Negara: Pakistan

  • China Nomor 1 Dunia, Warga RI Sudah Kecanduan Parah

    China Nomor 1 Dunia, Warga RI Sudah Kecanduan Parah

    Jakarta, CNBC Indonesia – Indonesia menempati posisi keempat sebagai negara dengan jumlah pengguna smartphone terbanyak di dunia. Terdapat 187,7 juta pengguna ponsel di Tanah Air.

    Laporan tersebut berasal dari situs Exploding Topics yang menghimpun data dari Newzoo, Quartz dan PewResearch.

    Dalam laporan tersebut, penetrasi pengguna smartphone di Tanah Air mencapai 68,1% dengan jumlah penduduk keseluruhan mencapai 275,5 juta orang.

    China sendiri menempati posisi pertama dalam laporan tersebut. Jumlah penggunanya 974,69 juta pengguna dan penetrasinya 68,4% dari 1,43 miliar jumlah penduduk.

    “China memiliki pengguna smartphone terbanyak di seluruh dunia, hampir 1,5 kali lebih banyak dari negara lain,” jelas laporan tersebut, dikutip Rabu (2/7/2025).

    Posisi kedua adalah India dengan jumlah penduduk 1,42 miliar memiliki 659 juta pengguna smartphone, penetrasinya mencapai 46,5.

    Penetrasi smartphone tertinggi dicatat Amerika Serikat (AS) yang berada di posisi ketiga dengan 81,6%. Jumlah pengguna di negara tersebut mencapai 276,14 juta dari total penduduk 338,29 juta orang.

    Negara lain yang masuk dalam 10 besar pengguna terbesar di dunia (lebih dari 70 juta pengguna smartphone aktif), adalah Brazil, Rusia, Jepang, Nigeria, Meksiko, dan Pakistan.

    Di dunia sendiri, ada 7,21 miliar smartphone atau mencapai 90% dari 8 miliar populasi yang ada di global saat ini. Namun tidak berarti semua orang memiliki ponsel.

    Laporan itu juga menyinggung tidak semua memiliki akses ke smartphone. Penyebabnya karena masih ada orang tidak punya akses ke listrik, sebanyak 1,1 miliar orang atau 1 dari 8 orang.

    Fakta lainnya adalah ada banyak orang di dunia dengan lebih dari satu smartphone. Selain itu sejumlah bisnis memiliki ribuan perangkat sekaligus.

    Indonesia Kecanduan HP

    Meski penetrasi smartphone di Indonesia masih kalah dibandingkan China, tetapi soal ‘kecanduan’ internet, Indonesia rajanya. Warga Indonesia resmi menyandang predikat sebagai pengguna smartphone untuk internetan terbanyak di dunia.

    Laporan Digital 2025 Global Overview Report mencatat, 98,7% masyarakat Indonesia usia 16 tahun ke atas mengakses internet lewat ponsel, melampaui Filipina dan Afrika Selatan yang sama-sama mencatat angka 98,5%.

    Bukan cuma itu, rata-rata waktu yang dihabiskan warga RI untuk berselancar di dunia maya juga mencengangkan, yaitu 7 jam 22 menit per hari. Ini jauh lebih tinggi dibanding rata-rata global yang hanya 6 jam 38 menit. Meski begitu, Indonesia masih kalah dari Afrika Selatan dan Brasil dalam hal total durasi online harian, yang menembus angka 9 jam di internet.

    Dominasi smartphone sebagai perangkat utama internetan di Indonesia juga tercermin dari data lainnya. Sebanyak 63% masyarakat Indonesia memilih menggunakan smartphone untuk mengakses internet, jauh melampaui pengguna komputer yang hanya 37%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata global.

    Soal durasi, orang Indonesia menghabiskan rata-rata 4 jam 38 menit per hari berselancar lewat ponsel, melampaui rata-rata global 3 jam 46 menit. Sementara penggunaan komputer hanya 2 jam 43 menit, sedikit lebih rendah dari rata-rata global 2 jam 52 menit.

    Dari sisi demografi, perempuan usia 16-24 tahun tercatat sebagai pengguna ponsel paling aktif dengan durasi 4 jam 44 menit per hari. Sementara laki-laki usia 25-44 tahun cenderung lebih banyak menggunakan komputer, meski tak selama pengguna ponsel.

    Data ini pun menegaskan bahwa masyarakat Indonesia semakin tak bisa lepas dari internet, terutama lewat ponsel. Kebiasaan ini diprediksi akan terus meningkat seiring makin cepatnya adopsi teknologi digital di Tanah Air.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • BPS sebut CPO masih jadi komoditas ekspor unggulan Indonesia

    BPS sebut CPO masih jadi komoditas ekspor unggulan Indonesia

    Jakarta (ANTARA) – Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut ekspor minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan turunannya masih menjadi komoditas ekspor unggulan Indonesia pada periode Januari-Mei 2025 dengan nilai 8,90 miliar dolar AS dan volume 8,30 juta ton.

    Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan, angka tersebut naik 27,89 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada Januari-Mei 2024, nilai ekspor CPO tercatat 6,96 miliar dolar AS, dengan volume 8,01 juta ton.

    “Nilai ekspor CPO dan turunannya naik 27,89 persen secara kumulatif,” ujar Pudji di Jakarta, Selasa.

    Adapun negara tujuan utama ekspor CPO pada Januari hingga Mei 2025 adalah Pakistan, India, dan Tiongkok.

    BPS juga melaporkan data ekspor CPO dan turunannya pada periode 2020-2024 mengalami fluktuasi. Pada 2020, nilai ekspor CPO mencapai 17,36 miliar dolar AS dengan volume 25,94 juta ton.

    Di 2021, nilai ekspor CPO mengalami kenaikan menjadi 26,76 miliar dolar AS dengan volume 25,62 juta ton. Pada 2022, nilai ekspor CPO kembali naik jadi 27,74 miliar dolar AS dengan volume 24,99 juta ton.

    Selanjutnya, nilai ekspor CPO pada 2023 mengalami penurunan menjadi 22,69 miliar dolar AS dengan volume 26,13 juta ton. Sedangkan pada 2024, ekspor CPO kembali turun menjadi 20,05 miliar dolar AS dengan volume 21,64 juta ton.

    BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Mei 2025 mencapai 24,61 miliar dolar AS, naik 9,68 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yang ditopang oleh komoditas non-migas seperti lemak dan minyak hewani atau nabati.

    Ekspor migas tercatat senilai 1,11 miliar dolar AS atau turun 21,71 persen, sedangkan nilai ekspor non-migas tercatat naik sebesar 11,89 persen dengan nilai 23,50 miliar dolar AS.

    Peningkatan nilai ekspor Mei 2025 secara tahunan terutama didorong oleh kenaikan nilai ekspor non-migas, yaitu pada komoditas lemak dan minyak hewan atau nabati yang naik 63,01 persen dengan andil 4,50 persen.

    Selain itu, kenaikan ekspor juga ditopang oleh besi dan baja, yang naik 27,58 persen dengan andil 2,70 persen, serta mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya naik 45,11 persen dengan andil 2,58 persen.

    Pada Mei 2025, total ekspor non-migas adalah sebesar 23,50 miliar dolar AS. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan berkontribusi sebesar 0,63 miliar dolar AS, pertambangan dan lainnya berkontribusi sebesar 3,11 miliar dolar AS, dan industri pengolahan berkontribusi sebesar 19,76 miliar dolar AS.

    Secara tahunan, sektor pertanian dan industri pengolahan mengalami kenaikan, sedangkan sektor pertambangan mengalami penurunan. Peningkatan nilai ekspor non-migas utamanya terjadi pada sektor industri pengolahan yang naik sebesar 20,40 persen dan dengan andil sebesar 14,92 persen.

    “Peningkatan secara tahunan ini utamanya disebabkan oleh meningkatnya nilai ekspor kelapa sawit, minyak kelapa sawit, kemudian logam dasar bukan besi, barang perhiasan dan barang berharga, semikonduktor dan komponen elektronik lainnya, serta kimia dasar organik yang bersumber dari hasil pertanian,” kata Pudji.

    Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
    Editor: Biqwanto Situmorang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Ekspor CPO RI Melejit 61,5% di Mei 2025, Begini Trennya Sejak 2020

    Ekspor CPO RI Melejit 61,5% di Mei 2025, Begini Trennya Sejak 2020

    Jakarta

    Minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) merupakan salah satu dari komoditas unggulan RI. Per bulan Mei 2025, tercatat ekspornya bernilai US$ 1,85 miliar atau naik 61,50% secara month-to-month (mtm).

    Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini mengatakan, CPO merupakan salah satu dari komoditas unggulan RI dari sektor non-minyak dan gas bumi (migas)

    “Untuk bulan Mei 2025, ekspor CPO bernilai US$ 1,85 miliar, naik 61,50% secara bulanan atau mtm,” kata Pudji dalam Konferensi Pers di Kantor BPS, Jakarta, Selasa (1/7/2025).

    Pudji mengatakan, komoditas unggulan Indonesia yaitu besi dan baja, batu bara, serta CPO dan turunannya memberikan share sekitar 29,01% dari total ekspor non-migas Indonesia secara kumulatif selama periode Januari-Mei 2025.

    “Nilai ekspor besi dan baja naik 11,02% secara kumulatif, nilai ekspor batu bara turun 19,10% secara kumulatif, dan nilai ekspor CPO dan turunannya naik 27,89% secara kumulatif,” ujarnya.

    Untuk nilai ekspor CPO dan turunannya, secara kumulatif periode Januari-Mei 2025 adalah sebesar US$ 8,9 miliar. Sedangkan pada periode yang sama tahun lalu, nilai ekspornya hanya mencapai US$ 6,96 miliar.

    Selaras dengan itu, BPS mencatat volume ekspor CPO dan turunannya secara kumulatif turut naik 3,58%, naik menjadi 8,30 juta ton dibandingkan Januari-Mei 2024 sebesar 8,01 juta ton. Lalu negara tujuan utama ekspor CPO Januari-Mei 2025 adalah Pakistan, India dan China.

    Lebih lanjut, Pudji memaparkan tren ekspor CPO sejak tahun 2020 silam. Pada tahun 2010, nilai ekspor CPO adalah sebesar US$ 17,36 miliar dengan volume 25,94 juta ton. Kemudian tahun 2021, nilai ekspor CPO sebesar US 26,76 miliar dan volumenya 25,62 juta ton.

    Berikutnya di tahun 2022, nilai ekspor CPO adalah sebesar US$ 27,74 miliar dengan volume 24,99 juta ton. Lalu pada tahun 2023 nilai ekspor CPO sebesar US$ 22,69 miliar dan volumenya sebesar 26,13 juta ton.

    “Dan di tahun 2024 nilai ekspor CPO adalah sebesar US$ 20,05 miliar dan volumenya sebesar 21,64 juta ton,” imbuhnya.

    Tonton juga Video: Rincian Sumber Uang Rp 11,8 T Disita di Kasus Korupsi Minyak Goreng

    (shc/kil)

  • Masyhur Sejak Dulu, Orang Nusantara Paling Banyak Berhaji ke Tanah Suci

    Masyhur Sejak Dulu, Orang Nusantara Paling Banyak Berhaji ke Tanah Suci

    Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia sudah lama dikenal sebagai negara penyumbang jemaah haji terbesar di dunia. Jika dirunut ke belakang, tradisi tersebut telah terjaga hingga setengah abad terakhir.

    Adapun, penyelenggaraan ibadah haji 1446 H/ 2025 telah sampai pada fase akhir yakni pemulangan jemaah haji gelombang II dari Bandara Pangeran Muhammad bin Abdulaziz, Madinah. Pemulangan jemaah haji gelombang II akan berlangsung hingga 12 Juli 2025 yang juga menandai berakhirnya operasional penyelenggaraan haji tahun ini.

    Menurut Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat), hingga Minggu (29/6/2025) pukul 17:00 WIB, sudah sebanyak 316 kelompok terbang (kloter) dari 512 kloter yang dipulangkan ke Tanah Air. Jumlah tersebut mencaakup 123.173 jemaah.

    Tahun ini, Indonesia mengantongi 221.000 kuota jemaah haji dari Pemerintah Arab Saudi, terdiri atas 203.320 haji reguler dan 17.680 haji khusus.

    Jumlah itu menempatkan Indonesia di posisi teratas pengirim jemaah haji tahun ini atau 13,20% dari total 1.673.230 jemaah haji seluruh dunia. Menyusul kemudian Pakistan dengan kuota 180.000 jemaah, India 175.025, Bangladesh 127.198, dan Nigeria 95.000.

    Tak hanya di era kekinian, menukil buku Tawaf Bersama Rembulan (Muhammad Subarkah, 2020) menonjolnya Indonesia di dunia perhajian telah berlangsung sejak sekitar setengah abad terakhir. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, jumlah jemaah haji dari Nusantara berkisar antara 10% hingga 20% dari seluruh peziarah sejagad.

    Bahkan pada dasawarsa 1920-an, sekitar 40% dari seluruh jemaah haji berasal dari Indonesia. Van der Plas yang pernah menjabat Konsul Belanda di Jeddah pada 1931 menulis bahwa sekurang-kurangnya jumlah jemaah Nusantara saat itu berkisar 10.000 jiwa dari total jemaah haji seluruh dunia sebanyak 30.000 jiwa.

    Peneliti masalah keislaman asal Belanda, Martin van Bruinesen juga pernah menulis dalam hasil kajiannya bertajuk “Mencari Ilmu dan Pahala di Tanah Suci: Orang Nusantara Naik Haji” bahwa sejak 1860, Bahasa Melayu adalah bahasa kedua di Makkah setelah Bahasa Arab.

    Semenatara itu menurut Martin, dari data yang berhasil dilacak, pada 1853 ada 1.100 jemaah haji Indonesia mendarat di Makkah. pada 1858 jumlahnya naik menjadi 3.900 orang dan terus bertambah pada tahun-tahun selanjutnya.

    Arus orang Nusantara berhaji hanya terjeda ketika pada 1916 hingga 1917 dunia dilanda wabah kolera. Saat itu, jumlah jemaah haji Nusantara hanya mencapai 70 orang.

    Pada 1935 keadaannya kembali normal, dan pada 1930 hingga 1931 tercatat ada 17.000 jemaah atau 42% dari jumlah jemaah haji tahun itu. Sedangkan pada 1935 hingga 1936 jumlahnya menurun menjadi 4.000 jemaah atau mencapai 12% dari keseluruhan jemaah haji yang saat itu mencapai 34.000.

    Jemaah wafat dan aspek kesehatan

    Pada masa itu, Belanda juga mencatat bahwa banyak orang Indonesia yang berangkat ke Makkah tidak kembali lagi. Hal itu menunjukkan kerasnya medan perjalanan haji yang memakan waktu hingga satu tahun lebih.

    Antara 1853 dan 1858, jemaah haji yang pulang dari Makkah ke Nusantara tidak sampai separuh dari mereka yang berangkat. Banyak di antaranya yang meninggal di perjalanan.

    Jemaah haji Indonesia berjalan meninggalkan tenda Mina di Makkah, Arab Saudi, Minggu (8/6/2025)./Dok. Media Center Haji

    Sekitar 1930-an ketika fasilitas kesehatan sudah lebih baik dibandingkan dengan abad sebelumnya, setiap tahun sekitar 10% jemaah haji Indonesia meninggal di Tanah Suci.

    Sementara itu, pada tahun ini, jemaah haji Indonesia yang wafat di Tanah Suci tercatat sebesar 412 jiwa, terdiri atas 249 laki-laki dan 163 perempuan.

    Wakil Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi Abdul Fattah Mashat dalam kunjungannya ke kantor Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja (Daker) Makkah, Sabtu (28/6/2025) memberikan perhatian khusus pada aspek kesehatan jemaah haji Indonesia. Ada dua aspek yang menjadi perhatian, yaitu tingkat istitha‘ah kesehatan dan jumlah jemaah wafat.

    “Ini harus menjadi perhatian kita semua dalam menyusun langkah-langkah persiapan yang lebih baik di masa mendatang, termasuk dalam penyaringan, pemantauan, dan pendampingan kesehatan jemaah sejak sebelum keberangkatan,” sebutnya.

    Asisten Deputi Bidang Operasional Haji, Eyad Rahbini menambahkan pentingnya menjadikan pengalaman tahun ini sebagai pelajaran bersama untuk peningkatan layanan haji di masa mendatang. Di samping itu dia juga turut menyampaikan apresiasi atas kerja sama antara PPIH Arab Saudi dan Kementerian Haji dalam mengatasi tantangan penyelenggaraan haji.

    “Catatan teknis lapangan telah ditangani dengan baik sepanjang operasional haji berlangsung,” ujarnya.

  • Minggu pagi, kualitas udara Jakarta masuk kategori tidak sehat

    Minggu pagi, kualitas udara Jakarta masuk kategori tidak sehat

    Arsip foto – Seorang anak berjalan dengan latar belakang gedung-gedung di Jakarta, Rabu (9/4/2025). Setelah mengalami perbaikan signifikan selama masa libur Lebaran, kualitas udara Jakarta kembali berada dalam kondisi tidak sehat atau memiliki indeks kualitas udara (Air Quality Index/ AQI) di angka 153 pada Rabu (9/4) dan termasuk dalam peringkat kedelapan terburuk sedunia versi situs pemantau kualitas udara IQAir. ANTARA FOTO/Ferlian Septa Wahyusa

    Minggu pagi, kualitas udara Jakarta masuk kategori tidak sehat
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Minggu, 29 Juni 2025 – 08:35 WIB

    Elshinta.com – Kualitas udara di Jakarta pada Minggu pukul 05.35 WIB dari laman IQAir masuk kategori tidak sehat dan menempatkannya pada peringkat kelima kota-kota dengan kualitas udara buruk dunia.

    Indeks Kualitas Udara atau Air Quality Index (AQI) Kota Jakarta berada di angka 146 dan butir partikel halus PM2.5 berada di angka 53,6 mikrogram per meter kubik.

    Angka itu memiliki penjelasan tingkat kualitas udaranya tidak sehat bagi kelompok sensitif karena dapat merugikan manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif, atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.

    Sedangkan kategori tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 51-100.

    Lalu kategori baik, yakni tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 0-50.

    Kemudian, kategori sangat tidak sehat dengan rentang PM2,5 sebesar 200-299 atau kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar. Terakhir, berbahaya (300-500) atau secara umum kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi.

    Selanjutnya IQAir mencatatkan kota dengan kualitas udara terburuk urutan pertama yaitu Lahore, Pakistan dengan angka 175, urutan kedua Kinshasa, Kongo di angka 162, urutan ketiga Kampala, Uganda di angka 159 dan keempat Beijing, China di angka 155.

    Sumber : Antara

  • Serangan Bom Mobil Tewaskan 13 Tentara Pakistan

    Serangan Bom Mobil Tewaskan 13 Tentara Pakistan

    JAKARTA – Mobil bermuatan bahan peledak menabrak konvoi militer Pakistan pada Sabtu di kota dekat perbatasan Afghanistan. Bom bunuh diri ini mengakibatkan 13 tentara tewas.

    Empat pejabat intelijen Pakistan dan seorang administrator lokal senior mengatakan kepada Reuters, konvoi tersebut diserang di daerah Mir Ali di distrik Waziristan Utara.

    Sekitar 10 tentara lainnya terluka, beberapa kritis, dan mereka dilarikan ke rumah sakit militer, kata sumber kepada Reuters, Sabtu, 28 Juni.

    “Ledakannya sangat besar,” kata administrator setempat, seraya menambahkan bahwa penduduk kota dapat melihat sejumlah besar asap mengepul dari lokasi kejadian dari jarak yang sangat jauh.

    Seorang penduduk mengatakan ledakan itu mengguncang kaca jendela rumah-rumah di dekatnya, dan menyebabkan beberapa atap runtuh.

    Sejauh ini belum ada yang mengaku bertanggung jawab.

    Militer Pakistan tidak menanggapi permintaan Reuters untuk memberikan komentar.

    Distrik tanpa hukum yang terletak di sebelah Afghanistan telah lama menjadi tempat berlindung yang aman bagi berbagai kelompok militan Islam, yang beroperasi di kedua sisi perbatasan.

     

    Islamabad mengatakan para militan menjalankan kamp pelatihan di Afghanistan untuk melancarkan serangan di dalam Pakistan, tuduhan yang dibantah Kabul, dengan mengatakan militansi adalah masalah dalam negeri Pakistan.

    Taliban Pakistan yang juga dikenal sebagai Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP), sebuah kelompok induk dari beberapa kelompok militan Islam, telah lama melancarkan perang melawan Pakistan dalam upaya untuk menggulingkan pemerintah dan menggantinya dengan sistem pemerintahan Islamnya sendiri.

    Militer Pakistan yangmelancarkan beberapa serangan terhadap para militan, sebagian besar telah menjadi target utama mereka.

  • Bom Bunuh Diri Guncang Pakistan, 13 Tentara Tewas

    Bom Bunuh Diri Guncang Pakistan, 13 Tentara Tewas

    Jakarta

    Serangan bom bunuh diri di Pakistan menewaskan 13 tentara dan melukai 29 orang, termasuk warga sipil. Kelompok militan Taliban Pakistan mengklaim serangan itu.

    “Seorang pembom bunuh diri menabrakkan kendaraan bermuatan bahan peledak ke konvoi militer. Ledakan itu menewaskan 13 tentara, melukai 10 personel militer, dan 19 warga sipil,” kata seorang pejabat pemerintah daerah di distrik Waziristan Utara di provinsi Khyber Pakhtunkhwa, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena ia tidak berwenang berbicara kepada media.

    “Ledakan itu juga menyebabkan atap dua rumah runtuh, melukai enam anak,” kata seorang petugas polisi yang ditempatkan di distrik itu kepada kantor berita AFP, Sabtu (28/6/2025).

    Seorang pejabat mengatakan bahwa empat tentara lainnya yang terluka, saat ini dalam kondisi kritis.

    Serangan itu diklaim oleh sayap pembom bunuh diri kelompok bersenjata Hafiz Gul Bahadur, sebuah faksi Taliban Pakistan.

    Pakistan telah menyaksikan peningkatan tajam dalam kekerasan di wilayahnya yang berbatasan dengan Afghanistan sejak Taliban kembali berkuasa di Afghanistan pada tahun 2021. Islamabad menuduh tetangga baratnya itu membiarkan tanahnya digunakan untuk serangan terhadap Pakistan — sebuah klaim yang dibantah Taliban.

    Sekitar 290 orang, sebagian besar pejabat keamanan, telah tewas dalam serangan sejak awal tahun oleh kelompok bersenjata yang memerangi pemerintah Pakistan di Khyber Pakhtunkhwa dan Balochistan, menurut penghitungan AFP.

    Tonton juga Video: Pertama Kalinya Menhan India dan Pakistan Bertemu Sejak Konflik

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Pagi ini, Jakarta kembali jadi kota paling berpolusi pertama di dunia

    Pagi ini, Jakarta kembali jadi kota paling berpolusi pertama di dunia

    Petugas mengecek analisis CO dan CH4 pada Stasiun Pemantauan Kualitas Udara (SKPU) di kawasan Metland, Jakarta, Selasa (25/3/2025). ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/Spt.

    Pagi ini, Jakarta kembali jadi kota paling berpolusi pertama di dunia
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Sabtu, 28 Juni 2025 – 09:09 WIB

    Elshinta.com – DKI Jakarta menduduki posisi pertama sebagai kota besar paling berpolusi di dunia pada Sabtu pagi.

    Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada pukul 05.45 WIB, Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 196 atau masuk dalam kategori tidak sehat dengan polusi udara PM2.5 dan nilai konsentrasi 119,5 mikrogram per meter kubik.

    Angka itu memiliki penjelasan tingkat kualitas udaranya masuk kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif yakni dapat merugikan manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.

    Sedangkan kategori sedang yakni kualitas udaranya yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 51-100.

    Kategori baik yakni tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 0-50.

    Kategori sangat tidak sehat dengan rentang PM2,5 sebesar 200-299 atau kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar. Terakhir, berbahaya (300-500) atau secara umum kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi.

    Kota dengan kualitas udara terburuk urutan kedua yaitu Kinshasa, Kongo-Kinshasa di angka 171, urutan ketiga Lahore, Pakistan di angka 159, urutan keempat Kota Medan, Indonesia di angka 144, urutan kelima Kota Batam, Indonesia di angka 141.

    Terkait kondisi udara tersebut, masyarakat sebaiknya menghindari aktivitas di luar ruangan. Jika berada di luar ruangan gunakanlah masker, kemudian menutup jendela untuk menghindari udara luar yang kotor.

    Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta akan meniru kota-kota besar dunia seperti Paris dan Bangkok dalam menangani polusi udara.

    “Belajar dari kota lain, Bangkok memiliki 1.000 Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU), Paris memiliki 400 SPKU. Jakarta saat ini memiliki 111 SPKU dari sebelumnya hanya 5 unit. Ke depan kita akan menambah jumlahnya agar bisa melakukan intervensi yang lebih cepat dan akurat,” kata Kepala DLH DKI Jakarta Asep Kuswanto di Jakarta, Selasa (18/3).

    Sumber : Antara

  • Pagi Ini Jakarta Jadi Kota Paling Berpolusi di Dunia – Page 3

    Pagi Ini Jakarta Jadi Kota Paling Berpolusi di Dunia – Page 3

    Lima kota terpolusi di dunia:

    Jakarta (Indonesia) – AQI 196
    Kinshasa (Kongo-Kinshasa) – AQI 171
    Lahore (Pakistan) – AQI 159
    Medan (Indonesia) – AQI 144
    Batam (Indonesia) – AQI 141

    Pemerintah mengimbau warga untuk menghindari aktivitas luar ruangan, terutama bagi kelompok rentan. Gunakan masker saat terpaksa keluar, dan tutup jendela untuk meminimalkan paparan polusi.

    Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta tengah meniru langkah kota besar seperti Paris dan Bangkok untuk memperkuat sistem pemantauan kualitas udara. Kepala DLH DKI, Asep Kuswanto, mengungkapkan:

    “Belajar dari kota lain, Bangkok memiliki 1.000 Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU), Paris memiliki 400 SPKU. Jakarta saat ini memiliki 111 SPKU dari sebelumnya hanya 5 unit. Ke depan kita akan menambah jumlahnya agar bisa melakukan intervensi yang lebih cepat dan akurat.”

     

  • Sabtu Pagi, Jakarta Peringkat Pertama Kota Paling Berpolusi di Dunia
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        28 Juni 2025

    Sabtu Pagi, Jakarta Peringkat Pertama Kota Paling Berpolusi di Dunia Megapolitan 28 Juni 2025

    Sabtu Pagi, Jakarta Peringkat Pertama Kota Paling Berpolusi di Dunia
    Editor
    JAKARTA, KOMPAS.com 
    – Jakarta menduduki posisi pertama sebagai kota besar paling berpolusi di dunia pada Sabtu (28/6/2025) pagi.
    Dikutip dari
    Antara,
    berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada pukul 05.45 WIB, Indeks Kualitas Udara (AQI) Jakarta berada di angka 196 atau masuk kategori tidak sehat dengan
    polusi
    udara PM2.5 dan nilai konsentrasi 119,5 mikrogram per meter kubik.
    Artinya, tingkat kualitas udara di Jakarta tidak sehat bagi kelompok sensitif dan dapat merugikan manusia ataupun hewan, serta bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan atau nilai estetika.
    Sedangkan kategori sedang yakni kualitas udaranya yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan, tetapi berpengaruh terhadap tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 51-100.
    Kategori baik yakni tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 0-50.
    Sementara, kategori sangat tidak sehat dengan rentang PM2,5 sebesar 200-299 atau kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar.
    Terakhir, berbahaya (300-500) atau secara umum kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi.
    Kota dengan kualitas udara terburuk urutan kedua yaitu Kinshasa, Kongo di angka 171. Urutan ketiga Lahore, Pakistan di angka 159.
    Lalu, urutan keempat Kota Medan, Indonesia, di angka 144, Urutan kelima Kota Batam, Indonesia di angka 141.
    Menyusul kondisi udara tersebut, masyarakat disarankan menghindari aktivitas di luar ruangan. Jika berada di luar ruangan gunakanlah masker, kemudian menutup jendela untuk menghindari udara luar yang kotor.
    Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jakarta sebelumnya mengatakan akan meniru kota-kota besar dunia seperti Paris dan Bangkok dalam menangani polusi udara.
    “Belajar dari kota lain, Bangkok memiliki 1.000 Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU), Paris memiliki 400 SPKU. Jakarta saat ini memiliki 111 SPKU dari sebelumnya hanya 5 unit. Ke depan kita akan menambah jumlahnya agar bisa melakukan intervensi yang lebih cepat dan akurat,” kata Kepala DLH DKI Jakarta Asep Kuswanto di Jakarta, Selasa (18/3).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.