Negara: Palestina

  • Israel Klaim Pulihkan Gencatan Senjata Usai Serang Gaza

    Israel Klaim Pulihkan Gencatan Senjata Usai Serang Gaza

    Jakarta

    Israel dan Hamas saling tuduh satu sama lain pada Minggu (19/10) atas pelanggaran kesepakatan gencatan senjata yang diperantarai Amerika Serikat. Serangan mematikan pada hari Minggu (19/10) merupakan intervensi terbesar Israel sejak gencatan senjata disepakati sembilan hari lalu.

    Otoritas Gaza yang dijalankan Hamas melaporkan bahwa setidaknya 33 orang tewas akibat serangan tersebut.

    Militer Israel mengatakan serangan itu dilakukan sebagai respons terhadap “teroris yang menembaki pasukan (Israel),” dengan target di wilayah Rafah. Serangan juga terjadi di Muwasi, Khan Younis, dan kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah.

    Sebelumnya, pada Minggu pagi (19/10), dua tentara Israel tewas di Gaza, sementara tiga lainnya terluka. Salah satu dari tiga tentara yang terluka itu “parah,” kata IDF, dan telah dievakuasi ke rumah sakit untuk perawatan. Sejauh ini, lebih dari 900 tentara Israel telah tewas dalam perang di Gaza.

    Awal mula bentrok di Rafah

    Militer Israel menyebutkan serangan terjadi setelah “teroris menembakkan rudal anti-tank dan tembakan ke arah pasukan IDF yang sedang beroperasi untuk membongkar infrastruktur teroris.” IDF menambahkan bahwa “tindakan teroris ini merupakan pelanggaran nyata terhadap kesepakatan gencatan senjata, dan IDF akan menanggapi dengan tegas.”

    Sementara itu, sayap bersenjata Hamas menyatakan bahwa mereka “tidak mengetahui insiden atau bentrokan yang terjadi di wilayah Rafah, karena ini adalah zona merah di bawah kendali penjajah, dan kontak dengan kelompok-kelompok kami yang tersisa di sana telah terputus sejak perang dimulai kembali pada Maret tahun ini.”

    Serangan pada hari Minggu merupakan serangan besar pertama Israel sejak gencatan senjata diberlakukan sembilan hari lalu. IDF menegaskan bahwa langkah ini adalah bagian dari upaya untuk “menegakkan” kesepakatan gencatan senjata sesuai arahan pemerintah Israel.

    Militer Israel mengatakan bahwa mereka kembali “menegakkan” kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, setelah serangkaian apa yang disebutnya “serangan signifikan” terhadap kelompok militan Palestina.

    Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyatakan bahwa langkah ini sesuai dengan arahan dari pemerintah Israel. IDF memperingatkan bahwa mereka akan “menanggapi dengan tegas” setiap pelanggaran gencatan senjata.

    Netanyahu hentikan bantuan kemanusiaan

    Menyusul perkembangan terakhir, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memerintahkan penghentian semua pasokan bantuan kemanusiaan ke Gaza “sampai pemberitahuan lebih lanjut,” menurut beberapa media Israel. Langkah ini muncul saat Israel dan Hamas saling menuduh melanggar gencatan senjata. Israel bersumpah untuk “menanggapi dengan kekuatan” setiap pelanggaran oleh kelompok militan tersebut.

    Netanyahu juga memerintahkan militer untuk mengambil “tindakan keras … terhadap target teroris,” menuduh Hamas melakukan pelanggaran gencatan senjata. Pengumuman dari Kantor Perdana Menteri ini muncul setelah Netanyahu bertemu dengan Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, dan “kepala-kepala badan keamanan [Israel]” pada Minggu.

    Dalam pernyataan terpisah, Katz mengatakan bahwa organisasi militan Palestina “akan membayar harga mahal” untuk setiap pelanggaran gencatan senjata, memperingatkan bahwa serangan Israel akan meningkat jika “pesan itu tidak dipahami.”

    Sementara itu, otoritas Hamas melaporkan bahwa lebih dari 68.000 warga Palestina telah tewas sejak Israel melancarkan kampanye militer di Gaza setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, termasuk setidaknya 33 orang yang tewas pada Minggu (19/10).

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Rahka Susanto

    Editor: Rizki Nugraha

    Tonton juga video “Gencatan Senjata, Korban Tewas di Gaza Bertambah Jadi 68.159” di sini:

    (ita/ita)

  • AS Bilang Israel Harus Bantu Palestina Usai Perang Gaza

    AS Bilang Israel Harus Bantu Palestina Usai Perang Gaza

    Washington DC

    Utusan Amerika Serikat (AS) Jared Kushner mengatakan bahwa Israel harus membantu Palestina untuk “berkembang” jika ingin mencapai integrasi regional setelah perang Gaza berakhir. Kushner menegaskan Washington terus mengupayakan agar Israel dan Palestina bisa hidup berdampingan dalam damai.

    Kushner, yang juga merupakan menantu Presiden Donald Trump, seperti dilansir AFP, Senin (20/10/2025), turut terlibat dalam upaya mediasi gencatan senjata Gaza antara Israel dan Hamas.

    Dia juga membantu menengahi kesepakatan-kesepakatan penting selama masa jabatan pertama Trump, yang memungkinkan beberapa negara Arab menormalisasi hubungan dengan Israel.

    “Pesan terbesar yang kami coba sampaikan kepada para pemimpin Israel sekarang adalah bahwa setelah perang berakhir, jika Anda ingin mengintegrasikan Israel dengan Timur Tengah yang lebih luas, Anda harus mencari cara untuk membantu rakyat Palestina berkembang dan menjadi lebih baik,” kata Kushner dalam wawancara dengan CBS News, yang ditayangkan pada Minggu (19/10).

    Wawancara itu dilakukan sebelum serangan terbaru Israel menghantam Jalur Gaza pada Minggu (19/10) waktu setempat, menyusul tuduhan yang dilontarkan Tel Aviv bahwa Hamas telah melanggar gencatan senjata dengan menyerang tentara-tentaranya.

    Dalam wawancara dengan CBS News, Kusher mengatakan bahwa situasinya masih “sangat sulit”, tetapi dirinya mengupayakan “keamanan bersama dan peluang ekonomi” untuk menjamin agar warga Israel dan Palestina “dapat hidup berdampingan secara damai dan berkelanjutan”.

    Kushner, pada Senin (20/10), kembali ke Israel bersama Utusan Khusus Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, dalam kunjungan yang diperkirakan akan diwarnai pertemuan dengan para pejabat pemerintah Tel Aviv.

    Merujuk pada situasi di Jalur Gaza sejak gencatan senjata dimulai pada 10 Oktober lalu, Kushner mengatakan: “Hamas saat ini sedang melakukan persis seperti yang diperkirakan dari sebuah organisasi teroris, yaitu mencoba membangun kembali (kelompoknya) dan merebut kembali posisi mereka.”

    Namun dia berpendapat jika ada “alternatif yang layak” muncul, maka “Hamas akan gagal, dan Gaza tidak akan menjadi ancaman bagi Israel di masa depan.”

    Ketika ditanya mengenai prospek negara Palestina — yang kini diakui oleh sebagian besar negara di seluruh dunia tetapi tidak diakui oleh AS dan Israel, Kushner mengatakan “masih terlalu dini untuk mengatakannya”.

    Tonton juga video “Israel Serang Gaza, Trump Sebut Gencatan Senjata Masih Berlaku” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Panas! Trump Sebut Presiden Kolombia Gembong Narkoba

    Panas! Trump Sebut Presiden Kolombia Gembong Narkoba

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyebut Presiden Kolombia Gustavo Petro sebagai “gembong narkoba”. Trump juga mengatakan bahwa AS akan menghentikan “pembayaran dan subsidi skala besar” untuk Kolombia. Ada apa?

    Trump, seperti dilansir Al Arabiya, Senin (20/10/2025), menyalahkan kepemimpinan politik Kolombia atas kegagalan memenuhi kewajiban pengendalian narkoba.

    “Petro … adalah pemimpin narkoba ilegal yang sangat mendorong produksi narkoba secara besar-besaran,” kata Trump dalam pernyataan via media sosial Truth Social.

    “Tujuan produksi narkoba ini adalah penjualan produk dalam jumlah besar di Amerika Serikat, yang menyebabkan kematian, kehancuran, dan malapetaka,” sebutnya.

    Trump juga mengatakan bahwa pembayaran dan subsidi AS kepada Kolombia merupakan penipuan.

    “MULAI HARI INI, PEMBAYARAN INI, ATAU BENTUK PEMBAYARAN LAINNYA, ATAU SUBSIDI, TIDAK AKAN LAGI DILAKUKAN,” tegasnya, dalam postingan yang menggunakan huruf kapital. Tidak diketahui secara jelas apa yang dimaksud Trump.

    Petro, dalam pernyataan pada Minggu (19/10), mengatakan bahwa Trump telah “dibodohi” oleh para penasihatnya dalam mengumumkan penghentian bantuan AS untuk Kolombia.

    Dalam pernyataan via media sosial X, Petro menyebut Trump “dibodohi oleh timnya dan para penasihatnya”.

    Hubungan antara Washington dan Bogota merenggang sejak Trump kembali menjabat. Bulan lalu, otoritas AS mencabut visa Petro setelah dia bergabung dengan unjuk rasa pro-Palestina di New York dan mendesak tentara-tentara AS untuk tidak mematuhi perintah Trump.

    Tahun lalu, Petro berjanji untuk “menjinakkan” wilayah-wilayah penghasil koka — yang biasa digunakan dalam produksi kokain — di Kolombia dengan intervensi sosial dan militer besar-besaran, namun strategi tersebut hanya membuahkan sedikit keberhasilan.

    Pada September lalu, Trump memasukkan negara-negara seperti Afghanistan, Bolivia, Myanmar, Kolombia, dan Venezuela ke dalam daftar negara-negara yang diyakini oleh AS telah “terbukti gagal” dalam menegakkan perjanjian antinarkotika selama setahun terakhir.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Teleponan, Putra Mahkota Arab Saudi-Macron Bahas Gaza

    Teleponan, Putra Mahkota Arab Saudi-Macron Bahas Gaza

    Jakarta

    Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman berbicara melalui telepon dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk membahas situasi di Jalur Gaza. Keduanya juga membahas upaya-upaya yang lebih luas untuk memajukan perdamaian Timur Tengah.

    Kantor berita Arab Saudi, Saudi Press Agency (SPA) melaporkan bahwa kedua pemimpin “membahas perkembangan terbaru di Jalur Gaza dan upaya yang dilakukan untuk mengakhiri perang di wilayah tersebut serta meningkatkan keamanan dan stabilitas di Timur Tengah.”

    Mereka “menekankan perlunya segera meringankan penderitaan kemanusiaan rakyat Palestina dan mencapai penarikan penuh Israel,” lapor SPA, dilansir Al Arabiya, Senin (20/10/2025).

    Mereka juga sepakat tentang pentingnya mengambil langkah-langkah praktis menuju “perdamaian yang adil” berdasarkan solusi dua negara.

    SPA menambahkan bahwa percakapan telepon pada Minggu (19/10) waktu setempat tersebut juga membahas kerja sama Saudi-Prancis yang sedang berlangsung di berbagai bidang dan isu-isu lain yang menjadi kepentingan bersama.

    (ita/ita)

  • Serangan Baru Israel ke Gaza Tewaskan 45 Orang

    Serangan Baru Israel ke Gaza Tewaskan 45 Orang

    GELORA.CO -Pasukan Israel kembali melancarkan serangan udara ke wilayah selatan Jalur Gaza pada Minggu, 19 Oktober 2025. Serangan ini dilakukan sebagai balasan atas tembakan roket dan peluncur granat dari kelompok bersenjata Palestina di kota Rafah.

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, segera menggelar rapat darurat dengan para pejabat keamanan. Ia memerintahkan militer untuk mengambil langkah tegas terhadap setiap pelanggaran gencatan senjata. Namun, Netanyahu menegaskan bahwa langkah ini tidak berarti Israel akan kembali berperang secara penuh.

    Sementara itu, badan pertahanan sipil Gaza yang dikelola Hamas dan rumah sakit setempat melaporkan bahwa serangan udara tersebut menewaskan sedikitnya 45 orang. Jumlah korban ini memperbarui data sebelumnya yang sudah cukup tinggi akibat rentetan serangan selama beberapa hari terakhir.

    “Setidaknya 45 orang tewas akibat serangan udara Israel di berbagai wilayah Jalur Gaza,” kata Mahmud Bassal, juru bicara badan pertahanan sipil Hamas, dikutip dari Times of Israel, Senin, 20 Oktober 2025.

    Israel kini mengancam akan menutup perlintasan Rafah di perbatasan Gaza–Mesir sampai Hamas menyerahkan sisa jenazah 28 sandera yang diyakini telah tewas. Dalam sepekan terakhir, Hamas telah menyerahkan 13 jenazah, sebagian besar sudah diidentifikasi sebagai sandera Israel. Sebaliknya, Israel juga mengembalikan sekitar 150 jenazah warga Palestina ke Gaza, meski banyak di antaranya sulit dikenali karena kondisi tubuh yang rusak parah.

    Dalam tahap pertama kesepakatan gencatan senjata, kedua pihak telah menukar 20 sandera hidup dengan sekitar 1.900 tahanan Palestina. Tahap berikutnya akan membahas pelucutan senjata Hamas, penarikan pasukan Israel dari beberapa wilayah Gaza, serta pembentukan pemerintahan sementara yang didukung komunitas internasional untuk mengelola wilayah yang porak poranda akibat perang.

    Sementara itu, Hamas menolak tuduhan Amerika Serikat yang menuding kelompok tersebut berencana melancarkan serangan baru terhadap warga Gaza sendiri. Hamas menyebut tuduhan itu sebagai “fitnah politik” dan balik menuduh Israel justru mendukung kelompok bersenjata di wilayah yang dikuasai militernya. Pejuang Hamas juga dilaporkan mengeksekusi sejumlah orang yang dituduh menjarah bantuan dan bekerja sama dengan Israel

  • Trump Sebut Gencatan Senjata Israel-Hamas Masih Berlaku Usai Serangan di Gaza

    Trump Sebut Gencatan Senjata Israel-Hamas Masih Berlaku Usai Serangan di Gaza

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan gencatan senjata antara Israel dan Hamas masih tetap berlaku. Hal itu disampaikan Trump usai militer Israel melakukan serangan mematikan di Gaza atas dugaan pelanggaran gencatan senjata oleh kelompok bersenjata Palestina tersebut.

    “Ya, memang,” kata Trump kepada wartawan di Air Force One ketika ditanya apakah gencatan senjata masih berlaku.

    Ia juga menyatakan bahwa pimpinan Hamas tidak terlibat dalam dugaan pelanggaran apa pun. Trump justru menyalahkan “beberapa pemberontak di dalamnya.”

    “Bagaimanapun, ini akan ditangani dengan benar. Ini akan ditangani dengan tegas, tetapi dengan benar,” tambah Trump.

    Trump berharap gencatan senjata yang ia bantu mediasi akan tetap berlaku. “Kami ingin memastikan bahwa gencatan senjata akan berlangsung sangat damai dengan Hamas,” katanya.

    “Seperti yang Anda ketahui, mereka cukup ribut. Mereka telah melakukan beberapa penembakan, dan kami pikir mungkin para pemimpin tidak terlibat dalam hal itu.”

    Sesaat sebelum komentar Trump, Wakil Presiden AS, JD Vance, meremehkan kekerasan yang kembali terjadi di Gaza, mengatakan kepada para wartawan bahwa akan ada ‘kejang-kejang’ dalam gencatan senjata.

    “Hamas akan menyerang Israel. Israel harus merespons,” ujarnya.

    “Jadi, kami pikir Hamas memiliki peluang terbaik untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan. Namun, bahkan jika itu terjadi, akan ada banyak tantangan, dan kami harus memantau situasinya,” lanjutnya.

    Vance juga meminta negara-negara Teluk Arab untuk membangun “infrastruktur keamanan” guna memastikan Hamas dilucuti senjatanya, yang merupakan bagian penting dari kesepakatan damai.

    “Negara-negara Teluk Arab, sekutu kami, belum memiliki infrastruktur keamanan yang memadai untuk memastikan Hamas telah dilucuti,” ujarnya.

    Sementara itu, Israel mengatakan telah melanjutkan penegakan gencatan senjata Gaza setelah menyerang dan menuduh kelompok Hamas menargetkan pasukannya dalam kekerasan paling serius sejak gencatan senjata sembilan hari dimulai.

    45 Orang Tewas

    Badan pertahanan sipil Gaza, yang beroperasi di bawah otoritas Hamas, mengatakan setidaknya 45 orang tewas di seluruh wilayah tersebut dalam serangan Israel. Militer Israel mengatakan sedang menyelidiki laporan korban jiwa.

    Halaman 2 dari 2

    (yld/isa)

  • Gencatan Senjata Bubar! Israel Kembali Serbu Gaza, Turunkan Jet-Meriam

    Gencatan Senjata Bubar! Israel Kembali Serbu Gaza, Turunkan Jet-Meriam

    Jakarta, CNBC Indonesia – Militer Israel (IDF) mengonfirmasi telah melancarkan serangan udara di kota Rafah, Gaza selatan, pada Minggu (19/10/2025) malam, sebagai balasan langsung terhadap serangan yang dilancarkan oleh militan Palestina. Aksi saling serang ini terjadi di tengah kesepakatan gencatan senjata sementara yang rapuh, memicu kekhawatiran internasional akan eskalasi lebih lanjut.

    Militer Israel menyatakan serangan ini merupakan respons setelah pasukannya yang beroperasi di wilayah tersebut diserang, di mana mereka tengah berupaya menghancurkan infrastruktur kelompok militan. Mereka juga menuding militan melanggar perjanjian yang ada.

    “Hari ini, teroris menembakkan rudal anti-tank dan melepaskan tembakan ke infrastruktur IDF yang beroperasi untuk menghancurkan infrastruktur teroris di wilayah Rafah sesuai dengan ketentuan perjanjian,” kata militer Israel dikutip AFP.

    Tel Aviv kemudian mengklaim serangan tersebut jelas bertujuan untuk menghilangkan sumber ancaman. Mereka juga memberikan peringatan agar Hamas tidak melanggar kesepakatan yang telah disepakati.

    “IDF merespons dengan serangan udara oleh jet tempur dan tembakan artileri, menargetkan wilayah Rafah untuk menetralisir ancaman dan menghancurkan beberapa terowongan operasional serta struktur militer di mana aktivitas teroris terdeteksi,” tambah militer.

    Insiden ini sekali lagi menguji ketahanan kesepakatan gencatan senjata yang ada, yang merupakan buah dari negosiasi intensif dan berulang kali yang dimediasi oleh pihak ketiga, seperti Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat. Perjanjian ini dirancang terutama untuk tujuan kemanusiaan ini memungkinkan masuknya bantuan penting ke Gaza dan memfasilitasi pertukaran tawanan Israel dengan tahanan Palestina.

    Namun, sifat konflik yang mendasar dan kepentingan taktis yang saling bertentangan sering kali membuat implementasi penuh dari perjanjian tersebut sangat sulit dan rentan terhadap pelanggaran sporadis.

    Di lapangan, gencatan senjata kedua pihak selalu berada di bawah bayang-bayang eskalasi, di mana setiap tembakan artileri atau serangan rudal cepat dianggap sebagai pemicu untuk aksi balasan. Kondisi ini menempatkan mediator internasional pada posisi yang sulit, terus-menerus berjuang untuk mencegah insiden lokal berkembang menjadi perang skala penuh.

    Ketegangan di Rafah ini merupakan bagian dari konteks konflik yang lebih luas antara Israel dan kelompok militan Hamas yang meletus kembali sejak Oktober 2023. Perang ini dipicu oleh serangan lintas batas Hamas dan segera diikuti oleh operasi militer besar-besaran Israel di Jalur Gaza. Sejak dimulainya konflik, sebanyak 67 ribu warga sipil Palestina tewas.

    (tps/tps)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Kabar Terkini Setelah Gencatan Senjata di Gaza

    Kabar Terkini Setelah Gencatan Senjata di Gaza

    Gaza City

    Gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza, Palestina telah berlangsung. Namun, gencatan senjata ini terancam berakhir.

    Sebagaimana diketahui, Israel masih menutup akses Gaza di perbatasan Rafah dengan Mesir. Kantor Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa perbatasan Rafah akan dibuka kembali hanya setelah Hamas menyerahkan jenazah semua sandera yang masih ditawan di Gaza.

    “Perdana Menteri Netanyahu telah memerintahkan agar perlintasan Rafah tetap ditutup sampai pemberitahuan lebih lanjut,” bunyi pernyataan tersebut dilansir AFP, Minggu (19/10/2025).

    “Pembukaan kembali perlintasan ini akan dipertimbangkan berdasarkan bagaimana Hamas memenuhi kewajibannya untuk memulangkan para sandera dan jenazah korban, serta untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan yang disepakati (dari gencatan senjata)”, tambah kantor tersebut.

    Jalur Rafah Dibuka untuk Mobilitas Orang

    Sebelumnya pada Sabtu (18/10), Kedutaan Besar Palestina di Kairo mengumumkan bahwa perlintasan Rafah antara Gaza dan Mesir akan dibuka kembali pada Senin (20/10), untuk memungkinkan warga Palestina yang tinggal di Mesir kembali ke Gaza.

    Pada Kamis (16/10), otoritas Israel mengatakan bahwa ketika perlintasan dibuka kembali, hanya akan mengizinkan pergerakan orang, bukan pengiriman bantuan kemanusiaan.

    Tentara Israel mengambil alih sisi Palestina dari penyeberangan Rafah pada 7 Mei tahun lalu, mengklaim fasilitas tersebut telah “digunakan untuk tujuan teroris” dan mengungkapkan kecurigaan kuat bahwa fasilitas tersebut juga digunakan untuk menyelundupkan senjata.

    Setelah pengambilalihan tersebut, semua akses melalui penyeberangan tersebut ditangguhkan, termasuk akses bagi personel Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

    Penyeberangan tersebut sempat dibuka kembali selama gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang berlaku efektif pada 19 Januari 2025.

    Jenazah Sandera Diserahkan ke Israel

    Sayap bersenjata Hamas, Brigade Ezzedine Al-Qassam kembali menyerahkan 2 jenazah sandera ke Israel pada Sabtu malam. Penyerahan jenazah sandera itu sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata.

    Dilansir AFP, Minggu, (19/10/2025), Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mengatakan pasukan Israel telah menerima jenazah tersebut dari Palang Merah. Selanjutnya, jenazah tersebut akan dilakukan identifikasi.

    Diketahui, isu jenazah sandera yang masih berada di Gaza telah menjadi titik kritis dalam implementasi gencatan senjata. Sebelumnya Hamas mengaku membutuhkan waktu dan bantuan teknis untuk mengevakuasi jenazah yang tersisa dari bawah reruntuhan Gaza.

    Hal itu lalu mengancam gencatan senjata yang rapuh, di mana Israel melakukan penutupan penyeberangan Rafah hingga pemberitahuan lebih lanjut. Adapun Israel mengaitkan pembukaan kembali gerbang utama ke wilayah tersebut dengan syarat penemuan semua jenazah.

    Berdasarkan gencatan senjata yang ditengahi AS, Hamas sejauh ini telah membebaskan 20 sandera yang masih hidup beserta jenazah 12 orang yang tewas, termasuk dua orang terakhir yang belum diidentifikasi.

    Sebagai imbalannya, Israel telah membebaskan hampir 2.000 tahanan Palestina dan 135 jenazah warga Palestina sejak gencatan senjata mulai berlaku pada 10 Oktober.

    Gencatan Senjata Terancam Berakhir

    Gencatan senjata di Gaza terancam berakhir saat ini. Hal ini menyusul serangan militer terbaru yang dilakukan pasukan Israel di wilayah Rafah hari ini.

    Dilansir Reuters, Minggu (19/10/2025), tentara Israel melakukan serangan udara dan tembakan artileri di wilayah Rafah hari ini. Serangan tersebut menghancurkan terowongan dan bangunan militer. Serangan itu dilakukan Israel usai menuding Hamas telah melanggar perjanjian gencatan senjata.

    Salah satu warga Palestina yang menjadi saksi mata mengatakan adanya ledakan dan tembakan di Rafah. Petugas medis di Rumah Sakit Al-Aqsa mengatakan adanya tembakan tank di kota selatan Abassan dekat Khan Younis, serangan udara di kota Zawayda di Gaza, dan ledakan di kota Deir Al-Balah di Gaza, yang menewaskan sedikitnya lima orang.

    Para saksi mata di Khan Younis mendengar gelombang serangan udara yang dilancarkan ke Rafah pada Minggu sore.

    Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan pada hari Minggu bahwa serangan Israel telah menewaskan sedikitnya delapan orang dalam 24 jam terakhir.

    Seorang pejabat militer Israel mengatakan sebelumnya pada hari Minggu bahwa Hamas telah melakukan beberapa serangan terhadap pasukan Israel di Gaza, termasuk serangan granat berpeluncur roket dan serangan penembak jitu terhadap tentara Israel.

    “Kedua insiden tersebut terjadi di wilayah yang dikuasai Israel… Ini merupakan pelanggaran gencatan senjata yang berani,” kata pejabat itu.

    Tanggapan Israel dan Hamas

    Menteri Pertahanan Israel Katz mengatakan “garis kuning” yang menandai penarikan pasukan Israel berdasarkan perjanjian gencatan senjata akan ditandai secara fisik dan setiap pelanggaran gencatan senjata atau upaya untuk melewati garis tersebut akan dibalas dengan tembakan.

    Dilansir Al Jazeera, Hamas menegaskan kelompoknya tetap mematuhi kesepakatan gencatan senjata. Hamas mengaku tidak mengetahui adanya pertempuran di Rafah, tempat militer Israel melancarkan serangan udara hari ini.

    “Kami tidak mengetahui adanya insiden atau bentrokan yang terjadi di wilayah Rafah, karena wilayah tersebut merupakan zona merah di bawah kendali pendudukan, dan kontak dengan kelompok-kelompok kami yang tersisa di sana telah terputus sejak perang kembali terjadi pada bulan Maret tahun ini,” kata Brigade Qassam dalam sebuah pernyataan.

    Lihat juga Video ‘Israel Tuding Hamas Langgar Kesepakatan Gencatan Senjata’:

    Halaman 2 dari 4

    (rdp/rdp)

  • Israel Gempur Gaza di Tengah Gencatan Senjata, 11 Orang Tewas

    Israel Gempur Gaza di Tengah Gencatan Senjata, 11 Orang Tewas

    Jakarta

    Pasukan militer Israel kembali melancarkan serangkaian serangan di wilayah Gaza saat gencatan senjata masih berlangsung. Total 11 orang dilaporkan meninggal akibat serangan terbaru Israel.

    Dilansir AFP, Minggu (19/10/2025), Badan Pertahanan Sipil Gaza mengatakan serangan udara Israel ini terjadi di hari ini waktu setempat. Juru bicara badan tersebut, Mahmud Bassal, mengatakan enam korban tewas ketika serangan Israel menargetkan kelompok warga sipil di Gaza utara.

    Belum ada keterangan yang diberikan pihak Israel. Militer Israel kepada AFP mengatakan sedang memeriksa laporan tersebut.

    Gencatan senjata di Gaza saat ini di ambil kegagalan usai Hamas dan Israel kembali bersitegang. Israel menuding Hamas melakukan serangan di Rafah dan langsung dibalas serangan balasan oleh Israel di wilayah tersebut.

    Dilansir Reuters, tentara Israel melakukan serangan udara dan tembakan artileri di wilayah Rafah hari ini. Serangan tersebut menghancurkan terowongan dan bangunan militer. Serangan itu dilakukan Israel usai menuding Hamas telah melanggar perjanjian gencatan senjata.

    Salah satu warga Palestina yang menjadi saksi mata mengatakan adanya ledakan dan tembakan di Rafah. Petugas medis di Rumah Sakit Al-Aqsa mengatakan adanya tembakan tank di kota selatan Abassan dekat Khan Younis, serangan udara di kota Zawayda di Gaza, dan ledakan di kota Deir Al-Balah di Gaza, yang menewaskan sedikitnya lima orang.

    Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan pada hari Minggu bahwa serangan Israel telah menewaskan sedikitnya delapan orang dalam 24 jam terakhir.

    Seorang pejabat militer Israel mengatakan sebelumnya pada hari Minggu bahwa Hamas telah melakukan beberapa serangan terhadap pasukan Israel di Gaza, termasuk serangan granat berpeluncur roket dan serangan penembak jitu terhadap tentara Israel.

    “Kedua insiden tersebut terjadi di wilayah yang dikuasai Israel… Ini merupakan pelanggaran gencatan senjata yang berani,” kata pejabat itu.

    Dilansir Al Jazeera, Hamas menegaskan kelompoknya tetap mematuhi kesepakatan gencatan senjata. Hamas mengaku tidak mengetahui adanya pertempuran di Rafah, tempat militer Israel melancarkan serangan udara hari ini.

    “Kami tidak mengetahui adanya insiden atau bentrokan yang terjadi di wilayah Rafah, karena wilayah tersebut merupakan zona merah di bawah kendali pendudukan, dan kontak dengan kelompok-kelompok kami yang tersisa di sana telah terputus sejak perang kembali terjadi pada bulan Maret tahun ini,” kata Brigade Qassam dalam sebuah pernyataan.

    (ygs/azh)

  • Gaza Dibom, Israel Kembali Langgar Gencatan Senjata

    Gaza Dibom, Israel Kembali Langgar Gencatan Senjata

    GELORA.CO – Pasukan Penjajah Israel menyatakan, pihaknya telah melancarkan serangan udara di Rafah pada Ahad (19/10/2025). Penjajah menyalahkan Hamas karena telah memulai serangan yang menargetkan tentaranya.

    Lewat pernyataan militer yang dikutip Al Jazeera, Israel mengatakan, pejuang Palestina menembakkan rudal dan senjata anti-tank ke arah tentaranya. Militer Israel kemudian membalas dengan serangan udara ke daerah yang berada di selatan Gaza tersebut.

    Al Jazeera melaporkan dari Gaza bahwa pejuang Hamas telah bentrok dengan kelompok bersenjata yang didukung Israel di Gaza. Kontributor Al Jazeera mengungkapkan, pertempuran antara warga Palestina dan pasukan Israel dimulai karena peristiwa tersebut.

    Netanyahu juga telah merilis pernyataan yang menyatakan bahwa tindakan militer itu diambil setelah ia berkonsultasi dengan para pejabat senior pertahanan penjajah.

    Sayap bersenjata Hamas menyatakan, kelompok tersebut mematuhi perjanjian gencatan senjata dengan Israel. Hamas menyatakan, tidak mengetahui adanya pertempuran di Rafah, tempat militer Israel melancarkan serangan udara pada Ahad ini.

    “Kami tidak mengetahui adanya insiden atau bentrokan yang terjadi di wilayah Rafah, karena wilayah tersebut merupakan zona merah di bawah kendali pendudukan, dan kontak dengan kelompok-kelompok kami yang tersisa di sana telah terputus sejak perang kembali terjadi pada bulan Maret tahun ini,” kata Brigade Qassam dalam sebuah pernyataan.

    Serangan tank dan drone

    Pasukan pendudukan Israel telah melanggar gencatan senjata di Gaza yang pekan lalu diumumkan. Tank-tank militer zionis melanjutkan agresinya pada Rabu (15/10/2025), lapor WAFA. 

    Tank-tank tersebut melepaskan tembakan artileri ke arah warga sipil di kota Bani Suhaila dan permukiman Sheikh Nasser di timur Khan Yunis, sebelah timur Gaza City.

    Penjajah juga dilaporkan telah melancarkan serangan pesawat drone militer di Jalur Gaza yang menewaskan tujuh warga Palestina dan melukai beberapa lainnya, menurut koresponden Al Mayadeen dan media Palestina.

    Media Israel mengakui bahwa militer pendudukan melanjutkan serangannya pada Selasa, hanya tiga hari setelah gencatan senjata berlaku. Serangan penjajah memicu kembali ketegangan di tengah kehancuran kemanusiaan yang sedang berlangsung di wilayah yang terkepung tersebut.

    Koresponden Al Mayadeen mengonfirmasi bahwa lima warga Palestina gugur setelah menjadi sasaran pesawat nirawak Israel di lingkungan al-Shujaiya di sebelah timur Kota Gaza.

    Sementara itu, Koresponden Al Mayadeen di Gaza juga melaporkan, pasukan penjajah Israel menyerang kamp pengungsian Halawa di Jabalia al-Balad, utara Jalur Gaza. Penjajah melukai beberapa warga sipil yang mengungsi.

    Di Jalur Gaza selatan, seorang pria Palestina tewas dan seorang lainnya terluka dalam serangan pesawat nirawak di al-Fakhari, sebelah timur Khan Younis. Pesawat drone Israel juga menjatuhkan bom di dekat Klinik Aabasan dan di Jalan Abu Salah di Aabasan al-Kabira, yang semakin meningkatkan ketakutan di antara warga yang berusaha kembali ke rumah mereka.

    Palestine Chronicle melaporkan, serangan Israel ke Gaza mengancam gencatan senjata yang dimulai sejak pekan lalu. 

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sedang melakukan penilaian keamanan mendesak bersama Menteri Pertahanan Yisrael Katz dan pejabat tinggi lainnya untuk mengevaluasi situasi keamanan menyusul apa yang mereka sebut sebagai “pelanggaran gencatan senjata”.

    Penyebab langsung terjadinya eskalasi di Gaza masih belum diketahui. Sementara itu, media Israel, yang dikutip oleh Al-Mayadeen, melaporkan sebuah insiden mematikan di mana dua tentara Israel dilaporkan tewas, dan dua lainnya terluka, di Rafah. Mereka tewas akibat serangan dari penembak jitu dan alat peledak.

    Media Israel menyatakan, serangan udara tersebut juga merupakan upaya untuk melindungi milisi Yasser Abu Shabab. Belakangan ini, terjadi eskalasi  keamanan di Gaza sehingga Israel dilaporkan ‘mungkin’ menargetkan kelompok-kelompok Palestina yang bertanggung jawab atas serangan atau menyediakan perlindungan kepada milisi yang berlatar belakang gembong narkoba tersebut.

    Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben Gvir, secara terbuka mendesak Perdana Menteri Netanyahu untuk memerintahkan tentara agar melanjutkan pertempuran di Jalur Gaza “dengan kekuatan penuh,” dengan alasan bahwa perjanjian tersebut telah dilanggar.

    Kantor media Gaza dilaporkan telah menuduh Israel melanggar gencatan senjata sebanyak 47 kali sejak dimulai pada 10 Oktober. Pelanggaran-pelanggaran ini disebut-sebut termasuk pembunuhan 11 anggota keluarga Abu Sha’ban di lingkungan Zaytoun, Gaza utara.