Negara: Pakistan

  • Ngeri! Ayah Bunuh Putrinya karena Tak Mau Hapus Akun TikTok

    Ngeri! Ayah Bunuh Putrinya karena Tak Mau Hapus Akun TikTok

    Jakarta

    Mengerikan! Seorang ayah di Pakistan menembak mati putrinya setelah dia menolak menghapus akunnya di aplikasi berbagi video populer TikTok.

    “Ayah gadis itu telah memintanya untuk menghapus akun TikTok-nya. Karena menolak, ia membunuhnya,” kata seorang juru bicara polisi Pakistan kepada kantor berita AFP, Jumat (11/7/2025).

    Menurut laporan polisi yang dibagikan kepada AFP, penyidik mengatakan sang ayah membunuh putrinya yang berusia 16 tahun itu pada hari Selasa lalu “demi kehormatan”. Ia kemudian ditangkap.

    Di Pakistan, perempuan dapat menjadi korban kekerasan oleh anggota keluarga mereka karena tidak mengikuti aturan ketat tentang bagaimana berperilaku di depan umum, termasuk di media sosial.

    Keluarga korban awalnya mencoba “menggambarkan pembunuhan itu sebagai bunuh diri” menurut polisi di kota Rawalpindi, tempat serangan itu terjadi. Rawalpindi berada di dekat ibu kota Pakistan, Islamabad.

    Bulan lalu, seorang gadis berusia 17 tahun yang merupakan influencer TikTok dengan ratusan ribu pengikut online, dibunuh oleh seorang pria yang rayuannya telah ditolaknya.

    TikTok sangat populer di Pakistan, sebagian karena aksesibilitasnya bagi populasi dengan tingkat literasi rendah.

    Di Balochistan, Pakistan barat daya, di mana hukum adat mengatur banyak daerah pedesaan, seorang pria mengaku mendalangi pembunuhan putrinya yang berusia 14 tahun awal tahun ini gara-gara video-video TikTok, yang menurutnya mencemarkan nama baik putrinya.

    Lihat juga Video: Anjing Pelacak Dikerahkan Buru Pria yang Bunuh Putri Tiri di Dharmasraya

    Saksikan juga edisi perdana Shout Out, Rae Lil Black Jawab Tudingan Masuk Islam untuk Cari Sensasi

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Wamendag kembali tekankan perluasan pasar selama negosiasi tarif AS

    Wamendag kembali tekankan perluasan pasar selama negosiasi tarif AS

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Wamendag kembali tekankan perluasan pasar selama negosiasi tarif AS
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Kamis, 10 Juli 2025 – 20:23 WIB

    Elshinta.com – Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Esti Widya Astuti kembali menekankan bahwa pemerintah saat ini terus memperluas akses pasar ekspor produk domestik ke negara lain selama proses negosiasi tarif resiprokal yang diterapkan oleh Amerika Serikat (AS).

    Dirinya di Jakarta, Kamis menyampaikan upaya yang dilakukan pihaknya untuk memperluas akses pasar ekspor yakni dengan memperkuat dan mengakselerasi negosiasi perdagangan dengan negara lain, salah satunya Tunisia yang dalam waktu dekat perjanjian kerja sama perdagangan akan segera diratifikasi.

    “Tahun ini, Insya Allah ratifikasi,” katanya.

    Wamen Roro menyampaikan, selain Tunisia, pemerintah juga tengah melakukan negosiasi dagang dengan Dewan Kerja Sama Teluk (GCC), Srilanka, ASEAN-Canada Free Trade Agreement (FTA), Turki, serta pasar bersama Negara Selatan/Mercosur.

    Disampaikannya saat ini, Indonesia memiliki 19 perjanjian kerja sama pasar bebas atau perjanjian partner ekonomi komprehensif (CEPA) yang sudah mencakup negara ASEAN, China, Jepang, Korea, Australia, Selandia Baru, Hong Kong, Pakistan, dan Chili.

    Sebelumnya, Menteri Perdagangan Budi Santoso menyatakan pemerintah telah menyelesaikan berbagai perundingan perdagangan strategis untuk memperluas akses ekspor ke kawasan nontradisional.

    Beberapa di antaranya yakni perjanjian dagang Indonesia-United Arab Emirates Comprehensive Economic Partnership Agreement (IUAE-CEPA), Indonesia-Eurasian Economic Union Free Trade Area (I-EAEU FTA), serta perjanjian dagang dengan Tunisia.

    “Perundingan IUAE-CEPA dan I-EAEU FTA sudah selesai. Tunisia juga sudah selesai bulan ini. Itu semua pasar-pasar besar yang bisa kita masuki,” ujarnya.

    Langkah tersebut, menurut Budi, merupakan bentuk antisipasi terhadap potensi gangguan pasokan atau permintaan dari pasar yang terdampak konflik.

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump memutuskan tetap mengenakan tarif impor 32 persen kepada Indonesia, tidak berubah dari nilai “tarif resiprokal” yang diumumkan sebelumnya pada April lalu, meski proses negosiasi dengan pihak Indonesia terus berlangsung intensif.

    “Mulai 1 Agustus 2025, kami akan mengenakan Tarif kepada Indonesia hanya sebesar 32 persen untuk semua produk Indonesia yang dikirimkan ke Amerika Serikat, terpisah dari Tarif Sektoral lain,” kata Trump dalam surat berkop Gedung Putih tertanggal 7 Juli yang ditujukan kepada Presiden RI Prabowo Subianto.

    Sumber : Antara

  • Mengapa Perempuan Asia Selatan Menua Lebih Cepat Dibandingkan AS?

    Mengapa Perempuan Asia Selatan Menua Lebih Cepat Dibandingkan AS?

    New Delhi

    Sumrin Kalia, seorang perempuan Pakistan yang tinggal di luar negeri, menikah pada usia 18 tahun dan sudah memiliki empat anak saat usianya baru 25. Ia secara mendadak mengalami menopause di usia 37 tahun, lebih awal daripada umumnya.

    “Saya mulai mengalami pendarahan berlebihan. Saya pergi ke dokter, yang mengatakan saya mungkin sedang dalam masa perimenopause,” kata Kalia, yang kini berusia pertengahan 40-an, kepada DW.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa rata-rata usia menopause secara global berkisar antara 45 hingga 55 tahun.

    “Tidak ada yang menjelaskan apa pun kepada saya. Semuanya terjadi begitu tiba-tiba. Saya mulai mengalami pendarahan yang berat dan lebih sering dari biasanya,” ujar Kalia.

    Kalia menggunakan alat kontrasepsi IUD (intrauterine device), yang kemudian setelah ia lepas, menstruasinya berhenti total tanpa penjelasan medis yang jelas.

    Pengalaman Kalia juga dialami oleh sejumlah perempuan Asia Selatan lainnya yang berbicara kepada DW. Mereka menceritakan bagaimana gejala perimenopause muncul lebih awal dibandingkan perempuan di negara lain.

    Studi: Menopause pada perempuan Asia Selatan muncul lebih cepat

    Sebuah studi di Amerika Serikat (AS) menemukan bahwa perempuan keturunan Asia Selatan di AS mengalami menopause pada usia rata-rata 48-49 tahun. Padahal, rata-rata usia menopause di AS adalah 52 tahun.

    Sementara itu, rata-rata jumlah anak per perempuan di Pakistan menurun tajam dari 3,61 pada tahun 2023 menjadi 3,19 pada 2024. Ini mencerminkan perubahan pola kesuburan. Sebagai perbandingan, rata-rata di India turun lebih moderat dari 2,14 menjadi 2,12.

    Belum dapat dipastikan apakah kedua data ini saling berkaitan. Namun, ada indikasi bahwa berbagai faktor mungkin berkontribusi terhadap percepatan proses penuaan pada perempuan Asia Selatan.

    Faktor genetik, biologi, dan kekurangan vitamin D

    Dr. Palwasha Khan, pakar kesehatan hormonal sekaligus dokter di Pakistan, menjelaskan bahwa waktu menopause sebagian besar dipengaruhi oleh faktor genetik.

    “Tidak ada aturan pasti, tetapi studi menunjukkan bahwa perempuan cenderung mulai dan mengakhiri masa menstruasi pada usia yang mirip dengan ibu mereka,” ujarnya kepada DW. “Semakin awal seseorang mulai menstruasi, semakin besar kemungkinan menopause terjadi lebih awal.”

    Dr. Khan juga menyoroti faktor lain, seperti penurunan kadar vitamin D yang cepat di kalangan perempuan Asia Selatan, yang dapat memperparah masalah kesehatan kronis terkait penuaan.

    Selain itu, banyak perempuan mengalami kegagalan ovarium di akhir usia 30-an atau awal 40-an, sering kali diperparah oleh “masalah medis yang tidak terdiagnosis” dan kurangnya akses ke layanan kesehatan berkualitas sejak usia muda.

    Tekanan sosial: Kesuburan di atas kesehatan

    Di Asia Selatan, khususnya di Pakistan, norma sosial mendorong perempuan untuk segera memiliki anak setelah menikah sering kali mengorbankan kesehatan jangka panjang mereka.

    “Kesehatan perempuan sebagai isu tersendiri sering kali diabaikan,” ujar Dr. Khan. Kesadaran soal kesehatan hormonal sangat minim, dan pengobatan seperti terapi penggantian hormon (HRT) masih sangat jarang. “Dari 10 ribu perempuan, mungkin hanya dua yang pernah menjalani HRT.”

    Fokus berlebihan pada kesuburan kerap mengesampingkan percakapan tentang menopause dan kesejahteraan perempuan.

    Sisi lain: Dampak emosional dari menopause

    Sabina Qazi, seorang perempuan Pakistan berusia pertengahan 40-an yang tinggal di Karachi, menceritakan tantangan emosional dan kognitif yang ia alami akibat menopause. Menopause yang dialaminya terjadi akibat histerektomi radikal, sebuah prosedur medis di mana rahim, tuba falopi, dan kedua ovarium diangkat karena risiko kanker.

    “Suami dan anak-anak saya berbicara kepada saya, tetapi kata-kata mereka terasa seperti hilang di tengah jalan… Saya merasa terus-menerus harus membuktikan bahwa saya tidak bodoh,” katanya kepada DW, menggambarkan kesulitan kognitif yang ia alami setelah menjalani histerektomi radikal.

    Qazi mengatakan bahwa hal yang paling mengecewakannya dari proses medis tersebut adalah minimnya perhatian terhadap dampak jangka panjangnya. Meskipun operasinya bersifat preventif, beban emosional dari keputusan tersebut tidak pernah benar-benar diakui.

    Operasi itu diperlakukan seolah-olah sudah pasti terjadi: Ia akan mengalami menopause juga dalam beberapa tahun, jadi kenapa tidak sekarang saja?

    Ia akhirnya menjalani terapi HRT untuk mengelola gejala menopause. Namun, kabut otak (brain fog) menurutnya muncul sebagai tantangan baru.

    Tumpang tindih antara menopause akibat pembedahan dan risiko kesehatan yang lebih luas juga terlihat dalam kasus kegagalan ovarium di usia 30-an dan 40-an di kalangan perempuan Asia Selatan. Sebagaimana diamati oleh Dr. Khan, kasus ini sering kali bersamaan dengan sejumlah kondisi kesehatan kronis yang saling berkaitan.

    Dampak emosional dari operasi tersebut masih membekas lama setelah Qazi pulih secara fisik. Ia nyaris tidak mendapat dukungan dari komunitasnya, dan teman-teman terdekat justru meremehkan pengalamannya, dengan menyiratkan bahwa ia tak perlu khawatir karena sudah memiliki tiga anak.

    Implikasi budayanya, kata Qazi, adalah bahwa organ reproduksinya dianggap telah “menunaikan tugasnya”, sehingga kehilangan rahim dan indung telurnya tidak dianggap penting. Padahal baginya, hal itu sangat berarti.

    ‘Perempuan Asia Selatan sudah terlalu burned out’

    Dr. Khan mengatakan sejumlah faktor tampaknya saling berkaitan dan mempercepat proses penuaan pada perempuan Asia Selatan: Penyakit kronis, stres, masalah kesehatan mental, serta tekanan sosial. Setiap faktor seakan memperkuat yang lain.

    “Perempuan Asia Selatan sudah terlalu burned out,” kata Khan. “Beban dari masyarakat. Beban dari ibu mertua. Perempuan kita memikul terlalu banyak tekanan, dan ini membuat mereka menua lebih cepat.”

    Banyak perempuan menghadapi ekspektasi sosial yang tak henti-hentinya dan minim dukungan, yang memperburuk tantangan kesehatan fisik dan mental.

    Seorang perempuan keturunan Asia Selatan yang tinggal di Arab Saudi berkata, “Saya merasa marah terus-menerus.”

    Artikel ini pertama kali dirilis dalam bahasa Inggris
    Diadaptasi oleh Alfi MIlano Anadri
    Editor: Prihardani Purba

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Gerebek Scam Centre, Pakistan Tangkap 149 Tersangka Termasuk 71 WNA

    Gerebek Scam Centre, Pakistan Tangkap 149 Tersangka Termasuk 71 WNA

    Islamabad

    Kepolisian Pakistan melakukan penggerebekan terhadap sebuah scam centre yang terlibat dalam jaringan penipuan besar-besaran. Sedikitnya 149 orang ditangkap dalam penggerebekan itu, termasuk 71 warga negara asing (WNA).

    Badan Investigasi Kejahatan Siber Nasional, seperti dilansir AFP, Kamis (10/7/2025), mengatakan terdapat 48 warga negara China di antara para WNA yang ditangkap terkait scam centre tersebut.

    “Dalam penggerebekan tersebut, sebuah call center besar ditemukan, yang terlibat dalam skema Ponzi dan penipuan investasi,” kata Badan Investigasi Kejahatan Siber Nasional dalam pernyataannya.

    “Melalui jaringan penipuan ini, masyarakat ditipu dan sejumlah besar uang dikumpulkan secara ilegal,” sebut pernyataan tersebut.

    Badan Investigasi Kejahatan Siber Nasional mengatakan penggerebekan itu dilakukan berdasarkan informasi tentang jaringan penipuan tersebut, yang beroperasi di kota Faisalabad — sebuah pusat manufaktur di wilayah timur Pakistan.

    Disebutkan bahwa penggerebekan itu dilakukan terhadap kediaman Tasheen Awan, yang merupakan mantan kepala jaringan listrik kota tersebut.

    Semua orang yang ditangkap dalam penggerebekan kini berada dalam penahanan otoritas Pakistan.

    Disebutkan Badan Investigasi Kejahatan Siber Nasional bahwa para tersangka yang ditangkap itu terdiri atas 78 warga Pakistan dan 71 warga negara asing (WNA), yang mencakup 48 warga negara China, kemudian beberapa warga negara Nigeria, Filipina, Sri Lanka, Bangladesh, Zimbabwe, dan Myanmar.

    Sebanyak 18 orang dari total 149 orang yang ditangkap, menurut Badan Investigasi Kejahatan Siber Nasional, berjenis kelamin perempuan.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Microsoft Tutup Operasi di Pakistan Setelah 25 Tahun – Page 3

    Microsoft Tutup Operasi di Pakistan Setelah 25 Tahun – Page 3

    Awal pekan lalu, perusahaan telah mengurangi jumlah karyawannya sebesar 4%, atau sekitar 9.000 karyawan secara global.

    Untuk mempersiapkan transisi ini, Microsoft telah mengalihkan pengelolaan lisensi dan kontrak komersial untuk Pakistan ke hub Eropa mereka di Irlandia selama beberapa tahun terakhir. Sementara itu, mitra lokal bersertifikat telah menangani layanan sehari-hari.

    “Kami akan terus melibatkan kepemimpinan regional dan global Microsoft untuk memastikan bahwa setiap perubahan struktural memperkuat, bukan mengurangi, komitmen jangka panjang Microsoft kepada pelanggan, pengembang, dan mitra saluran di Pakistan,” kementerian menjelaskan.

    Eks eksekutif Microsoft dan pemimpin pertamanya di Pakistan, Jawwad Rehman, mengumumkan keluarnya perusahaan tersebut dalam sebuah postingan di LinkedIn pada hari Kamis.

    “Ini lebih dari sekadar keluarnya perusahaan. Ini adalah sinyal yang menyadarkan tentang lingkungan yang telah diciptakan negara kita, lingkungan di mana bahkan raksasa global seperti Microsoft merasa tidak berkelanjutan untuk tetap bertahan,” tulis Rehman.

    “Ini juga mencerminkan apa yang telah dilakukan (atau tidak dilakukan) dengan fondasi kuat yang kami tinggalkan oleh tim dan manajemen regional Microsoft berikutnya,” ia menambahkan.

     

  • Pangsa Ekspor CPO RI ke AS Terancam Susut Imbas Tarif Trump

    Pangsa Ekspor CPO RI ke AS Terancam Susut Imbas Tarif Trump

    Bisnis.com, JAKARTA — Pengamat menyebut pangsa pasar ekspor minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) Indonesia ke Amerika Serikat (AS) bisa menyusut imbas pengenaan tarif Presiden AS Donald Trump sebesar 32%.

    Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan penurunan pangsa pasar ekspor CPO Indonesia ke Negara Paman Sam itu mengingat tarif yang dikenakan Trump lebih tinggi dibandingkan negara kompetitor seperti Malaysia.

    Jadi tarif yang dikenakan 32% termasuk untuk CPO, ini jelas akan berpotensi mengurangi market share kita di pasar Amerika, terlebih melihat Malaysia dikenakan tarif yang lebih rendah yakni 25%.

    “Dengan adanya perbedaan tarif ini, maka berpotensi share ekspor CPO Malaysia ke Amerika akan meningkat. Walaupun secara keseluruhan share impor Amerika terhadap CPO dari seluruh dunia tetap Indonesia lebih besar, tapi menyusut dari pangsa pasarnya,” kata Faisal kepada Bisnis, Selasa (8/7/2025).

    Dalam kondisi seperti ini, Faisal menyebut pemerintah perlu mencari pasar alternatif untuk mengekspor komoditas unggulan Indonesia, salah satunya CPO.

    “Jadi kita lebih serius untuk menggali pasar-pasar tradisional untuk CPO kita yang sebetulnya punya jangkauan pasar yang luas karena tingkat daya saingnya yang relatif tinggi dibandingkan pesaing-pesaingnya,” ujarnya.

    Dihubungi terpisah, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono menyebut kinerja ekspor CPO berpotensi menurun imbas kebijakan Trump yang tetap mengenakan tarif resiprokal sebesar 32% terhadap Indonesia.

    Berdasarkan catatan Gapki, ekspor minyak sawit Indonesia ke AS terus meningkat selama lima tahun terakhir. Adapun, volume ekspor tertinggi terjadi pada 2023, yakni mampu mencapai 2,5 juta ton. Sayangnya, volumenya turun menjadi 2,2 juta ton pada 2024 dengan pangsa pasar CPO adalah 89%.

    “Apabila tarif [AS terhadap Indonesia] tetap 32%, ada kemungkinan ekspor [CPO] akan menurun, besarnya berapa belum tahu,” ucap Eddy kepada Bisnis.

    Menurutnya, importir di Negara Paman Sam akan mengalihkan pasar ke negara dengan tarif lebih rendah, seperti Malaysia, imbas adanya tarif tinggi ini.

    “Yang paling mungkin importir di AS akan bergeser ke negara lain seperti Malaysia dan negara-negara di Amerika Latin, karena tarif mereka di bawah Indonesia,” ujarnya.

    Kendati demikian, Eddy menyebut ke depan, tren ekspor CPO Indonesia belum tentu bakal terus menurun. Sebab, kondisi ini tergantung pada kondisi minyak nabati lain, seperti minyak kedelai hingga minyak bunga matahari.

    “Belum tentu trennya turun terus, tergantung minyak nabati lain. Apabila supply mereka kurang, maka permintaan minyak sawit akan meningkat,” jelasnya.

    Dia menjelaskan bahwa harga minyak sawit harus kompetitif dibandingkan minyak nabati lain. Sebab, harga yang kompetitif akan mempengaruhi kinerja ekspor CPO ke depan.

    “Jangan sampai harga minyak sawit lebih mahal dari minyak nabati lain seperti bunga matahari dan minyak kedelai seperti di tahun 2024 dan di awal 2025 [sampai April], ini juga akan menurunkan ekspor minyak sawit,” jelasnya.

    Adapun untuk menghadapi tarif Trump, lanjut dia, diversifikasi ke pasar nontraditional merupakan kunci, seperti ke Afrika, Timur Tengah, Rusia, dan Asia Tengah.

    “Juga harus terus menjaga pasar tradisional agar jangan turun seperti China, India, Pakistan, dan Uni Eropa yang saat ini sebagai empat besar pasar minyak sawit Indonesia,” tandasnya.

  • Netanyahu Calonkan Trump untuk Raih Nobel Perdamaian

    Netanyahu Calonkan Trump untuk Raih Nobel Perdamaian

    Jakarta

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa ia telah mencalonkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk meraih Hadiah Nobel Perdamaian. Dia telah mengirimkan surat pencalonan tersebut kepada komite Nobel.

    “Ia tengah menempa perdamaian saat kita berbicara, di satu negara, di satu kawasan demi kawasan,” kata Netanyahu saat makan malam dengan Trump di Gedung Putih pada Senin (7/7) waktu setempat, dilansir dari kantor berita AFP, Selasa (8/7/2025).

    Trump sebelumnya telah menerima beberapa nominasi Hadiah Nobel Perdamaian dari para pendukung dan anggota parlemen selama bertahun-tahun. Trump pun telah mengungkapkan kekesalannya karena tidak mendapatkan penghargaan bergengsi tersebut.

    Tokoh Republik tersebut mengeluh bahwa ia telah diabaikan oleh Komite Nobel Norwegia atas perannya sebagai penengah dalam konflik antara India dan Pakistan, serta Serbia dan Kosovo.

    Ia juga menuntut pujian karena “menjaga perdamaian” antara Mesir dan Ethiopia serta menjadi perantara Perjanjian Abraham, serangkaian perjanjian yang bertujuan untuk menormalisasi hubungan antara Israel dan beberapa negara Arab.

    Trump saat ini tengah berkampanye untuk perannya sebagai “pembawa perdamaian”, yang akan menggunakan keterampilan negosiasinya untuk segera mengakhiri perang di Ukraina dan Gaza, meskipun kedua konflik tersebut masih berkecamuk selama lebih dari lima bulan sejak ia menjabat sebagai presiden AS.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Pengusaha Sawit Was-was Ekspor CPO Turun Imbas Tarif Trump 32%

    Pengusaha Sawit Was-was Ekspor CPO Turun Imbas Tarif Trump 32%

    Bisnis.com, JAKARTA — Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyebut kinerja ekspor minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) berpotensi menurun imbas kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang tetap mengenakan tarif resiprokal sebesar 32% terhadap Indonesia.

    Ketua Umum Gapki Eddy Martono mengatakan bahwa ekspor minyak sawit Indonesia ke AS terus meningkat selama lima tahun terakhir.

    Adapun, volume ekspor tertinggi terjadi pada 2023, yakni mampu mencapai 2,5 juta ton. Sayangnya, volumenya turun menjadi 2,2 juta ton pada 2024 dengan pangsa pasar CPO adalah 89%.

    “Apabila tarif [AS terhadap Indonesia] tetap 32%, ada kemungkinan ekspor [CPO] akan menurun, besarnya berapa belum tahu,” kata Eddy kepada Bisnis, Selasa (8/7/2025).

    Menurut Eddy, importir di Negara Paman Sam akan mengalihkan pasar ke negara dengan tarif lebih rendah, seperti Malaysia, imbas adanya tarif tinggi ini.

    Sebagai pembanding, Trump mengumumkan pengenaan tarif 25% untuk Malaysia. Besaran tarifnya lebih rendah dibandingkan Indonesia sebesar 32%.

    “Yang paling mungkin importir di AS akan bergeser ke negara lain seperti Malaysia dan negara-negara di Amerika Latin, karena tarif mereka di bawah Indonesia,” ujarnya.

    Meski begitu, Eddy menyebut tren ekspor CPO Indonesia belum tentu akan terus menurun ke depan. Kondisi ini tergantung pada kondisi minyak nabati lain, seperti minyak kedelai hingga minyak bunga matahari.

    “Belum tentu trennya turun terus, tergantung minyak nabati lain. Apabila supply mereka kurang, maka permintaan minyak sawit akan meningkat,” terangnya.

    Menurutnya, harga minyak sawit harus kompetitif dibandingkan minyak nabati lain. Sebab, harga yang kompetitif akan mempengaruhi kinerja ekspor CPO ke depan.

    “Jangan sampai harga minyak sawit lebih mahal dari minyak nabati lain seperti bunga matahari dan minyak kedelai seperti di tahun 2024 dan di awal 2025 [sampai April], ini juga akan menurunkan ekspor minyak sawit,” jelasnya.

    Adapun untuk menghadapi tarif Trump, Eddy menyebut diversifikasi ke pasar nontraditional harus terus dilakukan, seperti ke Afrika, Timur Tengah, Rusia, dan Asia Tengah.

    “Juga harus terus menjaga pasar traditional agar jangan turun seperti China, India, Pakistan dan Uni Eropa yang saat ini sebagai empat besar pasar minyak sawit Indonesia,” tuturnya.

    Untuk diketahui, Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk mengenakan tarif resiprokal 32% terhadap Indonesia, alias tidak mengalami perubahan.

    Keputusan tersebut tertuang dalam surat tarif yang ditujukan Trump kepada Presiden Prabowo Subianto yang yang diunggah di akun Truth Social @realDonaldTrump pada Selasa (8/7/2025).

    Kepala Negara AS itu juga mengunggah surat terbuka penetapan tarif ke berbagai negara. Dalam surat tersebut, Trump menyebut pihak AS telah memutuskan untuk melanjutkan kerja sama dengan Indonesia, namun hanya dalam kerangka perdagangan yang lebih seimbang dan adil.

    “Mulai Agustus 2025, AS akan memberlakukan tarif sebesar 32% terhadap seluruh produk Indonesia yang masuk ke pasar AS, terpisah dari tarif sektoral lainnya. Produk yang dialihkan (transshipped) untuk menghindari tarif yang lebih tinggi akan tetap dikenakan tarif sesuai dengan kategori tertingginya,” demikian kutipan surat tersebut.

    Dia menjelaskan, tarif ini diperlukan untuk memperbaiki kondisi defisit perdagangan yang tidak berkelanjutan, yang selama ini disebabkan oleh kebijakan tarif, nontarif, serta hambatan perdagangan dari pihak Indonesia.

    “Sayangnya, hubungan dagang ini sejauh ini belum bersifat timbal balik,” terangnya.

    Menurutnya, pengenaan tarif 32% itu sebenarnya jauh lebih rendah dari tarif yang diperlukan untuk menutup kesenjangan defisit perdagangan AS dengan Indonesia.

    Dia menambahkan, tarif ini tidak akan berlaku jika Indonesia, atau perusahaan-perusahaan dari Indonesia, memutuskan untuk membangun fasilitas produksi di AS.

    Bukan hanya itu, Trump juga menyebut AS bakal membantu mempercepat proses perizinan secara profesional dan efisien dalam hitungan minggu.

    Selain itu, AS dapat mempertimbangkan penyesuaian tarif jika Indonesia bersedia membuka akses pasar dan menghapus kebijakan tarif maupun nontarif terhadap AS. Dia menyebut, besaran tarif dapat dinaikkan atau diturunkan, tergantung pada perkembangan hubungan bilateral Indonesia—AS. 

    Bahkan, Trump juga mengancam Indonesia untuk menambah tarif tersebut jika Indonesia melakukan retaliasi dagang. “Apabila Indonesia memutuskan untuk menaikkan tarif atas produk Amerika Serikat, maka besaran kenaikan tersebut akan langsung ditambahkan pada tarif 32% yang telah kami tetapkan,” tandasnya.

  • Top 3 Tekno: Startup Pakistan Kirim Kaki Prostetik untuk Anak Gaza Tuai Perhatian – Page 3

    Top 3 Tekno: Startup Pakistan Kirim Kaki Prostetik untuk Anak Gaza Tuai Perhatian – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Startup asal Pakistan, Bioniks, mengirimkan bantuan berupa kaki prostetik atau kaki/ tangan palsu untuk anak-anak Gaza korban serangan brutal Israel.

    Berita ini menuai perhatian para pembaca di kanal Tekno Liputan6.com, Senin (7/7/2025) kemarin.

    Informasi lain yang juga populer datang dari Apple yang menyiapkan iPhone 17 Pro Max dengan baterai terbesar sepanjang sejarah.

    Lebih lengkapnya, simak tiga berita terpopuler di kanal Tekno Liputan6.com berikut ini.

    1. Startup Pakistan Kirim Kaki Prostetik untuk Anak Gaza Korban Serangan Israel

    Serangan Israel masih berkecamuk ke Gaza, Palestina. Korban pun berjatuhan, tak hanya orang-orang dewasa tetapi juga anak-anak dan balita.

    Bantuan kemanusiaan terus digulirkan meski penyalurannya ternyata juga tak mudah.

    Sebuah startup asal Pakistan, Bioniks, mengirimkan bantuan berupa kaki prostetik atau kaki/ tangan palsu untuk anak-anak Gaza korban serangan brutal Israel.

    Mengutip Reuters, Senin (7/7/2025), Bioniks merupakan startup Pakistan yang bermarkas di Karachi. Jaraknya sekitar 4.000 Km dari Gaza, namun turut peduli dengan anak-anak korban serangan Israel.

    Startup ini menggunakan aplikasi smartphone untuk mengambil foto berbagai angle dan membuat model 3D lengan/ kaki prostetik kustom.

    CEO Bioniks, Anaz Nias, mengatakan, startup sosial ini telah membuat lebih dari 1.000 kaki/ lengan prostetik berdesain khusus di Pakistan sejak 2021.

    Startup ini didanai oleh pendanaan gabungan dari pasien, sponsor perusahaan, serta sumbangan berbagai pihak.

    Namun, ini merupakan pertama kalinya Bioniks membuat lengan/ kaki palsu bagi anak-anak yang terdampak konflik.

    Baca selengkapnya di sini 

     

  • Startup Pakistan Kirim Tangan Palsu untuk Anak Gaza

    Startup Pakistan Kirim Tangan Palsu untuk Anak Gaza

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sejumlah anak Gaza korban serangan Israel menerima bantuan lengan prostetik dari sebuah startup Pakistan bernama Bioniks.

    Bioniks merupakan startup yang berdiri 2021 dan telah merancang 1.000 lengan khusus. Namun baru kali ini menyediakan untuk korban dari konflik.

    Perusahaan akan melakukan proses pengambilan gambar dengan smartphone dari berbagai sudut. Berikutnya mereka akan membuat model 3D untuk prostetik khusus.

    Dua anak perempuan, Sidra Al Bordeen (8) dan Habebat Allah (3) adalah dua orang pengguna pertama produk Bioniks. Sidra kehilangan lengannya, sedangkan Habebat harus kehilangan kedua lengan dan kakinya di Gaza.

    Keduanya melakukan konsultasi jarak jauh dan pemasangan virtual selama berhari-hari. CEO Anas Niaz juga berangkat menuju Amman, tempat kedua anak tersebut mengungsi, untuk melakukan pengiriman luar negeri pertama perusahaannya.

    Agar bisa diterima oleh anak-anak, Bioniks memasukkan karakter fiksi populer ke dalam prostetik seperti Iron Man atau karakter Elsa dari Disney. Niaz mengatakan itu membantu anak menerimanya secara emosional dan dapat menggunakan sehari-hari.

    Setiap lengan prostetik buatan Bioniks jauh lebih murah dari produk Amerika Serikat(AS), hanya US$2.500 (Rp 40,8 juta) berbanding US$10 ribu hingga US$20 ribu (Rp 163,3 juta-Rp 326,6 juta) Namun memang tidak secanggih buatan AS.

    Meski begitu, lengan palsu Bioniks memiliki fungsionalitas tingkat tinggi untuk anak-anak. Prosesnya yang bisa dilakukan dengan jarak jauh membuatnya mudah diakses.

    “Kami berencana menyediakan anggota tubuh bagi orang-orang di zona konflik lain juga, seperti Ukraina dan menjadi perusahaan global,” kata Niaz dikutip dari Reuters, Selasa (8/7/2025).

    Salah satu tantangan penggunaan prostetik adalah kebanyakan didesain untuk orang dewasa. Anggota tubuh palsu itu jarang digunakan anak-anak di zona perang, yang buruh penggantian 12-18 bulan seiring pertumbuhannya.

    Niaz mengatakan perusahaannya tengah menjajaki opsi pendanaan untuk penggantian prostetik yang digunakan kedua anak tersebut di masa depan. Harapannya biayanya tidak akan terlalu mahal.

    “Hanya beberapa komponen yang diganti. Sisanya digunakan lagi untuk anak lain,” ujarnya.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]