Negara: Pakistan

  • Startup Pakistan Kirim Kaki Prostetik untuk Anak Gaza Korban Serangan Israel – Page 3

    Startup Pakistan Kirim Kaki Prostetik untuk Anak Gaza Korban Serangan Israel – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Serangan Israel masih berkecamuk ke Gaza, Palestina. Korban pun berjatuhan, tak hanya orang-orang dewasa tetapi juga anak-anak dan balita. 

    Bantuan kemanusiaan terus digulirkan meski penyalurannya ternyata juga tak mudah. 

    Sebuah startup asal Pakistan, Bioniks, mengirimkan bantuan berupa kaki prostetik atau kaki/ tangan palsu untuk anak-anak korban Gaza korban serangan brutal Israel.  

    Mengutip Reuters, Senin (7/7/2025), Bioniks merupakan startup Pakistan yang bermarkas di Karachi. Jaraknya sekitar 4.000 Km dari Gaza, namun turut peduli dengan anak-anak korban serangan Israel. 

    Startup ini menggunakan aplikasi smartphone untuk mengambil foto berbagai angle dan membuat model 3D lengan/ kaki prostetik kustom. 

    CEO Bioniks, Anaz Nias, mengatakan, startup sosial ini telah membuat lebih dari 1.000 kaki/ lengan prostetik berdesain khusus di Pakistan sejak 2021. 

    Startup ini didanai oleh pendanaan gabungan dari pasien, sponsor perusahaan, serta sumbangan berbagai pihak. 

    Namun, ini merupakan pertama kalinya Bioniks membuat lengan/ kaki palsu bagi anak-anak yang terdampak konflik. 

     

  • Gedung Apartemen Ambruk di Pakistan, 27 Jenazah Ditemukan

    Gedung Apartemen Ambruk di Pakistan, 27 Jenazah Ditemukan

    Jakarta

    Tim penyelamat Pakistan telah menyelesaikan operasi penyelamatan selama tiga hari menyusul ambruknya sebuah gedung apartemen di kota pelabuhan besar Karachi. Para petugas menemukan 27 jenazah korban dari insiden tragis tersebut.

    Warga melaporkan mendengar suara retakan sesaat sebelum gedung apartemen tersebut runtuh sekitar pukul 10:00 pagi pada hari Jumat (4/7) lalu di kawasan Lyari yang miskin di Karachi, yang pernah dilanda kekerasan geng dan dianggap sebagai salah satu daerah paling berbahaya di Pakistan.

    “Semua jenazah yang terperangkap di bawah reruntuhan telah ditemukan, jadi operasi pencarian telah dihentikan,” ujar pejabat tinggi pemerintah di distrik tersebut, Javed Nabi Khoso, kepada AFP, Senin (7/7/2025).

    “Total korban tewas mencapai 27 orang,” imbuhnya.

    Pihak berwenang mengatakan bangunan tersebut sebelumnya telah dinyatakan tidak aman, dan pemberitahuan penggusuran telah dikirim kepada para penghuni apartemen antara tahun 2022 dan 2024. Namun, pemilik apartemen dan beberapa warga mengatakan kepada AFP, bahwa mereka belum menerima pemberitahuan tersebut.

    Dua puluh korban tewas adalah penganut Hindu, menurut Sundeep Maheshewari, seorang aktivis di komunitas minoritas tersebut.

    “Sebagian besar keluarga sangat miskin,” katanya kepada AFP.

    Lihat juga Video: Gedung di New Delhi Ambruk Tewaskan 11 Orang

    Pejabat pemerintah Khoso mengatakan bahwa lima dari lebih dari 50 bangunan paling berbahaya di distriknya telah dikosongkan sejak Sabtu lalu, menyusul insiden ambruknya apartemen itu.

    “Operasi telah dimulai dan akan terus berlanjut hingga semua bangunan tersebut dikosongkan,” tuturnya.

    Atap dan bangunan runtuh merupakan hal yang umum di Pakistan, terutama karena standar keselamatan yang buruk dan bahan konstruksi yang buruk di negara Asia Selatan yang berpenduduk lebih dari 240 juta orang tersebut.

    Kota Karachi, yang dihuni lebih dari 20 juta orang, sangat terkenal karena konstruksi bangunan yang buruk, perluasan ilegal, infrastruktur yang menua, kepadatan penduduk, dan penegakan peraturan bangunan yang lemah.

    Lihat juga Video: Gedung di New Delhi Ambruk Tewaskan 11 Orang

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Klinik Pakistan Super Canggih, Pasang Lengan Baru Buat Korban Perang

    Klinik Pakistan Super Canggih, Pasang Lengan Baru Buat Korban Perang

    CEO Anas Niaz mengatakan perusahaan rintisan sosial tersebut telah memasang lebih dari 1.000 lengan yang dirancang khusus di Pakistan sejak 2021 – didanai melalui campuran pembayaran pasien, sponsor perusahaan, dan donasi – tetapi ini adalah pertama kalinya menyediakan prostetik bagi mereka yang terkena dampak konflik. (REUTERS/Akhtar Soomro)

  • Korban Tewas Akibat Apartemen Ambruk di Pakistan Jadi 21 Orang

    Korban Tewas Akibat Apartemen Ambruk di Pakistan Jadi 21 Orang

    Karachi

    Jumlah korban tewas akibat runtuhnya gedung apartemen di wilayah Karachi, Pakistan, meningkat menjadi 21 orang. Tim penyelamat masih bekerja untuk mencari korban yang masih tertimbun reruntuhan.

    “Jumlah korban tewas mencapai 21 orang pada Sabtu malam,” kata pejabat senior pemerintah distrik Javed Nabi Khoso, dilansir AFP, Minggu (6/7/2025).

    Pihak berwenang mengatakan gedung tersebut telah dinyatakan tidak aman dan pemberitahuan penggusuran telah dikirimkan kepada penghuni selama tiga tahun terakhir. Tetapi pemilik rumah dan beberapa warga mengatakan bahwa mereka belum menerima pemberitahuan.

    Warga mendengar suara retakan sesaat sebelum blok apartemen di kawasan miskin Lyari di Karachi itu runtuh pada Jumat (4/7) sekitar pukul 10.00 pagi waktu setempat. Lingkungan Lyari dulunya dilanda kekerasan geng dan dianggap sebagai salah satu daerah paling berbahaya di Pakistan.

    “Putri saya berada di bawah reruntuhan,” kata warga setempat, Dev Raj (54) kepada AFP di lokasi kejadian.

    “Dia adalah putri kesayanganku. Dia sangat sensitif tetapi sekarang terbebani oleh puing-puing. Dia baru saja menikah enam bulan yang lalu,” tambahnya.

    (fas/fas)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Gedung Apartemen Ambruk di Pakistan, 16 Orang Tewas-13 Terluka

    Gedung Apartemen Ambruk di Pakistan, 16 Orang Tewas-13 Terluka

    Islamabad

    Sebuah gedung apartemen lima lantai yang dihuni sekitar 100 orang di wilayah Karachi, Pakistan, ambruk. Sedikitnya 16 orang tewas dalam insiden itu, dengan petugas penyelamat terus bekerja di tengah panas terik untuk menyelamatkan korban yang masih terjebak di bawah reruntuhan bangunan.

    Otoritas setempat, seperti dilansir AFP, Sabtu (5/7/2025), mengatakan bahwa bangunan itu telah dinyatakan tidak aman dan pemberitahuan penggusuran telah dikirimkan kepada para penghuni selama tiga tahun terakhir. Namun para pemilik dan penyewa apartemen itu mengaku tidak menerima pemberitahuan apa pun.

    Sejumlah warga setempat melaporkan mendengar suara retakan sesaat sebelum gedung apartemen yang ada di kawasan miskin Lyari di Karachi itu ambruk pada Jumat (4/7) sekitar pukul 10.00 waktu setempat. Area itu pernah dilanda kekerasan geng dan dianggap sebagai salah satu area paling berbahaya di Pakistan.

    Keterangan terbaru dari dokter bedah kepolisian untuk departemen kesehatan provinsi setempat, Summiaya Syed, menyebutkan sedikitnya 16 orang dikonfirmasi tewas dalam insiden tersebut sejauh ini.

    Sekitar 13 orang lainnya, sebut Syed, mengalami luka-luka. Banyak korban diyakini berjenis kelamin perempuan, yang kebanyakan berada di rumah saat insiden itu terjadi.

    “Putri saya berada di bawah reruntuhan,” kata seorang warga setempat bernama Dev Raja (54) saat berbicara kepada AFP di lokasi kejadian.

    Tim penyelamat bekerja sepanjang malam, dengan keterangan keluarga-keluarga korban pada Sabtu (5/7) menyebut sedikitnya delapan orang diyakini masih terjebak di balik reruntuhan bangunan.

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Seorang pejabat senior pemerintah distrik setempat, Javed Nabi Khoso, mengatakan kepada AFP bahwa pemberitahuan telah dikirimkan pada tahun 2022, tahun 2023, dan tahun 2024 kepada para penghuni apartemen tersebut.

    “Kami tidak ingin memaksakan perintah kami. Kami bekerja secara bertahap dan mengirimkan pemberitahuan kepada mereka untuk meninggalkan gedung. Mereka tidak menanggapi pemberitahuan itu dengan serius,” katanya.

    Namun salah satu pemilik dan penghuni apartemen tersebut, Imran Khaskeli, membantah adanya pemberitahuan dari otoritas terkait.

    “Apakah Anda pikir kami sudah gila tinggal di gedung yang tidak aman bersama keluarga kami?” ucapnya.

    Khaskeli mengatakan kepada AFP bahwa dirinya telah melihat retakan pada pilar-pilar gedung pada Jumat (4/7) pagi. “Saya mengetuk semua pintu dan meminta keluarga-keluarga untuk segera pergi,” ujarnya.

    Dia menyebut ada sekitar 40 keluarga yang tinggal di gedung tersebut, namun banyak yang mengabaikan peringatannya. Keterangan dari pejabat senior kepolisian setempat, Arif Aziz, menyebut hingga 100 orang diperkirakan tinggal di dalam gedung tersebut.

    Abid Jalaluddin Shaikh, yang memimpin operasi penyelamatan pemerintah di lokasi kejadian, mengatakan kepada AFP bahwa operasi pencarian dan penyelamatan diperkirakan akan berlanjut hingga Sabtu (5/7) malam.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Ngeri! Singa Lepas Berkeliaran di Jalanan Pakistan, Serang Wanita-Anak

    Ngeri! Singa Lepas Berkeliaran di Jalanan Pakistan, Serang Wanita-Anak

    Islamabad

    Seekor singa peliharaan lepas dan berkeliaran di jalanan ramai di Lahore, Pakistan. Kucing besar itu mengejar dan menyerang seorang wanita dan dua anak-anak di jalanan setempat.

    Rekaman CCTV yang dirilis oleh kepolisian setempat, seperti dilansir AFP, Sabtu (5/7/2025), menunjukkan singa yang kabur itu melompati tembok pembatas di sekitar rumah tempat dia dipelihara dan mengejar seorang wanita yang membawa belanjaannya pada Kamis (3/7) malam waktu setempat.

    Rekaman video menunjukkan singa itu menerkam dan melompat ke punggung wanita tersebut, hingga menjatuhkannya ke tanah.

    Tidak hanya itu, singa tersebut juga menyerang dua bocah berusia tujuh tahun dan lima tahun. Keterangan ayah dari kedua bocah itu, seperti dikutip laporan kepolisian setempat, menyebut sang singa mencakar lengan dan wajah anak-anak itu.

    Ketiga korban yang diserang singa itu telah dilarikan ke rumah sakit setempat, namun luka-luka mereka dinyatakan tidak mengancam nyawa.

    Menurut keterangan dari ayah kedua bocah yang menjadi korban, sang pemilik singa itu berlari ke luar rumah saat menyadari peliharaannya kabur. Namun, menurut ayah kedua bocah itu, sang pemilik justru tampak “senang melihat singa itu menyerang” orang-orang yang lewat.

    Kepolisian setempat mengatakan pada Jumat (4/7) bahwa pihaknya telah menangkap tiga pria terkait insiden serangan singa tersebut.

    “Para tersangka melarikan diri dari lokasi kejadian, membawa serta singa itu. Mereka ditangkap dalam waktu 12 jam setelah kejadian,” kata kantor Deputi Inspektur Jenderal Operasional di Lahore, kepada AFP.

    Lihat juga Video ‘Momen Singa Seruduk Mobil Pengunjung Taman Safari Prigen’:

    Singa jantan berusia 11 bulan itu telah disita oleh kepolisian dan dikirimkan ke taman margasatwa. Para petugas pada taman margasatwa setempat mengatakan hewan itu dalam kondisi sehat.

    Diketahui bahwa memelihara hewan eksotis, terutama kucing besar seperti singa, sebagai hewan peliharaan telah sejak lama dianggap sebagai tanda hak istimewa dan kekuasaan di area Punjab, provinsi terdapat di negara tersebut.

    Insiden serupa terjadi pada Desember 2024, ketika seekor singa dewasa kabur dari kandangnya dan berkeliaran di lingkungan lainnya di Lahore, meneror penduduk setempat sebelum ditembak mati oleh seorang petugas keamanan.

    Insiden itu mendorong pemerintah provinsi untuk meloloskan undang-undang baru yang mengatur penjualan, pembelian, pengembangbiakan, dan kepemilikan kucing besar. Aturan hukum yang berlaku sekarang mengharuskan pemilik mendapatkan lisensi bagi hewan yang dilarang dipelihara di area permukiman.

    Para peternak wajib membayar biaya pendaftaran yang besar, sedangkan peternakan harus memiliki luas minimal 40 ribu meter persegi.

    Lihat juga Video ‘Momen Singa Seruduk Mobil Pengunjung Taman Safari Prigen’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Tentara Pakistan Bunuh 30 Militan yang Coba Menyusup dari Afghanistan

    Tentara Pakistan Bunuh 30 Militan yang Coba Menyusup dari Afghanistan

    Jakarta

    Militer Pakistan telah membunuh 30 militan yang mencoba menyeberangi perbatasan dari Afghanistan selama tiga hari terakhir. Ini terjadi setelah 16 tentara Pakistan tewas dalam serangan bunuh diri di wilayah perbatasan yang sama, minggu lalu.

    Dalam sebuah pernyataan, militer Pakistan mengatakan bahwa para militan tersebut adalah anggota Taliban Pakistan atau kelompok afiliasinya. Militer Pakistan menuduh musuh bebuyutannya, India mendukung para militan tersebut.

    “Pasukan keamanan menunjukkan profesionalisme yang luar biasa, kesiapsiagaan dan kewaspadaan, dan mencegah potensi bencana,” katanya.

    “Sejumlah besar senjata, amunisi, dan bahan peledak juga ditemukan,” demikian pernyataan militer Pakistan, dilansir dari kantor berita AFP, Jumat (4/7/2025).

    Pembunuhan itu terjadi di distrik perbatasan Waziristan Utara, tempat 16 tentara Pakistan tewas minggu lalu dalam serangan bunuh diri yang diklaim oleh salah satu faksi Taliban Pakistan.

    Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif memuji pasukan keamanan karena berhasil “menggagalkan upaya penyusupan” dalam tiga hari tersebut.

    “Kami bertekad untuk sepenuhnya menghilangkan semua bentuk terorisme dari negara ini,” kata kantor PM Sharif dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat (4/7).

    Kedua negara tetangga bersenjata nuklir itu kerap saling menuduh satu sama lain mendukung kelompok-kelompok militan yang beroperasi di wilayah mereka.

    Lihat juga video: Bentrokan Tentara Taliban-Pakistan Tewaskan 6 Orang

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Microsoft Hengkang dari Pakistan Imbas Gejolak Politik dan Defisit Ekonomi

    Microsoft Hengkang dari Pakistan Imbas Gejolak Politik dan Defisit Ekonomi

    Bisnis.com, JAKARTA —Microsoft resmi hengkang dari Pakistan per Kamis (03/7/25), setelah 25 tahun menjalankan operasinya di negeri tersebut.

    Kabar ini dirilis oleh seorang karyawan Microsoft yang bekerja dari tahun 2000 hingga 2007, Jawwad Rehman. dalam unggahan LinkedIn-nya, selain mengumumkan mundurnya Microsoft dari Pakistan, ia juga berjanji tidak akan merugikan pelanggan.

    “Itu bukan sekadar pekerjaan, itu adalah panggilan. Tahun-tahun itu adalah tentang mengangkat derajat orang, membentuk kemitraan, mendapatkan kepercayaan, dan menciptakan kesempatan bagi generasi muda Pakistan.” Ungkap Jawwad mendefinisikan keluarnya Microsoft sebagai akhir dari sebuah era, dikutip dari Propakistani, Jumat (4/7/2025).

    Ketidakstabilan politik dan ketidakpastian ekonomi diperkirakan menjadi alasan di balik keluarnya perusahaan teknologi tersebut. Mata uang yang tidak stabil, pajak yang tinggi, masalah politik, serta metode perdagangan yang rumit memang menjadi akumulasi masalah Pakistan sehingga banyak perusahaan besar berhenti beroperasi di sana.

    Dilansir Techi, Microsoft menghadapi kesulitan yang semakin tinggi untuk mereka terus beroperasi di Pakistan disebabkan juga oleh defisit perdagangan sebesar US$24,4 miliar atau sekitar Rp395,9 triliun (Kurs: Rp16.000).

    Klaim perusahaan Microsoft terkait keputusannya meninggalkan negara tersebut dan berjanji tidak akan merugikan pelanggan dirasa masuk akal.

    Itu karena Pakistan adalah rumah bagi lebih dari 250 juta penduduk, yang menjadikannya negara terpadat kelima di dunia. Jumlah penduduk yang besar sebetulnya menunjukkan bahwa Pakistan dapat menjadi target potensial bagi perusahaan industri teknologi.

    Namun, situasi politik dan pemerintahan negara itu penuh gejolak, dibuktikan dengan tidak adanya perdana menteri yang menjabat penuh dalam 75 tahun negara tersebut berdiri.

    Akibatnya, investor industri teknologi jarang mempertimbangkan Pakistan. Berbanding terbalik dengan negara tetangganya, India, yang tidak hanya mampu menumbuhkan perusahaan raksasa seperti Infosys dan HCL, tetapi juga telah menyediakan banyak SDM mumpuni bagi industri teknologi global.

    Bahkan jika berkaca dari negeri sendiri, Indonesia, Pakistan memang sudah tidak lagi diperhitungkan. Indonesia, yang memiliki populasi terbesar keempat di dunia, mampu menarik investasi pusat data dari perusahaan besar seperti AWS, Alibaba Cloud, termasuk Microsoft.

    Dilansir The Register, pemerintah Pakistan dikabarkan telah berupaya mengembangkan industri teknologinya, awal pekan ini,mereka mengumumkan rencana untuk mengatur sertifikasi dalam teknologi Microsoft dan Google bagi setengah juta pemuda. 

    Sebelumnya, mereka juga berencana untuk mempromosikan freelancer IT yang melayani klien luar negeri menggunakan platform kerja serabutan, tetapi lagi-lagi upaya tersebut menemui kendala, seperti pemutusan internet dan pemblokiran konten, serta infrastruktur pita lebar yang buruk.(Muhamad Rafi Firmansyah Harun)

  • Rusia Disebut Jadi Negara Pertama Akui Pemerintahan Taliban

    Rusia Disebut Jadi Negara Pertama Akui Pemerintahan Taliban

    Jakarta

    Pemerintah Afghanistan mengatakan Rusia telah menjadi negara pertama yang secara resmi mengakui keputusannya. Pemerintah Afghanistan menyebut Rusia telah mengambil ‘keputusan yang berani’.

    Dilansir AFP, Jumat (4/7/2025), pengumuman tersebut dibuat setelah Menlu Afghanistan Amir Khan Muttaqi bertemu dengan Duta Besar Rusia untuk Afghanistan Dmitry Zhirnov di Kabul. Muttaqi memuji Rusia mengambil keputusan berani.

    “Keputusan berani ini akan menjadi contoh bagi yang lain… Sekarang setelah proses pengakuan dimulai, Rusia berada di depan semua orang,” kata Muttaqi dalam sebuah video pertemuan.

    Senada dengan Muttaqi, Jubir Kemlu Taliban juga mengatakan hal serupa.

    “Rusia adalah negara pertama yang secara resmi mengakui Emirat Islam,” kata juru bicara kementerian luar negeri Taliban Zia Ahmad Takal kepada AFP.

    Muttaqi mengatakan bahwa ini adalah “fase baru hubungan positif, saling menghormati, dan keterlibatan konstruktif”.

    Sementara itu, Kemlu Rusia mengatakan pengakuan ini bisa mendorong pengembangan kerja sama bilateral di beberapa bidang. Kemlu Rusia mengatakan akan bekerja sama dalam bidang energi, transportasi, pertanian, dan infrastruktur.

    Kementerian tersebut mengatakan Moskow berharap untuk terus membantu Kabul “memperkuat keamanan regional dan memerangi ancaman terorisme dan perdagangan narkoba”.

    Moskow telah mengambil langkah-langkah baru-baru ini untuk menormalisasi hubungan dengan otoritas Taliban, menghapus mereka dari daftar “organisasi teroris” pada bulan April dan menerima seorang duta besar Taliban di Kabul.

    Pada Juli 2024 lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut Taliban sebagai “sekutu dalam perang melawan terorisme”.

    Rusia adalah negara pertama yang membuka kantor perwakilan bisnis di Kabul setelah Taliban mengambil alih kekuasaan, dan telah mengumumkan rencana untuk menggunakan Afghanistan sebagai pusat transit gas menuju Asia Tenggara.

    Untuk diketahui, Taliban kembali berkuasa pada tahun 2021 setelah menggulingkan pemerintah yang didukung asing dan telah memberlakukan hukum Islam yang ketat.

    Mereka telah berusaha keras untuk mendapatkan pengakuan dan investasi internasional resmi, karena negara tersebut tengah memulihkan diri dari perang selama empat dekade, termasuk invasi Soviet dari tahun 1979 hingga 1989.

    Hanya Arab Saudi, Pakistan, dan Uni Emirat Arab yang mengakui Taliban selama masa kekuasaan pertama mereka dari tahun 1996 hingga 2001.

    Dalam laporan AFP disebutkan banyak negara lain, termasuk Tiongkok dan Pakistan, telah menerima duta besar Taliban di ibu kota mereka, tetapi belum secara resmi mengakui Emirat Islam tersebut sejak berakhirnya perang dua dekade antara pemberontak dengan pasukan NATO yang dipimpin AS.

    Ada keterlibatan yang terbatas tetapi terus meningkat dengan otoritas Taliban, terutama dari negara-negara tetangga regional, tetapi juga pemain global utama Tiongkok dan Rusia.

    Lihat juga Video: Bom Bunuh diri di Ponpes Pakistan, 6 Orang Tewas Termasuk Ulama Taliban

    (zap/yld)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • negara berkembang butuh munculkan gerakan kolektif

    negara berkembang butuh munculkan gerakan kolektif

    Menteri Luar Negeri Indonesia periode 2001-2009 Hassan Wirajuda di Beijing, China pada Rabu (2/7). (ANTARA/Desca Lidya Natalia)

    Hassan Wirajuda: negara berkembang butuh munculkan gerakan kolektif
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Kamis, 03 Juli 2025 – 09:49 WIB

    Elshinta.com – Mantan Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda mengungkapkan negara-negara berkembang membutuhkan gerakan kolektif untuk mengatasi perubahan geopolitik yaitu munculnya berbagai perang antarnegara maupun penerapan tarif sepihak oleh Amerika serikat.

    “Kita mengalami kekalutan geopolitik, baik di bidang perdamaian dan keamanan maupun ekonomi dan pada saat yang sama, tatanan dunia yang didasarkan piagam PBB juga melemah sehingga memerlukan upaya kolektif untuk mengatasi hal tersebut,” kata Hassan Wirajuda di Beijing kepada Antara pada Rabu (2/7).

    Perang yang dimaksud Hassan antara lain perang Rusia-Ukraina, ketegangan di Timur Tengah termasuk serangan Israel ke Palestina yang berlarut-larut, konflik Israel yang didukung Amerika Serikat melawan Iran hingga perang singkat India-Pakistan. Menurut Hassan, masih ada juga konflik lama yang belum tampak tuntas seperti di Yaman, Libia, Somalia, Sudan maupun Sudan Selatan.

    “Indonesia dan negara-negara lain berkepentingan adanya ‘minimum order’, tidak bisa tidak, harus ada yaitu ‘global governance’. Banyak pihak boleh mengecam PBB tapi bayangkan dunia tanpa PBB, boleh mengecam ‘global governance’ tapi bayangkan dunia tanpa tatanan dunia. Jadi memerlukan upaya kolektif, Indonesia, China dan negara-negara lain masih menyuarakan itu karena dirugikan akibat perbuatan negara-negara besar,” jelas Hassan.

    Belajar dari sejarah, Hassan mengungkapkan, pada masa perang dingin, sudah ada contoh-contoh gerakan kolektif. Misalnya di bidang politik adalah munculnya Gerakan Non Blok (GNB) pada 1961 yang menyuarakan kelompok negara yang tidak mau berpihak dengan Pakta Warsawa untuk Eropa Timur dan NATO untuk Amerika Serikat dan Eropa Barat.

    Contoh lain adalah di bidang ekonomi dengan lahirnya Kelompok 77 (G77) pada periode 1970-an yang terdiri dari negara-negara berkembang dan China sebagai bentuk protes atas eksploitasi sumber daya alam negara-negara berkembang oleh perusahaan-perusahaan multinasional milik negara maju.

    “Sayangnya sekarang belum ada upaya kolektif. Semua bicara tentang kebijakan tarif unilateral Presiden AS Trump yang dipaksakan kepada semua negara, tapi apa ada upaya kolektif menghadapi hal itu? Masing-masing negara dibiarkan bernegosiasi sendiri dengan AS yang posisinya lebih kuat, kecuali dengan China yang memang punya pengaruh besar,” jelas Hassan.

    Bahkan negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia maupun Vietnam melakukan negosiasi bilateral dengan AS meski posisi Indonesia lebih lemah, dan ASEAN pun tidak punya suara kolektif.

    “Jadi ada keperluan untuk menyuarakan secara kolektif suara negara-negara yang menjadi korban,” ungkap Hassan.

    Dalam upaya negosiasi tarif dengan AS, Indonesia yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto telah beberapa kali mengadakan pertemuan dengan Menteri Keuangan AS Kenneth Homer Bessent dan Ketua United States Trade Representative (USTR) Jamieson Greer untuk membahas agar AS mengurangi tarif impor atas Indonesia yang ditetapkan sebesar 32 persen.

    Namun dalam perjalanannya, Airlangga menyebut tarif impor yang dikenakan terhadap Indonesia bisa mencapai angka 47 persen, terutama untuk produk tekstil dan garmen sebagai penjumlahan tarif dasar dengan tambahan tarif sebesar 10 persen yang berlaku selama masa 90 hari.

    Airlangga mengatakan permintaan utama AS ke Indonesia ialah untuk menyeimbangkan neraca perdagangan kedua negara, di mana RI tercatat surplus 18-19 miliar dolar AS.

    Selain itu USTR menyoroti Peraturan BI Nomor 21/2019. Dalam peraturan itu disebutkan Indonesia menetapkan standar nasional Quick Response Indonesian Standard (QRIS) untuk semua pembayaran yang menggunakan kode QR di Indonesia.

    Sumber : Antara