui Komite Palang Merah Internasional (ICRC), pada Rabu (15/10) tengah malam.

    Militer Israel, dalam pernyataannya, mengatakan ICRC telah menerima dua jenazah lagi di Jalur Gaza.

    Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata Gaza yang berlaku sejak 10 Oktober, Hamas harus menyerahkan total 48 sandera yang masih berada di Jalur Gaza. Jumlah itu terdiri atas 20 sandera yang masih hidup dan 28 sandera yang sudah tewas.

    Hamas telah menyerahkan semua 20 sandera yang masih hidup kepada Israel, melalui ICRC, pada Senin (13/10) waktu setempat. Sebagai imbalan, Israel membebaskan sebanyak 1.968 tahanan dan narapidana Palestina pada hari yang sama.

    Sebelum dua jenazah sandera diserahkan pada Rabu (15/10) tengah malam, Hamas baru menyerahkan tujuh jenazah sandera kepada Israel, melalui ICRC. Satu jenazah di antaranya yang diserahkan Hamas telah dipastikan oleh Tel Aviv, bukanlah jenazah sandera.

    Sayap bersenjata Hamas, Brigade Ezzedine Al-Qassam, dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Kamis (16/10/2025), mengatakan mereka telah menyerahkan semua jenazah sandera yang dapat ditemukan dan membutuhkan peralatan khusus untuk mengevakuasi jenazah-jenazah sandera lainnya dari reruntuhan Gaza.

    “Perlawanan telah memenuhi komitmennya terhadap perjanjian dengan menyerahkan semua tahanan Israel yang masih hidup dalam penahanan, serta jenazah-jenazah yang dapat diakses,” kata Brigade Ezzedine Al-Qassam dalam pernyataan via media sosial.

    “Mengenai jenazah-jenazah yang tersisa, dibutuhkan upaya ekstensif dan peralatan khusus untuk pengambilan dan ekstraksi mereka. Kami mengerahkan upaya besar untuk menyelesaikan persoalan ini,” imbuh pernyataan tersebut.

    Pernyataan itu dirilis saat militer Israel mengatakan “dua peti jenazah sandera” telah diserahkan kepada pengawalan ICRC dan sedang dalam perjalanan menuju ke pasukan Tel Aviv yang ada di Jalur Gaza. Dari Gaza, dua jenazah itu dibawa ke wilayah Israel untuk menjalani proses identifikasi.

    “Hamas diharuskan untuk mematuhi perjanjian dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memulangkan semua sandera,” demikian pernyataan bersama yang dirilis Angkatan Bersenjata Israel (IDF) dan badan keamanan Israel, Shin Bet.

    2 Jenazah yang Diserahkan Hamas Diidentifikasi sebagai Sandera Israel

    Militer Israel, dalam pernyataan terbaru pada Kamis (16/10), mengumumkan bahwa pihaknya telah mengidentifikasi dua jenazah yang diserahkan Hamas melalui ICRC tersebut. Dikonfirmasi oleh Tel Aviv bahwa kedua jenazah merupakan sandera yang bernama Inbar Hayman dan Mohammad al-Atrash.

    “Setelah proses identifikasi oleh Institut Kedokteran Forensik Nasional selesai… perwakilan (militer Israel) memberitahu keluarga Inbar Hayman dan Sersan Mayor Mohammad al-Atrash bahwa jenazah mereka dapat dipulangkan untuk dimakamkan,” demikian pernyataan militer Israel.

    Hayman merupakan seniman grafiti asal Haifa, yang berusia 27 tahun ketika terbunuh dalam festival musik Nova yang menjadi target serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Sementara Mohammad al-Atrash merupakan tentara keturunan Bedouin, yang berusia 39 tahun ketika tewas dalam pertempuran pada 7 Oktober dan jenazahnya dibawa ke Jalur Gaza.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Trump Bilang Israel Bisa Lanjutkan Serangan Jika Hamas Tak Patuhi Gencatan

    Trump Bilang Israel Bisa Lanjutkan Serangan Jika Hamas Tak Patuhi Gencatan

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan dirinya akan mempertimbangkan untuk mengizinkan Israel melanjutkan kembali operasi militer di Jalur Gaza, jika kelompok Hamas gagal menerapkan ketentuan yang diatur dalam kesepakatan gencatan senjata.

    Hal tersebut, seperti dilansir Anadolu Agency dan Al Arabiya, Kamis (16/10/2025), disampaikan Trump dalam wawancara via telepon dengan media terkemuka AS, CNN, pada Rabu (15/10) waktu setempat.

    Ketika ditanya oleh CNN soal apa yang akan terjadi jika Hamas menolak untuk melucuti senjata, Trump menjawab: “Saya akan memikirkannya.”

    Kemudian dia menambahkan: “Israel akan kembali ke jalan-jalan itu segera setelah saya mengatakan demikian. Jika Israel bisa masuk dan menghajar mereka habis-habisan, mereka akan melakukannya.”

    Trump melanjutkan dengan mengatakan bahwa dirinya “harus menahan mereka”, merujuk pada militer Israel dan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu.

    “Saya sudah bersitegang dengan Bibi,” ucapnya, menggunakan nama panggilan akrab untuk Netanyahu.

    Dalam apa yang digambarkan oleh CNN sebagai wawancara singkat via telepon, Trump dikutip mengatakan: “Apa yang terjadi dengan Hamas — itu akan segera diselesaikan.”

    Lebih lanjut, Trump menegaskan bahwa pembebasan 20 sandera Israel yang masih hidup merupakan hal “yang paling penting”, namun Hamas sekarang harus memenuhi komitmennya untuk menyerahkan jenazah-jenazah para sandera yang tewas di Jalur Gaza dan melucuti persenjataan mereka.

    Jika Hamas menolak untuk melucuti senjata, Trump sebelumnya menegaskan: “Kita yang akan melucuti senjata mereka.”

    Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata Gaza yang berlaku sejak Jumat (10/10) lalu, Hamas harus menyerahkan total 48 sandera yang diyakini masih berada di Jalur Gaza. Jumlah itu terdiri atas 20 sandera yang masih hidup dan 28 sandera yang sudah tewas.

    Hamas telah menyerahkan semua 20 sandera yang masih hidup kepada Israel, melalui Komite Palang Merah Internasional (ICRC), pada Senin (13/10) waktu setempat. Sebagai imbalan, Israel membebaskan sebanyak 1.968 tahanan Palestina dari penjara-penjara mereka pada hari yang sama.

    Namun dari 28 jenazah sandera yang masih ada di Jalur Gaza, Hamas sejauh ini baru menyerahkan sembilan jenazah sandera kepada Israel, melalui ICRC. Satu jenazah di antaranya yang diserahkan Hamas telah dipastikan oleh Tel Aviv, bukanlah jenazah sandera.

    Sebelumnya, Menteri Pertahanan (Menhan) Israel, Israel Katz, mengancam akan melanjutkan pertempuran di Jalur Gaza, jika Hamas tidak menghormati kesepakatan gencatan senjata. Ancaman ini dilontarkan setelah Hamas menyerahkan dua jenazah sandera lainnya pada Rabu (15/10) tengah malam.

    “Jika Hamas menolak untuk mematuhi perjanjian tersebut, Israel, berkoordinasi dengan Amerika Serikat, akan melanjutkan pertempuran dan bertindak untuk mewujudkan kekalahan total Hamas, mengubah realitas di Gaza, dan mencapai semua tujuan perang,” tegas Katz dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Curhat ke CEO Forbes, Prabowo Sebut KTT Mesir Harapan Baru Perdamaian Dunia

    Curhat ke CEO Forbes, Prabowo Sebut KTT Mesir Harapan Baru Perdamaian Dunia

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto menyampaikan pandangannya mengenai peluang perdamaian di Timur Tengah serta posisi Indonesia dalam menjaga stabilitas global. 

    Hal itu ia ungkapkan saat berdialog dengan Ketua dan Pemimpin Redaksi Forbes Media, Steve Forbes, dalam agenda “Pertemuan Pikiran” pada rangkaian Forbes Global CEO Conference bertajuk “The World Pivot” yang digelar di St. Regis Jakarta, Rabu (15/10/2025) malam. 

    Dalam sesi penutup dialog yang berlangsung santai namun mendalam itu, Steve Forbes menyinggung berbagai isu global mulai dari upaya pemberantasan korupsi hingga dinamika geopolitik. 

    Dia kemudian menanyakan kesan Prabowo atas lawatannya ke Republik Arab Mesir, di mana Prabowo menghadiri pertemuan penting yang diinisiasi oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait kesepakatan perdamaian di kawasan Timur Tengah.

    Menanggapi hal tersebut, Prabowo mengungkapkan bahwa momentum yang ia saksikan di Mesir memberikan harapan baru bagi perdamaian dunia, terutama di kawasan yang selama puluhan tahun dilanda konflik.

    “Itu sangat menarik. Saya merasa ada kesadaran bahwa kita berada di momen bersejarah. Masih banyak yang harus dilakukan, jalan masih panjang, dan apa pun bisa terjadi. Tapi kami semua merasa kali ini ada harapan,” ujar Prabowo.

    Dia menjelaskan bahwa saat Sidang Majelis Umum PBB di New York, Presiden Trump mengundang delapan negara berpenduduk mayoritas Muslim, termasuk Indonesia, untuk mendiskusikan rancangan rencana perdamaian tersebut. 

    “Presiden Trump memanggil delapan negara, termasuk Indonesia. Kami melihat rencananya, kami berdiskusi, dan itu memberi kami harapan. Beberapa pemimpin Arab bahkan mengatakan, ‘Kami bisa menerima rencana ini. Kami suka, karena memberi harapan,’” tutur Prabowo.

    Menurutnya, Amerika Serikat (AS) telah berhasil meyakinkan pihak Israel untuk menyetujui langkah gencatan senjata.

    “Sekarang sudah ada gencatan senjata. Bantuan kemanusiaan mulai masuk. Beberapa sandera sudah dibebaskan. Ada juga jenazah yang akan dipulangkan. Jadi, saya melihat masih ada harapan bahwa proses ini bisa berhasil,” jelas Prabowo. 

    Lebih jauh, Prabowo menegaskan bahwa Indonesia siap berkontribusi secara aktif dalam upaya menjaga perdamaian, termasuk dengan mengirimkan pasukan penjaga perdamaian jika diperlukan. 

    “Indonesia tetap bersedia menjadi bagian dari proses itu. Jika mereka membutuhkan pasukan penjaga perdamaian, kami siap mengirimkan,” ucapnya.

    Prabowo menutup dengan menyatakan optimismenya terhadap masa depan proses perdamaian ini, sejalan dengan prinsip politik luar negeri bebas aktif Indonesia yang menitikberatkan pada kerja sama dan kemanusiaan. 

    “Saya pribadi optimistis. Saya berharap ini bisa berjalan baik. Indonesia akan terus mendukung segala upaya yang membawa perdamaian,” pungkasnya.

    Sebelumnya, Sekretaris Kabinet (Seskab) Teddy Indra Wijaya menjelaskan bahwa dalam bidang diplomasi, Presiden Prabowo secara konsisten menyuarakan dukungan terhadap kemerdekaan dan perdamaian Palestina di berbagai forum internasional.

    Sikap tegas ini mencerminkan komitmen Indonesia terhadap prinsip politik luar negeri bebas aktif yang berpihak pada kemanusiaan dan keadilan.

    “Yang pertama adalah diplomasi. Beliau selalu memberikan pidato dalam forum-forum besar internasional, yang kedua lewat aksi nyata, sejak beliau Menhan hingga sekarang,” ujar Teddy 

    Menurutnya, kehadiran Indonesia dalam forum tersebut mencerminkan semakin besarnya penghormatan dan pengakuan dunia terhadap posisi Indonesia di tingkat global.   

    “Ini adalah momentum yang sangat besar, hari yang istimewa. Jadi Indonesia di bawah kepemimpinan Bapak Presiden Prabowo tidak hanya menjadi penonton, tapi kita di sini turut serta menjadi salah satu penentu dan salah satu pencetak sejarah dalam perdamaian di Timur Tengah, khususnya di Palestina,” imbuhnya.

  • Jenderal Militer AS Serukan Hamas Lucuti Senjata Tanpa Penundaan

    Jenderal Militer AS Serukan Hamas Lucuti Senjata Tanpa Penundaan

    Washington DC

    Jenderal militer top Amerika Serikat (AS), Laksamana Brad Cooper, menyerukan kelompok Hamas untuk “sepenuhnya” mundur dari Jalur Gaza dan melucuti persenjataan mereka “tanpa penundaan”. Cooper juga menyerukan Hamas untuk berhenti menembaki warga sipil Palestina di Jalur Gaza.

    Seruan itu, seperti dilansir Al Arabiya, Kamis (16/10/2025), disampaikan oleh Cooper, yang secara resmi menjabat sebagai Komandan Komando Pusat AS (CENTCOM), setelah militan Hamas dilaporkan mengeksekusi mati beberapa warga Palestina di Jalur Gaza, yang dituduh sebagai “penjahat” dan membantu militer Israel.

    Laporan itu menyebut para petempur Hamas terlibat bentrokan dengan klan Dughmush, rivalnya di Jalur Gaza, hingga mengakibatkan puluhan kematian. Bentrokan berdarah ini terjadi saat gencatan senjata Gaza berlangsung sejak Jumat (10/10) lalu.

    “Kami sangat mendesak Hamas untuk segera menghentikan kekerasan dan penembakan terhadap warga sipil Palestina yang tidak bersalah di Gaza,” kata Cooper dalam pernyataannya pada Rabu (15/10).

    “Ini merupakan kesempatan bersejarah untuk perdamaian. Hamas harus memanfaatkannya dengan sepenuhnya mundur, mematuhi rencana perdamaian 20 poin Presiden (Donald) Trump, dan melucuti senjata tanpa penundaan,” tegas Cooper.

    Dia menambahkan bahwa kekhawatiran AS telah disampaikan kepada para mediator, “yang setuju untuk bekerja sama dengan kami guna menegakkan perdamaian dan melindungi warga sipil Gaza yang tidak bersalah”.

    “Kami tetap sangat optimistis terhadap masa depan perdamaian di kawasan ini,” ucap Cooper.

    Pernyataan ini disampaikan setelah Trump sebelumnya menyatakan keyakinan jika Hamas akan melucuti persenjataan mereka, sesuai dengan kesepakatan gencatan senjata Gaza.

    Namun jika Hamas menolak untuk melucuti senjata, Trump menegaskan: “Jika mereka tidak melucuti senjata, kita yang akan melucuti senjata mereka.”

    Berbicara kepada wartawan di Gedung Putih pada Selasa (14/10), Trump mengatakan dirinya telah menyampaikan pesan tersebut kepada Hamas, “melalui orang-orang saya, di tingkat tertinggi”.

    “Mereka tahu saya tidak main-main,” ucap Trump merujuk pada Hamas. “Itu akan terjadi dengan cepat, dan mungkin dengan kekerasan,” imbuhnya.

    Hamas sejauh ini menolak untuk melucuti senjata mereka, meskipun hal tersebut menjadi bagian penting dari tahap selanjutnya dari rencana perdamaian 20 poin yang diusulkan Trump untuk gencatan senjata dan perjanjian damai jangka panjang di Timur Tengah.

    Trump, selama berkunjung ke Israel dan Mesir pada awal pekan ini, bersikeras menyatakan bahwa perang antara Israel dan Hamas “telah berakhir”, dan bahwa kesepakatan damai yang dia mediasi akan mampu bertahan.

    Namun para pakar, dan bahkan beberapa sekutu Trump, merasa kurang yakin, dengan menekankan pada berbagai hambatan yang masih ada untuk memastikan perdamaian abadi di kawasan tersebut. Rencana perdamaian Trump itu mengharuskan Hamas untuk menonaktifkan persenjataannya, dan belum jelas apakah kelompok tersebut akan berubah sikap.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Konser Kemanusiaan LMI Himpun Rp232 Juta untuk Bantu Rakyat Palestina

    Konser Kemanusiaan LMI Himpun Rp232 Juta untuk Bantu Rakyat Palestina

    Kediri (beritajatim.com) – Lembaga Manajemen Infaq (LMI) Blitar menggelar konser kemanusiaan bertajuk “Humanitarian Concert for Freedom: 2 Year Attack on Gaza” di Gedung Kesenian Aryo Kota Blitar, untuk memperingati dua tahun tragedi genosida di Gaza. Kegiatan yang dihadiri sekitar 1.000 peserta dari berbagai kalangan masyarakat ini berhasil menghimpun donasi sebesar Rp232 juta untuk membantu rakyat Palestina.

    Konser tersebut digelar atas kerja sama antara LMI Blitar, QUPRO, AKSI (Aliansi Kemanusiaan Indonesia), Yayasan Al Ghifari, serta Pondok Pesantren Al Aqsho. Sejumlah penampil turut meramaikan acara, di antaranya penyanyi pop sholawat Alfina Nindiyani dan grup nasyid Shoutul Harokah yang membawakan lagu-lagu perjuangan untuk Palestina. Selain itu, turut ditampilkan pertunjukan hadrah, teatrikal, dan pembacaan puisi oleh santri serta pelajar dari berbagai lembaga pendidikan di Blitar.

    Momen doa bersama juga digelar dalam acara tersebut, dipimpin oleh Ketua MUI Kota Blitar, KH. Abdul Karim Muhaimin, S.Ag. Turut hadir Sekretaris Daerah Kota Blitar, Priyo Suhartono, S.Sos., M.Si., yang menyampaikan apresiasi tinggi atas inisiatif LMI dan kepedulian masyarakat terhadap isu kemanusiaan global.

    “Di Eropa yang banyak nonmuslim saja peduli terhadap Palestina, apalagi kita sebagai muslim. Maka sangat disayangkan jika ada muslim yang tidak peduli terhadap Palestina,” ujar Priyo dalam sambutannya yang disambut tepuk tangan peserta.

    Kepala Kantor Wilayah LAZNAS LMI Jawa Timur, Lukman Hadi, mengatakan bahwa dana hasil donasi akan disalurkan untuk membantu kebutuhan mendesak rakyat Palestina, termasuk bantuan medis, logistik, dan dukungan pendidikan di wilayah Gaza yang terdampak perang. “Kami terus berupaya memastikan setiap donasi sampai ke tangan yang membutuhkan di Palestina,” ujarnya.

    Sementara itu, perwakilan peserta, Basuki Rachmat, membacakan pernyataan sikap bersama yang menegaskan solidaritas masyarakat Indonesia untuk Palestina. “Kepedulian yang hadir hari ini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia tidak pernah berhenti berdiri bersama Palestina. Semoga Allah memberkahi setiap langkah kebaikan ini,” ungkapnya.

    Melalui konser kemanusiaan ini, LMI berharap kesadaran dan empati masyarakat terhadap perjuangan rakyat Palestina terus tumbuh, tidak hanya dalam bentuk doa, tetapi juga aksi nyata dalam mendukung kemerdekaan dan hak-hak kemanusiaan mereka. [nm/beq]

  • Steve Forbes Sebut Dunia Butuh Pemimpin seperti Prabowo, Tegas dan Visioner
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        16 Oktober 2025

    Steve Forbes Sebut Dunia Butuh Pemimpin seperti Prabowo, Tegas dan Visioner Nasional 16 Oktober 2025

    Steve Forbes Sebut Dunia Butuh Pemimpin seperti Prabowo, Tegas dan Visioner
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Chairman dan Editor-in-Chief Forbes Media, Steve Forbes, mengungkapkan bahwa dunia membutuhkan pemimpin kuat seperti Presiden Prabowo Subianto.
    Ia menyebut Prabowo sebagai pemimpin yang tegas dan visioner saat menyoroti pidato Prabowo di PBB tentang perdamaian di Gaza, Palestina.
    “Beberapa orang mengkritik Anda karena hal itu, tetapi hal itu justru menunjukkan jenis kepemimpinan tegas dan visioner yang dibutuhkan dunia saat ini,” kata Forbes saat berbincang dengan Prabowo di acara Forbes Global CEO Conference di Hotel St Regis, Jakarta Pusat, Rabu (15/10/2025) malam.
    Menurut Steve Forbes, Indonesia memiliki seorang pemimpin yang kuat.
    Pemimpin itu banyak menciptakan program berdampak di dalam negeri, seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) dan menyediakan
    cold storage
    bagi para nelayan untuk menunjang usahanya.
    “Apakah itu tentang menyediakan es bagi para nelayan atau berupaya membawa perdamaian di wilayah yang bergejolak, Indonesia memiliki seorang pemimpin yang sangat kuat. Saya bersyukur untuk itu,” imbuh dia.
    Dalam dialog bersama Steve Forbes, Prabowo sempat menyoroti program Kampung Nelayan.
    Prabowo bilang, selama ini banyak desa yang tidak punya dermaga dan terkendala dalam distribusi logistik lantaran tidak punya fasilitas
    cold storage
    .
    “Banyak desa nelayan tidak punya dermaga, tidak punya es. Jadi kami bangun dermaga, kami bantu dengan fasilitas produksi es kecil. Setelah satu setengah sampai dua tahun, pendapatan mereka naik 100 persen. Saya sendiri terkejut,” ujarnya.
    Prabowo juga menjelaskan asal mula program Makan Bergizi Gratis.
    Selama masa kampanye sekitar 20-25 tahun belakangan, ia melihat langsung anak-anak di desa yang mengalami kekurangan gizi.
    Kini, MBG telah berjalan secara luas dengan 11.900 dapur yang memberi makan 35,4 juta anak dan ibu hamil setiap hari atau setara dengan tujuh kali jumlah penduduk Singapura.
    “Saya melihat langsung
    stunting
    , kekurangan gizi, dan kemiskinan dengan mata kepala sendiri. Sulit bagi orang-orang di kalangan elite untuk memahami bahwa ada anak-anak yang hanya makan nasi dengan garam,” tandas Prabowo.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Israel Ancam Lanjutkan Pertempuran Jika Hamas Tak Hormati Gencatan senjata

    Israel Ancam Lanjutkan Pertempuran Jika Hamas Tak Hormati Gencatan senjata

    Jakarta

    Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengancam akan melanjutkan pertempuran jika Hamas tidak menghormati ketentuan gencatan senjata untuk menghentikan perang di Gaza.

    Pernyataan itu muncul usai Hamas menyerahkan jenazah dua sandera lainnya yang telah meninggal, dan mengatakan bahwa mereka tidak akan dapat mengambil jenazah lagi dari reruntuhan Gaza tanpa peralatan khusus.

    Sebelum kedua jenazah tersebut diserahkan pada Rabu malam, Hamas telah mengembalikan tujuh jenazah dari 28 sandera yang diketahui telah meninggal — beserta jenazah kedelapan yang menurut Israel bukan jenazah mantan sandera.

    “Jika Hamas menolak mematuhi perjanjian tersebut, Israel, berkoordinasi dengan Amerika Serikat, akan melanjutkan pertempuran dan bertindak untuk mencapai kekalahan total Hamas, mengubah realitas di Gaza, dan mencapai semua tujuan perang,” demikian pernyataan dari kantor Katz, dilansir AFP, Kamis (16/10/2025).

    Sementara itu, Hamas mengatakan bahwa kedua jenazah yang dikembalikan akan menjadi yang terakhir untuk saat ini. Sebab Hamas menyebut proses evakuasi jenazah dari reruntuhan membutuhkan peralatan khusus.

    “Perlawanan telah memenuhi komitmennya terhadap perjanjian tersebut dengan menyerahkan semua tahanan Israel yang masih hidup yang berada dalam tahanannya, serta jenazah yang dapat diaksesnya,” kata Brigade Ezzedine Al-Qassam dalam sebuah pernyataan di media sosial.

    “Mengenai jenazah yang tersisa, dibutuhkan upaya ekstensif dan peralatan khusus untuk pengambilan dan ekstraksinya. Kami mengerahkan upaya besar untuk menyelesaikan masalah ini,” ujarnya.

    Namun, para penasihat senior AS mengatakan, setelah ancaman Israel untuk melanjutkan pertempuran, bahwa Hamas masih berniat untuk memenuhi janjinya.

    “Kami terus mendengar dari mereka bahwa mereka berniat untuk menghormati kesepakatan tersebut. Mereka ingin melihat kesepakatan tersebut tuntas dalam hal itu,” ujar seorang penasihat kepada wartawan yang tidak ingin disebutkan namanya.

    Akan tetapi, penundaan pengembalian jenazah yang tersisa kemungkinan akan menambah tekanan domestik terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mengaitkan bantuan kemanusiaan dengan nasib jenazah tersebut.

    Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben Gvir, telah mengancam akan menghentikan pasokan bantuan ke Gaza jika Hamas gagal mengembalikan jenazah tentara yang masih ditahan di wilayah Palestina tersebut.

    Diketahui, sejak Senin kemarin, berdasarkan perjanjian gencatan senjata yang diusulkan Presiden AS Donald Trump, Hamas telah menyerahkan kembali 20 sandera yang masih hidup kepada Israel dengan imbalan hampir 2.000 tahanan Palestina yang dibebaskan dari penjara-penjara Israel.

    Simak Video ‘Trump Tidak Akan Pakai Militer AS untuk Melucuti Senjata Hamas’:

    (yld/dek)

  • Israel Serahkan 90 Jenazah Warga Palestina Sejak Gencatan Senjata di Gaza

    Israel Serahkan 90 Jenazah Warga Palestina Sejak Gencatan Senjata di Gaza

    Jakarta

    Israel kembali mengembalikan 45 jenazah warga Palestina kepada pihak berwenang Gaza sejak gencatan senjata disepakati. Hingga kini total 90 jenazah sudah diserahkan pihak Israel.

    Dilansir kantor berita AFP, Rabu (15/10/2024), kesepakatan gencatan senjata di Gaza yang telah dimulai sejak Sabtu (10/10) ini didorong oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan bertujuan untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama dua tahun. Dalam kesepakatan ini, Israel harus menyerahkan 15 jenazah warga Palestina untuk setiap warga Israel yang meninggal dan jasadnya telah dipulangkan.

    Pada hari Senin (13/10), Hamas menyerahkan tiga jenazah warga Israel dan satu warga Nepal untuk dipindahkan. Ini diikuti pada Selasa (14/10) diserahkan tiga warga Israel yang meninggal dan satu jenazah yang belum teridentifikasi, yang menurut pihak militer bukan merupakan salah satu sandera yang tewas.

    Pertukaran ini juga telah membuat 20 sandera terakhir yang masih hidup kembali ke rumah mereka di Gaza, dengan imbalan hampir 2.000 tahanan Palestina yang dibebaskan dari penjara-penjara Israel. Kesepakatan ini juga terkait penghentian pertempuran dan pengeboman.

    Tersisa 20 sandera lainnya yang masih berada di Gaza, dan ada tekanan domestik terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mengaitkan bantuan dengan nasib jenazah.

    Pada hari Rabu, penyeberangan perbatasan antara Gaza dan Mesir tetap ditutup, meskipun ada laporan bahwa penyeberangan tersebut dapat dibuka kembali untuk konvoi bantuan. Hal ini dikarenakan Israel bersikeras bahwa Hamas harus menyerahkan jenazah para sandera yang meninggal.

    (wnv/ygs)