Negara: Pakistan

  • Bermula dari Dugaan Kasus Cabul, WNA Pakistan Diperiksa Penyidik Kantor Imigrasi Manado

    Bermula dari Dugaan Kasus Cabul, WNA Pakistan Diperiksa Penyidik Kantor Imigrasi Manado

    Liputan6.com, Manado – Seorang Warga Negara Asing (WNA) asal Pakistan berinisial RPJA menjalani pemeriksaan di Kantor Imigrasi Manado pada, Senin (4/11/2024). Pemeriksaan ini berawal dari kasus dugaan cabul yang dilakukan RPJA terhadap seorang bocah berusia 10 tahun.

    Kepala Kantor Imigrasi Manado Rachmat melalui Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Gusti Darmudin membenarkan adanya pemanggilan dan pemeriksaan terhadap salah seorang WNA Pakistan.

    Dia mengatakan, pemanggilan dan pemeriksaan terhadap WNA Pakistan terkait dengan legalitas administrasi Keimigrasian. Selain itu juga mengonfirmasi terkait kasus dugaan cabul terhadap anak di bawah umur yang dilakukan WNA tersebut.

    “Benar, kami telah melakukan pemanggilan dan pemeriksaan terhadap yang bersangkutan WNA Pakistan,” ujarnya.

    Dia mengatakan, Kantor Imigrasi Manado memeriksa legalitas administrasi Keimigrasian RPJA serta mengonfirmasi kasus cabul terhadap anak di bawah umur yang telah dilaporkan ke Polres Minahasa Utara. Hasil konfirmasi, WNA itu membantah telah melakukan pencabulan tersebut.

    “Yang bersangkutan membantah tuduhan telah melakukan pencabulan kepada anak di bawah umur,” ujar Gusti Darmudin.

    Gusti Darmudin mengatakan, RPJA mengaku memiliki rekaman CCTV, sebagai bukti bahwa dirinya tidak melakukan hal tersebut.

    “Sementara untuk legalitas administrasi Keimigrasian baik itu ijin tinggal dan ijin usaha semua tidak ada masalah”, ujarnya.

    Dia menambahkan, pihak Kantor Imigrasi Manado masih akan tetap melakukan pemanggilan terhadap WNA Pakistan tersebut, untuk melengkapi persyaratan yang dimintakan oleh penyidik.

    Kurang lebih 2 jam, WNA Pakistan dimintai keterangan oleh salah seorang petugas tim penyidik Kantor Imigrasi Manado.

    WNA Pakistan datang memenuhi pemanggilan dari Kantor Imigrasi Manado turut didampingi salah seorang pria yang mengaku sebagai penerjemah dari salah satu Lembaga Bantuan Hukum (LBH) di Sulut.

    Diketahui, sebelumnya heboh kasus dugaan pencabulan  terhadap anak di bawah umur berinisial CAP (10) yang terjadi di Kabupaten Minahasa Utara, Sulut. Terduga pelaku adalah RPJA seorang WNA Pakistan. Kasus ini sudah dalam penanganan Polres Minahasa Utara.

    Kasat Reskrim Polres Minahasa Utara AKP Andi Ilham Ferdian Martadinata mengatakan, kasus tersebut sudah masuk dalam tahap Lidik di unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Sat Reskrim Polres Minahasa Utara.

    “Terkait dugaan pelecehan seksual WNA Pakistan kepada korban CAP yang merupakan anak dari pacar RPJA, saat ini perkaranya masih bergulir dan dalam tahap lidik,” ujarnya.

    Dia mengatakan, dalam kasus ini terduga pelaku juga telah melapor balik ibu dari pacarnya, dengan tuduhan pencemaran nama baik.

    “Terduga pelaku juga telah melaporkan balik ibu dari pacarnya, dengan tuduhan telah melakukan pencemaran nama baik,” ujarnya.

    Sementara itu, AP ayah dari korban CAP berharap, kedua anaknya tidak lagi tinggal dengan mantan istrinya.

    “Harapan saya, kedua anaknya dapat tinggal dengan mantan ibu mertuanya, agar keselamatan anaknya terjamin,” ujar AP.

    aan kasus pelecehan seksual terhadap  anaknya CAP dengan terduga pelaku pacar dari mantan istrinya, terjadi pada 19 Oktober dan dilaporkan 20 Oktober 2024.

  • Kondisi Udara Pakistan Makin Mengerikan

    Kondisi Udara Pakistan Makin Mengerikan

    Kondisi Udara Pakistan Makin Mengerikan

  • Tantangan Swasembada Pangan di Era Prabowo

    Tantangan Swasembada Pangan di Era Prabowo

    Bisnis.com, JAKARTA – Dalam pidato kenegaraan perdana se­­­te­­­lah pe­­­lan­­­tikan, Presiden Prabowo Subi­­anto menargetkan Indonesia swasembada pangan dalam 5 tahun ke depan. Bahkan Prabowo yakin dengan me­­­manfaatkan sumber daya alam yang melimpah, In­­­donesia dapat menjadi lum­­­bung pangan dunia.

    Namun, swasembada pa­­­ngan saja tidak cukup, harus diiringi dengan ketahanan pangan. Swasembada pangan berfokus pada peningkatan ketersediaan pangan di tingkat nasional. Ketahanan pangan lebih mengutamakan akses individu terhadap pangan bergizi untuk kesehatan dan produktivitas. Kom­­binasi keduanya akan memastikan ketersediaan dan akses pangan yang merata bagi seluruh masyarakat.

    Keinginan untuk mewujudkan swasembada dan ke­­­tahanan pangan berhadapan dengan tantangan besar. Me­­­nurut penelitian Hadi Santoso, Akhmad Makhfatih, dan Hengki Purwoto, infrastruktur berpengaruh pada ketahanan pangan. Data dari 33 provinsi (2012—2016) menunjukkan bahwa jalan, irigasi, dan listrik berdampak positif pada ketahanan pangan.

    Sayangnya pembangunan infrastruktur yang berlangsung masif selama dekade terakhir tidak banyak membantu ketahanan pangan nasional. Jalan tol dan bandara memang mempermudah mobilitas dan distribusi, tetapi investasi besar ini belum berhasil mengatasi masalah mendasar di sektor pertanian seperti akses teknologi, irigasi yang buruk, dan akses pasar yang terbatas. Dampaknya, ketergantungan Indonesia pada impor pangan masih tinggi.

    Menurut data The Food Trade Dependence Index 2022, Indonesia masih sangat bergantung pada impor untuk komoditas pangan utama. Sebanyak 54% gandum diimpor dari Australia dan 26% dari Kanada karena gandum sulit dibudidayakan di Indonesia akibat keterbatasan lahan. Ketergantungan ini membuat ketahanan pangan Indonesia rentan terhadap fluktuasi harga dan pasokan global.

    Hal serupa terjadi pada kedelai, di mana 71% impor berasal dari Amerika Serikat, sementara produksi lokal hanya memenuhi kurang dari 10% kebutuhan nasional. Kedelai adalah bahan dasar tempe dan tahu, makanan pokok masyarakat. Tingginya ketergantungan pada impor menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur belum secara signifikan meningkatkan produksi pangan domestik. Kondisi yang memperlihatkan ketidakselarasan antara prioritas pembangunan infrastruktur dan kebutuhan ketahanan pangan.

    Situasi serupa terjadi pada beras. Meski memiliki lahan pertanian yang luas, produktivitas padi masih rendah. Indonesia harus mengimpor 37% beras dari Vietnam, 28% dari Thailand, 20% dari India, dan 15% dari Pakistan. Bahkan untuk jagung, yang penting bagi industri pakan ternak dan biofuel, Indonesia masih bergantung pada impor, terutama dari Argentina.

    Program swasembada pangan di bawah pemerintahan Prabowo harus dapat mengatasi tantangan tersebut. Pembangunan infrastruktur perlu diselaraskan dengan tujuan strategis mendukung sektor pertanian.

    Pengembangan irigasi yang efisien, akses ke teknologi pertanian modern, serta dukungan untuk meningkatkan produktivitas petani lokal menjadi kunci penting. Pemerintah harus memberikan perhatian lebih besar pada infrastruktur yang langsung mendukung proses produksi pangan, seperti penyediaan irigasi, jalan tani, gudang penyimpanan, dan fasilitas pengolahan pangan di pedesaan.

    Pemerintah perlu memberikan insentif bagi petani untuk meningkatkan kapasitas produksi mereka. Akses terhadap kredit, pelatihan teknis, dan pendampingan dalam penggunaan teknologi modern.

    Kesemuanya itu adalah langkah-langkah konkret yang bisa dilakukan untuk meningkatkan hasil pertanian. Penting bagi pemerintah untuk memperkuat rantai pasok pangan. Tujuannya agar hasil pertanian dapat disimpan dan didistribusikan secara efisien, mengurangi kerugian pascapanen dan memastikan bahwa masyarakat dapat mengakses pangan berkualitas dengan harga yang terjangkau.

    Dalam jangka panjang, ketahanan pangan tidak hanya bergantung pada kemampuan produksi dalam negeri semata. Harus dibarengi juga dengan kemampuan menjaga keberlanjutan produksi di tengah perubahan iklim. Skor rendah Indonesia dalam kategori Keberlanjutan dan Adaptasi menunjukkan pentingnya strategi adaptasi yang lebih baik.

    Salah satunya adalah dengan mengembangkan pertanian yang lebih tahan terhadap perubahan iklim dan bencana alam. Investasi dalam penelitian pertanian yang berfokus pada inovasi teknologi untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap cuaca ekstrem menjadi sangat penting.

    Ambisi besar pemerintahan Prabowo Subianto untuk mewujudkan swasembada pangan, harus bisa mengatasi tantangan yang sangat kompleks dengan pendekatan holistik. Kepemimpinan Prabowo harus mampu mengintegrasikan pembangunan infrastruktur dengan penguatan sektor pertanian.

    Integrasi tersebut merupakan solusi untuk mengakhiri ketergantungan Indonesia pada impor pangan. Termasuk mengatasi masalah mendasar dalam sektor pertanian. Kita menunggu kebijakan yang fokus pada pengembangan pertanian berkelanjutan dan investasi infrastruktur untuk mendukung sektor pangan.

    Dengan begitu, Indonesia tidak hanya memiliki peluang besar untuk mencapai swasembada pangan, tetapi juga menjadi lumbung pangan dunia seperti yang diharapkan.

    Jika tidak, cita-cita swasembada pangan hanya akan menjadi janji tanpa realisasi.

  • Polusi Udara Pakistan Mengerikan, Siswa-Guru Wajib Pakai Masker

    Polusi Udara Pakistan Mengerikan, Siswa-Guru Wajib Pakai Masker

    Foto Health

    AP Photo/K.M. Chaudary – detikHealth

    Senin, 04 Nov 2024 20:30 WIB

    Pakistan – Polusi udara di Pakistan saat ini sangat mengerikan. Sekolah yang masih melakukan kegiatan belajar-mengajar mewajibkan siswa dan gurunya untuk memakai masker.

  • Zulhas Beri Sinyal, RI Masih Impor Beras Tahun Depan

    Zulhas Beri Sinyal, RI Masih Impor Beras Tahun Depan

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) memberikan sinyal bahwa Indonesia berpotensi masih akan mengimpor beras pada tahun depan, namun dengan kuota yang lebih sedikit.

    Menko Zulhas menekankan bahwa pemerintah akan meningkatkan produksi beras dan mengurangi ketergantungan impor pada 2025.

    “Selanjutnya kami akan lebih intens lagi untuk mempersiapkan tahun depan agar kita bisa berjalan dengan baik, impor sedikit mungkin, produksi bisa naik,” kata Zulhas di Gudang Bulog Sunter Timur, Kelapa Gading, Jakarta, Senin (4/11/2024).

    Selain itu, Zulhas juga berharap bantuan sosial (bansos) beras ke masyarakat juga bisa terlaksana dengan baik.

    Namun saat ditanya lebih lanjut terkait impor beras untuk tahun depan, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu hanya mengatakan sepanjang 2024 pemerintah telah memutuskan mengimpor 3,6 juta ton beras. 

    Adapun dari jumlah itu, hanya tersisa 1 juta ton impor beras yang akan masuk ke Indonesia. Di sisi lain, Perum Bulog baru menyelesaikan 150.000 ton dari sisa 1 juta ton. Ini artinya tersisa 850.000 ton beras lagi yang akan membanjiri pasar Indonesia.

    “Ini sudah diputuskan tahun lalu, 3,6 [juta ton beras], realisasinya yang belum selesai,” jelasnya.

    Sebelumnya diberitakan, Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) menyatakan akan memprioritaskan produksi beras lokal untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, dan mengurangi ketergantungan terhadap impor.

    Direktur Utama Badan Urusan Logistik (Bulog) Wahyu Suparyono menuturkan, untuk saat ini pihaknya belum berencana mengimpor beras untuk kebutuhan tahun depan.

    “Tidak ada [rencana impor beras], belum. Kita harus berupaya penyerapan dalam negeri lah. Semangat kita semangat dalam negeri,” ujar Wahyu saat ditemui di Kantor Kementerian Koperasi, Jakarta, Kamis (31/10/2024).

    Wahyu menjelaskan bahwa untuk stok kebutuhan beras yang dikelola Perum Bulog setidaknya membutuhkan sebanyak 2,64 juta ton sepanjang tahun. Artinya, kebutuhan beras ini untuk bantuan pangan yang setiap bulannya adalah 220.000 ton beras.

    “Yang dikelola Bulog, stok kebutuhan untuk bantuan pangan setiap bulan 220.000 ton [beras], tinggal dikalikan satu tahun,” terangnya.

    Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia masih mengimpor beras sepanjang sembilan bulan pertama pada tahun ini. Nilai impornya mencapai US$2,01 miliar atau sekitar Rp31,54 triliun (asumsi kurs Rp15.691 per dolar AS).

    Di sisi lain, Presiden RI ke-8 Prabowo Subianto bertekad agar Indonesia menjadi negara swasembada pangan dalam empat tahun mendatang.

    Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan bahwa impor beras tercatat mencapai 3,23 juta ton pada Januari—September 2024.

    “Untuk impor beras Januari—September 2024 tercatat sebesar 3,23 juta ton atau senilai US$2,01 miliar,” kata Amalia dalam Rilis Berita Resmi Statistik BPS Perkembangan Ekspor-Impor September 2024, Selasa (15/10/2024).

    Dia merincikan, mayoritas negara asal pengimpor beras berasal dari Thailand, Vietnam, dan Pakistan. Perinciannya, sebanyak 1,14 juta ton beras dari Thailand, 988.040 ton dari Vietnam, dan 463.396 ton beras dari Pakistan.

    Di samping itu, Indonesia juga mengimpor beras dari Myanmar sebanyak 407.449 ton dan India sebanyak 202.677 ton sepanjang Januari—September 2024.

  • Heli Jatuh, Jenderal Garda Revolusi Iran-Pilot Tewas

    Heli Jatuh, Jenderal Garda Revolusi Iran-Pilot Tewas

    Teheran

    Dua personel Garda Revolusi Iran (IRGC) tewas dalam kecelakaan helikopter yang terjadi di wilayah tenggara negara tersebut. Salah satu personel IRGC yang tewas disebut berpangkat jenderal.

    Kecelakaan itu, seperti dilansir AFP dan Reuters, Senin (4/11/2024), terjadi saat kedua personel IRGC tersebut sedang menjalankan operasi tempur. Helikopter yang mengalami kecelakaan ini merupakan jenis gyroplane ringan.

    “Sebuah gyroplane ultra-ringan milik Angkatan Darat IRGC mengalami kecelakaan saat melakukan operasi tempur di wilayah perbatasan tenggara,” sebut kantor berita IRNA dalam laporannya.

    Laporan kantor berita Fars, yang mengutip departemen kehumasan IRGC, menyebut kecelakaan itu terjadi di dekat Sirkan, sebuah kota di Provinsi Sistan-Baluchistan, yang berbatasan dengan Afghanistan dan Pakistan.

    Area perbatasan itu diketahui sejak lama menjadi lokasi bentrokan antara pasukan keamanan Iran dan kelompok militan Sunni, serta para penyelundup narkoba.

    Penyebab kecelakaan tersebut belum diketahui secara jelas.

    Laporan kantor berita Fars menyebut salah satu personel IRGC yang tewas berpangkat Brigadir Jenderal.

    Lihat juga Video ‘Fakta-fakta Helikopter Tur Berisi 2 WNA Terjatuh di Bali’:

  • Tingkat Polusi Udara di Pakistan Mengerikan, Sekolah Terpaksa Ditutup

    Tingkat Polusi Udara di Pakistan Mengerikan, Sekolah Terpaksa Ditutup

    Jakarta

    Seluruh sekolah dasar (SD) di Lahore, Pakistan, ditutup selama sepekan mulai Senin (4/11/2024). Keputusan diambil Pemerintah Provinsi (Pemprov) Punjab untuk mencegah jutaan anak terpapar polusi udara yang mencapai level tertinggi dan menyelimuti kota selama beberapa hari terakhir.

    Menurut pernyataan resmi, semua sekolah untuk anak hingga usia 10 tahun, baik negeri, swasta, dan pendidikan khusus akan tutup hingga Sabtu. Penutupan sekolah ini nantinya akan dievaluasi lagi untuk memutuskan apakah perlu diperpanjang.

    Indeks kualitas udara Lahore mencatat angka di atas 1.000 pada Sabtu, jauh melampaui level 300 yang dianggap berbahaya, menurut data dari IQAir, perusahaan teknologi pemantauan udara. Kondisi ini juga terjadi pada hari Minggu, yang dianggap belum pernah terjadi sebelumnya. Situasi ini dipicu pembakaran sisa panen di India, serta emisi dari industri dan kendaraan.

    “Prakiraan cuaca untuk enam hari ke depan menunjukkan bahwa pola angin akan tetap sama. Oleh karena itu, kami menutup semua sekolah dasar negeri dan swasta di Lahore selama seminggu,” kata Jahangir Anwar, pejabat senior perlindungan lingkungan di Lahore kepada AFP, dikutip dari CNA.

    “Kabut asap ini sangat berbahaya bagi anak-anak. Masker harus diwajibkan di sekolah. Kami mengawasi kesehatan anak-anak di kelas senior,” kata menteri senior Punjab Marriyum Aurangzeb dalam konferensi pers hari Minggu.

    Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menghirup udara beracun memiliki konsekuensi kesehatan yang mengerikan, seperti stroke, penyakit jantung, kanker paru-paru, dan penyakit pernapasan dapat dipicu oleh paparan yang berkepanjangan.

    (suc/kna)

  • Parah! RI Doyan Impor Beras-Gula-Kedelai, Tahun Ini Nyaris Rp 83 T

    Parah! RI Doyan Impor Beras-Gula-Kedelai, Tahun Ini Nyaris Rp 83 T

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan impor beberapa komoditas pangan relatif terkendali. Impor tersebut, kata dia, menyesuaikan kebutuhan dan permintaan di dalam negeri.

    “Perkembangan impor beberapa komoditas pangan relatif terkendali. Baik beras, gula, kedelai, juga bawang putih Januari sampai September ini impornya sekitar 345,5 ribu ton. Ini tentunya menyesuaikan kebutuhan pasar domestik,” katanya saat Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2024, ditayangkan kanal Youtube Kemendagri, Senin lalu dikutip Minggu (3/11/2024).

    Mengutip bahan paparannya dalam rapat tersebut, terpantau beras, gula dan kedelai cetak impor hingga miliaran dolar AS. Total impor ketiga komoditas ini sepanjang Januari-September 2024 mencapai hampir Rp83 triliun. Berikut rinciannya:

    Beras

    BPS mencatat, impor beras sepanjang Januari-September 2024 mencapai 3,23 juta ton, senilai US$2,01 miliar atau setara Rp31,4 triliun. Negara asal impor utama adalah Thailand dengan porsi 1,14 juta ton senilai US$739,45 juta. Disusul, Vietnam dengan porsi mencapai 0,99 juta ton senilai US$610,23 juta. Kemudian Pakistan dengan porsi sebanyak 0,46 juta ton, senilai US$290,70 juta.

    Gula

    Sepanjang Januari-September 2024, BPS mencatat impor gula mencapai 3,66 juta ton, sneilai US$2,15 miliar atau setara Rp33,61 triliun. Sumber utama impor gula Indonesia adalah Brasil dengan porsi 2,13 juta ton, senilai US$1,23 miliar.

    Disusul Thailand dengan porsi 0,92 juta ton, senilai US$552,43 juta. Dan Australia dengan porsi 0,50 juta ton, senilai US$283,51 juta.

    Kedelai

    Data BPS menunjukkan, sepanjang Januari-September 2024, Indonesia mengimpor kedelai sebanyak 2,16 juta ton. Atau senilai US$1,15 miliar atau setara 17,98 triliun.

    Indonesia mengimpor kedelai terutama dari Amerika Serikat (AS) dengan porsi mencapai 1,93 juta ton, senilai US$1,03 miliar. Kemudian 0,21 juta ton dari Kanada, senilai US$110,98 juta. Dan dari Malaysia sebanyak 0,01 juta ton, senilai US$2,69 juta ton.

    Secara total, nilai impor ketiga komoditas itu mencapai 82,99 triliun. Menggunakan kurs Rp15.635 per dolar AS (kurs pada penutupan perdagangan Jumat 25 Oktober 2024).

    (dce/wur)

  • VIDEO: Listrik Surya Makin Terjangkau di Pakistan

    VIDEO: Listrik Surya Makin Terjangkau di Pakistan

    Semakin banyak warga Pakistan beralih ke listrik tenaga surya dengan memasang panel surya di atap rumah mereka. Peralihan ke energi ramah lingkungan ini semakin terjangkau bagi konsumen, tapi di sisi lain juga bisa menimbulkan krisis bagi jaringan listrik nasional Pakistan.

    Ringkasan

  • Tendang AS Hingga Rusia, RI Jadi Raja TikTok Dunia

    Tendang AS Hingga Rusia, RI Jadi Raja TikTok Dunia

    Jakarta, CNBC Indonesia – Indonesia jadi raja TikTok dengan pengguna terbanyak di dunia, melebihi Amerika Serikat dan Rusia. Menurut data terbaru tentang jangkauan iklan TikTok, Indonesia merupakan negara dengan jumlah pengguna TikTok terbesar di seluruh dunia, jumlahnya mencapai 157,6 juta.

    Meskipun sempat diblokir sementara pada 2018 oleh pemerintah, aplikasi media sosial tersebut tetap banyak digunakan di Indonesia.

    Sementara itu, negara dengan jumlah pengguna TikTok tertinggi kedua adalah Amerika Serikat. Analis mengatakan popularitas TikTok di AS meroket setelah mengakuisisi Musical.ly pada 2018 lalu.

    Sebelumnya, jumlah pengguna aktif bulanan di platform tersebut kurang dari 10 juta. Namun, dalam beberapa bulan setelah membeli Musicaly, jumlah pengguna TikTok tumbuh secara eksponensial.

    Foto: CNBC Indonesia
    tik tok

    Jumlah unduhannya melampaui Facebook, Instagram, Snapchat, dan YouTube, dan bahkan mendorong Facebook untuk meluncurkan layanan saingannya, Lasso.

    Dan secara kebetulan, banyak orang dengan jumlah followers terbanyak di TikTok berlokasi di AS. Jumlah pengguna TikTok di AS saat ini ada 120,5 juta.

    Pengguna terbanyak TikTok ketiga dalam daftar peringkat berdasarkan negara adalah Brasil, dengan 105,3 juta pengguna. Berikut daftar lengkap 10 negara dengan pengguna TikTok terbanyak, dikutip dari Oberlo, Selasa (29/10/2024).

    Indonesia: 157,6 juta
    Amerika Serikat: 120,5 juta
    Brasil: 105,3 juta
    Meksiko: 77,5 juta
    Vietnam: 65,6 juta
    Pakistan: 62,1 juta
    Filipina: 56,1 juta
    Rusia: 56 juta
    Thailand: 50,8 juta
    Bangladesh: 41,1 juta

    (npb/wur)